Anda di halaman 1dari 43

AKSI NYATA

MODUL 1.4
BUDAYA POSITIF

TIMALANGI, S.Pd.SD

CGP ANGKATAN 9

SDN 2 PARIGI KECAMATAN PARIGI


DESIMINASI
BUDAYA POSITIF
BUDAYA SEKOLAH

budaya sekolah adalah


merupakan pembiasaan
yang sering dilakukan
disekolah dengan cara yang
positif
CONTOH BUDAYA SEKOLAH

1. Gerakan literasi sekolah


Aktivitas ini bertujuan agar peserta didik memiliki
minat dalam membaca. Buku bacaan yang dipilih
harus berisi nilai-nilai budi pekerti nasional, lokal,
maupun global. Sekolah bisa mencanangkan kegiatan
15 menit membaca buku
DOKUMENTASI BUDAYA SEKOLAH

LITERASI
2. Kegiatan ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler bertujuan untuk mengembangkan bakat dan
minat peserta didik. Selain itu, dengan aktif mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler, peserta didik bisa bersosialisasi lebih baik dan
akan terbiasa aktif, kreatif, hingga bertanggung jawab.

3. Membiasakan perilaku baik dan sopan yang sifatnya spontan

Dengan membiasakan perilaku yang baik dan sopan pada peserta didik
akan menumbuhkan karakter tersebut di luar sekolah sekaligus.
Karakter baik dan sopan dinilai sudah terbentuk dalam diri peserta didik
jika mereka telah melakukannya secara spontan.
PENGEMBANGAN BAKAT DAN MINAT
RA
N ST LE
A K
IAT E IKU
EG U R
K K
Membiasakan perilaku baik dan sopan yang sifatnya spontan
4. Menetapkan tata tertib sekolah

Tata tertib sekolah bisa dipakai sebagai batasan boleh atau tidak boleh
peserta didik melakukan sesuatu, misalnya tidak boleh terlambat, harus
menggunakan pakaian seragam lengkap, dan lainnya.

5. Membuat kegiatan yang rutin dilaksanakan sebelum dan sesudah


proses pembelajaran
Kegiatan yang rutin dilaksanakan sebelum dan sesudah proses
pembelajaran akan membentuk sifat konsisten dan tertib pada peserta
didik dan pendidik. Contoh kegiatannya misalnya upacara bendera setiap
hari Senin, membaca doa sebelum melakukan pembelajaran,
menyanyikan lagu nasional, dan lainnya.
Dokumentasi kegiatan yang rutin dilaksanakan
sebelum dan sesudah proses pembelajaran
PENGERTIAN BUDAYA POSITIF

Budaya positif merupakan perwujudan dari


nilai-nilai atau keyakinan universal yang
diterapkan di sekolah. Budaya positif
diawali dengan perubahan paradigma
tentang teori kontrol. Selama ini
barangkali kita sebagai guru merasa
berkewajiban mengontrol perilaku siswa
agar memiliki perilaku sesuai yang guru
harapkan.
EKSPLORASI KONSEP BUDAYA POSITIF

1. PERUBAHAN PARADIGMA
2. KONSEP DISIPLIN POSITIF DAN MOTIVASI
3. KEYAKINAN KELAS
4. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
5. LIMA POSISI KONTROL
6. SEGI TIGA RESTITUSI
1. PERUBAHAN PARADIGMA TEORI KONTROL
Untuk mengimplementasikan Kurikulum
Merdeka (IKM) dibutuhkan perubahan
paradigma dan budaya guru yang cukup
signifikan. Oleh karena itu, keberhasilan
Implementasi Kurikulum Merdeka
mensyaratkan perubahan mindset Guru
sebagai landasan awal atau utama, karena
roh utama dari IKM adalah Me-merdeka-kan
Siswa atau Berpusat pada Siswa (Student
Centered Learning)i
DOKUMENTASI
PERUBAHAN PARADIGMA TEORI KONTROL
2. KONSEP DISIPLIN POSITIF DAN MOTIVASI
Ketika mendengar kata “disiplin”, apa yang terbayang di benak
Anda? Apa yang terlintas di pikiran Anda? Kebanyakan orang akan
menghubungkan kata disiplin dengan tata tertib, teratur, dan
kepatuhan pada peraturan. Kata “disiplin” juga sering
dihubungkan dengan hukuman, padahal itu sungguh berbeda,
karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan
memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif
terakhir dan kalau perlu tidak digunakan sama sekali.
Dalam budaya kita, makna kata ‘disiplin’ dimaknai menjadi
sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk
mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata
‘disiplin’ dengan ketidaknyamanan.
2. KONSEP DISIPLIN POSITIF DAN MOTIVASI

Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara


menyatakan bahwa “dimana ada kemerdekaan,
disitulah harus ada disiplin yang kuat.
Sungguhpun disiplin itu bersifat ”self discipline”
yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan
sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab
jikalau kita tidak cakap melakukan self
discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin
diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus
ada di dalam suasana yang merdeka. (Ki Hajar
Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan
DISIPLIN POSITIF DAN MOTIVASI
3. KEYAKINAN KELAS
Keyakinan kelas adalah sesuatu yang
berasal dari keinginan untuk
membentuk budaya positif. Untuk
mencapai terbentuknya budaya positif,
maka harus dicapai terlebih dulu disiplin
positif.
Disiplin menurut Ki Hadjar Dewantara
bisa dicapai ketika ada disiplin diri.
Seseorang dengan motivasi internal bisa
mencapai kemerdekaan dalam belajar
dan memiliki disiplin yang kuat.
KEYAKINAN KELAS
4. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
Kebutuhan belajar dari setiap siswa
didik berbeda-beda. Hal tersebut
terkait erat dengan faktor eksternal
maupun internal mereka. Kasus yang
paling banyak ditemui adalah
kesibukan orang tua untuk mencari
nafkah sehingga perkembangan
belajar siswa kurang terkontrol dan
akhirnya memicu permasalahan-
permasalahan akademik seringkali
ditemui
5. LIMA POSISI KONTROL

1. penghukum
2. pembuat merasa bersalah
3. teman
4. pemantau
5. manajer
a. penghukum

Guru yang berposisi ini beranggapan bahwa


sekolah memerlukan alat untuk bisa menekan
siswa untuk bisa mengikuti aturan yang berlaku.
Hukuman yang diberikan baik berupa secara fisik
ataupun verbal merupakan alat untuk
mendisiplinkan siswa saat berada di lingkungan
sekolah.
Umumnya guru di posisi ini selalu mengatakan
kata-kata yang mengancam agar pembelajaran
dianggap bisa berhasil.
b. pembuat merasa bersalah

Meski pada posisi ini suara guru akan lebih lembut,


namun melalui kata-katanya guru tersebut mampu
membuat orang lain merasa tidak nyaman, merasa
bersalah atau bahkan rendah diri.
Kalimat nomor 2 merupakan contoh yang diucapkan
orang dalam posisi pembuat merasa bersalah. Contoh
lainnya adalah kalimat seperti, “Ibu sangat kecewa
padamu” atau “Harus berapa kali Bapak katakan?”.
Dengan menggunakan posisi ini, maka
murid dapat merasa tidak berharga,
menilai diri mereka buruk dan telah
mengecewakan orang lain. Dampak ini
lebih berbahaya dibanding murid yang
bertemu dengan posisi penghukum,
karena murid bisa saja memendam
emosinya yang sewaktu-waktu dapat
meledak tak terkontrol.
c. Teman
Guru pada posisi ini memang tidak menyakiti murid. Guru bisa
menggunakan hubungan baik dan humor untuk mengontrol murid.
Seperti kalimat di nomor 3 atau bisa juga seperti, “Baiklah tidak apa-
apa. Nanti Bapak bantu selesaikan.”
Hal ini tak selamanya baik karena bila suatu hari guru tidak
membantu murid, akan timbul rasa kecewa dalam diri murid dan
akhirnya tidak mau lagi berusaha.

Di posisi teman, murid mungkin akan bersikap baik pada guru


tertentu saja, guru-guru yang dianggap sebagai temannya dan tidak
pada guru lainnya. Dampak lainnya adalah sifat ketergantungan
murid, merasa ia bisa mengandalkan gurunya (tak akan berdaya
tanpa guru yang dianggapnya teman).
d. Pemantau
Pada saat memantau atau mengawasi, seorang guru
bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang
diawasinya. Peraturan dan sanksi/konsekuensi dapat
memisahkan hubungan pribadi guru-murid dalam posisi
pemantau.

Kalimat nomor 4 merupakan contoh dari seorang


pemantau. Contoh lainnya kita bisa bertanya apa yang
telah dilakukan murid atau bertanya sanksi atau
konsekuensinya apa?

Di posisi ini, guru bisa menggunakan catatan, daftar cek


dsb yang dapat digunakan sebagai bukti atas perilaku
orang yang dipantau olehnya.
e. Manager
Seseorang yang memiliki keterampilan di posisi teman atau
pemantau dapat berada di posisi manajer.
Di posisi ini seorang guru akan berkolaborasi dengan murid,
memberi ruang pada murid untuk mempertanggungjawabkan
perilakunya, mendidik murid menemukan solusi atas
permasalahannya sendiri.
Selain kalimat nomor 5, contoh lainnya adalah guru bertanya tentang apa yang
diyakini bersama (terkait keyakinan kelas).
Posisi manajer membantu murid untuk dapat mengatur dirinya sendiri dan
dapat kembali ke kelompok dengan lebih baik.
Fakta di lapangan, bisa saja seorang guru kembali ke posisi teman atau
pemantau bila murid belum siap diajak berdiskusi melakukan restitusi
(baca Mengenal Restitusi). Namun kita harus ingat bahwa posisi akhir yang
sebaiknya dicapai adalah posisi manajer.
Semoga kita bisa berada di posisi manajer dalam mendisiplinkan anak
sehingga anak lebih mandiri, merdeka dan bertanggung jawab atas
perilakunya yang pada akhirnya menciptakan lingkungan yang positif,
aman dan nyaman.
6. SEGITIGA RESTITUSI
Melalui restitusi kita dapat membantu murid menjadi lebih memiliki
tujuan, disiplin positif, serta memulihkan dirinya setelah berbuat
salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk
menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan,
namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai
kebajikan yang mereka percayai. Restitusi membantu murid untuk
jujur pada diri sendiri dan mengevaluasi dampak dari kesalahan
yang dilakukan. Restitusi memberikan penawaran bukan paksaan.
Sangat penting bagi guru untuk menciptakan kondisi yang membuat
murid bersedia menyelesaikan masalah dan berbuat lebih baik lagi,
dengan berkata, “Semua orang pasti pernah berbuat salah”, bukan
mengatakan, “Kamu harus lakukan ini, kalau tidak maka…”.
Terdapat tiga langkah dalam Segititiga Restitusi yaitu 1)
menstabilkan identitas; 2) validasi tindakan yang salah; 3)
menanyakan keyakinan.
Langkah pertama pada bagian dasar segitiga adalah menstabilkan
identitas. Jika anak berbuat salah maka ada kebutuhan dasar
mereka yang tidak terpenuhi. Bagian dasar segitiga restitusi
memiliki tujuan untuk merubah orang yang gagal karena telah
berbuat kesalahan menjadi orang yang sukses. Kita harus mampu
meyakinkan mereka dengan mengatakan kalimat seperti 1) tidak
ada manusa yang sempurna; saya juga pernah melakukan kesalahan
seperti itu. Ketika seseorang dalam kondisi emosional maka otak
tidak akan mampu berpikir rasional, saat inilah kita menstabilkan
identitas anak. Anak kita bantu untuk tenang dan mencari solusi
untuk menyelesaikan permasalahan.
TIGA MOTIVASI PERILAKU MANUSIA

1. Untuk 2. Untuk 3. Untuk menjadi


menghindari mendapatkan orang yang
mereka inginkan
ketidaknyam imbalan atau
dan menghargai
anan atau penghargaan diri sendiri
dari orang dengan nilai-nilai
hukuman
lain. yang mereka
percaya
HUKUMAN, KONSEKWENSI DAN RESTITUSI

Definisi hukuman adalah cara Restitusi adalah ganti


untuk melakukan pengarahan Pengertian Tentang
kerugian yang diberikan
agar tingkah laku bisa sesuai Konsekuensi
kepada korban atau
dengan perilaku secara Konsekuensi adalah perilaku
keluarganya oleh pelaku
umum.Hukuman diberikan yang berfokus mengajarkan
agar kesalahan yang pernah anak bagaimana bertingkah tindak pidana atau
dilakukan tidak terulang laku lebih baik untuk pihak ketiga. Restitusi
kembali dan patuh terhadap kedepannya. Konsekuensi memberikan pilihan-
peraturan. Orang akan patuh memberikan pilihan-pilihan pilihan alternatif yang
karena takut mendapatkan jalan keluar kepada bisa dipilih pelanggar,
hukuman saat melakukan pelanggar. agar dapat
pelanggaran-pelanggaran. menyelesaikan masalah.
Perbedaan Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi

Hukuman diberikan saat itu juga dengan tujuan membuat orang patuh
dan takut membuat kesalahan. Berbeda dengan konsekuensi yang
merupakan akibat dari melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan
ketentuan di masyarakat atau sebuah lingkungan maupun peraturan.
Sedangkan restitusi akan memberikan kepada orang yang melakukan
pelanggaran untuk menyelesaikan masalahnya.

Sekian penjelasan tentang perbedaan antara hukuman konsekuensi


dan restitusi. Semua orang bisa melakukan kesalahan tapi pemberian
hukuman harus sewajarnya. Setiap orang harus memahami mengenai
konsekuensi dan restitusi dengan tujuan untuk mencegah tindakan
yang menyebabkan seseorang harus menerima konsekuensi atau
melakukan restitusi.***
KENAPA RESTITUSI ITU PENTING?

1. Kesalahan adalah hal yang normal


2. Manusia sering tidak tahu jika mereka berbuat salah
3. Pada saat manusia disalahkan, ia menjadi lebih kuat
4. Restitusi memperkuat individu
5. Restitusi membuat individu merasa dihargai dan percaya
terhadap diri sendiri

6. Individu yang tumbuh dalam proses restitusi cenderung


tidak melakukan hal yang sama kepada orang lain
PENERAPAN SEGI TIGA RESTITUSI
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki
kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka,
dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Segitiga restitusi merupakan
proses untuk menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan
mereka, sehingga mereka bisa kembali pada keyakinan kelas dan
menumbuhkan budaya positif dalam diri.
Penerapan segitiga restitusi meliputi usaha untuk menebus kesalahan, tetapi inisiatif
dari murid yang melakukan kesalahan. Proses pemulihan akan terjadi bila ada keinginan
dari murid yang berbuat salah untuk melakukan sesuatu yang menunjukkan rasa
penyesalannya. Fokusnya tidak hanya pada mengurangi kerugian pada murid yang
dinakali, tapi juga bagaimana menjadi orang yang lebih baik dan melakukan hal baik
pada orang lain dengan kebaikan yang ada dalam diri kita. Sehingga masalah apapun
yang terjadi melalui pendekatan segitiga restitusi mampu membuat murid untuk
menemukan keyakinan dan sesuai dengan kesepakatan kelas yang ada.
Melalui penerapan segitiga restitusi murid
dapat menyadari dan mengakui kesalahan
yang dia perbuat secara terbuka dan
sukarela. Hal ini memunculkan kesan rasa
nyaman dalam diri murid dan membuat
komitmen untuk tidak mengulang
kesalahannya. Penerapan Segitiga restitusi
akan diterapkan oleh guru-guru lainnya, agar
dapat menciptakan suasana lingkungan
yang positif dan menyenangkan bagi murid
MAKNA DISIPLIN POSITIF

Secara umum Disiplin Positif adalah


suatu pendekatan untuk menerapkan
disiplin dari dalam diri anak tanpa
hukuman dan hadiah. Disiplin Positif
perlu diterapkan baik dalam lingkungan
keluarga maupun lingkungan sekolah.
Dengan menerapkan Disiplin Positif,
diharapkan tindak kekerasan dapat
dihindari.
DISIPLIN DAN NILAI-NILAI KEBAJIKAN

Disiplin diri membuat orang menggali potensinya


menuju sebuah tujuan, apa yang dia hargai.
Namun dalam budaya kita. Makna kata disiplin telah
berubah menjadi sesuatu yang di lakukan seseorang
pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan.
Kecenderungan umum adalah menghubungkan kata
disiplin dengan ketidaknyamanan, bukan dengan apa
yang kita hargai, atau pencapaian suatu tujuan mulia.
Nilai - nilai Kebajikan Universal

Nilai kebajikan adalah sifat positif manusia yang


merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai setiap
individu. Nilai tersebut bersifat universal dan lintas
bahasa, suku bangsa, agama maupun latar belakang.
Nilai Nilai kebajikan yang ingin dicapai oleh setiap anak
Indonesia kita kenal dengan Profil Pelajar Pancasila.

• Beriman, bertaqwa kepada tuhan YME dan berahlak mulia

• Mandiri

• Bernalar Kritis

• Berkebinekaan global

• Bergotong royong

• Kreatif
SEKIAN
DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai