Anda di halaman 1dari 14

1.

Tantangan, Organisasi dan Manajemen Pendidikan

1.1 Tantangan Penyelenggaraan Pendidikan Lokal, Nasional dan Global


Seorang manajer pendidikan yang cakap harus mengetahui kenyataan-
kenyataan yang terjadi dalam lingkup penyelenggaraan pendidikan baik itu
dalam cakupan lokal, nasional maupun lokal. Kenyataan-kenyataan yang terjadi
menjadi suatu tantangan tersendiri bagi seorang manajer/administrator
pendidikan yang harus dihadapi dan dipecahkan secara bersama alternati solusi
pemecahan masalahnya.

Dalam cakupan lokal banyak hal yang menjadi tantangan-tantangan


penyelenggaraan pendidikan kita, misalnya anak-anak usia sekolah yang harus
menerima pendidikan yang sesuai, tenaga pendidik yang harus diangkat,
disejahterakan dengan menerima gaji dan insentif yang layak, pengelolaan dana-
dan kegiatan sekolah yang semakin berkembang dan harus mengacu pada
prinsip akuntabilitas. Ditambah lagi dengan perbaikan pengajaran dan
membantu guru agar dapat tumbuh berkembang secara profesional. Semua hal
diatas menjadi menjadi beban dan tantangan yang harus dipahami dan tentunya
harus secara bersama oleh manajer administrator pendidikan, masyarakat dan
pemangku kebijakan yaitu pemerintah.

Secara lingkup nasional, tantangan penndidikan pun timbul, dalam


bukunya Sutisna,O (1983:10) menyebutkan bahwa ada kenyataan lain yang
sanat fundamental yang dihadapi administrator pendidikan dewasa ini ialah
maksud-maksud yang terkandung dalam pembangunan nasional antara lain yaitu
:

a. Membangun manusia- manusia pembangunan

Sesuai dengan ketetapan MPR-RI tentang GBHN tahun 1973 Bidang


pendidikan telah disebutkan bahwa terdapat usaha membentuk manusia-
manusia pembangunan yang ber Pancasila. Pembangunan sering
dirumuskan sebagai pertumbuhan dan perubahan sosial, kutural maupun
ekonomi, dan bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini berarti
administrator pendidikan selaku orang yang bertanggung jawab tentang
pelaksanaan-pelaksanaan diminta untuk menyediakan jenis dan program
pendidikan yang akan mengembangkan sumber dana manusia untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pertumbuhan ekonomi, perubahan
sosial, dan pembangunan kebudayaan.

Oleh karena itu, seorang manajer/administrator pendidikan harus


memikirkan suatu pendidikan pembangunan bagi semua kaum muda
termasuk mereka yang gagal dan menyelesaikan program-program yang
konvensional. Ia harus menyelenggarakan program-program bagi
keutamaan individu sehingga setiap murid dapat mencapai
perkembangan pribadinya dengan kecepatan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia harus menciptakan kurikulum dan pengajaran yang
relevan dengan pembangunan dan yang dijiwai oleh semangat
pembaruan yang menekankan eksplorasi dan teknik-teknik yang kreatif
untuk mendorong inovasi dan mengembangkan keterampilan bekerja.
Sehingga kaum muda akan mampu untuk ikut serta dalam pembangunan
dengan cerdas disertai rasa tanggung jawab sosial yang kuat serta
dedikasi yang tinggi terhadap masa depan Indonesia.

Seorang manajer/administrator pendidikan harus melakukan


perubahan-perubahan fundamental dalam stuktur pendidikan yang
sekarang, dalam kurikulum dan metode mengajar, dan dalam maanjemen
pendidikan. Dengan kata lain, pembaruan pendidikan memerlukan
penilaian kembali tujuan dan sasaran-sasaran pendidikan yang berlaku
maupun tentang kemampuan administrator pendidikan yang sekarang
dan yang akan datang.

b. Inovasi Pendidikan
Pembaruan pendidikan yang diperlukan tidak hanya terpaut pada
pembaruan kurikulum, buku pelajaran dan metode mengajar. Pembaruan
pendidikan akan harus disertai perluasan dan perubahan stuktur
institusional (lembaga-lembaga perencanaan, penelitian dan penilaian;
radio dan TV pendidikan; pusat-pusat pengembangan pengajaran ilmu
alam, matematika, dan seterusnya; pusat komputer; pusat-usat penataran
guru dan pembinaan pendidikan, dan sebagainya; pengadaan tenaga
bantu untuk memberikan jasa-jasa khusus kepada administrasi
(perencana, peneliti, dan penilai pendidikan; tenaga ahli di bidang
perpustakaan, bimbingan dan penyuluhan, danteknologi, dan seterusnya);
kebijaksanaan baru tentang pengadaan dan penggunaan sumber-sumber
material serta penerapan teknologi modern yang bertalian dengan
peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan. Singkatnya pembaruan
pendidikan memerlukan inovasi-inovasi di seluruh bagian sistem
pendidikan.
Websters New World dictionary (dalam Sutisna, O 1983:12)
mendefinisikan inovasi sebagai : (1) tindakan atau proses pembaruan; (2)
sesuatu yang baru diperkenalkan; metode, kebiasaan, alat dan seterusnya
yang baru; perubahan dalam cara melaksanakan sesuatu. Jadi inovasi
adalah selalu suatu perubahan yang baru dan kualitatif berbeda dengan
keadaan sebelumnya. Perubahan itu didasarkan pada suatu pertimbangan
yang teliti dengan maksud untuk meningkatkan kemampuan guna
mencapai hasil-hasil yang lebih baik. Inovasi karenanya lebih dari
sekedar menambah jumlah unsur-unsur bagian yang telah ada
sebelumnya. Tindakan menambah anggaranbelanja pendidikan supaya
dapat mengadakan lebih banyak guru, murid, ruang kelas, buku dan
seterusnya, misalnya meskipun perlu dan penting bukan merupakan
tindakan inovatif. Tetapi mengatur kembali pengelompokkan mata
pelajaran dan murid, alokasi dan pemakaian ruang dan waktu, dan cara
mengajar sehingga dengan tenaga, uang dan fasilitas yang sama dapat
dicapai hasil pendidikan yang lebih banyak dengan mutu yang lebih baik,
itulah tindakan inovatif. Dengan kata lain, tujuan utama inovasi
pendidikan adalah peningkatan dan pengembangan administrasi
pendidikan sehingga tercapailah pendidikan yang efektif, efesien dan
fungsional.
c. Guru dan pembaharuan pendidikan
Pada setiap usaha pembaruan pendidikan, jelas masalah guru akan
muncul. Perubahan kurikulum dan teknik mengajar serta buku dan
alat pelajaran modern, teknologi pendidikan baru-semuanya adalah
saran dan aspirasi yang sebenarnya ditujukan kepada para guru.
Sebabnya ialah karena semangat baru pendidikan, tak dapat tidak,
harus pula semangat mereka yang melaksanakan kegiatan pendidikan
Para perancang pembaharuan dapat membangun gedung baru,
membuat perubahan dalam kurikulum, menetapkan metode mengajar
dan buku pelajaran baru. Semua itu akhirnya bergantung pada guru
yang diberi kewajiban untuk menerapkannya. Fasilitas fisik yang
serba lengkap, alat dan perlengkapan yang paling modern, dana yang
mencukupi sudah tentu memudahkan pekerjaan. Tetapi, pada kata
akhir mutu pendidikan bergantung pada mutu personil pengajar- the
man behind the gun. Tak diragukan, guru yang baik dapat
memperpanjang beberapa kali kemungkinan berhasilnya pendidikan
yang paling baik. Sebaliknya guru yang buruk bisa
membahayakannya secara tak dapat diperbaiki. Jadi, inovasi yang
diperlukan untuk pembaruan pendidikan harus pula meliputi program
persiapan bakal guru dan program penataran bagi mereka yang telah
bekerja.
Selain dalam cakupan lokal dan nasional, tantangan pendidikan pun
timbul seiring dengan adanya era globalisasi. Menghadapi era globalisasi,
diperlukan suatu visi yang dapat diwujudkan dengan misi-misi yang kuat.
Menurut Tilaar (1997:12) Minimal ada enam komponen yang akan menentukan
perubahan, yaitu: (1) adanya visi yang jelas, (2) misi berupa rumusan langkah-
langkah kunci untuk mulai melakukan inisiatif, mengevaluasi dan mempertajam
bentuk kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam visi, (3)
rancangan kerja, (4) sumber daya, (5) keterampilan profesional, dan (6) motivasi
dan Insentif
Tantangan terbesar bagi penyelenggaraan pendidikan dalam cakupan
global ini adalah mendiptakn sumber-sumber saya manusia yang berkualitas
yaitu dengan peningkatan kemampuan intelektual termasuk penguasaan,
penerapan, dan pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi agar
penguasaan tersebut dapat meningkatkan kualitas hidup tentunya. Manusia
Indonesia yang berkualitas dituntut memiliki daya saing yang tinggi di tengah-
tengah kehidupan globalisasi inu. Penguasaan intelektual menjadi dasar utama
dan tentunya harus seimbang dengan peningkatan kemampuan etis dan moral
serta agama sebagai sumber nilai-nilai etika dan moral.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa
perubahan di hampir seluruh aspek kehidupan manusia dimana hampir semua
permasalahan dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selain manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi
perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global
yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka
sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas
sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya
manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah,
intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa
ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut.
Dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia, pendidikan
memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatannya. Sadar akan
pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, sebaiknya
pemerintah bersama masyarakatnya bersama-sama berupaya mewujudkan
amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih
berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan
sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan
materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
1.2 Organisasi Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional

Organisasi adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari


kehidupan umat manusia, karena pada hakikatnya manusia adalah mahluk sosial
yang tidak bisa hidup secara sendiri-sendiri. Organisasi dibentuk dan di desain tidak
lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Banyak para ahli yang mendefinisikan
organisasi, seperti yang dikemukakan oleh Robbin, Stephen. P (1994:4)
mendefinisikan organisasi sebagai, Kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan
secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja
atas yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau
sekelompok tujuan.
Organisasi tersusun oleh beberapa komponen. Seperti yang dikemukakan
oleh Oconnor, T (dalam buku Manajemen Pendidikan, Tim Dosen Adpend UPI,
2009:70) menyatakan bahwa, organsasi setidaknya harus memiliki empat
komponen utama yaitu :
1. Misi (Mission) adalah alasan utama keberadaan suatu organisasi
2. Tujuan (Goals) adalah sesuatu yang ingin dituju dapat berupa tujuan-
tujuan umum atau tujuan divisi-divisi fungsional organisasi yang
dihubungkan dengan stakeholder organisasi.
3. Sasaran-sasaran (Objectives) yaitu hasil/sasaran yang spesifik,
terukur dan terkait dengan tujuan. Sasaran ini biasanya
mencantumkan batasan waktu dan siapa yang bertanggung jawab
terhadap sasaran tersebut.
4. Perilaku (Behaviour), biasanya mengacu pada produktivitas dari
tugas-tugas rutin pegawai. Pertanggung jawaban perilaku dalam
pencapaian tujuan merupakan fungsi personalia. Dalam kebanyakan
desain organisasi formal, komunikasi berada diantara perilaku dan
tujuan.
Adapun jenis-jenis organisasi diklasifikasikan ke dalam dua bagian, yaitu
:
1. Organisasi Formal
Organisasi formal adalah organisasi yang dicirikan oleh stuktur
organisasi. Keberadaan stuktur organisasi menjadi pembeda utama
antara organisasi formal dan informal. Stuktur organisasi formal
dimaksudkan untuk menyediakan penugasan kewajiban dan tanggung
jawab kepada personil dan untuk membangun hubungan tertentu
diantara orang-orang pada berbagai kedudukan (Oteng, Sutisna,
1993:207). Sekolah dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah
Menengah Atas merupakan contoh dari sebuah organisasi formal.
Stuktur dalam organisasi formal memperlihatkn unsur-unsur
administratif sebagai berikut ( Sutisna.O, 1993:208):
a. Kedudukan
Stuktur menggambarkan letak/posisi setiap orang dalam
organisasi tanpa kecuali. Kedudukan seseorang dalam stuktur
organisasi mencerminkan sejumlah kewajiban sebagai bagian
dari upaya pencapaian hak-hak yang dimiliki secara formal
dalam posisi yang didudukinya. Sebagai contoh, kepala
sekolah adalah salah satu kedudukan dalam stuktur organisasi
sekolah. Kedudukan sebagai kepala sekolah ini
mencerminkan adanya sebuah kewajiban yang harus
dilakukan pemangku jabatan sebagai pimpinan dan manajer
sekolah, juga memperlihatkan adanya hak-hak yang diterima
secara formal manakala seseorang menjabat sebagai kepala
sekolah.
b. Hirearki Kekuasaan
Stuktur digambarkan sebagai suatu rangkaian hubungan
antara satu orang dengan orang lainnya dalam suatu
organisasi. Rangkaian hubungan ini mencerminkan sutau
hirearki kekuasaan yang inheren dalam setiap kedudukan.
Tanggung jawab merupakan suatu istilah yang melekat dalam
setiap kedudukan dan hirearki kekuasaan di dalam organisasi.
Adanya hirearki kekuasaan menunjukkan bahwa pencapaian
tujuan organisasi dibagi ke dalam berbagai komponen
organisasi dan diimplementasikan secara sinergi melalui
hierarki kekuasaan masing-masing yang dikoordinasikan dan
dipimpin oleh manajer puncak. Dalam organisasi
persekolahan, hierarki kekuasaan tertinggi adalah kepala
sekolah
c. Kedudukan Garis dan Staf
Organisasi garis menegaskan struktur pengambilan
keputusan, jalan permohonan dan saluran komunikasi resmi
untuk melaporkan informasi dan mengeluarkan instruksi,
perintah, dan petunjuk pelaksanaan. Kedudukan garis ialah
kedudukan yang diserahi kekuasaan administrative
umumdalam arus langsung dari tempat paling atas ke tempat
paling bawah. Kedudukan staf mewakili keahlian-keahlian
khusus bagi berfungsinya kedudukan garis tertentu dengan
pasti.
2. Organisasi Informal
Interaksi antara orang dalam organisasi formal pasti akan menghasilkan
sebuah perkembangan ubungan yang tidak saja hubungan struktural,
terlebih pada organisasi persekolahan, diaman kekeluargaan menjadi
salah satu landasan perilakunya. Perkembangan hubungan dari interaksi
orang dalam organisasi ini akan mengikat secara kuat sentimen-sentimen
dan komitmen setiap orang, sehingga muncul empati dan simpati satu
sama lain. Hubungan inilah yang terus tumbuh selama organisasi formal
itu ada yang dinamakan organisasi informal. Hubungan interaksi ini tidak
berstruktur sebagaimana struktur organisasi formal. Menurut Sutisna,
(1993:221) menyatakan bahwa keberadaan organisasi formal ini dapat
dilihat dari tiga karakteristik, yaitu norma perilaku, tekanan untuk
menyesuaikan diri, kepemimpinan informal.
a. Norma perilaku adalah standar perilaku yang diharapkan menjadi
perilaku bersama yang ditetapkan oleh kelompok (orang-orang dalam
organisasi) dalam sebuah kesepakatan sosial, sehingga sangsinya pun
sangsi sosial.
b. Tekanan untuk menyesuaikan diri. Tekanan ini akan muncul apabila
seseorang akan bergabung dengan suatu kelompok informal.
Menggabungkan diri dengan suatu kelompok tidak sekedar
bergabung secara fisik dalam suatu kumpulan, tetapi melibatkan
sosio-emosional individu-individu dalam organisasi informal
tersebut. Oleh karena itu organisasi informal sering muncul dalam
bentuk kelompok-kelompok yang tidak terlalu besar, karena syarat
penerimaan sebagai bagian dari organisasi informal ini tidak saja
keanggotaan dalam organisasi formalnya, tetapi lebih spesifik pada
kesamaan antar individu, apakah kesamaan asal daerah, agama, nilai
yang dianut, hobi dsb.
c. Kepemimpinan informal. Kepemimpinan informal dalam organisasi
informal menjadi salah satu komponen yang kuat mempengaruhi
orang-orang yang ada dalam organisasi, bahkan memungkinkan
melebihi pengaruh pemimpin organisasi formal. Pemimpin informal
muncul dari kelompok dan membimbing serta mengarahkan melalui
persuasi dan pengaruh. Kepemimpinan dalam organisasi informal
sangat kuat mempengaruhi perilaku orang-orang karena inilah
kepemimpinan yang sesungguhnya, tetapi ada kelebihan yang secara
alamiah dan mampu mempengaruhi orang lain tanpa paksaan.
Pendidikan merupakan inventasi dalam pembangunan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas. Pendidikan juga adalah sebuah proses yang
dilakukan dalam konteks organisasi, baik itu dalam cakupan terkecil seperti
keluarga, masyarakat, atau organisasi formal seperti sekolah. Suatu pendidikan
memiliki tujuan dan pencapaian tujuan ini akan lebioh efektif dan efesien jika
dilakukan dengan menggunakan pendekatan organisasi. Pada masa sekarang
kebanyakan orang tua atau masyarakat lebih memeprcayakan pendidikan anaknya
kepada sekolah-sekolah formal.
Sekolah sebagai satuan penyelenggara pendidikan terkecil dapat dilihat
dari dua sisi, yaitu tempat terjadinya proses pendidikan dan organisasi pendidikan
formal. Kedua-duanya memiliki tujuan yang sama yang dinamakan tujuan
pendidikan sekolah. Penyelenggaraan pendidikan dalam sebuah organisasi
menunjukkan bahwa keberadaan organisasi pendidikan tersebut ditujukan untuk
mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efesien. Pendidikan ditujukan bagi
orang-orang yang mengikuti proses pendidikan. Dan proses pendidikan ini berada
dalam organisasi. Dengan demikian, keberlansungan proses pendidikan ini menjadi
dasar bagi penetapan tujuan sekolah (sebagai suatu organisasi).
Sekolah juga dipandang sebagai organisasi sosial dan organisasi
pembelajar (learning organization). Sekolah sebagai organisasi sosial adalah
pandangan formal, namun keberadaan organisasi formal tidak dapat menghindari
keberadaan organisasi informal. Keberdaan keduanya merupakan suatu sinergi
upaya pencapaian tujuan organisasi. Dalam konteks itu, organisasi formal dicirikan
oleh tiga dimensi utama yaitu komplesitas, formalisasi, dan sentralisasi.
Keberagaman dalam dimensi stuktut organisasi ini kemudian membawa implikasi
pada keragaman desain organisasi.
Sekolah sebagai organisasi juga dipandang sebagai sistem sosial yang
terbuka terhadap lingkungan organisasi. Upaya untuk merespon dan memenuhi
berbagai tuntutan dan perkembangan lingkungan, termasuk pelanggan sekolah
adalah dengan menjadikan sekolah sebagai learning organization yang diwujudkan
melalui dukungan organisasi yang kuat terhadap pengembangan dan perbaikan
secara terus menerus.
1.3 Peran Manajemen Pendidikan dalam Pembangunan Nasional

Manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital dalam


perwujudan tujuan suatu pendidikan. Baik dalam lingkup satuan terkecil seperti
persekolahan maupun cakupan nasioanl suatu sistem pendidikan melibatkan
berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan
tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik, bisa jadi hanya akan
menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan
pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya. Oleh karena itu suatu
pengelolaan pendidikan sangat diperlukan, mengingat fungsi-fungsinya yang
mencakup :

1. Perencanaan

Perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang


akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Arti
penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi
setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan
dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin.

2. Pengorganisasian

Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing).


George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa : Pengorganisasian
adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang
efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara
efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-
tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan
atau sasaran tertentu.

Berkenaan dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi (1992)


mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah

a. organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan


kerja yang sesuai dengan kebutuhan
b. pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian
kerja
c. organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung
jawab
d. organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol
e. organisasi harus mengandung kesatuan perintah
f. organisasi harus fleksibel dan seimbang.
3. Pelaksanaan

Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)


merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi
perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan
aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating
justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung
dengan orang-orang dalam organisasi.

Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa


actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok
sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk
mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan
tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-
sasaran tersebut.

4. Pengawasan
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak
kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak
akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Pengawasan merupakan
suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan
dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan
organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak
penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk
mengatasinya. Selanjutnya dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko
bahwa proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu:

a. Penetapan standar pelaksanaan; Penentuan pengukuran


pelaksanaan kegiatan
b. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata;
c. Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan
penganalisaan penyimpangan-penyimpangan; dan
d. Pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.

Suatu tujuan pendidikan tidak akan terwujud jika tidak adanya suatu
manajemen pendidikan yang diselenggarakan dengan efektif dan efesien.
Adapun yang menjadi tujuan dari manajemen pendidikan antara lain
adalah :

a. Produktivitas
Adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output)
dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input). Produktivitas
dapat dinyatakan secara kuantitas maupun kualitas. Kuantitas
output berupa jumlah tamatan dan kuantitas input berupa jumlah
tenaga kerja dan sumber daya selebihnya (uang, peralatan,
perlengkapan, bahan, dsb). Produktivitas dalam ukuran kualitas
tidak dapat diukur dengan uang, produktivitas ini digambarkan
dari ketetapan menggunakan metode atau cara kerja dan cara
serta alat yang tersedia sehingga volume dan beban kerja dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia dan mendapat
respons positif dan bahkan pujian dari orang lain atas hasil
kerjanya. Kajian terhadap produktifitas secara lebih komprehensif
adalah keluaran yang banyak dan bermutu dari tiap-tiap fungsi
atau peranan penyelenggaraan pendidikan.
b. Kualitas
Kualitas menunjukkan kepada suatu ukuran penilaian atau
penghargaan yang diberikan atau dikenakan kepada barang
(products) dan jasa (service) tertentu berdasarkan pertimbangan
objektif atas bobot dan/atau kinerjanya (Preffer end Coote, 1991).
Jasa/pelayanan atau produk tersebut harus menyamai atau
melebihi kebutuhan atau harapan pelanggannya. Dengan
demikian mutu adalah jasa/produk yang menyamai bahkan
melebihi harapan pelanggan sehingga pelanggan mendaat
kepuasan.
c. Efektivitas
Efektivitas adalah ukuran keberhasilan tujuan organisasi.
Efektivitas institusi pendidikan terdiri dari dimensi manajemen
dan kepemimpinan sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan
personil lainnya, siswa, kurikulum, sarana prasarana,
pengelolaan kelas, hubungan sekolah dan masyarakat,
pengelolaan bidang khusus lainnya hasil nyatanya merujuk
kepada hasil yang diharapkan bahkan menunjukkan
kedekatan/kemiripan antara hasil nyata dengan yang diharapkan.
d. Efesiensi
Efesiensi berkaitan dengan cara yaitu membuat sesuatu dengan
betul (doing things right) sementara egektivitas adalah
menyangkut tujuan (doing the right things) atau efektivitas adalah
perbandingan antara rencana dengan tujuan yang dicapai,
efesiensi lebih ditekankan pada perbandingan input/sumber daya
dengan output. Suatu kegiatan dikatakan efesien bila tujuan dapat
dicapai secara optimal dengan penggunaan atau pemakaian
sumber daya yang minimal. Efesiensi pendidikan adalah
bagaimana tujuan pendidkan itu dicapai dengan emiliki tingkat
efesiensi wakt, biaya, tenaga dan sarana.

Sumber referensi :

Engkoswara, H. Dan Komariah, Aan, (2011).Administrasi Pendidikan. Bandung:


Alfabeta.

Jurnal Edukatif. Vol.1 (2005). Arsip Evaluasi Kinerja/PNS/Karya Untuk


Komulatif/Manajemen Pendidikan Nasional@Artkl.Dinas.04.05.Doc

Sutisna, O. (1983). Administarsi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek 14


Profesioanal.Angkasa : Bandung

Tilaar (2003), Manajemen Pendidikan Nasional, Remadja Rosdakarya, Bandung.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. (2009).


Manajemen Pendidikan. Alfabeta : Bandung

Anda mungkin juga menyukai