Anda di halaman 1dari 22

1

SUBSTANSI MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN


MENURUT TINGKAT DAN SATUAN PENDIDIKAN DASAR
DAN MENENGAH

Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Manajemen Pendidikan
Dosen Pengampu: Hamdani, S.PD.I.MA

Disusun Oleh:

ICHA AMELIA
(1012021043)

AMALIA AMANDA
1012021056

Jurusan: Pendidikan Agama Islam

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

2022/2023
2

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah sederhana ini telah kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
meluangkan waktu untuk berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih


ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.Akhir kata
kami berharap semoga makalah tentang Manajemen Pendidikan ini dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca.

Langsa, 12 Oktober 2022

Penulis
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................................

B. Rumusan Masalah..................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................

A. Manajemen Pendidikan.........................................................................

B. Manajemen Pendidikan Dilihat dari Tingkat dan Satuan Pendidikan


Dasar dan Menengah............................................................................................

C. Manajemen Komponen-Komponen Sekolah.......................................11

BAB III PENUTUP.........................................................................................21

A. Kesimpulan..........................................................................................21

B. Saran....................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen pendidikan adalah proses kerjasama dua orang atau lebih


dalam rangka mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Manajemen pendidikan secara umum bertujuan untuk mengelola pendidikan
secara efektif dan efisien baik dari pendekatan teori maupun pendekatan
praktik. Ada subtansi inti dalam manajemen pendidikan sebagai bidang
garapan manajemen pendidikan yaitu: (1) Kurikulum, (2) Peserta Didik, (3)
Tenaga Pendidik Dan Kependidikan, (4) Sarana Dan Prasarana Pendidikan,
(5) Keuangan, Dan (6) Layanan Khusus, (7) Ketatausahaan, (8) Mitra Sekolah
dengan masyarakat.
      Fungsi dari manajemen pendidikan adalah agar sekolah secara
administratif dapat dikelola dengan baik bukan sekedar masalah ada sekolah,
guru, dan peserta didik lalu urusan sekolah selesai tetapi melihat sudut
pandang bahwa sekolah harus dikelola secara efektif dan efisien untuk
mempermudah proses pengelolaan sekolah itu sendiri. Melihat manajemen
sebagai “seni” maka melihat proses pengelolaan sekolah harus dilihat secara
komprehensif untuk melihat permasalahan-permasalahan yang sering ada
disekolah. Dilihat dari prinsip ilmu manajemen itu sendiri yaitu: (1)
perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3) Pelaksanaan, dan (4) Penilaian untuk
mengukur apakah proses pengelolaan sekolah suduh sistematis dan prosedural
sebagai tolok ukur untuk melihat kualitas suatu sekolah.
        Secara praktik yang berperan sebagai manager dalam manajemen
pendidikan adalah kepala sekolah dimana kepala sekolah memiliki wewenang
yang lebih untuk mengelola sekolah sesuai dengan visi dan misi yang hendak
dicapai oleh sekolah. Peran kepala sekolah sebagai manager adalah bagaimana
kepala sekolah dapat mendayagunakan segala sumber daya yang ada
disekolah baik sumber daya manusia maupun non  manusia dengan tujuan
untuk mengatur secara administratif kegiatan sekolah baik kegiatan
pembelajaran maupun kegiatan sekolah yang berifat administrative.
5

       Menurut Tim Dosen UPI (2011:10) administrasi pendidikan


merupakan ilmu yang membahas pendidikan dari sudut pandang kerjasama
dalam proses mencapai tujuan pendidikan. Semua proses usaha kerjasama
dalam mencapai tujuan pendidikan dilakukan dengan melibatkan semua aspek
yang dipandang perlu dan positif dalam usaha mencapai keberhasilan, baik
berupa benda atau material –seperti uang dan fasilitas, spiritual-seperti
keyakinan dan nilai-nilai, ilmu pengetahuan-seperti ilmu dan teknologi,
maupun manusia atau human. Oleh karena itu disebut dengan melibatkan
sumber daya material maupun sumber daya manusia. Secara teknis
manajemen pendidikan mengatur dan mengelola segala potensi atau sumber
daya yang ada di sekolah agar dapat dikelola dengan baik.
         Manajemen pendidikan menurut Danim (2013:18) manajemen
pendidikan merupakan suatu proses mengoptimasi sumber daya kependidikan
yang tersedia dan dapat diakses untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien. Pendidik atau guru perlu diatur dan diawasi kinerja nya
dalam mengajar karena keberhasilan suatu proses pembelajaran adalah
kemampuan guru dalam mengajar dan pendekatan strategi mengajar pada
peserta didik sehingga dalam hal ini fungsi manajemen pendidikan adalah
untuk mengatur pendidik agar siap dalam mengajar dikelas. Menurut Wukir
(2013:39) bahwa proses manajemen pendidikan memiliki peranan penting
dalam mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien karena sekolah
juga merupakan salah satu bentuk organisasi yang didalamnya melibatkan
berbagai komponen dan kegiatan pendidikan yang harus dikelola secara baik.
Pengelolaan kegiatan pendidikan di sekolah juga sebaiknya harus mempunyai
perencanaan yang jelas, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan
guru dan personel sekolah sesuai bidangnya agar kinerjanya dapat meningkat,
serta melakukan pengendalian dan pengawasan berkelanjutan.
        Tujuan manajemen pendidikan adalah: (1) manajemen pendidikan
membantu pencapaian tujuan institusi pendidikan dengan efektif dan efisien,
(2) meningkatkan kualitas perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan
kegiatan institusi,(3) membantu menciptakan, memelihara dan meningkatkan
citra baik institusi, (4) membantu penggunaan sumber daya seperti staf
6

pengajar, staf non pengajar dan peserta didik dengan baik, (5) meningkatkan
efisiensi institusi dalam pencapaian tujuan dengan waktu dan biaya yang
minimum, (6) membantu penggunaan fasilitas pendidikan secara optimum, (7)
mencegah terjadinya duplikasi pekerjaan, (8) membantu staf dan pelajar
dalam mengelola konflik interpersonal, stres, waktu secara efektif, (9)
meningkatkan komunikasi interpersonal diantara anggota sekolah/universitas,
(10) menunjang kompetensi managerial tenaga kependidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Manajemen Pendidikan ?


2. Bagaimana Manajemen Komponen-komponen Sekolah ?
3. Bagaimana Manajemen Berbasis Sekolah ?
4. Bagaimana Evaluasi Monitoring ?
7

BAB II
PEMBAHASAN

A. Manajemen Pendidikan

1. Definisi Manajemen Pendidikan


Pengertian Manajemen dalam bahasa Inggris “management” dengan
kata kerja to manage yang secara umum berarti mengurusi atau mengelola.
Dalam arti khusus manajemen dipakai bagi pimpinan dan kepemimpinan,
yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan memimpin, disebut “manajer”.
Pengertian Manajemen adalah suatu rangkaian proses yg meliputi kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan
pengendalian dalam rangka memberdayakan seluruh sumber daya organisasi/
perusahaan, baik sumberdaya manusia (human resource capital), modal
(financial capital), material (land, natural resources or raw materials), maupun
teknologi secara optimal untuk mencapai tujuan organisasi/ perusahaan.
Menurut James A.F. Stonner, pengertian manajemen adalah suatu
proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian
upaya dari anggota organisasi sera penggunaan semua sumber daya yang
ada pada organisasi untuk menapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Menurut Robbins dan Coulter (2007) manajemen adalah proses
pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut
terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain.
Efisiensi mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input
terkecil; digambarkan sebagai “melakukan segala sesuatu secara benar.”
Sedangkan efektivitas mengacu pada menyelesaikan kegiatan-kegiatan
sehingga sasaran organisasi dapat tercapai; digambarkan sebagai “melakukan
segala sesuatu yang benar.”
Menurut Heene dan Desmidt (2010) manajemen adalah serangkaian
aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkannya.
8

Menurut Assauri (2004), “ pengertian manajemen adalah kegiatan


atau usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan
atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain.”
Menurut Hersey dan Blanchard (2005), “Pengertian Manajemen
adalah seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pemotivasian, dan pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk
mencapai tujuan.”
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, manajemen adalah
“penggunaan sumber daya secara efektif mungkin untuk mencapai sasaran”.

