Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PROSEDUR PERPINDAHAN (MUTASI), KELULUSAN, DAN KEALUMNIAN


BAGI PESERTA DIDIK

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Peserta Didik

Dosen pengampu:

Dr. H. Badrudin, M.Ag.

Dr. Dian, M.Ag.

Disusun Oleh:

1. Anne Pratama (1202010019)


2. Aisatun Nadroh Bazriah (1202010009)
3. Dicky Juliansyah (1202010036)
4. Dandi Wahyu Gunawan (1202010029)

Kelas: II A

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Manajemen
Peserta Didik dengan pokok bahasan mengenai “PROSEDUR PERPINDAHAN
(MUTASI), KELULUSAN, DAN KEALUMNIAN BAGI PESERTA DIDIK” ini
dengan baik.

Kami berterima kasih kepada Bapak Dr. H. Badrudin,M.Ag. juga Dr. Dian,
M.Ag. selaku Dosen mata kuliah Manajemen Peserta Didik Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati yang telah memberikan tugas ini kepada kami dan membimbing
kami sampai saat ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi semuanya dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan bagi kami maupun para pembaca. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan baik dari segi
kata, pengejaan maupun materi dan kami memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Bandung, 13 maret 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. 1
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. 2
BAB I ……………………………………………………………………………. 3
PENDAHULUAN ………………………………………………………………. 3
Latar Belakang Masalah …………………………………………………. 3
Rumusan Masalah ………………………………………………………... 4
Tujuan Penulisan …………………………………………………………. 4
BAB II …………………………………………………………………………… 6
PEMBAHASAN ………………………………………………………………… 6
PENGERTIAN DAN BENTUK-BENTUK
PERPINDAHAN PESERTA DIDIK ………………………………………….. 6
Pengertian Perpindahan Peserta Didik …………………………………… 6
Bentuk-Bentuk Perpindahan Peserta Didik ………………………………. 8
SEBAB-SEBAB, ALTERNATIF ATAU SOLUSI ATAS
PERPINDAHANPESERTA DIDIK …………………………………………… 8
Sebab-Sebab Perpindahan Peserta Didik Akibat Lingkungan …………… 8
Perpindahan Peserta Didik Akibat Drop Out ……………………………... 9
Alternatif atau Solusi Atas Perpindahan Peserta Didik …………………… 11
ROSEDUR DAN STANDAR KELULUSAN PESERTA DIDIK ……………. 12
Standar Kompetensi Lulusan (Permendiknas No.23 Tahun 2006) ………. 12
Permendikbud No. 05 Tahun 2015 tentang Kelulusan Peserta Didik UN ... 13
Permendikbud No. 57 Tahun 2015 tentang Kelulusan Peserta Didik UN ... 13
ROBLEMATIKA STANDAR KELULUSAN SEKOLAH DI
INDONESIA ……………………………………………………………………. 14
Analisis permasalahan ……………………………………………………. 15
Solusi dari semua problematika diatas adalah sebagai berikut ……........... 15
PERAN, FUNGSI, DAN PENGEMBANGAN ALUMNI …………………….. 16
SEBAB-SEBAB KEGAGALAN DALAM LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING …………………………………………….. 17
BAB III …………………………………………………………………………… 20
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 21

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta
menjadikan manusia memiliki karakter, kepribadian dan jiwa yang luhur, sehingga
proses tersebut dinamakan memanusiakan manusia. Dalam prosesnya, tentu
diperlukn keefektifan manajerial guna mencapai tujuan pendidikan dengan cara
mengatur peserta didik dengan baik dan terukur. Namun, dalam istilah psikologi
setiap manusia memiliki kecenderungan psikis dan kebutuhan fisik yang berbeda,
begitupun dengan peserta didik. Sehingga tak jarang dalam satu sekolah terjadi
sebuah mutasi atau perpindahan guna memberikan layanan pendidikan yang sesuai
kebutuhan dengan peserta didik. Mutasi bukanlah istilah negasi, melainkan suatu
proses penyesuaian antara peserta didik, kebutuhannya dan tempat yang dapat
memenuhi kebutuhan pendidikannya.
Dalam perkembangannya, mutasi dilaksanakan melalui prosedur yang
diterbitkan oleh pemerintah, yang seiring waktu mengalami perubahan dan perbaikan
guna terciptanya pelaksanaan mutasi yang proporsional. Bahkan dewasa ini, mutasi
acap kali dijadikan sebagai sebuah cara dalam mengatasi peserta didik yang
bermasalah oleh lembaga pendidikan tertentu di Indonesia. Hal tersebut perlu
dicermati bersama, melihat mutasi bukanlah sebuah solusi utama dalam menangani
permasalahan peserta didik yang bermasalah.
Maka dari itu, pelaksanaan mutasi harus didasarkaan pada pedoman atau
regulasi yang mengatur, dengan melihat faktor kebutuhan dan kesesuaian pada
peserta didik yang diharapkan dapat menunjang proses berlangsungnya pendidikan
yang efektif dan realistis.1
Di era reformasi ini merupakan saat yang tepat bagi kita semua juga "mereformasi"
pengelolaan jasa layanan pendidikan dengan melibatkan semua pihak yang terkait

1
Asep Burhanudin dan Widya Musdalifah, “MUTASI PESERTA DIDIK”. 2019. Hal. 1

3
terutama stakeholders untuk meningkatkan mutu pendidikan serta semakin terjadinya
kesadaran siapa saja bahwa pengelolaan dan pelaksanaan layanan pendidikan tidak
dapat dikerjakan hanya oleh sekelompok tertentu saja, tetapi membutuhkan kerjasama
semua pihak.
Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan.
Pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana yang
tercantum dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Implementasi Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional tentang dijabarkan kedalam sejumlah peraturan antara lain:
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.2
Alumni sebagai produk akhir yang dihasilkan lembaga satuan pendidikan
keberadaannya berperan penting bagi kualitas dan eksistensi dari lembagasatuan
pendidikan yang meluluskannya. Oleh sebab itu, upaya strategis dalam rangka
memperhatikan keberadaan alumni ini harus dilakukan, karena selain menjadi sasaran
mutu sebuah lembagasatuan pendidikan, alumni juga menjadi media evaluasi dan
tolak ukur kesuksesan lembagasebuah satuan pendidikan. Dan khususnya kepada para
alumni, tentu diharapkan lebih menunjukkan wujud kongkrit partisipasinya untuk
meningkatkan mutu layanan pendidikan almamaternya. 3
1.2 Rumusan Masalah
Penyusunan Makalah ini dibatasi pada hal – hal sebagai berikut:
1. Apa Pengertian, Bentuk-Bentuk Perpindahan Peserta Didik?
2. Apa Saja Sebab-Sebab Alternatif Solusi Atas Perpindahan Peserta Didik?
3. Bagaimana Prosedur dan Standar Kelulusan Peserta Didik?
4. Apa Saja Problematika Standar Kelulusan Sekolah Di Indonesia?
5. Apa Saja Peran, Fungsi, dan Pengembangan Alumni?
6. Apa Saja Sebab-Sebab Kegagalan Dalam Layanan Bimbingan dan Konseling?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Peserta Didik.

2
https://bintisalamun.blogspot.com/2019/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html
3
“KELULUSAN DAN ALUMNI” (https://bintisalamun.blogspot.com/2019/05/v-
behaviorurldefaultvmlo.html), diakses 2 Mei 2019

4
2. Untuk Mengetahui Pengertian dan Bentuk-Bentuk Perpindahan Peserta Didik.
3. Untuk Mengetahui Sebab-Sebab Alternatif Solusi Atas Perpindahan Peserta
Didik.
4. Untuk Mengetahui Prosedur dan Standar Kelulusan Peserta Didik.
5. Untuk Mengetahui Problematika Standar Kelulusan Sekolah Di Indonesia.
6. Untuk Mengetahui Tentang Peran, Fungsi, dan Pengembangan Alumni.
7. Untuk Mengetahui Sebab-Sebab Kegagalan Dalam Layanan Bimbingan dan
Konseling.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN DAN BENTUK-BENTUK PERPINDAHAN PESERTA DIDIK


A. Pengertian Perpindahan Peserta Didik

Perpindahan pesera didik adalah proses perpindahan tempat pendidikan dari suati
institusi sekolah yang satu ke institusi pendidikan sejenis yang lainnya di wilayah RI.

Mutasi adalah perpindahan peserta didik dari kelas satu ke kelas lain yang sejajar,
dan atau perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah lain yang sejajar.

Mutasi ini dapat dilakukan peserta didik, oleh karena ia memang berhak untuk
mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan yang ia butuhkan dan ia minati.
Meskipun untuk itu ia harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan
tempat peserta didik tersebut harus diterima. Penentuan persyaratan demikian sangatlah
penting, oleh karena kalau tidak, peserta didik akan pindah ke sekolah-sekolah favorit,
semantara sekolah-sekolah yang tidak favorit akan semakin kehilangan peserta didiknya.

Perpindahan peserta didik antar sekolah dalam satu kota, antar kabupaten/ kota
dalamsatu provinsi dilaksanakan atas dasar persetujuan kepala sekolah yang disetujui
serta dilaporkan kepada kepala dinas pendidikan/ kepala departemen agama sesuai
dengan kewenangannya perpindahan peserta didik hanya dalam hal sebagai berikut.4

1. Siswa merupakan anak dari PNS/ TNI/ POLRI yang dimutasikan dan
menunujukan surat keterangan pindah tugas dari orang tua siswa tersebut.
2. Siswa yang bukan anak dari PNS/ TNI/ POLRI harus melengkapi photocopy KTP
orangtua atau surat keterangan pindah dari lurah setempat yang menyatakan
bahwa yang bersangkutan telah berdomisili di wilayah yang baru.
3. Perpindahan peserta didik dari sekolah diluar negri harus dilampiri hasil penilaian
kesetaraan yang ditetapkan oleh dirjen manajemen pendidikan dasar dan
menengah.

4
Eka prihatin, manajemen peserta didik,(Bandung, alfabeta:2011),hlm. 141-143

6
4. Perpindahan peserta didik dari luar lingkungan dinas pendidikan yang tidak dibina
oleh pemerintah Indonesia kesekolah daam lingkungan pembinaan dirjrn
manajemen pendidikan dasar dan menengah dapat dilakukan dengan tes
penempatan oleh sekolah yang bersangkutan, setelah mendapatkan rekomendasi
dari dirjen manajemen pendidikan dasar menengah.
5. Perpindahan peserta didik dengan mempertimbangkan fleksibilitas pilihan dan
waktu penyelesaian program lintas satuan dan jalur pendidikan. Mata pelajaran
yang baru dengan mempertimbangkan kompeteensi peserta didik.
6. Perpindahan kelas I dengan alas an mengikuti perpindahan tugas orangtua
pelaksanaannya semester I.

Adapun yang menjadi syarat perpindahan peserta didik yaitu:

1. Siswa tidak mempunyai masalah dengan pihak sekolah.


2. Mempunyai nilai memuaskan atau dnyatakan naik kelas.
3. Apabila nilainya jelek, maka siswa tersebut tetap bersekolah ditempat yang lama.
4. Perpindahan siswa harus mendapat persetujuan tertulis dari institusi pengirim.

Syarat bagi institusi penerima adalah:

1. Daya tamping kelas yang ditetapkan memungkinkan.


2. Tersedianya anggaran dalam institusi tersebutdan memenuhi ketentuan yang
berlaku.

Mekanisme dari perpindahan peserta didik adalah sebagai berikut:

1. Perpindahan siswa diperkenankan tanpa melihat strata akreditasi status sekolah


tersebut.
2. Kelengakapan dan prosedur perpindahan diatur dalam peraturan sendiri.

B. Bentuk-Bentuk Perpindahan Peserta Didik

Ada beberapa macam perpindahan peserta didik. Pertama, adalah perpindahan


peserta didik atau mutasi intern. Yang dimaksud dengan mutasi intern adalah mutasi yang
dilakukan peserta didik di dalam sekolahan sendiri. Umumnya, peserta didik demikian

7
hanyalah pindah kelas saja, dalam suatu kelas yang tingkatannya sejajar. Mutasi inern ini,
dilakukan oleh peserta didik yang sama jurusannya, atau yang sama jurusannya.

Mutasi Eksternal, perpindahan antar sekolah yang sejenis.

2.2 SEBAB-SEBAB, ALTERNATIF ATAU SOLUSI ATAS PERPINDAHAN


PESERTA DIDIK
A. Sebab-Sebab Perpindahan Peserta Didik Akibat Lingkungan

Ada banyak penyebab peserta didik mutasi. Adapun faktor penyebab tersebut,
dapat bersumber dari peserta didik sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan teman sebaya.

1. Yang bersumber dari peserta didik sendiri adalah:


a. Yang bersangkutan tidak kuat mengikuti pelajaran di sekolah tersebut.
b. Tidak suka dengan sekolah tersebut, atau merasa tidak cocok.
c. Malas.
d. Ketinggalan dalam pelajaran.
e. Bosan dengan sekolahnya.
2. Yang bersumber dari lingkungan keluarga adalah:
a. Mengikuti orang tua pindah kerja.
b. Dititipkan oleh orangtuanya di tempat nenek atau kakeknya, karena ditinggal
tugas ke luar negeri.
c. Mengikuti orangtuanya.
d. Disuruh oleh orangtuanya pindah.
e. Orangtua merasa keberatan dengan biaya yang harus dikeluarkan di sekolah
tersebut.
f. Mengikuti orang tua pindah rumah.
g. Mengikuti orangtua transmigrasi.
3. Yang bersumber dari lingkungan sekolah adalah:
a. Lingkungan sekolah yang tidak menarik
b. Fasilitas sekolah yang tidak lengkap.
c. Guru disekolah tersebut sering kosong.
d. Adanya kebijakan-kebijakan sekolah yang dirasakan berat oleh peserta didik.

8
e. Sulitnya sekolah tersebut dijangkau, termasuk oleh transportasi yang ada.
f. Sekolah tersebut dibubarkan, karena alas an-alasan kekurangan murid.
g. Sekolah tersebut dirasakan peserta didik tidak bonafit, seperti rendahnya
angka kelulusan setiap tahun.
4. Yang bersumber dari lingkungan teman sebaya, yaitu:
a. Bertengkar dengan teman.
b. Merasa diancam oleh teman.
c. Tidak cocok dengan teman.
d. Merasa terlalu tua sendiri dibandingkan dengan teman-teman sebayanya.
e. Semua teman yang ada di sekolah tersebut, berlainan jenis dengan dirinya,
sehingga merasa sendirian.
f. Semua teman yang ada di sekolah tersebut berlainan strata dengan dirinya.
5. Yang bersumber dari lain-lain adalah:
a. Seringnya sekolah tersebut dilanda banjir.
b. Adanya peperangan yang mendadak sehingga di sekolah tersebut tidak
memungkinkan untuk belajar.
c. Adanya bencana alam di wilayah atau daerah tempat sekolah tersebut berada.
d. Sekolah tersebut tiba-tiba ambruk karena sudah terlalu tua.

B. Perpindahan Peserta Didik Akibat Drop Out

Yang dimaksud dengan drop out adalah keluar dari sekolah sebelum waktunya,
atau sebelum lulus. Drop out demikian ini perlu dicegah, oleh karena hal
demikandipandang sebagai pemborosan bagi biaya yang sudah terlanjur di
keluarkanuntuknya. Banyaknya peserta didik yang drop out adalah indikasi rendahnya
produktivitas pendidikan.

Penanganan drop out tentu tidak bisa di laksanakan oleh sekolah sendiri,
melainkan haruslah terpadu dan bersama-sama dengan lingkungan lain: kekuarga dan
masyarakat. Pemerintah juga perlu mengupayakan bagaimana agar drop out ini dapat di
tekan. Sebab, kalau hanya satu lembaga saja yang berusaha menekan angka drop out,
maka tidak akan dapat berhasil sebagaimana yang di harapkan.

9
Ada banyak sebab mengapa peserta didik drop out dan tidak menyelesaikan
pendidikannya. Berikut sebab-sebab perpindahan peserta didik akibat drop out.

1. kemampuan yang dimiliki ini, menjadikan penyebab Pertama Rendahnya peserta


didik merasa berat untuk menyelesaikan pendidikannya. Oleh karena itu, peserta didik
dengan kemampuan rendah demikian, perlu mendapatkan perlakuan khusus yang
berbeda dengan peserta didik kebanyakan.
2. Kedua, karena tidak punya biaya untuk sekolah. Ini terutama banyak terjadi di daerah-
daerah pedesaan dan kantong-kantong kemiskinan. Pada daerah demikian, jangankan
untuk biaya pendidikan, untuk kebutuhan sehari-hari saja peserta didik bersama
keluarga merasa tidak mencukupi. Padahal, haruslah disadari, bahwa semakin tinggi
tingkatan dan jenjang pendidikan yang akan ditempuh oleh peserta didik, semakin
banyak pula biaya pendidikan yang harus dikeluarkan.
3. Ketiga, karena sakit yang tidak tahu kapan sembuhnya. Ini menjadikan penyebab
siswa tidak sekolah dengan batas waktu yang dia sendiri tidak tahu.lantaran sudah
jauh tertinggal dengan peserta didik lainnya, maka kemudian ia lebih memilih tidak
bersekolah saja ketimbang bersekolah, karena teman sebayanya sudah hamper
menyelesaikan sekolah.
4. Keempat, karena bekerja pekerja anak-anak, pada Negara-negara sedang berkembang
sangat banyak jumlahnya. Tidak jarang, anak-anak ini juga bekerja pada sektor formal
yang terikat oleh waktu dan aturan. Waktu yang ditetapkan oleh perusahaan tempat
bekerja bisa saja berbenturan dengan waktu ia harus masuk sekolah. Oleh karena itu,
lambat laun ia tidak dapat sekolah lagi, karena harus bekerja.
5. Kelima, harus membantu orang tua di ladang. Di daerah agraris dan kantong-kantong
kemiskinan, putra laki-laki dipandang sebagai pembantu terpenting ayahnya untk
bekerja diladang. Untuk membantu di lading, di butuhkan waktu yag relatf banyak
sehingga seringkali menadikan peserta didik tidak bisa mengikuti pelajaran di
sekolah. Karena itu, tidak jarang mereka tidak dapat mengikuti lagi pelajaran yang di
berikan. Merasa tidak dapat mengikuti tersebut, kemudian peserta didik drop out.
6. Keenam, karena di drop out oleh sekoalah. Hal ini terjadi karena yang bersangkutan
memang sudah mungkin tidak dapat di didik. Tidak dapat di didik lagi ini, bisa di
sebabkan karena memang kemampuannya rendah, atau dapat juga karena yang
bersangkutan memang tidak mau belajar.

10
7. Ketujuh, karena peserta didik sendiri yang ingin drop out dan tidak mau sekolah. Pada
peserta didik demikian, memang tidak dapat dipaksa untuk bersekolah. Termasuk
oleh orang tuanya sendiri.
8. Kedelapan, terkena kasus pidana dengan kekuatan hukum yang sudah pasti. Pidana
yang dialami oleh peserta didik untuk beberapa tahun, bisa menjadikan yang
bersangkutan akan drop out dari sekolah. Karena tidak mungkin sambil pidana dengan
tetap bersekolah.
9. Kesembilan, karena sekolah dianggap tidak menarik bagi peserta didik. Karena tidak
menarik, mereka memandang lebih baik tidak sekolah saja.

Kasus-kasus drop out demikian, memang tidak selamanya dapat dipecahkan.


Dalam pengertian ada beberapa kasus peserta didik drop out yang dapat dicegah dan tak
dapat dicegah.

Pada peserta didik drop out karena alasan biaya, masih dapat dicarikan jalan
keluarnya dengan memberikan beasiswa, mencarikan orang tua asuh dan sebagainya.5

C. Alternatif atau Solusi Atas Perpindahan Peserta Didik

Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya mutasi, jika
seseorang mau melakukannya khususnya seorang guru dalam pengaturan peserta didik
seperti dijelaskan Imron (2012:156). Cara-cara tersebut seperti:6

1. Melakukan tindakan preventif melalui jaminan


2. Memberikan bimbingan dan motivasi kepada peserta didik
3. Memperbaiki kondisi sekolah
4. Menjalin hubungan baik dengan orang tua peserta didik
5. Memberikan alasan mengapa ingin melaksanakan mutasi
6. Meneliti peserta didik yang akan masuk ke sekolah

5
https://contoh-makalah2.blogspot.com/2016/12/mutasi-peserta-didik
pengertian.html?m=1
66
http://badrunalwafi.blogspot.com/2016/05/pengaturan-drop-out-dan-mutasi-peserta.html

11
7. Mencatat mutasi
2.3 PROSEDUR DAN STANDAR KELULUSAN PESERTA DIDIK

Hingga kini masih banyak satuan pendidikan penyelenggara pendidikan


kesetaraan yang masih belum melaksanakan prosedur penentuan kelulusan, padahal
sudah memasuki tahun ketiga ujian nasional pendidikan pendidikan kesetaraan tidak lagi
sebagai penentu kelulusan. Dulu, ketika ujian nasional (baca UNPK) masih sebagai
penentu kelulusan sebagian besar satuan pendidikan tinggal menempel hasil UNPK tanpa
melalui prosedur penentuan kelulusan. Kini ketika UNPK tidak lagi menjadi penentu
kelulusan, prosedur penentuan kelulusan wajib harus dilalui karena satuan pendidikanlah
yang menentukan kelulusan bukan hasil ujian nasional pendidikan kesetaraan

Sebelum membahas bagaimana cara menentukan kelulusan peserta didik


pendidikan kesetaraan, marilah kita bahas terlebih dahulu Peraturan Mendikbud Nomor
3 Tahun 2017 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pemerintah dan Penilaian Hasil
Belajar Oleh Satuan Pendidikan.

Pada pasal 18 ayat (1) Permendikbud Nomor 3 Tahun 2017 disebutkan bahwa
peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan/program pendidikan setelah
memenuhi kriteria (a) menyelesaikan seluruh program pembelajaran; (b) memperoleh
nilai sikap/perilaku minimal baik; (c) lulus ujian satuan pendidikan/program pendidikan.
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa ujian nasional tidak sebagai penentu
kelulusan, justru ujian satuan pendidikan atau ujian pendidikan kesetaraan sebagai
penentu kelulusan.7

Proses kelulusan adalah administrasi siswa yang paling akhir. Kelulusan adalah
pernyataan dari sekolah sebagai suatu lembaga tentang telah diselesainya program
pendidikan di suatu sekolah dan berhasil dalam UAN dan UAS maka kepadanya
diberikan STTB atau ijazah.

A. Standar Kompetensi Lulusan (Permendiknas No.23 Tahun 2006)

7
https://pauddikmasdiy.kemdikbud.go.id/artikel/menentukan-kelulusan-peserta-didik-pendidikan-
kesetaraan/

12
1. Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam
menentukan kelulusan peserta didik.
2. Kriteria kelulusan peserta didik dari Ujian S/M untuk semua mata pelajaran
ditetapkan oleh Satuan Pendidikan berdasarkan perolehan nilai Ujian S/M.
3. Kriteria kelulusan peserta didik dari Ujian PK untuk semua mata pelajaran
ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi berdasarkan perolehan nilai Ujian
PK dari pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM)/kelompok belajar pada
sanggar kegiatan belajar (SKB).
4. Manfaat SKL, yaitu:
a. Sebagai batas kelulusan peserta didik pada setiap satuan pendidikan;
b. Sebagai rujukan untuk penyusunan standar-standar pendidikan lainnya;
c. Sebagai arah peningkatan kualitas pendidikan secara mendasar dan
holistik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

A. Permendikbud No. 05 Tahun 2015 tentang Kelulusan Peserta Didik UN

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Kriteria Kelulusan


Peserta Didik, Penyelenggaraan Ujian Nasional, Dan Penyelenggaraan Ujian
Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan Pada Smp/MTS Atau Yang Sederajat
Dan SMA/MA/SMK Atau Yang Sederajat

C. Permendikbud No. 57 Tahun 2015 tentang Kelulusan Peserta Didik UN

Subtansi Permendikbud No. 57 Tahun 2015 tentang Kelulusan Peserta


Didik adalah sebagai berikut:
1. Bahwasannya hasil dari Ujian Nasional Tahun 2015/2016 digunakan untuk
pemetaan mutu program dan/atau Satuan Pendidikan, pertimbangan seleksi
masuk jenjang pendidikan berikutnya, dan sebagai bahan pertimbangan dalam
pembinaan dan pemberian bantuan kepada Satuan Pendidikan dalam upaya
untuk meningkatkan mutu pendidikan.
2. Nilai hasil UN dilaporkan dalam rentang nilai 0 (nol) sampai dengan 100
(seratus), dengan tingkat pencapaian kompetensi lulusan dalam kategori

13
sebagai berikut: (+ 85 ‘Sangat Baik’, + 70 ‘Baik’, + 55 ‘Cukup’, - 55
‘Kurang’)
3. Peserta didik dinyatakan lulus dari Satuan Pendidikan setelah memenuhi
kriteria:
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b. memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik; dan
c. lulus Ujian S/M/PK.8

2.4 PROBLEMATIKA STANDAR KELULUSAN SEKOLAH DI INDONESIA

Problematika atau permasalahan yang berkaitan dengan Standar Kompetensi


Lulusan, yaitu:

1. Standar kelulusan mata pelajaran yang diujikan terlalu tinggi, sehingga


kemungkinan siswa tidak lulus menjadi semakin besar.
2. Standar kompetensi lulusan semakin memarginalkan sekolah-sekolah di daerah
tertinggal (sekolah pedalaman: Papua).
3. Standar kompetensi lulusan menjadikan beban siswa, sehingga banyak siswa
mencari cara belajar pintas (melalui lembaga bimbingan belajar) atau sistem
belajar kebut semalam.
4. Menimbulkan kesenjangan antara si kaya dan si miskin, anak orang kaya ikut les,
yang miskin bengong.
5. Ketidakpercayadirian guru terhadap kemampuan siswa membuat nilai siswa
dikatrol gila-gilaan.
6. Banyak pihak ketiga yang mencoba menggunakan kesempatan dengan cara
menjual soal-soal dan/kunci jawaban “asli tapi palsu”.
7. Kemampuan siswa yang heterogen hanya diukur melalui satu standar kelulusan
secara kognitif, sehingga mematikan potensi siswa.
8. Sekolah pinggiran yang berbasis budaya tidak lagi menjadi pilihan calon siswa,
karena calon siswa lebih memilih sekolah dengan output kelulusan yang tinggi
secara kognitif.

8
PPT Pak Badrudin

14
Analisis permasalahan:

Dari semua masalah diatas standar kompetensi lulusan semakin memarginalkan


sekolah-sekolah di daerah tertinggal. Penyebab semua itu sebagai berikut:

1. Tenaga pendidik di daerah pedalaman sangat kurang


Contoh: Dalam sebuah sekolah yang terdiri dari enam kelas hanya diampu oleh satu
guru.
2. Kesejahteraan tenaga pendidik di daerah pedalaman kurang diperhatikan
Contoh: Tunjangan guru pedalaman belum mencukupi kebutuhan hidup di daerah
tersebut.
3. Sarana dan prasarana pendidikan tidak mendukung proses pembelajaran
Contoh: Bangunan sekolah yang tidak layak.
4. Akses menuju sekolah sulit ditempuh (jarak/medan yang ditempuh sangat jauh)
Contoh: Untuk menuju sebuah sekolah di Suku Asmat diperlukan perjalanan melalui
sungai sejauh 10 km.
5. Keamanan daerah tertinggal kurang terjamin
Contoh : Tidak adanya personil keamanan, dan suku yang belum mengenal budaya
(hukum rimba).
6. Belum adanya sarana kesehatan di sekolah tertinggal
Contoh: Tidak tersedianya klinik atau puskesmas.
7. Kesadaran masyarakat sekitar akan pentingnya pendidikan sangat kurang
Contoh: Orientasi memiliki anak adalah untuk bekerja dan bertahan hidup.

Solusi dari semua problematika diatas adalah sebagai berikut:

1. Dibuatkan standard khusus yang lebih flexibel berdasarkan potensi daerah tersebut.
2. Di daerah-daerah tertinggal tersebut diprioritaskan pengiriman tenaga pendidik.
3. Kesejahteraan untuk tenaga pendidik di daerah tertinggal diperhatikan.
4. Membangun akses menuju lokasi yang lebih baik.
5. Membangun sarana kesehatan di daerah tertinggal. 9

9
https://payungdamai.blogspot.com/2017/02/analisis-permasalahan-standar.html

15
2.5 PERAN, FUNGSI, DAN PENGEMBANGAN ALUMNI’

Salah satu orientasi setiap sekolah atau perguruan tinggi adalah untuk
menghasilkan lulusan yang terbaik. Lulusan terbaik tersebut dapat dilihat dari berbagai
indikator, baik indikator akademis maupun non akademis. Indikator yang tidak kalah
pentingnya adalah kualitas alumni dalam menghadapi tuntutan pada jenjang pendidikan
di tingkat lebih tinggi atau pun persaingan dalam dunia lapangan kerja. Apakah alumni
dari lembaga tertentu mampu menembus berbagai persaingan kualitas dengan alumni
dari lembaga lainnya atau tidak? Hal ini sudah lazim akan menjadi tolok ukur utama bagi
masyarakat awam yang dalam hal ini masyarakatlah yang akan menjadi penyuplai siswa
atau mahasiswa dan sekaligus sebagai pelanggan dari lembaga tersebut. Dalam jenjang
akhir lembaga pendidikan seperti SMK atau Perguruan Tinggi, tolok ukur yang paling
dipakai oleh masyarakat untuk menyuplai siswa atau mahasiswa adalah apakah
lulusannya mudah dapat pekerjaan atau banyak yang menganggur. Sedangkan indikator
yang dipakai oleh masyarakat sebagai pemakai alumni adalah apakah lulusan dari sekolah
atau PT tersebut mampu bekerja sesuai dengan tuntutan atau tidak.

Berikut beberapa hal peranan dan fungsi alumni atau lulusan bagi sekolah atau
perguruan tinggi yang saya rumuskan dalam butir-butir singkat:

1. Menjadi tolok ukur masyarakat untuk menggunakan lulusannya dalam dunia kerja.
2. Menjadi tolok ukur bagi masyarakat untuk mengenyam pendidikan di lembaga
tersebut.
3. Menjadi model bagi para siswa/mahasiswa yang masih studi.
4. Membangun citra positif/opini publik tentang almamaternya di masyarakat.
5. Menyiapkan lapangan kerja bagi lulusan baru / adik-adinya.
6. Menyumbang materi untuk pengembangan almamater: penggalangan dana, dll.
7. Menyumbang saran, pemikiran, ide-ide baru terhadap almamater.

16
8. Ikut terlibat dalam berbagai kegiatan lembaga pendidikan, seperti membantu ketika
kekurangan tenaga pengajar, terlibat dalam kegiatan wisuda, terlibat dalam kegiatan
akreditasi, dll.10

2.6 SEBAB-SEBAB KEGAGALAN DALAM LAYANAN BIMBINGAN DAN


KONSELING

Penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, menyangkut


upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu
mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya
(menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual). Dan sudah
menjadi keniscayaan apabila dijumpai problematika yang mewarnai proses pelaksanaan
yang melibatkan banyak hal. Berikut beberapa sebab kegagalan dalam layanan bimbingan
konseling:

1. Konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah

Masih banyak anggapan bahwa peranan konselor di sekolah adalah sebagai polisi
sekolah yang harus menjaga dan mempertahankan tata tertib, disiplin, dan keamanan
sekolah. Anggapan ini mengatakan ”barangsiapa diantara siswa-siswa melanggar
peraturan dan disiplin sekolah harus berurusan dengan konselor”. Tidak jarang pula
konselor sekolah diserahi tugas mengusut perkelahian ataupun pencurian. Konselor
ditugaskan mencari siswa yang bersalah dan diberi wewenang untuk mengambil tindakan
bagi siswa-siswa yang bersalah itu. Konselor didorong untuk mencari bukti-bukti atau
berusaha agar siswa mengakua bahwa ia telah berbuat sesuatu yang tidak pada tempatnya
atau kurang ajar, atau merugikan. Misalnya konselor ditugasi mengungkapkan agar siswa
mengakui bahwa ia mengisap ganja dan sebagainya. Dalam hubungan ini pengertian
konselor sebagai mata-mata yang mengintip segenap gerak-gerik siswa agar dapat
berkembang dengan pesat.

2. Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasehat

10
https://rudimu.wordpress.com/2017/03/28/peranan-dan-fungsi-alumni-lulusan-bagi-
sekolah-atau-perguruan-tinggi/

17
Pelayanan bimbingan dan konseling menyangkut seluruh kepentingan klien
dalam rangka pengembangan pribadi klien secara optimal. Disamping memerlukan
pemberian nasehat, pada umumnya klien sesuai dengan problem yang dialaminya,
memerlukan pula pelayanan lain seperti pembrian informasi, penempatan dan
penyaluran, konseling, bimbingan belajar, pengalih tangan kepada petugas yang lebih ahli
dan berwenang, layanan kepada orang tua siswa dan masayarakat, dan sebagainya.

3. Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-kliean tertentu saja.

Bimbingan dan konseling tidak mengenal penggolonan siswa-siswa atas dasar


mana golongan siswa tertentu dalam memperoleh palayanan yang lebih dari golongan
yang lainnya. Semua siswa mendapat hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan
pelayanan dan bimbingan konseling, kapan, bagimana, dan di mana pelayanan itu
diberikan. Pertimbangannya semata-mata didasarkan atas sifat dan jenis masalah yang
dihadapi serta ciri-ciri keseorangan siswa yang bersangkutan.

4. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien

Segala cara yang dipakai untuk mengatasi masalah harus disesuaikan dengan
pribadi klien dan berbagai hal yang terkait dengannya. Tidak semua masalah bisa
diselesaikan dengan cara yang sama, bahkan masalah yang sama sekalipun.

Pada dasarnya, pemakaian suatu cara tergantung pada pribadi klien, jenis dan sifat
masalah, tujuan yang ingin dicapai, kemampuan petugas bimbingan konseling, dan sarana
yang tersedia.

5. Bimbingan dan konseling bekerja sendiri

Pelayanan bimbingan dan konseling bukanlah proses yang terisolasi, melainkan


proses yang bekerja sendiri sarat dengan unsur-unsur budaya, social dan lingkungan. Oleh
karenanya pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin menyendiri. Konselor
perlu bekerjasama dengan orang-orang yang diharapkan dapat membantu
penanggulangan masalah yang dihadapi oleh klien.

Di sekolah misalnya, masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tidak berdiri


sendiri. Masalah itu seringkali terkait dengan orangtua siswa, guru dan pihak-pihak lain;

18
terkait pila dengan berbagai unsure lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat
sekitarnya. Oleh sebab itu, penanggulangan tidak dilakukan sendiri oleh konselor saja.
Dalam hal ini peranan guru, orang tua danpihak-pihak llain sering kali sangat
menentukan. Konselor harus pandai menjalin hubungan kerjasama yang saling mengerti
dan saling menunjang demi terbantunya siswa yang mengalami masalah. Disamping itu.
Konselor harus pula memanfaatkan berbagi sumber daya yang ada dan dapat
diadakanuntuk kepentingan pemecahan masalah siswa.

6. Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain pasif

Sesuai asas kegiatan, disamping kinselor bertindak sebagai pusat penggerak


bimbingan dan konseling, pihak lainpun, terutama klien, harus secara langsung aktif
terlibat dalam proses tersebut. Lebih jauh, pihak-pihak lain hendaknya tidak membiarkan
konselor bergerak dan berjalan sendiri. Mereka hendaknya membantu kelancaran usaha
pelayanan. Pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling adalah usaha bersama
yang beban kegiatannya tidak semata-mata ditimpakannpada konselor saja. Jika kegiatan
yang pada dasarnya bersifat usaha itu hanya dilakukan oleh satu pihak saja, dalam hal ini
konselor, maka hasilnya akan kurang mantap, tersendat-sendat, atau bahkan tidak
berjalan sama sekali.11

11
https://teraskita.wordpress.com/2009/03/30/problematika-bimbingan-dan-konseling/

19
BAB III

KESIMPULAN

Mutasi adalah perpindahan peserta didik dari kelas satu ke kelas lain yang sejajar,
dan atau perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah lain yang sejajar.Mutasi
ini dapat dilakukan peserta didik, oleh karena ia memang berhak untuk mendapatkan
layanan pendidikan sesuai dengan yang ia butuhkan dan ia minati. Meskipun untuk itu ia
harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan tempat peserta didik
tersebut harus diterima. Penentuan persyaratan demikian sangatlah penting, oleh karena
kalau tidak, peserta didik akan pindah ke sekolah-sekolah favorit, semantara sekolah-
sekolah yang tidak favorit akan semakin kehilangan peserta didiknya.

Penyebab peserta didik mutasi. Adapun faktor penyebab tersebut, dapat


bersumber dari peserta didik sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan teman sebaya.

Dalam banyak hal, mutasi memang perlu dicegah, agar terdapat kesinambungan
pengetahuan peserta didik yang diterima sebelumnya dengan kelanjutannya. Oleh karena
itu, izin mutasi hendaknya diberikan jika disertai dengan alasan yang dapat diterima dan
sangat baik bagi perkembangan peserta didik itu sendiri. Seminimal mungkin mutasi
peserta didik yang bersifat ekstern haruslah dikurangi. Pencegahan dan pengurangan
tersebut, tentu bergantung pada macam sumber faktor penyebabnya.

SARAN

Kami berharap semoga pembahasan dalam makalah ini dapat membantu dan
bermanfaat bagi para pembaca. Dan kami pun berharap kritik dan saran dari pembaca
untuk kesempurnaan dalam tugas kami selanjutnya. Sekian dan terima kasih.

20
DAFTAR PUSTAKA
Prihatin eka, manajemen peserta didik, bandung:alfabeta,2011
Asep Burhanudin dan Widya Musdalifah, “MUTASI PESERTA DIDIK”. 2019. Hal. 1
https://bintisalamun.blogspot.com/2019/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html
“KELULUSAN DAN ALUMNI” (https://bintisalamun.blogspot.com/2019/05/v-
behaviorurldefaultvmlo.html), diakses 2 Mei 2019
https://contoh-makalah2.blogspot.com/2016/12/mutasi-peserta-didik
pengertian.html?m=1
https://pauddikmasdiy.kemdikbud.go.id/artikel/menentukan-kelulusan-peserta-didik-
pendidikan-kesetaraan/
http://badrunalwafi.blogspot.com/2016/05/pengaturan-drop-out-dan-mutasi-
peserta.html
https://payungdamai.blogspot.com/2017/02/analisis-permasalahan-standar.html
https://rudimu.wordpress.com/2017/03/28/peranan-dan-fungsi-alumni-lulusan-bagi-
sekolah-atau-perguruan-tinggi/
https://teraskita.wordpress.com/2009/03/30/problematika-bimbingan-dan-konseling/

21

Anda mungkin juga menyukai