Anda di halaman 1dari 3

A.

PENGERTIAN ALIRAN KONSTRUKTIVISME


Konstruktivisme berasal dari kata konstruktiv dan isme. Konstruktiv berarti bersifat
membina, memperbaiki, dan membangun. Sedangkan isme dalam kamus besar bahasa
indonesia berarti paham atau aliran. Konstruktivisme merupakan aliran filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi
kita sendiri. Jadi, Konstruktivisme didefinisikan sebagai aliran filsafat pendidikan yang
bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda
dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang
bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami belajar
sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan
memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya.

B. LATAR BELAKANG ALIRAAN KONTRUKSTIVISME


Pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad ini dalam tulisan
Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun
sebenarnya gagasan pokok konstruktivisme sudah dimulai oleh Gimbatissta
Vico, epistemology dari Italia. Dialah cikal bakal konstruktivisme. Pada tahun 1970, Vico
dalam De Antiquissima Italorum Sapientia mengungkapkan filsafatnya dengan
berkata, “Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan.”
Dia menjelaskan bahwa “mengetahui” berarti ‘mengetahui bagaimana membuat
sesuatu. Bagi Vico pengetahuan lebih menekankan pada struktur konsep yang
dibentuk. Lain halnya dengan para empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan itu
harus menunjuk kepada kenyataan luar. Namun menurut banyak pengamat, Vico tidak
membuktikan teorinya . Sekian lama gagasannya tidak dikenal orang dan seakan
hilang. Kemudian Jean Piagetlah yang mencoba meneruskan estafet gagasan
konstruktivisme, terutama dalam proses belajar. Gagasan Piaget ini lebih cepat tersebar
dan berkembang melebihi gagasan Vico.

C. KONSEP FILSAFAT UMUM


1. Metafisika
Hakikat realitas, menurut konstruktivisme manusia tidak pernah dapat mengerti
realitas yang sesungguhnya secara ontologis . Yang dapat kita mengerti hanyalah
struktur konstruksi kita akan sesuatu objek , konstruktivisme memang tidak bertujuan
mengerti realitas secara ontologis, tetapi lebih hendak melihat bagaimana kita
menjadi tahu akan sesuatu.
Kostruktivisme menolak prinsip indepedensi dan objektivisme dari realism
/empirisme yang menyatakan bahwa keberadaan realitas berdiri sendiri terlepas dari
subjek pengamat , namun terbuka untuk dapat diketahui melalui pengalman
empiris. Demikian pula konstruktivisme menolak pandangan idealisme yang
menyatakan bahwa realitas yang hakiki bersifat ideal / spiritual , yang mana dunia
fisik yang tampak dipandang sebagai “bayangan” dari dunia spiritual. Bagi penganut
konstruktivisme, “realitas” itu tiada lain adalah fenomena sejauh di pahami oleh yang
menangkapnya.
2. Epistemologi dan Aksiologi
Filsuf realisme atau empirisme menyatakan bahwa sumber pengetahuan adalah
“dunia luar”, semua pengetahuan diturunkan dari pengalaman atau observasi atas
alam semesta.
Sebaliknya filsuf idealisme atau navitisme menyatakan sumber pengetahuan itu
adalah “dari dalam” . Sedangkan filsuf kontruktivisme menyatakan bahwa sumber
pengetahuan berasal dari dunia luar tetapi dikonstruksikan dari dalam diri
individu, jadi konstruktivisme memuat dua segi, yaitu empirisme / realism dan
natisme /idealisme.
Bagi penganut konstruktivisme pengetahuan bukanlah suatu potret dunia kenyataan
yang ada melainkan adalah hasil konstruksi atau bentukan kenyataan, melalui
kegiatan subjek. Paradigma konstruktivisme menganggap bahwa nilai, etika, dan
pilihan moral merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu
penelitian. Peneliti di sini bertindak sebagai passionate participant, yaitu fasilitator
yang menjembatani keragaman subjektivitas pelaku social. Di mana tujuan
penelitiannya adalah rekonstruksi realitas social secara dialektik antara peneliti
dengan aktor social yang diteliti. Pengetahuan selau merupakan akibat dari suatu
konstruktif kognitif tentang kenyataan melalui kegiatan seseorang.seseorang
membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk
pengetahuan.

D. PANDANGAN FILSAFAT KONSTRUKTIVISME TERHADAP PENDIDIKAN


Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah untuk membantu generasi muda menjadi
manusia yang utuh, yang pandai dalam bidang pengetahuan, bermoral, berbudi
luhur, peka terhadap orang lain, beriman dan lain-lain. Pendidikan juga mempunyai
peran untuk membantu orang muda masuk ke dalam masyarakat dan ikut terlibat di
dalam masyarakat secara bertanggungjawab. Tentu yang diharapkan bahwa mereka
dapat terlibat sebagai warga yang aktif, yang ikut menegakkan demokratisasi negara
ini .
Menurut filsafat konstruktivisme yang berbeda dengan filsafat klasik, pengetahuan itu
adalah bentukan peserta didik sendiri yang sedang belajar. Dalam pengertian
konstruktivisme, pengetahuan itu merupakan proses menjadi, yang pelan-pelan menjadi
lebih lengkap dan benar.
Sebagai contoh, pengetahuan peserta didik tentang kucing terus berkembang dari
pengertian yang sederhana, tidak lengkap, dan semakin peserta didik dewasa serta
mendalami banyak hal tentang kucing, maka pengetahuannya tentang kucing akan
bertambah lengkap.

E. IMPLIKASI TERHADAP PENDIDIKAN

1. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan pengajaran konstruktivisme lebih menekankan pada
perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam sebagai hasil konstruksi
aktif si pelajar . Ini berbeda dengan Behaviorisme yang menekankan keterampilan
sebagai tujuan pengajaran .berbeda pula dengan maturasionisme yang lebih
menekankan pengetahuan yang berkembang sesuai dengan langkah-langkah
perkembangan individu.

2. Kurikulum pendidikan
Driver dan Oldham menyatakan bahwa perencanaan kurikulum konstruktivisme
tidak dapat begitu saja mengambil kurikulum standar yang menekankan siswa pasif
dan guru aktif kurikulum bukan sebagai tubuh pengetahuan atau kumpulan
keterampilan , melainkan lebih sebagai program aktivitas dimana pengetahuan dan
keterampilan dapat dikonstruksikan. . Kurikulum bukan kumpulan bahan ajar yang
sudah ditentukan sebelumnya untuk mengajar , melainkan lebih sebagai suatu
persoalan yang perlu dipecahkan oleh para siswa untuk lebih mengerti.

3. Metode pendidikan
Setiap pelajar mempunyai cara nya sendiri untuk mengerti, karena itu mereka perlu
menemukan cara belajar yang tepat untuk dirinya masing-masing.dalam konteks ini
maka tidak ada satu metode mengajar yang tepat, satu metode mengajar saja tidak
akan banyak membantu pelajar belajar , sehingga pelajar sangat mungkin untuk
mempertimbangkan dan menggunakan berbagai metode yang menbantu pelajar
belajar. Selain itu mengingat pengetahuan dibentuk baik secara individual maupun
sosial , maka kelompok belajar dapat dikembangkan. .

4. Peranan Guru dan Siswa


Dalam kegiatan mengajar guru hendaknya berperan sebagai mediator dan
fasilitator yang membantu agar proses belajar peserta didik berjalan dengan
baik. Menurut Tobin dkk, "bagi siswa , guru berfungsi sebagai
mediator, pembimbing dan sekaligus teman belajar . Dalam artian ini, guru dan
peserta didik dan pelajar lebih sebagai mitra yang bersamasama membangun
pengetahuan nya. Adapun peseta didik dituntut aktif belajar dalam rangka
mengkonstruksi pengetahuan nya, dan karena itu peseta didik sendidrilah yang
harus bertanggung jawab atas hasil belajarnya.
Konstruktivisme dapat memberikan pencerahan kepada para guru yang selama ini
berpandangan bahwa mengajar adalah kegiatan guru mentransfer pengetahuan
kepada siswa .

F. PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ALIRAN KONSTRUKTIVISME


1. Pengetahuan dibangun oleh peserta didik secara aktif.
2. Tekanan dalam proses belajar terletak pada peserta didik.
3. Mengajar adalah membantu peserta didik belajar.
4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses, bukan hasil.
5. Kurikulum menekankan partisipasi peserta didik.
6. Guru adalah fasilitator.

Anda mungkin juga menyukai