2. Makna Manajemen Pendidikan


Pertama, manajemen pendidikan mempunyai pengertian kerja sama
untuk mencapai tujuan pendidikan. Seperti kita ketahui, tujuan pendidikan itu
merentang dari tujuan yang sederhana sampai dengan tujuan yang kompleks,
tergantung lingkup tingkat pengertian pendidikan mana yang dimaksud.
Tujuan pendidikan dalam satu jam pelajaran di kelas satu sekolah lanjutan
tingkat pertama, misalnya, lebih mudah dirumuskan dan dicapai
dibandungkan dengan tujuan pendidikan nasional. Jika tujuan itu kompleks,
maka cara mencapai tujuan itu juga kompleks, dan seringkali tujuan yang
demikian itu tidak dapat dicapai oleh satu orang saja, tetapi harus melalui
kerja sama dengan orang lain, dengan segala aspek kerumitannya.
Kedua, manajemen pendidikan mengandung pengertian proses untuk
mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, dan penilaian. Perencanaan
meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapai,
berapa lama, berapa orang yang diperlukan, dan berapa banyak biayanya.
Perencanaan itu dibuat sebelum suatu tindakan dilaksanakan.
Ketiga, manajemen pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikir
sistem. Sistem adalah keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian dan bagian-
bagian itu berinteraksi dalam suatu proses untuk mengubah masukan menjadi
keluaran.
Keempat,manajemen pendidiakn juga dapat dilihat dari segi efektivitas
pemanfaatan sumber. Jika manajemen dilihat dari sudut ini, perhatian tertuju
9

kepada usaha untuk melihat apakah pemanfaatan sumber-sumber yang ada


dalam mencapai tujuan pendidikan itu sudah mencapai sasaran yang
ditetapkan dan apakah dalam pencapaian tujuan itu tidak terjadi pemborosan.
Sumber yang dimaksud dapat berupa sumber manusia, uang, sarana dan
prasarana maupun waktu.
Kelima, manajemen pendidikan juga dapat dilihat dari segi
kepemimpinan. Manajemen pendidikan dilihat dari kepemimpinan merupakan
usaha untuk menjawab pertanyaan bagaimana dengan kemampuan yang
dimiliki administrator pendidikan itu, ia dapat melaksanakan tut
wurihandayani, ing madya mangun karso, dan ing ngarso sung tulodo dalam
pencapaian tujuan pendidikan.
Keenam, manajemen pendidikan juga dapat dilihat dari proses
pengambilan keputusan. Kita tahu bahwa melakukan kerja sama dan
memimpin kegiatan sekolompok orang bukanlah pekerjaan yang mudah.
Ketujuh, manajemen pendidikan juga dapat dilihat dari segi komunikasi.
Komunikasi dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha untuk membuat
orang lain mengerti apa yang kita maksudkan, dan kita juga mengerti apa
yang dimaksudkan, dan kita juga mengerti apa yang dimaksudkan orang lain
itu.
Kedelapan, manajemen seringali diartikan dalam pengertian yang sempit
yaitu kegiatan ketatausahaan yang intinya adalah kegiatan rutin catat-
mencatat, mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat
dengan segala aspeknya, serta mempersiapan laporan.

B. Manajemen Pendidikan Dilihat dari Tingkat dan Satuan Pendidikan


Dasar dan Menengah

1. Perencanaan
Perencanaan adalah pemilihan dari sejumlah alternative tentang
penetapan prosedur pencapaian, serta perkiraan sumber yang dapat
disediakan untuk mencapai tujuan tersebut. Yang dimaksud dengan
sumber meliputi sumber daya manusia, material, uang dan waktu. Dalam
perencanaan, kita mengenal beberapa tahap, yaitu (a) identifikasi masalah,
1

