Disusun oleh :
WIWIN WINARSIH
Semester 5
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan tepat
waktu.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengkaji dan memperdalam
pengetahuan kita tentang Pengelolan Peserta Didik.
Meskipun demikian kami mengakui bahwa apa yang kami sajikan kedalam
makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu,
kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan ............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengelolaan peserta didik……………………………………………..3
B. Dasar pengelolaan peserta didik………………………………………3
C. Tujuan dan fungsi dari pengelolaan peserta didik……………………4
D. Prinsip dalam pengelolaan peserta didik……………………………..5
E. Pendekatan manajemen dalam pengelolaan peserta didik……………7
F. Ruang lingkup pengelolaan peserta didik ……………………………7
G. Rekrutmen peserta didik dalam pengelolaan siswa baru……………. 11
H. Pembinaan peserta didik dalam pengelolaan peserta didik …………13
I. Layanan-layanan khusus dalam pengelolaan peserta didik ………..16
J. Peranan guru dalam pelayanan peserta didik ………………………18
PENDAHULUAN
Dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta didik
merupakan sinonim (persamaan), semuanya bermakna anak yang sedang berguru
(belajar dan bersekolah), anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari sutu
lembaga pendidikan. Peserta didik adalah subjek utama dalam pendidikan. Dialah
yang belajar setiap saat.Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang
menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan
pendidikan.sedangkan dalam arti sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum
dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud peserta didik
adalah individu manusia yang secara sadar berkeinginan untuk mengembangkan
potensi dirinya (jasmani dan ruhani) melalui proses kegiatan belajar mengajar yang
tersedia pada jenjang atau tingkat dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik dalam
kegiatan pendidikan merupakan obyek utama (central object), yang kepadanya lah
segala yang berhubungan dengan aktivitas pendidikan dirujukkan.
Dengan terpenuhinya 1,2 dan 3 di atas diharapkan peserta didik dapat mencapai
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat berjalan dengan baik
dan tercapai cita-cita mereka. Sedangkan fungsi pengelolaan kelas peserta didik adalah
sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin,
baik yang berkenaan dengan segi individualnya, sosial, segi aspirasi, kebutuhan dan
potensi peserta didik. Fungsi manajemen peserta didik secara khusus :
Yang dimaksudkan dengan perinsip ialah sesuatu yang harus dipedomani dalam
melaksanakan tugas. Jika sesuatu tersebut sudah tidak dipedomani lagi, maka akan
tanggal sebagai suatu perinsip. Perinsip pengelolaan peserta didik mengandung arti
bahwa dalam rangka mengelola peserta didik, prinsip-prinsip yang disebutkan
dibawah ini haruslah selalu dipegang dan dipedomani. Adapun prinsip-prinsip
pengelolaan peserta didik menurut Rusdiana (2015:182) tersebut adalah sebagai
berikut :
6. Apa yang diberikan kepada peserta didik dan yang selalu diupayakan oleh kegiatan
pengelolaan peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik, bak
disekolah maunpun untuk masa depan.
- Atas dasar penelusuran minat dan kemampuan, serta pola jenis karir dalam
masyarakat.
- Aktivitas pengelolaan dilaksanakan secara demokrastis.
- Peserta didik dipandang sebagai orang orang yang memiliki potensi.
- Pembinaan dilakukan secara berkesinambungan.
- Tidak menambah beban biaya bagi orang tua.
- Pengelolaan dilaksanakan secara terpadu.
- Kegiatan dilaksanakan atas azas kerja sama.
- Perlu adanya deskripsi, pembagian tugas yang jelas.
- Setiap saat dievaluasi secara komprehensif.
