Anda di halaman 1dari 19

Sesi Berbagi Modul 1.

Menumbuhkan
Budaya Positif
Di Lingkup
SMA Negeri 03 Bombana
Fitriani, S.Pd
CGP Angkatan 4
Kab. Bombana
Konsep-Konsep Budaya Positif

Perubahan
Paradigma
Teori
Kontrol
Konsep
Segitiga Disiplin
Restitusi Positif dan
Motivasi
Budaya
Positif
Posisi Keyakinan
Kontrol Kelas

Pemenuhan
Kebutuhan
Dasar
Filofofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara
\

Tujuan pendidikan yaitu: "menuntun” segala kodrat yang ada


pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Dalam proses ‘menuntun’ anak diberi kebebasan namun


pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan
arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan
dirinya.
1. Perubahan Paradigma Stimulus Respon Teori Kontrol

(Ilusi Kontrol)
• Ilusi guru mengontrol murid.
• Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa
bersalah dapat menguatkan karakter.
• Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan
bermanfaat
• Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk
memaksa.
V
1. Perubahan Paradigma - Stimulus Respon Teori Kontrol

Bisakah kita Mengontrol Seseorang?


2. Konsep Disiplin Positif dan Motivasi Prilaku

Dalam budaya kita, kata disiplin dimaknai sebagai sesuatu

Disiplin
yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk
mendapatkan kepatuhan. Kecenderungan umum adalah
menghubungkan kata disiplin dengan ketidaknyamanan,
bukan dengan apa yang kita hargai, atau pencapaian suatu
tujuan mulia.

Disiplin Diri dapat membuat seseorang menggali potensinya


menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang di hargai dan
bermakna. Disiplin diri mempelajari bagaimana cara kita
mengontrol diri dan bagaimana menguasai diri untuk
memilih Tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita
hargai.
Teori Motivasi Perilaku Manusia
1. Untuk menghindari ketidaknyamanan/hukuman
“Apa yang akan terjadi apabila saya tidak Motivasi Eksternal
melakukannya?”

2. Untuk mendapatkan imbalan dari orang lain/institusi


“Apa yang akan saya dapatkan apabila saya
Motivasi Eksternal
melakukannya?”

3. Untuk menghargai diri sendiri, menjadi insan sesuai Motivasi Internal


harapan kita. Tujuan Disiplin
“Saya akan menjadi orang yang seperti apa bila saya Positif
melakukannya?”
Keyakinan Kelas
Mengapa tidak peraturan saja, mengapa harus Keyakinan
Kelas?

 Mengapa kita harus menggunakan helm bila


mengendarai kendaraan roda dua?

 Mengapa kita tentang penggunaan masker dan mencuci


tangan setiap saat?

Menurut Gossen keyakinan akan lebih memotivasi seeorang


dari dalam (instrinsik). Seseorang akan lebih tergerak bahkan
bersemangat untuk menjalankan keyakinannya dari pada
sekedar mengikuti peraturan.
Peraturan Keyakinan kelas/nilai kebajikan
yang dituju
Selalu kembalikan buku ke Tanggung jawab
tempatnya
Dilarang Mengganggu Orang Lain Menghormati Orang Lain dan Diri
Hadir di sekolah 15 menit sebelum Sendiri
pembelajaran dimulai Menghormati Orang Lain,
Dilarang Melakukan Kekerasan Komitmen pada Tujuan
Dilarang Menggunakan Narkoba (Berkomitmen)
Bergantian atau menunggu giliran Keselamatan, Menghormati Orang
Lain.
Gunakan masker
Kesehatan

Menghormati orang lain, Kesabaran


Keselamatan dan keamanan
Pembentukkan Keyakinan kelas
\

 Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci
dan konkrit.
 Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
 Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
 Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat
dan dipahami oleh semua warga kelas.
 Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan
tersebut.
 Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan
keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.
 Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu
4. Kebutuhan Dasar Manusia

CINTA PENGUASAAN
KASIH/DITERIMA

KESENANGA KEBEBASA
N N
5. Lima Posisi Kontrol

Ka s u s 3
Ibu D a n i d a n F a j a r
\
Guru A : Penghukum
(Nada suara tinggi, bahasa tubuh: mata melotot, dan jari menunjuk-nunjuk menghardik)
Anton, kamu selalu ya tidak mengerjakan PR sekarang kamu duduk di depan lalu tulis saya tidak akan mengulangi lagi saya
berjanji akan berusaha menjadi murid yang rajin belajar. Sampai pelajaran saya selesai.
Akibat:
Kemungkinan murid marah dan mendendam atau bersifat agresif. Bisa jadi sesudah kembali duduk, murid tersebut akan
mencoret-coret bukunya atau meja tulisnya.

Guru B : Pembuat orang merasa bersalah


(Nada suara memelas/halus/sedih, bahasa tubuh: merapat pada anak, lesu):
“Kamu mau jadi apa nanti? Kamu niat sekolah nggak sih? Coba bayangkan orang tua mu betapa kecewanya mereka, kamu sudah
besar harusnya bertanggung jawab sama dirimu sendiri.”
Akibat
Murid akan merasa bersalah. Bersalah telah mengecewakan ibu atau bapak gurunya. Murid akan merasa menjadi orang yang gagal
dan tidak sanggup membahagiakan orang lain.

Guru C : Teman
(nada suara: ramah, akrab, dan bercanda, bahasa tubuh: merapat pada murid, mata dan senyum jenaka)
Anton, kamu sudah mengerjakan tugas ya? Kamu mau jadi apa nanti? Kamu niat sekolah nggak sih? Coba bayangkan orang tua mu
betapa kecewanya mereka, kamu sudah besar harusnya bertanggung jawab sama dirimu sendiri.”
Akibat
Murid akan merasa senang dan akrab dengan guru. Ini termasuk dampak yang positif, hanya saja di sisi negatif murid menjadi
tergantung pada guru tersebut. Bila ada masalah, dia merasa bisa mengandalkan guru tersebut untuk membantunya
\

Guru D : Pemantau
(nada suara datar, bahasa tubuh yang formal), Posisi pemantau selalu berdasarkan pada peraturan-peraturan
dan konsekuensi. Pemantau juga mengandalkan data, catatan yang dapat digunakan sebagai bukti atas
prilaku seseorang
Akibat:
Murid juga akan merasa tidak nyaman.

Guru E : Manajer
(nada suara tulus, bahasa tubuh tidak kaku, mendekat ke murid):

Manajer, adalah posisi mentor di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid
mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas
permasalahannya sendiri.

Manajer, guru akan mengembalikan tanggung jawab pada murid untuk mencari jalan keluar
permasalahannya, tentu dengan bimbingan guru.
5 POSISI KONTROL
IDENTITAS IDENTITAS IDENTITAS
MOTIVASI: GAGAL (Kontrol BERHASIL/SUKSES BERHASIL/SUKSES
dari Luar) (Kontrol dari Luar) (Kontrol Diri)
Menghindari Hukuman Mengharapkan Imbalan atau Menghargai Diri Sendiri
Ketergantungan pada Orang Lain

PENGHUKUM PEMBUAT TEMA PEMANTAU MANAJER


MERASA N
Guru Berbuat: Menghardik BERSALAH
Berceramah dan Membuatkan alasan-alasan Menghitung dan mengukur Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Menunjuk-nunjuk mengatakan, untuk muridnya.
Menyakiti “Seharusnya…”
Menyindir “Ibu kecewa…”
Guru Berkata: “Kalau kamu tidak “Kamu seharusnya “Ayolah, lakukan demi “Apa peraturannya?” “Apa yang kita yakini?
melakukannya, awas ya! kamu sudah tahu. Ibu Ibu…” Apa yang bisa kau kerjakan untuk
Rasakan!” lelah sekali “Masa kamu tidak mau, memperbaiki masalah ini?”
mengatakannya. Ibu ingat tidak Ibu pernah
stress…” bantu…”
Hasil: Memberontak Menyembunyikan Ketergantungan Menyesuaikan diri, bila Menguatkan pribadi
Menyalahkan orang lain Menyangkal diawasi
Berbohong Berbohong

Kaitan dengan Murid meletakkan guru di Murid meletakkan Murid meletakkan guru di Murid meletakkan guru Murid meletakkan dirinya sebagai
Dunia luar Dunia Berkualitas guru di dalam Dunia sebagai orang yang sangat peraturan dan hukum di individu yang positif dalam Dunia
Berkualitas Berkualitas penting di Dunia Berkualitas dunia Berkualitas Berkualitas

Murid Berkata: “Ah, biarkan saja. Nanti “Maafkan saya.” “Saya pikir Bapak/Ibu teman “Berapa banyak bintang yang “Bagaimana caranya saya bisa
juga marah-marah lagi.” saya. Ternyata begitu.” saya harus peroleh?” “Berapa memperbaiki keadaan?”
halaman yang harus saya
tulis?”

Dampak pada Mengulangi kesalahan Merasa rendah diri Lemah, tidak mandiri, Menitikberatkan pada Mengevaluasi diri, bagaimana cara
Murid: tergantung sanksi atau hadiah untuk memperbaiki diri?
dirinya.
6. Segitiga Restitusi
Apa itu ‘Restitusi’?
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi
bagi murid untuk memperbaiki kesalahan
mereka, sehingga mereka bisa kembali pada
kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004)

Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk


mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang
orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus
memperlakukan orang lain (Gossen; 2004)
9 Ciri-ciri Restitusi
1. Bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari
kesalahan.
2. Memperbaiki hubungan.
3. Tawaran, bukan paksaan.
4. Restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri.
5. Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari
6. Restitusi tindakan. diri.
7. Restitusi diri adalah cara yang paling baik untuk
8. Restitusi memperbaiki
fokus pada karakter
9. Restitusi mengembalikan bukan
murid yangtindakan.
berbuat salah pada
fokus pada solusi.
kelompoknya.
Segitiga Restitusi
TERIMAKASIH

Salam dan Bahagia

Anda mungkin juga menyukai