(b) perumusan masalah, (c) penetapan tujuan, (d) identitkasi alternative,


(e) pemilihan alternatif, dan (f) elaborasi alternative.
2. Pengorganisasian
Disekolah dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses untuk
memilih dan memilah orang-orang (guru dan personel sekolah lainnya)
serta mengalokasikan prasarana dan sarana untuk menunjang tugas orang-
orang itu dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Termasuk di dalam
kegiatan pengorganisasian adalah penetapan tugas,tanggung jawab, dan
wewenang orang-orang tersebut serta mekanisme kerjanya sehingga dapat
menjamin tercapainya tujuan sekolah itu.
3. Pengarahan
Pengarahan diartikan sebagai suatu usaha untuk menjaga agar apa
yang telah direncanakan dapat berjalan seperti yang dihendaki.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
dengan: (a) melaksanakan orientasi tentang pekerjaan yang akan dilakukan
individu atau kelompok, (b) memberikan petunjuk umum dan petunjuk
khusus baik secara lisan maupun tertulis, secara langusng maupuin tidak
langsung (Suharsimi, 1988).
4. Pengkoordinasian
Pengkordinasian di sekolah diartikan sebagai usaha untuk
menyatupadukan kegiatan dari berbagai individu atau unit sekolah itu agar
kegiatan mereka berjalan selaras dengan anggota atau unit lainnya dalam
usaha mencapai tujuan sekolah. Usaha pengkoordinasian dapat dilakukan
melalui berbagai cara seperti: (a) melaksanakan penjelasan singkat
(briefing), (b) mengadakan rapat kerja, (c) memberikan petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknis, dan (d) memberikan balikan tentang
hasil suatu kegiatan.
5. Pembiayaan
Pembiayaan sekolah adalah kegiatan mendapatkan biaya serta
mengelola anggaran pendapatan dan belanja pendidikan menengah.
Kegiatan in dimulai dariperencanaan biaya, usaha untuk mendapatkan
1

dana yang mendukung rencana itu, penggunaan, serta pengawasan


penggunaan anggaran tersebut.
6. Penilaian
Dalam waktu-waktu tertentu, sekolah pada umumnya atau anggota
organisasi seperti guru, kepala sekolah dan murid pada khususnya harus
melakukan penilaian tentang seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan
tercapai, serta mengetahui kekuatan dan kelemahan program yang
dilaksanakan. Secara lebih rinci maksud penilaian adalah untuk: (a)
memperoleh dasar bagi pertmbangan apakah berhasil atau tidak, (b)
menjamin cara bekerja yang efektif dan efisien, (c) memperoleh fakta-
fakta tentang kesukaran-kesukaran dan untuk menghindarkan situasi yang
dapat merusak, serta (d) memajukan kesanggupan para guru dan orang tua
murid dalam mengembangkan organisasi sekolah.

C. Manajemen Komponen-Komponen Sekolah

1. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran


Manajemen kurikulum dan program pengajaran merupakan bagian dari
MBS. Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup kegiatan
perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah
dibuka oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Karna itu
level sekolah yang paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan
menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Di samping
itu, sekolah juga bertugas dan berwewenang untuk mengembangkan
kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan
setempat.
Pengembangan kurikulum muatan lokal telah dilakukan sejak
digunakannya Kurikulum 1984, khususnya di sekolah dasar. Pada kurikulum
tersebut muatan lokal disisipkan pada berbagai bidang studi yang sesuai.
Muatan lokal lebih di intensifkan lagi pelaksanaannya dalam kurikulum 1994.
Dalam kurikulum 1994, muatan lokal tidak lagi disisipkan pada setiap bidang
studi, tetapi menggunakan pendekatan monolitik berupa bidang studi, baik
bidang studi wajib maupun pilihan. Pengembangan kurikulum muatan lokal
1

dimaksudkan terutama untuk mengimbangi kelemahan-kelemahan


pengembangan kurikulum sentralisasi, dan bertujuan agar peserta didik
mencintai dan mengenal lingkungannya, serta mau dan mampu melestarikan
dan mengembangkan sumber daya alam, kualitas social, dan kebudayaan yang
mendukung pembangunan nasional, pembangunan regional, maupun
pembangunan lokal sehingga peserta didik tidak terlepas dari akar sosial
budaya lingkungannya.
Kurikulum muatan lokal pada hakikatnya merupakan suatu perwujudan
Pasal 38 ayat 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) yang
berbunyi, “Pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan
didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang
disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan
pendidikan.” Sebagai tindak lanjut hal tersebut, muatan lokal dan sejauh
mugkin melibatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan dan
pelaksanaannya. Dengan kurikulum muatan lokal setiap sekolah diharapkan
mampu mengembangkan program pendidikan tertentu yang sesuai dengan
keadaan dan tuntutan lingkungannya.
Untuk menjamin efektifitas pengembangan kurikulum dan program
pengajaran dalam MBS, kepalas sekolah sebagai pengelola program
pengajaran bersama dengan guru-guru harus menjabarkan isi kurikulum
secara lebih rinci dan operasional kedalam program tahunan, catur wulan dan
bulanan. Adapun program mingguan atau program satuan pelajaran, wajib
dikembangkan guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar. Berikut
diperinci beberapa prinsip yang harus diperhatikan :
a. Tujuan yang dikehendaki harus jelas, makin operasional tujuan, makin
mudah terlihat dan makin tepat program-program yang dikembangkan
untuk mencapai tujuan.
b. Program itu harus sederhana dan fleksibel.
c. Program-program yang disusun dan dikembangkan harus sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
d. Program yang dikembangkan harus menyeluruh dan harus jelas
pencapaiannya.
1

2. Manajemen Tenaga Kependidikan


Keberhasilan MBS sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya
dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia disekolah. Dalam hal ini,
peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan
meningkatkan perilaku manusia ditempat kerja melalui aplikasi konsep dan
teknik manajemen personalia modern.
Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan
bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan
efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang
menyenangkan. Sehubungan dengan itu, fungsi personalia yang harus
dilaksanakan pimpinan adalah menarik, mengembangkan, menggajidan
memotivasi personil guna mencapai tujuan sistem, membantu anggota
mencapai posisi dan standar perilaku, memaksimalkan perkembangan karier
tenaga kependidikan serta menyelaraskan tujuan individu dan organisasi.
Manajemen tenaga kependidikan (guru dan personil) mencakup (1)
perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan
pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai,
(6) kompensasi, dan (7) penilaian pegawai. Semua itu perlu dilakukan dengan
baik dan benar agar apa yang diharapkan tercapai, yakni tersedianya tenaga
kependidikan yang diperlukan dengan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai
serta dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan berkualitas.
Pemberhentian atas permohonan pegawai sendiri, misalnya karena
pindah lapangan pekerjaan yang bertujuan memperbaiki nasib. Pemberhentian
oleh Dinas atau Pemerintah bisa dilakukan dengan beberapa alas an berikut :
a. Pegawai yang bersangkutan tidak cakap, dan tidak memiliki
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.
b. Perampingan atau penyederhanaan organisasi;
c. Peremajaan, biasanya pegawai yang telah berusia 50 tahun dan berhak
pensiun harus diberhentikan dalam jangka waktu satu tahun;
d. Tidak sehat jasmani dan rohani sehingga tidak dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik;
1

e. Melakukan pelanggaran tindak pidana sehingga dihukum penjara atau


kurungan;
f. Melanggar sumpah atau janji pegawai negeri sipil.

3. Manajemen Kesiswaan

Manajemen kesiswaan atau manajemen kemuridan (peserta didik)


merupakan salah satu bidang operasional MBS. Manajemen kesiswaan adalah
penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta
didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu
sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk pencatatan data
peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara
operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik melalui proses pendidikan disekolah.
Manajemen kesiswaan berjutuan untuk mengatur berbagai kegiatan
dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran disekolah dapat berjalan
lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, bidang manajemen kesiswaan sedikitnya
memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid
baru, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin.
Berdasarkan tiga tugas utama tersebut, Sutisna (1985) menjabarkan tanggung
jawab kepala sekolah dalam mengelola bidang kesiswaan berkaitan dengan
hal-hal berikut ini:
1. Kehadiran murid disekolah dan masalah-masalah yang berhubungan
dengan itu.
2. Penerimaan, orientasi, klasifikasi, dan penunjukan murid kekelas dan
program studi.
3. Evaluasi dan pelaporan kemauan belajar.
4. Program suvervisi bagi murid yang mempunyai kelainan, seperti
pengajaran, perbaikan dan pengajaran luar biasa.
5. Pengendalian disiplin murid.
6. Program bimbingan dan penyuluhan.
Penerimaan siswa baru perlu dikelola sedemikian rupa mulai dari
perencanaan penentuan daya tampung sekolah atau jumlah siswa baru yang
1

akan diterima yaitu, dengan mengurangi daya tampung dengan jumlah anak
yang tinggal kelas atau mengulang. Kehiatan penerimaan siswa baru biasanya
dikelola oleh panitia penerimaan siswa baru (PSB) atau panitia penerimaan
murid baru (PMB). Dalam kegiatan ini kepala sekolah membentuk panitia
atau menunjuk beberapa orang guru untuk bertanggung jawab dalam tugas
tersebut. Setelah para siswa diterima lalu dilakukan pengelompokkan dan
orientasi sehingga secara fisik, mental dan emosional siap untuk mengikuti
pendidikan disekolah.

4. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan.


Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang
secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan.
Hal ini lebih terasa lagi dalam implementasi MBS, yang menuntuk
kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada
masyarakat dan pemerintah.
Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan
merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan. Komponen keuangan dan
pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen produksi yang
menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar mengajar
disekolah bersama komponen-komponen lain. Dengan kata lain, setiap
kegiatan yang dilakukan disekolah memerlukan biaya baik itu yang disadari
maupun tidak disadari. Komponen keuangan d an pembiayaan ini perlu
dikelola sebaik-baiknya agar dana-dana yang ada dapat dimanfaatkan secara
optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan. hal ini penting,
terutama dalam rangka MBS, yang memberikan kewenangan kepada sekolah
untuk mencari dan memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai dengan
keperluan masing-masing sekolah karena pada umumnya dunia pendidikan
selalu dihadapkan pada masalah keterbatasan dana, apalagi dalam kondisi
krisis seperti sekarang ini.
Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar
dapat dikelompokkan atas tiga sumber : yaitu (1)pemerintah, baik pemerintah
1

pusat, daerah maupun kedua-duanya, yang bersifat umum atau khusus dan
diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan, (2)orang tua atau peserta didik,
(3)masyarakat, baik mengikat maupun tidak mengikat. berkaitan dengan
penerimaan keuangan dari orang tua dan masyarakat ditegaskan dalam
undang-undang sistem pendidikan nasional 1989 bahwa karena keterbatasan
kemampuan pemerintah dalam pemenuhan dana pendidikan, tanggung jawab
atas pemenuhan kebutuhan dana pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama antara pemerintah, masyarakat dan orang tua. adapun dimensi
pengeluaran meliputi biaya rutin dan biaya pembangunan.
Biaya rutin adalah biaya yang harus dikeluarkan dari tahun ke tahun,
seperti gaji pegawai (guru dan non guru), serta biaya operasional, biaya
pemeliharaan gedung, fasilitas, dan alat-alat pengajaran (barang-barang habis
pakai). sementara biaya pembangunan, misalnya biaya pembelian atau
pengembangan tanah, pembangunan gedung, perbaikan atau rehab gedung,
penambahan furniture, serta biaya atau pengeluaran lain untuk barang-barang
yang tidak habis pakai. dalam rangka implementasi MBS, manajemen
komponen keuangan harus dilaksanakan dengan baik dan teliti mulai tahap
penyusunan anggaran, penggunaan, sampai pengawasan dan pertanggung
jawaban sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar semua dana sekolah
benar-benar dimanfaatkan secara efektif, efisien, tidak ada kebocoran, serta
bebas dari penyakit KKN.
Tugas manajemen keuangan dapat dibagi tiga fase, yaitu financial
planning, implementation, aadn evaluation... Jones (1985) mengemukakan
perencanaan financial yang disebut budgeting, merupakan kegiatan
mengkoordinasi semua sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran
yang diinginkan secara sistematis tanpa menyebabkan efek samping yang
merugikan. Implementation involves accounting (pelaksanaan anggaran)
ialah kegiatan berdasarkan rencana yang telah dibuat dan kemungkinan terjadi
penyesuaian jika diperlukan. Evaluation involves merupakan proses evaluasi
terhadap pencapaian sasaran.
Komponen utama manajemen keuangan meliputi (1) prosedur anggaran;
(2) prosedur akutansi keuangan; (3) pembelajaran, pergudangan dan prosedur
1

pendistribusian; (4) prosedur investasi; dan (5) prosedur pemeriksaan. Dalam


pelaksanaannya, manajemen keuangan ini menganut asas pemisahan tugas
antara fungsi otorisator, ordonator dan bendaharawan. Otorisator adalah
pejabat yang diberi wewenang untuk mrngambil tindakan yang
mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran anggaran. Ordonator adalah
pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan
pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasiyang
telah ditetapkan. Adapun bendaharawan adalah pejabat yang berwenang
melakukan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran uang atau surat-surat
berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang serta diwajibkan membuat
perhitungan dan pertanggungjawaban.
Kepala sekolah sebagai manajer berfungsi sebagai otorisator dan
dilimpahi fungsi ordonator untuk memerintahkan pembayaran. Namun tidak
dibenarkan melaksanakan fungsi bendaharawan karena berkewajiban
melakukan pengawasan kedalam. Bendaharawan disamping memiliki fungsi-
fungsi bendaharawan, juga dilimpahi fungsi ordonator untuk menguji hak atas
pembayaran.

5. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan


Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara
langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses
belajar mengajar seperti alat-alat dan media pembelajaran. Adapun yang
dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak
langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti
halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika
dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman
sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus
lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.
Manajaemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan
menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontibusi
secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan
pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan,
penyimpanan inventarisasi, dan penghapusan serta penataan.
1

Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat


menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan kondisi
yang menyenangkan baik untuk guru maupun murid untuk berada disekolah.
Disamping itu juga, diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas belajar yang
memadai secara kuantitatif, kualitatif, serta relevan dengan kebutuhan serta
dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan
pengajaran baik oleh guru sebagai pengajar, maupun murid-murid sebagai
pelajar.
6. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu
sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan
pertumbuhan pribadi peserta didik disekolah. Dalam hal ini, sekolah sebagai
sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar,
yaitu masyarakat. Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat
erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien.
Sebaliknya, sekolah juga harus menunjang pencapaian tujuan atau pemenuhan
kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan pendidikan. Oleh karena itu,
sekolah berkewajiban untuk memberipenerangan tentang tujuan-tujuan
program-program, kebutuhan, serta keadaan tentang masyarakat. Sebaliknya,
sekolah juga harus mengetahui dengan jelas apa kebutuhan, harapan dan
tuntutan masyarakat terutama terhadap sekolah. Dengan perkataan lain, antara
sekolah dan masyarakat harus dibina suatu hubungan yang harmonis.
Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain untuk (1)
memajuka kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak; (2) memperkokoh
tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat; dan
(3) menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.
Untuk merealisasikan tujuan tersebut, banyak cara yang bisa dilakukan
oleh sekolah dalam menarik simpati masyarakat terhadap sekolah dan
menjalin hubungan yang harmonis antara sekolah masyarakat. Hal tersebut
antara lain dapat dilakukan dengan memberitahu masyarakat mengenai
program-program sekolah, baik program yang telah dilaksanakan, yang
1

sedang dilaksanakan maupun yang akan dilaksanakan sehingga masyarakat


mendapat gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan.
Hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat ini semakin
dirasakan pentingnya pada masyarakat yang telah menyadari dan memahami
pentingnya pendidikan bagi anak-anak. Namun tidak berarti pada masyarakat
yang masih kurang menyadari pentingnya pendidikan, hubungan kerjasama
ini tidak perlu dibina. Pada masyarakat yang kurang menyadari akan
pentingnya pendidikan, sekolah dituntut lebih aktif dan kreatif untuk
menciptakan hubungan kerjasama yang lebih harmonis.
Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan dengan baik, rasa
tanggung jawab dan partisipasi masyarakat untuk menunjukan sekolah juga
akan baik dan tinggi. Agar tercipta hubungan dan kerjasama yang baik antara
sekolah dan masyarakat, masyarakat perlu mengetahui dan memiliki
gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan. gambaran dan
kondisi sekolah ini dapat diinformasikan kepada masyarakat melalui laporan
kepada orang tua murid, bulletin bulanan, penerbitan surat kabar, pameran
sekolah, open house, kunjungan ke sekolah, kunjungan ke rumah murid,
penjelasan oleh staf sekolah, murid, radio dan televise, serta laporan tahunan.

7. Manajemen Layanan Khusus


Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan,
kesehatan, dan keamanan sekolah. manajemen komponen-komponen tersebut
merupakan bagian penting dari MBS yang efektif dan efisien.
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berlangsung
begitu pesat pada masa sekarang menyebabkan guru tidak bisa lagi melayani
kebutuhan anak-anak akan informasi, dan guru-guru juga tidak bisa
mengandalkan apa yang diperolehnya di bangku sekolah.
Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik memungkinkan
peserta didik untuk lebih mengembangkan dan mendalami pengetahuan yang
diperolehnya di kelas melalui belajar mandiri, baik pada waktu-waktu kosong
di sekolah maupun dirumah. di samping itu, juga memungkinkan guru untuk
mengembangkan pengetahuan secara mandiri, dan juga dapat mengajar
dengan metode bervariasi, misalnya belajar individual.
2

Manajemen layanan khusus lain adalah layanan kesehatan dan


keamanan. Sekolah sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan bertanggung
jawab melaksanakan proses pembelajaran, tidak hanya bertugas
mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap saja, tetapi harus
menjaga dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani peserta didik. Hal
ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu “... manusia yang memiliki kesehatan jasmani dan
rohani” (UUSPN, bab II pasal 4). Untuk kepentingan tersebut, di sekolah-
sekolah dikembangkan program pendidikan jasmani dan kesehatan,
menyediakan pelayanan kesehatan sekolah melalui usaha kesehatan sekolah
(UKS), dan berusaha meningkatkan program pelayanan melalui kerjasama
dengan unit-unti dinas kesehatan setempat. Di samping itu, sekolah juga perlu
memberikan pelayanan keamanan kepada peserta didik dan para pegawai
yang ada di sekolah agar mereka dapat belajar dan melaksanakan tugas
dengan tenang dan nyaman.
2

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep dasar manajemen yang merupakan ilmu sebagai suatu bidang
pengetahuan yang mengatur suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang
dilandasi dengan keahlian khusus. Manajemen pendidikan dapat didefinisikan
sebagai proses perencanaan, pengorganisaisan, pengerakkan,dan pengendalian
sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif.
Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang
saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional.
Sistem Pendidikan Nasional merupakan pedoman bagi manajer Pendidikan
untuk berperilaku baik secara individu maupun kelompok.

B. Saran

Manajemen pendidikan adalah ilmu yang diterapkan ke semua aspek


sebagai tatanan didalam kehidpuan,ini perlu diterapakn bukan hanya pada
organisasi saja,melainkan individu juga harus mempunyai manajemen agar
kehidupanya terarah dan teratur serta mencapai tujuan yang diinginkan dengan
baik.
2

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, David G. and tom V. Savage. (1983). Secondary Education.


Macmillan Publishing Co., Inc. New York.

Argyris, Chris. (1999). On Learning Organization, UK: Blackwell Published.


Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Jakarta.

Bredekamp, Sue dan Rosegrant, Teresa (eds). (1992). Reaching Potentials:


Appropriate Curriculum and Assessment for Young Children, Vol. 1.
Washington DC: National Association for the Education of Young
Children.

Cohen, Dorothy. (1994). Designing Groupwork: Strategies for the Heterogeneous


Classroom. New York: Teachers College Press.

Delors, Jacques. (1996). “Learning”: The Treasure Within, Report to UNESCO of


the International Commission on Education for the Twenty-First Century.
Paris: UNESCO Publishing

Depdiknas. (2006). Rencana Strategis Pendidikan Nasional: Konferensi Nasiona


Revitalisasi Pendidikan. Jakarta: Depdiknas

Duke, Nell, K. (2003). Information Books in Early Childhood.

NAEYC Dunn, Loraine & Kantos, Susan. (1997). Developmentally Appropriate


Practice: What Does Research Tell Us? ERIC Digest. ED413106

Dockett, Sue & Perry, Bob. (2002). Starting School: Effective Transitions.

ECRP Freeman, Nancy., Feeney, Stpehannie., Moravick, Eva. (2003). Ethics and
the Childhood Teacher Educator.

Isjoni. (2006). Pendidikan sebagai Investasi Masa Depan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia 24 Katz, Lilian. G. (1993). Multiple Perspectives

Anda mungkin juga menyukai