Anda di halaman 1dari 27

“MANAJEMEN PESERTA DIDIK ATAU KESISWAAN”

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah


Dasar - dasar Manajemen Pendidikan
yang diampu oleh Ibu Dra. Djum Djum Noor Benty, M.Pd. dan
Bapak Hasan Argadinata, S.Pd., M.Pd., CRA., CRMPA.

Disusun oleh :

Muchammad Rheand Raisya A. NIM 230131605607

Nabilla Salsadinda Azkatsabita. NIM 230131608674

Rania Nuril Hikmah. NIM 230131610222

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
DEPARTEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
OKTOBER 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 8 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….……. i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. ii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………...… 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………..… 2
1.3 Tujuan Penulisan………………….....…………………………………....… 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manajemen Peserta Didik atau Kesiswaan …………….………. 3
2.2 Tujuan Manajemen Peserta Didik atau Kesiswaan ……………………..….. 3
2.3 Fungsi Manajemen Peserta Didik atau Kesiswaan …………………………. 4
2.4 Prinsip-Prinsip Manajemen Peserta Didik atau Kesiswaan ………………… 5
2.5 Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik atau Kesiswaan …………….….. 5
2.6 Pengaturan Layanan Khusus Peserta Didik ………………………..……… 18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………… 21
DAFTAR RUJUKAN ……………………..……………………………………… 22

ii
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Contoh Format Presensi Peserta Didik ………………………………….. 9

Tabel 2.2 Proses Terbentuknya Etika ……………………………………………… 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagaimana layaknya lembaga pendidikan berbasis sekolah sebagai
suatu sistem, perlu adanya suatu mekanisme yang dapat mengkoordinasikan
dan mengoptimalkan berbagai unsur dan sumber daya pendidikan yang ada.
Dalam dunia pendidikan hal ini disebut dengan manajemen pendidikan.
Manajemen pendidikan adalah keseluruhan proses penyelenggaraan dalam
usaha kerja sama dua orang atau lebih clan atau usaha bersama untuk
mendayagunakan semua sumber (non material maupun material) secara
efektif, efisien dan rasional untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Sumber daya yang terlibat meliputi (siswa, guru, kepala sekolah, dan tenaga
kependidikan lainnya) dan sumber daya lainnya (seperti uang, peralatan,
perbekalan, bahan, dan bangunan).

Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat bergantung pada


pengelolaan penyelenggaraan komponen dan infrastruktur pendukungnya.
Oleh karena itu, siswa merupakan salah satu elemen penting dalam
pendidikan dan merupakan sasaran utama dalam peningkatan pendidikan yang
nantinya akan berkontribusi terhadap upaya peningkatan kualitas hidup bagi
masyarakat. Siswa adalah subyek sekaligus objek dalam proses transformasi
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. Artinya lembaga pendidikan
(sekolah) sendiri dituntut untuk memberikan pengelolaan peserta didik yang
berkualitas agar siswa dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi
fisiknya. kecerdasan intelektual, sosial dan psikologis.

1.2 Rumusan Masalah


Makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari manajemen peserta didik atau kesiswaan?
2. Apa tujuan, fungsi, dan prinsip-prinsip manajemen peserta didik atau
kesiswaan ?
3. Apa saja yang mencakup dari ruang lingkup manajemen peserta didik
atau kesiswaan ?

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk menjelaskan pengertian manajemen peserta didik atau
kesiswaan.
2. Untuk menjelaskan tujuan, fungsi, dan prinsip-prinsip manajemen
peserta didik atau kesiswaan.
3. Untuk mengetahui cakupan dari ruang lingkup manajemen peserta
didik atau kesiswaan.

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Peserta Didik atau Kesiswaan


Menurut Gunawan dan Benty (2021: 133) manajemen peserta didik
merupakan gabungan dari kata manajemen dan peserta didik. Manajemen
adalah pendayagunaan segenap sumber daya, baik yang bersifat manusia
maupun non manusia, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien. Sedangkan peserta didik memiliki makna orang yang
menuntut ilmu atau mengikuti kegiatan pendidikan pada suatu lembaga
pendidikan.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1 Ayat 4 menyatakan bahwa peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Indra Kusuma dan Soekarni (1989:89) mengemukakan bahwa
pengelolaan kesiswaan adalah keseluruhan proses penyelenggaraan usaha
kerja sama dalam bidang kesiswaan dalam rangka pencapaian tujuan - tujuan
pendidikan di sekolah. Manajemen peserta didik menurut Imron dan
Burhanuddin (2003:52) adalah sebagai usaha pengaturan terhadap peserta
didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka
lulus sekolah. Memperhatikan pengertian manajemen peserta didik, dapat
diketahui bahwa peserta didik merupakan sentral layanan di sekolah. Semua
menejemen sekolah bertujuan untuk mendukung pengembangan potensi
peserta didik yang berbeda-beda, dengan penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran dan kegiatan pendidikan di sekolah dengan seoptimal mungkin.

2.2 Tujuan Manajemen Peserta Didik atau Kesiswaan


Tujuan pengelolaan peserta didik adalah mengatur kegiatan-kegiatan
dalam bidang kesiswaan agar proses belajar mengajar di sekolah dapat
berjalan lancar, tertib, teratur agar mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. (Gunawan dan Benty 2021:135)
Tujuan khusus dari manajemen peserta didik, yaitu :
1. Meningkatkan pengetahuan , keterampilan, dan sikap peserta didik.
2. Mengembangkan dan menyalurkan kemampuan peserta didik, bakat
dan minat yang dimiliki peserta didik.
3. Menyalurkan aspirasi, harapan, serta memenuhi kebutuhan peserta
didik.
4. Mencapai kebahagiaan, kesejahterahan hidup, dapat belajar dengan
baik, dan peserta didik tercapai cita-citanya.

2.3 Fungsi Manajemen Peserta Didik atau Kesiswaan


Fungsi umum manajemen peserta didik menurut Imron dan
Burhanuddin (2003:53) adalah sebagai wahana atau sarana bagi peserta didik
untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik berkenaan dengan segi
individualitas, sosial, aspirasi, kebutuhan, maupun potensi-potensi peserta
didik.
Imron (2011:12-13) merinci lagi fungsi umum manajemen peserta
didik, menjadi fungsi khusus, yaitu:
1. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta
didik, yakni agar peserta didik dapat mengembangkan potensi
individualitasnya tanpa banyak terhambat
2. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta
didik, yakni agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan
sebayanya, orang tua dan keluarganya, lingkungan sosial sekolahnya,
dan lingkungan masyarakatnya
3. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan
peserta didik, yakni agar peserta didik tersalurkan hobi, keesenangan,
dan minatnya, karena hal ini dapat menunjang perkembangan diri
peserta didik secara keseluruhan

4
4. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan dan kesejahterahan peserta
didik, yakni agar peserta didik sejahterah dalam hidupnya, karena
kesejahterahan sangat penting .

2.4 Prinsip-Prinsip Manajemen Peserta Didik atau Kesiswaan


Manajemen peserta didk juga harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-
prinsip yang menjadi pedoman. Prinsip adalah asas atau kebenaran yang
menjadi pokok dasar berpikir dan bertindak. Imron dan Burhanuddin
(2003:53) mengemukakan prinsip-prinsip manajemen peserta didik, yaitu :
1. Manajemen peserta didik sebagai bagian dari keseluruhan manajemen
sekolah.
2. Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik mengemban misi
pendidikan dalam rangka mendidik para peserta didik.
3. Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik berupaya menyatukan
peserta didik yang beraneka ragam latar belakangnya dan banyak
perbedaan.
4. Kegiatan manajemen peserta didik dipandang sebagai upaya
pengaturan terhadap pembimbing peserta didik.
5. Kegiatan manajemen peserta didik mendorong dan memacu
kemandirian peserta didik.
6. Apa yang diberikan kepada peserta didik dan yang selalu diupayakan
oleh kegiatan manajemen peserta didik, harus bersifat fungsional bagi
kehidupan peserta didik, baik di sekolah dan lebih-lebih untuk masa
depan peserta didik.

2.5 Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik atau Kesiswaan


Menurut Gunawan dan Benty (2021:138) sesuai dengan pengertian
manajemen peserta didik, yakni pengaturan peserta didik mulai ia masuk
sampai dengan lulus sekolah, dapat diketahui ruang lingkup manajemen
peserta didik, yaitu :

5
A. Perencanaan Peserta Didik
Perencanaan merupakan perumusan dari tindakan-tindakan yang
dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan sesuai dengan
maksud dan tujuan yang ditetapkan. Perencanaan menunjukkan pula
maksud dan tujuan suatu pekerjaan, bagaimana cara pekerjaan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan, dan mengadakan pengawasan
agar penyelenggaraan pekerjaan dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien.
Perencanaan peserta didik menurut Imron (2011:20) merupakan
bagian yang tak terpisahkan dengan manajemen sekolah secara
keseluruhan. Tanggung jawab perencanaan peserta didik secara formal
berada di tangan kepala sekolah, sedangkan secara material berada di
tangan wakil kepala sekolah bagian kesiswaan. Wakil kepala sekolah
dalam pelaksanaannya dapat meminta bantuan tenaga kependidikan
lain yang ada di sekolah tersebut. Perencanaan merupakan sebuah
aktivitas, sedangkan hasil dari perencanaan adalah sebuah dokumen
tertulis. Jika perencanaan belum berwujud dokumen tertulis, maka
perencanaan belum selesai dilakukan.

B. Penerimaan Peserta Didik Baru


Penerimaan peserta didik baru merupakan proses pencarian,
menentukan dan menarik pelamar yang mampu untuk menjadi peserta
didik di lembaga pendidikan (sekolah) yang bersangkutan (Mustari,
2014:111). Selanjutnya dijelaskan bahwa penerimaan peserta didik
merupakan proses pendataan dan pelayanan kepada peserta didik yang
baru masuk sekolah, setelah mereka memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan sekolah menjelang tahun ajaran baru.

6
1. Tahap Penerimaan Siswa Baru
Pada tahap penerimaan siswa baru, ada beberapa langkah yang perlu
ditempuh yaitu sebagai berikut:
a. Promosi atau publikasi yang dilakukan sepanjang tahun, terutama pada
momen-momen penting.
b. Mengalokasikan dana yang memadai untuk publikasi tersebut.
c. Memiliki media promosi pribadi, seperti radio, umtuk lebih
memaksimalkan publikasi.
d. Membentuk grup khusus sesuai dengan kecenderungan masyarakat
sekitar.
e. Melakukan pembinaan terhandal sekolah/madrasah di level yang lebih
rendah yang kelak diharapkan menjadi basic calon siswa.
Prinsip penerimaan peserta didik baru meliputi :
a. Semua anak usia sekolah memiliki kesempatan yang sama untuk
memperoleh pendidikan pada satuan pendidikan yang lebih tinggi.
b. Tidak ada penolakan penerimaan peserta didik baru bagi yang
memenuhi syarat, kecuali jika daya tampung di sekolah yang
bersangkutan tidak mencukupi dan ketentuan waktu proses
penerimaan peserta didik baru telah berakhir.
c. Sejak awal pendaftaran calon peserta didik dapat menentukan
pilihannya, ke sekolah negeri atau ke sekolah swasta.

C. Orientasi Peserta Didik Baru


Setelah calon peserta didik baru yang dinyatakan diterima
melakukan pendaftaran ulang, maka pada saat itu ia dapat disebut
sebagai peserta didik baru. Sekolah setelah mendaftar ulang peserta
didik baru, selanjutnya melaksanakan orientasi bagi peserta didik baru,
yang lazim disebut dengan Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD),
Masa Orientasi Siswa (MOS). MOPD adalah kegiatan penerimaaan
peserta baru dengan mengenalkan situasi dan kondisi sekolah tempat

7
peserta didik itu menempuh pendidikan, dan dilaksanakn sebelum
peserta didik menerima pembelajaran di sekolah tersebut.
Peserta didik baru pada masa orientasi ini, diharapkan dapat
beradaptasi dengan suasana yang baru dan berbeda dengan suasana
sebelumnya. Peserta didik baru dikenalkan tentang fasilitas belajar,
strategi belajar, kurikulum, tata tertib siswa, kultural akademik,
pendidik dan tenaga kependidikan, serta teman-teman, baik senagkatan
maupun kakak-kakak kelasnya.
Namun terdapat hal yang perlu diperhatikan juga oleh sekolah
adalah orientasi peserta didik baru bukan digunakan sebagai ajang
perpeloncoan peserta didik baru (yang lazimnya dilakukan oleh
peserta didik senior). Hal ini dipertegas dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 55 Tahun 2014 tentang Masa
Orientasi Peserta Didik Baru di Sekolah pasal 3 yang menyatakan
bahwa sekolah dilarang melaksanakan MOPD yang mengarah kepada
tindakan kekerasan, Pelecehan dan / atau tindakan destruktif lainnya
yang merugikan peserta didik baru, baik secara fisik maupun
psikologis, baik di dalam maupun di luar sekolah.

D. Pengelompokan Peserta Didik


Pengelompokan (grouping) adalah penggolongan peserta didik
berdasarkan karakteristik yang dimiliki peserta didik. Pengelompokan
peserta didik dimaksudkan untuk peserta didik dalam keberhasilan
belajar. Alat ukur yang lazim digunakan untuk membedakan peserta
didik antara lain adalah tes. Implementasi pengelompokan di sekolah
ialah dalam bentuk penjurusan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64
Tahun 2014 tentang Peminatan Pendidikan Menengah menyatakan
pemintan akademik adalah program kurikulum yang disediakan untuk
mengakomodasi pilihan minat, bakat dan / atau kemampuan akademik

8
peserta didik dengan orientasi penguasaan kelompok mata pelajran
keilmuan. Peminatan pada SMA terdiri atas peminatan matematika
dan ilmu pengetahuan alam, peminatan ilmu pengetahuan sosial, dan
peminatan bahasa dan budaya. Sedangkan peminatan pada sekolah
menengah kejurusan (SMK) dilaksanakan mengacu pada spectrum
kejuruan, bidang kejuruan, program kejuruan, dan paket kejuruan.
Peminatan kejuruan terdiri atas ; peminatan bidang teknologi dan
rekayasa, peminatan bidang teknologi informasi dan komunikasi,
peminatan bidang kesehatan, dan lain-lain.

E. Pencatatan Kehadiran dan Ketidakhadiran Peserta Didik


Pengaturan kehadiran dan ketidakhadiran pesrta didik
merupakan salah satu tugas dari tugas utama manajemen peserta didik
yaitu pembinaan disiplin. Kehadiran dan ketidakhadiran peserta didik
sangat menunjang prestasi peserta didik. Seiring dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini yang
semakin pesat, pengertian kehadiran peserta didik secara fisik di
sekolah, khususnya dalam kegiatan pembelajaran, tidak lagi menjadi
tuntutan yang mutlak. Pembelajaran dapat dilakukan secara online (e-
learning), sehingga pembelajran dapat dilakukan dimanapun.
Sekolah melakukan pencatatan kehadiran dan ketidakhadiran
peserta didik di dalam buku presensi peserta didik, yang disediakan
pada setiap kelas. Guru mencatat peserta didik yang masuk, ijin, atau
sakit dalam format tersebut. Presensi adalah daftar kehadiran peserta
didik, sedangkan absensi adalah daftar ketidakhadiran peserta didik.
No. Nama Siswa Tanggal Jumlah
A S I

Tabel 2.1 Contoh Format Presensi Peserta Didik

9
Guru perlu memeriksa kehadiran menurut jam-jam pelajaran,
dapat menghubungkan antara prestasi belajar dan kerajinan murid
dalam mengikuti pembelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian
dapat digunakna sebagai dasar pertimbangan untuk penentuan
kebijakan selanjutnya.

F. Pengaturan Sistem Tingkat Dan Nontingkat


Imron (2011:143) berpendapat bahwa sistem tingkat dan
sistem non tingkat sebenarnya dilandasi oleh pemikiran mengenai
pengajaran klasikal dan pengajaran individual. Sistem tingkat lebih
condong ke arah pengajaran klasikal, sedangkan sistem non tingkat
lebih mengarah pada pengajaran individual.
1. Sistem Tingkat
Sistem tingkat adalah bentuk penghargaan kepada
peserta didik setelah memenuhi kriteria dan waktu tertentu
dalam bentuk kenaikan satu tingkat ke jenjang yang lebih
tinggi (Imron, 2011:144). Imron (2011:145-146)
mengemukakan berapa pertimbangan kenaikan tingkat, yaitu:
(1) prestasi yang bersangkutan. (2) waktu kenaikan tingkat. (3)
persyaratan administrasi sekolah, seperti kecukupan hadir
peserta didik dalam Pelajaran yang dilaksanakan sekolah.
2. Sistem Non tingkat
Sistem non tingkat menurut Imron (2011:148)
dikembangkan berdasarkan pandangan psikologis yang
menyatakan bahwa meskipun peserta didik berada dalam
kondisi sama, tetapi dalam realitasnya tidak ada yang sama
persis. Selalu ada perbedaan di antara peserta didik yang satu
dengan yang lainnya. Oleh karena itu, sistem non tingkat
menggunakan pembelajaran yang lebih individual.

10
Sebagaimana sistem tingkat, sistem non tingkat juga
memiliki kelebihan kekurangan. Adapun kelebihan sistem non
tingkat menurut Imron (2011:149-150) adalah: (1) peserta
didik dapat berkembang seoptimal mungkin menurut irama
perkembangannya sendiri, tanpa terhambat oleh peserta didik
lainnya; (2) peserta didik dapat mengambil paket program
sesuai dengan minat dan kesempatan. Hal demikian sangat
sesuai dengan kebutuhan psikologis peserta didik; (3) peserta
didik yang pandau akan lebih cepat menyelesaikan program
sehingga lebih cepat pula melanjutkan studi, dan sebaliknya
peserta didik yang tergolong lambat, tidak merasa dipaksa-
paksa mengikuti peserta didik yang cepat; dan (4) melatih
kemandirian peserta didik, karena sejak dini peserta didik
sudah dilatih menentukan keputusan sendiri di dalam
mengambil paket- paket program.
Adapun kekurangan-kekurangan sistem non tingkat
adalah; (1) peserta didik sejak dini banyak memacu prestasi
secara individual; (2) oleh karena peserta didik diharuskan
mengambil keputusan secara mandiri mengenai paket program
yang akan diambil, maka diperlukan penasihat akademik yang
harus mendampingi dan turut membantu peserta didik agar
yang bersangkutan dapat mengambil program pendidikan
secara benar, sebab dalam realitasnya ada beberapa mata
pelajaran prasyarat yang harus dikuasai dahulu sebelum
mengambil mata Pelajaran lainnya atau berikutnya; dan (3)
sangat sulit pengadministrasiannya, karena segala-nya
bergantung pada peserta didik yang mengambil paket program.

G. Pengaturan Mutasi dan Droupout Peserta Didik


Ada peserta didik pada saat mengikuti program pendidikan di

11
sekolah, harus pindah kelas, pindah jurusan, atau bakan pindah
sekolah, bahkan ada yang harus putus sekolah (droupout).
Perpindahan peserta didik lazim disebut dengan mutase, yakni proses
perpindahan peserta didik dari jenis dan jenjang pendidikan yang
sama. Peserta didik putus sekolah yang lazim disebut dropout adalah
keluarnya peserta didik sebelum saatnya ia keluar. Sehingga droupout
harus dicegah, karena hal ini berkaitan dengan pemenuhan hak dasar
manusia yakni pendidikan. Imron (2011:159) menyatakan droupout
juga merupakan salah satu indikator rendahnya produktivitas
pendidikan.
1. Mutasi Peserta Didik
Imron (2011:152) mengemukakan bahwa mutasi adalah
perpindahan perserta didik dari kelas satu ke kelas lain yang
sejajar dan/ atau perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke
sekolah lain yang sejajar. Mutasi merupakan salah hak peserta
didik, sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 pasal 12 ayat 1 huruf e yang menyatakan
bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan
pendidikan lain yang setara.
Imron (2011:153) mengemukakan bahwa ada dua
macam mutasi, yaitu mutase intern dan mutasi ekstrim. Mutasi
intern adalah mutasi yang dilakukan oleh peserta didik dalam
data sekolah dikatakan juga dengan kenaikan kelas, kenaikan
kelas dilaksanakan pada akhir tahun pelajaran setelah para
siswa melaksanakan evaluasi hasil belajar. Setiap kenaikan
kelas peserta didik harus memenuhi beberapa persyaratan salah
satunya adalah masalah kehadiran. Mutasi ekstern adalah
perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain
dalam satu jenis dan satu tingkatan. Penyebab mutasi ekstern

12
adalah siswa yang dikeluarkan karena masalah besar seperti
berkelahi atau meminum minuman keras atau yang
bersangkutan dengan pihak berwajib. Syarat mutasi bagi
peserta didik adalah berkas atau hal-hal yang perlu dilengkapi
guna memenuhi segala keperluan administasi di sekolah yang
bersangkutan.
Selain itu dalam persyaratan peserta didik yang mutasi,
ada beberapa hal yang diperhatikan, yaitu: (1) siswa tidak
mempunyai masalah dengan pihak sekolah yang lama; (2)
siswa mempunyai nilai yang memuaskan atau dinyatakan naik
kelas; (3) apabila nilainya kurang baik, maka siswa tersebut
telah bersekolah di tempat yang lama dan diterima di sekolah
baru pada kelas atau tingkat yang sama pula dengan sekolah
lama, artinya mutase tidak dimaksudkan untuk menaikkan
siswa di kelas setingkat lebih tinggi pada sekolah baru, karena
di sekolah lama ia tinggal kelas; dan (4) perpindahan iswa
harus mendapat persetujuan tertulis dari institusi pengirim.
Syarat bagi institusi penerima, yaitu: (1) daya tamping kelas
yang ditetapkan memungkinkan untuk menerima mutase; dan
(2) tersedianya anggaran dalam intitusi tersebut dan memenuhi
ketentuan yang berlaku.
2. Droupout Peserta Didik
Imron (2011:159) mengemukakan droupout adalah
keluarnya peserta didik dari sekolah sebelum waktunya atau
sebelum lulus. Faktor-faktor yang meyebabkan peserta didik
droupout menurut Imron (2011:159-161) adalah: (1)
ketidakmampuan mengikuti pelajaran pendidikannya; (2) tidak
memiliki biaya untuk sekolah, hal ini terutama banyak terjadi
di daerah pedesaan dan kantong kemiskinan; (3) sakit parah,
hal ini menyebabkan siswa tidak sekolah sampai dengan batas

13
waktu yang ditentukan; (4) anak-anak terpaksa bekerja, pada
negara berkembang jumlah pekerja anak sangat banyakdan
tidak jarang anak-anak juga bekerja pada sektor formal yang
terikat oleh waktu dan aturan; (5) membantu orang tua di
sawah, terutama di daerah agrari dan kantong-kantong
kemskinan, putra laki-laki dipandang sebagai pembantu
terpenting ayahnya untuk bekerja di lading, dan anak
perempuan diberi tugas membantu ibu untuk mengurus rumah
tangga; (6) peserta didik dikeluarkan oleh pihak sekolah, hal
ini terjadi karena yang bersangkutan memang sudah tidak
mungkin dapat didik lagi, yang mungkin bisa disebabkan
karena kemampuan belajarnya rendah, atau dapat juga karena
yang bersangkutan memang tidak mau belajar, dan peserta
didik melanggar tata tertib sekolah yang tidak bisa ditoleransi;
(7) peserta didik itu sendiri yang ingin dropout dan tidak mau
sekolah, ada peserta didik demikian, memang tidak dapat
dipaksa untuk sekolah, termasuk oleh orang tuanya sendiri,
namun demikian peran orang tua dan guru menjadi penting
untuk membujuknya agar mau sekolah lagi; (8) kasus pidana
dengan kekuatan hukum yang sudah memiliki kekuatan hukum
tetap, dalam hal ini pidana yang dialami oleh peserta didik,
bisa menjadikan yang bersangkutan akan dropout pihak
sekolah; dan (9) sekolah dianggap tidak menarik bagi peserta
didik, sehingga mempengaruhi siswa dengan memandang lebih
baik tidak sekolah saja.

H. Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik


Evaluasi menurut Arikunto dalam Gunawan dan Benty
(2021:160) adalah sebagai suatu tindakan mengukur dan menilai.
Mengukur artinya membandingkan sesuatu dengan satu ukuran yang

14
bersifat kuantitatif, sedangkan menilai adalah mengambil keputusan
atas sesuatu dengan ukuran baik buruk atau bersifat kualitatif. Tujuan
diadakannya evaluasi hasil belajar peserta didik adalah: (1)
mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian
tujuan pembelajaran peserta didik sehingga dapat diupayakan tindak
lanjutnya; (2) mendeskripsikan kecakapan belajar peserta didik; (3)
mengetahui keberhasilan proses Pendidikan dan pengajaran; (4)
menentukan tindak lanjut hasil penilaian dan melakukan perbaikan
program; dan (5) sebagai bentuk pertanggungjawaban pihak sekolah
dalam penyelenggaraan pendidikan.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki fungsi untuk
memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi
kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinamabungan. Berdasarkan fungsinya, penilaian hasil peserta
didik meliputi: (1) penilaian formatif yaitu memperbaiki kekurangan
hasil belajar peserta didik dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan
pada setiap kegiatan penilaian selama proses pembelajaran dalam satu
semester, sesuai dengan prinsip Kurikulum 2013 agar peserta didik
tahu,mampu, dan mau. (2) penilaian sumatif yaitu menentukan
keberhasilan belajar peserta didik pada akhir suatu semester, satu
tahun pembelajaran, atau masa Pendidikan di satuan pendidikan.

I. Pembinaan Disiplin Peserta Didik


Disiplin merupakan suatu aspek yang penting, dalam bidang
apapun. Indra dan Soekarni (1989:108) berpendapat disiplin dapat
digunakan sebagai salah satu indikator kemampuan kepala sekolah
dalam memimpin sekolah. Disiplin adalah suatu sikap kosisten dalam
melukukan sesuatu, komsep disiplin berkaitan dengan tata tertib,
aturan, atau norma dalam kehidupan bersama (yang melibatkan
banyak orang). Jika megancu pada konsep disiplin, maka ada dua

15
pengertian pokok tentang disiplin, yaitu: (1) proses atau hasil
pengembangan karakter, pengendalian diri, keadaan teratur dan
efisiensi. Ini adalah jenis disiplin yang sering disebut disiplin positif
atau disiplin konstruktif; (2) penggunaan hukuman atau ancaman
hukuman untuk membuat orang-orang mematuhi perintah dan
mengikuti perarturan dan hukum. Dengan demikian diharapkan bahwa
disiplin dapat merupakan bantuan kepada siswa agar mereka mampu
berdiri sendiri (help for self help). Berikut ini akan diuraikan tentang
kode etik, penghargaan dan hukuman, dan disiplin peserta didik.
1. Kode Etik Peserta Didik
Imron (2011:163) mengemukakan kode etik terjemehan
dari ethichal code, yang berarti norma-norma yang mengatur
tingkah laku seseorang yang berada dalam lingkungan
kehidupan tertentu. Kode etik berasal dari kata kode dan etik .
Kode berarti simbol atau tanda, sedangkan etik berasal dari
Bahasa latin ethica dan Bahasa Yunani ethos, yang berarti
norma-norma, nilai-nilai, kadidah-kaidah, dan ukuran-ukuran
bagi tingkah laku manusia. Jika mengacu pada konsep tersebut,
maka dapat dirumuskan bahwa etika (ethics) berasal dari
norma (norms) yang disepakati, dan norma sendiri berasal dari
nilai (values).
Nilai (values) Norma (norms) Etika (ethics)
Sifat-sifat penting Disepakati menjadi Baik-buruk, melihat
bagi kemanusiaan ukuran tingkah laku perilaku
bretika/tidak
Tabel 2.2 Proses Terbentuknya Etika

Nilai (values) adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau


berguna bagi kemanusiaan; sesuatu yang menyempurnakan
manusia sesuai dengan hakikatnya. Nilai (values) setelah

16
disepakati akan menjadi norma (norms), yakni aturan atau
ketentuan yang mengikat masyarakat sebagai panduan, tatanan,
pengendali tingkah laku yang sesuai dan berterima; aturan, ukuran,
atau kaidah yang dipakai sebagai tolak ukur untuk menilai sesuatu.
Kode etik peserta didik menurut Imron (2011:164) adalah aturan-
aturan, norma-norma yang dikenakan kepada peserta didik, berisi
sesuatu yang menyatakan boleh-tidak boleh, benar-tidak benar, dan
layak-tidak layak dengan maksud agar ditaati oleh peserta didik .
2. Penghargaan dan Hukuman Peserta Didik
Jika mengacu pada teori psikologi behavioristik, maka
dikenal adanya penghargaan dan hukuman. Keberhasilan
sebagai perilaku peserta didik yang pantas mendapat hadiah
(reward). Penghargaan yang diberikan kepada siswa
disesuaikan dengan prestasi yang diraihnya. Misalnya siswa
berprestasi dalam bidang akademik maupun non akademik.
Penghargaan ini merupakan sebuah penguatan yang bersifat
positif terhadap siswa.

Hukuman (punishment) adalah suatu sanksi yang


diterima oleh seseorang sebagai akibat dari pelanggaran atau
aturan-aturan yang telah ditetapkan. Sanksi demikian, dapat
berupa material dan dapat pula berupa nonmaterial. Tujuan
hukuman adalah sebagai alat pendidikan di mana hukuman
yang diberikan justru harus dapat mendidik dan menyadarkan
peserta didik. Langeveld memberikan pedoman hukuman
yakni; (1) punitur, qannia no peccatum, yang artinya dihukum
karena peserta didik memang bersalah; dan (2) punitur no
peccatum, yang artinya dihukum agar peserta didik tidak lagi
berbuat kesalahan (Kusumaningrum dan Benty, 2013:108).
Ada beberapa macm hukuman, yaitu hukuman badan, penahan

17
di kelas, menghilangkan privalage, denda, dan sanksi tertentu.
3. Disiplin Peserta Didik
Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan kepada
peraturan atau tata tertib yang telah ditetapkan. Disiplin pada
sisi lain adalah alat untuk menciptakan perilaku dan tata tertib
manusia sebagai pribadi maupun sebagai kelompok.
Persepsi tentang disiplin peserta didik dan cara
menegakkan disiplin peserta didik, didasarkan pada konsepsi-
konsepsi tertentu. Indra Kusuma dan Soekarni (1989:109)
mengemukakan bahwa disiplin peserta didik dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu: (1) disiplin yang
dibangun berdasarkan konsep ototitarian; (2) disiplin yang
dibangun berdasarkan konsep kebebasan liberal; dan (3)
disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan
terkendali. Jika mengacu pasa kosep disiplin tersebut, maka
ada tiga teknik alternatif dalam pembinaan disiplin peserta
didik, yaitu: (1) exeternal contro; (2) internal control; dan (3)
cooperative control.

2.6 Pengaturan Layanan Khusus Kepada Peserta Didik


Layanan khusus adalah layanan yang diberikan kepada siswa, yang berfungsi
sebagai penunjang agar siswa dapat belajar dengan lancar dan pengembangan diri
siswa. Layanan khusus meliputi:
A. Layanan Bimbingan Konseling
Bimbingan dan Konseling (BK) merupakan salah satu komponen
dalam sistem pendidikan khususnya di sekolah. Pelayanan bimbingan dan
konseling adalah pemberian bantuan kepada peserta didik dalam
memecahkan masalah dengan memberikan bimbingan belajar, bimbingan
karir, dan bimbingan social, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung secara perorangan dalam suatu pertalian hubungan tatap muka.

18
B. Layanan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk dapat mengembangkan potensi, minat, bakat, dan hobi yang
dimiliki peserta didik di luar jam pembelajaran wajib. Ekstekurikuler jika
dikembangkan secara tepat akan dapat memberi nilai tambah bagi peserta
didik, dan dapat menjadi barometer kemajuan sekolah yang seringkali
diamati oleh wali murid dan masyarakat.

C. Kafetaria
Layanan kafetaria peserta didik adalah adalah layanan makanan dan
minuman yang dibutuhkan peserta didik di sela-sela mengikuti kegiatan
pembelajaran di sekolah sesuai dengan daya jangkauan peserta didik,
syarat kebersihannya, dan kandungan gizinya.

D. Layanan Kesehatan
Layanan kesehatan peserta didik adalah layanan kesehatan masyarakat
yang dijalankan di sekolah dan menjadikan peserta didik sebagai sasaran
utama dan personalia sekolah yang lainnya sebagai sasaran tambahan.
Beberapa kegitan yang dapat ditempuh sekolah adalah: (1) menanamkan
hidup sehat kepada peserta didik; (2) mencegah dan memberantas
penyakit; dan (3) memperbaiki dan memulihkan kesehatan melalui
pengobatan ringan melalui UKS. Sesuai Peraturan Bersama antara Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama,
Menteri Dalam Negeri Nomor 6/X/PB/2014 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah.

E. Layanan Koperasi
Layanan koperasi, koperasi ini dalam pengelolaannya
melibatkan guru, personalia, dan siswa itu sendiri. Tujuan koperasi

19
adalah: (1) menanamkan rasa solidaritas di antara siswa; (2) melatih
siswa untuk hidup bergotong royong; (3) meningkatkan rasa
persaudaraan; (4) melatih siswa dalam menyimpan dan
mengembangkan modal di sekolah; (5) melatih siswa dalam
berorganisasi; dan (6) memberikan bantuan pinjaman kepada siswa
yang memerlukan.

F. Perpustakaan
Perpustakaan adalah tempat tersimpannya koleksi bahan
pustaka seperti buku, film, koran, majalah, referensi, dan lain-lain.
Yang dikelola menggunakan sistem tertentu untuk melayani yang
membutuhkan dan mempunyai sifat nonprofit dan sangat membantu
siswa dalam menunjang proses pembelajaran.

G. Laboratorium
Laboratorium adalah sarana penunjang proses pembelajaran
sekolam dalam bidang praktikum, penyelidikan, percobaan,
pengembangan, dan pembakuan. Laboratorium berfungsi sebagai
ruang melaksankan praktikum, eksperimen, meneliti, dan
membuktikan suatu teori dengan demikian peserta didik yakin bahwa
apa yang didapat secara teoritik dapat dibuktikan secara empirik.

20
21

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manajemen peserta didik menurut Imron dan Burhanuddin (2003:52) adalah


sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut
masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah. Tujuan dari pengelolaan peserta
didik tersebut adalah mengatur kegiatan kegiatan dalam bidang kesiswaan agar proses
belajar mengajar di sekolah dapat berjalan dengan lancar, tertib, dan teratur agar
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Selain itu, fungsi umum manajemen peserta didik menurut Imron dan
Burhanuddin (2003:53) adalah sebagai wahana atau sarana bagi peserta didik untuk
mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik berkenaan dengan segi individualitas,
sosial, aspirasi, kebutuhan, maupun potensi-potensi peserta didik.
22

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Dalam Gunawan, I., dan Benty,
D. D. N. 2021. Manajemen Pendidikan, Suatu Pengantar Praktik (hlm.160).
Bandung : Alfabeta.

Astuti. 2021. Manajemen Peserta Didik. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. Vol.
11, No. 2. https://jurnal.lain-bone.ac.id/index.php/adara/article/view/2136/1039.
Diakses pada 31 Oktober 2023.

Burhanuddin. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Dalam Gunawan, I., dan
Benty, D. D. N. 2021. Manajemen Pendidikan, Suatu Pengantar Praktik (hlm.
137). Bandung : Alfabeta.

Gunawan, I., dan Benty, D. D. N. 2021. Manajemen Pendidikan, Suatu Pengentar


Praktik. Bandung : Alfabeta.

Imron, A. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Dalam Gunawan, I.,
dan Benty, D. D. N. 2021. Manajemen Pendidikan, Suatu Pengantar Praktik
(hlm. 136-157). Bandung : Alfabeta.

Imron, A., dan Burhanuddin. 2003. Manajemen Peserta Didik. Dalam Gunawan, I.,
dan Benty, D. D. N. 2021. Manajemen Pendidikan, Suatu Pengantar Praktik
(hlm.134 -147). Bandung : Alfabeta.

Indrakusuma, A. D., dan Soekarni, R. I. 1989. Pengelolaan Kesiswaan. Dalam


Gunawan, I., dan Benty, D. D. N. 2021. Manajemen Pendidikan, Suatu
PengantarPraktik (hlm. 134). Bandung : Alfabeta.

Jahari, J., Khoiruddin, H., dan Nurjanah, H. 2018. Manajemen Peserta Didik. Jurnal
Islamic Education Manajemen. Vol. 3, No. 2.
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/isema/article/download/5009/2789.
Diakses pada 31 Oktober 2023.
Kusumaningrum, D. E., dan Benty, D. D. N. 2013. Buku Ajar Manajemen Peserta
Didik. Dalam gunawan, I., dan Benty, D. D. N. 2021. Manajen Pendidikan,
Suatu pengantar Praktik (hlm.153). Bandung : Alfabeta.

Mustari, M. 2014. Manajemen Pendidikan. Dalam Rifa’I, M. 2018. Manajemen


Peserta Didik. Medan: Widya Puspita.

Setiawan, H. R. 2021. Manajemen Peserta Didik, Upaya Peningkatan Kualitas


Lulusan. Medan : UMSU Press.

23

Anda mungkin juga menyukai