Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PRINSIP KEAKTIFAN DALAM BELAJAR

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Teori Belajar dan Pembelajaran

Prof. Dr. H. Rudi Susilana, M.Si.


dan
Prof. Dr. Deni Kurniawan, M.Pd

Disusun oleh

2217185 NURUL LAILY AL ARSYADHI

Program Studi Magister Pengembangan Kurikulum

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

2023

1
Daftar Isi
BAB I............................................................................................................................................................ 3

PENDAHULUAN............................................................................................................................................. 3

BAB II........................................................................................................................................................... 5

KAJIAN TEORI............................................................................................................................................... 5
A. Pengertian Keaktifan...............................................................................................................................5
B. Macam-Macam Keaktifan.......................................................................................................................8
C. Jenis-Jenis Keaktifan................................................................................................................................9
D. Klasifikasi Keaktifan Siswa.....................................................................................................................10
E. Faktor-Faktor yang mempengaruhi keaktifan.......................................................................................12
F. Prinsip-Prinsip Keaktifan.......................................................................................................................13
G. Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran...................................................................................................13
H. Indikator Keaktifan Dalam Pembelajaran.............................................................................................14

BAB III......................................................................................................................................................... 15

KESIMPULAN.............................................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................ 16

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Prinsip keaktifan dalam pembelajaran memiliki peran yang amat penting.


Menurut pandangan psikologi, anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai
dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri.
Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada
orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.

John Dewey sebagaimana dikutip Abuddin Nata mengemukakan bahwa


belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan peserta didik untuk dirinya
sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah.
Jean Piaget seperti dikutip Ahmad Rohani mengemukakan, seorang anak akan
berpikir sepanjang ia berbuat, tanpa berbuat anak tak berpikir. Agar ia berpikirsendiri
(aktif) ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Lebih lanjut Piaget
menjelaskan , bahwa belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa
yangmengolah informasi, jiwa yang yang tidak sekadar menyimpan informasi, tetapi
mengadakan transformasi.

Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan


dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca,
mendengar, menulis, berlatih keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan
psikis, misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam
memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang
lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan lain-lain. Siswa yang kurang aktif dalam
belajar cenderung melakukan hal-hal yang menghambat belajarnya sendiri. Seperti
pura-pura buka buku, meletakkan wajah di meja sehingga sampai ketiduran dan
sebagainya.

Dalam proses pembelajaran di sekolah, masih ada guru yang belum


melakukan proses pembelajaran dengan mengaktifkan siswa, membuat
pembelajaran menjadi menyenangkan, dinamis, kreatif, inspiratif, dan 4 menantang,
serta menyesuaikan dengan bakat minat anak. Maka guru perlu mencari cara untuk
meningkatkan keaktifan siswa. Keaktifan merupakan motor dalam kegiatan belajar,
siswa dituntut untuk aktif.

Prinsip belajar yang berkaitan dengan keaktifan ditekankan oleh teori belajar
konstrukstivisme dari John Dewey yang berpendapat bahwa pengajar harus dapat
melaksanakan pembelajaran secara berkesinambungan melalui pengalaman. Dewey
juga mengungkapkan bahwa keikutsertaan peserta didk secara aktif sangat
3
berpengaruh terhadap aktivitas belajar mengajar. Berdasarkan pada pemaparan di
atas, penulis akan membahas pemahaman yang berkaitan dengan “Prinsip Keaktifan
Dalam Pembelajaran”.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud dengan keaktifan ?
b. Apa saja jenis-jenis keaktifan belajar ?
c. Apa saja klasifikasi keaktifan siswa ?
d. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan ?
e. Apa saja prinsip-prinsip keaktifan ?
f. Bagaimana keaktifan siswa dalam pembelajaran ?
g. Bagaimana indikator keaktifan dalam kegiatan pembelajaran ?

C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui definisi keaktifan
b. Untuk mengetahui jenis-jenis keaktifan belajar
c. Untuk mengetahui klasifikasi keaktifan belajar
d. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan
e. Untuk mengetahui prinsip-prinsip keaktifan
f. Untuk mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaran
g. Untuk mengetahui indikator keaktifan dalam kegiatan pembelajaran

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Keaktifan

4
Aktif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:23) berarti giat (bekerja,
berusaha). Menurut Mulyono, (Kurniati, 2009:12) keaktifan adalah kegiatan atau
aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan kegiatan yang terjadi baik
fisik maupun non fisik.

Menurut Lie J.Crobach belajar adalah Learning usually reserved for a


relatively permanent change in behaviour, interpretation, or emotional respone asa
result of experience (Lee J.Crobach, 1977 : 92). Artinya : belajar biasanya diartikan
sebagai perubahan yang relatif permanen pada tingkah laku, interpretasi atau emosi
yang muncul sebagai hasil dari pengalaman. Perubahan tingkah laku atau emosi yang
mengarah kepada upaya belajar disebut sebagai keaktifan belajar.

Menurut Nana Sudjana, keaktifan siswa dapat dilihat dari keikutsertaan


dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam memecahkan masalah,
bertanya kepada siswa lain ataupun guru apabila tidak memahami persoalan yang
dihadapinya, berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah, melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal, serta
menilai kemampuan diri sendiri dan hasil-hasil yang diperoleh. Keaktifan siswa pada
saat belajar, akan tampak pada kegiatan berbuat sesuatu untuk memahami materi
pelajaran.

Keaktifan belajar siswa tidak lepas dari paradigma pembelajaran yang


diciptakan guru (Nana Sudjana, 2005 : 72). Menurut Sardiman, keaktifan adalah
kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001:98).

Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas
fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah siswa giat aktif dengan anggota badan,
membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan
mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktivitas psikis
(kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak- banyaknya atau banyak
berfuungsi dalam rangka pembelajaran.

Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk


mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman
atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran.
Keaktifan juga dapat diaartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif.
Rousseau dalam (Sardiman, 1986:95) menyatakan bahwa setiap orang yang
belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktivitas, maka proses pembelajaran tidak akan
terjadi. Maka segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri,

5
pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri dengan fasilitas
yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknik.

Keaktifan dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan


mengembangkan bakat yang dimiliki siswa, juga dapat melatih berfikir kritis, dan
dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Disamping itu guru juga dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis,
sehingga merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Keaktifan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu : (1) memberikan motivasi atau


menarik perhatian peserta didik, sehingga mereka berperan aktif dalam
pembelajaran; (2) menjelaskan tujuan instruksional (kompetensi dasar kepada
peserta didik); (3) mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa; (4) memberikan
petunjuk kepada siswa cara mempelajari; (5) memberikan stimulus(masalah,
topik,konsep yangakan dipelajari; (6) memunculkan aktifitas, partisipasi siswa dalam
kegiatan pembelajaran; (7) memberikan umpan balik (feedback); (8) melakukan
tagihan tagihan kepada siswa berupa tes sehingga kemampuan siswa terpantau dan
terukur; (9) menyimpulkan setiap materi diakhir pembelajaran.

Aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran perlu diperhatikan oleh guru,
agar proses belajar mengajar yang ditempuh mendapatkan hasil yang maksimal.
Maka guru perlu mencari cara untuk meningkatkan keaktifan siswa. Keaktifan siswa
yaitu suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar aktif. Mereka secara
aktif menggunakan otak mereka baik untuk mendapatkan ide pokok dari materi
pelajaran, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang diberikan oleh
guru dalam mata pelajaran yang disajikan.Keaktifan siswa dimaksudkan untuk
mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki siswa, sehingga semua
siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik
pribadi yang mereka miliki. Disamping itu, keaktifan siswa juga dimaksudkan untuk
menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran (Hartono,
2008:20).

Keaktifan siswa dalam proses belajar merupakan upaya siswa dalam


memperoleh pengalaman belajar, yang mana keaktifan belajar siswa dapat ditempuh
dengan upaya kegiatan belajar kelompok maupun belajar secara perorangan. Belajar
mengajar sebagai suatu proses harus dapat menggambarkan dan menjawab
beberapa persoalan yang mendasar mengenai : (1) kemana proses tersebut akan
diarahkan; (2) apa yang harus dibahas dalam proses tersebut; (3) bagaimana cara
melakukannya; (4) bagaimana mengetahui berhasil tidaknya proses tersebut. Dari
keempat komponen ini sebenarnya memiliki keterkaitan satu sama lainnya dalam
proses pembelajaran yang sebenarnya telah biasa dilakukan guru di sekolah.

6
Persoalan pada kemana proses itu diarahkan, hal ini berhubungan dengan
tujuan proses pembelajaran di sekolah. Persoalan apa yang harus dibahas dalam
proses itu, berhubungan dengan materi atau bahan ajar yang diajarkan di kelas.
Sedangkan persoalan terakhir tentang bagaimana mengetahui berhasil dan tidaknya
proses itu dilakukan, selalu berhubungan dengan penilaian dalam proses
pembelajaran itu. Di sini titik tekan dalam memahami hasil belajar yang diinginkan
bersumber dari penilaian proses pembelajaran bukan hasil akhir dari tes itu sendiri.

Berdasarkan beberapa pengertian keaktifan belajar diatas, maka dapat di


simpulkan bahwa keaktifan yaitu keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran
yang sedang berlangsung di mana siswa berinteraksi dengan siswa lain maupun guru.
Maka dari keempat persoalan tersebut di atas (tujuan, bahan, metode, dan alat serta
penilaian) menjadi komponen utama yang harus dipenuhi dalam proses belajar
mengajar.
Keempat komponen tersebut tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling
berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain (interelasi). Tujuan dari
proses belajar mengajar berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran. Isi
tujuan pengajaran pada hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan. Sedangkan
bahan pelajaran merupakan isi dari kegiatan belajar mengajar, yang mewarnai tujuan
tersebut, medukung tercapainya tingkah laku yang diharapkan untuk dimiliki oleh
siswa. Metode dan alat berfungsi sebagai media transformasi pelajaran terhadap
tujuan yang ingin dicapai. Metode dan alat pengajaran yang digunakan harus betul-
betul efektif dan efisien. Penilaian atau evaluasi berperan sebagai ukuran tercapai
tidaknya tujuan yang telah dicanangkan.

Dari uraian di atas jelas bahwa keempat komponen saling berhubungan dan
saling berpengaruh satu sama lainnya. Proses belajar mengajar pada dasarnya ialah
proses mengkoordinasi sejumlah komponen di atas, agar satu sama lain saling
berhubungan dan saling berpengaruh sehingga menimbulkan kegiatan belajar pada
siswa seoptimal mungkin menuju terjadinya perubahan tingkah laku siswa sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan perkataan lain pengajaran dapat di
pandang sebagai suatu sistem, pendekatan terhadap pengajaran menggunakan
pendekatan sistem dan tujuan yang telah ditetapkan dari masukan (input), yaitu
siswa sebelum proses belajar mengajar. Dengan bahan pelajaran, metode dan alat
pelajaran yang digunakan, masukan (input) mengalami proses. Akhirnya diperoleh
output, yakni siswa yang memiliki karakteristik sesuai tujuan. Untuk mengetahui
kadar pencapaian tujuan dilakukan evaluasi. Hasil evaluasi tersebut juga sangat
penting sebagai dasar feed back untuk perbaikan.
Belajar aktif adalah mempelajari dengan cepat dan tanggap, menyenangkan,
penuh semangat, keterlibatan secara pribadi, dan mempelajari sesuatu denggan

7
baik. Siswa aktif harus dapat mendengar, melihat, menjawab pertanyaan, dan
mendiskusikan dengan orang lain. Dalam proses belajar aktif, pengetahuan
merupakan pengalaman prribadi yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses
belajar bukan merupakan pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada siswa,
sedangkan mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan agar siswa dapat
memperoleh pengeetahuan melalui keterlibatan secara aktif dalam kegiatan belajar.
Untuk itu guru harus memotivasi siswa pada saat pembelajaran berlangsung,dalam
hal ini guru berperan sebagai fasilitator pada saat pembelajaran.

Guru berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan mendukung


bagi terciptanya pembelajaran yang bermakna. Siswa harus mengalami dan
berinteraksi langsung dengan obyek yang nyata. Jadi belajar harus dialihkan yang
semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Sekolah merupakan sebuah miniatur dari masyarakat dalam proses pembelajaran
sehingga harus terjadi saling kerja sama dan interaksi antar komponen. Pendidikan
modern lebih menitikberatkan pada aktivitas yang sejati, di mana siswa belajar
dengan mengalaminya sendiri. Dengan mengalami sendiri, siswa memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya termasuk sikap
dan nilai. Hal ini agar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam belajar, guru
peranannya sebagai pembimbing dan fasilitator.

B. Macam-Macam Keaktifan

Menurut Sriyono, dkk (1992:75) keaktifan jasmani dan rohani yang dilakukan
siswa dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut : a. Keaktifan indera;
pendengaran, penglihatan, peraba, dan sebagainya. Siswa harus dirangsang agar dapat
menggunakan alat inderanya sebaik mungkin. Mendikte dan menyuruh mereka
menulis sepanjang jam pelajaran akan menjemukan. Demikian pula dengan
menerangkan terus tanpa menulis sesuatu di papan tulis. Maka pergantian dari
membaca ke menulis, menulis ke menerangkan dan seterusnya akan lebih menarik
dan menyenangkan. b. Keaktifan akal; akal siswa harus aktif atau diaktifkan untuk
memecahkan masalah, menimbang, Menyusun pendapat dan mengambil keputusan. c.
Keaktifan ingatan; pada proses belajar mengajar siswa harus aktif menerima bahan
pelajaran yang disampaikan oleh guru, dan menyimpannya dalam otak. Kemudian
pada suatu saat ia siap dan mampu mengutarakan Kembali. d. Keaktifan emosi; dalam
hal ini siswa hendaklah senantiasa berusaha mencintai pelajarannya, karena dengan
mencintai pelajarannya akan menambah hasil belajar siswa itu sendiri.

Sebenarnya semua proses belajar mengajar siswa mengandung unsur


keaktifan, tetapi antara siswa yang satu dan yang lain tidak sama. Oleh karena itu,
siswa harus berpartisipasi aktif secara fisik dan mental dalam kegiatan belajar
mengajar. Keaktifan siswa dalam proses belajar merupakan upaya siswa dalam

8
memperoleh pengalaman belajar, di mana keaktifan siswa dapat ditempuh dengan
upaya kegiatan belajar kelompok maupun secara perseorangan.

C. Jenis-Jenis Keaktifan

Perbuatan belajar merupakan perbuatan yang sangat kompleks dan proses


yang berlangsung pada otak manusia. Dengan melakukan perbuatan belajar tersebut
siswa akan menjadi aktif di daalam kegiatan belajar. Jenis-jenis keaktifan siswa dalam
proses belajar sangat beragam. Curriculum Guiding Commite of theWinsconsin
Cooperative Educational Program dalam Oemar Hamalik (2009:20-
21)mengklasifikasikan aktivitas siswa dalam proses belajar menjadi : (1) kegiatan
penyelidikan : membaca, berwawancara, mendengarkan radio, menonton film, dan
alat-alat audio visual lainnya; (2) kegiatan penyajian : laporan, panel and riound table
discussion, mempertunjukkan visual aid, membuat graik dan chart; (3) kegiatan
Latihan mekanik : digunakan bila kelompok menemui kesulitan sehingga perlu
diadakan ulangan dan Latihan; (4) kegiatan apresiasi : mendengarkan musik; (7)
bekerja dalam kelompok : Latihan dalam tata kerja demokratis, pembagian
kerjaantara kelompok dalam melakukan rencana, (8) percobaan : belajar mencobakan
cara-cara mengerjakan sesuatu, kerja laboratorium dengan menekankan perlengkapan
yang dapat dibuat oleh siswa di samping perlengkapan yang telah tersedia, serta (9)
kegiatan mengorganisasi dan menilai : diskriminasi, menyeleksi, mengatur, dan
menilai pekerjaan yang dikerjakan oleh mereka sendiri.

Lebih lanjut, Oemar Hamalik (2009:22-23) membagi jenis keaktifan siswa


dalam proses belajar ada 8 (delapan) aktivitas, yaitu : mendengar, melihat, mencium,
merasa, meraba, mengolah ide, menyatakan ide, dan melakukan latihan. Secara
sederhana kedelapan aktivitas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Mendengar, dalam proses belajar menajar yang sangat menonjol adalah


mendengar dan melihat. Apa yang kita dengar dapat menimbulkan tanggapan
dalam ingatan-ingatan, yang turut andil dalam membentuk jiwa seseorang.
b) Melihat, siswa dapat menyerap dan belajar 83% dari penglihatannya. Melihat
berhubungan dengan penginderaan terhadap obyek nyata, seperti peragaan
atau demonstrasi. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar melalui
proses mendengar dan melihat, sering digunakan alat bantu dengar dan
pandang, atau yang sering dikenal dengan istilah alat peraga.
c) Mencium, sebenarnya penginderaan dalam proses belajar bukan hanya
mendengar dan melihat, tetapi meliputi penciuman. Seseorang dapat
memahami perbedaan objek melalui bau yang dapat dicium.
d) Merasa, yang dapat memberi kesan sebagai dasar terjadinya berbagai bentuk
perubahan tingkah laku bisa juga dirasakan dari benda yang dikecap.
e) Meraba, untuk melengkapi penginderaan, meraba dapat dilakukan untuk
membedakakan suatu benda dengan yang lainnya.
f) Mengolah ide, dalam mengolah ide peserta didik melakukan proses berpikir
atau proses kognisi. Dari keterangan yang disampaikan kepadanya, baik secara
lisan maupun secra tulisan, serta dari proses penginderaan yang lain yang
kemudian siswa mempersepsi dan mennaggapinya. Berdasarkan
tanggapannya, dimungkinkan terbentuk pengetahuan, pemahaman,

9
kemampuan menerapkan prinsip atau konsep, kemampuan menganalisis,
menarik kesimpulan dan menilai. Inilah bentuk-bentuk perubahan tingkah laku
kognitif yang dapat dicapai dalam proses belajar mengajar.
g) Menyatakan ide, tercapainya kemampuan melakukan proses berpikir yang
kompleks ditunjang oleh kegiatan beelajar melalui pernyataan atau
mngekspresikan ide. Ekspresi ide ini dapat diwujudkan melalui kegiatan
diskusi, melakukan eksperimen, atau melalui proses penemuan melalui
kegiatan semacam itu, ttaraf keampuan kognitif yang dicapai leih baik dan
lebih tinggi dibandingkan dengan hanya sekedar melakukan penginderaan,
apalagi penginderaan yang dilakukan hanya sekedar mendengar semata-mata.
h) Melakukan Latihan : bentuk tingkah laku yang sepatutnya dilalui proses
belajar, di samping tingkah laku kognitif, tingkah laku afektif (sikap) dan
tingkah laku psikomotorik (keterampilan). Untuk meningkatkan keterampilan
tersebut memrlukan latihan-latihan tertentu. Oleh karena itu kegiatan proses
yang tujuannya untuk membentuk tingkah laku psikomotorik dapat dicapai
dengan melalui latihan-latihan

D. Klasifikasi Keaktifan Siswa

Menurut Sardiman (2011:101) jenis-jenis keaktifan siswa dalam belajar adalah:

a) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca,


memperhatikangambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
b) Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran,mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.
c) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan : percakapan, diskusi,
musik,pidato.
d) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan
menyalin
e) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
f) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain : melakukan
percobaan,membuat konstruksi, bermain.
g) Mental activities, sebagai contoh misalnya menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusan.
h) Emotional activities, seperti : menaruh minat, merasabosan,
gembira,bersemangat, bergairah, tenang.

Menurut Paul D. Diedrich (Oemar Hamalik, 2011:172-173) keaktifan belajar


dapat diklasifikasikan menjadi 8 kelompok :

1. Kegiatan-kegiatan visual, seperti : membaca, melihat gambar-gambar,


mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang
lain bekerja atau bermain.
2. Kegiatan-kegiatan lisan, seperti : mengemukakan suatu fakta yang ada
atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu
pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara,
diskusi, dan interupsi.

10
3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, seperti : mendengarkan penyajian
bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi
kelompok,mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
4. Kegiatan-kegiatan menulis, seperti : menulis cerita, menulis laporan,
memeriksa karangan, bahan-bahan materi, membuat rangkuman,
mengerjakan tes, dan mengisi angket.
5. Kegiatan-kegiatan menggambar, seperti : menggambar, membuat suatu
grafik, chart, diagram, peta, dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan metrik, seperti : melakukan percobaan-percobaan,
memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari, dan berkebun.
7. Kegiatan-kegiatan mental, seperti : merenungkan, mengingat,
memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan
hubungan dan membuat keputusan.
8. Kegiatan-kegiatan emosional, seperti : menaruh minat, membedakan,
merasabosan, gembira, bersemangat, berani, tenang, dan gugup.

Sementara itu, menurut Nana Sudjana (2009:61) menyatakan keaktifan siswa


dalam pembelajaran dapat dilihat dari berbagai hal, yaitu :

a) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.


b) Terlibat dalam pemecahan masalah.
c) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami
persoalan yangdihadapinya.
d) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah.
e) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
f) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.
g) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.
h) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam
menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka keaktifan siswa dapat dilihat


dari berbagai hal antara lain :

a) Kegiatan visual : membaca


b) Kegiatan lisan : mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran,
mengemukakanpendapat, diskusi.
c) Kegiatan mendengarkan : mendengarkan penyajian materi,
mendengarkanpercakapan dalam diskusi kelompok
d) Kegiatan menulis : menulis bahan materi, merangkum bahan
materi,mengerjakan tes.
e) Kegiatan mental : memecahkan massalah, membuat keputusan.
f) Kegiatan emosional : menaruh minat, merasa bosan, gembira,
semangat, danberani.

11
E. Faktor-Faktor yang mempengaruhi keaktifan

Muhibbin Syah (2008:146) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi


keaktifan belajar siswa dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu faktor internal
(faktor dari dalam peserta didik), faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), dan
faktor pendekatan belajar (approach to learning). Secara sederhana, faktor-faktor yang
mempengaruhi keaktifan belajar siswa tersebut diuraikan sebagaiberikut :

a. Aspek fisiologis, yaitu kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
b. Aspek psikiologis, belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena
itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar
seseorang. Adapun faktor psikologis siswa yang mempengaruhi keaktifan
belajarnya adalah sebagai berikut :

1) intelegensi, tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tidak


dapat diragukan lagi dalam menentukan keaktifan dan
keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna bahwa semakin tinggi
tingkat inteligensinya maka semakin besar peluangnya untuk
meraih sukses, begitu juga sebaliknya;
2) sikap, adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
keecenderunggan untuk mereaksi.atau merespon dengan cara yang
relative terhadap objek orang, barang, dansebagainya, baik secara
positif maupun negatif;
3) bakat, adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak
lahir yang berguna untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat
tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing;
4) minat, adalah kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu; dan
5) motivasi, adalah kondisi psikologis yang medorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi belajar adalah kondisi
psikologis yang meendorong seseorang untuk belajar.

c. Faktor eksternal siswa, merupakan faktor dari luar siswa yakni kondisi lingkungan
di sekittar siswa. Adapun yang termasuk dari faktor eksternal diantaranya adalah :
(1) lingkungan sosial, yang meliputi : para guru, staf admiistrasi, dan teman-
teeman sekelas; serta (2) lingkungan non sosial, yang meliputi : Gedung sekolah
dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan
siswa.
d. Faktor pendekatan belajar, merupakan segala cara atau strategi yang digunakan
siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi
tertentu.

Hal yang sama dikemukakan oleh Abu Ahmadi (2009:78) bahwa faktor yang
mempengaruhi keaktifan belajar siswa diklasifikasikan menjadi dua macam, yakni :
(1) faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi faktor
fisiologis dan psikologi; serta (2) faktor ekstern (faktor dari luar manusia) yang

12
meliputi faktor sosial dan non sosial. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan peserta didik dalam proses belajar adalah
faktor internal (faktor dari dalam siswa) dan faktor eksternal (faktor dari luar siswa).

F. Prinsip-Prinsip Keaktifan

Menurut W.Gulo (2002:76) prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam usaha


menciptakan kondisi belajar supaya siswa dapat mengoptimalkan aktivitasnya dalam
pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut adalah :

a. Prinsip motivasi, dimana guru berperan sebagai motivator yang merangsang dan
membangkitkan motif-motif yang positif dari siswa dalam pembejarannya.
b. Prinsip latar atau konteks, yaitu prinsip keterhubungan bahan baru dengan apa
yang telah diperoleh siswa sebelumnya. Dengan perolehan yang ada inilah siswa
dapat memperoleh bahan baru.
c. Prinsip keterarahan, yaitu adanya pola pengajaran yang menghubungkan seluruh
aspek pengajaran.
d. Prinsip belajar sambal bekerja, yaitu mengintegrasikan pengalaman dengan
kegiatan fisik dan pengalaman dengan kegiatan intelekttual.
e. Prinsip perbedaan perorangan, yaitu kegiatan bahwa ada perbedaan perbedaan
tertentu di dalam diri setiap siswa, sehingga mereka tidak diperlakukan secara
klasikal.
f. Prinsip menemukan, yaitu membiarkan sendiri siswa menemukan informasi yang
dibutuhkan dengan pengarahan seperlunya dari guru.
g. Prinsip pemecahan masalah, yaitu mengarahkan siswa untuk peka terhadap
masalah dan mempunyai kegiatan untuk mampu menyelesaikannya.

Berdasarkan uraian di atas, dalam membangun suatu aktivitas dalam diri para
siswa, hendaknya guru memperhatikan dan menerapkan beberapa prinsip di atas. Dengan
begitu para siswa akan terlihat keaktifannya dalam belajar dan juga mereka dapat
mengembangkan pengetahuannya. Jadi, siswalah yang berperan pada saat pembelajaran
sedang berlangsung. Guru hanya membuat suasana belajar yang menyenangkan, agar
siswa aktif dalam pembelajaran, sehingga mereka tidak hanya diam pada saat pelajaran
sedang berlangsung.

G. Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran tidak hanya guru yang aktif dalam menyampaikan
penjelasan materi tetapi dibutuhkan juga keaktifan siswa agar kegiatan proses belajar
lebih maksimal, hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran itu sendiri merupakan
interaksi antara guru dan siswa. Menurut Mulyono (Kurniawati, 2009:1-2) keaktifan
adalah kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan
yang terjadi baik fisik maupun non fisik.

Keaktifan yang dimaksud disini adalah pada siswa, sebab dengan adanya
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar yang aktif.

13
Menurut Sudjana (2001:61) dalam penilaian proses belajar mengajar terutama adalah
melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.

Selanjutnya menurut Dimyati dan Mudjiono (20002:114-115) memaparkan


keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan,dari
keadaan fisik, yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati.

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keaktifan adalah
keterlibatan yang dilakukan oleh seseorang dalam belajar untuk memberikan dorongan
kepada siswa yang melaksanakan kegiattan atau aktivitas jasmani yang dapat terlihat dan
rohani yang dapat dirasakan.

Menurut Usman (2013:32) berpendapat bahwa aktivitas belajar siswa


digolongkan kedalam beberapa hal, yaitu :

a. Aktivitas visual seperti membaca, menulis, eksperimen, dan demonstrasi.


b. Aktivitas lisan seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, dan
menyanyi.
c. Aktivitas mendengarkan seperti mendengarkan penjelasan guru, ceeramah,
dan pengarahan.
d. Aktivitas gerak seperti senam, atletik, menari, dan melukis.
e. Aktivitas menulis seperti mengarang, membuat makalah, dan membuat
surat.

Dari jenis-jenis aktivitas diatas dapat dilihat dari kegiatan-keegiatan yang


dilakukan oleh peserta didik dan cara belajar peserta didik yang aktif dalam proses
belajar mengajar.

H. Indikator Keaktifan Dalam Pembelajaran

Keaktifan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran merupakan hal yang sangat
penting. Kegiatan disini adalah keterlibatan siswa yang secara langsung dapat dilihat.
Menurut Sudjana (2001:61) keaktifan dalam siswa dapat dilihat dalam hal :

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.


b. Terlibat dalam pemecahan masalah.
c. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapi.
d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan
masalah.
e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
f. Melatih diri dalam memecahkan persoalan masalah atau soal.
g. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.
h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya
dalammenyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

14
BAB III
KESIMPULAN
Keaktifan anak dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus
dipahami, disadari, dan dikembangkan oleh setiap guru di dalam proses pembelajaran.
Demikian pula berarti harus dapat diterapkan oleh siswa dalam setiap bentuk kegiatan
belajar.

Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual,
emosional, dan fisik jika dibutuhkan. Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka pikir
setiap guru adalah bahwa pada prinsipnya anak-anak adalah makhluk yang aktif.

Individu merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan
yang dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat berkembang ke arah yang positif bilamana
lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk tumbuh suburnya keaktifan itu. Maka,
setiap guru perlu menggali potensi-potensi keberagaman siswa melalui keaktifan yang
mereka aktualisasikan dan selanjutnya mengarahkan aktivitas mereka ke arah tujuan positif
atau tujuan pembelajaran.

Betapa pentingnya keaktifan anak di dalam proses pembelajaran. Potensi-potensi anak


dapat dikembangkan jika proses pembelajaran mampu melibatkan peran aktivitas intelektual,
mental, dan fisik anak secara optimal

15
DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar, Abd Rahman. (2016). “Prinsip-Prinsip Dan Model Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam”. http://journal.unismuh.ac.id/index.php/tarbawi/article/view/368. Diakses pada 18
September 2023 Pk. 20.00 wib.

Darmawan, Deni. Modul 1 Konsep Dasar Pembelajaran. Bandung : Universitas Pendidikan


Indonesia.

Hurit, Roberta Uron, dkk. (2021). Belajar Dan Pembelajaran. Bandung:Media Sains
Indonesia. https://eprints.uny.ac.id. Diakeses pada 18 September 2021 Pk. 21.00 wib.

http://repository.ump.ac.id/940/3/BAB%20II_JOHAN_PPKn%2716.pdf. Diakeses pada 19


September 2023 Pk.10.00 wib.

Makki Ismail dan Aflahah. (2019). Konsep Belajar Dan Pembelajaran. Pamekasan :
DutaMedia

16

Anda mungkin juga menyukai