Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“PENGELOLAAN PESERTA DIDIK”


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam Mata Kuliah
Manajemen Pendidikan

Dosen Pengampu : Salimah,S.Pd,M.Pd

Disusun oleh :

WIWIN WINARSIH
Semester 5

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU


PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS SEBELAS APRIL SUMEDANG 2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan tepat
waktu.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengkaji dan memperdalam
pengetahuan kita tentang Pengelolan Peserta Didik.
Meskipun demikian kami mengakui bahwa apa yang kami sajikan kedalam
makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu,
kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan selanjutnya.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan masalah .......................................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengelolaan peserta didik……………………………………………..3
B. Dasar pengelolaan peserta didik………………………………………3
C. Tujuan dan fungsi dari pengelolaan peserta didik……………………4
D. Prinsip dalam pengelolaan peserta didik……………………………..5
E. Pendekatan manajemen dalam pengelolaan peserta didik……………7
F. Ruang lingkup pengelolaan peserta didik ……………………………7
G. Rekrutmen peserta didik dalam pengelolaan siswa baru……………. 11
H. Pembinaan peserta didik dalam pengelolaan peserta didik …………13
I. Layanan-layanan khusus dalam pengelolaan peserta didik ………..16
J. Peranan guru dalam pelayanan peserta didik ………………………18

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...................................................................................................... 20
B. Saran ................................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas diperlukan manajemen


pendidikan yang dapat memobilisasi segala sumber daya pendidikan. Manajemen
pendidikan itu terkait dengan manajemen peserta didik yang isinya merupakan
pengelolaan dan juga pelaksanaannya. Fakta-fakta dilapangan ditemukan sistem
pengelolaan anak didik masih menggunakan cara-cara konvensional dan lebih
menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan kurang memberi
perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta didik. Padahal Kreativitas
disamping bermanfaat untuk pengembangan diri anak didik juga merupakan
kebutuhan akan perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi bagi
manusia.

Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “management”. Dan pengelolaan


itu sendiri adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar suatu yang dikelola dapat
berjalan dengan lancar, efektif dan efesien. Menurut Drs. Wirnano Hamiseno,
pengelolaan adalah substantifa dari mengelola. Sedangkan lola berati suatu tindakan
yang dimulai dari penyusunan data, merencankan, mengorganisasikan, melaksanakan
sampai dengan pengawasan dan penilaian. Dijelaskan selanjutnya pengelolaan
menghasilkan sesuatu dan sesuatu itu dapat merupakan sumber penyempurnaan dan
peningkatan pengelolaan selanjutnya. Dalam pelaksanaan selalu adanya tahap-tahap:
pengurusan, pencatatan, dan penyimpanan dokumen. Pengurusan akan mudah dan
lancar apabila dalam perencanaan dan pengorganisasian cukup mantap.

Manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap


peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka
lulus sekolah. Knezevich (1961) mengartikan manajemen peserta didik atau pupil
personnel administration sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian pada
pengaturan, pengawasan dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti:
pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseluruhan
kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.
Perkembangan anak didik yang baik adalah perubahan kualitas yang seimbang baik
fisik maupun mental. Tidak ada satu aspek perkembangan dalam diri anak didik yang
dinilai lebih penting dari yang lainnya. Oleh karena itu, teori kecerdasan majemuk
yang dikembangkan oleh psikolog asal Amerika Serikat, Gardner dinilai dapat
memenuhi kecenderungan perkembangan anak didik yang bervariasi.
Penyelenggaraan pendidikan saat ini harus diupayakan untuk memberikan pelayanan
khusus kepada peserta didik yang mempunyai kreativitas dan juga keberbakatan yang
berbeda agar tujuan pendidikan dapat diarahkan menjadi lebih baik
1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan pengeloaan peserta didik ?


2. Apakah yang dimaksud dengan pendekatan perilaku anak ?
3 Bagaimana cara atau langkah langkah menyusun kegiatan anak di lembaga
PAUD

1.3 TUJUAN PENULISAN

Setelah mempelajari materi ini, diharapkan mahasiswa mampu :

1. menyebutkan dan menjelaskan siapa peserta didik Menjelaskan pengelolaan


peserta didik
2. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan pendekatan perilaku anak
3. Mengetahui bagaimana cara menyusun kegiatan anak di lembaga PAUD
4. Mengaplikasikan pengelolaan peserta didik di kehidupan nyata
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengelolaan Peserta Didik

Dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta didik
merupakan sinonim (persamaan), semuanya bermakna anak yang sedang berguru
(belajar dan bersekolah), anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari sutu
lembaga pendidikan. Peserta didik adalah subjek utama dalam pendidikan. Dialah
yang belajar setiap saat.Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang
menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan
pendidikan.sedangkan dalam arti sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum
dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional), dijelaskan bahwa yang dimaksud peserta didik adalah “anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu”

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud peserta didik
adalah individu manusia yang secara sadar berkeinginan untuk mengembangkan
potensi dirinya (jasmani dan ruhani) melalui proses kegiatan belajar mengajar yang
tersedia pada jenjang atau tingkat dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik dalam
kegiatan pendidikan merupakan obyek utama (central object), yang kepadanya lah
segala yang berhubungan dengan aktivitas pendidikan dirujukkan.

2,2 Dasar Pengelolaan Peserta Didik

Dasar Hukum pengelolaan peserta didik diantaranya :


1. Pertumbuhan Undang-undang Dasar 1945 alinea keempat yang
mengamanatkan mencerdaskan kehidupan bangsa.
2. Batang tubuh undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 sampai ayat 5.
3. Undang-undang nomor. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional yang menyatakan :
Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu (pasal 5 ayat 1).
Setiap warga Negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar (pasal 6 ayat 1).
Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pengawasan, dan evaluasi
program pendidikan (pasal 8).
Warga egara yang belainan pisik atau mental berhak memperoleh pendidikan luar
biasa (pasal 8 ayat 1).
Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (pasal 12 ayat 16).

2.3 Tujuan dan Fungsi


Menurut Rusdiana (2015: 182) tujuan umum pengelolaan peserta didik adalah
mengatur kegiatan peserta didik agarkegiatan–kegiatan tersebut menunjang proses
belajar mengajar disekolah, lebih lanjut proses belajar mengajar di sekolah dapat
berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi
pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan. Tujuan khusus
manajemen peserta didik adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomoto peserta didik.


2. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum ( kecerdasan ), bakat dan
minat peserta didik.
3. Menyalurkan aspirasi harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik.

Dengan terpenuhinya 1,2 dan 3 di atas diharapkan peserta didik dapat mencapai
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat berjalan dengan baik
dan tercapai cita-cita mereka. Sedangkan fungsi pengelolaan kelas peserta didik adalah
sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin,
baik yang berkenaan dengan segi individualnya, sosial, segi aspirasi, kebutuhan dan
potensi peserta didik. Fungsi manajemen peserta didik secara khusus :

1. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta


didik, ialah agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi
individualitasnya tanpa banyak hambatan. Potensi-potensi bawaan
tersebut meliputi : kemampuan umum (kecerdasan), kemampuan khusus
(bakat), dan kemampuan lainnya.
2. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik
ialah agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya,
dengan orang tua, dan keluarganya, dengan lingkungan sosial sekolahnya
dan lingkungan sosial masyarakatnya. Fungsi ini berkaitanj dengan
hakikat peserta didik sebagai mahluk sosial.
3. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta
didik ialah agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan minatnya.
4. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan
peserta didik ialah agar peserta didik sejahtera dalam kehidupannya.

2.4 Prinsip Pengelolaan Peserta Didik

Yang dimaksudkan dengan perinsip ialah sesuatu yang harus dipedomani dalam
melaksanakan tugas. Jika sesuatu tersebut sudah tidak dipedomani lagi, maka akan
tanggal sebagai suatu perinsip. Perinsip pengelolaan peserta didik mengandung arti
bahwa dalam rangka mengelola peserta didik, prinsip-prinsip yang disebutkan
dibawah ini haruslah selalu dipegang dan dipedomani. Adapun prinsip-prinsip
pengelolaan peserta didik menurut Rusdiana (2015:182) tersebut adalah sebagai
berikut :

1. Pengelolaan peserta didik dipandang sebagai bagian dari keseluruhan pengelolaan


sekolah. Oleh karena itu ia harus mempunyai tujuan yang sama atau mendukung
terhadap tujuan pengelolaan secara keseluruhan. Ambisi sektoral pengelolaan peserta
didik tetap di tempatkan dalam kerangka pengelolaan sekolah. Ia tidak boleh di
tempatkan di luar sistem pengelolaan sekolah.
2. Segala bentuk kegiatan pengelolaan peserta didik harus lah mengemban misi
pendidikan dan dalam rangka mendidik peserta didik. Segala bentuk kegiatan baik
yang ringan atau yang berat maupun yang di sukai atau yang tidak disukai oleh
pesertaa didik harus diarahkan untuk mendidik peserta didik dan bukan untuk yang
lainnya.

3. Kegiatan-kegiatan pengelolaan peserta didik haruslah diupayakan untuk


mempersatukan peserta didik yang mempunyai aneka ragam latar belakang dan
perbedaan. Perbedaan pada peserta didik tidak diarahkan bagi munculnya konflik di
antara mereka melainkan mempersatukan serta saling memahami dan menghargai.

4. Kegiatan pengelolaan peserta didik harus dipandang sebagai upaya pengaturan


terhadap pembimbingan peserta didik. Membimbing memerlukan kesediaan dari pihak
yang di bombing yaitu pesrta didik.

5. Kegiatan pengelolaan pengolahan peserta didik haruslah mendorong dan memacu


kemandirian peserta didik. Prinsip kemandirian akan bermanfaat bagi peserta didik
tidak hanya di sekolah, tetapi juga ketika sudah terjun ke masyarakat. Hal ini
mengandung arti bahwa keberuntungan peserta didik harus sedikit demi sedikit
dihilangkan melalui kegiatan pengelolaan peserta didik.

6. Apa yang diberikan kepada peserta didik dan yang selalu diupayakan oleh kegiatan
pengelolaan peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik, bak
disekolah maunpun untuk masa depan.

7. Aktivitas peserta didik hendaknya mempertimbangkan hal berikut:

- Atas dasar penelusuran minat dan kemampuan, serta pola jenis karir dalam
masyarakat.
- Aktivitas pengelolaan dilaksanakan secara demokrastis.
- Peserta didik dipandang sebagai orang orang yang memiliki potensi.
- Pembinaan dilakukan secara berkesinambungan.
- Tidak menambah beban biaya bagi orang tua.
- Pengelolaan dilaksanakan secara terpadu.
- Kegiatan dilaksanakan atas azas kerja sama.
- Perlu adanya deskripsi, pembagian tugas yang jelas.
- Setiap saat dievaluasi secara komprehensif.

A. Pendekatan Pengelolaan Peserta Didik

Wujud pendekatan dalam manajemen peserta didik secara oprasional adalah :


mengharuskan kehadiran secara mutlak bagi peserta didik di sekolah, memperketat
presensi, penuntutan disiplin yang tinggi, menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya. Pendekatan demikian, memang teraksentuasi pada upaya agar peserta
didik menjadi mampu.

Kualitatif (the qualitative approach). Pendekatan ini lebih memberikan perhatian


kepada kesejahteraan peserta didik. Jika pendekatan kuantitatif di atas diarahkan agar
peserta didik mampu, maka pendekatan kualitiatif ini lebih di arahkan agar peserta
didik senang. Asumsi dari pendekatan ini adalah, jika peserta didik senang dan
sejahtera, maka mereka dapat dipelajari dengan baik serta senang juga untuk
mengembangkan diri mereka sendidi di lembaga pendidikan seperti
sekolah.pendekatan ini juga menekankan perlunya penyediaan iklim yang kondusif dan
menyenangkan bagi pengembangan diri secara optimal.

Diantara kedua pendekatan tersebut, tentu dapat diambil jalan tengahnya, atau
sebutlah dengan pendekatan padu. Dalam pendekatan padu demikian, peserta didik
diminta untuk memenuhi tuntutan-tuntutan birokratik dan administratif sekolah
disatu pihak, tetapi di sisi lain sekolah juga menawarkan insentif-insentif lain yang
dapat memenuhi kebutuhan dan kesehateraannya. Disatu pihak siswa diminta untuk
menyelesaikan tugas-tugas berat yang berasal dari lembaganya, tetapi disisi lain juga
disediakan iklim yang kondusif untuk menyelesaikan tuganya atau jika dikemukakan
dengan kalimat terbalik, penyediaan kesejahtraan, iklim yang kondusif, pemberian
layanan-layanan yang andal adalah dalam rangka mendisiplinkan peserta didik
penyelesaian tugas-tugas peserta didik.

Pengertian belajar menurut teori Behavioristik adalah perubahan tingkah laku


sebagai akibat dari adanya reaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dikatakan
telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukan perubahan pada tingkah lakunya,
apabila dia belum menunjukkan perubahan tingkah laku maka belum dikatakan bahwa
ia telah melakukan proses belajar. Teori ini sangat mementingkan adanya input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respons. Dalam proses pembelajaran input ini
bisa berupa alat peraga, gambar-gambar, atau cara-cara tertentu untuk membantu
proses belajar (Budiningsih, 2003).

Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat
mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau
respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,
mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah
munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R
psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau
reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam
tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan
stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku
siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.

. TOKOH-TOKOH ALIRAN BEHAVIORISME

Para tokoh aliran behaviorisme setidaknya ada Thorndike, Skinner, Pavlov,


Gagne, dan Bandura. Pada intinya mereka menyetujui pengertian belajar di atas,
namun ada beberapa perbedaan pendapat di antara mereka. Secara singkat akan kami
bahas karya tokoh aliran behaviouristik sebagai berikut.

1. Edward Lee Thorndike (1874 – 1949)

Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-


asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R).
Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk
mengaktifkan organisme untuk bereaksi atau berbuat.

Respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya


perangsang.Eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box)
diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya
kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha-usaha atau
percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu. Bentuk
paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connecting
lerning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori
belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar
koneksionisme atau teori asosiasi.

Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini
mengikuti hukum-hukum berikut:

1. Hukum kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh
suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan
menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.

2. Hukum latihan (law of exercise), yaitu semakin sering suatu tingkah laku
diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.

3. Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat
bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak
memuaskan.

2. Ivan Petrovich Pavlov (1849 – 1936)

Classic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang


ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, di mana perangsang asli dan
netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga
memunculkan reaksi yang diinginkan.

Urutan kejadian melalui percobaan terhadap anjing:

1. US (unconditioned stimulus) = stimulus asli atau netral: Stimulus tidak dikondisikan


yaitu stimulus yang langsung menimbulkan respon, misalnya daging dapat merangsang
anjing untuk mengeluarkan air liur.

2. UR (unconditioned respons): disebut perilaku responden (respondent behavior) respon


tak bersyarat, yaitu respon yang muncul dengan hadirnya US, yaitu air liur anjing
keluar karen anjing melihat daging.

3. CS (conditioning stimulus): stimulus bersyarat, yaitu stimulus yang tidak dapat


langsung menimbulkan respon. Agar dapat menimbulkan respon perlu dipasangkan
dengan US secara terus-menerus agar menimbulkan respon. Misalnya bunyi bel akan
menyebabkan anjing mengeluarkan air liur jika selalu dipasangkan dengan daging.
4. CR (conditioning respons): respons bersyarat, yaitu rerspon yang muncul dengan
hadirnya CS, Misalnya: air liur anjing keluar karena anjing mendengar bel.

Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasan dapat diketahui


bahwa daging yang menjadi stimulus alami (UCS = Unconditional Stimulus = Stimulus
yang tidak dikondisikan) dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang
dikondisikan (CS = Conditional Stimulus = Stimulus yang dikondisikan). Ketika
lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan.
Dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara
mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan
pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia
dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

3. Burrhus Frederic Skinner (1904 – 1990)

Manajemen kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku
(behavior modification) antara lain dengan proses penguatan (reinforcement) yaitu
memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan
apapun pada perilaku yang tidak tepat.

Operant Conditioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan


perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku
tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.

Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas Skinner
membuat eksperiment sebagai berikut: dalam laboratorium. Skinner memasukkan
tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut ”Skinner box”, yang sudah
dilengkapi dengan berbagai peralatan, yaitu tombol, alat pembeli makanan,
penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri
listrik.

Karena dorongan lapar (hunger drive), tikus berusaha keluar untuk mencari makanan.
Selama tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan
tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai
peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shaping.

Unsur terpenting dalam belanja adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah


pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila
diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif
dan penguatan negatif. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan
terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan penguatan negatif dapat
mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang.

Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain:

1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika
benar diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.

3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.

4. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.

5. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Untuk ini lingkungan perlu
diubah, untuk menghindari adanya hukuman.

6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah
diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.

7. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.

B. Langkah Langkh Menyusun Kegiatan Anak

Acuan menu pembelajaran pada pendidikan anak usia dini adalah rencana dari
pengaturan kegiatan pengembangan dan pendidikan yang dirancang sebagai pedoman
dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan. Selanjutnya disingkat menjadi menu
pembelajran. Menu pembelajaran generik adalah program pendidikan anak usia dini
secara holistik yang dapat dipergunakan dalam memberikan layanan kegiatan
pengembangan dan pendidikan pada semua jenis program yang ditujukan bagi anak
usia dini. Pengembangan anak usia dini adalah upaya yang dilakukan oleh masyarakat
atau pemerintah untuk membantu anak usia dini dalam mengembangkan potensinya
secara holistik baik aspek pendidikan, gizi maupun kesehatan.

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Kurikulum


adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan belajar, serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum menjadi bahan baku dalam
pembelajaran atau proses belajar mengajar.

Adapun prinsip-prinsip pengembangan:

1. Bersifat komprehensif Kurikulum harus menyediakan pengalaman belajar yang


meningkatkan perkembangan anak secara menyeluruh dalam berbagai aspek
perkembangan. Ketika kurikulum tidak bersifat komprehensif, maka proses
pembelajaran terancam tidak bisa berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Proses pembelajaran menjadi tanpa arah dan tujuan.

2. Secara bertahap Kurikulum harus menyediakan berbagai kegiatan dan


interaksi yang tepat didasarkan pada usia dan tahapan perkembangan setiap
anak. Oleh karena itu, beberapa pendekatan dan konsep yang ditawarkan oleh
beberapa ilmuan atau pemerhati masalah pendidikan, baik dalam maupun luar
negeri, bisa dijadikan bahan acuan jika itu baik dan bisa memajukan
pendidikan.
Mengembangakan standar kompetensi anak Kurikulum yang dikembangkan harus
dapat mengembangkan kompetensi anak. Standar kompetensi sebagai acuan dalam
menyiapkan lingkungan belajar anak. Apabila sebuah kurikulum tidak bisa
mengembangkan kompetensi anak, maka kurikulum tersebut perlu ditinjau
ulang.Tujuan pembelajaran bertujuan mengembangkan berbagai potensi anak sejak
dini sebagai persiapan untuk masa depannya dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya serta secara khusus bertujuan:

1. Anak mampu mengenal dan percaya Tuhan, melakukan ibadah, mengenal


ciptaan tuhan dan mencintai sesama.
2. Anak memiliki nilai moral, sikap dan budi pekerti yang baik.
3. Anak mampu mengelola dan mengelola dan mengontrol keterampilan tubuh
termasuk gerakan halus dan gerakan kasar serta mampu menerima rangsangan
sensorik (pancaindera).
4. Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat
berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berfikir dan belajar.
5. Anak mampu berfikir kreatif, logis, kritis, memberi alasan, memecahkan
masalah dan menemukan sebab akibat.
6. Anak memiliki keterampilan hidup (life skill) untuk membentuk kemandirian
anak
7. Anak mampu mengenai lingkungan alam, lingkungan sosial dan budaya, serta
mampu mengembangkan konsep diri, rasa memiliki dan sikap positif terhadap
belajar. h. Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, birama, berbagai
bunyi, bertepuk tangan serta menghargai hasil karya yang kreatif.

Perencanaan program pembelajaran Program pembelajaran adalah susunan


kegiatan yang akan dilakukan selama satu tahun pembelajaran. Kegiatan yang harus
disusun dan ditetapkan meliputi sesuai dengan sistem semester, ada tiga macam
perencanaan kegiatan bermain di kelompok bermain, yaitu:

1. Perencanaan tahunan dan semester


2. Perencanaan kegiatan bermain mingguan
3. Perencanaan kegiatan harian

Kegiatan bermain mingguan dan harian disusun berdasarkan perencanaan tahunan


dan semester.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan ditetapkan meliputi:

1. Tema kegiatan 2. Kelompok yang akan melakukan kegiatan bermain 3.


Semester dan tahun ajaran 4. Jumlah waktu 5. Hari dan tanggal pelaksanaan 6.
Jam pelaksanaan 7. Tujuan kegiatan bermain 8. Materi yang akan dimainkan
sesuai dengan tema 9. Bentuk kegiatan bermain 10. Setiing lingkungan 11.
Bahan dan alat yang diperlukan dalam bermain 12. Evaluasi perkembangan
anak

Perencaan persiapan jenis permainan Perencanaan persiapan jenis permainan


adalah segala sesuatu yang diperlukan sebelum melaksanakan proses kegiatan
bermain.Pengertian dan Penggunaan Metode Bagi Anak TK Para ahli pendidikan anak
berpendapat bahwa pendidikan TK merupakan pendidikan yang dapat membantu
menumbuh kembangkan anak dan pendidikan dapat membantu perkembangan anak
secara wajar. Pada hakikatnya pendidikan TK/usia dini adalah pemberian upaya untuk
menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan menyediakan kegiatan pembelajaran yang
akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Pendidikan anak usia
dini pada hakikatnya adalah upaya untuk memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan anak.

Pengertian metode pendidikan taman kanak-kanak Seorang guru taman kanak-


kanak sebelum melaksanakan program kegiatan belajar terlenih dahulu perlu
memperhatikan tujuan program kegiatan belajar anak taman kanak-kanak dan ruang
lingkup program kegiatan belajar anak TK.

Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode dipilih berdasarkan


strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara, yang
dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Penggunaan
metode di taman kanak-kanak Keterampilan yang hendak dikembangkan melalui
berbagai program kegiatan dapat dibedakan atas pengembangan keterampilan
kognitif, bahasa, kreativitas, motorik, dan emosi serta pengembangan sikap hidup.
Untuk mengembangkan berbagai keterampilan itu, dapat kita pilih metode yang paling
cocok untuk masing-masing. Tema adalah kerangka bahasan untuk mengenalkan
berbagai konsep, sehingga anak mampu mengenal dan membangun konsep secara
utuh, mudah dan jelas.

Pemilihan tema dapat berdasarkan pada:

1. kehidupan terdekat anak


2. minat anak atau kecenderungan anak
3. permasalahan yang dihadapi
4. pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki anak
5. ketersediaan sumber yang dapat dipelajari dan diamati anak (orang, tempat
yang dapat dikunjungi, buku-buku tentang tema)
6. ketersediaan berbagai media atau alat yang dapat dimainkan anak secara
mandiri atau dengan sedikit bantuan kader/pendidik
7. Mendukung perkembangan kemampuan moral dan nilai-nilai agama, sosial,
emosional, dan kemandirian, bahasa, kognitif, fisik/motorik dan seni
8. Mengembangkan kosa kata anak, dan
9. Nilai, kepercayaan, budaya yang berlaku di masyarakat.

Berdasarkan uraian tersebut di atas penentuan tema harus menyesuaikan dengan


situasi dan kondisi dan tidak dibakukan. Seringkali pendidik PAUD terjebak harus
menyelesaikan tema. Tema pada dasarnya hanya sebuah media yang membungkus
konsep. Bungkus ini dapat diganti atau diubah, yang penting kegiatan pembelajaran
sesuai dengan tujuan. Tema yang dipilih hendaknya tema-tema yang menarik, yang
menntang dan yang bermakna bagi anak. Untuk memnuhi kriteria-kriteria tersebut,
sebaiknya tema itu berkaitan langsung dengan diri anak dan lingkungannya (Gardon
dan Browne dalam Moeslichton, 2004:13)

Sesuai dengan pandangan Departeman Pendidikan dan Kebudayaan (1994) sendiri


telah melaksanakan program kegiatan bagi anak TK dan tidak tertutup kemungkinan
bagi guru untuk mengembangkan tema sendiri. a. Tema Aku b. Tema Pancaindera c.
Tema Makanan Dan Minuman d. Tema Pakaian e. Tema Kebersihan f. Tema Binatang
g. Tema Tanaman h. Tema Kendaraan i. Tema Pekerjaan j. Tema Rekreasi k. Tema
Air, Udara, Dan Api l. Tema Negara m. Tema Alat Komunikasi n. Tema Gejala Alam o.
Tema Tata Surya p. Tema Kehidupan Kota, Desa, Pesisir, Dan Pegunungan

Menurut Trianto. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik. Jakarta:


Kencana. Moeslichatoen.2004. metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Rineka Cipta. Pendahuluan Perencanaan pembelajaran pada program PAUD
merupakan langkah awal yang sangat penting untuk memberikan arah yang tepat
dalam pelaksanaan proses pembelajaran, selain itu rencana pembelajaran disusun
untuk memberikan panduan dalam menyiapkan kegiatan pembelajaran yang sesuai
dengan kemampuan anak.

Dengan kata lain penyusunan rencana pembelajaran harus disesuaikan dengan


tahap perkembangan anak. Rencana pembelajaran yang tidak sesuai dengan tahap
perkembangan anak tidak atau kurang memberi manfaat bagi pengembangan
kemampuan anak, untuk itu disini kami akan membahas Komponen-komponen dalam
rencana pembelajaran yang meliputi tujuan yang ingin dicapai, konsep yang ingin
dibangun, metode, sarana, dan rencana waktu pelaksanaan merupakan acuan bagi
pendidik dalam menjalankan kegiatan pembelajaran yang sistematis.

Pembelajaran pada anak usia dini pada hakikatnya adalah pengembangan


kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah
pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan
potensi dan tugas perkembangan yang harus di kuasainya dalam rangka pencapaian
kompetensi yang di miliki oleh anak. Adapun proses pembelajaran terdiri atas
beberapa hal diantaranya:

1. Merancang suasana pembelajaran


2. a) Ruangan dan halaman di atur guna menumbuhkan atau membangkitkan
minat bereksplorasi anak dengan cara meletakkan media pembelajaran secara
menarik. Pengaturan ruangan dan halaman dapat disesuaikan dengan tema
mingguan
3. b) Metode pembelajaran yang dipilih hendaknya merangsang anak untuk
bereksplorasi (penjajakan), menemukan, dan memanfaatkan benda-benda di
sekitarnya
4. Menjalankan atau melaksanakan pembelajaran
5. a) Proses pembelajaran tidak perlu diatur dalam tata urutan yang ketat. Anak
hendaknya di beri kesempatan untuk memilih acara kegiatan pembelajarannya
6. b) Dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya, sebaiknya di mulai dengan
kegiatan yang dapat merangasang minat anak
7. c) Kegiatan yang dijalankan anak dalam satu hari hendaknya bervariasai
anatara kegiatan yang bersifat ramai dan kegiatan yang melatih konsentrasi
anak
8. Pengaturan Pengaturan proses pembelajaran lebih lanjut di atur dalam
pedoman pengelolaan proses pembelajaran.

Tujuan dan fungsi program pembelajaran Menurut catron dan allen (1999:23)
tujuan program pembelajaran adalah untuk mengoptimalkan perkembangan anak
secara menyeluruh serta terjadinya komunikasi interaktif. Menurut pendapat lain
Tujuan program pembelajaran adalah membantu meletakkan dasar ke arah
perkembanganan sikap pengetahuan, ketrampilan dan kreativitas yang diperlukan oleh
anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan
serta perkembangan pada tahapan berikutnya.

Adapun fungsi program pembelajaran diantaranya:

Untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak sesuai dengan tahap
perkembangannya Mengenalkan anak dengan dunia sekitar mengembangkan
sosialisasi anak mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak
memberikan kesempatan kepada anak untuk menikmatia masa bermainnya.

Prinsip-Prinsip Pembelajaran PAUD Berikut ini prinsip-prinsip pengembangan


rencana pembelajaran yang harus dipahami oleh tenaga pendidik PAUD :

1. Sesuai Dengan Tahap Perkembangan Anak Rencana pembelajaran disusun


untuk memberikan panduan dalam menyiapkan kegiatan pembelajaran yang
sesuai dengan kemampuan anak. Dengan kata lain penyusunan rencana
pembelajaran harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Rencana
pembelajaran yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak tidak atau
kurang memberi manfaat bagi pengembangan kemampuan anak. Sebagai
contoh untuk kelompok anak usia 2 tahun yang sudah dapat berjalan dengan
lancar, rencana pembelajaran yang berisi latihan berdiri tentunya tidak
menantang anak untuk berkembang lebih lanjut. Sebaliknya untuk kelompok
anak tersebut yang belum mengenal warna, kegiatan untuk membuat pola
warna tidak akan dapat dicapai anak. Mengetahui tahap perkembangan
kelompok usia anak dapat merujuk pada Standar Perkembangan.

2. Memenuhi Kebutuhan Belajar Anak Selain memperhatikan tahap


perkembangan anak, rencana pembelajaran juga harus dapat memenuhi
kebutuhan belajar anak secara individu karena setiap anak memiliki gaya
belajar yang berbeda. Meskipun pada umumnya anak pada kelompok usia
tertentu ada dalam tahap perkembangan yang sama, tetapi pada kenyataannya
setiap anak memiliki kekhasan masing- masing. Oleh karena itu dalam
menyusun rencana pembelajaran perlu juga memperhatikan kekhasan anak
secara individu. Memahami kekhasan dan kebutuhan pembelajaran masing-
masing anak dapat dilakukan melalui Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK)
di saat anak baru masuk program, atau dengan cara mengamati saat anak main.
DDTK adalah sekelompok instrumen yang digunakan untuk mendeteksi tahap
perkembangan anak. Apabila perencanaan pembelajaran disusun setelah
dilakukan penilaian, maka hasil penilaian perkembangan anak dapat dijadikan
dasar untuk membuat perencanaan pembelajaran berikutnya.

3. Menyeluruh (meliputi semua aspek perkembangan) Rencana pembelajaran yang


disusun harus mencakup semua aspek perkembangan anak yang meliputi:
moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, dan kemandirian, bahasa,
kognitif,

fisik/motorik dan seni sebagai satu kesatuan kegiatan pembelajaran yang


menyenangkan. Pada pendidikan anak usia dini pengembangan setiap aspek
perkembangan disampaikan dalam kegiatan pembelajaran yang terpadu dengan
menggunakan tema. Contoh: dengan tema pembelajaran ”Aku”, aspek yang
dikembangkan mencakup moral dan nilai-nilai agama (mengenal aku sebagai ciptaan
Tuhan), bahasa (menambah kosa kata tentang aku, menceritakan keluargaku, dll),
kognitif (menghitung jumlah anggota tubuh), sosial emosional (mengenal kesukaan dan
ketidaksukaanku), dan seterusnya.

Operasional

1. Tujuan Jelas dan dapat diukur: Perencanaan yang dibuat harus berisi tujuan
yang jelas dan ingin dicapai dalam pembelajaran. Seperti yang dipaparkan di
depan, tujuan yang ingin dicapai mencakup pengembangan semua kemampuan
anak. Penetapan indikator yang ingin dicapai dalam rencana pembelajaran
harus bertahap dan berkelanjutan, dimulai dari indikator paling sederhana,
konkrit ke yang lebih rumit. Jumlah indikator yang ditetapkan dalam tujuan
pun harus dibatasi sesuai dengan kemampuan. Tujuan yang dituangkan dalam
rencana pembelajaran pun harus dapat terukur, konkrit, dan dapat diamati.
2. Dapat Dilaksanakan: Perencanaan disusun sebagai acuan pelaksanaan
pembelajaran, karena itu penyusunan rencana pembelajaran harus dipastikan
dapat diterapkan dalam pembelajaran yang menyenangkan bagi anak. Agar
perencanaan dapat laksanakan maka harus memperhatikan sumber daya yang
ada (SDM, sarana dan prasarana, lingkungan/muatan lokal), serta sesuai
dengan tahapan perkembangan anak.
3. Mengoptimalkan Potensi Lingkungan Salah satu tujuan PAUD adalah
mengembangkan kemampuan anak dalam mengenal lingkungan sekitarnya.
Dengan kata lain anak diharapkan peka terhadap lingkungan tempat
tinggalnya. Anak dapat melihat lingkungan sebagai pusat sumber belajar,
sebagai potensi yang harus dioptimalkan dan sebagai wahana yang harus dijaga
kelestariannya. Karena itu pengembangan rencana belajar untuk PAUD harus
berakar pada lingkungan yang ada di sekitar anak.

Lingkungan yang dimaksud disini meliputi, lingkungan fisik yakni orang-orang


yang ada di sekitar anak (guru, pengelola, orang tua, masyarakat), benda-benda,
tumbuhan, binatang, dan bangunan sekitarnya, cuaca, alam sekitar. Selain lingkungan
fisk juga perlu memperhatikan lingkungan non fisik, yakni adat, budaya, nilai-nilai
keagamaan, seni, bahasa, dan lainnya. Lingkungan fisik maupun non fisik tersebut
diatas menjadi sumber belajar yang tidak ada habisnya untuk diolah menjadi bagian
dari perencanaan pembelajaran bagi anak usia dini.

Contoh: Tema : Tempat Beribadah, Sub tema : Masjid Kegiatan yang akan
dilaksanakan:

 Mendiskusikan perilaku yang diharapkan selama ada di masjid, kegiatan-


kegiatan yang dapat dilakukan di masjid.
 Mengajak anak langsung mengunjungi masjid untuk mengamati seluruh bagian
bangunan masjid.
 Memberi kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan pengalamannya
tentang masjid kedalam kegiatan-kegiatan seperti: melukis, menggambar,
menyusun balok, bermain pasir, membentuk dengan playdough, menggunting,
menyusun puzle, dll. Mengoptimalkan potensi lingkungan juga dapat diartikan
dengan memanfaatkan semua benda dan alat yang ada di lingkungan sebagai
APE yang dapat dikembangkan sendiri oleh guru bersama anak sebagai salah
satu alternatif mengatasi kekurangan atau keterbatasan APE yang dimiliki.

Metode Pembelajaran pada PAUD 1. Metode Pembelajaran Bermain a. Rasional


metode pembelajaran melalui bermain Kegiatan bermain juga dapat dijadikan sebagai
metode pembelajaran. Kegiatan bermain adalah yang yang paling disukai oleh anak-
anak. Ketika bermain anak-anak merasa gembira, tidak ada beban apa pun dalam
pikiran. Suasana hati senantiasa ceria. Dalam keceriaan inilah, guru bisa dengan
mudah menyelipkan ajaran-ajarannya.

Ahli psikologi dan pendidikan berpendapat bahwa bermain merupakan pekerjaan


anak- anak dan cermin pertumbuhan anak. Melalui bermain, seluruh potensi
kecerdasan yang dimiliki oleh anak dapat dikembangkan. Ada sebelas pengaruh
bermain bagi perkembangan anak, yaitu: 1) Perkembangan fisik; 2) Dorongan
berkomunikasi; 3) Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam; 4) Penyaluran
bagi keinginan dan kebutuhan; 5) Sumber belajar; 6) Rangsangan bagi kreativitas; 7)
Perkembangan wawasan diri; 8) Belajar bermasyarakat; 9) Standar moral; 10) Belajar
bermain sesuai dengan peran jenis kelamin; dan 11) Perkembangan ciri kepribadian
yang diinginkan.

Format pembelajaran melalui bermain Metode pembelajaran melalui bermain


terdiri dari tiga langkah utama, yaitu:

(1) Tahap Prabermain Tahap prabermain terdiri dari dua macam kegiatan persiapan,
yaitu kegiatan penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan bermain dan kegiatan
penyiapan bahan dan peralatan.

(2) Tahap Bermain Terdiri dari rangkaian kegiatan berikut: (a) Semua anak menuju
tempat yang sudah disediakan untuk bermain; (b) Dengan bimbingan guru, peserta
permainan mulai melakukan tugasnya masing-masing; (c) Setelah kegiatan selesai,
setiap anak menata kembali bahan dan peralatan bermainnya; (d)Anak-anak mencuci
tangan.

(3) Tahap Penutup (a) Menarik perhatian anak tentang aspek-aspek penting dalam
membangun sesuatu; (b) Menghubungkan pengalaman anak dalam bermain yang baru
saja dilakukan dengan pengalaman lain; (c) Menunjukkan aspek-aspek penting dalam
bekerja secara kelompok; (d)Menekankan pentingnya kerja sama. 2. Metode
Pembelajaran Melalui bercerita a. Rasional metode pembelajaran melalui bercerita
Metode bercerita merupakan salah satu metode yang banyak dipergunakan di PAUD.
Metode tersebut dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak PAUD dengan
membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus
menarik dan mengundang perhatian anak serta tidak lepas dari tujuan pembelajaran
bagi anak PAUD. Penggunaan metode bercerita haruslah memperhatikan hal-hal
sebagai berikut: 1) Isi cerita harus terikat dengan dunia kehidupan anak TK. 2)
Kegiatan bercerita diusahakan dapat memberikan perrasaan gembira, lucu, dan
mengasyikkan sesuai dengan dunia kehidupan anak yang penuh sukacita. 3) Kegiatan
bercerita harus diiusahakan menjadi pengalaman bagi anak TK yang bersifat unik dan
menarik.

Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan bercerita atau mendongeng adalah:
1) Mengembangkan imajinasi anak; 2) Menambah pengalaman; 3) Melatih daya
konsentrasi; 4) Menambah perbendaharaan kata; 5) Menciptakan suasana yang akrab;
6) Melatih daya tangkap; 7) Mengembangkan perasaan sosial; 8) Mengembangkan
emosi anak; 9) Berlatih mendengarkan; 10) Mengenal nilai-nilai yang positif dan
negatif; 11) Menambah pengetahuan. b. Format pembelajaran melalui bercerita
Metode pembelajaran melalui bercerita terdiri dari lima langkah, antara lain yaitu: 1)
Menentukan tujuan dan tema cerita 2) Menentukan bentuk bercerita yang dipilih 3)
Menentukan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita 4) Menetapkan
rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita, yang terdiri dari: a) menyampaikan
tujuan dan tema cerita; b) mengatur tempat duduk; c) melaksanakan kegiatan
pembukaan; d) mengembangkan cerita; e) menetapkan teknik bertutur; f) mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan cerita. 5) Menetapkan rancangan penilaian kegiatan
bercerita. 3. Metode Pembelajaran Melalui bernyanyi

Rasional metode pembelajaran melalui bernyanyi menyatakan bahwa bernyanyi


memiliki banyak manfaat untuk praktik pendidikan anak dan perkembangan
pribadinya secara luas karena: 1) bernyanyi bersifat menyenangkan; 2) bernyanyi
dapat dipakai untuk mengatasi kecemasan; 3) bernyanyi merupakan media untuk
mengekspresikan perasaan; 4) bernyanyi dapat membangun rasa percaya diri anak; 5)
bernyanyi dapat membantu daya ingat anak; 6) bernyanyi dapat mengembangkan rasa
humor; dan 7) bernyanyi dapat membantu pengembangan keterampilan berfikir dan
kemampuan motorik anak; serta dapat meningkatkan keeratan dalam sebuah
kelompok. Kegiatan bernyanyi merupakan salah satu kegiatan yang sangat digemari
oleh anak-anak. Hampir setiap anak menikmati lagu-lagu atau nyanyian yang
didengarkan, lebih-lebih jika nyanyian tersebut dibawakan oleh anak-anak seusianya
dan diikuti dengan gerakan-gerakan yang sederhana. Melalui nyanyian atau lagu,
banyak hal yang dapat kita pesankan kepada anak-anak, terutama pesan-pesan moral
dan nilai-nilai agama.

4. Sintaks pembelajaran melalui bernyanyi Metode pembelajaran melalui


bernyanyi terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: 1) Tahap perrencanaan,
(penetapan tujuan pembelajaran, penetapan materi pembelajaran, menetapkan
metode dan teknik pembelajaran, dan menetapkan evaluasi pembelajaran) 2)
Tahap pelaksanaan, yang terdiri dari: al: guru memperkenalkan lagu mbahan:
anak diajak mendramatisikan lagu. 3) Tahap penilaian dilakukan dengan
memakai pedoman observasi untuk mengetahui sejauh mana perkembangan
yang telah dicapai oleh anak. 4. Metode Pembelajaran Terpadu a. Rasional
metode pembelajaran terpadu Pembelajaran terpadu, pembelajaran yang
mengintegrasikan ke dalam semua bidang kurikulum atau bidang-bidang
pengembangan, berbagai kemampuan yang dimiliki oleh anak dapat
berkembang secara optimal. b. Manfaat metode pembelajaran terpadu Ada
beberapa manfaat dari metode pembelajaran terpadu, yaitu meningkatkan
perkembangan konsep anak, memungkinkan anak untuk mengeksplorasikan
pengetahuan,

Membantu guru dan praktisi lainnya untuk mengembangkan kemampuan


profesionalnya, dapat dilaksanakan pada jenjang yang berbeda. Sintak pembelaajaran
terpadu Prosedur pelaksanaan pembelajaran terpadu terdiri dari langkah-langkah
berikut: 1. Memilih tema, 2. Penjabaran tema, 3. Perencanaan, 4. Pelaksanaan, 5.
Penilaian 5. Metode Pembelajaran Karya Wisata a. Rasionalisasi metode pembelajaran
karya wisata Karya wisata merupakan salah satu metode pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada anak-anak untuk mengamati, memperoleh informasi, dan
mengkaji dunia secara langsung, seperti binatang, tanaman, dan benda-benda lain yang
ada di sekitar anak. b. Format metode pembelajaran karya wisata Secara umum,
rancangan kegiatan yang dapat disiapkan oleh pamong PAUS adalah:

1) Menentukan sasaran dan lokasi, 2) Melakukan observasi lokasi dan hubungan


dengan pengelola lokasi, 3) Merumuskan program kegiatan, 4) Membentuk panitia
pelaksana (bila perlu), 5) Mmenyiapkan bahan dan alat serta perlengkapan yang
deperlukan, 6) Merumuskan tata tertib kegiatan, 7) Meminta izin dan partisipasi orang
tua 6. Metode Pembelajaran Demonstrasi a. Rasionalisasi metode pembelajaran
demonstrasi Metode ini menekan pada cara-cara mengerjakan sesuatu dengan
penjelasan, petunjuk, dan peragaan secara langsung. Melalui metode ini, diharapkan
anak-anak dapat mengenal langkah- langkah pelaksanaan dalam melakukan suatu
kegiatan, yang pada gilirannnya anak-anak diharapkan dapat meniru dan melakukan
apa yang didemonstrasikan oleh pamong. b. Format metode pembelajaran demonstrasi
Secara umum, rancangan yang dapat dibuat meliputi: 1) Menetapkan tujuan dan tema
kegiatan, 2) Menentukan bentuk demonstrasi yang dipilih, 3) Menyiapkan alat dan
bahan, 4) Menetapkan langkah-langkah kegiatan, Menetapkan penilaian kegiatan.

5. Metode Pembelajaran Bercakap-cakap (Berdialog) Kegiatan bercakap-cakap


atau berdialog dapat diartikan saling mengomunikasikan pikiran, perasaan, dan
kebutuhan secara verbal untuk mewujudkan bahasa reseptif yang meliputi
kemampuan mendengarkan dan memahami pembicaraan orang lain dan bahasa
ekspresif yang meliputi kemampuan menyatakan pendapat, gagasan, dan
kebutuhan kepada orang lain. Seorang pamong PAUD hendaknya berupaya
untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam berdialog. Upayakan
menggunakan kata-kata yang positif, penuh dengan penghargaan dan pujian,
serta kata-kata yang santun dan lembut, misalnya kata trima kasih, pintar,
alhamdulillah, luar biasa, permisi, subhanallah dan lain-lain.
6. Metode Pembelajaran Pemberian Tugas Metode pemberian tugas ini diberikan
kepada anak semata-mata hanya untuk melatih persepsi pendengaran,
meningkatkan kemampuan bahasa reseptif anak, memusatkan perhatian, dan
membangun motivasi anak bukan untuk melihat hasilnya. Oleh karena itu,
sebaiknya dihindari pemberian tugas yang bersifat memaksa, mendikte,
membatasi kreativitas anak, terus-menerus, dalam bentuk pekerjaan rumah,
atau tugas-tugas lain yang membuat anak justru merasa terpaksa, tertekan,
membuat anak bosan, bahkan mungkin sampai pada tingkat frustasi.
7. Metode Pembelajaran Sentra dan Lingkaran (Seling) Metode ini menekan pada
pembelajaran sistem sentra, sementara intervensi pamong dalam pembelajaran
lebih diminimalisasi. Pembelajaran dengan metode ini mengacu pada empat
pijakan yang ada, yaitu sebagai berikut: a. Pijakan lingkaran main b. Pijakan
pengalaman sebelum bermain c. Pijakan pengalaman main setiap anak d.
Pijakan pengalaman setelah main Empat pijakan tersebut merupakan pijakan
yang bersifat umum yang harus dilakukan oleh pamong PAUD dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan metode sentra.
8. Metode Pembelajaran Quantum Teaching Metode ini tergolong relatif baru
dalam PAUD karena pada umumnya metode ini digunakan untuk pendidikan
formal. Metode Quantum Teaching , peran otak kanan dan kiri dapat
dioptimalkan. Metode ini juga mampu mengakomodasi modalitas belajar anak
(visual, auditorial, kinestetik). Selain itu, metode ini juga mengoptimalkan
potensi kecerdasan majemuk yang dimiliki anak sehingga dengan menggunakan
metode ini suasana belajar akan lebih bergairah, hidup, menyenangkan, tidak
membosankan, dinamis, dan nyaman sehingga anak-anak lebih betah selama
belajar.

Rencana pembelaharan PAUD operasional yang dijadikan acuan bagi guru untuk
mengelola kegiatan bermain untuk mendukung anak dalam proses belajar. Rencana
pelaksanaan pembelajaran dibuat sebelum pelaksanaan pembelajaran. Rencana
pembelajaran harus mengacu kepada karakteristik (usia, sosial budaya dan kebutuhan
individual) anak yang terlibat dalam pembelajaran. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran sebagai acuan guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk:

1. mendukung keberhasilan pelaksanaan pembelajaran


2. mengarahkan guru untuk menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan,
3. mengarahkan guru untuk membangun sikap, pengetahuan dan keterampilan
yang diharapkan dimiliki anak

Mendukung keberhasilan pelaksanaan pembelajaran Menyusun Alur Perencanaan


Pembelajaran PAUD Dalam meyusun alur perencanaan pembelajaran PAUD perlu
mengetahui beberapa hal berikut ini :

1. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan (STPP) Standar Tingkat


Pencapaian Perkembangan Anak merupakan kriteria minimal tentang
kualifikasi perkembangan anak yang mencakup aspek nilai agama dan
moral,fisik motorik,kognitif,bahasa,sosial- emosional,dan seni. Lebih lanjut
tentang STPP.

2. Kompentensi Inti (KI) Kompetensi Inti (KI) pada Kurikulum2013 Pendidikan


Anak Usia Dini merupakan tingkat kemampuan untukmencapai STPP yang
harus dimiliki peserta didik PAUD pada usia 6 tahun. Jadi Kompetensi Inti
merupakan operasionalisasi dari STPP dalam bentuk kualitas yang harus
dimiliki anak dengan berbagai kegiatan pembelajaran melalui bermain yang
dilakukan di satuan PAUD. Kualitas tersebut berisi gambaran mengenai
kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Pembelajaran untuk suatu tema pembelajaran
pada PAUD yang mengacu pada Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar
dikembangkan berdasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat dan
memperkaya antar program pengembangan. Dalam merumuskan Kompetensi
Dasar juga memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal,serta
ciri dari suatu program . Kompetensi Dasar(KD) PAUD dibahas lengkap Disini

3. Menurunkan KD menjadi Materi/Muatan Ajar Pada pembelajaran PAUD hal


yang terpenting adalah proses belajar yang menumbuhkan anak senang belajar,
senang melakukan proses saintis, BUKAN menekankan pada penguasaan materi
karena penilaian atau assessmen pada program merujuk pada tahap
perkembangan. Contoh menurunkan KD menjadi Muatan Ajar PAUD Namun
demikian proses pembelajaran pada anak usia dini yang dilakukan melalui
kegiatan bermain juga memberikan penambahan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan anak yang sesuai dengan Kompetensi Dasar dengan
memperhatikan kemampuan yang sesuai tahap perkembangan anak pada usia
tertentu pada umumnya

Oleh karena itu pendidik juga harus mampu menurunkan materi yang sesuai
dengan Kompetensi Dasar. Dampak Sosial dan Dampak Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) Pendidikan yang bermutu mampu memberi kontribusi
untuk anak-anak berkebutuhan khusus dalam mendapatkan layanan pendidikan yang
layak seperti anak-anak pada umumnya. pendidikan baik dampak negatif maupun
positif. DAMPAKSOSIAL v Dampak negatif Kelemahan pada faktor psikologis,
beberapa orang tua dari anak berkebutuhan khusus mengalami ketidaknyamanan
secara sosial baik di lingkup keluarga besar maupun dalam masyarakat, antara lain :

1. Ada rasa malu atau tidak percaya diri membawa anak mereka ke lingkungan
keluarga besar atau masyarakat
2. Merasa anak berkebutuhan khusus memiliki kekurangan
3. Orang tua merasa enggan memasukkan ke sekolah karena malu, minimnya
biaya untuk sekolah, minimnya pengetahuan dan pengalaman orang tua, dan
kendala operasional sekolah reguler.
4. Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari
5. Sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar
6. Kesulitan dalam penyaluran tenaga kerja
7. Masalah gangguan kepribadian dan emosi Dampak positif Anak berkebutuhan
khusus sama dengan anak pada umumnya, mereka mendapatkan hak yang
sama dalam layanan pendidikan.

Berikut dampak positif adanya anak berkebutuhan khusus, antara lain :

1. Membelajarkan manusia normal untuk hidup berdampingan dengan anak


berkebutuhan khusus.
2. Membelajarkan masyarakat bagaimana memperlakukan anak berkebutuhan
khusus
3. Berinteraksi sosial dan mererima anak berkebutuhan khusus dengan baik
4. Menimbulkan kasih sayang, menghargai, menolong, empati, dan berbagi
sehingga lingkungan kondusif dan membantu perkembangan anak
berkebutuhan khusus
Dampak negatif Anak berkebutuhan khusus memiliki hak memperoleh pendidikan
seperti anak pada umumnya, hanya saja hingga saat ini masih terdapat kendala, antara
lain :

1. Operasional pendidikan anak berkebutuhan khusus dengan biaya tinggi


2. Kurangnya sosialisasi tentang layanan pendidikan inklusi pada masyarakat
3. Sulit memanfaatkan waktu luang

mengembangkan SELURUH POTENSI PERKEMBANGAN yang dimiliki oleh setiap


anak pengembangan program pembelajaran bagi anak usia dini seharusnya sarat dgn
aktivitas bermain yg mengutamakan adanya KEBEBASAN

Bagi anak untuk BEREKSPLORASI DAN BERKREATIVITAS,


Sedangkan orang dewasa seharusnya lebih berperan sebagai FASILITATOR
Pada saat anak membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
(Albrecht n Miller,2000: 216-218)

KURIKULUM ADALAH SEPERANGKAT RENCANA DAN PENGATURAN


MENGENAI TUJUAN, ISI DAN BAHAN PELAJARAN SERTA CARA YANG
DIGUNAKAN SEBAGAI PEDOMAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN
PEMBELAJARAN UNTUK MENCAPAI TUJUAN PENDIDIKAN TERTENTU
(UU SISDIKNAS NO 20 THN 2003, BAB I, PSL 1 AYAT 19)

KARAKTERISTIK ANAK USIA DINI YAITU:

 Anak adalah pembelajar yang aktif


 Anak belajar melalui sensori dan panca indera
 Anak membangun pengetahuan sendiri
 Anak berpikir melalui benda konkret
 Anak belajar dari lingkungannya

PENGERTIAN PERENCANAAN

Menggambarkan aktivitas secara keseluruhan sebelum kegiatan yang


sesungguhnya
Dilaksanakan.Gambaran kegiatan yang akan dilakukan dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran di lembaga PAUD

 Perencanaan yang baik = 50% keberhasilan


 Gagal merencanakan = merencanaka kegagalan
 Sebagai acuan bagi pendidik/kader/orangtua dalam mengelola
pembelajaran/aktivitas bermain
Dua aktifitas utama dalam merenanakan

 Berpikir keras
 menuliskan Secara Tepat
 Menggambarkan aktivitas secara keseluruhan sebelum kegiatan yang
sesungguhnya dilaksanakan

Gambaran kegiatan yang akan dilakukan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran
di
lembaga PAUD

YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PENYUSUNAN


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

—Rencana pembelajaran harus sesuai dengan indikator perkembangan anak


—Rencana pembelajaran harus mengembangkan semua aspek perkembangan
— Rencana pembelajaran harus memuat rencana kegiatan yang membolehkan anak
berekplorasi dan berkreasi sesuai dengan kebutuhan perkembangannya
—Rencana pembelajaran harus bersifat rasional, dapat dilaksanakan, dengan didukung
oleh bahan dan alat yang dapat dimainkan anak
—Rencana pembelajaran dapat dibungkus oleh tema sebaga topik bahasan
— Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk proyek yang dilaksanakan
dalam sentra

1.Kalender Program Tahunan Sekolah

2.Tema yang dipilih

3.Pemilihan indikator u/ pembelajaran dengan memperhatikan: keterkaitan dengan


tema, urutan dari yang mudah ke yg sulit, dr kongkret ke abstrak.

Program Tahunan TAHAP II

1.Indikator yg dipilih sesuai dengan kelompok usia

2.Tema terpilih

3.Kegiatan

– kegiatan yang terkait dengan tema.

1. Wawasan pendidik ttg tema


2. Alokasi waktu
3. Lagu, sajak, cerita pendukung
4. Bahan bacaan/narasumber
5. Kosa kata yang ingin dikembangkan

Program Semester & Bulanan TAHAP III

1.Indikator yang dipilih berdasarkan minat anak

2. hasil evaluasi terhadap anak


3. Ketersediaan bahan/alat/ media
4. Tempat yang digunakan
5. Kejadian-kejadian terkini/situasi-situasi khusus

Program mingguan tahap 1V

1.Keunikan anak secara Individual

2.Data pengamatan anak hari sebelumnya

3.Daftar pertanyaan terbuka

4. Persiapan pengayaan konsep


5. Pijakan atau dukungan spesifik untuk setiap anak
6. Pencatatan hasil pengamatan terhadap setiap anak dan komentar

Program Harian Kemampuan dasar dalam menu generik/Standar

Tingkat Pencapaian Perkembangan

No

Aspek Perkembangan Kemampuan yang dikembangkan (menu generik)

Kemampuan yang dikembangkan ( standar PAUD)

1 Agama dan moral

 Nilai dan adab kesopanan

2 Fisik

 Kemampuan dalam mengkoordinasikan beberapa gerakan kasar

. Kemampuan mengontrol otot-otot kecil


. Koordinasi mata dan tangan

 Motorik Kasar dan halus, kesehatan fisik.

3 Bahasa kemampuan mendengar, berbicara, membaca, menulis, menerima bahasa,


mengungkapkan bahasa, keaksaraan .
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh
dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.
Sedangkan dalam arti sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa)
yang diserahkan kepada seorang pendidik (Yusrina, 2006).

Dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah individu atau manusia yang secara
sadar berkeinginan untuk mengembangkan potensi dirinya (jasmani dan rohani)
melalui proses kegiatan belajar mengajar yang tersedia pada jenjang atau tingkat dan
jenis pendidikan tertentu.

Menurut Hendayat Soetopo dan Wanty Soemato (1982) pengelolaan peserta didik
merupakan suatu penataan atau pengaturan segala aktvitas yang berkaitan dengan
peserta didik diantaranya, yaitu mulai masuknya peserta didik sampai dengan
keluarnya peserta didik dari suatu sekolah atau suatu lembaga.

Pengelolaan peserta didik adalah suatu pencatatan siswa dari proses penerimaan
hingga siswa tersebut tamat dari sekolah atau keluar karena pindah sekolah atau sebab
lain.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.warna-sahabat.com/2014/06/contoh-makalah-pengelolaan-peserta.html.
diakses pada tanggal 2 april 2015

http://aanhendroanto.blogspot.com/2012/10/pengertian-dan-ruang-lingkup-
manajemen.html. di akses tanggal 4 april 2015
https://solehhamdani.wordpress.com/sosiologi/manajemen-peserta-didik/

http://manajemensekolah24.blogspot.com/2012/10/manajemen-peserta-didik.html
DAFTAR PUSTAKA


http://idb4.wikispaces.com/file/view/rc02pengaruh+PAI+terhadap+pembentukan+akhl
ak+siswa.pdf, diakses tanggal 01 November 2017, pukul 22.00 WIB)
 Sagala, Dr. Syaiful, M.Pd. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat. Jakarta:
Nimas Multima.
 Siti Aminarti.2011. Manajemen Sekolah Pengelola Pendidikan Secara Mandiri.
Jogjakarta: AR-MZ Media
 Suharsimi Arikunto.1993.Organisasi dan Administrasi Pendidikan.Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai