Anda di halaman 1dari 25

MANAJEMEN KESISWAAN

(PESERTA DIDIK)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Manajemen
Sekolah
Dosen Pembimbing : Nurhidayati, S.Pd.I., M.Pd

Disusun oleh:

Emmelia Refina (172140032)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2019

1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
sampai saat ini masih memberi kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi
kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah ini tentang “Manajemen
Kesiswaan”. Adapun tujuan penulisan makalah untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Manajemen Sekolah.
Makalah ini dapat kami selesaikan dengan maksimal dan tepat waktu berkat
kerjasama dan bantuan dari semua anggota kelompok. Selain itu kami mengucapkan terima
kasih kepada dosen pembimbing Ibu Nurhidayati, S.Pd.I., M.Pd yang telah memberikan
bimbingannya dalam penyelesaian tugas kami.
Dengan makalah ini kami berharap dapat membantu dalam proses belajar mengajar
mata kuliah Manajemen Sekolah serta dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan
memberikan manfaat nyata untuk mahasiswa dan masyarakat luas.
Dengan rendah hati, kritik dan saran yang membangun amat kami nantikan dari
kalangan pembaca agar nantinya meningkatkan dan merevisi kembali pembuatan makalah di
tugas lainnya dan di waktu berikutnya.

2
DAFTAR ISI
Judul Makalah…………………………………………………...…….…… ….. i
Kata Pengantar…………………………………………………………...… …. ii
Daftar Isi………………………………………………………………….......... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………...…………………………….. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………….…. ….. 1
C. Tujuan……………………………………...…….……….………... ….. 1
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Manajemen Kesiswaan………………...………………. ….. 2
2. Tujuan Manajemen Kesiswaan……………………...……..………. ….. 2
3. Ruang Lingkup………………………………………………...…....….. 3
4. Perencanaan Siswa…………………………………………………….. 4
5. Penerimaan Siswa Baru………………………………...………….. ….. 4
6. Orientasi Siswa Baru………………………...……………………...….. 6
7. Pengelolaan Proses Pembelajaran………………………......……….…. 8
8. Bimbingan Disiplin Siswa…………………………………….....….…. 11
9. Pengelolaan Aktivitas Siswa……………………………………….. ….. 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………….…..………….…….. 17
B. Saran……………………………………………………..…………….. 17
DAFTAR PUSTAKA………………………………………...…..……………. 18

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Keberhasilan dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan (sekolah) bergantung pada


manajemen komponen-komponen pendukung seperti kurikulum, tenaga pendidik, peserta
didik, keuangan dan pembiayaan, sarana dan prasarana pendidikan, hubungan sekolah
dengan masyarakat. Komponen-komponen tersebut merupakan satu-kesatuan untuk
mencapai tujuan lembaga pendidikan (sekolah), artinya setiap komponen memiliki peran
yang sama pentingnya. Suatu komponen akan memberikan dukungan terhadap komponen
lainnya sehingga memberikan kontribusi yang tinggi dalam pencapaian tujuan lembaga
pendidikan (sekolah) tersebut.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional, disebutkan bahwa “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu”. Maka dari itu, keberadaan peserta didik tidak hanya
sekedar memenuhi kebutuhan saja, akan tetapi harus merupakan bagian dari kebermutuan
dari lembaga pendidikan (sekolah). Artinya bahwa dibutuhkan manajemen peserta didik yang
bermutu bagi lembaga pendidikan (sekolah) itu sendiri. Sehingga peserta didik dapat tumbuh
dan berkembang sesuai dengan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan
kejiwaan peserta didik.
B. Rumusan Masalah
10. Apa pengertian manajemen kesiswaan ?
11. Apa tujuan manajemen kesiswaan ?
12. Apa saja ruang lingkup manajemen kesiswaan ?
13. Apa saja kegiatan dalam manajemen kesiswaan ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui tentang manajemen kesiswaan.
2. Agar penulis dan pembaca mengetahui bidang kajian manajemen kesiswaan
3. Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui tentang kegiatan dalam manajemen
kesiswaan.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Kesiswaan

Manajemen kesiswaan merupakan salah satu bidang operasional Manajemen


Berbasisi Sekolah (MBS). Manajemen kesiswaan adalah seluruh proses kegiatan yang
direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh
peserta didik (dalam lembaga pendidikan bersangkutan) agar dapat mengikuti proses belajar
mengajar (PBM) dengan efektif dan efisien.

Sedangkan Ary Gunawan mendefinisikan manajemen kesiswaan sebagai seluruh


proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara
kontinu terhadap seluruh peserta didik (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar
dapat mengikuti proses belajar mengajar secara efektif dan efisien mulai dari penerimaan
peserta didik hingga keluarnya peserta didik dari suatu sekolah. Manajemen peserta didik
adalah suatu pengaturan terhadap peserta didik di sekolah, sejak peserta didik masuk, sampai
dengan peserta didik lulus, bahkan menjadi alumni.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen kesisiwaan adalah


suatu usaha untuk melakukan pengelolaan siswa mulai dari siswa masuk sampai dengan
keluar, bahkan pelayanan siswa demi kelangsungan dan peningkatan mutu sehingga lembaga
pendidikan tersebut dapat berjalan dengan teratur, terarah, dan terkontrol dengan baik.
Sehingga manajemen kesiswaan tidak hanya berbentuk pencatatan data peserta didik tersebut
dari suatu sekolah, melainkan aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu
upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan disekolah.

B. Tujuan Manajemen Kesiswaan

Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang


kesiswaan agar kegiatan pembelajaran disekolah dapat berjalan dengan lancar, tertib, terstur
serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Tujuan pendidikan tidak hanya untuk
mengembangkan pengetahuan anak, tetapi juga sikap, kepriadian, serta aspek sosial-
emosional, disamping ketrampilan-ketrampilan lain.

5
Selain itu manajemen kesiswaan di sekolah secara baik dan berdaya guna akan
membantu seluruh staf maupun masyarakat untuk memahami kemajuan sekolah. Mutu dan
derajat sekolah tergambar dalam sistem sekolahnya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut,
bidang manajemen kesiswaan sedikitnya memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan,
yaitu penerimaan siswa baru, kegiatan kemajuan belajar (pengelolaan proses pembelajaran),
serta bimbingan dan pembinaan disiplin.

C. Ruang Lingkup

Bidang kajian manajemen peserta didik, sebenarnya meliputi pengaturan aktivitas-


aktivitas peserta didik sejak yang bersangkutan masuk sekolah hingga yang bersangkutan
lulus, baik yang berkenaan dengan peserta didik secara langsung maupun yang berkenaan
dengan peserta didik secara tidak langsung kepada tenaga kependidikan, sumber-sumber
pendidikan, prasarana dan sarananya.

Oleh karena itu, secara ideal kegiatan manajemen siswa meliputi hal-hal sebagai
berikut: (1) perencanaan peserta didik, termasuk didalamnya adalah school census, school
size, class size dan efektive class, dan (2) penerimaan peserta didik, meliputi penentuan
kebijaksanaan penerimaan peserta didik, sistem penerimaan peserta didik, kriteria
penerimaan peserta didik, prosedur penerimaan peserta didik, dan pemecahan problema-
problema penerimaan peserta didik.

Orientasi peserta didik baru meliputi pengaturan hari-hari pertama peserta didik di
sekolah, pekan orientasi peserta didik, pendekatan yang dipergunakan dalam orientasi peserta
didik, dan teknik-teknik orientasi peserta didik; mengatur kehadiran, ketidakhadiran peserta
didik di sekolah termasuk di dalamnya adalah peserta didik yang membolos, terlambat
datang dan meninggalkan sekolah sebelum waktunya, mengatur pengelompokan peserta
didik baik yang berdasar fungsi persamaan maupun yang berdasarkan fungsi perbedaan,
mengatur evaluasi peserta didik, baik dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar,
bimbingan dan penyuluhan, maupun untuk kepentingan promosi pesserta didik, mengatur
kenaikan tingkat peserta didik, mengatur peserta didik yang mutasi dan drop out, mengatur
kode etik, pengadilan, dan peningkatan disiplin peserta didik, mengatur layanan peserta
didik, yang meliputi layanan kepenasihatan akademik dan administratif, layanan bimbingan

6
dan konseling peserta didik dan mengatur organisasi peserta didik yang meliputi Organisasi
Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan organisasi alumni.

D. Perencanaan Kesiswaan

Sebelum melangkah pada penerimaan siswa atau peserta didik, hal yang perlu
dilakukan terlebih dahulu yaitu perencanaan kesiswaan. Dalam perencanaan kesiswaan
meliputi hal-hal berikut.
1. Sensus Sekolah
Sensus sekolah adalah pencatatan anak-anak usia sekolah yang diperkirakan akan
masuk sekolah atau calon siswa. Dengan demikian sensus sekolah untuk sekolah dasar
adalah anak-anak yang akan masuk sekolah dasar. Sedangkan sensus sekolah untuk sekolah
tingkat atas adalah anak-anak yang akan masuk sekolah tingkat atas.

2. Penentuan Jumlah Siswa yang Diterima


Berapa jumlah calon siswa yang akan diterima di suatu sekolah sangat bergantung
pada jumlah kelas atau fasilitas tempat duduk yang tersedia. Artinya, jumlah yang akan
diterima di sekolah disesuaikan dengan fasilitas terutama jumlah gedung yang akan ditempati
ketika siswa telah diterima di sekolah tersebut. Dibawah ini merupakan sebuah contoh berita
mengenai pembludakan peserta didik.

Hari Pertama Pendaftaran PPDB, Jumlah Pendaftar Membludak

Catur Ratna Wulandari Kamis, 23 Mei 2019, 17:31

PENDIDIKAN

7
ORANG tua calon siswa antre saat mendaftarkan anaknya pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)
2019, di SMPN 7 Bandung, Jalan Ambon, Kota Bandung, Kamis, 23 Mei 2019. Pada hari pertama PPDB
2019 di sekolah tersebut, sebanyak 250 orang pendaftar telah mengambil nomor antrean. PPDB tingkat
SD dan SMP berlangsung hingga 28 Mei 2019.*/ADE BAYU INDRA/PR

BANDUNG, (PR).- Pendaftar membludak di hari pertama pendaftaran Penerimaan


Peserta Didik Baru (PPDB) SMP Kota Bandung. Pendaftaran PPDB Kota Bandung
dibuka sampai 28 Mei 2019.

Humas Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi SMP Negeri 7 Bandung Olih
mengatakan, pada hari pertama ini sudah terdapat 250 orang yang mengambil
nomor antrean pendaftaran. Jumlah itu lebih banyak dibandingkan hari pertama
pendaftaran PPDB tahun lalu.

"Tahun lalu hari pertama paling sekitar 30 orang saja," kata Olih ditemui di SMP
Negeri 7 Bandung, Jalan Ambon, Kamis, 23 Mei 2019. Pendaftar baru meningkat
menjelang hari-hari terakhir masa pendaftaran.

Para pendaftar bahkan sudah datang ke sekolah pukul 06.00 WIB. Padahal
pendaftaran baru dimulai pukul 08.00 WIB. Beberapa orangtua sempat mengira jika
mendaftar lebih awal, punya kesempatan yang lebih besar untuk diterima.

"Kami jelaskan tadi ke orangtua, tidak pengaruh daftar duluan atau tidak, bukan itu
penentunya. Hanya kalau jaraknya sama, nilainya sama, baru ditentukan dari siapa
yang lebih dulu mendaftar," tutur Olih.

Olih mengatakan, pendaftaran dibuka sampai 28 Mei 2019. Orangtua bisa


memanfaatkan waktu pendaftaran yang relatif panjang ini.

Antrean panjang juga terjadi di sekolah lain. Salah seorang orangtua calon siswa di
SMP Negeri 13 Bandung, Vebertina (38) mengatakan, hari pertama jumlah antrean
sudah membludak, sampai 350 orang.

Para pendaftar bahkan sudah datang pukul 05.00 WIB dan berinisiatif membuat
absen sendiri, padahal seharusnya pengambilan nomor antrean dimulai pukul 08.00
WIB. "Tapi karena sudah terlanjur, hari ini pakai catatan antrean buatan orangtua.
Besok harus pakai nomer antrean yang baru dibuka pukul 08.00," ujarnya.

Akibat sudah banyaknya jumlah pendaftar, pengambilan nomor antrean akhirnya


dihentikan sekitar pukul 09.00 WIB.

Antrean yang panjang ini salah satunya akibat adanya kekhawatiran pendaftaran
akan ditutup jika sudah menerima pendaftar sejumlah kuota sekolah. "Tapi tadi
sudah dijelaskan tidak begitu. Pendaftaran akan dibuka sampai tanggal 28 Mei,"
katanya.

8
Kepala Bidang Pengembangan dan Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Kota
Bandung Hadiana Soeriaatmadja mengatakan, orangtua calon siswa tak perlu
khawatir. Pendaftaran tetap ditutup pada 28 Mei 2019.

Tidak bergantung pada jumlah pendaftar, calon siswa tetap bisa mendaftar sampai
masa pendaftaran berakhir. Meski yang daftar ribuan, tetap saja pendaftaran ditutup
pada 28 Mei 2019," tuturnya.

Hadiana mengingatkan, orangtua agar tidak mempercayai kabar yang belum


terjamin kebenarannya. "Orangtua silakan baca ketentuan PPDB yang dipasang di
sekolah. Jangan percaya hoaks, ujarnya.

E. Penerimaan Siswa Baru


Langkah selanjutnya setelah perencanaan kesiswaan adalah proses perekrutan siswa
atau yang biasa dikenal proses penerimaan siswa baru. Penerimaan siswa baru merupakan
salah satu kegiatan yang pertama dilakukan yang biasanya dengan mengadakan seleksi calon
siswa. Pengelolaan siswa baru harus dilakukan secara terorganisasi dan terencana sehingga
kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan pada hari pertama setiap tahun ajaran baru.

Secara sistematis, kegiatan penerimaan siswa baru dapat dilakukan dengan langkah-
langkah : (1) membentuk panitia penerimaan murid; (2) menentukan syarat pendaftaran ; (3)
menyediakan formulir pendaftaran; (4) pengumuman pendaftaran calon; (5) menyediakan
buku pendaftaran; (6) waktu pendaftaran; serta (7) penentuan calon yang diterima.

Pada hakikatnya kegiatan penerimaan siswa baru bukan sekedar menerima siswa
yang ingin masuk suatu sekolah melainkan juga menyeleksi apakah calon-calon siswa itu
telah memenuhi syarat yang telah ditentukan. Setiap tingkat dan jenis sekolah akan
mempunyai persyaratan tersendiri sesuai dengan tujuan institusional masing-masing.

Secara garis besar langkah-langkah penerimaan siswa baru dapat ditentukan sebagai
berikut.
1. Menentukan panitia.
2. Menentukan syarat-syarat penerimaan.
3. Mengadakan pengumuman, menyiapkan soal-soal tes untuk seleksi dan menyiapkan
tempatnya.
4. Melaksanakan penyaringan melalui tes tertulis maupun lisan.
5. Mengadakan pengumuman penerimaan.

9
6. Mendaftar kembali calon siswa yang diterima.
7. Melaporkan hasil pekerjaan kepada kepala sekolah.

Pedoman-pedoman atau peraturan yang berkaitan dengan penerimaan siswa baru


meliputi masalah teknik pelaksanaan, yang menyangkut masalah waktu, persyaratan dan
teknis administrasi antara lain sebagai berikut.

1. Masalah Waktu
(a) Kapan pendaftaran calon siswa baru dimulai dan diakhiri.
(b) Kapan tes/ujian seleksi dilaksanakan.
(c) Kapan hasil tes diumumkan.
2. Masalah Persyaratan
(a) Besarnya uang pendaftaran.
(b) Berapa rata-rata nilai rapor yang bisa diterima sebagai pendaftar.
(c) STTB/ijazah dan fotokopi ijazah terakhir yang sudah disahkan oleh yang
berwenang.
(d) Pas foto (selain jumlah ditentukan juga ukurannya).
3. Proses Penerimaan Siswa Baru
Proses penerimaan siswa baru yang biasa dilakukan pada dasarnya ada tiga cara,
yaitu:
(a) Ujian/Tes
Ujian atau tes yang diselenggarakan dalam rangka memilih calon-calon siswa
yang akan diterima, bisa disebut ujian masuk atau tes masuk (entrance test). Tes
masuk ini diselenggarakan oleh sekolah massing-masing, tetapi bisa juga
gabungan beberapa sekolah dalam suatu wilayah atau daerah. Mata pelajaran yang
diujikan, jenis-jenis soal yang digunakan, serta cara-cara mengevaluasi ditentukan
oleh sekolah. Sedangkan, penentuan calon siswa yang diterima didasarkan pada
peringkat (ranking) jumlah nilai yang dicapai.
(b) Penelusuran Bakat Kemampuan
Bakat kemampuan disini artinya pembawaan-pembawaan yang menunjukkan
adanya potensi-potensi yang cukup bagus. Gambaran tentang adanya potensi yang
bagus ditunjukkan (menurut kesepakatan keyakinan komponen sekolah) oleh
prestaasi siswa dalam berbagai mata pelajaran atau mata pelajaran tertentu
10
disekolah. Oleh karena itu, penelusuran bakat kemampuan ini dilaksanakan
dengan cara meneliti atau menjajaki angka-angka prestasi siswa dalam satu atau
dua tahun selama siswa mengikuti pelajaran disekolah. Dari hasil penjajakan ini,
dipanggil calon-calon siswa yang kiranya berminat atau bersedia menjadi siswa
disuatu sekolah.
(c) Berdasarkan hasil UN (Ujian Nasional) atau UAS (Ujian Akhir Sekolah)
Akhir-akhir ini dikembangkan sistem penerimaan siswa baru, yang boleh
dikatakan sebagai pengganti sistem tes masuk. Dalam sistem ini, angka-angka
atau nilai-nilai hasil Ujian Akhir Sekolah (UAS) atau Ujian Akhir Nasional
(UAN) digunakan sebagai dasar kriteria untuk menentukan penerimaan siswa
baru. nilai-nilai UAS/UAN tersebut diberi nama istilah DNU (Daftar Nilai Ujian).
Kemudian nilai-nilai itu disusun dalam suatu standard an berdasarkan peringkat
DNU dari para calon siswa yang mendaftar, ditentukan siapa-siapa yang diterima
sebagai siswa baru disuatu sekolah.
F. Orientasi Siswa Baru

Setiap peserta didik atau siswa saat memasuki lingkungan baru akan mengalami
kesulitan, baik disebabkan oleh situasi maupun karena praktik dan prosedur yang berbeda.
Kesulitan itu kalau tidak diatasi dapat menimbulkan ketegangan jiwa. Supaya tidak
mengalami ketegangan, administrator pendidikan seyogyanya memberikan penjelasan-
penjelasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan sekolah.

Orientasi siswa baru adalah kegiatan yang merupakan salah satu bagian dalam rangka
proses penerimaan siswa baru. Istilah yang digunakan adalah “Masa Orientasi Siswa Baru
(MOS)”. Tujuan orientasi siswa baru, yaitu pengenalan bagi siswa baru mengenai keadaan-
keadaan sekolah, antara lain meliputi tata tertib, kondisi siswa, serta pengenalan pelajaran
yang akan dihadapi, ini dimaksudkan agar siswa natinya tidak akan mengalami kejanggalan
dalam menempuh studi. Orientasi peserta didik baru diharapkan dapat mengantarkan peserta
didik pada suasana baru yang berbeda dengan sebelumnya.

Orientasi merupakan perkenalan. Perkenalan ini meliputi lingkungan fisik sekolah


dan lingkungan sosial sekolah. Lingkungan fisik sekolah meliputi prasarana dan sarana
sekolah, seperti jalan menuju sekolah, halaman sekolah, tempat bermain disekolah, lapangan

11
olahraga, gedung dan perlengkapan sekolah, serta fasilitas-fasilitas lain yang disediakan di
sekolah. Sedangkan lingkungan sosial sekolah meliputi kepala sekolah, guru, teman sebaya
seangkatan, dan peserta didik senior di sekolah. Lingkungan sosial sekolah tersebut
adakalanya terorganisasi dan adakalanya tidak terorganisasi.

Namun hal yang paling rinci yang harus diperkenalkan kepada siswa baru di
lingkungan sekolah tersebut antara lain adalah peraturan dan tata tertib sekolah, guru dan
personalia sekolah, perpustakaan sekolah, laboratorium sekolah, bengkel sekolah, kafetaria
sekolah, bimbingan dan konseling sekolah, layanan kesehatan sekolah, layanan asrama
sekolah, orientasi program studi, cara belajar yang efektif dan efisien disekolah, dan
organisasi peserta didik. Perkenalan tersebut dapat melalui kegiatan-kegiatan yang harus
diikuti oleh siswa baru dalam Masa Orientasi Siswa Baru (MOS) antara lain sebagai berikut.

1. Perkenalan dengan para guru dan staf sekolah.


2. Perkenalan dengan siswa lama dan pengurus OSIS.
3. Penjelasan tentang tat tertib sekolah.
4. Mengenal dan meninjau fasilitas-fasilitas sekolah (laboratorium, perpustakaan,
ruang pertemuan [aula], sanggar kesenian, dan lain sebagainya).

Waktu Masa Orientasi Siswa (MOS) juga digunakan untuk penelusuran bakat-bakat
khusus dan siswa baru, misalnya penelusuran bakat-bakat olahraga, bakat-bakat seni, bakat-
bakat menulis (mengarang). Oleh karena itu selama masa orientasi siswa banyak diisi
kegiatan-kegiatan olahraga, nyanyi pidato dan sebagainya.

Dari deskripsi tersebut, dapat ditarik suatu tatanan tujuan orientasi peserta didik baru
atau MOS adalah sebagai berikut.
1. Agar peserta didik mengenal lebih dekat mengenai diri mereka sendiri ditengah-
tengah lingkungan barunya.
2. Agar peserta didik mengenal lingkungan sekeolah, baik lingkungan fisiknya maupun
lingkungan sosialnya.
3. Pengenalan lingkungan sekolah demikian sangat penting bagi peserta didik dalam
hubungannya dengan hal-hal berikut.
(a) Pemanfaatan semaksimal mungkin terhadap layanan yang dapat diberikan oleh
sekolah.

12
(b) Sosialisasi diri dan pengembangan diri secara optimal.
(c) Menyiapkan peserta didik secara fisik, mental dan emosional agar siap
menghadapi lingkungan baru sekolah.

Adapun fungsi dari orientasi peserta didik atau Masa Orientasi Siswa (MOS) adalah
sebagai berikut.
1. Bagi peserta didik sendiri, orientasi peserta didik berfungsi sebagai:
(a) Wahana untuk menyatakan dirinya dalam konteks keseluruhan lingkungan
sosialnya. Di wahana ini peserta didik dapat menunjukkan: “ inilah saya” kepada
teman sebayanya.
(b) Wahana untuk mengenal siapa lingkungan barunya sehingga dapat dijadikan
sebagai pedoman dalam menentukan sikap.
2. Bagi personalia sekolah dan atau tenaga kependidikan, dengan mengetahui siapa
peserta didik barunya, akan dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam memberikan
layanan-layanan yang mereka butuhkan.
3. Bagi peserta didik senior, dengan adanya orientasi ini, akan mengetahui lebih dalam
mengenai peserta didik penerusnya di sekolah tersebut. Hal ini sangat penting
terutama berkaitan dengan kepemimpinan estafet organisasi peserta didik di sekolah
tersebut.
Penerimaan Siswa Baru di Probolinggo Gunakan Sistem Zonasi

Jumat 17 Mei 2019 13:47 WIB


Red: Ani Nursalikah

Calon siswa mengikuti pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) daring
(online) di Sekolah Menengah Atas (SMA).
13
Foto: Antara/Maulana Surya

REPUBLIKA.CO.ID, PROBOLINGGO -- Penerimaan peserta didik baru (PPDB)


SMP tahun pelajaran 2019/2020 di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur akan
menggunakan sistem zonasi berdasarkan kartu keluarga (KK).

"Sistem zonasi bertujuan mendekatkan siswa dengan sekolah dan memeratakan


mutu pendidikan, serta mempermudah pelayanan pendidikan, khususnya di
Kabupaten Probolinggo," kata Kepala Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan
(Dispendik) Kabupaten Probolinggo Priyo Siswoyo di Probolinggo, Jumat (17/5).

Ketentuan tentang PPDB itu diatur dalam surat keputusan (SK) Bupati Probolinggo
Nomor: 420/369/426.32/2019 tanggal 5 April 2019 tentang penetapan zonasi, jumlah
rombongan belajar, jumlah peserta didik dalam satu rombongan belajar satuan
pendidikan dasar negeri Dalam Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Pelajaran
2019/2020. Untuk tahun pelajaran 2019/2020, PPDB sistem zonasi itu akan
diberlakukan pada 74 lembaga SMP negeri di Kabupaten Probolinggo dengan
jumlah rombongan belajar (rombel) sebanyak 250 rombel dengan total pagu siswa
mencapai 7.930 siswa dan setiap lembaga SMP negeri memiliki pagu yang tidak
sama.

"PPDB sistem zonasi itu didasarkan kepada jarak sekolah dari tempat tinggal siswa,
umur, pendaftaran dan nilai SHUN (bila ada). Untuk zonasi kuotanya sebesar 90
persen dari kuota rombel, 5 persen jalur prestasi dan 5 persen jalur kepindahan
tugas orang tua," ujarnya.

Ia berharap pelayanan pendidikan di Kabupaten Probolinggo bisa merata dengan


penerapan PPDB sistem zonasi. Para orang tua juga tidak cemas dalam
menyekolahkan anaknya dan semua anak dapat terlayani pendidikannya dengan
layanan yang dekat dari tempat tinggalnya.

Selain itu, PPDB jenjang SMP negeri di Kabupaten Probolinggo akan menerapkan
sistem daring (online) dan luring (offline) yakni sebanyak 24 lembaga SMP negeri

14
atau SMPN 1 pada setiap kecamatan di Kabupaten Probolinggo akan menerapkan
sistem daring sebagai pilot project PPD daring di Kabupaten Probolinggo.

"Pendaftaran PPDB untuk jenjang SMP dimulai 1 hingga 4 Juli 2019, selanjutnya
verifikasi dan validasi dilaksanakan pada 5, 6 dan 8 Juli 2019 dan pengumumannya
9 Juli 2019," katanya.

Setelah ada pengumuman akan dilanjutkan dengan daftar ulang pada 10 hingga 12
Juli 2019 dan masa pengenalan lingkungan sekolah pada 13 Juli 2019, kemudian
hari masuk aktif tahun pelajaran 2019/2020 dilaksanakan mulai 15 Juli 2019.

G. Pengelolaan Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan kegiatan utama disekolah. Sekolah diberi kebebasan


memilih strategi, metode, dan teknik-teknik pembelajaran dan pengajaran yanga paling
efektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa, karakteristik guru,
dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah.

Pengelolaan proses pembelajaran juga merupakan pemberdayaan peserta didik yang


dilakukan melalui interaksi perilaku guru dan perilaku peserta didik, baik di ruang maupun di
luar kelas. Kegiatan mengajar pada esensisnya adalah membantu (mencoba membantu)
seseorang untuk mempelajari sesuatu dan apa yang dibutuhkan dalam belajar itu tidak ada
kontribusinya terhadap pendidikan orang yang belajar. Dengan landasan tersebut, proses
pembelajaran merupakan pemberdayaan peserta didik. Oleh karena itu penekanannya bukan
sekedar penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan
berfungsi sebagai muatan nurani dan hayati serta dipraktikkan oleh peserta didik.

Secara ringkas, proses pembelajaran yang dimaksud adalah seperti berikut.

INPUT PROSES OUTPUT

Tujuan PBM Hasil Belajar


Alat 1. Peningkatan daya
a. perilaku guru
Evaluasi piker
Materi b. perilaku siswa

15
Guru 2. Peningkatan daya
Siswa Kalbu
Metode 3. Peningkatan daya
Media Fisik
Waktu
Lingkungan
Skema 1. Proses Pembelajaran

Sekolah juga dituntut untuk membina, membimbing, serta mengembangkan kegiatan


kesiswaan yang bersifat edukatif dan sebagai wadah pengembangan potensi siswa. Artinya,
pada tataran yang demikian sekolah dikatakan sebagai sistem. Maka seharusnya
menghasilkan output yang dapat dijamin kepastiannya. Output sekolah pada umumnya
diukur dari tingkat kinerjanya. Kinerja sekolah adalah pencapaian atau prestasi sekolah yang
dihasilkan melalui proses persekolahan. Kinerja sekolah diukur dari efektivitasnya,
kualitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya,
surplusnya, dan moral kerjanya.

Output pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekolah tersebut mengerucut
pada tiga ranah. Tiga ranah tersebut yang akan membentuk pola keberhasilan pembelajaran
pada diri peserta didik meliputi bentuk kemampuan yang menurut taksonomi Blomm , seperti
yang dikutip oleh Moeslichatoen Rosjidan dalam artikelnya “Dasar-Dasar Psikologis dalam
Pendidikan” yang telah mengklasifikasikan dalam tiga domain sebagai berikut.
1. Cognitive Domain meliputi :
a. Mengetahui: kemampuan mengingat apa yang sudah dipelajari.
b. Memahami: kemampuan menangkap makna yang dipelajari.
c. Mengetrapkan: kemampuan untuk menggunakan hal yang sudah dipelajari itu
kedalam situasi baru yang konkret.
d. Menganalisis: kemampuan untuk merinci hal yang dipelajari kedalam unsur-
unsurnya agar supaya struktur organisasinya dapat dimengerti.
e. Mensintesis: kemampuan untuk mengumpulkan bagian-bagian untuk membenuk
kesatuan yang baru.
f. Mengevaluasi: kemampuan untuk menentukan nilai sesuatu yang dipelajari untuk
sesuatu tujuan tertentu.

16
2. Affective Domain. Hal yang termasuk dalam kemampuan afektif adalah sebagai
berikut:
a. Menerima (receiving): kesediaan untuk memperhatikan.
b. Menanggapi (responding): aktif berpartisipasi
c. Menghargai (valuing): penghargaan kepada benda, gejala dan perbuatan tertentu.
d. Membentuk (organization): memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan
pertentangan, dan membentuk sistem nilai yang bersifat konsisten dan internal.
e. Berpribadi (characterization by a value of value complex): mempunyai sistem
nilai yang mengendalikan perbuatan untuk menumbuhkan life style yang mantap.
3. Psycomotoric Domain. Hal yang termasuk dalam kategori kemampuan psikomotorik
ialah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dna kegiatan fisik. Jadi, tekanan
kemampuan yang menyangkut koordinasi saraf otot, menyangkut penguasaan tubuh
dan gerak.
Tiga ranah dan pengklasifikasian kemampuan tersebut akan membantu pendidik
untuk menentukan langkah yang harus dilalui di dalam proses atau kegiatan belajar
mengajar.

Setiap sekolah harus memiliki kejelasan tentang output yang akan dicapai.
Berpangkal dari output ini, kemudian dilakukan pemantauan terhadap proses pelaksanaan
agar output yang diharapkan dapat dicapai. Oleh karena aitu dalam menentukan keberhasilan
pada pembelajaran yang dilaksanakan perlu adanya suatu strategi pembelajaran yang
menitikberatkan pada faktor karakteristik siswa dan hal tersebut merupakan hal penting yang
juga harus diperhatikan dan dijadikan pertimbangan oleh pendidik.

Maka, pembelajaran mempunyai pedoman dan bertujuan untuk mengetahui: (1)


perbedaan hasil belajar yang akan diperoleh antara siswa; (2) perbedaan hasil belajar pada
pelaksanaan pembelajaran antara siswa yang memiliki kecenderungan cara berpikir divergen
dan yang konvergen ; (3) pengaruh interaksi antar strategi pembelajaran dan cara berpikir
siswa terhadap hasil belajar siswa di sekolah.

H. Bimbingan Disiplin Siswa

17
Menurut Piet A. Sahertian, diselenggarakannya lembaga pendidikan bertujuan untuk
kegiatan pendidikan yang akan menumbuhkan dan mengembangkan anak sebagai makhluk
individu, sosial, susila dan religius.

Sekolah sebagai lembaga yang mengembangkan proses pembelajaran dengan tujuan


mengembangkan pengetahuan siswa, kepribadian, aspek sosial emosional, ketrampilan-
ketrampilan, juga bertanggung jawab memberikan bimbingan dan bantuan terhadap peserta
didik yang bermasalah, baik dalam belajar, emosional, maupun sosial sehingga dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Artinya tugas sekolah
adalah menyiapkan anak-anak untuk kehidupan masyarakat melalui pembelajaran yang di
arahkan untuk mengasah potensi mereka dengan sikap disiplin.

Dalam artian luas, disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang ditujukan untuk
membantu siswa agar mereka dapat memahami dan menyelesaikan diri dengan tuntutan yang
mungkin ingin ditujukan siswa terhadap lingkungannya. Dengan disiplin diharapkan siswa
bersedia tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu.
Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan peserta
didik, namun sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada peserta
didik dalam batas-batas kemampuannya. Akan tetapi, jika kebebasan peserta didik terlampau
dikurangi, dikekang dengan peraturan, peserta didik akan berontak dan mengalami frustasi
serta kecemasan. Sehingga dalam penegakan disiplin tersebut perlu dilakukan dengan
pendekatan secara demokratis.

Namun demikian, mulianya tujuan penegakan disiplin sering tidak mendapat respon
yang positif dari siswa. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (a) kepemimpinan
guru atau kepala sekolah yang otoriter yang menyebabkan sikap siswa yang agresif ingin
berontak akibat kekangan dan perlakuan yang tidak manusiawi; (b) kurang diperhatikannya
kelompok minoritas baik yang berada di atas rata-rata maupun berada di bawah rata-rata
dalam berbagai aspek yang ada hubungannya dengan kehidupan disekolah; (c) siswa kurang
dilibatkan dan diikutsertakan dalam tanggung sekoalah; (d) latar belakang kehidupan
keluarga; (e) sekolah kurang mengadakan kerja sama dan saling melepas tanggung jawab.

Di antara penyebab pelanggaran tersebut, pelanggaran yang sering terjadi karena (1)
kebosanan siswa dalam kelas, disebabkan yang dikerjakan siswa monoton, tidak ada variasi

18
dalam proses pembelajaran; (2) siswa kurang mendapat perhatian dan apresiasi yang wajar
bagi mereka yang berhasil. Untuk mengatasi hal ini, seorang pendidik harus memilih strategi,
metode dan berbagai pendekatan yang bervariasi agar tujuan yang telah direncanakan dapat
tercapai.
Dalam rangka meningkatkan disiplin dan rasa tanggung jawab siswa di sekolah,
seorang guru harus menyatakan peraturan dan konsekuensinya bila siswa melanggarnya.
Konsekuensi ini dilakukan secara bertahap, dimulai dari peringatan, teguran, memberi tanda
sek, disuruh menghadap kepala sekklah, dan atau dilaporkan kepada orangtuanya tentang
pelanggaran yang dilakukannya disekolah.

Untuk membina dan menumbuhkan sikap mental dan perilaku yang baik, alat
pendidikan seperti menerapkan disiplin, memberi tugas, dan tanggung jawab kepada siswa
sesuai dengan kemampuannya perlu dilakukan. Pembinaan mental dan sikap ini dapat
dilakukan melalui sanksi yang berjenjang.

Hal yang sangat efektif dalam menumbuhkembangkan disiplin siswa adalah dengan
pembiasaan. Pada mulanya, disiplin memang dirasakan sebagai suatu aturan yang
mengekang kebebasan peserta didik. Akan tetapi, apabila aturan ini dirasakan sebagai suatu
yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk kebaikan diri sendiri dan kebaikan
bersama, lama-kelamaan akan menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju kearah disiplin diri
sendiri (self discipline). Jadi, disiplin harus diterapkan dalam kerangka dan batas yang
demokratis serta pedagogis.

Metode lain yang banyak dikembangkan dalam menumbuhkan disiplin siswa adalah
dengan cara memberinya tanggung jawab. Soemarno Soedarsono dalam bukunya Character
Building (Minarti:2016) mengatakan bahwa karakter seseorang dapat dibentuk dengan
pemberian tanggung jawab.

Tanggung jawab merupakan indikator penting bahwa seseorang mempunyai nilai


lebih. Setiap tindakan apabila tidak dilandasi tanggung jawab biasanya seseorang akan
ceroboh. Oleh karena itu, sudah masanya dunia pendidikan kita harus mengubah orientasinya
dari orientasi kognitif ke arah orientasi afektif (tanggung jawab) atau dari orientasi
kecerdasan inteleketual (IQ) ke arah kecerdasan spiritual (SQ) dan emosional (EQ).
Seseorang yang tidak mengambil tanggung jawab tidak akan pernah belajar. Orang yang

19
pintar, cerdas, dan terampil tetapi apabila tidak memiliki tanggung jawab tidak ada orang
yang akan memanfaatkan keterampilan tersebut.

Kegiatan pembentukan disiplin siswa akan mampu ditunjang dengan interaksi antara
tenaga kependidikan dan siswa, terlebih anata guru dan siswa. Artinya terjadi interaksi
edukatif berupa umpan-balik antara komunikator dan komunikan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam interaksi antara guru dan murid.

(1) Interaksi bersifat edukatif.


(2) Dalam interaksi terjadi perubahan tingkah laku pada siswa sebagai hasil belajar
mengajar.
(3) Peranan dan kedudukan guru yang tepat dalam proses interaksi belajar mengajar.
(4) Interaksi dalam proses belajar mengajar.
(5) Sarana kegiatan proses belajar mengajar yang tersedia, yang membantu tercapainya
interaksi belajar mengajar secara efektif dan efisien.

Hambatan-hambatan yang sering terjadi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan


dapat disebabkan siswa kurang berdisiplin tidak menghormati guru dan selalu mengganggu
temannya serta kurang memiliki rasa tanggung jawab. Untuk itu guru perlu menentukan
strategi, memilih metode, dan pendekatan yang bervariasi. Perilaku siswa dalam interaksi
tersebut ada yang positif dan negatif. Perilaku yang positif perlu mendapat apresiasi, pujian,
dan pemberian hadiah.

Selain memberikan penghargaan dalam interaksi, dikenal pula hukuman atau sanki.
Hukuman atau sanksi serta penghargaan, apresiasi yang diberikan kepada siswa harus
didasarkan atas pertimbangan berikut.

(a) Penghargaan atau hukuman diberikan atas dasar fungsi yang sebenarnya,
(b) Penghargaan atau hukuman diberikan disesuaikan dengan tingkah laku dan
kepribadian siswa.
(c) Penghargaan atau hukuman harus dikaitkan dengan tujuan yang jelas artinya
diarahkan untuk mempermudah proses pendidikan.

Dengan memberikan hukuman atau sanksi kepada siswa, dapat menekan tingkah laku
kurang baik. Sanksi ini sebagai bentuk langkah preventif untuk membatasi tindakan peserta

20
didik suapay tidak jauh dari nilai-nilai Pendidikan. Sedangkan apresiasi atau penghargaan
dapat menumbuhkan sikap dan perilaku yang dapat diulang pada situasi dan kondisi yang
tepat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap siswa yang kurang disiplin disekolah
antaralain.
(1) Sekolah kurang menerapkan disiplin
(2) Teman bergaul.
(3) Cara hidup dilingkungan anak tinggal.
(4) Siakp Orang tua.
(5) Keluarga yanga tidak harmonis.
(6) Latar belakang kebiasaan dan budaya.

Dari faktor-faktor tersebut, dapat dilihat sikap disiplin dan tanggung jawab sangat
dipengaruhi oleh faktor eksternal, bukan semata-mata faktor internal. Dengan demikian,
lingkungan yang baik adalah tempat yang dapat membentuk dan membina pribadi yang ideal,
bukan semata-mata dari bakat anak tersebut.

I. Pengelolaan Aktivitas Siswa

Pembinaan atau pengelolaan aktivitas siswa merupakan usaha atau kegiatan


memberikan bimbingan, arahan, pemantapan, peningkatan terhadap pola pikir, sikap mental,
perilaku serta minat, bakat, dan keterampilan para peserta didik melalui program
ekstrakurikuler dalam mendukung keberhasilan program kurikuler.

Dalam program kurikuler, para peserta didik lebih ditekankan pada kemampuan
intelektual yang mengacu pada kemampuan berpikir rasional, sistematik, analitik, dan
metodis. Sedangkan program pengelolaan aktivitas peserta didik melalui kegiatan
ekstrakurikuler dan ko-kurikuler, disamping untuk mempertajam pemahaman terhadap
keterkaitan dengan mata pelajaran kurikuler, para peserta didik juga dibina kearah mantapnya
pemahaman, kesetiaan dan pengamalan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, watak, kepribadian, berbudi pekerti luhur, kesadaran berbangsa dan
bernegara, keterampilan dan kemandirian, olahraga dan kesehatan, persepsi, apresiasi, dan
kreasi seni.

21
Pengelolaan peserta didik mempunyai nilai strategis, disamping sebagai faktor
penentu keberhasilan Sumber Daya Manusia (SDM) dimasa depan, sasarannya adalah
peserta didik yang usianya 6-18 tahun, secara psikis dan fisik peserta didik sedang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan, suatu periode usia yang ditandai dengan
kondisi kejiwaan yang tidak stabil, agresivitas yang tinggi, dan mudah dipengaruhi oleh
lingkungan. Maka, pengelolaan peserta didik usia sekolah yang di dalamnya mengandung
berbagai nilai perlu dilaksanakan secara terstruktur dan berkelanjutan.

MTSN 5 Bantul Terima Tim Visitasi Akreditasi

Achmad Jamil MPd saat menyampaikan kesan pesan dalam visitasi Akreditasi di
MTsN 5 Bantul

DIY Editor : Agus Sigit Rabu, 22 Mei 2019 / 14:45 WIB

BANTUL, KRJOGJA.com - Pembelajaran yang berkualitas dapat menjadi magnet


kuat untuk merangsang orangtua menyekolahkan putra putrinya di MTsN 5 Bantul.
Pembelajaran berkualitas berawal dari proses pembelajaran yang menyenangkan.
Hal tersebut dikatakan Asesor dari Badan Akreditasi Nasional (BAN) DIY Achmad
Jamil MPd saat menyampaikan kesan pesannya dihadapan guru dan karyawan di
MTsN 5 (Kampus Hijau Matsamaba) Bantul dalam penutupan Visitasi Akreditasi.

Menurut Jamil, salahs atu faktor penting yang dapat menumbuhkan pembelajaran
yang menyenangkan adalah penilaian. Penilaian yang objektif, transparan dan adil
menimbulkan kepuasan bagi siswa. Sebuah penilaian dikatakan objektif apabila
dalam menilai guru tak dipengaruhi subyektivitas pribadi, transparan apabila
prosedur, kriteria dan dasar pengambilan keputusan terhadap hasil belajar dapat

22
diketahui semua pihak yang berkepentingan. Sedangkan dikatakan adil apabila
penilaian tidak menguntungkan atau merugikan siswa.

Kepala MTsN 5 Bantul Siti Solichah SPd menjelaskan, visitasi akreditasi


dilangsungkan dua hari, Jum`at Sabtu (17-18/5) dengan Asesor Achmad Jamil MPd
dan Sugiyo SAg MPd.I. Keduanya mencocokkan format yang telah diisi madrasah
meliputi 8 standar dipandu koordinator setiap standar yaitu Standar Isi (Sugeng
Muhari), Standar Proses (Yuli Marhaeni), Standar Kompetensi Lulusan
(Nursiwiasawati ), Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Joko Purwanto),
Standar Sarana dan Prasarana (Muntaha),Standar Pengelolaan (Musa Surahman),
Standar Pembiayaan (Retno Siwi) dan Standar Penilaian (Sutanto).

Setelah seremoni pembukaan, hari pertama kedua asesor mengecek seluruh


bangunan yang ada mulai dari ruang guru, TU, mushala, perpustakan, laboratium
TIK. Dalam pengecekan ini tidak sekedar mengecek bagian luarnya saja, namun
detail sampai ke bagian dalam ruangan. Usai berkeliling dilanjutkan pengecekan
standar pendidik dan tenaga kependidikan dan standar sarana prasarana..

Salah satu panitia akreditasi Drs Sutanto, Rabu (22/5) mengatakan, ada beberapa
catatan asesor saat menyampaikan kesan pesannya usai menyelesaikan visitasi,
Sabtu (18/5), diantaranya, semua kegiatan harus terdokumentasi dengan lengkap
baik berupa daftar hadir, notulen, foto kegiatan dan lain-lain. (Rar)

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Keberhasilan dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan (sekolah) bergantung pada


manajemen komponen-komponen pendukungnya, salahsatunya adalah manajemen
kesiswaan. Kegiatan manajemen siswa meliputi : penerimaan siswa baru, kegiatan kemajuan
belajar (pengelolaan proses pembelajaran), serta bimbingan dan pembinaan disiplin. Fungsi
manajemen kesiswaan adalah sebagai wahana bagi siswa untuk ,mengembangkan diri
seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosial,
aspirasi, kebutuhan dan segi-segi potensi siswa lainnya.

B. Saran

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari
segi penulisan maupun materi. Untuk itu masih perlu adanya pengembangan terkait
manajemen kesiswaan demi tercapainya tujuan pendidikan yang lebih baik. Masih banyak
yang perlu diperhatikan terkait manajemen kesiswaan sehingga diharapkan dapat
disampaikan pada lain kesempatan. Sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Buang Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka


2. Minarti,Sri.2016.Manajemen Sekolah.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media
3. Nurmadiah.2014. “Konsep Manajemen Kesiswaan”:Jurnal Keislaman dan Peradaban
Volume 3 (hlm. 46-64).FIAI.Universitas Islam Indragiri.
4. Sahertian,Piet.1994.Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah.Surabaya:
Usaha Nasional

25

Anda mungkin juga menyukai