Anda di halaman 1dari 2

MODUL 1 : Bolehkah Memaksa

Motivasi Perilaku Menghindari Rasa Sakit atau Hukuman


Menurut James Q. Wilson dalam bukunya “The Moral Sense” menyebutkan bahwa seseorang
menunjukkan perilaku tertentu karena dilatarbelakangi oleh tiga level motivasi.
1. Untuk menghindari rasa “sakit” atau hukuman
2. Untuk mendapatkan penghargaan dan penghormatan dari orang lain
3. Untuk menghargai dirinya sendiri
Secara naluriah manusia itu cenderung menghindari rasa sakit dan hukuman. Oleh karena itu, hukuman
bisa berhasil mencegah perbuatan dan perilaku buruk pada murid namun rasa sakit dan hukuman
cenderung akan menghasilkan emosi-emosi negatif hukuman, membuat seseorang cepat merasa lelah
dan meletus karena pikiran mereka berusaha keras menghindari rasa sakit itu.
Sebagai pendidik sebaiknya kita berhati-hati dalam menyikapi perilaku murid agar dapat menanganinya
dengan tepat. Tidak hanya solusi praktis yang sifatnya sementara namun juga menyadarkan akan akibat
dari perbuatannya. Hal ini akan membuatnya belajar dari kesalahan dan berusaha untuk tidak
mengulanginya lagi.
Lakukan tiga hal ini jika ibu dan bapak guru melihat murid menunjukkan perilaku buruk :
1. Jangan langsung menghakimi murid Coba ajak mereka bicara terlebih dahulu dari hati ke hati
2. Jadilah pendengar yang baik untuk mereka. Jangan menyela saat murid berbicara, dengarkan saja
hingga akhirnya murid menceritakan motivasi dan alasannya melakukan perilaku buruk tersebut.
3. Bimbing murid untuk memahami Konsekuensi apa yang mereka dapatkan atas pilihan dan
perilakunya. Murid akan sadar dengan sendirinya tanpa ia perlu mendapatkan hukuman dan rasa
sakit ibu dan bapak guru

Motivasi Perilaku karena Menginginkan Hadiah dan Pujian


Diane Gossen menjelaskan bahwa mendapatkan hadiah atau pujian dari orang lain bisa menjadi motivasi
seseorang melakukan sesuatu. Gossen mengkategorikan ini sebagai motivasi perilaku murid level kedua
yaitu mendapatkan hadiah atau pujian.
Pujian dan ini-iming hadiah bisa mempengaruhi perilaku murid, murid akan menjadi rajin mengerjakan
tugas dari guru, bahkan saling berkompetisi untuk mengerjakan tugas sebaik mungkin. Namun perilaku
ini dekat dengan rasa kecewa. Karena hadiah dan pujian adalah motivasi yang datang dari luar diri
mereka atau disebut motivasi eksternal.
Kita perlu membedakan antara hadiah atau pujian yang dijanjikan dengan apresiasi. Apresiasi ini
dilakukan di akhir atau di ujung pembelajaran, sehingga perilaku murid tidak digerakkan oleh sesuatu
yang dijanjikan.
Hindari menjanjikan dan mengiming-imingi, apresiasilah secukupnya capaian mereka dan cobalah lebih
dekat dengan murid. Pahami motivasi internal yang dimiliki mereka, setiap murid bisa jadi memiliki
motivasi internal yang unik dan berbeda dari murid yang lain. “TUMBUHKAN DAN PUPUK MOTIVASI
INTERNALNYA”.
Motivasi Perilaku Menghargai Diri
MODUL 2 : Restitusi
Restitusi Disiplin Diri (RDD)
Restitusi untuk Pembentukan Disiplin Diri (Diane Gossen)
Restitusi adalah metode untuk penyusunan kembali model disiplin di sekolah. Restitusi berfokus pada
solusi atau pemecahan masalah yang bisa dilakukan, bukan masalahnya.

Langkah-langkah mempraktikkan restitusi :


1. Ciptakan suasana positif
2. Ajak murid untuk berpifikir dan menganalisis kesalahannya
3. Beri ruang pada murid untuk memikirkan solusi terbaiknya

Restitusi memberikan kemerdekaan untuk murid dalam menyelesaikan masalahnya, bukan guru yang
memutuskan.

Segitiga Restitusi (Gossen)


1. Menstabilkan Identitas
2. Validasi tindakan yang salah
3. Menanyakan keyakinan

Anda mungkin juga menyukai