Anda di halaman 1dari 18

lOMoARcPSD|27983848

Psikologi Pendidikan kel 6 - Perbedaan Individual dalam


Belajar
Psikologi Pendidikan dan Perkembangan (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Nurul Laily Al Arsyadhi (lely.nurullaily@gmail.com)
lOMoARcPSD|27983848

Perbedaan Individual dalam Belajar


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu:
Dr. Sururin, M.Ag.

Disusun oleh:

Disusun Oleh :
Faiz Aidin (11190110000084)
Nadia Munjiah (11190110000018)
Nila Durri Al-Maqrizi (11190110000046)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020/1442 H

Downloaded by Nurul Laily Al Arsyadhi (lely.nurullaily@gmail.com)


lOMoARcPSD|27983848

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW. yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT. atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Psikologi Pendidikan dengan judul
<Perbedaan Individual dalam Belajar=.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
mata kuliah Psikologi Pendidikan yakni Ibu Dr. Sururin, M.Ag. yang telah membimbing kami
dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 16 Oktober 2020

Pemakalah

Downloaded by Nurul Laily Al Arsyadhi (lely.nurullaily@gmail.com)


lOMoARcPSD|27983848

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................ 1
Bab II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3
A. Pengertian Individual dalam Belajar ........................................................................... 3
B. Macam-Macam Perbedaan Individual ......................................................................... 3
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Individu .............................................. 5
D. Perbedaan Individu dalam Belajar dan Mengingat ...................................................... 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 13
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 14

ii

Downloaded by Nurul Laily Al Arsyadhi (lely.nurullaily@gmail.com)


lOMoARcPSD|27983848

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Setiap individu adalah unik dan memiliki perbedaan baik dari sifat, karakter,
kecerdasan, maupun lainnya. Tidak ada dua individu yang sama persis, tiap individu berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan pada individu merupakan suatu karunia dari Allah
SWT yang karena perbedaan tersebut dapat menghasilkan karakter dan kecerdasan luar biasa
pada setiap individu. Oleh karena itu sebagai seorang pendidik, guru diharapkan mampu untuk
mengenali dan memahami perbedaan padasetiap sisa didiknya agar tahu bagaimana cara untuk
menangani setiap perbedaantersebut ke arah yang baik. Perbedaan individu penting untuk
dipahami karenakarakteristik individu yang berbeda seringkali menimbulkan permasalahan.

Dari permasalahan yang timbul, pendidik dapat mengetahui berbagai macam perbedaan
individu, diantaranya perbedaan kognitif, perbedaan kecakapan, perbedaan bahasa, perbedaan
fisik motorik, perbedaan lingkungan keluarga, perbedaan tingkat pencapaian, perbedaan latar
belakang dan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut perlu adanya penanganan dalam
rangka upaya pembelajaran. Pada anak usia dini yang notabenenya sangat antusias dan aktif
tentunya mempunyai kesulitantersendiri dalam menghadapi perbedaan karakteristiknya karena
seringkali perilaku, kecerdasan dan lainnya dari anak usia dini tidak terduga.

Perlakuan khusus sangat perlu untuk diberikan dan diterapkan pada masing-masing
peserta didik dengan perlakuan yang berbeda pada tiap proses pembelajaran individual
(individual instruction). Hal ini demi mempertimbangkan keunikan masing masing individu
dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Guru atau pengajar atau mentor tentu harusnya
membuat perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian yang berbeda antara pembelajaran pada
individu satu dengan pembelajaran pada individu lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut
sangat perlu untuk diperhatikan sehingga guru mampu mengelola dan melaksanakan
pembelajaran individual maupun kelompok dengan tepat dan sesuai dengan sistem pendidikan
yang dipakai dan diterapkan. Karena, ketidakmampuan guru untuk memahami individu dengan
benar akan mengkerdilkan kelebihan yang lainnya yang seharusnya muncul menjadi kekuatan
anak didik bila dikelola dengan benar. Memahami perbedaan individu tidak hanya dari tingkat
kognitifnya saja namun hendaknya dari segala aspek yang mencakup perkembangan, gaya
belajar, karakter (sifat), dan linkungan sosial tempat seorang anak didik tumbuh.

Downloaded by Nurul Laily Al Arsyadhi (lely.nurullaily@gmail.com)


lOMoARcPSD|27983848

Dengan ini kami bertujuan untuk membahasnya pada makalah kami. Semoga
bermanfaat.

Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Individual dalam Belajar.


2. Apa Saja Macam-Macam Perbedaan Individual.
3. Apa Saja Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Individu.
4. Bagaiman Perbedaan Individu dalam Belajar dan Mengingat.

Tujuan

1. Mengetahui Pengertian Individual dalam Belajar


2. Mengetahui Macam-Macam Perbedaan Individual
3. Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Individu
4. Mampu Mengenai Perbedaan Individu dalam Belajar dan Mengingat

Downloaded by Nurul Laily Al Arsyadhi (lely.nurullaily@gmail.com)


lOMoARcPSD|27983848

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Individual dalam Belajar
Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan perseorangan, berkaitan
dengan perbedaan individual perseorangan. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda
dengan yang lain. Perbedaan ini disebut perbedaan individu atau perbedaan individual.
Maka <perbedaan= dalam <perbedaan individual= menurut Landgren S dan Olsson KA.
(1982: 578) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun
psikologis.1
Individu menunjukkan kedudukan seseorang sebagai orang perorangan atau
perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang perseorangan.
Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang yang lain. Perbedaan ini disebut
perbedaan individu atau perbedaan individual. Maka <perbedaan= dalam <perbedaan
individu= menurut landgren (1980) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada
aspek fisik maupun psikologis. Di lingkungan pendidikan, ditemukan perbedaan
individual anak didik cukup banyak, yang semuanya merupakan ciri kepribadian anak
didik sebagai individu. 2
Perbedaan individual berkaitan dengan psikologi pribadi yang menjelaskan
perbedaan psikologis antara orang-orang serta berbagai kesamaannya. Psikologi
perbedaan individual menguji dan menjelaskan bagaimana orang-orang berbeda dalam
berfikir, berperasaan dan bertindak.
B. Macam-Macam Perbedaan Individual
1. Perbedaan Biologis
Di dalam dunia psikologi, perilaku manusia dipengaruhi oleh factor
biologis. Faktor biologis yang dimaksud adalah sesuatu yang terjadi berkaitan
dengan otak dan saraf manusia dalam menentukan perilaku manusia tersebut.
Di dalam kehidupan di dunia kita, kita tahu bahwa taka da seorangpun
yang memiliki kondisi jasmani yang serupa, meskipun hal itu terjadi di dalam
satu keturunan. Perbedaan itu pun terjadi pada peserta didik. Perbedaan peserta
didik dalam aspek biologis ini tidak bisa dihiraukan begitu saja. Dalam hal ini,

1
Imam Anas Hadi, Jurnal Inspirasi Pentingnya Pengenalan Tentang Perbedaan Individu Anak dalam Efektivitas
Pendidikan, Undaris Semarang, Vol. 1, 2017, h. 72
2
Dalila Turhusna dan Saomi Solatun, Jurnal Pendidikan Perbedaan Individu dalam Proses Pembelajaran,
Universitas Muhammadiyah Tangerang, Vol. 2, No. 1, 2020, h. 29

Downloaded by Nurul Laily Al Arsyadhi (lely.nurullaily@gmail.com)


lOMoARcPSD|27983848

yang menjadi sorotan utama adalah kesehatan peserta didik. Aspek biologis
yang terkait langsung dengan penerimaan pelajaran di kelas adalah kesehatan
mata dan telinga. Anak didik yang memiliki masalah terhadap dua hal tersebut
akan mengalami kesulitan di dalam proses pembelajaran. Perbedaan biologis
anak didik terkadang menimbulkan perlakuan yang berbeda dari pendidik dan
guru. Pada akhirnya, sikap ini dapat berpengaruh negatif pada sikap siswa
terhadap guru dan hasil belajarnya secara keseluruhan. 3
2. Perbedaan Psikologis
Perbedaan psikologis pada siswa mencakup perbedaan dalam minat
yang berbeda-beda, motivasi yang membangkitkan semangat belajar siswa, dan
keperibadian yang berbeda-beda. Ketiga faktor tersebut berkorelasi positif
dengan hasil belajar yang akan dicapai, dan ketiganya dilakukan secara
maksimal, maka hasil yang dicapainya pun akan maksimal. 4
3. Perbedaan Intelegensi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, intelegensi adalah daya reaksi
atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik secara fisik maupun mental,
terhadap pengalaman baru, membuat pengalaman dan pengetahuan yang telah
dimiliki iap untuk dipakai apabila dihadapkan pada fakta atau kondisi baru;
kecerdasan.
Kemampuan inteletual umum (intelegensi) sangat berkorelasi dengan
kinerja tugas awal, sedangkan kemampuan intelektual khusus lebih berkorelasi
dengan kinerja dalam latihan (Ackerman dalam Berliner dan Caffe, 1996).
4. Perbedaan Bakat
Menurut William B. Micheal (dalam Suryabrata, 2002), bakat
merupakan kapasitas, atau potensi hipotetik untuk memperoleh pola perilaku
tertentu yang terkait dengan kinerja tugas, yang sedikit sekali tergantung pada
latihan.
Peran bakat sangat penting dalaam belajar. Seseorang akan lebih
berhasil jika menekuni bidang sesuai bakatnya. Untuk mengenal bakat, maka
mesti menggunakan tes bakat yang digunakan dalam seleksi dan tes
penempatan.

3
Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), h. 164-165
4
Ibid, h. 165

Downloaded by Nurul Laily Al Arsyadhi (lely.nurullaily@gmail.com)


lOMoARcPSD|27983848

5. Perbedaan Gender
Maccob dan Jacklin (dalam Craig dan Kermis, 1995) menyimpulkan
bahwa ada perbedaan gender bahwa anak perempuan memiliki kelebihan dalam
kemampuan verbal, dan anak laki-laki memiliki kemampuan kuantitatif dan
spasial. Barbara Mackoff (dalam Baron dan Byrne, 2004) menyatakan bahwa
perbedaan terbesar antara laki-laki dan perempuan adalah cara memperlakukan
mereka. Perbedaan kelakuan ini dilakukan secara terus menerus, diturunkan
secara kultural dan terinternalisasi menjadi kepercayaan dari generasi ke
generasi dan diyakini sebagai ideologi. Ideologi ini pada akhirnya
mempengaruhi bagaimana anggota masyarakat laki-laki dan perempuan harus
bertingkah laku. 5
6. Perbedaan Status Sosial Ekonomi
Konsep ini berkaitan dengan pemasukan orang tua, tingkat pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua. Perbedaan ini berimplikasi pada gaya
pengasuhan orang tua. Orang tua dengan sosial ekonomi tinggi seringkali lebih
menekankan pada nilai, kepatuhan dan kerapihan. Sementara, keluarga yang
berstatus rrendah seringkali lebih menekankan kepada kontrol diri dan
penundaan rasa puas (Santrock, 2008).6
7. Perbedaan Gaya Belajar
Pemasukan otak orang yang berbeda-beda, ada yang cepat memahami
dan ada yang lambat memahami. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk
memilih cara yang berbeda untuk menempuh dan memahami ilmu dan
informasi yang masuk. 7
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan individu
Perbedaan-perbedaan individu tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
1. Faktor Internal
Faktor Internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri anak
yakni, keturunan dan bawaan. 8 Keturunan merupakan faktor pertama yang
mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini keturunan diartikan

5
Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah,
2010), h. 44-45
6
Ibid, h. 46
7
Ibid.
8
Nino Indrianto, Pendidikan Agama Islam Interdisipliner untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Deepublish,
2020), h. 96

Downloaded by Nurul Laily Al Arsyadhi (lely.nurullaily@gmail.com)


lOMoARcPSD|27983848

sebagai <Totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada


anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki sejak masa
konsepsi (masa pembuahan ovum oleh sperma) sebagai warisan dari pihak
orang tua melalui gen-gen=. Menurut E. Z. Muttaqin bahwa anak harus
diberikan pendidikan dari sejak dini. Ketika suami istri bergaul sudah diawali
dengan doa-doa agar setan tidak ikut campur dalam ovum atau sperma, karena
yang disimpan dalam rahim istri bukan hanya terdiri dari bahan jasmani-jasmani
saja, tetapi juga terkandung benih watak dan tabiat si calon anak. 9
2. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan
individu, sehingga individu ikut terlibat atau terpengaruh karenanya. Semenjak
masa konsepsi dan masa-masa selanjutnya, perkembangan individu dipengaruhi
oleh mutu makanan yang diterimanya, temperatur udara sekitarnya, suasana
dalam lingkungan, sikap orang-orang sekitar, hubungan antara sekitarnya,
suasana pendidikan baik formal maupun informal. Dengan kata lain, individu
akan menerima pengaruh besar dari lingkungannya, memberi contoh kepada
lingkungan, mencontoh atau belajar tentang berbagai lingkungan. 10 Dengan
demikian lingkungan juga akan mempengaruhi proses dan hasil belajar
individu. Berikut ini faktor-faktor dari lingkungan diantaranya:
a) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial yang dimaksud adalah manusia atau sesama
manusia, baik manausia itu ada (kehadirannya) maupun tidak hadir
langsung. Dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi perbedaan
belajar peserta didik ini dapat di bedakan menjadi tiga yaitu rumah,
sekolah, dan masyarakat.
b) Lingkungan non-sosial
Dalam lingkup lingkungan non-sosial meliputi udara, waktu
belajar, cuaca, lokasi, gedung sekolah dan alat-alat pembelajaran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi latar belakang peserta didik, satau

9
Imam Anasdi Hadi, Pentingnya Pengenalan Tentang Perbedaan Individu Anak dalam Efektivitas Pendidikan,
Jurnal Inspirasi Vol.1 No.1 Januari-Juni 2017. h. 74
10
Ibid, h. 74-75

Downloaded by Nurul Laily Al Arsyadhi (lely.nurullaily@gmail.com)


lOMoARcPSD|27983848

dengan yang lainnya berbeda, sehingga guru harus memperhatikan


perbedaan individu dalam proses pembelajaran. 11
D. Perbedaan individu dalam belajar dan mengingat
1. Kemampuan (Intelegensi)
Menurut David Wechsler sebagaimana yang dikutip oleh Stefanus M.
Marvin, Intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir
secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. 12 Beberapa
pakar mendefinisikan intelegensi sebagai keahlian untuk memecahkan suatu
masalah (Problem-solving), dan sebagai kemampuan untuk beradaptasi dan
belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. 13 Dengan demikian intelegensi dapat
diartikan sebagai sebuah keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk
beradaptasi pada, dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari.
Perbedaan individual merupakan cara di mana orang berbeda antara satu
sama lain secara konsisten dan tetap. Kita bisa berbicara tentang perbedaan
individual dalam hal kepribadiannya (personalitas) dan dalam bidang-bidang
lainnya, namun intelegensilah yang paling banyak diberi perhatian dan paling
banyak dipakai untuk menarik sebuah kesimpulan tentang perbedaan
kemampuan murid. 14
Binet menjelaskan bahwa sifat hakikat intelegnsi itu dapat dilihat dalam
fungsinya tiga macam kualitas pada manusia, yaitu:
a) Kecenderungan untuk mengarahkan pikiran dan mempertahankan
tujuan tertentu. Makin tinggi taraf intelegensi seseorang akan semakin
cakap ia membuat tujuannya sendiri, mempunyai inisiatif dan kreativitas
sendiri, tidak hanya menunggu perintah.
b) Kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dengan maksud untuk
mencapai tujuan ini. Jadi, semakin tinggi taraf intelegensi seseorang
maka akan semakin dapat menyesuaikan cara-caranya untuk mencapai
tujuan dengan situasi, ia akan semakin luwes dan kritis.
c) Kemampuan untuk melakukan otoritik, yaitu kemampuan untuk
mengkritik diri sendiri, kemampuan untuk belajar dari kesalahan yang

11
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 47
12
Stefanus M. Marbun, Psikologis Pendidikan, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2008), h. 48
13
Jhon W. Santrock, Psikologi pendidikan, (University of Texas at Dallas) h. 134
14
Ibid.

Downloaded by Nurul Laily Al Arsyadhi (lely.nurullaily@gmail.com)


lOMoARcPSD|27983848

pernah dibuatnya. Makin tinggi taraf intelegensi seseorang, maka ia


akan semakin dapat belajar dari kesalahannya. Ia tidak akan mengulangi
kesalahan yang telah pernah ia buat.15
Intelegensi dapat diukur dengan konsep Intelegensi Quotient (IQ) yang
dikemukakan oleh William Stern. Dalam konsep ini usia mental seseorang
dibagi dengan usia kronologis (Chronological age – CA), kemudian dikalikan
100, jadi rumusnya, IQ=MA/CA x 100. Jika usia mental sama dengan usia
kronologis, maka IQ orang itu adalah 100. Jika usia mental diatas usia
kronologis, maka IQ-nya lebih tinggi dari 100. Misalnya, anak enam tahun
mempunyai mental anak usia 8 tahun, maka ia akan mempunyai IQ 133. Jika
usia mentalnya dibawah usia kronologis nya, maka IQ-nya dibawah 100.
Seperti, anak usia 6 tahun mempunyai mental anak usia 5, maka ia akan
mempunyai IQ 83.16
Charles Spearman mengatakan bahwa orang mempunyai intelegensi umum
yang disebut dengan g, dan tipe intelegensi spesifik, yang disebut dengan s.
Menurut teori intelegensi triarkis yang dikemukakan oleh Robert J. Sternberg,
intelegensi muncul dalam bentuk analisis, kreatif, dan praktis. Intelegensi
analisis merupakan kemampuan untuk menganalisis, menilai, mengevaluasi,
membandingkan, dan mempertentangkan. Intelegensi kreatif adalah
kemampuan untuk mencipta, mendesain, menemukan, dan mengimajinasikan.
Sedangkan intelegensi praktis fokus pada kemampuan untuk menggunakan,
mengaplikasikan, mengimplementasikan, dan mempraktikkan. 17
Sedangkan Gardner berpendapat bahwa ada banyak tipe-tipe intelegensi
spesifik atau kerangka pikiran. Ada delapan kerangka pikiran Gardner
diantaranya:18
a) Keahlian verbal, yaitu kemampuan untuk berpikir dengan kata dan
menggunakan bahasa untuk mengekspresikan sebuah makna (penulis,
wartawan, pembicara)
b) Keahlian matematika, yaitu kemampuan untuk menyelesaikan operasi
matematika (ilmuwan, insinyur, akuntan)

15
Susilo Raharjo dan Edris Zamroni, Teori dan Praktik Pemahaman Individu Teknik Testing (Jakarta:
Prenadamedia Grup, 2019), h. 35
16
Op,. cit. h. 135
17
Jhon W. Santrock, Psikologi Pendidikan (University of Texas at Dallas) h. 138
18
Ibid, h. 140

Downloaded by Nurul Laily Al Arsyadhi (lely.nurullaily@gmail.com)


lOMoARcPSD|27983848

c) Keahlian spasial, yaitu kemampuan untuk berpikir tiga dimensi (arsitek,


perupa, palaut)
d) Keahlian tubuh-kinestetik, yaitu kemampuan untuk memanipulasi objek
dan cerdas dalam hal-hal fisik (ahli bedah, pengrajin, penari, atlet)
e) Keahlian musik, yaitu kemampuan yang sensitif terhadap nada, melodi,
irama, dan suara (komposer, musisi, dan pendengar yang sensitif)
f) Keahlian interpersonal, yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri
dan menata kehidupan dirinya secara efektif (teolog, psikolog)
g) Keahlian iriterpersonal, yaitu kemampuan untuk memahami dan
berinteraksi secara efektif dengan orang lain (guru teladan, profesional
kesehatan mental)
h) Keahlian naturalis, yaitu kemampuan untuk mengamati pola-pola di
alam dan memahami sistem alam dan sistem buatan manusia (petani,
ahli botani, ahli ekologi, ahli tanah)
2. Gaya belajar dan gaya berpikir
Menurut Fleming dan Mills (1992) gaya belajar merupakan
kecenderungan siswa untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya
sebagai bentuk tanggung jawabnya untuk mendapatkan satu pendekatan belajar
yang sesuai dengan tuntutan belajar di kelas atau sekolah maupun tuntutan daru
mata pelajaran. Drummond (1998:186) mendefinisikan gaya belajar sebagai
<An Individual’s Preferred mode and desired conditions of learning.=
Maksudnya adalah gaya belajar dianggap sebagai cara bealajr atau kondisi
belajar yang disukai oleh pembelajar. Sedangkan S. Nasution mendefinisikan
gaya belajar atau learning style, yaitu cara siswa beraksi dan menggunakan
perangsang-perangsang dalam proses belajar.19
Sedangkan gaya berpikir menurut sterberg (2014) yaitu bagaimana cara
yang digunakan seseorang untuk mengolah kemampuannya. Setiap individu
tentu memiliki kemampuan untuk berpikir, nnamun masing-masing individu
memiliki caranya sendiri untuk memahami hal tersebut salah satunya dalam
menyelesaikan sebuah masalah.

19
Yusron Masduki, dan Karoma Barlian, Psikologi Pendidikan dan Pembelajaran, (Bantul: UAD Press, 2019),
h. 29

Downloaded by Nurul Laily Al Arsyadhi (lely.nurullaily@gmail.com)


lOMoARcPSD|27983848

Dengan demikian, Jika intelegensi merupakan kemampuan, namun gaya


belajar dan berpikir bukanlah sebuah kemampuan, tetapi cara yang dipilih
seseorang untuk menggunakan kemampuannya. Santrock dalam bukunya
psikologi pendidikan, mendefinisikan gaya belajar dan berpikir merupakan
prefensi individual dalam cara mereka menggunakan kemampuannya. Tidak
hanya peserta didik yang memiliki perbedaan gaya belajar dan berpikir, guru
pun juga bervariasi dalam gaya berpikir dan belajarnya. 20 Terdapat dua gaya
yang paling banyak didiskusikan oleh para pendidik dan psikolog yaitu:
a) Gaya impulsif/reflektif
Gaya impulsif/reflektif disebut juga sebagai tempo konseptual,
yakni kecepatan memahami konsep, yang melibatkan kecenderungan
murid untuk bertindak cepat dan impulsif atau menggunakan lebih
banyak waktu untuk merespons dan merenungkan akurasi dari suatu
jawaban. Murid yang impulsif sering kali lebih banyak melakukan
kesalahan dibandingkan dengan murid yang reflektif. 21
Murid reflektif pula lebih mungkin untuk menentukan sendiri
tujuan belajar dan berkonsentrasi pada informasi yang relevan. Murid
reflektif biasanya mempunyai standar kinerja tinggi, memiliki standar
prestasi yang akan dicapai, dan pola belajarnya lebih efektif daripada
siswa dengan gaya implusif. Namun kelemahan murid reflektif selalu
merenungkan masalah dan sibuk berkutat dengan satu permasalahan dan
kesulitan untuk memecahkan dan menyelesaikan tugasnya. 22
b) Gaya Mendalam/Dangkal
Gaya ini menurut Marton, Hounsell, dan Entwistle sebagaimana
dikutip oleh Santrock, adalah sejauh mana murid dapat mempelajari
materi pelajaran dengan suatu cara yang membantu mereka untuk
memahami makna materi (gaya Mendalam) atau hanya sekedar mencari
apa-apa yang perlu mereka pelajari (gaya dangkal).23
Murid yang cara belajarnya dengan menggunakan gaya dangkal
(surface learner) tidak bisa mengaitkan apa-apa yang mereka pelajari

20
Jhon W. Santrock, Psikologi pendidikan, (University of Texas at Dallas), h. 155-156
21
Ibid, h. 156
22
Faizah, dkk. Psikologi Pendidikan Aplikasi Teori di Indonesia, (Malang: UB Press, 2017), h. 100
23
Op.cit, h. 157

10

Downloaded by Nurul Laily Al Arsyadhi (lely.nurullaily@gmail.com)


lOMoARcPSD|27983848

dengan kerangka konseptual yang lebih luas. Mereka hanya cenderung


belajar secara pasif dan sering kali hanya mengingat sebuah informasi.
Sedangkan murid dengan cara yang mendalam (deep learner) lebih
mungkin untuk aktif memahami apa-apa yang mereka pelajari dan
memberi makna pada apa yang perlu untuk diingat. Dengan demikian,
pelajar yang mendalam menggunakan pendekatan kontruktivis dalam
aktifitas belajarnya. Selain itu, pelajar mendalam lebih mungkin dapat
memotivasi dirinya sendiri untuk belajar, sedangkan pelajar dangkal
lebih mungkin termotivasi belajar jika ada penghargaan dari luar, seperti
pujian dan tanggapan positif dari gurunya. 24
3. Kepribadian dan Tempramen
a) Kepribadian
Pandangan tentang kepribadian memiliki kompleksitas
pemaknaan dari berbagai tokoh, beberapa peniliti kepribadian telah
mengidentifikasi <lima besar= faktor kepribadian yang disebut dengan
big five factors of personality, yang meliputi terbuka (openness),
berhati-hati (conscientiousness), ekstraversi (extraversion), kebaikan
(agreeableness), dan neurotism (neurocitism).
Kepribadian big five factors of personality ini menurut konsep
interaksi individu-situasi (person-situation interactive) bahwa
karakteristik kepribadian seseorang tidak hanya dilihat dari sifat
tertentu, namun dapat dipengaruhi juga oleh adanya keterlibatan situasi.
Peneliti Ickes, Snyder, dan Garcia sebagaimana dikutip oleh Santrock,
bahwa para siswa kecenderungan memeilih untuk berada salah situasi
tertentu dan menghindari situasi lainnya. Contohnya siswa yang
introvert dan ekstrovert, dalam kajian interaksi individu-situasi bahwa
siswa yang memiliki kepribadian ekstrovert akan beradaptasi dengan
sangat baik ketika berkolaborasi dengan orang lain, sedangkan siswa
yang memiliki kepribadian introvert akan dapat menyesuaikan dirinya
dengan baik ketika diminta melakukan tugas secara independen.

24
Ibid.

11

Downloaded by Nurul Laily Al Arsyadhi (lely.nurullaily@gmail.com)


lOMoARcPSD|27983848

Sehingga dengan konsep inilah setiap kepribadian sangat terkait dengan


situasi yang terlibat.25
b) Tempramen
Temperamen yang ditunjukkan oleh murid dapat berbeda-beda yang
ditunjukkan dengan cara yang khas mereka dalam merespon seseorang.
Contoh, ada murid yang aktif dan pasif, ada murid yang cerewet dan
mudah resah. Klasifikasi temperamen yang paling terkenal disampaikan
oleh Chess dan Thomas yang terdiri dari tiga kelompok temperamen:
1) Anak yang mudah (Easy Child)
Pada umumnya berada dalam suasana hati yang positif, dengan
cepat membentuk rutinitas tetap dan mudah menyesuaikan
dirinya dengan pengalaman yang baru.
2) Anak yang sulit (Difficult Child)
Bereaksi secara negatif dan sering menangis, terlibat dalam
rutinitas yang tidak tetap dan lamban dalam menerima sebuah
perubahan.
3) Anak yang lambat (Slow-to-warm-up Child)
Mempunyai tingat aktifitas yang rendah, agak negatif, dan
menunjukkan intensitas suasana hati yang rendah.

25
Faizah, dkk. Psikologi Pendidikan Aplikasi Teori di Indonesia, (Malang: UB Press, 2017), h. 100-101

12

Downloaded by Nurul Laily Al Arsyadhi (lely.nurullaily@gmail.com)


lOMoARcPSD|27983848

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perbedaan individual (individualized differences) merupakan pengajaran yang
memperhatikan atau berorientasi pada perbedaan-perbedaan individual anak. Pembelajaran
individual (individualized instruction) bukanlah pengajaran harus berdasar atas jalannya satu
orang guru dengan satu orang murid, akan tetapi pengajaran dengan guru memberikan
pelayanan yang berbeda pada setiap anak sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual itu.
Individualized instruction merupakan usaha melengkapi kondisi belajar yang optimum bagi
setiap individu murid. Aspek-aspek perbedaan individual meliputi perbedaan fisik-motorik,
perbedaan intelegensi, perbedaan kecakapan bahasa, dan perbedaan psikologis.

13

Downloaded by Nurul Laily Al Arsyadhi (lely.nurullaily@gmail.com)


lOMoARcPSD|27983848

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dkk, Faizah. 2017. Psikologi Pendidikan Aplikasi Teori di Indonesia, Malang: UB Press.

Hadi, Imam Anasdi. 2017. Pentingnya Pengenalan Tentang Perbedaan Individu Anak dalam
Efektivitas Pendidikan. Jurnal Inspirasi Vol.1 No.1 Januari-Juni.

Hadi, Imam Anas. 2017. Jurnal Inspirasi Pentingnya Pengenalan Tentang Perbedaan Individu
Anak dalam Efektivitas Pendidikan. Undaris Semarang. Vol. 1.

Indrianto, Nino. 2020. Pendidikan Agama Islam Interdisipliner untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Deepublish.

Khodijah, Nyayu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Marbun, Stefanus M. 2008. Psikologis Pendidikan. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.

Masduki, Yusron dan Karoma Barlian. Psikologi Pendidikan dan Pembelajaran. Bantul: UAD
Press, 2019.

Raharjo, Susilo dan Edris Zamroni. 2019. Teori dan Praktik Pemahaman Individu Teknik
Testing. Jakarta: Prenadamedia Grup.

Santrock, Jhon W. Psikologi pendidikan (University of Texas at Dallas).

Suralaga, Fadhilah dan Solicha. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah.

Turhusna, Dalila dan Saomi Solatun. 2020. Jurnal Pendidikan Perbedaan Individu dalam
Proses Pembelajaran. Universitas Muhammadiyah Tangerang. Vol. 2, No. 1.

14

Downloaded by Nurul Laily Al Arsyadhi (lely.nurullaily@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai