Anda di halaman 1dari 80

LOKAKARYA

DISPLIN POSITIF
Program Sekolah Penggerak
Desember, 2023
End of Program Outcomes
Kepala sekolah, guru, dan
pengawas sekolah memiliki,
meyakini, dan menerapkan visi
atau nilai-nilai kebajikan yang
disepakati, sehingga tercipta
Disiplin positif dilingkungan
Sekolah.
KESEPAKATAN KELAS

Tidak menggunakan Gawai jika


Hadir tepat waktu Mengungkapkan pendapat tidak dibutuhkan
dengan sopan
Agenda Kegiatan
SESI MERRDEKA AKTIVITAS

Pembukaan Penjelasan agenda dan tujuan pendampingan.


Kesepakatan tata tertib selama pendampingan.
Perkenalan.

Mulai Dari Diri Peserta merefleksikan Kondisi saat ini dengan Pemahaman Disiplin
Positif melalui studi Kasus

Eksplorasi Konsep Penjelasan terkait Displin Positi

Refleksi Terbimbing Merefleksikan konsep Dispilin Positif dalam Sekolah melalui sebuah
permainan

Ruang Kolaborasi Mengkolaborasikan Pemahaman dengan kenyataan yang terjadi di


lapangan melalui LK 1
SESI MERRDEKA AKTIVITAS

Demontrasi Kontekstual Peserta memaparkan hasil diskusi di Ruang Kolaborasi.

Elaborasi Pemahaman Peserta merefleksikan hasil diskusi yang telah dilakukan


Peserta berbagi hasil refleksi
Koneksi Antar Materi Diskusi klasikal dan membuat kesimpulan terkait disiplin
positif.

(Rencana) Aksi Nyata LK 2


Untuk Guru: Membuat keyakinan kelas
Untuk kepala sekolah: Membuat rencana bentuk dukungan
terhadap guru untuk menerapkan disiplin positif.
Untuk Pengawas Sekolah: Membuat rencana bentuk
dukungan terhadap sekolah untuk menerapkan disiplin positif.

Penutup Evaluasi
Penutup
Mari berdiskusi dalam
Studi kasus berikut:
Fasilitator bisa memilih
materi studi kasus sesuai
jenjang.
Cat: Materi studi kasus tertera di modul
Pertanyaan Pemandu
Mari kita berdiskusi sesuai dengan peran bapak dan ibu
masing-masing
Silahkan bapak dan Ibu berkumpul sesuai peran dengan materi studi kasus yang
ada di modul
Bapak dan Ibu Pengawas silahkan berkumpul menjadi satu kelompok
Bapak dan Ibu Kepala Sekolah silahkan berkumpul menjadi satu kelompok
Bapak dan Ibu Guru silahkan berkumpul menjadi satu kelompok
Cat: Jika Daring bisa dibuatkan BOR sejumlah 3 ruang
Selanjutnya mari kita merefleksikan pengalaman
yang kita miliki dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut ini….
Sebagai guru/kepala sekolah/pengawas sekolah, bagaimana saya dapat
menciptakan lingkungan belajar yang positif bagi peserta didik?

Apa hubungan menciptakan lingkungan belajar yang positif dengan pembelajaran


yang berpihak pada murid?
Menutup kegiatan Mulai Dari Diri
dengan Pernyataan Reflektif
Fasilitator dapat mengajak peserta untuk Kembali masuk pada room besar /
utama (Jika daring) dan atau mengajak peserta berkumpul dalam kelompok
besar (jika luring)
Fasilitator menyampaikan beberapa pernyataan dengan tujuan memandu peserta
menutup diskusi pada studi kasus. Fasilitator terlebih dahulu membaca bahan
bacaan 1 yang ada dalam modul agar dapat menjelaskan dengan baik
PERNYATAAN REFLEKTIF

1. Ilusi Guru Mengontrol Murid.

2. Ilusi Bahwa Semua Penguatan Positif Efektif


Dan Bermanfaat.

3. Ilusi Bahwa Kritik Dan Membuat Orang Merasa


Bersalah Dapat Menguatkan Karakter.

4. Ilusi Bahwa Orang Dewasa Memiliki Hak Untuk


Memaksa.
Cat: Materi Bahan bacaan 1
Selanjutnya, marilah kita
menonton video pada
tautan berikut ini:
Video Inspirasi | Video Parenting - Mendidik Anak
dengan Disiplin Positif - Apa itu Disiplin Positif?
(kemdikbud.go.id)
makna kata ‘disiplin’ dimaknai
menjadi sesuatu yang dilakukan
seseorang pada orang lain Apakah disiplin hanya dapat
untuk mendapatkan kepatuhan dicapai dengan hukuman?
Lalu apa arti dari
DISIPLIN POSITIF

Mari kita lihat dari defenisi beberapa tokoh


MAKNA Kata DISPLIN
Ketika mendengar kata ‘disiplin’, apa yang terbayang di benak Anda?
Apa yang terlintas di pikiran Anda?
Kebanyakan orang akan menghubungkan kata “disiplin” dengan tata
tertib, teratur, dan kepatuhan pada peraturan.
Kata ‘disiplin’ juga sering dihubungkan dengan hukuman, padahal itu
sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus
dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif
terakhir dan bila perlu tidak digunakan sama sekali.
Dalam budaya kita, makna kata ‘disiplin’
dimaknai menjadi sesuatu yang
dilakukan seseorang pada orang lain
untuk mendapatkan kepatuhan.
Kita cenderung menghubungkan kata
‘disiplin’ dengan ketidaknyamanan.
Menurut Ki Hajar Dewantara (hal.470)
“Dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang
kuat”.
Sungguhpun disiplin itu bersifat ‘self discipline’ yaitu kita
sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi
itu sama saja;
sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline,
wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita.
Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana
yang merdeka.
Menurut DIANE GOSSEN (2001)
kata disiplin berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya
‘belajar’. Kata ‘discipline’ juga berasal dari akar kata yang sama
dengan ‘disciple’ atau murid/pengikut. Untuk menjadi seorang
murid, atau pengikut, seseorang harus paham betul alasan mengapa
mereka mengikuti suatu aliran atau ajaran tertentu, sehingga
motivasi yang terbangun adalah motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.
Maka…. DISIPLIN POSITIF
Sebuah Tindakan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung
jawab, sebagai bentuk menghormati diri sendiri dan orang lain
disekitarnya.
Akibatnya Seseorang / peserta didik untuk memahami dan mengontrol
setiap perilakunya.
Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang
memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu
pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik.
REFLEKSI TERBIMBING
Permainan Bukalah tangan
Cara bermain:
Anda adalah A, tugas Anda adalah mengepalkan salah satu tangan Anda. Coba
Anda bayangkan bahwa Anda menyimpan sesuatu yang sangat berharga di
dalam kepalan tangan Anda. Anda perlu menjaga benda tersebut sekuat tenaga
Anda karena begitu pentingnya untuk kehidupan Anda.
Tugas rekan Anda, B, adalah mencoba dengan segala cara untuk membuka
kepalan tangan Anda. Teman Anda B boleh membujuk, menghardik,
mengintimidasi, memarahi, menggoda, menggelitik, bahkan menawari Anda
uang agar Anda bersedia membuka kepalan tangan Anda.
Setelah selesai, fasilitator mendiskusikan hasil permainan ini
dengan mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan pemantik,
seperti:
Apakah anda atau peserta B membuka kepalan tangan anda? Apa
alasan melakukannya? Bagaimana perasaan anda? Apakah anda
rela melakukannya?
Apakah anda atau peserta B menutup kepalan tangan anda? Apa
alasan melakukannya?
Dalam kegiatan ini, sesungguhnya siapa yang memegang kendali
atau kontrol untuk membuka atau menutup kepalan tangan?
Paradigma Stimulus-Respon (Stephen R. Covey 1991)

Stimulus Respon Teori Kontrol


Realitas (kebutuhan) kita sama. Realitas (kebutuhan) kita berbeda.
Semua orang melihat hal yang sama. Setiap orang memiliki gambaran berbeda.
Kita mencoba mengubah orang agar Kita berusaha memahami pandangan orang lain
berpandangan sama dengan kita. tentang dunia.
Perilaku buruk dilihat sebagai suatu kesalahan Semua perilaku memiliki tujuan.
Orang lain bisa mengontrol saya. Hanya Anda yang bisa mengontrol diri Anda.
Saya bisa mengontrol orang lain. Anda tidak bisa mengontrol orang lain.
Pemaksaan ada pada saat bujukan gagal. Kolaborasi dan konsensus menciptakan pilihan-
pilihan baru.
Model Berpikir Menang/Kalah Model Berpikir Menang-menang
Kesadaran Internal

https://guru.kemdikbud.go.id/video-inspirasi/playlists/video/?
id=66&video=e-V-TCpVRZU
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Peserta diajak untuk menonton video:


Kebutuhan Dasar Manusia - Pelatihan Online Resol
usi Konflik
NILAI-NILAI KEBAJIKAN
PROFIL PELAJAR PANCASILA
● Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
Berakhlak Mulia.
● Mandiri
● Bernalar Kritis
● Berkebinekaan Global
● Bergotong royong
● Kreatif
KONSEKUENSI LOGIS bukan
HUKUMAN
https://guru.kemdikbud.go.id/video-inspirasi/playlists/video/?id=66&
video=2nN1IvTjHus

(fasilitator terlebih dahulu mendengarkan Posdcast)


KONSEKUENSI LOGIS bukan
HUKUMAN

Peserta diajak menonton video PMM


https://www.youtube.com/watch?v=BGYAiYEn6qU
4 UNSUR KONSEKUENSI LOGIS
● Harus sesuai / berhubungan
01 RELATED dengan kesalahan yang dibuat

● Tidak boleh melukai harga diri


02 RESPECTFUL anak / siswa

● Harus seimbang atau sesuai dengan


03 REASONABLE prilaku, kadar dan usia anak / siswa

● Membantu untuk memperbaiki diri, tidak


04 HAK memberikan efek samping, sehingga
memberikan solusi
PRINSIP Menyusun KONSEKUENSI LOGIS
1. Merusak - Perbaiki / Mengangganti (Break It)
2. Mengabaikan kewajiban - Kehilangan Hak (Lost Previlled)
3. Menganggu terus menerus - Diberi jeda (Positif Time Out)
PENGHARGAAN,
RESTITUSI,
MOTIVASI
Cat: fasilitator sudah Membaca Bahan bacaan 2 ,3, 4
PENGHARGAAN

Fasilitator membaca bahan bacaan 2


“Saat kita berulang kali menjanjikan hadiah
kepada anak-anak agar berperilaku bertanggung jawab,
atau kepada seorang murid agar mempelajari sesuatu
yang baru,
kita sedang berasumsi mereka tidak dapat
melakukannya,
atau mereka tidak akan memilih untuk melakukannya.”
(Alfie Kohn)
1. Penghargaan Tidak Efektif

2. Penghargaan Menurunkan Kualitas

3. Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka


Panjang

4. Penghargaan Merusak Hubungan


5. Penghargaan Mengurangi Ketepatan

6. Penghargaan Menurunkan Kualitas

7. Penghargaan Mematikan Kreativitas

8. Penghargaan Menghukum
Alfie Kohn (Punished by Rewards, 1993, Wawancara ASCD Annual Conference,
Maret 1995) mengemukakan baik penghargaan maupun hukuman,
adalah cara-cara mengontrol perilaku seseorang yang menghancurkan potensi
untuk pembelajaran yang sesungguhnya.
Lalu
Bagaimana
??????
RESTITUS
I
Bahan bacaan 3
RESTITUSI
Merupakan proses kolaboratif yang
mengajarkan murid untuk mencari
solusi untuk masalah mereka, dan
membantu murid berpikir tentang
orang seperti apa yang mereka
inginkan, dan bagaimana mereka harus
memperlakukan orang lain
(Gossen, 2004)
Bukan
menebus
kesalahan
namun belajar
dari
kesalahan
Tawaran
Memperbaiki
bukan
Hubungan
Paksaan
Menuntun untuk
melihat
CIRI-CIRI
ke dalam diri Fokus Solusi
RESTITUSI

Focus pada
Menguatkan Karakter bukan
Mengembalik Tindakan
an murid Mencari
yang salah Kebutuhan
kepada Dasar yang
kelompoknya mendasari
Tindakan
3 Motivasi Perilaku Manusia
(Menurut Diane Gosen, 2001)

1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman.


2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang
lain.
3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan
menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka
percaya.
Lanjutan
Bahan Bacaan 6
Bahan Bacaan 5 Keyakinan Kelas
Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas:
● Keyakinan kelas bersifat bukan lebih ‘abstrak’
daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit.
● Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan
universal.
● Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat
dalam bentuk positif.
● Keyakinankelas hendaknya tidak terlalu banyak,
sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua
warga kelas.
● Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat
diterapkan di lingkungan tersebut.
● Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi
dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan
curah pendapat.
● Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari
waktu ke waktu.
Prosedur Pembuatan Keyakinan sekolah /
Kelas:
1. Mempersilakan warga sekolah atau murid-murid di
sekolah/kelas untuk bercurah pendapat tentang peraturan yang perlu
disepakati di sekolah/kelas.
2. Mencatat semua masukan-masukan para murid/warga sekolah
di papan tulis atau di kertas besar (kertas ukuran poster), di mana
semua anggota kelas/warga sekolah bisa melihat hasil curah
pendapat.
3. Susunlah keyakinan kelas sesuai prosedur
‘Pembentukan Keyakinan
RUANG KOLABORASI
LK 1.pptx
DEMONSTRASI
KONTEKSTUAL
Setiap kelompok memaparkan hasil diskusi di
kelompoknya.
Praktik baik apa yang sudah dikerjakan.
Penegasan
PERMAINAN TEBAKLAH AKU
Fasilitator mengajak peserta untuk bermain tebaklah aku sebagai Kesimpulan
Pemahaman Konsep Hukuman dan Konsekuensi dalam Tabel Hukuman
https://drive.google.com/file/d/19eNrdDxEI50NE8Pt2Kq-kwzv4FrVfBdT/view?usp=
share_link
ELABORASI
PEMAHAMAN

Peserta mengisi secara pribadi Tabel Harapan


KONEKSI ANTAR
MATERI
Peserta mampu merumuskan pelaksanaan disiplin
positif melalui contoh-contoh masalah yang riil di
sekolah masing-masing
PERMAINAN
TEBAK PRILAKU
(Rencana) AKSI NYATA
Peserta melakukan komitmen pelaksanaan
disiplin positif di sekolah sesuai dengan
peran masing-masing.
LK 2.pptx
LK Pengawas:
LK Kepala sekolah
LK GURU:

Anda mungkin juga menyukai