Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KONSEP BIMBINGAN BELAJAR

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Pendidikan Psikologi

DOSEN PENGAMPU

Ibu Siti Sholihah Nurfaidah, M.Pd

DISUSUN OLEH

Andi Supriatna (205060085)


Ami Oktima S (205060096)
Fikriyah Farras S (205060xxx)
Hari Gunardi (205060100)
Ninin Kurike R (205060098)
Putri Milatus S (205060094)

UNIVERSITAS PASUNDAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2020/2021
Jl.Tamansari,No.6-8. Telp,(022)42055317. Kode Pos 4016
Bandung
KATA PENGANTAR

 Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan berkat dan  karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan
Makalah ini  tepat pada waktunya yang berjudul “KONSEP BIMBINGAN BELAJAR”

Makalah ini berisikan tentang informasi pengertian layanan bimbingan belajar masalah


belajar, penentuan murid-murid yang mengalami masalah belajar, pengungkapan sebab-
sebab masalah belajar, membantu murid mengatasi masalah belajar.

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua sebagai calon
guru SD tentang bagaimana mengatasi masalah belajar yaitu cara belajar dan bantuan atas
masalah belajar.
 
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Bandung 19 Desember 2020

                               


                                Kelompok 1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….
Latar Belakang...............................................................................................
Rumusan Masalah…………………………………………………………..

BAB II KAJIAN TEORI…………………………………………………………….

BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………….


1. Pengertian bimbingan……………………………………………………
2. Jenis layanan bimbingan dalam kaitannya dengan PBM………………..
3. Prosedur dan strategi layanan bimbingan belajar……………………….
4. Metode dan teknik layanan bimbingan belajar………………………….

BAB IV PENUTUP………………………………………………………………….
A. KESIMPULAN…………………………………………………………
B. SARAN…………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Belajar merupakan suatu kewajiban bagi seorang siswa.namun,belajar tak selamanya


wajar,kadang-kadang lancar,kadang-kadang juga tidak,kadang bisa dengan cepat
menangkap materi yang disampaikan guru,tapi kadang juga susah untuk menangkap
materi,semuanya itu juga berhubungan dengan semangat belajar siswa.Bimbingan belajar
lebih menekankan dalam membina siswa dalam perkembangan pribadi,sosial
psikologi,yang didasarkan pada kenyataan yang dihadapi siswa sehingga memerlukan
bantuan tenaga profesional yaitu guru pembimbing.
Dalam rangka menjawab tantangan masa depan yang lebih komfektif dan komplek,tenaga-
tenaga profesional kependidikan mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi
perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional,yaitu:”terwujudnya
manusia indonesia seutuhnya yang cerdas yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang
maha esa dan berbudi pekerti luhur,memiliki pengetahuan dan kemampuan,kesehatan
jasmani dan mandiri,serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
Maka dari itu lembaga pendidikan pada umumnya yaitu sekolah khususnya merupakan
tumpuan harapan para orangtua,siswa dan warga masyarakat guna memperoleh
pengetahuan,keterampilan,sikap dan sifat-sifat kepribadian utama,sebagai sarana
pengembangan karier,peningkatan status sosial,dan bekal hidup lainnya didunia kini dan di
akhirat nanti.sekolah mencoba mengkombinasikan aspirasi dan pandangan-pandangan
masyarakat kedalam tujuan-tujuan instruksionalnya.yang mana secara operasional
diterjemahkan kedalam tujuan-tujuan kurikuler dan institusional.pada akhirnya,semua
aspirasi itu terletak dibahu dan tangan guru karena merekalah yang diberi
tugas,wewenang,dan tanggung jawab pelaksanaan operasional pendidikan dan pengajaran
tersebut.
Kemudian kegiatan bimbingan belajar dilaksanakan karena dilatar belakangi oleh
beberapa hal,sebagai berikut.
1.Adanya criterion referenced evaluation ( CRE ) yang mana mengklasifikasikan siswa
berdasarkan keberhasilan mereka dalam menguasai pelajaran.Kualifikasi itu antara lain :
a.siswa yang benar benar dapat menguasai pelajaran ( qualified students ).
b.siswa yang cukup menguasai pelajaran ( relatively qualified students ).
c.siswa yang belum dapat menguasai pelajaran ( unqualified students )
2.Adanya kemampuan/tingkah kecerdasan dan bakat yang dimiliki oleh tiap siswa yang
mana berbeda dengan siswa yang lainnya .Dimana klasifikasi siswa tersebut antara lain :
a.Siswa yang prestasinya lebih tinggi dari apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes
kemampuan belajarnya (overachievers)( siswa sukses ).
b.Siswa yang prestasinya memang sesuai dengan apa yang diperkirakan berdasarkan tes
kemampuan belajarnya ( siswa wajar ).
c.Siswa yang prestasinya ternyata lebih rendah dari apa yang diperkirakan berdasarkan
hasil tes kemampuan belajarnya(underachievers) ( siswa gagal ).
3.Adanya penerapan waktu untuk menyelesaikan suatu program belajar ( time
allowed ).klasifikasi siswa dalam hal ini antara lain :
a.Siswa yang ternyata dapat menyelesaikan pelajaran lebih cepat dari waktu yang
disesuaikan ( rapid learner) ( siswa cepat ).
b.Siswa yang dapat menyelesaikan pelajaran sesuai waktu yang telah disesuaikan ( siswa
normal ).
c.Siswa yang ternyata tidak dapat menyelesaikan pelajaran sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan ( slow learner ) ( siswa lambat ).
4.Adanya penggunaan norm referenced ( PAN )yang mana membandingkan prestasi siswa
yang satu dengan yang lainnya.klasifikasi siswa berdasarkan prestasinya antara lain :
a.Siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di atas nilai rata-rata prestasi kelompoknya
( higher group ) (siswa unggul).
b.Siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di sekitar nilai rata-rata dari kelompoknya
(mean average ) (siswa papak ).
c.Siswa yang prestasinya selalu berada dibawah nilai rata-rata prestasi kelompoknya (
lower group ) (siswa asor).
Yang menjadi persoalan sekarang antara lain dapat dikemukakan :
1.apakah kelemahan-kelemahan pada hasil dan proses pendidikan dengan segala aksesnya
itu dapat diminimalkan (minimized) ?
2.apakah produkivitas belajar-mengajar dapat dioptimalkan ?
3.usaha-usaha manakah yang tidak secara langsung termasuk tugas-tugas yang dapat
dikategorikan ke dalam pengajaran ( teaching,instructional )tetapi dapat dilakukan oleh
guru dalam rangka mengatasi kelemahan-kelemahan seperti yang digambarkan tersebut
diatas ?
Setelah mengetahui begitu banyak permasalahan yang dihadapi oleh setiap siswa dalam
kegiatan belajarnya,maka diperlukanlah suatu bentuk layanan bimbingan belajar.Hal ini
dimaksudkan agar para siswa yang memiliki permasalahan dalam belajarnya dapat segera
memperoleh bantuan atau bimbingan dalam kegiatan belajar yang diperlukan oleh semua
orang yang sedang melakukan proses kegiatan belajar.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang dapat
penulis rumuskan adalah sebagai berikut :
5. Apa latar belakang dan pengertian bimbingan?
6. Apa saja jenis layanan bimbingan dalam kaitannya dengan PBM?
7. Bagaimana prosedur dan strategi layanan bimbingan belajar?
8. Apa saja metode dan teknik layanan bimbingan belajar?
BAB II
KAJIAN TEORI

Bimbingan belajar merupakan salah satu bidang bimbingan, untuk mengkaji


pengertian bimbingan belajar terlebih dahulu akan dibahas mengenai hakikat bimbingan itu
sendiri. Pengertian bimbingan menurut Crow & Crow (Prayitno, 2004: 94) adalah bantuan
yang diberikan oleh seseorang, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih
dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan
hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan
sendiri, dan menanggung bebannya sendiri. Menurut Crow & Crow tersebut layanan
bimbingan yang diberikan pada individu atau sekumpulan individu berguna untuk
menghindari dan mengatasi masalah dalam kehidupannya secara mandiri.
Sedangkan menurut Donald G. Mortenson (Marsudi, 2003: 31) pengertian
bimbingan adalah:
a. Bimbingan merupakan bagian dari program pendidikan.
b. Bimbingan merupakan bantuan dan kesempatan setiap orang
c. Bimbingan diberikan oleh petugas yang memiliki keahlian
d. Dengan bimbingan individu diharapkan dapat berkembang sesuai dengan
kemampuannya
e. Dasar bimbingan ialah demokrasi.

Menurut Donald G. Mortenson t bimbingan merupakan pemberian bantuan kepada


setiap orang yang dilakukan oleh ahli dalam bidang bimbingan, dan diharapkan dengan
bimbingan tersebut orang yang diberikan bimbingan dapat berkembang sesuai dengan
kemampuannya. Sementara menurut Bimo Walgito (2004: 5) bimbingan adalah bantuan
atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam
menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau
sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah salah
satu bentuk proses pemberian bantuan kepada individu atau sekumpulan individu dalam
memecahkan masalahnya, sehingga masing- masing individu akan mampu untuk
mengoptimalkan potensi dan keterampilan dalam mengatasi setiap permasalahan, serta
mencapai penyesuaian diri dalam kehidupannya. Setelah memahami pengertian bimbingan,
kajian selanjutnya yang dipaparkan adalah salah satu bidang dari bimbingan yaitu
bimbingan belajar. Bimbingan belajar menurut Oemar Hamalik (2004: 195) adalah
bimbingan yang ditujukkan kepada siswa untuk mendapat pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan, bakat, minat, kemampuannya dan membantu siswa untuk menentukan cara-cara
yang efektif dan efisien dalam mengatasi masalah belajar yang dialami oleh siswa.
Sedangkan Tim Jurusan Psikologi Pendidikan (Mulyadi, 2010: 107) mengatakan bahwa
bimbingan belajar adalah proses pemberian bantuan kepada murid dalam memecahkan
kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah belajar. 19 Berdasarkan pendapat
para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar adalah suatu proses
pemberian bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah belajar yang
dihadapi siswa, sehingga tercapai tujuan belajar yang diinginkan.
BAB III
PEMBAHASAN

1. Pengertian Bimbingan Belajar

Menurut Undang-undang sistem pendidikan Nasional tahun


1989,pendidikan dilaksanakan dalam bentuk bimbingan,pengajaran,dan
latihan.Bimbingan atau membimbing memiliki dua makna yaitu bimbingan
secara umum yang mempunyai arti sama dengan mendidik atau
menanamkan nilai-nilai,membina moral,mengarahkan siswa supaya menjadi
orang baik.Sedangkan makna bimbingan yang secara khusus yaitu sebagai
suatu upaya atau program membantu mengoptimalkan perkembangan
siswa.Bimbingan ini diberikan melalui bantuan pemecahan masalah yang
dihadapi,serta dorongan bagi pengembangan potensi-potensi yang dimiliki
siswa (Nana Syaodih Sukmadinata,2005:233).

Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu mendapat


pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan
penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah,keluarga serta
masyarakat.Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa
dalam rangka upaya menemukan pribadi,mengenal lingkungan dan
merencanakan masa depan.Pengertian Bimbingan Belajar menurut beberapa
ahli yaitu :

1. Sukardi
Bimbingan belajar adalah bimbingan dalam hal menemukan cara
belajar yang tepat,dalam memilih program studi yang sesuai dan
dalam mengatasi kesukaran kesukaran yang timbul berkaitan dengan
tuntunan tuntunan belajar disuatu institusi pendidikan.
2. L.D Crow dan A Crow (prayitno,2004:94)
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang yang
memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada
individu individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan
hidupnya sendiri,mengembangkan pandangan hidupnya,dan
menanggung bebannya sendiri.dan menurut Crow dan Crow tersebut
layanan bimbingan yang diberikan pada individu atau sekumpulan
individu berguna untuk menghindari dan mengatasi masalah dalam
kehidupannya secara mandiri.
3. A.J Jones
Bimbingan belajar merupakan suatu proses pemberian bantuan
seseorang pada orang lain dalam menentukan pilihan dan pemecahan
masalah dalam kehidupannya.
4. Donald G. Mortenson
Bimbingan merupakan pemberian bantuan kepada setiap orang yang
dilakukan oleh ahli dalam bidang bimbingan dan diharapkan dengan
bimbingan tersebut orang yang diberikan bimbingan dapat
berkembang sesuai dengan kemampuannya.
5. Bimo Walgito ( 2004:5)
Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada
individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi
kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya agar individu atau
sekumpulan individu itu dapat mencari kesejahteraan hidupnya.
6. Prayitno dan Amti
Bimbingan belajar adalah salah satu bentuk bimbingan yang
diselenggarakan disekolah.yang mana pengalaman menunjukkan
bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak
selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi,sering
kali kegagalan itu terjadi disebabkan mereka tidak mendapat layanan
bimbingan yang memadai.
Kemudian para ahli mendefinisikan layanan bimbingan itu
dengan cara yang bervariasi yang menunjukkan kepada
hakikat,tujuan dan prosedur yang serupa,berkaitan dengan proses
belajar-mengajar,pengertian layanan bimbingan yang bersifat umum
dikemukakan sebagai berikut.

1. Layanan bimbingan (guidance services)merupakan bantuan kepada


individu tertentu.
Pernyataan bahwa layanan bimbingan hanya bersifat
bantuan,mengandung arti bahwa guru (pembimbing) bukan
mengambil over masalah dan tugas,serta tanggung jawab pemecahan
dari siswa(terbimbing),melainkan hanya menciptakan kondisi yang
memungkinkan siswa dapat memecahkan permasalahannya dengan
tanggung jawab sendiri.Adapun pertanyaan yang menegaskan bahwa
layanan bantuan itu hanya diberikan kepada individu
tertentu,menunjukkan bahwa bantuan itu hanya diberikan kepada
siswa terbimbing yang dipandang memang
memerlukannya.Meskipun tidak dapat disangkal,seperti kata
Robinson(1946:1-6)bahwa setiap siswa sebenarnya potensial untuk
menghadapi masalah(baik disadari maupun tidak).sampai batas
tertentu mungkin mereka dapat menyelesaikannya sendiri tanpa
bantuan orang lain.atau memang tidak mampu menyadari bahwa ia
sesungguhnya memerlukan bantuan orang lain.Dengan kata
lain,meskipun layanan bimbingan itu sebenarnya mungkin
diperlukan oleh semua siswa disekolah,namun para guru seyoginya
mendahulukan mereka yang benar-benar dipandang memerlukannya
(seperti mereka yang tergolong kepada kelompok
unqualified,undeachievers,slow learner,repeaters,dan sebagainya).

2. Layanan bimbingan diharapkan agar individu yang bersangkutan


dapat mencapai taraf perkembangan dan kebahagiaan yang optimal
Seperti yang dikatakan oleh Mortenseen dan Scmuller ( 1946:6-
8 )bahwa tujuan atau sasaran akhir yang hendak dicapai oleh layanan
bimbingan itu identik dengan apa yang menjadi tujuan layanan
instruksional dan layanan sekolah lainnya,yaitu tercapainya tingkat
perkembangan individu secara optimum,sesuai dengan
abilitas,minat,dan kebutuhan-kebutuhannya.
Kalau dikaitkan dengan pendapat menurut Havighurst tentang
tugas-tugas perkembangan,berarti perkembangan optimum ialah
terlaksananya tugas-tugas tersebut sesuai dengan tuntunan dan
tahapan perkembangan yang bersangkutan.
Kalau dikaitkan dengan prinsip teori mastery learning,berarti
yang dimaksud dengan perkembangan optimum tercapainya taraf
penguasaan (mastery) secara optimal.
Kalau dikaitkan dengan taksonomi tujuan-tujuan pendidikan dari
bloom dan rekan-rekannya,perkembangan optimal itu berarti
tercapainya perubahan-perubahan perilaku sesuai dengan minimum
acceptable performance seperti yang dinyatakan dalam TIK.Predikat
istilah opyimum dan bukan maksimum yang digunakan,menunjukkan
bahwa pencapaian taraf perkembangan atau perubahan perilaku itu
bersifat kondisional,maksudnya bergantung pada pengaruh semua
faktor yang diberikan yang memberikan kontribusi yang ada bagi
proses perkembangan tersebut.
Layanan bimbingan lebih lanjut aspek afektif dari perkembangan
tersebut ialah suatu penghayatan bahwa yang bersangkutan merasa
berbahagia,dalam arti terbebas dari perasaan-perasaan frustasi atau
kecewa atau tertekan atau putus asa sehingga terhindar dari ekses-
ekses yang tidak diharapkan seperti yang digambarkan,akibat
sampingan dari sistem belajar-mengajar tertentu yang kita
jalankan.Bahkan yang sangat diharapkan,seperti kata Smith (1951:5)
dengan tercapainya perkembangan yang optimum melalui layanan
bimbingan,siswa akan mampu menjadi anggota masyarakat yang
efektif.Jadi,meskipun seorang siswa terpaksa harus meninggalkan
sekolah karena memang kemampuan akademisnya terbatas,ia tidak
perlu kecewa,serta merugikan kepentingan kehidupan
masyarakat.Dengan kata lain,betapa pun rendah atau terbatasnya
kecakapan yang dimiliki seseorang,namun ia diharapkan akan rela
menerima dirinya dan bertindak secara produktif.
3. Layanan bimbingan merupakan suatu proses pengenalan,
pemahaman,penerimaan , pengarahan, perwujudan penyesuaian diri
Kata proses,dalam konteks ini menunjukkan bahwa kegiatan
bimbingan bukan suatu tindakan yang dilakukan seketika atau secara
kebetulan,melainkan suatu rangkaian kegiatan yang
berkesinambungan,mulai dari usaha identifikasi terhadap
permasalahannya sampai kepada penyelesaiannya secara tuntas,yang
mungkin memerlukan beberapa tahap kegiatan,melibatkan banyak
orang dan sejumlah instrumen,serta fasilitas yang diperlukan dengan
menggunakan berbagai metode atau teknik pendekatan yang
sesuai.Robinson (1950) menduga bahwa kemungkinan banyak siswa
yang sering menemui kegagalan dalam studinya disebabkan karena
ia kurang mampu :
a. Mengenal dirinya,baik mengenai segi-segi kelebihan atau
kekurangannya , potensinya , minatnya , bakatnya , dan
sebagainya.
b. Karena tidak mengenal diri,ia juga sukar memahami dirinya ,
termasuk kegagalan-kegagalan studinya.
c. Karena tidak memahami diri, ia juga sukar menerima keadaan
dirinya secara objektif , sesuai dengan kenyataan.
d. Karena tiada pengetahuan, pemahaman , dan penerimaan diri
secara objektif ia juga mengalami kesukaran mengarahkan
dirinya melalui proses pengujian,pemilihan, dan pengambilan
keputusan mengenai alternatif tindakan yang akan dilakukan
secara rasional.
Karena tindakan-tindakannya yang kurang terarah,ia juga
sukar mewujudkan atau merealisasikan atau mengaktualisasikan
segala potensi yang ada pada dirinya secara optimal.
Akhirnya yang bersangkutan mungkin akan sampai pada
suatu kesulitan dalam melakukan tindakan-tindakan yang
sesuai,baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap
lingkungannya ( gurunya,temannya,pelajarannya,orang tuanya,
dan sebagainya).
Rangkaian kegiatan layanan bimbingan mungkin akan
berupa seperti :
1. Pengumpulan informasi/data mengenai diri yang
bersangkutan serta hal-hal yang relevan dan bertalian
dengan dirinya (inventory services).
2. Pemberian informasi kepada yang bersangkutan baik
tentang keadaan dirinya,program-programnya,rencana
kariernya serta lingkungannya (information services).
3. Penempatan yang bersangkutan pada
program-program/jurusan/bidang studi,kelas/kelompok
belajar jenis-jenis kegiatan dan sebagainya yang sesuai
dengan latar belakang dan kondisi objektif dirinya
(placement service).
4. Penyuluhan dalam usaha meyakinkan diri atas keadaan
dirinya sehingga yang bersangkutan rela menerima
dirinya,menyadari masalah-masalah yang
dihadapinya,serta dapat mencari dan memilih alternatif
tindakan yang dipandang terbaik bagi dirinya (conseling
services).
5. Sebagai orang yang bertanggung jawab,guru atau
pembimbing tentu mempunyai kewajiban moral untuk
melakukan tindakan atau usaha lanjutan seberapa jauh
kemajuan-kemajuan yang tercapai atau tidak oleh yang
bersangkutan,guna menetapkan strategi layanan,bantuan
lebih lanjut (evaluation and follow up services).
2. Jenis Layanan Bimbingan dalam Kaitannya dengan PBM
Apakah suatu jenis-jenis layanan diatas harus atau dapat dilakukan guru?
Kapan waktunya dan bagaimana melakukannya? Walaupun bagaimanapun layanan
bimbingan pentingdiberikan kepada siswa teretentu. Tugas layanan seorang guru
tetap berberporos pada terselenggaranya proses belajar mengajar (PBM). Oleh
karena itu ,dari sejumlah kemungkinan layanan tersebut,hanya beberapa yang
benar-benar berkaitan langsung dengan PBM. Tugas layanan lainnya merupakan
kompetensi dari petugas layanan khusus bimbingan dan konseling guru BK
disekolah.
Mengingat bahwa layanan BK juga erat dengan layanan tugas dan kegitan
evaluasi sejalan dengan tahapan-tahapan berlangsungnya PBM,maka untuk
memudahkan kita gambarkan secara skematik kaitannya satu sama lain.
Tampak bahwa kegiatan layanan itu berjalan parallel dan berdampingan
serta berururtan logis dengan kegitan kegitan evaluasi dan pengajaran dalam
kerangka suatu pola PBM yang lengkap. Tampak jelas bahwa pada ketiga fase
PBM itu ada kaitannya satu atatu lebih kegiatan merupakan kegitan
pokok,sedangkan kegiatan lainnya bersifat melengkapi ,yang boleh dilakukan tetapi
boleh juga tidak . artinya tanpa dilakukan kegiatan tersebut tidak akan menyebabkan
terputusnya proses PBM secara keseluruhan. Pada tahap pertama ,sebelum kegiatan
belajar mengajar berlangsung .kegiatan yang wajib dikerjakan ialah membuat
persiapan,mencakup penyususunan TIK, pembuatan instrument
evaluasinya ,mempertimbangkan entering behavior siswa,menyusun program
kegiatan,dan menetapkan strategi yang akan ditempuh. Sedangkan kegiatan evaluasi
mencakup pengadministrasian pretest ,menilai dan menganalisis, serta
mengintepretasikannya. Kegiatan bimbingan (yang mencakup pengadaan
pengelompokan siswa,penyesuaian bahan/jenis kegiatan yang bersifat optimal.
Tahap kedua ,ialah selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar ( yang
mencakup apersepsi,presentasi,memberikan tugas/latihan/assignment memberikan
kesempatan resitasi dan finalisasi) tetap merupakan kegiatan wajib,dimana kegiatan
evaluasi formatif (dengan mengadakan questioning,observasi,dan sebagainnya)
masih merupakn kegiatan yang bersifat optimal. Pada tahap ketiga,setalh
berlangsungnya kegiatan belajar menjar ,kegiatan pokok yang wajib dilakukan ialah
evaluasi.

TAHAPAN KEGIATAN
Pengajaran evaluasi bimbingan
Sebelum PBM Persiapan: Reflektif I pre-test: Distributive I
(pre-teaching) (Optional) ajustif(optional)
-TIK -testing -kategorisasi siswa
-Istrumen evaluasi -scoring -penempatan siswa
-entering behavior -Analisis penyesuaian kelompok
-program kegiatan -interpretasi bahan/kegiatan
-bahan/media
-strategi
Selama PBM Pelaksaanan: Formatif: Idntifikasi remedial:
(during-teaching) (optional) (optional)
-apersepsi -question -identifikasi kasus
-presentasi -observasi -bantuan/immediate
-tugas/latihan/assign- treatment
Ment
-finalisasi

Sesudah PBM Kelanjutan: Sumatif/post-test: Diagnostic/remedial:


(post-teaching) (optional)
-lanjutan(prog.II) -testing -identifikasi kasus
-ulang/remediasi -Scoring -diagnostik
-(prog.IA) -Periksa tugas/assign -Prognostic
-perkaya enrichment -analisis -Rekomendasi
(prog.IB) -interpretasi -treatment
-Follow up

Yang mncakup post-test atau pemeriksaan terhadap tugas/pekerjaan siswa ,serta


penilaian ,analiasis dan interpretasinya dan bimbingan yang mencakup diagnotik
dan remedialnya. Sedangkan pengajaran ,tidak lanjutnya dengan tiga kemungkinan :
(1) promosi kepada program baru ;(2) perbaikan program yang sudah ada ;(3)
perkayaan dengan program sejenis. Ketiganya merupakan kegitan optional.
Kalau kita tinjau dari kerangka pola pbm secara keselurahan ,maka jenis-
jenis tugas/pekerjaan BP dalam konteks PBM yang dapat dan seyoianya dijalankan
oleh guru ,antara lain:
a) Pengumpulan informasi mengenai diri siswa,khususnya mengenai entering
behavior-nya (disposisi segi-segi kognitif,afektif,serta psikomotornya) melalui
pre-testing mengenai kelemahan-kelemahan pola-pola sambutan belajar
(response set and readiess)-nya;melalui questioning dan observasi selama
berlangsungnya proses interaksi belajar mengjar ;dan mengenai tingkat
penguasaan atau prestasi belajar melalui post-testing.
b) Memberikan informasi tentang berbagai kemungkinan jenis program dan
kegiatan yang sesuai dengan karakteristik siswa yang bersangkutan.
c) Menempatkan siswa dengan kelompok belajar atau memberikan program dan
bahan ,serta kegiatan yang sesuai dengan karakteristik siswa yang bersangkutan.
d) Mengindentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan atau hambatan dalam
belajar,memberikan batuan segera,melakukan diagnosis lebih lanjut dan
sebagainya.
e) Membuat rekomendasi tentang kemungkinan-kemungkinan usaha selanjutnya
dengan mebuat rekomendasi kepada petugas bimbingan atau guru bidang studi
lain(khusus) atau ahli lain kalau dipandang perlu.
f) Melakukan remedial teaching atau enrichment kalau guru yang bersangkutan
memang mempunyai keahlian dalam bidang studi yang dimaksud.

3. Prosedur dan Strategi Layanan Bimbingan Belajar


A.Prosedur Umum Layanan Bimbingan
1. Identifikasi Kasus
Identifikasi Kasus ialah usaha untuk menemukan atau menetukan siswa
yang perlu mendapatkan bimbingan. Cara yang dapat ditempuh untuk
mencapai tujuan ini adalah dengan jalan analisis hasil belajar, karya tulis,
observasi dan lain-lain. Robinson ( 1950 : 35-44) menyarankan cara-cara
untuk memberikan motivasi kepada siswa, antara lain sebagai berikut :
 Call Them Approach, panggil saja atau lakukan wawancara
dengan semua siswa dari suatu kelas, tingkatan atau kelompok
tertentu secara bergiliran. Dari hasil komunikasi itulah kita akan
memperoleh bahan siswa yang sebenarnya perlu di bimbing.
Cara ini juga sangat tepat untuk mengurangi kelemahan-
kelemahan seperti rasa malu, kurang percaya diri, dan
sebagainya. Karena pada dasarnya semua siswa memperoleh
perilaku yang serupa.
 Maintion Good Relations, pendekatan ini dikenal juga sebagai
open door policy dimana diciptakan berbagai cara tidak
langsung untuk memperkenalkan berbagai jenis bantuan
kesedian guru atau pembimbing untuk membantu siswanya,
tidak terbatas pada hubungan belajar mengajar di kelas saja.
Disarankan agar para guru dismping bertugas mengajar, juga
diserahi tugas-tugas mengoordinasi dan atau menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan yang melibatkan siswa dan guru atau
pembimbing kedalam situasi informal, seperti rekreasi bersama,
pertunjukan ( sicial evening ), menyelenggarakan proyek
kegiatan tertentu, mengadakan ceramah tentang belajar
mengajar orang-orang, termasuk bagaimana cara memanfaatkan
orang-orang sumber ( inklusif guru dan pembimbingan ) dan
sebagainya.
 Developing a Desire for Couseling, kalau dalam cara ke dua di
atas, kita masih menunggu sampai siswa merasakan adanya
masalah yang dirasakan sehingga siswa segera dan langsung
dibawa kearah penyadaran akan masalah yang mungkin sedang
atau secara potensial dialaminya, misalnya dengan jalan :
a) Mengadministarsikan tes inteligensi, bakat, minat,
pretest atau post tes dan sebaginya. Berdasarkan
hasilnya, secara konfidensial kita bicarakan dan tunjukan
kepada yang bersangkutan, baik segi kebaikan atau
kelemahan, dan selanjutnya bagimana kemungkinan
jalan keluarnya.
b) Mengadakan orientasi studi yang membicarakan dan
memperkenalkan karakteristik perbedaan individual,
perbedaan karakteristik berbagai program atau bidang
studi beserta implikasinya bagi cara belajar mengajar
termasuk kesulitan-kesulitannya sehingga dapat
dieksplorasi kemungkinan jalan keluarnya.
c) Mengadakan diskusi mengenai suatu masalah.
 Lakukan analisi terhadap analisis terhadap belajar siswa atau
catatan hari guru mengenai beberapa siswa ( anec dotal
records ) yang menunjukan kelainan-kelainan tertentu ( rapid
learners, slow learners, trouble makers, dan sebagainya ). Secara
fair, mungkin kita dapat membandingkan prestasi belajar
perseorangan dari para siswa dengan prestasi kelompoknya
( norm referenced ) atau kepada siswa tertentu secara
konfidensial ditunjukan posisinya dan sekaligus diberikan
bimbingan mencari cara mengatasinya.
 Lakukan analisis sosiometris dengan memilih teman terdekat
diantara sesama siswa, dengan variasi kalau perlu siapa yang
paling disenangi atau sebaliknyadengan alesan yang singkat.
Dengan demikian, kita juga dengan mudah menetukan siswa
mana yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosioal,
yang memerlukan bimbingan guru.

2. Identifikasi Masalah
Secara umum, permasalahan yang dialami individu yang dialami individu
atau kelompok individu mungkin menyangkut bidang-bidang pendidikan (
educational problems ), perencanaan karier atau jabatan ( vocatinal
problems ), penyesuaian sosial ( social problems), pribadi ( personal
problems ), emosional dan moralitas ( morality and emotional problems ).
Dalam konteks PBM, permasalhan dapat dilokalisasi dan di batasi dengan
ditijau dari tujuan-tujuan proses belajar mengajar :
1) Secara substansial-material, hendaknya dilokalisasikan pada
jenis tingkatan bidang studi mana saja pada bidang dan
tingkatan mana dari sisi dan struktur bidang studi tersebut
dan sebagainya.
2) Secara struktural fungsional, permasalahan ini itu mungkin
sudah dialokasikan pada salah satu jenis dan tingkatan
kategori belajar proses-proses mental.
3) Secara behavioral, permasalahan mungkin terletak pada salah
satu jenis dan tingkatan perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotor.
4) Mungkin pula terletak pada salah satu atau aspek kepribadian
self concept, self esteem, sosialitas, emosionalitas, moralitas,
responsibilitas yang tercermin dalam salah satu jenis atau
taraf kesulitan seperti yang dinyatakan sebagai sasaran pokok
bimbingan ( pengenalan, pemahaman, penerimaan,
pengarahan, dan penyesuaian diri ).

Dilihat dari segi proses belajar mengajar sendiri mungkin


letak permasalahannya berkaitan dengan salah satu komponen,
yaitu:
a) Kurikuler
b) Metodologis
c) Administratif
d) Evaluatif
e) Iklim sosial
Cara yang ditempuh pada langkah-langkah ini, untuk
menyesaikan masalah-masalah yang bertalian dengan :
a) Tujuan belajar mengajar, yaitu dengan diadakan ttest
duagnostik, analisis hasil pekerjaan tertulis ( writen product
analysis ) dan sebagainya.
b) Komponen-komponen PMB, yaitu dengan diadakan test
tindakan ( performance test ) disertai observasi, daftar cek
bagian partisipasi, penggunaan sosiometri, diadakan
wawancara dan sebaginya.

3. Diagnosis
Diagosis langkah-langkah untuk menempuh masalah. Berdasarkan
langkah kedua ini maka kita dapat menetapkan masalah dan penyebabnya.
Cara yang dapat ditempuh dalam langkah ini adalah dengan jalan analisis
hasil kerja, angket wawancara dan sebaginya.

4. Mengadakan Prognosis
Prognosis merupakan uasaha untuk menelaah atau mengkaji masalah yang
dihadapi seorang siswa, termasuk kemungkinan-kemungkinan yang akan
timbul jika masalah itu dibiarkan atau jika masalah itu dibantu, serta
memperkirakan teknik atau jenis bantuan yang akan di berikan kepada
siswa yang mengalami masalah tersebut. Terapi merupakanusah untuk
melaksanakan bimbingan kepada siswa yang bermasalah, sesuai dengan
ketentuan yang telah dirumuskan pada langkah ini.

5. Melakukan Tindakan Remedial atau Membuat Referral ( Rujukan )


Kalau jenis dan sifat permasalahan serta sumber permasalahannya masih
bertalian dengan sistem belajar mengajar dan masih berbeda dengan
kesanggupan dan kemampuan dalam arti teknis dan otoritas para guru,
seyogianya bantuan bimbingan itu dilakukan oleh guru sendiri. Namun,
kalau permasalahannya sudah menyangkut aspek-aspek kepribadian yang
lebih luas lagi seperti kesehatan mental, medis, sosial, dan sebagainya,
maka selayaknya tugas guru hanya membuat rekomendasi ( referral )
kepada para petugas atau ahli yang komepeten dalam bidang-bidang
tersebut.

6. Evaluasi dan Follow Up


Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah
tersebut seyoginya dilakukan. Kalau usaha bantuan remedial itu dilakukan
oleh guru (pembimbing) sendiri, guru (pembimbing) yang bersangkutan
hendaknya meneliti seberapa jauh pengaruh tindakan remedial (treatment)
itu telah menunjukan efek atau pengaruh yang positif bagi pemecahan
masalahnya. Kalau remedial itu dilakukan oleh petugas/ahli lain, seyoginya
guru (pembimbing) meminta laporan dari mereka.
Robinson (1950;96-159) mengemukakan beberapa kriteria keberhasilan dan
keefektifan layanan bimbingan itu antara lain sebagai berikut.
a) kriteria keberhasilan yang tampak segera (immediate
criteria), diantaranya :
1) Apabila siswa telah mulai menyadari (to be aware of) atas
adanya masalah yang dihadapinya;
2) Apabila siswa (kasus) telah mulai memahami (self insight,
self-understanding) permasalahan yang dihadapinya;
3) Apabila siswa (kasus) talah mulai menunjukan kesedian
untuk menerima kenyataan diri dan masalahnya secara
objektif (self-acceotantance);
4) Apabila siswa (kasus) telah mulai menurun ketegangan
emosinya (emotional stress release);
5) Apabila siswa (kasus) telah mulai menunjukan sikap
keterbukaannya (opennes) sertamau memahami dan
mnerima kenyataan lingkungannya secara objektif;
6) Apabila siswa (kasus) telah mulai berkurang dan menurun
penentangannya terhadap lingkungan;
7) mulai menunjukkan kemampuannya untuk mengadakan
petimbangan (reasoning), mengedakan pilihan (choice) dan
pengambilan keputusa (decisiong making) secara sehat dan
rasional (sound and ratioal)
8) Apabila siswa (kasus bersangkutan telah menunjukan
ketersediaan dan kemampuan untuk melakukan usaha -
usaha/tindakan perbaikan dan penyesuaian (adjustment),
baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya,
sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah
diambilnya.
b) Kriteria keberhasilan dalam jangka pangjang (long term
criteria)
1) Apabila siswa (kasus) telah menunjukkan kepuasan dan
kebahagiaan (happiness) dalam kehidupannya yang
dibuahkan oleh tindakan - tindakan dan usaha -
usahanya.
2) Apabila siswa (kasus) telah mampu menghindari secara
preventif kemungkinan - kemungkinan faktor yang dapat
membawanya ke dalam kesulitan (preventif);
3) Apabila siswa (kasus) telah menunjukan sifat - sifat yang
kreatif dan konstruktif, produktif, dan kontributif secara
akomodatif

Cara - cara yang ditempuh untuk memperoleh data/informasi atas


indikator-indikator keberhasilan layanan bimbingan tersebut meliputi
bermacam jenis, antara lain dengan melakukan observasi selama kontak atau
interaksi dan komunikasi dalam rangka bimbingan atau berbagai kesempatan
yang bersifat individual, melalui analisis atau perubahan dalam prestasi
belajar dan penyesuaian dirinya (gains) melalui analisis laporan siswi
(kasus) bersangkutan (self-report, inventories) orang tuanya dan pihak -
pihak lain yang ada hubungan pergalulan dengan siswa (kasus) yang
bersngkutan (guru lain, pembimbing lain, dan sebagainya).
Kalau indikator - indikator seperti digambarkan oleh Robinson diatas,
sampai batas waktu tertentu, ternyata masih belum tampak, maka seyoginya
guru atau pembimbing yang berkepentingan segera mengadakan peninjauan
kembali (review) atas alternatif pemecahan yang telah dilakukan tersebut.
Seandainya memang tidak menunjukan keampuhan sama sekali, atau sangat
lamban terjadinya perubahan ke arah yang diharapkan, maka seyoginya
dipikirkan alternatif lainnyaa. Bahkan, mungkin kita adakan tinjauan yang
menyeluruh mulai tahap kedua, ketiga, dan selanjutnya.

B. Strategi Layanan Bimbingan


Sekurang - sekurangnya dapat dibedakan dua cara pendekatan dalam
menggariskan strategi layanan bimbingan, yaitu (1) bedasarkan jenis dan
sifat kasus (case, client, counselee) yang dihadapinya; dan (2) berdasarkan
ruang lingkup bidang garapan dan pengorganisasiannya.
1) Strategi Layanan Berdasarkan Kategori Kasus dan Sifat Masalahnya
Sesuai dengan sifat permasalahannya, yanana bimbingan dapat
diberikan kepada siswa (kasus) sebagai orang-seorang (individual) dan
dapat pula diberikan kepada individu - individu dalam situasi kelompok
(group situation).
a) Layanan bimbingan kelompok, diselenggarakan apabila:
(1) terdapat sejumlah individu (siswa) yang mempunyai kebutuhan
han yang serupa; atau (2) terdapat masalah yang dialami oleh
induvidu, namun menyangkut keperluan adanya hubungan orang lain
(kerja sama, toleransi, tenggang rasa, loyalitas, demokratis,
menghargai pendapat orang lain dan interaksi sosial lainnya).
bimbingan kelompok ini dapat dilangsungkan secara formal, seperti
diskusi, ceramah, remedial teaching, sosiodrama, dan fisikodrama,
role playing, home room program, dan sebagainya. Dapat pula
dilakukan dalam situasi informal, seperti rekreasi bersama,
karyawisata, penyelenggaraan kegiatan pesta sekolah, student self
goverment, pesta olahraga, pesta atau pentas seni, peringatan sehari-
hari besar nasional dan keagamaan, dan sebagainya. Berbagai alat
bantu atau media pendidikan (film,slide,gambar, dan sebagainya)
dapat dipergunakan. Dengan mengundang penceramah tamu seperti
dokter, psikolog, pengusaha, jawatan penempatan tenaga kerja, dan
sebagainya.
b) Layanan bimbingan individual (individual conseling), akan lebih
tepat digunakan kalau permasalahan yang dihadapi individu itu
lebih bersifat pribadi dan memerlakukan ketekunan dan usaha atau
pelatihan yang seksama dari individu yang bersangkutan. Layanan
ini mungkin dapat dilakukan oleh guru (remedial teacher), atau ahli
(konselor, psikolog, dokter, dan sebagainya). mungkin juga
orangtua yang bersangkutan (kalau dipandang mampu untuk itu).
2) Strategi Layanan Berdasarkan Ruang lingkuo Pemasalahan dan
Pengorganisasiannya
Mathewson (19-55:15-17) mengidentifikasi tiga strategi umum
(grand strategy) penyelenggaraan layanan bimbingan sebagai berikut.
a) The strategy guidence thoughout the classroom (strategi bimbingan
melalui kegiatan kelas)
Bimbingan dipandang sebagai suatu proses edukatif yang
konstan, dijalinkan dengan semua kegiatan instruksional. Every
teacher is a duidance worker (setiap guru adalah petugas bimbingan),
merupakan slogan dari strategi ini, serta menjiwai seluruh pemikiran
dan prkatik layanan sehingga bimbingan dapat dianggap terjadi dari
menit ke menit; jam ke jam; dan hari ke hari di setiap kelas dari tiap
sekolah. Bimbingan ditekankan sebagai suatu proses yang penting
dan berlangsung secara bersinambungan sebagai suatu pengaruh
yang memberikan pengarahan yang menyenangkan bagi pembina
perilaku sosial, keefektifan pribadi dalam hidup sehari - hari,
kemajuan dan kompetisi akademis, serta pembinaan sikap dan nilai.
Dalam praktiknya,strategi bimbingan ini sangat bergantung pada
minat dan kemampuan pribadi guru - guru kelas yang bersangkutan.

b) The strategy of guidance throuhout supplementary sevices (strategi


bimbingan melalui layanan khusus yang bersifat suplementer)
Bimbingan dilakukan oleh petugas khusus dan ditunjukkan
guna mengatasi masalah pokok secara terpilih. Bimbingan yang
lebih bersifat bantuan diberikan kepada siswa sebagai individu
dalam mengambil keputusan, mengadakan pilihan, atau
menemukan pengarahan dalam situasi - situasi khusus tertentu
seperti perencanaan dan persiapan karier dan pendidikan. Strategi
ini merupakan pola layanan bimbingan pendidikan dan vokasional.
Meskipun dewasa ini kedalam strategi ini telah dimasukan pula
mengenai masalah - masalha penyesuaian pribadi dan sosial, namun
pusat perhatian masih tetap difokuskan kepada bidang ini antara
lain, layanan bersifat klinis dan dilakukan oleh para ahli yang
terlatih dan dipersiapkan khusus untuk itu dengan menggunakan
teknik wawancara yang sangat intensif dengan kasus yang
bersangkutan.
c) The strategy of guidance as a comprehensive process throughout
the whole curriculum and community (strategi bimbingan sebagai
suatu proses yang komperhensif melalui kegiatan keseluruhan
kurikulum dan masyarakat)
Strategi ini melibatkan semua komponen personalia sekolah,
siswa, orangtua, dan wakil - wakil masyarakat. Guru, konselor dan
petugas sekolah lainnya bekerja sama sebagai suatu tim dengan
para orangtua, para siswa dan lembaga - lembaga masyarakat untuk
lebih meningkatkan kemanfaatan kedua strategi ini disamping
memerlukan fasilitas yang lebih lengkap, juga menuntut
terciptanya suatu kerjasamaa yang harmonis diantara semua
komponen yang terlibat di dalamnya serta menghajatkan
terciptanya jalinan hubungan sekolah-masyarakat yang lebih erat
lagi.

4. Metode Dan Teknik Layanan Bimbingan Belajar


A. sistem pendekatan layanan bimbingan
Sejak munculnya karya Rogers , dalam bukunya yang berjudul
Counseling and psychotherapy (1942) , mulailah dikenal dua sistem
pendekatan layanan bimbingan, , yang disebut , Directive counseling dan
Non-Directive Counseling . perbedaan utama diantara kedua cara
pendekatan tersebut terletak dalam landasan filosofi dan sistem nilai yang
dianutnya , di mana pendekatan direktif lebih menitik beratkan kepada
pemecahan masalahnya, sedangkan pendekatan non direktif
mengutamakan perhatian terhadap kasus (client ) nya sendiri.
1) Pendekatan direktif . pendekatan layanan bimbingan ini dikenal
juga sebagai bimbingan yang bersifat counselor centered. Sifat
tersebut menunjukan pihak pembimbing memegang peranan
utama dalam proses interaksi layanan bimbingan.karena
pembimbing sangat bertanggung jawab atas pelaksanaan
bimbingan tersebut dan terbimbing sangat bergantungkepada
bimbingan nya.sistem pendekatan layanan direktif ini , terutama
dianut olehh kaum psikoanalis yang berasumsi bahwa
pembimbinng harus lebih mampu dari pada klien nya yang
sedang bermasalah yang mungkin kemampuan berfikirnya secara
rasional mengalami gangguan. Karena itu seorang pembimbing
sebaiknya memperoleh pendidikan dan pelatihan sehingga
mencapai kualifikasi sebagai ahli dalam bidang nya.
2) Pendekatan Non- direktif . pendekatan ini dikenal juga sebagai
layanan bimbingan yang bersifat client –centered , sifat tersebut
menunjukan bahwa pihak terbimbing (client) diberikan peranan
utama dalam bidang interaksi layanan bimbingan. Pembimbing
hanya bertugas menciptakan situasi yang memungkin kan pihak
pembimbing mencoba mencri dan menemukan inti permasalahan
yang dialami nya dan alternative terbaik baginya untuk mengatasi
masalahnya.
Ditinjau dari segi landasan teoretis dan pelaksanaan nya di dalam
praktik , kedua sistem pendekatan itu mempunyai kebaikan atau
keampuhan dan kelemahan masing- masing . pendekatan direktif ,
kebaikan nya mungkin lebih terarah , waktunya dapat lebih singkat, dan
hasil nya dapat lebih sesuai dengan yang diharapkan oleh pembimbing
dan orang dewasa normal pada umumnya . namun kelemahan nya terasa
kurang kdemokratis, serta kemungkinan penerimaan saran – saran nya
oleh klien tanpa dipahami dan disadarinya .
Sedangkan pendekatan Non – direktif kebaikan nya memang
memajukan paham dan pandangan sertaa cara hidup demokratis. Yang
terpenting, pengalaman klien dalam proses pemecahan masalahnya akan
transfrelable kalau ia menghadapi masalah yang serupa. Kelemahan
nya , besar kemungkinan pendekatan ini memakan waktu yang lebih
lama dan hasil- hasil alternative pemecahan nya boleh jadi tidak selalu
selaras dengan apa yang diharapkan oleh pihak pembimbing dan orang
dewasa normal pada umum nya.
Oleh karena itu guru atau pembimbing yang tidak bermaksud
menjadi penganut yang fanatic pada salah satu dari kedua paham yang
seakan- akan berlawanan itu , dalam praktik nya lebih baik
menggunakan nya sebagai teknik pendekatan secara Elektik , yaitu kita
gunakan secara kombinasi atau bergantian menurut keperluan nya.
Misalnya, bila kita berhadapan dengan kasus- kasus yang terdiri atas
anak- anak ,orang- orang yang kita pandang kurang mampu untuk
melakukan pertimbangan dalam memilih atau memutuskan sesuatu atau
keadaan yang memaksa.

B. Teknik Layanan Bimbingan


1. pertama, menghimpun data dan informasi selengkap dan seobjektif
mungkin, baik secara langsung dari klien yang bersangkutan maupun
dari sumber- sumber lain nya sesuai dengan tahapan layanan nya,
2. kedua, menciptakan hubungan yang baik dengan kien memberikan
informasi yang meyakinkan nya , membantinya dalam proses
melakukan pilihan dan pengambilan keputusan mengenai rencana-
rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.
Kegiatan pokok yang pertama dapat ditempuh dengan berbagai cara,
antara lain testing, analisis hasil pekerjaan (written product analysis) dan
sebagainya. Sedangkan yang kedua , teknik pendekatan lebih banyak
wawancara (interview) , yang kalau perlu pada tahap tertentu dilengkapi
dengan pertemuan kasus (case confendense) yang pesertanya diperluas,
misalnya orang tua ksus, orang- orang ahli seperti dokter , psikolog, dan lain
nya.
Teknik- teknik pendekatan sepanjang menyangkut kegiatan layanan
pokok yang pertama, telah kita pelajari prinsip – prinsip dasarnya dalam
kaitan nya dengan pengembangan instrument dan strategi pelaksanaan
evaluasi belajar- mengajar , sedangkan teknik yang bertalian dengan
kegiatan layanan pokok yang kedua, belum banyak kita singgung. Oleh
karena itu bagian selanjutnya dari paragraph ini akan di fokuskan kepada
pembahasan tentang teknik layanan bimbingan yang paling fundamental ,
yaitu wawancara (interview) yang dilengkapi dengan konferensi kasus.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik, terutama dalam mengerjakan tugas
dalam keterampilan serta dalam bersikap terhadap guru, menumbuhkan disiplin belajar dan
terlatih, baik secara mandiri atau kelompok, dan mengembangkan pemahaman dan
pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk
pengembangan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi.

Proses belajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan


oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru
dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran.

Pada hakikatnya belajar yang efektif merupakan proses belajar mengajar yang bukan
saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses belajar yang
efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan
mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan
mereka.

B. SARAN

Supaya seorang guru dapat memberikan bimbingan belajar yang baik di dalam situasi
belajar, sehingga setiap murid dapat belajar dengan efisien dan mencapai perkembangan
yang optimal. Seorang guru bisa mengetahui akan kewajibannya menjadi pembimbing
terhadap anak didiknya agar dapat mreningkatkan pendidikan untuk anak didik demi masa
depan yang lebih baik.
Upaya-upaya yang tersebut merupakan usaha dalam menciptakan sekaligus
memelihara kondisi dan suasana belajar yang kondusif, optimal dan menyenangkan agar
proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan belajar prestasi dapat
dicapai dengan maksimal.

Anda mungkin juga menyukai