Anda di halaman 1dari 18

Silvianita Retnaningtyas

CGP Angkatan 5
Kabupaten Malang
KETERKAITAN ANTAR MATERI
Filosofis Pemikiran KHD Nilai dan Peran
Guru sebagai pamong Guru Penggerak
menuntun anak didik dalam Mandiri, Reflektif,
pengembangan karakter
Kolaboratif, Inovatif,
dan seluruh potensi sesuai
dengan kodratnya Berpihak pada Murid
Profil
Pelajar
Pancasila

Budaya Positif
Nilai-nilai atau keyakinan
yang dibangun dalam Visi Guru Penggerak
jangka waktu lama yang Pendekatan Inkuiri
tercermin dalam sikap Apresiatif model BAGJA
keseharian seluruh dalam mengelola
komponen yang ada di perubahan budaya positif di
sekolah sekolah
NILAI FILOSOFIS KHD SEBAGAI PANDUAN
DALAM PENERAPAN BUDAYA POSITIF
√ Guru dalam filosofi Ki Hadjar adalah sebagai pamong yang
berperan dalam menuntun anak didik agar tumbuh kekuatan
kodrat yang ada dalam diri anak didik sehingga dapat
memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya
kekuatan kodrat anak.

√ Sebagai pamong, guru memberikan kebebasan namun diberikan


tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan
membahayakan dirinya atau dalam hal ini anak didik dapat
menemukan kemerdekaan belajarnya.

√ “Ing Ngarso Sung Tulodho” menjadi peran utama guru dalam


memberikan contoh penanaman karakter positif.
NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK DALAM
MENCIPTAKAN BUDAYA POSITIF
√ Supaya penerapan budaya positif di sekolah dapat terwujud
dengan baik, diperlukan adanya penerapan nilai-nilai guru
penggerak yang seharusnya dimiliki oleh semua guru di sekolah.
Nilai tersebut antara lain mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif,
dan berpihak pada murid.

√ Peran guru penggerak untuk mewujudkan kepemimpinan murid


dan mendorong kolaborasi, dapat diimplementasikan dengan
mengembangkan sebuah budaya positif di sekolah dengan
berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan sekolah.
PENDEKATAN INKUIRI APRESIATIF SEBAGAI STRATEGI
MEWUJUDKAN VISI YANG MENCAKUP BUDAYA POSITIF

√ Untuk mewujudkan visi guru dan visi sekolah, dibutuhkan penerapan


sebuah budaya positif yang selaras dengan visi sekolah. Dengan kata lain
budaya positif di sekolah akan membantu pencapaian visi sekolah impian.

√ Sekolah atau guru harus memiliki strategi atau perencanaan prakarsa


perubahan. Salah satu pendekatan yang bisa digunakan adalah
pendekatan Inkuiri Apresiatif dengan tahapan BAGJA (Buat pertanyaan
utama, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi).
Budaya positif di sekolah hanya dapat terwujud jika ada kolaborasi semua
pihak pemangku kepentingan di sekolah diantaranya guru, siswa, kepala
sekolah, komite, orangtua dan semua pemangku kepentingan lainnya.
BUDAYA POSITIF
√ Sekolah sebagai institusi penanaman karakter, memiliki peranan
utama sebagai lembaga yang menanamkan kebiasaan -kebiasaan
baik atau karakter profil pelajar Pancasila dengan membangun
budaya positif di sekolah.

√ Budaya positif sangat penting dikembangkan di sekolah karena


merupakan salah satu indicator peningkatan mutu sekolah.

√ Budaya positif sekolah adalah nilai-nilai atau keyakinan yang


dibangun dalam jangka waktu lama yang tercermin dalam sikap
keseharian seluruh komponen yang ada di sekolah.
01 REFLEKSI PEMAHAMAN MATERI
BERISI PEMAHAMAN TENTANG KONSEP – KONSEP INTI PADA
MODUL 1.4 , DIANTARANYA YAITU:
√ Disiplin Positif
√ Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan
√ Keyakinan Kelas
√ Kebutuhan Dasar Manusia
√ Posisi Kontrol
√ Segitiga Restitusi
DISIPLIN POSITIF DAN NILAI KEBAJIKAN
Disiplin positif adalah usaha penanaman karakter yang mengedepankan
disiplin yang positif dengan cara:
√ Hindari hukuman
√ Beri konsekuensi yang tepat
√ Beri keteladanan
√ Gunakan kata-kata positif
01
√ Perhatikan perkembangan murid

TEORI MOTIVASI, HUKUMAN DAN PENGHARGAAN,


DAN RESTITUSI
Motivasi : Untuk menghindari ketidaknyamanan/hukuman, untuk mendapatkan
penghargaan dari orang lain, untuk menjadi orang yang mereka
inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka
percaya.
Hukuman : Sesuatu yang menyakitkan, murid tidak nyaman dan tersakiti, bersifat
satu arah dari pihak guru yang memberikan, dan terjadi secara tidak
terencana / tiba-tiba.
Penghargaan : Efektif dilakukan dalam jangka waktu pendek, penghargaan merusak
hubungan, mengurangi ketepatan, menurunkan kualitas, mematikan
kreativitas.
Restitusi : Sebuah cara menanamkan disiplin positif pada murid
KEYAKINAN KELAS 01
YAITU nilai - nilai kebajikan KEBUTUHAN DASAR
universal yang disepakati secara
tersirat dan tersurat, lepas dari MANUSIA
latar belakang suku, negara,
bahasa maupun agama. Anak
akan lebih tergerak dan
√ Kebutuhan bertahan hidup
bersemangat untuk menjalankan
keyakinannya, daripada hanya √ Kebutuhan kasih sayang dan
sekedar mengikuti serangkaian rasa diterima
peraturan tertulis tanpa makna. √ Kebutuhan penguasaan
√ Kebutuhan kebebasan
√ Kebutuhan kesenangan
POSISI KONTROL 01
√ Penghukum
√ Pembuat merasa bersalah SEGITIGA RESTITUSI
√ Teman
√ Pemantau
√ Manajer Sebuah pendekatan yang
memiliki 3 tahapan yang
Posisi control yang paling ideal memudahkan guru untuk
adalah sebagai manajer. melakukan restitusi.
√ Menstabilkan identitas
√ Validasi tindakan yang salah
√ Menanyakan keyakinan
Hal menarik di luar dugaan
√ Bahwa setiap tindakan murid itu memiliki alasan yang didasari
oleh kebutuhan dasar mereka yang tidak terpenuhi
√ Guru harus bisa memposisikan diri sebagai pemegang posisi
control manajer karena ini adalah posisi yang paling ideal
√ Setiap permasalah murid yang kita hadapi memerlukan sebuah
solusi pemecahan masalah bukanlah sebuah hukuman
√ Penerapan segitiga restitusi yang akan memberikan win-win
solution kepada murid sehingga murid menyadari kesalahannya
dan mampu mencari solusi atas masalah yang dihadapi
PERUBAHAN CARA BERPIKIR DALAM
MENCIPTAKAN BUDAYA POSITIF
DI KELAS / SEKOLAH
Selama ini saya berpikir bahwa dalam membangun
kedisiplinan murid di sekolah, diperlukan adanya peraturan
yang disertai dengan hukuman, sanksi dan konsekuensi.
Kemudian PARADIGMA SAYA BERUBAH, bahwa untuk
menciptakan budaya positif di sekolah harus dimulai dari
membangun disiplin positif di sekolah, mencanangkan
keyakinan kelas dan sekolah, dan yang paling terpenting
adalah menumbuhkan motivasi intrinstik siswa dalam
berperilaku.
PENGALAMAN YANG PERNAH SAYA ALAMI TERKAIT
PENERAPAN KONSEP INTI DALAM MODUL BUDAYA POSITIF
Ini pengalaman baru saya menerapkan restitusi terhadap masalah
kedisiplinan siswa pada kasus membuang sampah sembarangan dan
melukai teman. Berbekal materi segitiga restitusi dan tahapan-tahapannya,
saya berhasil melakukannya dengan baik. Hal ini dapat merubah kebiasaan
saya yang biasanya hanya mencari kesalahan dan memberi hukuman,
menjadi ke arah bersama mencari solusi atas suatu permasalahan.

PERASAAN SAYA SAAT MELAKUKAN PENERAPAN KONSEP INTI


DALAM MODUL BUDAYA POSITIF
Yang saya rasakan adalah KEBAHAGIAAN. Terlebih pada saat melihat anak
yang melakukan sebuah kesalahan, mereka tidak merasa menjadi manusia
yang gagal dan mereka dapat mengambil pelajaran dan solusi pemecahan
masalah atas kesalahannya. Hubungan antara guru dan murid juga akan
tetap menjadi baik karena murid merasa mendapat perbaikan (Restitusi)
HAL YANG SUDAH BAIK DALAM PENERAPAN
KONSEP INTI PADA MODUL BUDAYA POSITIF
Hal yang sudah baik dalam penerapan budaya positif yaitu (1) Siswa
sudah memahami dan meyakini keyakinan kelas yang sudah dibuat,
(2) Penerapan segitiga restitusi sudah dilaksanakan sesuai tahapan
secara runtut.

HAL YANG MASIH PERLU DIPERBAIKI DALAM PENERAPAN


KONSEP INTI PADA MODUL BUDAYA POSITIF
Hal yang masih perlu diperbaiki adalah konsisten untuk melakukan
POSISI KONTROL sebagai MANAJER dalam melakukan restitusi dan
mengontrol perilaku siswa.
SEBELUM BELAJAR POSISI KONTROL
 Posisi yang sering saya pakai adalah PENGHUKUM DAN PEMBUAT MERASA BERSALAH.

 Perasaan saya saat di posisi PENGHUKUM adalah saat itu saya merasa tindakan saya
itu benar, bahwa setiap tindakan salah harus ada konsekuensi supaya ada efek jera
dan anak punya tanggung-jawab. Ternyata hukuman itu membuat tidak nyaman
dan menyakitkan. Sedangkan posisi PEMBUAT MERASA BERSALAH, saya sebenarnya
ingin membuat anak menyadari bahwa melakukan kesalahan bisa membuat saya
sedih, sehingga harapan saya mereka tidak akan melakukan lagi . Saya tidak
menyangka bahwa itu bisa membuat anak merasa gagal dan tidak berharga.

SETELAH BELAJAR POSISI KONTROL


 Posisi yang saya pakai adalah MANAJER

 Perasaan saya sekarang adalah bangga menerapkan posisi control manajer karena
murid bisa mempertanggung-jawabkan perilakunya dan mencari solusi atas
permasalahan tanpa kita membentak, menghukum dan marah-marah yang
tentunya sangat menguras energi.
SEBELUM BELAJAR SEGITIGA RESTITUSI
 Saya pernah mempraktekkan segitiga restitusi ketika
menghadapi permasalahan murid. Akan tetapi tidak semua
tahapan segitiga restitusi sudah saya lakukan. Saya hanya
pernah melakukan pada TAHAP VALIDASI TINDAKAN YANG
SALAH.
 CARA saya mempraktekkan yaitu dengan memanggil anak yang
sedang melakukan tindakan indisipliner. Kemudian saya
melakukan tanya jawab terkait detail permasalahan. Sehingga
anak menyadari kesalahannya tetapi solusi penyelesaian
masalah tetap didominasi oleh saya sebagai guru, belum murni
tumbuh dari inisiatif murid sendiri.
HAL YANG MENURUT SAYA PENTING
UNTUK DIPELAJARI DALAM PROSES
MENCIPTAKAN BUDAYA POSITIF
 Dalam menumbuhkan budaya positif, diperlukan untuk
mempelajari cara bagaimana untuk terus konsisten
dalam merawat keyakinan kelas atau sekolah yang
sudah dibuat.
 Selain itu penting juga untuk mempelajari kegiatan
seperti apa yang dapat menumbuhkan disiplin positif
pada murid.
 Penting juga kita belajar menanamkan nilai-nilai
karakter kepada murid sehingga mereka dapat
berperilaku dengan baik.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai