Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KONSEP BIMBINGAN BELAJAR

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Psikologi
Dosen Pengampu:

Dr. H. Azis Lukman Praja, M.Si

Siti Sholihah Nurfaidah, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelas C

Kelompok 1

Andi Supriatna (205060085)


Putri Milatus S (205060094)
Ami Oktima S (205060096)
Ninin Kurike R (205060098)
Hari Gunardi ( 205060100)
Fikriyah Farras S ( 205060105)

UNIVERSITAS PASUNDAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2020/2021
 KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang
suatu apapun. Tak lupa pula kami haturkan shalawat serta salam kepada
junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada
kita di hari akhir kelak.
Makalah yang berudul “KONSEP BIMBINGAN BELAJAR”
disusun guna memenuhi tugas Dosen pada bidang studi atau mata kuliah
Pendidikan Psikologi. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi kita semua.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak dan
Ibu dosen pengajar Pendidikan Psikologi. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait pembelajaran psikologi
tentang bimbingan belajar. Kami juga mengucapkan terimakasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.Kami menyadari
makalah ini jauh dari kata sempurna .Besar harapan saya agar pembaca
berkenan memberikan kritik dan saran nya. Semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi berbagai pihak.

Bandung, 19 Desember 2020

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUl.............................................................................. 1

KATA PENGANTAR ......................................................................... 2

DAFTAR ISI......................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 4

1.3 Tujuan ............................................................................................ 5

BAB II KAJIAN TEORI .................................................................... 6

BAB III PEMBAHASAN.................................................................... 8

2.1 Pengertian bimbingan belajar ......................................................... 8

2.2 Jenis layanan bimbingan dalam kaitannya dengan PMB .............. 12

2.3 Prosedur dan Strategi layanan bimbingan belajar ......................... 16

2.4 Metode dan teknik layanan bimbingan


belajar.................................................................................................... 23

BAB IV PENUTUP ........................................................................... 26

3.1 Kesimpulan .................................................................................... 26

3.2 Saran .............................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA……................................................................. 27

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan suatu kewajiban bagi seorang siswa.namun,


belajar tak selamanya wajar, kadang-kadang lancar, kadang-kadang juga
tidak, kadang bisa dengan cepat menangkap materi yang disampaikan guru,
tapi kadang juga susah untuk menangkap materi, semuanya itu juga
berhubungan dengan semangat belajar siswa. Bimbingan belajar lebih
menekankan dalam membina siswa dalam perkembangan pribadi, sosial
psikologi, yang didasarkan pada kenyataan yang dihadapi siswa sehingga
memerlukan bantuan tenaga profesional yaitu guru pembimbing. Dalam
rangka menjawab tantangan masa depan yang lebih komfektif dan komplek,
tenaga-tenaga profesional kependidikan mampu memberikan pelayanan yang
terbaik bagi perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional, yaitu: ”terwujudnya manusia indonesia seutuhnya yang cerdas yang
beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan kemampuan,kesehatan jasmani dan
mandiri,serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
Maka dari itu lembaga pendidikan pada umumnya yaitu sekolah
khususnya merupakan tumpuan harapan para orangtua, siswa dan warga
masyarakat guna memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap dan sifat-
sifat kepribadian utama, sebagai sarana pengembangan karier, peningkatan
status sosial, dan bekal hidup lainnya di dunia kini dan di akhirat nanti.
Sekolah mencoba mengkombinasikan aspirasi dan pandangan-pandangan
masyarakat kedalam tujuan-tujuan instruksionalnya. Yang mana secara
operasional diterjemahkan kedalam tujuan-tujuan kurikuler dan institusional.
Pada akhirnya, semua aspirasi itu terletak dibahu dan tangan guru karena
merekalah yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab pelaksanaan
operasional pendidikan dan pengajaran tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan yang


dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari bimbingan belajar ?
2. Apa saja jenis layanan bimbingan dalam kaitannya dengan PMB ?
3. Bagaimana prosedur dan strategi layanan bimbingan belajar ?
4. Apa saja metode dan teknik layanan bimbingan belajar ?

4
C. Tujuan
1. Pembaca dapat memahami apa yang dimaksud dengan bimbingan belajar.
2. Pembaca dapat memahami jenis layanan bimbingan dalam kaitannya
dengan PMB.
3. Pembaca dapat memahami bagaimana prosedur dan strategi layanan
belajar.
4. Pembaca dapat memahami metode dan teknik layanan bimbingan
belajar,.

5
BAB II

Kajian Teori

Bimbingan belajar merupakan salah satu bidang bimbingan, untuk


mengkaji pengertian bimbingan belajar terlebih dahulu akan dibahas mengenai
hakikat bimbingan itu sendiri. Pengertian bimbingan menurut Crow & Crow
(Prayitno, 2004: 94) adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, yang
memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-
individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri,
mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri,
dan menanggung bebannya sendiri. Menurut Crow & Crow tersebut layanan
bimbingan yang diberikan pada individu atau sekumpulan individu berguna
untuk menghindari dan mengatasi masalah dalam kehidupannya secara
mandiri.

Sedangkan menurut Donald G. Mortenson (Marsudi, 2003: 31)


pengertian bimbingan adalah :

a. Bimbingan merupakan bagian dari program pendidikan.


b. Bimbingan merupakan bantuan dan kesempatan setiap orang
c. Bimbingan diberikan oleh petugas yang memiliki keahlian
d. Dengan bimbingan individu diharapkan dapat berkembang sesuai dengan
kemampuannya
e. Dasar bimbingan ialah demokrasi.

Menurut Donald G. Mortenson bimbingan merupakan pemberian


bantuan kepada setiap orang yang dilakukan oleh ahli dalam bidang
bimbingan, dan diharapkan dengan bimbingan tersebut orang yang diberikan
bimbingan dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya. Sementara
menurut Bimo Walgito (2004: 5) bimbingan adalah bantuan atau pertolongan
yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam
menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar
individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan
hidupnya.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan


adalah salah satu bentuk proses pemberian bantuan kepada individu atau
sekumpulan individu dalam memecahkan masalahnya, sehingga masing-
masing individu akan mampu untuk mengoptimalkan potensi dan
keterampilan dalam mengatasi setiap permasalahan, serta mencapai
penyesuaian diri dalam kehidupannya. Setelah memahami pengertian
bimbingan, kajian selanjutnya yang dipaparkan adalah salah satu bidang dari
bimbingan yaitu bimbingan belajar.

6
Bimbingan belajar menurut Oemar Hamalik (2004: 195) adalah
bimbingan yang ditujukkan kepada siswa untuk mendapat pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, kemampuannya dan membantu siswa
untuk menentukan cara-cara yang efektif dan efisien dalam mengatasi
masalah belajar yang dialami oleh siswa.

Sedangkan Tim Jurusan Psikologi Pendidikan (Mulyadi, 2010: 107)


mengatakan bahwa bimbingan belajar adalah proses pemberian bantuan
kepada murid dalam memecahkan kesulitan-kesulitan yang berhubungan
dengan masalah belajar. Berdasarkan 19 pendapat para ahli di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar adalah suatu proses pemberian
bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan. masalah-masalah belajar yang
dihadapi siswa, sehingga tercapai tujuan belajar yang diinginkan.

7
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan Belajar

Menurut Undang-undang sistem pendidikan Nasional tahun 1989,


pendidikan dilaksanakan dalam bentuk bimbingan,pengajaran,dan latihan.
Bimbingan atau membimbing memiliki dua makna yaitu bimbingan secara
umum yang mempunyai arti sama dengan mendidik atau menanamkan nilai-
nilai,membina moral, mengarahkan siswa supaya menjadi orang baik.
Sedangkan makna bimbingan yang secara khusus yaitu sebagai suatu upaya
atau program membantu mengoptimalkan perkembangan siswa. Bimbingan
ini diberikan melalui bantuan pemecahan masalah yang dihadapi,serta
dorongan bagi pengembangan potensi-potensi yang dimiliki siswa (Nana
Syaodih Sukmadinata,2005:233).

Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu mendapat


pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan
penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah,keluarga serta
masyarakat.Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa
dalam rangka upaya menemukan pribadi,mengenal lingkungan dan
merencanakan masa depan. Pengertian Bimbingan Belajar menurut beberapa
ahli yaitu :

1. Sukardi
Bimbingan belajar adalah bimbingan dalam hal menemukan cara
belajar yang tepat,dalam memilih program studi yang sesuai dan dalam
mengatasi kesukaran kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntunan
tuntunan belajar disuatu institusi pendidikan.

2. L.D Crow dan A Crow (prayitno,2004:94)


Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang yang
memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada
individu individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan
hidupnya sendiri,mengembangkan pandangan hidupnya,dan menanggung
bebannya sendiri.dan menurut Crow dan Crow tersebut layanan bimbingan
yang diberikan pada individu atau sekumpulan individu berguna untuk
menghindari dan mengatasi masalah dalam kehidupannya secara mandiri.

3. A. J Jones

8
Bimbingan belajar merupakan suatu proses pemberian bantuan
seseorang pada orang lain dalam menentukan pilihan dan pemecahan masalah
dalam kehidupannya.
4. Donald G. Marton
Bimbingan merupakan pemberian bantuan kepada setiap orang yang
dilakukan oleh ahli dalam bidang bimbingan dan diharapkan dengan
bimbingan tersebut orang yang diberikan bimbingan dapat berkembang
sesuai dengan kemampuannya.
5. Bimo Walgito (2004 : 5)
Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada
individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi
kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya agar individu atau sekumpulan
individu itu dapat mencari kesejahteraan hidupnya.
6. Prayitno dan Amtina
Bimbingan belajar adalah salah satu bentuk bimbingan yang
diselenggarakan disekolah.yang mana pengalaman menunjukkan bahwa
kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu
disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi,sering kali kegagalan
itu terjadi disebabkan mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang
memadai.
Para ahli mendefinisikan layanan bimbingan itu dengan cara yang
bervariasi yang menunjukkan kepada hakikat, tujuan dan prosedur yang
serupa, berkaitan dengan proses belajar-mengajar, pengertian layanan
bimbingan yang bersifat umum dikemukakan sebagai berikut :

a. Layanan bimbingan (guidance services) merupakan bantuan kepada


individu tertentu
Pernyataan bahwa layanan bimbingan hanya bersifat
bantuan,mengandung arti bahwa guru (pembimbing) bukan mengambil over
masalah dan tugas,serta tanggung jawab pemecahan dari
siswa(terbimbing),melainkan hanya menciptakan kondisi yang
memungkinkan siswa dapat memecahkan permasalahannya dengan tanggung
jawab sendiri.Adapun pertanyaan yang menegaskan bahwa layanan bantuan
itu hanya diberikan kepada individu tertentu,menunjukkan bahwa bantuan itu
hanya diberikan kepada siswa terbimbing yang dipandang memang
memerlukannya.Meskipun tidak dapat disangkal,seperti kata
Robinson(1946:1-6)bahwa setiap siswa sebenarnya potensial untuk
menghadapi masalah(baik disadari maupun tidak).sampai batas tertentu
mungkin mereka dapat menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan orang
lain.atau memang tidak mampu menyadari bahwa ia sesungguhnya
memerlukan bantuan orang lain.Dengan kata lain,meskipun layanan
bimbingan itu sebenarnya mungkin diperlukan oleh semua siswa

9
disekolah,namun para guru seyoginya mendahulukan mereka yang benar-
benar dipandang memerlukannya (seperti mereka yang tergolong kepada
kelompok unqualified,undeachievers,slow learner,repeaters,dan sebagainya).

b. Layanan bimbingan diharapkan agar individu yang bersangkutan dapat


mencapai taraf perkembangan dan kebahagiaan yang optimal

Seperti yang dikatakan oleh Mortenseen dan Scmuller ( 1946:6-


8 )bahwa tujuan atau sasaran akhir yang hendak dicapai oleh layanan
bimbingan itu identik dengan apa yang menjadi tujuan layanan instruksional
dan layanan sekolah lainnya, yaitu tercapainya tingkat perkembangan
individu secara optimum, sesuai dengan abilitas, minat, dan kebutuhan-
kebutuhannya. Kalau dikaitkan dengan pendapat menurut Havighurst tentang
tugas-tugas perkembangan, berarti perkembangan optimum ialah
terlaksananya tugas-tugas tersebut sesuai dengan tuntunan dan tahapan
perkembangan yang bersangkutan. Kalau dikaitkan dengan prinsip teori
mastery learning, berarti yang dimaksud dengan perkembangan optimum
tercapainya taraf penguasaan (mastery) secara optimal. Kalau dikaitkan
dengan taksonomi tujuan-tujuan pendidikan dari bloom dan rekan-rekannya.
Perkembangan optimal itu berarti tercapainya perubahan-perubahan
perilaku sesuai dengan minimum acceptable performance seperti yang
dinyatakan dalam TIK. Predikat istilah opyimum dan bukan maksimum yang
digunakan, menunjukkan bahwa pencapaian taraf perkembangan atau
perubahan perilaku itu bersifat kondisional, maksudnya bergantung pada
pengaruh semua faktor yang diberikan yang memberikan kontribusi yang ada
bagi proses perkembangan tersebut. Layanan bimbingan lebih lanjut aspek
afektif dari perkembangan tersebut ialah suatu penghayatan bahwa yang
bersangkutan merasa berbahagia, dalam arti terbebas dari perasaan-perasaan
frustasi atau kecewa atau tertekan atau putus asa sehingga terhindar dari
ekses-ekses yang tidak diharapkan seperti yang digambarkan, akibat
sampingan dari sistem belajar-mengajar tertentu yang kita jalankan. Bahkan
yang sangat diharapkan, seperti kata Smith (1951:5) dengan tercapainya
perkembangan yang optimum melalui layanan bimbingan, siswa akan
mampu menjadi anggota masyarakat yang efektif. Jadi, meskipun seorang
siswa terpaksa harus meninggalkan sekolah karena memang kemampuan
akademisnya terbatas,ia tidak perlu kecewa, serta merugikan kepentingan
kehidupan masyarakat. Dengan kata lain,betapa pun rendah atau terbatasnya
kecakapan yang dimiliki seseorang, namun ia diharapkan akan rela menerima
dirinya dan bertindak secara produktif.

c. Layanan bimbingan merupakan suatu proses pengenalan,


pemahaman,penerimaan, pengarahan, perwujudan penyesuaian diri

10
Kata proses,dalam konteks ini menunjukkan bahwa kegiatan
bimbingan bukan suatu tindakan yang dilakukan seketika atau secara
kebetulan,melainkan suatu rangkaian kegiatan yang berkesinambungan,mulai
dari usaha identifikasi terhadap permasalahannya sampai kepada
penyelesaiannya secara tuntas,yang mungkin memerlukan beberapa tahap
kegiatan,melibatkan banyak orang dan sejumlah instrumen,serta fasilitas
yang diperlukan dengan menggunakan berbagai metode atau teknik
pendekatan yang sesuai.
Robinson (1950) menduga bahwa kemungkinan banyak siswa yang
sering menemui kegagalan dalam studinya disebabkan karena ia kurang
mampu :
Mengenal dirinya,baik mengenai segi-segi kelebihan atau kekurangannya,
potensinya , minatnya , bakatnya , dan sebagainya.
1) Karena tidak mengenal diri,ia juga sukar memahami dirinya , termasuk
kegagalan-kegagalan studinya.
2) Karena tidak memahami diri, ia juga sukar menerima keadaan dirinya
secara objektif , sesuai dengan kenyataan.
3) Karena tiada pengetahuan, pemahaman , dan penerimaan diri secara
objektif ia juga mengalami kesukaran mengarahkan dirinya melalui
proses pengujian,pemilihan, dan pengambilan keputusan mengenai
alternatif tindakan yang akan dilakukan secara rasional.
Karena tindakan-tindakannya yang kurang terarah,ia juga sukar
mewujudkan atau merealisasikan atau mengaktualisasikan segala potensi
yang ada pada dirinya secara optimal. Akhirnya yang bersangkutan mungkin
akan sampai pada suatu kesulitan dalam melakukan tindakan-tindakan yang
sesuai,baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungannya
(gurunya, temannya, pelajarannya, orang tuanya, dan sebagainya).
Rangkaian kegiatan layanan bimbingan mungkin akan berupa seperti :
1. Pengumpulan informasi atau data mengenai diri yang bersangkutan serta
hal-hal yang relevan dan bertalian dengan dirinya (inventory services).
2. Pemberian informasi kepada yang bersangkutan baik tentang keadaan
dirinya,program-programnya,rencana kariernya serta lingkungannya
(information services).
3. Penempatan yang bersangkutan pada program-program, jurusan, bidang
studi,kelas atau kelompok belajar jenis-jenis kegiatan dan sebagainya
yang sesuai dengan latar belakang dan kondisi objektif dirinya
(placement service).
4. Penyuluhan dalam usaha meyakinkan diri atas keadaan dirinya sehingga
yang bersangkutan rela menerima dirinya,menyadari masalah-masalah
yang dihadapinya,serta dapat mencari dan memilih alternatif tindakan
yang dipandang terbaik bagi dirinya (conseling services).

11
5. Sebagai orang yang bertanggung jawab,guru atau pembimbing tentu
mempunyai kewajiban moral untuk melakukan tindakan atau usaha
lanjutan seberapa jauh kemajuan-kemajuan yang tercapai atau tidak oleh
yang bersangkutan,guna menetapkan strategi layanan,bantuan lebih lanjut
(evaluation and follow up services).

B. Jenis Layanan Bimbingan dalam Kaitannya dengan PBM

Tugas layanan seorang guru tetap berberporos pada terselenggaranya


proses belajar mengajar (PBM). Oleh karena itu, dari sejumlah kemungkinan
layanan tersebut, hanya beberapa yang benar-benar berkaitan langsung
dengan PBM. Tugas layanan lainnya merupakan kompetensi dari petugas
layanan khusus bimbingan dan konseling guru BK disekolah. Mengingat
bahwa layanan BK juga erat dengan layanan tugas dan kegitan evaluasi
sejalan dengan tahapan-tahapan berlangsungnya PBM, maka untuk
memudahkan kita gambarkan secara skematik kaitannya satu sama lain.

Tampak bahwa kegiatan layanan itu berjalan parallel dan


berdampingan serta berururtan logis dengan kegitan kegitan evaluasi dan
pengajaran dalam kerangka suatu pola PBM yang lengkap. Tampak jelas
bahwa pada ketiga fase PBM itu ada kaitannya satu atatu lebih kegiatan
merupakan kegitan pokok, sedangkan kegiatan lainnya bersifat melengkapi,
yang boleh dilakukan tetapi boleh juga tidak. Artinya tanpa dilakukan
kegiatan tersebut tidak akan menyebabkan terputusnya proses PBM secara
keseluruhan. Pada tahap pertama, sebelum kegiatan belajar mengajar
berlangsung.

Kegiatan yang wajib dikerjakan ialah membuat persiapan, mencakup


penyususunan TIK, pembuatan instrument evaluasinya, mempertimbangkan
entering behavior siswa, menyusun program kegiatan, dan menetapkan
strategi yang akan ditempuh. Sedangkan kegiatan evaluasi mencakup
pengadministrasian pretest, menilai dan menganalisis, serta
mengintepretasikannya. Kegiatan bimbingan (yang mencakup pengadaan
pengelompokan siswa,penyesuaian bahan atau jenis kegiatan yang bersifat
optimal. Tahap kedua, ialah selama berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar (yang mencakup apersepsi,presentasi, memberikan tugas atau
latihan atau assignment memberikan kesempatan resitasi dan finalisasi) tetap
merupakan kegiatan wajib, dimana kegiatan evaluasi formatif (dengan
mengadakan questioning, observasi, dan sebagainnya) masih merupakn
kegiatan yang bersifat optimal. Pada tahap ketiga, setalh berlangsungnya
kegiatan belajar menjar, kegiatan pokok yang wajib dilakukan ialah evaluasi.

12
TAHAPAN KEGIATAN
Pengajaran evaluasi Bimbingan
Sebelum PBM Persiapan: Reflektif I pre-test: Distributiv
(pre-teaching) (Optional) eI
-TIK -testing ajustif(opti
-Istrumen evaluasi -scoring onal)
-entering behavior -Analisis -
-program kegiatan -interpretasi kategorisas
-bahan/media i siswa
-strategi -
penempata
n siswa
penyesuaia
n
kelompok
bahan/kegi
atan
Selama PBM Pelaksaanan: Formatif: Idntifikasi
(during-teaching) (optional) remedial:
-apersepsi -question (optional)
-presentasi -observasi -
-tugas/latihan/assign- identifikasi
Ment kasus
-finalisasi -bantuan/
immediate
treatment

Sesudah PBM Kelanjutan: Sumatif/post-test: Diagnostic/


(post-teaching) (optional) remedial:
-lanjutan(prog.II) -testing
-ulang/remediasi -Scoring -
-(prog.IA) -Periksa tugas/assign identifikasi
-perkaya enrichment -analisis kasus
(prog.IB) -interpretasi -diagnostik
-Prognostic
-
Rekomend
asi
-treatment
-Follow up

13
Yang mncakup post-test atau pemeriksaan terhadap tugas/pekerjaan
siswa , serta penilaian , analiasis dan interpretasinya dan bimbingan yang
mencakup diagnotik dan remedialnya. Sedangkan pengajaran , tidak
lanjutnya dengan tiga kemungkinan :

1) promosi kepada program baru


2) Perbaikan program yang sudah ada
3) perkayaan dengan program sejenis. Ketiganya merupakan kegitan
optional.

Kalau kita tinjau dari kerangka pola PBM secara keselurahan,maka


jenis-jenis tugas atau pekerjaan BP dalam konteks PBM yang dapat dan
seyoianya dijalankan oleh guru, antara lain

1. Pengumpulan informasi mengenai diri siswa, khususnya mengenai


entering behavior-nya (disposisi segi-segi kognitif, afektif, serta
psikomotornya) melalui pre-testing mengenai kelemahan-kelemahan
pola-pola sambutan belajar (response set and readiess) –nya melalui
questioning dan observasi selama berlangsungnya proses interaksi belajar
mengjar dan mengenai tingkat penguasaan atau prestasi belajar melalui
post-testing.
2. Memberikan informasi tentang berbagai kemungkinan jenis program dan
kegiatan yang sesuai dengan karakteristik siswa yang bersangkutan.
3. Menempatkan siswa dengan kelompok belajar atau memberikan program
dan bahan, serta kegiatan yang sesuai dengan karakteristik siswa yang
bersangkutan.
4. Mengindentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan atau hambatan
dalam belajar, memberikan batuan segera, melakukan diagnosis lebih
lanjut dan sebagainya.
5. Membuat rekomendasi tentang kemungkinan-kemungkinan usaha
selanjutnya dengan mebuat rekomendasi kepada petugas bimbingan atau
guru bidang studi lain (khusus) atau ahli lain kalau dipandang perlu.
6. Melakukan remedial teaching atau enrichment kalau guru yang
bersangkutan memang mempunyai keahlian dalam bidang studi yang
dimaksud.

14
C. Prosedur dan Strategi Layanan Bimbingan Belajar

1. Prosedur Umum Layanan Bimbingan


a) Identifikasi Kasus
Identifikasi Kasus ialah usaha untuk menemukan atau
menetukan siswa yang perlu mendapatkan bimbingan. Cara yang
dapat ditempuh untuk mencapai tujuan ini adalah dengan jalan
analisis hasil belajar, karya tulis, observasi dan lain-lain. Robinson
( 1950 : 35-44) menyarankan cara-cara untuk memberikan motivasi
kepada siswa, antara lain sebagai berikut :

1) Call Them Approach, panggil saja atau lakukan wawancara


dengan semua siswa dari suatu kelas, tingkatan atau kelompok
tertentu secara bergiliran. Dari hasil komunikasi itulah kita
akan memperoleh bahan siswa yang sebenarnya perlu di
bimbing. Cara ini juga sangat tepat untuk mengurangi
kelemahan-kelemahan seperti rasa malu, kurang percaya diri,
dan sebagainya. Karena pada dasarnya semua siswa
memperoleh perilaku yang serupa.
2) Maintion Good Relations, pendekatan ini dikenal juga sebagai
open door policy dimana diciptakan berbagai cara tidak
langsung untuk memperkenalkan berbagai jenis bantuan
kesedian guru atau pembimbing untuk membantu siswanya,
tidak terbatas pada hubungan belajar mengajar di kelas saja.
Disarankan agar para guru dismping bertugas mengajar, juga
diserahi tugas-tugas mengoordinasi dan atau
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan siswa
dan guru atau pembimbing kedalam situasi informal, seperti
rekreasi bersama, pertunjukan (sicial evening),
menyelenggarakan proyek kegiatan tertentu, mengadakan
ceramah tentang belajar mengajar orang-orang, termasuk
bagaimana cara memanfaatkan orang-orang sumber (inklusif
guru dan pembimbingan) dan sebagainya.
3) Developing a Desire for Couseling, kalau dalam cara ke dua di
atas, kita masih menunggu sampai siswa merasakan adanya
masalah yang dirasakan sehingga siswa segera dan langsung
dibawa kearah penyadaran akan masalah yang mungkin sedang
atau secara potensial dialaminya, misalnya dengan jalan :
a) Mengadministarsikan tes inteligensi, bakat, minat, pretest
atau post tes dan sebaginya. Berdasarkan hasilnya, secara
konfidensial kita bicarakan dan tunjukan kepada yang

15
bersangkutan, baik segi kebaikan atau kelemahan, dan
selanjutnya bagimana kemungkinan jalan keluarnya.
b) Mengadakan orientasi studi yang membicarakan dan
memperkenalkan karakteristik perbedaan individual,
perbedaan karakteristik berbagai program atau bidang
studi beserta implikasinya bagi cara belajar mengajar
termasuk kesulitan-kesulitannya sehingga dapat
dieksplorasi kemungkinan jalan keluarnya.
c) Mengadakan diskusi mengenai suatu masalah, misalnya
beberapa kesulitan dalam mempelajari bahasa asing
sehingga dalam diskusi tersebut diharapkan secara
spontan, individu-individu yang mengalami hal yang
bersama dapat membicarakannya, dan akhirnya akan
sampai kepada keperluan bantuan guru bidang studi yang
bersangkutan.
4) Lakukan analisi terhadap analisis terhadap belajar siswa atau
catatan hari guru mengenai beberapa siswa (anec dotal records)
yang menunjukan kelainan-kelainan tertentu (rapid learners,
slow learners, trouble makers, dan sebagainya). Secara fair,
mungkin kita dapat membandingkan prestasi belajar
perseorangan dari para siswa dengan prestasi kelompoknya
(norm referenced) atau kepada siswa tertentu secara
konfidensial ditunjukan posisinya dan sekaligus diberikan
bimbingan mencari cara mengatasinya.
5) Lakukan analisis sosiometris dengan memilih teman terdekat
diantara sesama siswa, dengan variasi kalau perlu siapa yang
paling disenangi atau sebaliknyadengan alesan yang singkat.
Dengan demikian, kita juga dengan mudah menetukan siswa
mana yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosioal,
yang memerlukan bimbingan guru.

b) Identifikasi Kasus

Secara umum, permasalahan yang dialami individu yang


dialami individu atau kelompok individu mungkin menyangkut
bidang-bidang pendidikan (educational problems), perencanaan
karier atau jabatan (vocatinal problems), penyesuaian sosial (social
problems), pribadi (personal problems), emosional dan moralitas
(morality and emotional problems). Dalam konteks PBM,
permasalhan dapat dilokalisasi dan di batasi dengan ditijau dari
tujuan-tujuan proses belajar mengajar.

16
a. Secara substansial-material, hendaknya dilokalisasikan pada
jenis tingkatan bidang studi mana saja pada bidang dan
tingkatan mana dari sisi dan struktur bidang studi tersebut dan
sebagainya.
b. Secara struktural fungsional, permasalahan ini itu mungkin
sudah dialokasikan pada salah satu jenis dan tingkatan kategori
belajar proses-proses mental.
c. Secara behavioral, permasalahan mungkin terletak pada salah
satu jenis dan tingkatan perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotor.
d. Mungkin pula terletak pada salah satu atau aspek kepribadian
self concept, self esteem, sosialitas, emosionalitas, moralitas,
responsibilitas yang tercermin dalam salah satu jenis atau taraf
kesulitan seperti yang dinyatakan sebagai sasaran pokok
bimbingan (pengenalan, pemahaman, penerimaan, pengarahan,
dan penyesuaian diri).

Dilihat dari proses belajar mengajar sendiri mungkin


letak permasalahnya berkaitan dengan salah satu komponen,
yaitu :

1. Kurikuler
2. Metodologis
3. Administratif
4. Evaluatif
5. Iklim sosial

Cara yang ditempuh pada langkah-langkah ini, untuk


menyesaikan masalah-masalah yang bertalian dengan :

1. Tujuan belajar mengajar, yaitu dengan diadakan ttest


duagnostik, analisis hasil pekerjaan tertulis ( writen
product analysis ) dan sebagainya.
2. Komponen-komponen PMB, yaitu dengan diadakan test
tindakan ( performance test ) disertai observasi, daftar cek
bagian partisipasi, penggunaan sosiometri, diadakan
wawancara dan sebaginya.
3. Diagnosis
Diagosis langkah-langkah untuk menempuh masalah.
Berdasarkan langkah kedua ini maka kita dapat menetapkan
masalah dan penyebabnya. Cara yang dapat ditempuh dalam
langkah ini adalah dengan jalan analisis hasil kerja, angket
wawancara dan sebaginya.

17
4. Mengadakan Prognosis
Prognosis merupakan uasaha untuk menelaah atau
mengkaji masalah yang dihadapi seorang siswa, termasuk
kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul jika
masalah itu dibiarkan atau jika masalah itu dibantu, serta
memperkirakan teknik atau jenis bantuan yang akan di
berikan kepada siswa yang mengalami masalah tersebut.
Terapi merupakanusah untuk melaksanakan bimbingan
kepada siswa yang bermasalah, sesuai dengan ketentuan
yang telah dirumuskan pada langkah ini.

c) Melakukan Tindakan Remedial atau Membuat Referral (Rujukan)

Kalau jenis dan sifat permasalahan serta sumber


permasalahannya masih bertalian dengan sistem belajar mengajar
dan masih berbeda dengan kesanggupan dan kemampuan dalam
arti teknis dan otoritas para guru, seyogianya bantuan bimbingan
itu dilakukan oleh guru sendiri. Namun, kalau permasalahannya
sudah menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih luas lagi
seperti kesehatan mental, medis, sosial, dan sebagainya, maka
selayaknya tugas guru hanya membuat rekomendasi ( referral )
kepada para petugas atau ahli yang komepeten dalam bidang-
bidang tersebut.

d) Evaluasi dan Follow Up

Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha


pemecahan masalah tersebut seyoginya dilakukan. Kalau usaha
bantuan remedial itu dilakukan oleh guru (pembimbing) sendiri,
guru (pembimbing) yang bersangkutan hendaknya meneliti
seberapa jauh pengaruh tindakan remedial (treatment) itu telah
menunjukan efek atau pengaruh yang positif bagi pemecahan
masalahnya. Kalau remedial itu dilakukan oleh petugas/ahli lain,
seyoginya guru (pembimbing) meminta laporan dari mereka.

Robinson (1950;96-159) mengemukakan beberapa kriteria


keberhasilan dan keefektifan layanan bimbingan itu antara lain
sebagai berikut.

1) kriteria keberhasilan yang tampak segera (immediate criteria),


diantaranya:

18
a. Apabila siswa telah mulai menyadari (to be aware of) atas
adanya masalah yang dihadapinya.
b. Apabila siswa (kasus) telah mulai memahami (self insight,
self-understanding) permasalahan yang dihadapinya;
c. Apabila siswa (kasus) talah mulai menunjukan kesedian
untuk menerima kenyataan diri dan masalahnya secara
objektif (self-acceotantance);
d. Apabila siswa (kasus) telah mulai menurun ketegangan
emosinya (emotional stress release)
e. Apabila siswa (kasus) telah mulai menunjukan sikap
keterbukaannya (opennes) sertamau memahami dan
mnerima kenyataan lingkungannya secara objektif;
f. Apabila siswa (kasus) telah mulai berkurang dan menurun
penentangannya terhadap lingkungan;
g. mulai menunjukkan kemampuannya untuk mengadakan
petimbangan (reasoning), mengedakan pilihan (choice) dan
pengambilan keputusa (decisiong making) secara sehat dan
rasional (sound and ratioal)
h. Apabila siswa (kasus bersangkutan telah menunjukan
ketersediaan dan kemampuan untuk melakukan usaha -
usaha/tindakan perbaikan dan penyesuaian (adjustment),
baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya,
sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang
telah diambilnya.

2) Kriteria keberhasilan dalam jangka pangjang (long term


criteria)
a. (kasus) telah menunjukkan kepuasan dan kebahagiaan
(happiness) dalam kehidupannya yang dibuahkan oleh
tindakan-tindakan dan usaha-usahanya.
b. Apabila siswa (kasus) telah mampu menghindari secara
preventif kemungkinan - kemungkinan faktor yang dapat
membawanya ke dalam kesulitan (preventif);
c. Apabila siswa (kasus) telah menunjukan sifat - sifat yang
kreatif dan konstruktif, produktif, dan kontributif secara
akomodatif

Cara - cara yang ditempuh untuk memperoleh data atau


informasi atas indikator-indikator keberhasilan layanan bimbingan
tersebut meliputi bermacam jenis, antara lain dengan melakukan
observasi selama kontak atau interaksi dan komunikasi dalam rangka
bimbingan atau berbagai kesempatan yang bersifat individual,

19
melalui analisis atau perubahan dalam prestasi belajar dan
penyesuaian dirinya (gains) melalui analisis laporan siswi (kasus)
bersangkutan (self-report, inventories) orang tuanya dan pihak -
pihak lain yang ada hubungan pergalulan dengan siswa (kasus) yang
bersangkutan (guru lain, pembimbing lain, dan sebagainya).

Kalau indikator - indikator seperti digambarkan oleh


Robinson diatas, sampai batas waktu tertentu, ternyata masih belum
tampak, maka seyoginya guru atau pembimbing yang
berkepentingan segera mengadakan peninjauan kembali (review)
atas alternatif pemecahan yang telah dilakukan tersebut. Seandainya
memang tidak menunjukan keampuhan sama sekali, atau sangat
lamban terjadinya perubahan ke arah yang diharapkan, maka
seyoginya dipikirkan alternatif lainnyaa. Bahkan, mungkin kita
adakan tinjauan yang menyeluruh mulai tahap kedua, ketiga, dan
selanjutnya.

2. Strategi Layanan Bimbingan

Sekurang - sekurangnya dapat dibedakan dua cara


pendekatan dalam menggariskan strategi layanan bimbingan, yaitu
bedasarkan jenis dan sifat kasus (case, client, counselee) yang
dihadapinya dan berdasarkan ruang lingkup bidang garapan dan
pengorganisasiannya.

1) Strategi Layanan Berdasarkan Kategori Kasus dan Sifat


Masalahnya

Sesuai dengan sifat permasalahannya, yanana bimbingan


dapat diberikan kepada siswa (kasus) sebagai orang-seorang
(individual) dan dapat pula diberikan kepada individu - individu
dalam situasi kelompok (group situation).

a. Layanan bimbingan kelompok, diselenggarakan apabila,


terdapat sejumlah individu (siswa) yang mempunyai
kebutuhan han yang serupa; atau terdapat masalah yang
dialami oleh induvidu, namun menyangkut keperluan adanya
hubungan orang lain (kerja sama, toleransi, tenggang rasa,
loyalitas, demokratis, menghargai pendapat orang lain dan
interaksi sosial lainnya). bimbingan kelompok ini dapat
dilangsungkan secara formal, seperti diskusi, ceramah,
remedial teaching, sosiodrama, dan fisikodrama, role playing,
home room program, dan sebagainya. Dapat pula dilakukan

20
dalam situasi informal, seperti rekreasi bersama, karyawisata,
penyelenggaraan kegiatan pesta sekolah, student self
goverment, pesta olahraga, pesta atau pentas seni, peringatan
sehari-hari besar nasional dan keagamaan, dan sebagainya.
Berbagai alat bantu atau media pendidikan (film,slide,gambar,
dan sebagainya) dapat dipergunakan. Dengan mengundang
penceramah tamu seperti dokter, psikolog, pengusaha,
jawatan penempatan tenaga kerja, dan sebagainya
b. Layanan bimbingan individual (individual conseling), akan
lebih tepat digunakan kalau permasalahan yang dihadapi
individu itu lebih bersifat pribadi dan memerlakukan
ketekunan dan usaha atau pelatihan yang seksama dari
individu yang bersangkutan. Layanan ini mungkin dapat
dilakukan oleh guru (remedial teacher), atau ahli (konselor,
psikolog, dokter, dan sebagainya). mungkin juga orangtua
yang bersangkutan (kalau dipandang mampu untuk itu).

2) Strategi Layanan Berdasarkan Ruang lingkuo Pemasalahan dan


Pengorganisasiannya
Mathewson (19-55:15-17) mengidentifikasi tiga strategi
umum (grand strategy) penyelenggaraan layanan bimbingan
sebagai berikut.

a. The strategy guidence thoughout the classroom (strategi


bimbingan melalui kegiatan kelas)
b. Bimbingan dipandang sebagai suatu proses edukatif yang
konstan, dijalinkan dengan semua kegiatan instruksional.
Every teacher is a duidance worker (setiap guru adalah
petugas bimbingan), merupakan slogan dari strategi ini, serta
menjiwai seluruh pemikiran dan prkatik layanan sehingga
bimbingan dapat dianggap terjadi dari menit ke menit; jam ke
jam; dan hari ke hari di setiap kelas dari tiap sekolah.
Bimbingan ditekankan sebagai suatu proses yang penting dan
berlangsung secara bersinambungan sebagai suatu pengaruh
yang memberikan pengarahan yang menyenangkan bagi
pembina perilaku sosial, keefektifan pribadi dalam hidup
sehari - hari, kemajuan dan kompetisi akademis, serta
pembinaan sikap dan nilai. Dalam praktiknya,strategi
bimbingan ini sangat bergantung pada minat dan kemampuan
pribadi guru - guru kelas yang bersangkutan.

21
c. The strategy of guidance throuhout supplementary sevices
(strategi bimbingan melalui layanan khusus yang bersifat
suplementer)
Bimbingan dilakukan oleh petugas khusus dan
ditunjukkan guna mengatasi masalah pokok secara terpilih.
Bimbingan yang lebih bersifat bantuan diberikan kepada
siswa sebagai individu dalam mengambil keputusan,
mengadakan pilihan, atau menemukan pengarahan dalam
situasi - situasi khusus tertentu seperti perencanaan dan
persiapan karier dan pendidikan. Strategi ini merupakan pola
layanan bimbingan pendidikan dan vokasional. Meskipun
dewasa ini kedalam strategi ini telah dimasukan pula
mengenai masalah - masalha penyesuaian pribadi dan sosial,
namun pusat perhatian masih tetap difokuskan kepada bidang
ini antara lain, layanan bersifat klinis dan dilakukan oleh para
ahli yang terlatih dan dipersiapkan khusus untuk itu dengan
menggunakan teknik wawancara yang sangat intensif dengan
kasus yang bersangkutan.
d. The strategy of guidance as a comprehensive process
throughout the whole curriculum and community (strategi
bimbingan sebagai suatu proses yang komperhensif melalui
kegiatan keseluruhan kurikulum dan masyarakat). The
strategy of guidance as a comprehensive process throughout
the whole curriculum and community (strategi bimbingan
sebagai suatu proses yang komperhensif melalui kegiatan
keseluruhan kurikulum dan masyarakat)

D. Metode dan Teknik Layanan Bimbingan Belajar

1. sistem pendekatan layanan bimbingan

Sejak munculnya karya Rogers , dalam bukunya yang


berjudul Counseling and psychotherapy (1942) , mulailah dikenal
dua sistem pendekatan layanan bimbingan, , yang disebut , Directive
counseling dan Non-Directive Counseling . perbedaan utama
diantara kedua cara pendekatan tersebut terletak dalam landasan
filosofi dan sistem nilai yang dianutnya , di mana pendekatan
direktif lebih menitik beratkan kepada pemecahan masalahnya,
sedangkan pendekatan non direktif mengutamakan perhatian
terhadap kasus (client ) nya sendiri.
1) Pendekatan direktif . pendekatan layanan bimbingan ini dikenal
juga sebagai bimbingan yang bersifat counselor centered. Sifat

22
tersebut menunjukan pihak pembimbing memegang peranan
utama dalam proses interaksi layanan bimbingan.karena
pembimbing sangat bertanggung jawab atas pelaksanaan
bimbingan tersebut dan terbimbing sangat bergantungkepada
bimbingan nya.sistem pendekatan layanan direktif ini , terutama
dianut olehh kaum psikoanalis yang berasumsi bahwa
pembimbinng harus lebih mampu dari pada klien nya yang
sedang bermasalah yang mungkin kemampuan berfikirnya secara
rasional mengalami gangguan. Karena itu seorang pembimbing
sebaiknya memperoleh pendidikan dan pelatihan sehingga
mencapai kualifikasi sebagai ahli dalam bidang nya.

2) Pendekatan Non- direktif. Pendekatan ini dikenal juga sebagai


layanan bimbingan yang bersifat client –centered , sifat tersebut
menunjukan bahwa pihak terbimbing (client) diberikan peranan
utama dalam bidang interaksi layanan bimbingan. Pembimbing
hanya bertugas menciptakan situasi yang memungkin kan pihak
pembimbing mencoba mencri dan menemukan inti permasalahan
yang dialami nya dan alternative terbaik baginya untuk
mengatasi masalahnya.

3) Ditinjau dari segi landasan teoretis dan pelaksanaan nya di dalam


praktik , kedua sistem pendekatan itu mempunyai kebaikan atau
keampuhan dan kelemahan masing- masing . pendekatan direktif
, kebaikan nya mungkin lebih terarah , waktunya dapat lebih
singkat, dan hasil nya dapat lebih sesuai dengan yang diharapkan
oleh pembimbing dan orang dewasa normal pada umumnya .
namun kelemahan nya terasa kurang kdemokratis, serta
kemungkinan penerimaan saran – saran nya oleh klien tanpa
dipahami dan disadarinya .

4) Sedangkan pendekatan Non – direktif kebaikan nya memang


memajukan paham dan pandangan sertaa cara hidup demokratis.
Yang terpenting, pengalaman klien dalam proses pemecahan
masalahnya akan transfrelable kalau ia menghadapi masalah
yang serupa. Kelemahan nya , besar kemungkinan pendekatan
ini memakan waktu yang lebih lama dan hasil- hasil alternative
pemecahan nya boleh jadi tidak selalu selaras dengan apa yang
diharapkan oleh pihak pembimbing dan orang dewasa normal
pada umum nya.

23
5) Oleh karena itu guru atau pembimbing yang tidak bermaksud
menjadi penganut yang fanatic pada salah satu dari kedua paham
yang seakan- akan berlawanan itu , dalam praktik nya lebih baik
menggunakan nya sebagai teknik pendekatan secara Elektik ,
yaitu kita gunakan secara kombinasi atau bergantian menurut
keperluan nya. Misalnya, bila kita berhadapan dengan kasus-
kasus yang terdiri atas anak- anak ,orang- orang yang kita
pandang kurang mampu untuk melakukan pertimbangan dalam
memilih atau memutuskan sesuatu atau keadaan yang memaksa.

2. Tekhnik Layanan Bimbingan

1) pertama, menghimpun data dan informasi selengkap dan


seobjektif mungkin, baik secara langsung dari klien yang
bersangkutan maupun dari sumber- sumber lain nya sesuai
dengan tahapan layanan nya,
2) kedua, menciptakan hubungan yang baik dengan kien
memberikan informasi yang meyakinkan nya , membantinya
dalam proses melakukan pilihan dan pengambilan keputusan
mengenai rencana- rencana tindakan untuk mengatasi masalah
yang sedang dihadapinya.
Kegiatan pokok yang pertama dapat ditempuh dengan
berbagai cara, antara lain testing, analisis hasil pekerjaan (written
product analysis) dan sebagainya. Sedangkan yang kedua , teknik
pendekatan lebih banyak wawancara (interview) , yang kalau perlu
pada tahap tertentu dilengkapi dengan pertemuan kasus (case
confendense) yang pesertanya diperluas, misalnya orang tua ksus,
orang- orang ahli seperti dokter , psikolog, dan lain nya.
Teknik- teknik pendekatan sepanjang menyangkut kegiatan
layanan pokok yang pertama, telah kita pelajari prinsip – prinsip
dasarnya dalam kaitan nya dengan pengembangan instrument dan
strategi pelaksanaan evaluasi belajar- mengajar , sedangkan teknik
yang bertalian dengan kegiatan layanan pokok yang kedua, belum
banyak kita singgung. Oleh karena itu bagian selanjutnya dari
paragraph ini akan di fokuskan kepada pembahasan tentang teknik
layanan bimbingan yang paling fundamental , yaitu wawancara
(interview) yang dilengkapi dengan konferensi kasus.

24
BAB IV
Penutup

A. Kesimpulan

Pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik, terutama dalam


mengerjakan tugas dalam keterampilan serta dalam bersikap terhadap guru,
menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih, baik secara mandiri atau
kelompok, dan mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik,
sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk
pengembangan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi.

Proses belajar merupakan suatu proses yang mengandung


serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-
balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran.

Pada hakikatnya belajar yang efektif merupakan proses belajar


mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik,
namun bagaimana proses belajar yang efektif mampu memberikan
pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta
dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan mereka.

B. Saran

Supaya seorang guru dapat memberikan bimbingan belajar yang


baik di dalam situasi belajar, sehingga setiap murid dapat belajar dengan
efisien dan mencapai perkembangan yang optimal. Seorang guru bisa
mengetahui akan kewajibannya menjadi pembimbing terhadap anak
didiknya agar dapat mreningkatkan pendidikan untuk anak didik demi masa
depan yang lebih baik.

Upaya-upaya yang tersebut merupakan usaha dalam menciptakan


sekaligus memelihara kondisi dan suasana belajar yang kondusif, optimal
dan menyenangkan agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif
sehingga tujuan belajar prestasi dapat dicapai dengan maksimal.

25
DAFTAR PUSTAKA

Buku.psikologi.kependidikan. Prof. DR.H.SYAMSUDDIN


MAKLUM, M.A

26

Anda mungkin juga menyukai