Diantara kedua pendekatan tersebut, tentu dapat diambil jalan tengahnya, atau
sebutlah dengan pendekatan padu. Dalam pendekatan padu demikian, peserta didik
diminta untuk memenuhi tuntutan-tuntutan birokratik dan administratif sekolah
disatu pihak, tetapi di sisi lain sekolah juga menawarkan insentif-insentif lain yang
dapat memenuhi kebutuhan dan kesehateraannya. Disatu pihak siswa diminta untuk
menyelesaikan tugas-tugas berat yang berasal dari lembaganya, tetapi disisi lain juga
disediakan iklim yang kondusif untuk menyelesaikan tuganya atau jika dikemukakan
dengan kalimat terbalik, penyediaan kesejahtraan, iklim yang kondusif, pemberian
layanan-layanan yang andal adalah dalam rangka mendisiplinkan peserta didik
penyelesaian tugas-tugas peserta didik.
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat
mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau
respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,
mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah
munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R
psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau
reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam
tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan
stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku
siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.
Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini
mengikuti hukum-hukum berikut:
1. Hukum kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh
suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan
menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
2. Hukum latihan (law of exercise), yaitu semakin sering suatu tingkah laku
diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
3. Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat
bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak
memuaskan.
Manajemen kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku
(behavior modification) antara lain dengan proses penguatan (reinforcement) yaitu
memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan
apapun pada perilaku yang tidak tepat.
Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas Skinner
membuat eksperiment sebagai berikut: dalam laboratorium. Skinner memasukkan
tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut ”Skinner box”, yang sudah
dilengkapi dengan berbagai peralatan, yaitu tombol, alat pembeli makanan,
penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri
listrik.
Karena dorongan lapar (hunger drive), tikus berusaha keluar untuk mencari makanan.
Selama tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan
tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai
peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shaping.
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika
benar diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
5. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Untuk ini lingkungan perlu
diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah
diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
Acuan menu pembelajaran pada pendidikan anak usia dini adalah rencana dari
pengaturan kegiatan pengembangan dan pendidikan yang dirancang sebagai pedoman
dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan. Selanjutnya disingkat menjadi menu
pembelajran. Menu pembelajaran generik adalah program pendidikan anak usia dini
secara holistik yang dapat dipergunakan dalam memberikan layanan kegiatan
pengembangan dan pendidikan pada semua jenis program yang ditujukan bagi anak
usia dini. Pengembangan anak usia dini adalah upaya yang dilakukan oleh masyarakat
atau pemerintah untuk membantu anak usia dini dalam mengembangkan potensinya
secara holistik baik aspek pendidikan, gizi maupun kesehatan.
Tujuan dan fungsi program pembelajaran Menurut catron dan allen (1999:23)
tujuan program pembelajaran adalah untuk mengoptimalkan perkembangan anak
secara menyeluruh serta terjadinya komunikasi interaktif. Menurut pendapat lain
Tujuan program pembelajaran adalah membantu meletakkan dasar ke arah
perkembanganan sikap pengetahuan, ketrampilan dan kreativitas yang diperlukan oleh
anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan
serta perkembangan pada tahapan berikutnya.
Untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak sesuai dengan tahap
perkembangannya Mengenalkan anak dengan dunia sekitar mengembangkan
sosialisasi anak mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak
memberikan kesempatan kepada anak untuk menikmatia masa bermainnya.
Operasional
1. Tujuan Jelas dan dapat diukur: Perencanaan yang dibuat harus berisi tujuan
yang jelas dan ingin dicapai dalam pembelajaran. Seperti yang dipaparkan di
depan, tujuan yang ingin dicapai mencakup pengembangan semua kemampuan
anak. Penetapan indikator yang ingin dicapai dalam rencana pembelajaran
harus bertahap dan berkelanjutan, dimulai dari indikator paling sederhana,
konkrit ke yang lebih rumit. Jumlah indikator yang ditetapkan dalam tujuan
pun harus dibatasi sesuai dengan kemampuan. Tujuan yang dituangkan dalam
rencana pembelajaran pun harus dapat terukur, konkrit, dan dapat diamati.
2. Dapat Dilaksanakan: Perencanaan disusun sebagai acuan pelaksanaan
pembelajaran, karena itu penyusunan rencana pembelajaran harus dipastikan
dapat diterapkan dalam pembelajaran yang menyenangkan bagi anak. Agar
perencanaan dapat laksanakan maka harus memperhatikan sumber daya yang
ada (SDM, sarana dan prasarana, lingkungan/muatan lokal), serta sesuai
dengan tahapan perkembangan anak.
3. Mengoptimalkan Potensi Lingkungan Salah satu tujuan PAUD adalah
mengembangkan kemampuan anak dalam mengenal lingkungan sekitarnya.
Dengan kata lain anak diharapkan peka terhadap lingkungan tempat
tinggalnya. Anak dapat melihat lingkungan sebagai pusat sumber belajar,
sebagai potensi yang harus dioptimalkan dan sebagai wahana yang harus dijaga
kelestariannya. Karena itu pengembangan rencana belajar untuk PAUD harus
berakar pada lingkungan yang ada di sekitar anak.
Contoh: Tema : Tempat Beribadah, Sub tema : Masjid Kegiatan yang akan
dilaksanakan:
(1) Tahap Prabermain Tahap prabermain terdiri dari dua macam kegiatan persiapan,
yaitu kegiatan penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan bermain dan kegiatan
penyiapan bahan dan peralatan.
(2) Tahap Bermain Terdiri dari rangkaian kegiatan berikut: (a) Semua anak menuju
tempat yang sudah disediakan untuk bermain; (b) Dengan bimbingan guru, peserta
permainan mulai melakukan tugasnya masing-masing; (c) Setelah kegiatan selesai,
setiap anak menata kembali bahan dan peralatan bermainnya; (d)Anak-anak mencuci
tangan.
(3) Tahap Penutup (a) Menarik perhatian anak tentang aspek-aspek penting dalam
membangun sesuatu; (b) Menghubungkan pengalaman anak dalam bermain yang baru
saja dilakukan dengan pengalaman lain; (c) Menunjukkan aspek-aspek penting dalam
bekerja secara kelompok; (d)Menekankan pentingnya kerja sama. 2. Metode
Pembelajaran Melalui bercerita a. Rasional metode pembelajaran melalui bercerita
Metode bercerita merupakan salah satu metode yang banyak dipergunakan di PAUD.
Metode tersebut dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak PAUD dengan
membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus
menarik dan mengundang perhatian anak serta tidak lepas dari tujuan pembelajaran
bagi anak PAUD. Penggunaan metode bercerita haruslah memperhatikan hal-hal
sebagai berikut: 1) Isi cerita harus terikat dengan dunia kehidupan anak TK. 2)
Kegiatan bercerita diusahakan dapat memberikan perrasaan gembira, lucu, dan
mengasyikkan sesuai dengan dunia kehidupan anak yang penuh sukacita. 3) Kegiatan
bercerita harus diiusahakan menjadi pengalaman bagi anak TK yang bersifat unik dan
menarik.
Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan bercerita atau mendongeng adalah:
1) Mengembangkan imajinasi anak; 2) Menambah pengalaman; 3) Melatih daya
konsentrasi; 4) Menambah perbendaharaan kata; 5) Menciptakan suasana yang akrab;
6) Melatih daya tangkap; 7) Mengembangkan perasaan sosial; 8) Mengembangkan
emosi anak; 9) Berlatih mendengarkan; 10) Mengenal nilai-nilai yang positif dan
negatif; 11) Menambah pengetahuan. b. Format pembelajaran melalui bercerita
Metode pembelajaran melalui bercerita terdiri dari lima langkah, antara lain yaitu: 1)
Menentukan tujuan dan tema cerita 2) Menentukan bentuk bercerita yang dipilih 3)
Menentukan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita 4) Menetapkan
rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita, yang terdiri dari: a) menyampaikan
tujuan dan tema cerita; b) mengatur tempat duduk; c) melaksanakan kegiatan
pembukaan; d) mengembangkan cerita; e) menetapkan teknik bertutur; f) mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan cerita. 5) Menetapkan rancangan penilaian kegiatan
bercerita. 3. Metode Pembelajaran Melalui bernyanyi
Rencana pembelaharan PAUD operasional yang dijadikan acuan bagi guru untuk
mengelola kegiatan bermain untuk mendukung anak dalam proses belajar. Rencana
pelaksanaan pembelajaran dibuat sebelum pelaksanaan pembelajaran. Rencana
pembelajaran harus mengacu kepada karakteristik (usia, sosial budaya dan kebutuhan
individual) anak yang terlibat dalam pembelajaran. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran sebagai acuan guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk:
Oleh karena itu pendidik juga harus mampu menurunkan materi yang sesuai
dengan Kompetensi Dasar. Dampak Sosial dan Dampak Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) Pendidikan yang bermutu mampu memberi kontribusi
untuk anak-anak berkebutuhan khusus dalam mendapatkan layanan pendidikan yang
layak seperti anak-anak pada umumnya. pendidikan baik dampak negatif maupun
positif. DAMPAKSOSIAL v Dampak negatif Kelemahan pada faktor psikologis,
beberapa orang tua dari anak berkebutuhan khusus mengalami ketidaknyamanan
secara sosial baik di lingkup keluarga besar maupun dalam masyarakat, antara lain :
1. Ada rasa malu atau tidak percaya diri membawa anak mereka ke lingkungan
keluarga besar atau masyarakat
2. Merasa anak berkebutuhan khusus memiliki kekurangan
3. Orang tua merasa enggan memasukkan ke sekolah karena malu, minimnya
biaya untuk sekolah, minimnya pengetahuan dan pengalaman orang tua, dan
kendala operasional sekolah reguler.
4. Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari
5. Sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar
6. Kesulitan dalam penyaluran tenaga kerja
7. Masalah gangguan kepribadian dan emosi Dampak positif Anak berkebutuhan
khusus sama dengan anak pada umumnya, mereka mendapatkan hak yang
sama dalam layanan pendidikan.
PENGERTIAN PERENCANAAN
Berpikir keras
menuliskan Secara Tepat
Menggambarkan aktivitas secara keseluruhan sebelum kegiatan yang
sesungguhnya dilaksanakan
Gambaran kegiatan yang akan dilakukan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran
di
lembaga PAUD
2.Tema terpilih
3.Kegiatan
No
2 Fisik
KESIMPULAN
Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh
dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.
Sedangkan dalam arti sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa)
yang diserahkan kepada seorang pendidik (Yusrina, 2006).
Dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah individu atau manusia yang secara
sadar berkeinginan untuk mengembangkan potensi dirinya (jasmani dan rohani)
melalui proses kegiatan belajar mengajar yang tersedia pada jenjang atau tingkat dan
jenis pendidikan tertentu.
Menurut Hendayat Soetopo dan Wanty Soemato (1982) pengelolaan peserta didik
merupakan suatu penataan atau pengaturan segala aktvitas yang berkaitan dengan
peserta didik diantaranya, yaitu mulai masuknya peserta didik sampai dengan
keluarnya peserta didik dari suatu sekolah atau suatu lembaga.
Pengelolaan peserta didik adalah suatu pencatatan siswa dari proses penerimaan
hingga siswa tersebut tamat dari sekolah atau keluar karena pindah sekolah atau sebab
lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.warna-sahabat.com/2014/06/contoh-makalah-pengelolaan-peserta.html.
diakses pada tanggal 2 april 2015
http://aanhendroanto.blogspot.com/2012/10/pengertian-dan-ruang-lingkup-
manajemen.html. di akses tanggal 4 april 2015
https://solehhamdani.wordpress.com/sosiologi/manajemen-peserta-didik/
http://manajemensekolah24.blogspot.com/2012/10/manajemen-peserta-didik.html
DAFTAR PUSTAKA
http://idb4.wikispaces.com/file/view/rc02pengaruh+PAI+terhadap+pembentukan+akhl
ak+siswa.pdf, diakses tanggal 01 November 2017, pukul 22.00 WIB)
Sagala, Dr. Syaiful, M.Pd. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat. Jakarta:
Nimas Multima.
Siti Aminarti.2011. Manajemen Sekolah Pengelola Pendidikan Secara Mandiri.
Jogjakarta: AR-MZ Media
Suharsimi Arikunto.1993.Organisasi dan Administrasi Pendidikan.Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada