Anda di halaman 1dari 4

1.4.a.8.

 Koneksi Antar Materi - Modul 1.4


Kesimpulan mengenai peran Anda dalam menciptakan budaya positif di sekolah

Seorang guru yang baik harus memiliki kemampuan dalam mewujudkan budaya positif di sekolah
Budaya positif itu dapat dijalankan dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif dan
nilai-nilai kebajikan, memahami motivasi perilaku manusia yang berkaitan dengan hukuman dan
penghargaan, pembuatan keyakinan sekolah/kelas, kebutuhan dasar seorang manusia, posisi kontrol
seorang guru, serta penerapan segitiga restitusi dalam penyelesaian masalah.

Disiplin Positif
Mengajarkan anak bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan
tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan
Lebih ke arah bagaimana cara mengontrol diri,dan menguasai diri dalam melakukan tindakan
Membuat siswa yang bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki
motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik

Motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan)


Motivasi Eksternal
Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
Menghindari permasalahan yang mungkin muncul dan berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis,
maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan tindakan tersebut
Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain
Melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pujian dari orang lain yang menurut mereka penting dan
untuk mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan
Motivasi Internal
Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka
percaya
Hindari hukuman dan pemberian penghargaan berlebihan agar meminimalisir motivasi eksternal dalam
diri murid

POSISI KONTROL SEORANG GURU


Penghukum
Pembuat Merasa Bersalah
Teman
Pemantau
Manajer
Guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan
perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri
Guru menjadikan murid sebagai seorang manajer bagi dirinya sendiri, diajak untuk menganalisis
kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain.

Keyakinan  Sekolah/Kelas
Semua warga sekolah/kelas berkontribusi dalam mewujudkan keyakinan sekolah/kelas melalui kegiatan
curah pendapat
Keyakinan kelas berupa pernyataan universal dalam bentuk positif yang mudah diingat, dipahami dan
diterapkan di lingkungan sekolah

Segitiga Restitusi dalam Penyelesaian Masalah


Guru yang berperan sebagai manajer menggunakan segitiga restitusi dalam menyelesaikan masalah
melalui 3 tahapan, yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan
Tujuannya menghasilkan murid yang mandiri dan bertanggungjawab

BUDAYA POSITIF :
Filosofi Pendidikan KHD
Dengan menerapkan budaya positif di sekolah maka akan mempermudah seorang pendidik dalam
mewujudkan tujuan pendidikan nasional sesuai dengan Filosofi KHD yaitu pendidikan yang berpihak
pada murid dan bersifat menuntun tumbuh/kembangnya hidup anak sesuai dengan kodratnya (kodrat alam
dan zaman)
Nilai dan Peran Guru Penggerak
Budaya positif dapat terwujud jika seorang pendidik memiliki 5 nilai-nilai guru penggerak diantaranya
berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif dan inovatif
Budaya positif juga dapat terwujud dengan peran seorang guru dalam menjadi pemimpin pembelajaran 
mendorong kolaborasi antar semua warga sekolah dan mewujudkan kepemimpinan murid
Visi Guru Penggerak
Dalam mewujudkan suatu perubahan budaya positif di sekolah, diperlukan visi dan langkah-langkah yang
kongkrit dengan menggunakan metode Inquiry Apresiatif (IA) dan tahapan BAGJA sesuai dengan
Filosofi KHD dan Profil Pelajar Pancasila.

REFLEKSI
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul 1.4 ini.
Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?
Saya sudah memahami konsep-konsep inti dari modul 1.4 ini yang berkaitan dengan  disiplin positif, teori
kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, kontrol posisi guru, kebutuhan dasar manusia,
keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Seluruh konsep tersebut harus diresapi dalam diri, diwujudkan
dalam tidakan dan dibagikan kepada rekan-rekan guru di sekolah.
Hal yang menarik bagi saya dan diluar dugaan adalah ketika saya mempelajari motivasi perilaku manusia
berupa penghargaan. Penghargaan yang selama ini saya berikan ternyata berdampak kurang baik bagi
murid, daintaranya dapat merusak hubungan, mengurangi ketepatan, menurunkan kualitas, mematikan
kreativitas dan bersifat menghukum.

Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun
sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?
Saya menyadari posisi kontrol yang selama ini saya lakukan adalah sebagai penghukum atau pemantau
dan seharusnya posisi kontrol yang tepat adalah sebagai seorang manajer dengan cara menangani suatu
masalah menggunakan segitiga restitusi.

Pengalaman seperti apakah yang pernah  Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul
Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?
Saya pernah menangani siswa yang terlambat datang ke sekolah pada hari senin dan kemudian saya
menggunakan langkah-langkah segitiga restitusi dengan menstabilkan identitas, validasi tindakan yang
salah dan menanyakan keyakinan.

Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?


Saya sangat bersemangat dan termotivasi dalam memecahkan setiap masalah-masalah yang ada dan terus
berusaha untuk memperbaiki diri sesuai dengan nilai-nilai budaya positif di sekolah

Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah
baik? Adakah yang perlu diperbaiki?
Hal sudah mulai terlihat baik menurut saya adalah mulai munculnya motivasi internal pada murid untuk
melaksanakan budaya positif ssuai dengan nilai-nilai kebajikan dan keyakinan kelas yang diyakini.
Hal yang perlu diperbaiki dalah posisi kontol seorang guru yang selama ini cenderung sebagai
penghukum dan pemantau menuju posisi sebagai manajer

Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi
mana yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul
ini, posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa bedanya? 
Sebelum mempelajari modul ini, posisi kontrol saya sebagai penghukum dan pemantau. Perasaan saya
pada saat itu, saya selalu diliputi perasaan bersalah karena harus memberikan hukuman/konsekuensi jika
anak berbuat salah.
Dan setelah mempelajari modul ini, saya mulai menerapkan posisi manajer dalam penyelesaian masalah
yang ada. Perasaan saya menjadi sangat tenang dan saya mulai menyadari pentingnya komunikasi yang
efektif untuk menumbuhkan rasa tanggungjawab pada murid
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi menghadapi
permasalahan murid Anda? Jika ya, tahap mana yang Anda praktikkan dan bagaimana Anda
mempraktekkannya?
Sebelumnya saya pernah secara tidak sadar telah menggunakan konsep segitiga restitusi, namun
tahapannya tidak secara utuh terlaksana.
Tahapan yang pernah saya lakukan adalah menstabilkan identitas dan validasi tindakan yang salah. Saya
belum sampai pada tahap menanyakan keyakinan, karena sebelumnya saya cenderung meminta siswa
melakukan perbaikan atas kesalahannya berdasarkan cara saya, bukan perndapat atau cara siswa itu
sendiri.

Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda
penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun
sekolah?
Hal yang menurut saya penting dalam menciptakan budaya positif adalah KOLABORASI yang baik
antara sekolah dan orang tua murid, agar budaya positif tidak hanya dilakukan di sekolah/kelas saja
namun juga di rumah. Dengan harapan budaya positif menjadi suatu kebiasaan/karakter saat berada di
lingkungan sekolah, rumah dan dimanapun berada.
Kemudian sarana prasarana yang mendukung, karena sarana prasarana sangat menunjang untuk
mewujudkan sekolah yang nyaman, aman dan dapat menciptakan proses pembelajaran yang
menyenangkan.

Anda mungkin juga menyukai