MAKALAH
Disusun oleh :
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
4. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan dan kesejahterahan peserta
didik, yakni agar peserta didik sejahterah dalam hidupnya, karena
kesejahterahan sangat penting .
5
A. Perencanaan Peserta Didik
Perencanaan merupakan perumusan dari tindakan-tindakan yang
dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan sesuai dengan
maksud dan tujuan yang ditetapkan. Perencanaan menunjukkan pula
maksud dan tujuan suatu pekerjaan, bagaimana cara pekerjaan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan, dan mengadakan pengawasan
agar penyelenggaraan pekerjaan dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien.
Perencanaan peserta didik menurut Imron (2011:20) merupakan
bagian yang tak terpisahkan dengan manajemen sekolah secara
keseluruhan. Tanggung jawab perencanaan peserta didik secara formal
berada di tangan kepala sekolah, sedangkan secara material berada di
tangan wakil kepala sekolah bagian kesiswaan. Wakil kepala sekolah
dalam pelaksanaannya dapat meminta bantuan tenaga kependidikan
lain yang ada di sekolah tersebut. Perencanaan merupakan sebuah
aktivitas, sedangkan hasil dari perencanaan adalah sebuah dokumen
tertulis. Jika perencanaan belum berwujud dokumen tertulis, maka
perencanaan belum selesai dilakukan.
6
1. Tahap Penerimaan Siswa Baru
Pada tahap penerimaan siswa baru, ada beberapa langkah yang perlu
ditempuh yaitu sebagai berikut:
a. Promosi atau publikasi yang dilakukan sepanjang tahun, terutama pada
momen-momen penting.
b. Mengalokasikan dana yang memadai untuk publikasi tersebut.
c. Memiliki media promosi pribadi, seperti radio, umtuk lebih
memaksimalkan publikasi.
d. Membentuk grup khusus sesuai dengan kecenderungan masyarakat
sekitar.
e. Melakukan pembinaan terhandal sekolah/madrasah di level yang lebih
rendah yang kelak diharapkan menjadi basic calon siswa.
Prinsip penerimaan peserta didik baru meliputi :
a. Semua anak usia sekolah memiliki kesempatan yang sama untuk
memperoleh pendidikan pada satuan pendidikan yang lebih tinggi.
b. Tidak ada penolakan penerimaan peserta didik baru bagi yang
memenuhi syarat, kecuali jika daya tampung di sekolah yang
bersangkutan tidak mencukupi dan ketentuan waktu proses
penerimaan peserta didik baru telah berakhir.
c. Sejak awal pendaftaran calon peserta didik dapat menentukan
pilihannya, ke sekolah negeri atau ke sekolah swasta.
7
peserta didik itu menempuh pendidikan, dan dilaksanakn sebelum
peserta didik menerima pembelajaran di sekolah tersebut.
Peserta didik baru pada masa orientasi ini, diharapkan dapat
beradaptasi dengan suasana yang baru dan berbeda dengan suasana
sebelumnya. Peserta didik baru dikenalkan tentang fasilitas belajar,
strategi belajar, kurikulum, tata tertib siswa, kultural akademik,
pendidik dan tenaga kependidikan, serta teman-teman, baik senagkatan
maupun kakak-kakak kelasnya.
Namun terdapat hal yang perlu diperhatikan juga oleh sekolah
adalah orientasi peserta didik baru bukan digunakan sebagai ajang
perpeloncoan peserta didik baru (yang lazimnya dilakukan oleh
peserta didik senior). Hal ini dipertegas dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 55 Tahun 2014 tentang Masa
Orientasi Peserta Didik Baru di Sekolah pasal 3 yang menyatakan
bahwa sekolah dilarang melaksanakan MOPD yang mengarah kepada
tindakan kekerasan, Pelecehan dan / atau tindakan destruktif lainnya
yang merugikan peserta didik baru, baik secara fisik maupun
psikologis, baik di dalam maupun di luar sekolah.
8
peserta didik dengan orientasi penguasaan kelompok mata pelajran
keilmuan. Peminatan pada SMA terdiri atas peminatan matematika
dan ilmu pengetahuan alam, peminatan ilmu pengetahuan sosial, dan
peminatan bahasa dan budaya. Sedangkan peminatan pada sekolah
menengah kejurusan (SMK) dilaksanakan mengacu pada spectrum
kejuruan, bidang kejuruan, program kejuruan, dan paket kejuruan.
Peminatan kejuruan terdiri atas ; peminatan bidang teknologi dan
rekayasa, peminatan bidang teknologi informasi dan komunikasi,
peminatan bidang kesehatan, dan lain-lain.
9
Guru perlu memeriksa kehadiran menurut jam-jam pelajaran,
dapat menghubungkan antara prestasi belajar dan kerajinan murid
dalam mengikuti pembelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian
dapat digunakna sebagai dasar pertimbangan untuk penentuan
kebijakan selanjutnya.
10
Sebagaimana sistem tingkat, sistem non tingkat juga
memiliki kelebihan kekurangan. Adapun kelebihan sistem non
tingkat menurut Imron (2011:149-150) adalah: (1) peserta
didik dapat berkembang seoptimal mungkin menurut irama
perkembangannya sendiri, tanpa terhambat oleh peserta didik
lainnya; (2) peserta didik dapat mengambil paket program
sesuai dengan minat dan kesempatan. Hal demikian sangat
sesuai dengan kebutuhan psikologis peserta didik; (3) peserta
didik yang pandau akan lebih cepat menyelesaikan program
sehingga lebih cepat pula melanjutkan studi, dan sebaliknya
peserta didik yang tergolong lambat, tidak merasa dipaksa-
paksa mengikuti peserta didik yang cepat; dan (4) melatih
kemandirian peserta didik, karena sejak dini peserta didik
sudah dilatih menentukan keputusan sendiri di dalam
mengambil paket- paket program.
Adapun kekurangan-kekurangan sistem non tingkat
adalah; (1) peserta didik sejak dini banyak memacu prestasi
secara individual; (2) oleh karena peserta didik diharuskan
mengambil keputusan secara mandiri mengenai paket program
yang akan diambil, maka diperlukan penasihat akademik yang
harus mendampingi dan turut membantu peserta didik agar
yang bersangkutan dapat mengambil program pendidikan
secara benar, sebab dalam realitasnya ada beberapa mata
pelajaran prasyarat yang harus dikuasai dahulu sebelum
mengambil mata Pelajaran lainnya atau berikutnya; dan (3)
sangat sulit pengadministrasiannya, karena segala-nya
bergantung pada peserta didik yang mengambil paket program.
11
sekolah, harus pindah kelas, pindah jurusan, atau bakan pindah
sekolah, bahkan ada yang harus putus sekolah (droupout).
Perpindahan peserta didik lazim disebut dengan mutase, yakni proses
perpindahan peserta didik dari jenis dan jenjang pendidikan yang
sama. Peserta didik putus sekolah yang lazim disebut dropout adalah
keluarnya peserta didik sebelum saatnya ia keluar. Sehingga droupout
harus dicegah, karena hal ini berkaitan dengan pemenuhan hak dasar
manusia yakni pendidikan. Imron (2011:159) menyatakan droupout
juga merupakan salah satu indikator rendahnya produktivitas
pendidikan.
1. Mutasi Peserta Didik
Imron (2011:152) mengemukakan bahwa mutasi adalah
perpindahan perserta didik dari kelas satu ke kelas lain yang
sejajar dan/ atau perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke
sekolah lain yang sejajar. Mutasi merupakan salah hak peserta
didik, sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 pasal 12 ayat 1 huruf e yang menyatakan
bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan
pendidikan lain yang setara.
Imron (2011:153) mengemukakan bahwa ada dua
macam mutasi, yaitu mutase intern dan mutasi ekstrim. Mutasi
intern adalah mutasi yang dilakukan oleh peserta didik dalam
data sekolah dikatakan juga dengan kenaikan kelas, kenaikan
kelas dilaksanakan pada akhir tahun pelajaran setelah para
siswa melaksanakan evaluasi hasil belajar. Setiap kenaikan
kelas peserta didik harus memenuhi beberapa persyaratan salah
satunya adalah masalah kehadiran. Mutasi ekstern adalah
perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain
dalam satu jenis dan satu tingkatan. Penyebab mutasi ekstern
12
adalah siswa yang dikeluarkan karena masalah besar seperti
berkelahi atau meminum minuman keras atau yang
bersangkutan dengan pihak berwajib. Syarat mutasi bagi
peserta didik adalah berkas atau hal-hal yang perlu dilengkapi
guna memenuhi segala keperluan administasi di sekolah yang
bersangkutan.
Selain itu dalam persyaratan peserta didik yang mutasi,
ada beberapa hal yang diperhatikan, yaitu: (1) siswa tidak
mempunyai masalah dengan pihak sekolah yang lama; (2)
siswa mempunyai nilai yang memuaskan atau dinyatakan naik
kelas; (3) apabila nilainya kurang baik, maka siswa tersebut
telah bersekolah di tempat yang lama dan diterima di sekolah
baru pada kelas atau tingkat yang sama pula dengan sekolah
lama, artinya mutase tidak dimaksudkan untuk menaikkan
siswa di kelas setingkat lebih tinggi pada sekolah baru, karena
di sekolah lama ia tinggal kelas; dan (4) perpindahan iswa
harus mendapat persetujuan tertulis dari institusi pengirim.
Syarat bagi institusi penerima, yaitu: (1) daya tamping kelas
yang ditetapkan memungkinkan untuk menerima mutase; dan
(2) tersedianya anggaran dalam intitusi tersebut dan memenuhi
ketentuan yang berlaku.
2. Droupout Peserta Didik
Imron (2011:159) mengemukakan droupout adalah
keluarnya peserta didik dari sekolah sebelum waktunya atau
sebelum lulus. Faktor-faktor yang meyebabkan peserta didik
droupout menurut Imron (2011:159-161) adalah: (1)
ketidakmampuan mengikuti pelajaran pendidikannya; (2) tidak
memiliki biaya untuk sekolah, hal ini terutama banyak terjadi
di daerah pedesaan dan kantong kemiskinan; (3) sakit parah,
hal ini menyebabkan siswa tidak sekolah sampai dengan batas
13
waktu yang ditentukan; (4) anak-anak terpaksa bekerja, pada
negara berkembang jumlah pekerja anak sangat banyakdan
tidak jarang anak-anak juga bekerja pada sektor formal yang
terikat oleh waktu dan aturan; (5) membantu orang tua di
sawah, terutama di daerah agrari dan kantong-kantong
kemskinan, putra laki-laki dipandang sebagai pembantu
terpenting ayahnya untuk bekerja di lading, dan anak
perempuan diberi tugas membantu ibu untuk mengurus rumah
tangga; (6) peserta didik dikeluarkan oleh pihak sekolah, hal
ini terjadi karena yang bersangkutan memang sudah tidak
mungkin dapat didik lagi, yang mungkin bisa disebabkan
karena kemampuan belajarnya rendah, atau dapat juga karena
yang bersangkutan memang tidak mau belajar, dan peserta
didik melanggar tata tertib sekolah yang tidak bisa ditoleransi;
(7) peserta didik itu sendiri yang ingin dropout dan tidak mau
sekolah, ada peserta didik demikian, memang tidak dapat
dipaksa untuk sekolah, termasuk oleh orang tuanya sendiri,
namun demikian peran orang tua dan guru menjadi penting
untuk membujuknya agar mau sekolah lagi; (8) kasus pidana
dengan kekuatan hukum yang sudah memiliki kekuatan hukum
tetap, dalam hal ini pidana yang dialami oleh peserta didik,
bisa menjadikan yang bersangkutan akan dropout pihak
sekolah; dan (9) sekolah dianggap tidak menarik bagi peserta
didik, sehingga mempengaruhi siswa dengan memandang lebih
baik tidak sekolah saja.
14
bersifat kuantitatif, sedangkan menilai adalah mengambil keputusan
atas sesuatu dengan ukuran baik buruk atau bersifat kualitatif. Tujuan
diadakannya evaluasi hasil belajar peserta didik adalah: (1)
mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian
tujuan pembelajaran peserta didik sehingga dapat diupayakan tindak
lanjutnya; (2) mendeskripsikan kecakapan belajar peserta didik; (3)
mengetahui keberhasilan proses Pendidikan dan pengajaran; (4)
menentukan tindak lanjut hasil penilaian dan melakukan perbaikan
program; dan (5) sebagai bentuk pertanggungjawaban pihak sekolah
dalam penyelenggaraan pendidikan.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki fungsi untuk
memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi
kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinamabungan. Berdasarkan fungsinya, penilaian hasil peserta
didik meliputi: (1) penilaian formatif yaitu memperbaiki kekurangan
hasil belajar peserta didik dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan
pada setiap kegiatan penilaian selama proses pembelajaran dalam satu
semester, sesuai dengan prinsip Kurikulum 2013 agar peserta didik
tahu,mampu, dan mau. (2) penilaian sumatif yaitu menentukan
keberhasilan belajar peserta didik pada akhir suatu semester, satu
tahun pembelajaran, atau masa Pendidikan di satuan pendidikan.
15
pengertian pokok tentang disiplin, yaitu: (1) proses atau hasil
pengembangan karakter, pengendalian diri, keadaan teratur dan
efisiensi. Ini adalah jenis disiplin yang sering disebut disiplin positif
atau disiplin konstruktif; (2) penggunaan hukuman atau ancaman
hukuman untuk membuat orang-orang mematuhi perintah dan
mengikuti perarturan dan hukum. Dengan demikian diharapkan bahwa
disiplin dapat merupakan bantuan kepada siswa agar mereka mampu
berdiri sendiri (help for self help). Berikut ini akan diuraikan tentang
kode etik, penghargaan dan hukuman, dan disiplin peserta didik.
1. Kode Etik Peserta Didik
Imron (2011:163) mengemukakan kode etik terjemehan
dari ethichal code, yang berarti norma-norma yang mengatur
tingkah laku seseorang yang berada dalam lingkungan
kehidupan tertentu. Kode etik berasal dari kata kode dan etik .
Kode berarti simbol atau tanda, sedangkan etik berasal dari
Bahasa latin ethica dan Bahasa Yunani ethos, yang berarti
norma-norma, nilai-nilai, kadidah-kaidah, dan ukuran-ukuran
bagi tingkah laku manusia. Jika mengacu pada konsep tersebut,
maka dapat dirumuskan bahwa etika (ethics) berasal dari
norma (norms) yang disepakati, dan norma sendiri berasal dari
nilai (values).
Nilai (values) Norma (norms) Etika (ethics)
Sifat-sifat penting Disepakati menjadi Baik-buruk, melihat
bagi kemanusiaan ukuran tingkah laku perilaku
bretika/tidak
Tabel 2.2 Proses Terbentuknya Etika
16
disepakati akan menjadi norma (norms), yakni aturan atau
ketentuan yang mengikat masyarakat sebagai panduan, tatanan,
pengendali tingkah laku yang sesuai dan berterima; aturan, ukuran,
atau kaidah yang dipakai sebagai tolak ukur untuk menilai sesuatu.
Kode etik peserta didik menurut Imron (2011:164) adalah aturan-
aturan, norma-norma yang dikenakan kepada peserta didik, berisi
sesuatu yang menyatakan boleh-tidak boleh, benar-tidak benar, dan
layak-tidak layak dengan maksud agar ditaati oleh peserta didik .
2. Penghargaan dan Hukuman Peserta Didik
Jika mengacu pada teori psikologi behavioristik, maka
dikenal adanya penghargaan dan hukuman. Keberhasilan
sebagai perilaku peserta didik yang pantas mendapat hadiah
(reward). Penghargaan yang diberikan kepada siswa
disesuaikan dengan prestasi yang diraihnya. Misalnya siswa
berprestasi dalam bidang akademik maupun non akademik.
Penghargaan ini merupakan sebuah penguatan yang bersifat
positif terhadap siswa.
17
di kelas, menghilangkan privalage, denda, dan sanksi tertentu.
3. Disiplin Peserta Didik
Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan kepada
peraturan atau tata tertib yang telah ditetapkan. Disiplin pada
sisi lain adalah alat untuk menciptakan perilaku dan tata tertib
manusia sebagai pribadi maupun sebagai kelompok.
Persepsi tentang disiplin peserta didik dan cara
menegakkan disiplin peserta didik, didasarkan pada konsepsi-
konsepsi tertentu. Indra Kusuma dan Soekarni (1989:109)
mengemukakan bahwa disiplin peserta didik dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu: (1) disiplin yang
dibangun berdasarkan konsep ototitarian; (2) disiplin yang
dibangun berdasarkan konsep kebebasan liberal; dan (3)
disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan
terkendali. Jika mengacu pasa kosep disiplin tersebut, maka
ada tiga teknik alternatif dalam pembinaan disiplin peserta
didik, yaitu: (1) exeternal contro; (2) internal control; dan (3)
cooperative control.
18
B. Layanan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk dapat mengembangkan potensi, minat, bakat, dan hobi yang
dimiliki peserta didik di luar jam pembelajaran wajib. Ekstekurikuler jika
dikembangkan secara tepat akan dapat memberi nilai tambah bagi peserta
didik, dan dapat menjadi barometer kemajuan sekolah yang seringkali
diamati oleh wali murid dan masyarakat.
C. Kafetaria
Layanan kafetaria peserta didik adalah adalah layanan makanan dan
minuman yang dibutuhkan peserta didik di sela-sela mengikuti kegiatan
pembelajaran di sekolah sesuai dengan daya jangkauan peserta didik,
syarat kebersihannya, dan kandungan gizinya.
D. Layanan Kesehatan
Layanan kesehatan peserta didik adalah layanan kesehatan masyarakat
yang dijalankan di sekolah dan menjadikan peserta didik sebagai sasaran
utama dan personalia sekolah yang lainnya sebagai sasaran tambahan.
Beberapa kegitan yang dapat ditempuh sekolah adalah: (1) menanamkan
hidup sehat kepada peserta didik; (2) mencegah dan memberantas
penyakit; dan (3) memperbaiki dan memulihkan kesehatan melalui
pengobatan ringan melalui UKS. Sesuai Peraturan Bersama antara Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama,
Menteri Dalam Negeri Nomor 6/X/PB/2014 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah.
E. Layanan Koperasi
Layanan koperasi, koperasi ini dalam pengelolaannya
melibatkan guru, personalia, dan siswa itu sendiri. Tujuan koperasi
19
adalah: (1) menanamkan rasa solidaritas di antara siswa; (2) melatih
siswa untuk hidup bergotong royong; (3) meningkatkan rasa
persaudaraan; (4) melatih siswa dalam menyimpan dan
mengembangkan modal di sekolah; (5) melatih siswa dalam
berorganisasi; dan (6) memberikan bantuan pinjaman kepada siswa
yang memerlukan.
F. Perpustakaan
Perpustakaan adalah tempat tersimpannya koleksi bahan
pustaka seperti buku, film, koran, majalah, referensi, dan lain-lain.
Yang dikelola menggunakan sistem tertentu untuk melayani yang
membutuhkan dan mempunyai sifat nonprofit dan sangat membantu
siswa dalam menunjang proses pembelajaran.
G. Laboratorium
Laboratorium adalah sarana penunjang proses pembelajaran
sekolam dalam bidang praktikum, penyelidikan, percobaan,
pengembangan, dan pembakuan. Laboratorium berfungsi sebagai
ruang melaksankan praktikum, eksperimen, meneliti, dan
membuktikan suatu teori dengan demikian peserta didik yakin bahwa
apa yang didapat secara teoritik dapat dibuktikan secara empirik.
20
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Selain itu, fungsi umum manajemen peserta didik menurut Imron dan
Burhanuddin (2003:53) adalah sebagai wahana atau sarana bagi peserta didik untuk
mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik berkenaan dengan segi individualitas,
sosial, aspirasi, kebutuhan, maupun potensi-potensi peserta didik.
22
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Dalam Gunawan, I., dan Benty,
D. D. N. 2021. Manajemen Pendidikan, Suatu Pengantar Praktik (hlm.160).
Bandung : Alfabeta.
Astuti. 2021. Manajemen Peserta Didik. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. Vol.
11, No. 2. https://jurnal.lain-bone.ac.id/index.php/adara/article/view/2136/1039.
Diakses pada 31 Oktober 2023.
Burhanuddin. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Dalam Gunawan, I., dan
Benty, D. D. N. 2021. Manajemen Pendidikan, Suatu Pengantar Praktik (hlm.
137). Bandung : Alfabeta.
Imron, A. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Dalam Gunawan, I.,
dan Benty, D. D. N. 2021. Manajemen Pendidikan, Suatu Pengantar Praktik
(hlm. 136-157). Bandung : Alfabeta.
Imron, A., dan Burhanuddin. 2003. Manajemen Peserta Didik. Dalam Gunawan, I.,
dan Benty, D. D. N. 2021. Manajemen Pendidikan, Suatu Pengantar Praktik
(hlm.134 -147). Bandung : Alfabeta.
Jahari, J., Khoiruddin, H., dan Nurjanah, H. 2018. Manajemen Peserta Didik. Jurnal
Islamic Education Manajemen. Vol. 3, No. 2.
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/isema/article/download/5009/2789.
Diakses pada 31 Oktober 2023.
Kusumaningrum, D. E., dan Benty, D. D. N. 2013. Buku Ajar Manajemen Peserta
Didik. Dalam gunawan, I., dan Benty, D. D. N. 2021. Manajen Pendidikan,
Suatu pengantar Praktik (hlm.153). Bandung : Alfabeta.
23