Anda di halaman 1dari 30

SUBTANSI MANAJEMEN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu : Waliyul Maulana Siregar S.Pd M.Pd

Oleh :

Kelompok 6
1. Surya Krisnadi (222111004
6)
2.Sinis Parningotan Sitnggang (622241101
3)
3. Nur Malina Yanti Nasution (622111103
4)
4. Maharani putri hasibuan (622111105
2)
5. Tuppal Ajun Siburin (622111105
0)

JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRGAN
UNIVERSUTAS NEGERI MEDAN
2022/2023

1
KATA PENGANTAR
Segenap puji dan syukur penulis (kelompok 7) haturkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan izinnya sehingga
akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan materi yang berjudul
“Subtansi Manajemen Pendidikan” ini. Karya Tulis ini dibuat dalam rangka
melengkapi tugas mata kuliah “Profesi Kependidikan”. Melalui karya tulis
makalah ini, penulis ingin memaparkan materi tentang Subtansi Manajemen
Pendidikan.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada bapak waliyul maulana
siregar S.Pd M.Pd selaku dosen pengampu yang telah memberikan mata
kuliah dan bimbingan kepada saya selaku penulis dan arahan dalam
penyusunan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
karya tulis ini baik dari segi materi, maupun sistematika penulisan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan. Besar harapan penulis, makalah ini akan bermanfaat bagi
kami selaku mahasiswa sekaligus penulis dan bagi pembaca umumnya.

Daftar isi
Kata Pengantar........................................................................................1
Daftar isi..................................................................................................2
Bab I Pendahuluan.............................................................................3
Bab II Pembahasan..............................................................................5
Bab IIIPenutup........................................................................................21
Kesimpulan..............................................................................................21

2
Saran .......................................................................................................21
Daftar pustaka.........................................................................................2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Manajemen pendidikan adalah proses kerjasama dua orang atau lebih


dalam rangka mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Manajemen
pendidikan secara umum bertujuan untuk mengelola pendidikan secara efektif dan
efisien baik dari pendekatan teori maupun pendekatan praktik. Ada subtansi inti
dalam manajemen pendidikan sebagai bidang garapan manajemen pendidikan
yaitu: (1) Kurikulum, (2) Peserta Didik, (3) Tenaga Pendidik Dan Kependidikan,

3
(4) Sarana Dan Prasarana Pendidikan, (5) Keuangan, Dan (6) Layanan Khusus,
(7) Ketatausahaan, (8) Mitra Sekolah dengan masyarakat.
      Fungsi dari manajemen pendidikan adalah agar sekolah secara administratif
dapat dikelola dengan baik bukan sekedar masalah ada sekolah, guru, dan peserta
didik lalu urusan sekolah selesai tetapi melihat sudut pandang bahwa sekolah
harus dikelola secara efektif dan efisien untuk mempermudah proses pengelolaan
sekolah itu sendiri. Melihat manajemen sebagai “seni” maka melihat proses
pengelolaan sekolah harus dilihat secara komprehensif untuk melihat
permasalahan-permasalahan yang sering ada disekolah. Dilihat dari prinsip ilmu
manajemen itu sendiri yaitu: (1) perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3)
Pelaksanaan, dan (4) Penilaian untuk mengukur apakah proses pengelolaan
sekolah suduh sistematis dan prosedural sebagai tolok ukur untuk melihat kualitas
suatu sekolah.
        Secara praktik yang berperan sebagai manager dalam manajemen pendidikan
adalah kepala sekolah dimana kepala sekolah memiliki wewenang yang lebih
untuk mengelola sekolah sesuai dengan visi dan misi yang hendak dicapai oleh
sekolah. Peran kepala sekolah sebagai manager adalah bagaimana kepala sekolah
dapat mendayagunakan segala sumber daya yang ada disekolah baik sumber daya
manusia maupun non  manusia dengan tujuan untuk mengatur secara administratif
kegiatan sekolah baik kegiatan pembelajaran maupun kegiatan sekolah yang
berifat administratif seperti penyusunan rencana kegiatan dan anggaran sekolah
selama satu tahun, tata persuratan sekolah, pengelolaan peserta didik, dan
pengelolaan sumber daya lain yang ada disekolah.
       Menurut Tim Dosen UPI (2011:10) administrasi pendidikan merupakan ilmu
yang membahas pendidikan dari sudut pandang kerjasama dalam proses mencapai
tujuan pendidikan. Semua proses usaha kerjasama dalam mencapai tujuan
pendidikan dilakukan dengan melibatkan semua aspek yang dipandang perlu dan
positif dalam usaha mencapai keberhasilan, baik berupa benda atau material –
seperti uang dan fasilitas, spiritual-seperti keyakinan dan nilai-nilai, ilmu
pengetahuan-seperti ilmu dan teknologi, maupun manusia atau human. Oleh
karena itu disebut dengan melibatkan sumber daya material maupun sumber daya
manusia. Secara teknis manajemen pendidikan mengatur dan mengelola segala
potensi atau sumber daya yang ada di sekolah agar dapat dikelola dengan baik.
         Manajemen pendidikan menurut Danim (2013:18) manajemen pendidikan
merupakan suatu proses mengoptimasi sumber daya kependidikan yang tersedia
dan dapat diakses untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Pendidik atau guru perlu diatur dan diawasi kinerja nya dalam mengajar karena
keberhasilan suatu proses pembelajaran adalah kemampuan guru dalam mengajar
dan pendekatan strategi mengajar pada peserta didik sehingga dalam hal ini fungsi
manajemen pendidikan adalah untuk mengatur pendidik agar siap dalam mengajar
dikelas. Menurut Wukir (2013:39) bahwa proses manajemen pendidikan memiliki
peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien

4
karena sekolah juga merupakan salah satu bentuk organisasi yang didalamnya
melibatkan berbagai komponen dan kegiatan pendidikan yang harus dikelola
secara baik. Pengelolaan kegiatan pendidikan di sekolah juga sebaiknya harus
mempunyai perencanaan yang jelas, pengorganisasian yang efektif dan efisien,
pengerahan guru dan personel sekolah sesuai bidangnya agar kinerjanya dapat
meningkat, serta melakukan pengendalian dan pengawasan berkelanjutan.
        Tujuan manajemen pendidikan adalah: (1) manajemen pendidikan membantu
pencapaian tujuan institusi pendidikan dengan efektif dan efisien, (2)
meningkatkan kualitas perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan kegiatan
institusi,(3) membantu menciptakan, memelihara dan meningkatkan citra baik
institusi, (4) membantu penggunaan sumber daya seperti staf pengajar, staf non
pengajar dan peserta didik dengan baik, (5) meningkatkan efisiensi institusi dalam
pencapaian tujuan dengan waktu dan biaya yang minimum, (6) membantu
penggunaan fasilitas pendidikan secara optimum, (7) mencegah terjadinya
duplikasi pekerjaan, (8) membantu staf dan pelajar dalam mengelola konflik
interpersonal, stres, waktu secara efektif, (9) meningkatkan komunikasi
interpersonal diantara anggota sekolah/universitas, (10) menunjang kompetensi
managerial tenaga kependidikan.
       

Rumusan Masalah
1. Apa itu subtansi manajemen pendidikan?
2. Apa pengertian, tujuan, dan fungsi organisasi profesi?
3. Apa dasar hukum dalam UU organisasi profesi guru?
4. Apa itu konsep dasar kode etik?
5. Bagaimana kode etik guru Indonesia?
6. Bagaimana pengawasan dalam kode etik?
1.2. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui Subtansi manajemen pendidikan.
2. Dapat mengetahui pengertian makna, tujuan serta fungsi dari
Manajemen pendidikan.
3. Dapat menganalisis apa itu subtansi manajemen pendidikan.
4. Dapat mengetahui kode etik guru
5. Dapat mengetahui pengawasan dalam kode etik.
1.3. Manfaat Penulisan

5
Makalah ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan keilmuan
selanjutnya mengenai Subtansi manajemen pendidikan. Selain itu makalah ini
juga merupakan sebagai sumber analisis dan identifiasi mengenai manjemen
pendidik yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Serta dapat pula sebagi
informasi tambahan untuk kalangan umum lebih khususnya yaitu dalam kalangan
pendidikan.

BAB II
SUBTANSI MANAJEMEN PENDIDIKAN
Bidang tugas manajemen pendidikan adalah bidang atau jenis tugas pokok
yang harus dikelola oleh administrator atau manajer pendidikan. Secara
operasional bidang tugas ini disebut sebagai subtansi manajemen yang harus
diberdayakan sedemikian rupa oleh administrator atau manajer (kepala sekolah)
agar tujuan pendidikandan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Bidang tugas di sekolah menyangkut berbagai aspek, yaitu: (1) kurikulum, (2)
peserta didik, (3) pendidik dan tenaga Kependidikan, (4) sarana dan prasarana
pendidikan, (5) keuangan, (6) layanan khusus, (7) ketatausahaan, (8) mitra
sekolah dengan masyarakat.

2.1 Manajemen kurikulum

Pendidikan mengambil peran penting dalam mencerdaskan kehidupan


berbangsa saat ini. Akan tetapi berbagai upaya yang telah pemerintah lakukan
untuk meningkatkan mutu pendidikan belum menunjukkan hasil yang
memuaskaan. Dari Laporan UNDP menunjukkan angka Human
DevelopmentIndeks (HDI) masyarakat Indonesia yang menjadi salah satu
indikator
Mutu  pendidikan di Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara lain di
Asia. Kondisi rendahnya mutu pendidikan ini disebabkan oleh berbagai
faktor.Kurikulum adalah jantung dari pendidikan. Keberhasilan pendidikansedikit
banyak terletak pada keberhasilan kurikulum. Dalam hal ini kurikulum mulai dari

6
perencanaan sampai pelaksanaan dan penilaiannya, yang berperandalam
pengambilan keputusan mengenai kurikulum itu sendiri. Untuk itu dalamrangka
menjamin keberhasilan kurikulum diperlukan pengelolaan yang tepat
dansistematis. Pengelolaan atau manajemen kurikulum yang terkoordinasi
dengan baik akan menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.
a. Pengertian

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang mencakup


tujuan, isi dan bahan pengajaran serta metoda yang digunakan sebagai bahan
pengajaran yang akan diselenggarakan dalam sebuah kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Manajemen kurikulum adalah sebuah proses
atau sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan
sistematik untuk mengacu ketercapaian tujuan kurikulum yang sudah dirumuskan.
Proses manajemen kurikulum tidak lepas dari kerjasama sosial antara dua orang
atau lebih secara formal dengan bantuan sumber daya yang mendukungnya.
Pelaksanaanya dilakukan dengan metode kerja tertentu yang efektif dan efisien
dari segi tenaga dan biaya, serta mengacu pada tujuan kurikulum yang sudah
ditentukan sebelumnya.
b. Prinsip dan Fungsi Manajemen Kurikulum

Prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen


kurikulum adalah sebagai berikut:
 Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam pelaksanaan kurikulum
harus sangat diperhatikan. Output (peserta didik) harus menjadi
pertimbangan agar sesuai dengan rumusan tujuan manajemen
kurikulum.
 Demokratisasi, proses manajemen kurikulum harus berdasarkan asas
demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik
pada posisi yang seharusnya agar dapat melaksanakan tugas dengan
sebaik- baiknya dan penuh tanggung jawab.
 Kooperatif, agar tujuan dari pelaksanaan kurikulum dapat tercapai
dengan maksimal, maka perlu adanya kerjasama yang positif dari
berbagai pihak yang terkait.
 Efektivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan kurikulum harus dapat
mencapai tujuan dengan pertimbangan efektif dan efisien, agar
kegiatan manajemen kurikulum dapat memberikan manfaat dengan
meminimalkan sumber daya tenaga, biaya, dan waktu.
 Mengarahkan pada pencapaian visi, misi, dan tujuan yang sudah
ditetapkan.
Adapun fungsi-fungsi dari manajemen kurikulum adalah sebagai berikut:

7
 Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, karena
pemberdayaan sumber dan komponen kurikulum dapat dilakukan
dengan pengelolaan yang terencana.
 Meningkatkan keadilan dan kesempatan bagi peserta didik untuk
mencapai hasil yang maksimal melalui rangkaian kegiatan pendidikan
yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan.
 Meningkatkan motivasi pada kinerja guru dan aktifitas siswa karena
adanya dukungan positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan
kurikulum.
 Meningkatkan pastisipasi masyarakat untuk membantu pengembangan
kurikulum, kurikulum yang dikelola secara profesional akan
melibatkan masyarakat dalam memberi masukan supaya dalam
sumber belajar disesuaikan dengan kebutuhan setempat.

c. Ruang lingkup Manajemen Kurikulum


Manajemen kurikulum adalah bagian dari studi kurikulum. Para ahli
pendidikan pada umumnya telah mengenal bahwa kurikulum adalah suatu cabang
dari disiplin ilmu pendidikan yang mempunyai ruang lingkup sangat luas. Studi
ini tidak hanya membahas tentang dasar-dasarnya, tetapi juga mempelajari
kurikulum secara keseluruhan yang dilaksanakan dalam pendidikan. Ruang
lingkup manajemen kurikulum adalah sebagai berikut: (1) manajemen
perencanaan, (2) manajemen pelaksanaan kurikulum, (3) supervisi pelaksanaan
kurikulum, (4) pemantauan dan penilaian kurikulum, (5) perbaikan kurikulum, (6)
desentralisasi dan sentralisasi pengembangan kurikulum. Sebuah kurikulum terdiri
dari beberapa unsur komponen yang terangkai pada suatu sistem. Sistem
kurikulum bergerak dalam siklus yang secara bertahap, bergilir, dan
berkesinambungan. Oleh sebab itu, manajemen kurikulum juga harus memakai
pendekatan sistem. Sistem kurikulum adalah suatu kesatuan yang di dalamnya
memuat beberapa unsur yang saling berhubungan dan bergantung dalam
mengemban tugas untuk mencapai suatu tujuan
d. Manajemen Perencanaan Kurikulum

Perencanaan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan


belajar yang dimaksudkan untuk membina siswa ke arah perubahan tingkah laku
yang diinginkan dan menilai sampai mana perubahan-perubahan yang telah terjadi
pada siswa. 5 hal yang mempengaruhi perencanaan dan pembuat keputusan : (1)
Filosofis, (2) Konten/materi (3) Manajemen pembelajaran, (4) Pelatihan guru, (5)
Sistem pembelajaran.
Perencanaan adalah suatu proses sosial yang kompleks dan menuntut
berbagai jenis tingkat pembuatan keputusan. Sebagaimana pada umumnya
rumusan model perencanaan harus berdasarkan asumsi-asumsi rasionalitas

8
dengan pemrosesan secara cermat. Proses ini dilaksanakan dengan pertimbangan
sistematik tentang relevansi pengetahuan filosofis (isu-isu pengetahuan yang
bermakna), sosiologis (argumen-argumen kecenderungan sosial), dan psikologi
(dalam menentukan urutan materi pelajaran). Perencanaan kurikulum dijadikan
sebagai pedoman yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber peserta yang
diperlukan, media penyampaian, tindakan yang perlu dilakukan, sumber biaya,
tenaga, sarana yang diperlukan, sistem kontrol, dan evaluasi untuk mencapai
tujuan organisasi. Dengan perencanaan akan memberikan motivasi pada
pelaksanaan sistem pendidikan sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.
Kegiatan inti pada perencanaan adalah merumuskan isi kurikulum yang memuat
seluruh materi dan kegiatan yang dalam bidang pengajaran, mata pelajaran,
masalah-masalah, proyek-proyek yang perlu dikerjakan
e. Manajemen Pengorganisasian dan Pelaksanaan Kurikulum
Manajemen pengorganisasian dan pelaksanaan kurikulum berkenaan
dengan semua tindakan yang berhubungan dengan perincian dan pembagian
semua tugas yang memungkinkan terlaksana. Manajemen pelaksanaan kurikulum
bertujuan supaya kurikulum dapat terlaksana dengan baik. Dalam hal ini
manajemen bertugas menyediakan fasilitas material, personal dan kondisi-kondisi
supaya kurikulum dapat terlaksana. Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua:
1. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, yang dalam hal ini langsung
ditangani oleh kepala sekolah. Selain bertanggung jawab supaya
kurikulum dapat terlaksana di sekolah, dia juga berkewajiban
melakukan kegiatan-kegiatan yakni menyusun kalender akademik
yang akan berlangsung disekolah dalam satu tahun, menyusun
jadwal pelajaran dalam satu minggu, pengaturan tugas dan
kewajiban guru, dan lain-lain yang berkaitan tentang usaha untuk
pencapaian tujuan kurikulum.
2. Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang dalam hal ini dibagi dan
ditugaskan langsung kepada para guru. Pembagian tugas ini
meliputi; (1) kegiatan dalam bidang proses belajar mengajar, (2)
pembinaan kegiatan ekstrakurikuler yang berada diluar ketentuan
kurikulum sebagai penunjang tujuan sekolah, (3) kegiatan bimbingan
belajar yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang berada
dalam diri siswa dan membantu siswa dalam memecahkan masalah.
Peran-peran penting pada manajemen pelaksanaan kurikulum adalah:
(1) Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Kepala sekolah menempati posisi terdepan dalam mendesain kurikulum.
Kepala sekolah didorong untuk mencari cara agar mengembangkan apa yang
sudah dilakukan guru di kelas dengan ide dari pengembang kurikulum pusat.
Kepala sekolah membentuk gambaran mental apa yang harus dicapai siswa dan
bagaimana pencapaiannya pada disiplin yang berbeda, termasuk bagaimana cara
menilai penampilan siswa. Pejabat daerah meninjau ulang ekspektasi kinerja dan

9
memberi saran untuk modifikasi sampai mereka puas bahwa kepala sekolah
sudah jelas dalam memahami operasional tujuan pendidikan nasional.
Selanjutnya dalam pelatihan di tingkat yang lebih tinggi para guru dan karyawan
dilatih berdasarkan jenjangnya, dan mereka mengembangkan rencana sepanjang
tahun pada mata pelajaran yang berbeda-beda. Rencana-rencana tersebut dikritisi
dan tiap guru mebuat rencana kelasnya masing-masing. Kepala sekolah dan guru
memutuskan langkah-langkah yang akan diambil dalam menerjemahkan
kurikulum pada tataran praktis. Setelah rencana diterapkan, kepala sekolah
mendukung guru dalam melakukan eksperimen untuk menemukan cara baru
dalam modifikasi kelas dan mengelompokkan guru agar bertemu secara teratur
untuk membahas dan berbagi tentang strategi pembelajaran baru.
Kepemimpinan yang fokus adalah ketika kepala-kepala sekolah bersama
guru menganalisa kemajuan siswa berdasarkan tes dan patokan dan kemudian
menentukan implikasi untuk pembelajaran.
(2) Kepala Sekolah dalam Kepemimpinan Bersama
Kepala sekolah dan guru memiliki kebebasan untuk menyusun visi
kurikulum mereka sendiri daripada hanya mencari cara mencapai tujuan yang
disusun pihak lain. Para karyawan berfokus pada masalah di sekolah mereka.
Salah satu pendekatannya adalah dengan berfokus pada budaya sekolah, termasuk
keyakinan, nilai-nilai, tradisi, praktek, harapan, dan asumsi-asumsi. Cara yang
baik untuk memulai mengembangkan visi kurikulum adalah dengan menetapkan
pernyataan misi dan analisis kritis pada kurikulum yang sedang berjalan. Sangat
baik untuk merumuskan etos dari sekolah, ciri khas, dan aspek-aspek unggulan
dari sekolah.
Guru dan kepala sekolah mengeksplor peraturan sekolah (kebijakan
penilaian, penjadwalan, buku teks, pembelajaran keluar, dan yang lainnya).
Biasanya tim ini yang menentukan kebijakan, menginterpretasikannya, dan
menentukan konsekuensinya. Di bawah kepemimpinan bersama, peran kepala
sekolah adalah untuk melepaskan kapasitas kreativitas dari tim tadi, bukan
mengontrolnya. Salah satu tujuan dalam sesi perencanaan adalah semua harus
berbagi pengetahuan, pengamatan, interpretasi, dan harus ada bukti dan
kesepakatan tentang validitas dari pandangan yang bertentangan. Keputusan
didasarkan pada konsensus rasional, bukan dari kepala sekolah atau guru-guru
yang populer. Selama berdiskusi peserta tetap menjaga norma dan nilai dari
sekolah. Peran guru dalam pengambilan keputusan kurikulum bukan hal yang
baru. Gary Peltier menulis tentang program penyusunan kurikulum tahun 1922
menggunakan partisipasi guru. Hasilnya, para guru menjadi lebih tahu tentang
tujuan pendidikan, lebih dapat menginterpretasikan program, dan lebih menerima
metode-metode baru. Guru menjadi lebih menerima pandangan baru tentang mata
pelajaran, dan lebih respon terhadap kebutuhan sosial dan siswa. (3) Kepala
Departemen atau Wakil Kepala Sekolah dalam Manajemen Kurikulum Pada
beberapa sekolah, kepala sekolah menetapkan kepala departemen atau wakil

10
kepala sekolah untuk kepemimpinan kurikulum. Kepala departemen menyediakan
struktur kurikulum, diskusi, dan pengambilan keputusan. Departemen kurikulum
menangani isu-isu tentang hasil yang diharapkan, isi materi dan sekuensnya,
kriteria untuk materi dan aktivitas baru, pendekatan pengajaran, pengawasan
dalam implementasi, dan evaluasi
f. Supervisi Pelaksanaan Kurikulum
Supervisi atau pemantauan kurikulum adalah pengumpulan informasi
berdasarkan data yang tepat, akurat, dan lengkap tentang pelaksanaan kurikulum
dalam jangka waktu tertentu oleh pemantau ahli untuk mengatasi permasalahan
dalam kurikulum. Pelaksanaan kurikulum di dalam pendidikan harus dipantau
untuk meningkatkan efektifitasnya. Pemantauan ini dilakukan supaya kurikulum.
tidak keluar dari jalur. Oleh sebab itu seorang yang ahli menyusun kurikulum
harus memantau pelaksanaan kurikulum mulai dari perencanaan sampai
mengevaluasinya. Secara garis besar pemantauan kurikulum bertujuan untuk
mengumpulkan seluruh informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan
dalam memecahkan masalah. Dalam tataran praktis, pemantauan kurikulum
memuat beberapa aspek, yaitu sebagai berikut: (1) Peserta didik, dengan
mengidentifikasi pada cara belajar, prestasi belajar, motivasi belajar, keaktifan,
kreativitas, hambatan dan kesulitan yang diahadapi. (2) Tenaga pengajar, dengan
memantau pada pelaksanaan tanggung jawab, kemampuan kepribadian,
kemampuan kemasyarakatan, kemampuan profesional, dan loyalitas terhadap
atasan, (3) Media pengajaran, dengan melihat pada jenis media yang digunakan,
cara penggunaan media, pengadaan media, pemeliharaan dan perawatan media,
(4) Prosedur penilaian: instrument yang dihadapi siswa, pelaksanaan penilaian,
pelaporan hasil penilaian, (5) Jumlah lulusan: kategori, jenjang, jenis kelamin,
kelompok usia, dan kualitas kemampuan lulusan.
g. Penilaian Kurikulum
Penilaian kurikulum atau evaluasi kurikulum merupakan bagian dari sistem
manajemen. Evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis dan
menyajikan data untuk penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan
direvisi atau diganti
h. Perbaikan Kurikulum
Kurikulum tidak bisa bersifat selalu statis, akan tetapi akan senantiasa
berubah dan bersifat dinamis. Hal ini dikarenakan kurikulum itu sangat
dipengaruhi oleh perubahan lingkungan yang menuntutnya untuk melakukan
penyesuaian supaya dapat memenuhi permintaan. Permintaan itu baik dikarenakan
adanya kebutuhan dari siswa dan kebutuhan masyarakat yang selalu mengalami
perkembangan dan pertumbuhan terus menerus. Perbaikan kurikulum intinya
adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dapat disoroti dari dua
aspek, proses, dan produk. Kriteria proses menitikberatkan pada efisiensi
pelaksanaan kurikulum dan sistem intruksional, sedangkan kualitas produk
melihat pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai dan output (kelulusan siswa).

11
Berkaitan dengan prosedur perbaikan, seluruh komponen sumber daya manusiawi,
seperti: administrator, pemilik sekolah, kepala sekolah, guru-guru, siswa, serta
masyarakat sangat berperan besar. Tanggung jawab masing-masing harus
dirumuskan secara jelas. Selain itu aspek evaluasi juga harus dikaji sejak awal
perencanaan program perbaikan kurikulum. Dengan evaluasi yang tepat dan data
informasi yang akurat akan sangat diperlukan dalam membuat keputusan
kurikulum dan intruksional.
Chamberlain telah merumuskan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam
perbaikan, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah sebenarnya sebagai tuntutan untuk
mengetahui tujuan, (2) mengumpulkan fakta atau informasi tambahan, (3)
mengajukan kemungkinan pemecahan dengan keputusan yang optimal dan
diharapkan, (4) memilih pemecahan sebagai percobaan, (5) merencanakan
tindakan yang dikehendaki untuk melaksanakan penyelesaian, (6) melakukan
solusi percobaan, (7) evaluasi.
2.2 Manajemen Peserta Didik

Manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan


terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai
dengan mereka lulus sekolah.  Knezevich (1961) mengartikan manajemen peserta
didik atau pupil personnel administration sebagai suatu layanan yang memusatkan
perhatian pada pengaturan, pengawasan dan layanan siswa di kelas dan di luar
kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan
keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.
Secara sosiologis, peserta didik mempunyai kesamaan-kesamaan. Adanya
kesamaan-kesamaan yang dipunyai anak inilah yang melahirkan kensekuensi
kesamaan hak-hak yang mereka punyai. Kesamaan hak-hak yang dimiliki oleh
anak itulah, yang kemudian melahirkan layanan pendidikan yang sama melalui
sistem persekolahan (schooling). Dalam sistem demikian, layanan yang diberikan
diaksentuasikan kepada kesamaan-kesamaan yang dipunyai oleh anak. Pendidikan
melalui sistem schooling dalam realitasnya memang lebih bersifat massal
ketimbang bersifat individual.
Layanan yang lebih diaksentuasikan kepada kesamaan anak  yang bersifat
massal ini, kemudian digugat. Gugatan demikian, berkaitan erat
dengan pandangan psikologis mengenai anak. Bahwa setiap individu pada
hakekatnya adalah berbeda. Oleh karena berbeda, maka mereka membutuhkan
layanan-layanan pendidikan yang berbeda.
Layanan atas kesamaan yang dilakukan oleh sistem schooling tersebut
dipertanyakan, dan sebagai responsinya kemudian diselipkan layanan-layanan
yang berbeda pada sistem schooling tersebut.
Adanya dua tuntutan pelayanan terhadap siswa,– yakni aksentuasi pada
layanan kesamaan dan perbedaan anak–, melahirkan pemikiran pentingnya
manajemen peserta didik  untuk mengatur bagaimana agar tuntutan dua macam
layanan tersebut dapat dipenuhi di sekolah. Baik layanan yang teraksentuasi pada
kesamaan maupun pada perbedaan peserta didik, sama-sama diarahkan agar
peserta didik berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.
a. Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik

12
Tujuan umum manajemen peserta didik adalah: mengatur kegiatan-
kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses belajar
mengajar di sekolah; lebih lanjut, proses belajar mengajar di sekolah dapat
berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi
pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Tujuan khusus manajemen peserta didik adalah: (1) Meningkatkan pengetahuan,
(2) keterampilan dan psikomotor peserta didik, (3) Menyalurkan dan
mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat dan minat peserta didik,
(4) Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik.
Fungsi manajemen peserta didik secara umum adalah: sebagai wahana
bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang
berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosialnya, segi aspirasinya,
segi kebutuhannya dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.
b. Prinsip-Prinsip Manajemen Peserta Didik

Adapun prinsip-prinsip manajemen peserta didik tersebut adalah sebagai


berikut:
1. Manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian dari keseluruhan
manajemen sekolah. Oleh karena itu, ia harus mempunyai tujuan yang
sama dan atau mendukung terhadap tujuan manajemen secara
keseluruhan. Ambisi sektoral manajemen peserta didik tetap
ditempatkan dalam kerangka manajemen sekolah. Ia tidak boleh
ditempatkan di luar sistem manajemen sekolah.
2. Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah mengemban
misi pendidikan dan dalam rangka mendidik para peserta didik. Segala
bentuk kegiatan, baik itu ringan, berat, disukai atau tidak disukai oleh
peserta didik, haruslah diarahkan untuk mendidik peserta didik dan
bukan untuk yang lainnya.
3. Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah diupayakan
untuk mempersatukan peserta didik yang mempunyai aneka ragam
latar belakang dan punya banyak perbedaan. Perbedaan-perbedaan
yang ada pada peserta didik, tidak diarahkan bagi munculnya konflik
di antara mereka melainkan justru mempersatukan dan saling
memahami dan menghargai.
4. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya
pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik. Oleh karena
membimbing, haruslah terdapat ketersediaan dari pihak yang
dibimbing. Ialah peserta didik sendiri. Tidak mungkin pembimbingan
demikian akan terlaksana dengan baik manakala terdapat keengganan
dari peserta didik sendiri.
5. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan memacu
kemandirian peserta didik. Prinsip kemandirian demikian akan
bermanfaat bagi peserta didik tidak hanya ketika di sekolah,

13
melainkan juga ketika sudah terjun ke masyarakat. Ini mengandung
arti bahwa ketergantungan peserta didik haruslah sedikit demi sedikit
dihilangkan melalui kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik.
6. Apa yang diberikan kepada peserta didik dan yang selalu diupayakan
oleh kegiatan manajemen peserta didik haruslah fungsional bagi
kehidupan peserta didik baik di sekolah lebih-lebih di masa depan.
c. Pendekatan Manajemen Peserta Didik

Ada dua pendekatan yang digunakan dalam manajemen peserta didik


(Yeager, 1994). Pertama, pendekatan kuantitatif (the quantitative approach).
Pendekatan ini lebih menitik beratkan pada segi-segi administratif dan birokratik
lembaga pendidikan. Dalam pendekatan demikian, peserta didik diharapkan
banyak memenuhi tuntutan-tuntutan dan harapan-harapan lembaga pendidikan di
tempat peserta didik tersebut berada. Asumsi pendekatan ini adalah, bahwa
peserta didik akan dapat matang dan mencapai keinginannya, manakala dapat
memenuhi aturan-aturan, tugas-tugas, dan harapan-harapan yang diminta oleh
lembaga pendidikannya.
Wujud pendekatan ini dalam manajemen peserta didik secara operasional
adalah: mengharuskan kehadiran secara mutlak bagi peserta didik di sekolah,
memperketat presensi, penuntutan disiplin yang tinggi, menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan kepadanya. Pendekatan demikian, memang teraksentuasi pada
upaya agar peserta didik menjadi mampu.
Kedua, pendekatan kualitatif (the qualitative approach). Pendekatan ini lebih
memberikan perhatian kepada kesejahteraan peserta didik. Jika pendekatan
kuantitatif di atas diarahkan agar peserta didik mampu, maka pendekatan kualitatif
ini lebih diarahkan agar peserta didik senang. Asumsi dari pendekatan ini adalah,
jika peserta didik senang dan sejahtera, maka mereka dapat belajar dengan baik
serta senang juga untuk mengembangkan diri mereka sendiri di lembaga
pendidikan seperti sekolah. Pendekatan ini juga menekankan perlunya penyediaan
iklim yang kondusif dan menyenangkan bagi pengembangan diri secara optimal.
Di antara kedua pendekatan tersebut, tentu dapat diambil jalan tengahnya, atau
sebutlah dengan pendekatan padu. Dalam pendekatan padu demikian, peserta
didik diminta untuk memenuhi tuntutan-tuntutan birokratik dan administratif
sekolah di satu pihak, tetapi di sisi lain sekolah juga menawarkan insentif-insentif
lain yang dapat memenuhi kebutuhan dan kesejahteraannya. Di satu pihak siswa
diminta untuk menyelesaikan tugas-tugas berat yang berasal dari lembaganya,
tetapi di sisi lain juga disediakan iklim yang kondusif untuk menyelesaikan
tugasnya.
(Dikutif dari Buku Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah oleh Prof. Dr. Ali
Imron dan blog Akhmad Sudrajat)
d. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik
Manajemen peserta didik itu bukanlah dalam bentuk pencatatan data
peserta didik saja, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara
operasional dapat digunakan untuk membantu kelancaran upaya pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.
Ruang lingkup Manajemen Peserta Didik itu meliputi:

14
1. Analisis Kebutuhan Peserta Didik. Langkah pertama dalam kegiatan
manajemen peserta didik adalah melakukan analisis kebutuhan yaitu
penetapan siswa yang dibutuhkan oleh lembaga pendidikan (sekolah).
Kegiatan yang dilakukan dalam langkah ini adalah:
 Merencanakan jumlah peserta didik yang akan diterim
 Menyusun progam kegiatan kesiswaan
2. Rekruitmen Peserta Didik. Rekruitmen peserta didik di sebuah lembaga
pendidikan (sekolah) pada hakikatnya adalah merupakan proses pencarian,
menentukan dan menarik pelamar yang mampu untuk menjadi peserta
didik di lembaga pendidikan (sekolah) yang bersangkutan.
Langkah-langkah rekruitmen peserta didik (siswa baru) adalah sebagai
berikut:
 Pembentukan panitia penerimaan siswa baru
 Pembuatan dan pemasangan pengumuman penerimaan peserta didik
baru yang dilakukan secara terbuka.
3. Seleksi Peserta Didik. Seleksi peserta didik adalah kegiatan pemilihan
calon peserta didik untuk menentukan diterima atau tidaknya calon peserta
didik menjadi peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) tersebut
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Adapun cara-cara seleksi yang dapat digunakan adalah:
 Melalui tes atau ujian
 Melalui penelusuran bakat kemampuan
 Berdasarkan nilai STTB/SKHU atau nilai UAN
4. Orientasi. Orientasi peserta didik adalah kegiatan penerimaan siswa baru
dengan mengenalkan situasi dan kondisi lembaga pendidikan (sekolah)
tempat peserta didik itu menempuh pendidikan. Tujuan diadakannya
orientasi bagi peserta didik antara lain:
 Agar peserta didik dapat mengerti, memahami dan mentaati segala
peraturan yang berlaku di sekolah
 Agar pesera didik dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan-
kegiatan yang diselenggarakan sekolah
 Agar peserta didik siap menghadapi lingkungannya yang baru baik
secara fisik, mental dan emosional sehingga ia merasa betah dalam
mengikuti proses pembelajaran di sekolah serta dapat
menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah.
5. Penempatan Peserta Didik (Pembagian Kelas). Sebelum peserta didik yang
telah diterima pada sebuah lembaga pendidikan (sekolah) mengikuti
proses pembelajaran, terlebih dahulu perlu ditempatkan dan
dikelompokkan dalam kelompok belajarnya. Pengelompokan peserta didik
yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah sebagian besar didasarkan kepada
sistem kelas.

15
6. Pembinaan dan Pengembangan Peserta Didik. Pembinaan dan
pengembangan peserta didik dilakukan sehingga anak mendapatkan
bermacam-macam pengalaman belajar untuk bekal kehidupannya di masa
yang akan datang.
7. Pencatatan dan Pelaporan. Pencatatan dan pelaporan tentang kondisi
peserta didik perlu dilakukan agar pihak lembaga dapat memberikan
bimbingan yang optimal pada peserta didik.
8. Kelulusan dan Alumni. Proses kelulusan adalah kegiatan paling akhir dari
manajemen peserta didik. Kelulusan adalah pernyataan dari lembaga
pendidikan (sekolah) tentang telah diselesaikannya program pendidikan
yang harus diikuti oleh peserta didik. Ketika peserta didik sudah lulus,
maka secara formal hubungan antara peserta didik dan lembaga telah
selesai. Namun demikian, diharapkan hubungan antara para alumni dan
sekolah telah terjalin. Hubungan antara sekolah dan para alumni dapat
dapat dipelihara lewat pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh
para alumni yang tergabung dalam IKA (Ikatan Alumni) dan biasanya
melakukan suatu kegiatan yang disebut “reuni”.

2.3 Layanan Khusus yang Menunjang Manajemen Peserta Didik


1. Layanan Bimbingan dan Konseling. Menurut Hendyat Soetopo bimbingan
adalah proses bantuan yang diberikan kepada siswa dengan
memperhatikan kemungkinan dan kenyataan tentang adanya kesulitan
yang dihadapi dalam rangka perkembangan yang optimal, sehingga
mereka memahami dan mengarahkan diri serta bertindak dan bersikap
sesuai dengan tuntutan dan situasi lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat.
2. Layanan Perpustakaan. Perpustakaan merupakan salah satu unit yang
memberikan layanan kepada peserta didik, dengan maksud membantu dan
menunjang proses pembelajaran di sekolah, melayani informasi-informasi
yang dibutuhkan serta memberi layanan rekreatif melalui koleksi bahan
pustaka.
3. Layanan Kantin/Kafetaria. Kantin/ warung sekolah diperlukan adanya di
tiap sekolah supaya makanan yang dibeli peserta didik terjamin
kebersihannya dan cukup mengandung gizi. Para guru diharapkan sekali-
kali mengontrol kantin sekolah dan berkonsultasi dengan pengelola kantin
mengenai makanan yang bersih dan bergizi. Peran lain kantin sekolah
yaitu supaya para peserta didik tidak berkeliaran mencari makanan keluar
lingkungan sekolah.
4. Layanan Kesehatan. Layanan kesehatan di sekolah biasanya dibentuk
sebuah wadah bernama Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Usaha kesehatan
sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan sekolah.

16
5. Layanan Transportasi Sekolah. Sarana angkutan (transportasi) bagi para
peserta didik merupakan salah satu penunjang untuk kelancaran proses
belajar mengajar. Transportasi diperlukan terutama bagi para peserta didik
ditingkat prasekolah dan pendidikan dasar.
6. Layanan Asrama. Bagi para peserta didik khususnya jenjang pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi, terutama bagi mereka yang jauh dari
orang tuanya diperlukan diperlukan asrama. Selain manfaat untuk peserta
didik, asrama mempunyai manfaat bagi para pendidik dan petugas asrama
tersebut.

2.4 Manajemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan


Proses pembelajaran dan pengelolaan tata usaha disekolah tidak akan
berjalan tanpa adanya tenaga pendidik dan kependidikan yang mengatur tentang
pembelajaran dan aktivitas tata usaha sekolah. Tenaga pendidik dan kependidikan
perlu dikelola dan diatur dengan baik agar proses pembelajaran dan tata usaha
sekolah dapat berjalan secara efektif dan efisien. Menurut Tim Dosen AP UPI
(2011: 231) manajemen tenaga pendidik dan kependidikan adalah aktivitas yang
harus dilakukan mulai dari tenaga pendidik dan kependidikan itu masuk ke dalam
organisasi pendidikan sampai akhirnya berhenti melalui proses perencanaan
sumber daya manusia, perekrutan, seleksi, penempatan, pemberian kompensasi,
penghargaan, pendidikan dan latihan/pengembangan, dan pemberhentian.
Manajemen tenaga pendidik dan kependidikan adalah kegiatan
pengelolaan guru dan staf agar dapat melaksanakan tugas-tugas fungsinya secara
efektif. Pengelolaan tersebut setidaknya harus memenuhi kebutuhan minimal
organisai, maka organisasi/lembaga harus memiliki visi, sehingga pada saat
menentukan kriteria kebutuhan tenaga pendidik dan kependidikan akan tepat
sasaran.
Tenaga pendidik dan Kependidikan menjadi sangat penting adanya dalam
penyelenggaraan pendidikan, maka pengelolaan sumber daya manusia (Tenaga
pendidik dan Kependidikan) harus berjalan dinamis untuk mencapai tujuan
pendidikan yang sempurna.
Adanya manajemen pendidik dan tenaga kependidikan adalah untuk
mempermudah pengelolaan aktivitas kepegawaian di sekolah. Tujuan utama dari
manajemen sumber daya manusia adalah untuk memelihara kehidupan kerja para
karyawan dari waktu mereka masuk ke organisasi hingga keluar organisasi dan
memastikan terjalinnya kerjasama yang terbaik dalam mencapai tujuan organisasi
( Wukir, 2013:52).  Manajemen pendidik dan kependidikan memiliki tujuan
utama yaitu keteraturan tentang kepegawaian mulai dari pegawai masuk ke
sekolah hingga diberhentikan dari sekolah
Tenaga pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. (UU RI no 20 Tahun2003, Pasal 39 ayat 2)

17
a. Ruang lingkup

Ruang lingkup aktifitas manajemen tenaga pendidik dan kependidikan


meliputi :
Rekrutmen atau penerimaan tenaga pendidik maupun kependidikan harus
mencakup : seleksi, orientasi, dan penempatan. Untuk mendapatkan tenaga
pendidik atau kependidikan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan sekolah
maka hendaknya lembaga melakukan perekrutan yang diawali dengan seleksi
kemudian orien tasi sebagai wahana latihan dan percobaan dan terakhir adalah
penempatan. Dr. Rugaiyah mengartikan seleksi adalah kegiatan memilih calon-
calon tenaga yang dilaksanakan melalui seleksi administratif tes tertulis, tes
psikologis, wawasan dan tes kesehatan.
Kemudian dilakukan pembinaan. Pembinaan dilakukan dalam upaya
mengelola dan mengendalikan pegawai selama melaksanakan kerja di
lembaga/sekolah (Rugayah dan Atiek Sismiati 2011 : 80)
Pembinaan ini meliputi : pendidikan dan pelatihan, kompensasi/penggajian,
pemberian kesejahteraan, kenaikan pangkat, penilaian, dll. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi, tenaga, waktu dalam kerangka membangun kualitas kerja
pegawai.
Pemberhentian adalah pemutusan hubungan kerja seorang karyawan
dengan suatu organisasibperusahaan (Rugaiyah 2011 : 96) hal ini dapat diartikan
bahwa untuk menuju efektifitas kerja maka perusahaan atau lembaga harus
memperbaharui personel yang sudah tidak memenuhi standar kualitas kerja
perusahaan.
Selain pemberhentian personil yang sudah tidak mampu memenuhi standar
lagi, terlebih dahulu diadakan satu kualifikasi. Kualifikasi ini bertujuan untuk
menyesuaikan kebutuhan lembaga yang mengutamakan kualitas. Kulifikasi tenaga
pendidik berdasarkan UUSPN nomor 20 tahun 2003 BAB XI pasal 42 yaitu
Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan
jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi tersebut
adalah guru harus memiliki kualifikasi akademik minimum diploma 4 atau sarjana
(S1) yang disesuaikan dengan jenjang tugas mengajar.

2.5 Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan


Dalam rangka mengatur substansi fasilitas atau sarana di sekolah di
gunakan suatu pendekatan administratif tertentu yang disebut juga manajemen
sarana pendidikan. Manajemen sarana pendidikan adalah keseluruhan proses
perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, dan pengawasan yang digunakan untuk
menunjang pendidikan agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan
lancer, teratur, efektif, dan efisien. Perlengkapan sekolah, atau juga sering disebut
dengan fasilitas sekolah, dapat di kelompokan menjadi sarana pendidikan dan
prasarana pendidikan. Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan,
bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di

18
sekolah, seperti: ruang, buku, perpustakaan, labolatarium dan
sebagainya.Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat
kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang proses pendidikan di
sekolah.
a. Prinsip-prinsip manajemen sarana dan prasarana pendidikan
Agar tujuan-tujuan manajemen perlengkapan bisa tercapai, ada beberapa
prinsip-prinsip yang perlu di perhatikan dalam mengelola perlengkapan di
sekolah, prinsip-prinsip yang dimaksud adalah :
1. Prinsip pencapaian tujuan. manajemen perlengkapan sekolah dapat di
katakan berhasil bilaman fasilitas sekolah itu selalu siap pakai setiap saat,
pada setiap seorang personel sekolah akan menggunakannya
2. Prinsip efisiensi. Dengan prinsip efisiensi semua kegiatan pengadaan
sarana dan prasarana sekolah di lakukan dengan perencanaan yang hati-
hati, sehingga bisa memperoleh fasilitas yang berkualitas baik dengan
harga yang relatif murah. Dengan prinsip efisiensi berarti bahwa
pemakaian semua fasilitas sekolah hendaknya dilakukan dengan sebaik-
baiknya, sehingga dapat mengurangi pemborosan. Maka perlengkapan
sekolah hendaknya di lengkapi dengan petunjuk teknis penggunaan dan
pemeliharaannya.
3. Prinsip administrative. Dengan prinsip administratif berarti semua perilaku
pengelolaan perlengkapan pendidikan di sekolah itu hendaknya selalu
memperhatikan undang-undang, peraturan, instruksi, dan pedoman yang
telah di berlakukan oleh pemerintah.
4. Prinsip kejelasan tanggung jawab. semua tugas dan tanggung jawab semua
orang yang terlibat itu perlu di deskripsikan dengan jelas.
5. Prinsip kekohesifan. Dengan prinsip kekohesfan berarti manajemen
perlengkapan pendidikan di sekolah hendaknya terealisasikan dalam
bentuk proses kerja sekolah yang sangat kompak.
b. Pengelolaan Fasilitas Pendidikan
1. Perencanaan sarana pendidikan Penentuan kebutuhan merupakan
perencanaan pengadaan sarana pendidikan yang diperlukan dalam
penyelenggaraan pendidikan. Sebelum mengadakan alat-alat tertentu atau
fasilitas pendidikan terlebih dahulu harus melalui prosedur yang benar,
yaitu melihat dan memeriksa kembali keadaan dan kekayaan yang telah
ada, agar tidak terjadi sarana pendidikan yang mubazir, seperti pengadaan
kembali sarana yang masih memadai dari segi kuantitas maupun kualitas
atau pengadaan alat-alat yang tidak diperlukan dalam penyelenggaraan
pendidikan. Setelah melalui prosedur yang benar, baru bisa ditentukan
jenis sarana yang diperlukan berdasarkan kepentingan pendidikan di
sekolah bersangkutan. Penentuan sarana pendidikan sekolah juga harus
mempertimbangkan siapa-siapa saja yang memfasilitasi atau membiayai
pengadaan sarana tersebut.. Jones menegaskan bahwa perencanaan

19
pengadaan perlengkapan pendidikan di sekolah di awali dengan
menganalisis jenis pengalaman pendidikan yang di berikan di sekolah itu.
Janes mendeskripsikan langkah-langkah perencanaan pengadaan
perlengkapan sekolah sebagai berikut : a) Menganalisis kebutuhan
pendidikan suatu masyarakat dan menetapakan program untuk masa yang
akan datang sebagai dasar untuk mengevaluasi keberadaan fasilitas dan
membuat model perencanaan perlengkapan yang akan datang. b)
Melakuakan survei keseluruh unit sekolah untuk menyususn master plan
untuk jangka waktu tertentu. c) Memilih kebutuhan utama berdasarkan
hasil survei. d) Mengembangkan educational specification untuk setiap
proyek yang terpisah-pisah dalam usaha master plan. e) Merancang setiap
proyek yang terpisah-pisah sesuai dengan spesifikasi pendidikan yang
diusulkan.
2. Penyimpanan Sarana Dan Prasarana Pendidikan.
a. Hakikat Penyimpanan Sarana Dan Prasarana Penyimpanan adalah
kegiatan yang dilakukan untuk menampung hasil pengadaan dan
umumnya barang tersebut adalah milik negara pada wadah/tempat
yang telah disediakan. Penyimpanan sarana dan prasarana pendidikan
adalah kegiatan menyimpan suatu barang baik berupa perabot, alat
tulis kantor, surat-surat maupun barang elektronik dalam keadaan baru
ataupun sudah rusak yang dapat dilakukan oleh seorang beberapa
orang yang ditunjuk atau ditugaskan pada lembaga pendidikan. Aspek
yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan adalah aspek fisik dan
aspek administratif. Aspek fisik dalam penyimpanan adalah wadah
yang diperlukan untuk menampung barang milik negara berasal dari
pengadaan. Aspek ini biasa disebut gudang, yang dapat dibedakan
menjadi:
 Gudang pusat, yaitu gudang yang diperlukan untuk menampung
barang hasil pengadaan yang terletak pada unit. Biasanya gudang
pusat juga digunakan untuk menyimpan barang yang akan dijadikan
stok/persediaan.
 Gudang penyalur, yaitu gudang yang digunakan untuk menyimpan
barang sementara sebelum disalurkan ke unit atau satuan kerja yang
membutuhkan.
 Gudang transit, yaitu gudang yang digunakan untuk menyimpan
barang sementara sebelum disalurkan ke unit atau satuan kerja yang
membutuhkan.
 Gudang pemakai, yaitu gudang yang digunakan untuk meyimpan
barang-barang yang akan dan telah digunakan dalam pelaksanaan
kegiatan.
Aspek administratif adalah hal-hal yang diperlukan untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan dalam penyimpanan seperti:

20
bendaharawan kepala gudang, urusan tata usaha, urusan penerimaan,
urusan penyimpanan, dan pemeliharaan, urusan pengeluaran. Struktur
organisasi penyimpanan.
b. Prosedur dan tata cara penyimpanan barang
 Penerimaan, hal-hal yang dilakukan dalam penerimaan barang
antara lain: 1) Menerima pemberitahuan pengiriman barang
dari pihak yang menerima barang. Mempersiapkan segala
sesuatu yang diperlukan dalam penerimaan dan pemeriksaan
barang. 2) Memeriksa barang yang diterima baik fisik maupun
kelengkapan administrasi seperti surat kepemilikan. 3)
Membuat berita acara penerimaan dan hasil pemeriksaan
barang.
 Penyimpanan barang dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dalam hal ini adalah: 1) Meneliti barang-barang yang akan
disimpan 2) Menyiapkan barang-barang tersebut berdasarkan
pengelompokkan-pengelompokkan tertentu/harga 3) Mencatat
barang tersebut ke dalam buku penerimaan, kartu barang dan
kartu stok. 4) Membuat denah lokasi barang-barang yang
disimpan agar dapat dikeluarkan secara tepat. 5) Pengeluaran
barang dilakukan berdasarkan Surat Perintah Mengeluarkan
Barang (SPMB).
 Penyimpanan sarana dapat dikatakan suatu kegiatan simpan
menyimpan suatu barang baik berupa perabot, alat tulis kantor,
surat-surat maupun barang elektronik dalam keadaan baru
maupun rusak dapat dilakukan oleh seorang beberapa orang
yang ditunjuk pada suatu sekolah.
 Penyimpanan barang dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan
sebagai berikut: 1) Barang-barang yang sudah diterima, dicatat,
digudangkan, diatur, dirawat, dan dijaga secara tertib, rapi dan
aman. 2) Menyelenggarakan administrasi penyimpanan dan
penggunaan atas semua barang yang ada dalam ruang atau
gudang. 3) Secara berkala atau insidental diadakan
pengontrolan dan perhitungan barang persediaan agar diketahui
apakah memenuhi kebutuhan. 4) Laporan tentang keadaan
penyimpanan dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 Kegiatan penyimpanan meliputi menerima, menyimpan, dan
mengeluarkan barang di gudang. Gudang dibedakan menurut
bentuknya menjadi: 1) Gudang terbuka adalah gudang yang
tidak berdinding dan tidak beratap, tetapi berlantai dan harus
dikeraskan sesuai dengan berat barang-barang yang akan
disimpan. 2) Gudang tertutup adalah gudang berdinding dan
beratap yang konstruksinya disesuaikan dengan fungsi gudang

21
itu. Barang-barang yang sudah dianggarkan dalam pengadaan
barang jika sudah terealisasi sebaiknya langsung disimpan ke
bagian penyimpanan barang, selanjutnya diterima dan
diinventarisasi dan dicatat ketika barang tersebut akan
dikeluarkan agar terlihat tertib dan rapi.
c. Inventarisasi Sarana Prasarana. Inventarisasi adalah kegiatan
melaksanakan pengurusan penyelenggaraan, pengaturan, dan
pencatatan barang-barang, menyusun daftar barang yang menjadi milik
sekolah yang bersangkutan ke dalam suatu daftar inventaris barang
secara teratur dan menurut ketentuan yang berlaku.
Tujuan inventarisasi: (1) Tujuan umum Inventarisasi dilakukan dalam
rangka usaha penyempurnaan pengurusan dan pengawasan yang
efektif terhadap barang- barang milik negara atau swasta, (2) Tujuan
khusus; Untuk menjaga dan menciptakan tertib administrasi barang
milik negara yang dimiliki oleh suatu organisasi; Untuk menghemat
keuangan negara baik dalam pengadaan maupun pemeliharaan dan
penghapusan barang; Bahan/pedoman untuk menghitung kekayaan
negara dalam bentuk materiil yang dapat dinilai dengan uang; Untuk
memudahkan pengawasan dan pengendalian barang.
Inventarisasi juga memberikan masukan yang sangat berharga yakni,
analisis kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pengeluaran,
pemeliharaan, rehabilitasi, dan penghapusan. Daftar barang inventaris
adalah suatu dokumen berisi jenis dan jumlah barang yang menjadi
milik dan dikuasai negara, serta berada dibawah tanggung jawab
sekolah. Daftar inventarisasi barang yang disusun dalam suatu
organisasi yang lengkap, teratur, dan berkelanjutan dapat berfungsi
untuk: (1) Menyediakan data dan informasi dalam rangka menentukan
kebutuhan dan menyusun rencana kebutuhan barang, (2) Memberikan
data dan informasi untuk dijadikan bahan/pedoman dalam pengarahan
pengadaan barang, (3) Memberikan data dan informasi untuk
dijadikan bahan/pedoman dalam penyaluran barang, (4) Memberikan
data dan infromasi dalam menentukan keadaan barang sebagai dasar
untuk menentukan penghapusannya, (5) Memberikan data dan
informasi dalam rangka memudahkan pengawasan dan pengendalian
barang.
c. Prosedur pengawasan
1. Observasi. Digunakan untuk mengadakan penilaian atau evaluasi
baikterhadap pimpinan atau bawahannya. Digunakan untuk
auditdan review terhadap apa yang telah dilakukan.
2. Pemberian contoh. Apa yang dikerjakan oleh pimpinan seharusnya
juga dikerjakanpula oleh bawahannya dan sebaliknya pimpinan

22
akan seganmenindak terhadap bawahannya kalau ia sendiri tidak
dapatmengerjakannya.
3. Pencatatan pelaporan. Suatu alat pembuktian, dapat berupa catatan
atau laporan.
4. Pembatasan wewenang. Untuk menjaga agar seseorang tidak
melakukan hal yangmelebihi wewenangnya serta untuk
menghindari penyimpangan.

2.6 Prinsip Pengelolaan Keuangan


Dalam mengelola keuangan harus dilakukan dengan menganut system :
 Transparan

 Akuntabel

 Responsible

 Relevan

 Efektif

 Efisien

Pelaksanaan Pengelolaan keuangan di Sekolah


Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan di sekolah dilakukan oleh otorisator,
ordonator dan bendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang diberi kewenangan
untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan atau pengeluaran.
Ordonator adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan
memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan
otoritasi yang ditetapkan. Bendahrawan adalah pejabat yang berwenang dalam
melakukan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran uang atau surat-surat
berharga lainnya.
Langkah-langkah pengelolaan keuangan yaitu:
 Perencanaan atau Analisis Kebutuhan

Kegiatan perencanaan sekolah dilakukan  pada setiap awal tahun pelajaran dengan


mengidentifikasi segala kebutuhan.
 Penggalian atau Pencarian Sumber Dana

Penggalian sumber dana ialah kegiatan mencari sumber dana yang dapat
memberikan kontribusi untuk pembiayaan sekolah.

 Pendistribusian atau Pemanfaatan

Pendistribusian atau pemanfaatan sesuai dengan yang ditetapkan dalam RAPBS,


selain itu mengacu kepada peraturan yang ditetapkan seperti peraturan
pemanfaatan dana satuan operasional digunakan secara proporsional.
 Pelaporan dan Pertanggung Jawaban

23
Dalam tahap ini sekolah harus mencatat seluruh pemasukan keuangan sekolah dan
belanja kegiatan yang dicatat secara rinci dan sistematis. Pertanggung jawabannya
menganut system transparan, akuntabel dan responsibel.

2.7 Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Pengertian
Hubungan sekolah dan masyarakat didefinisikan sebagai proses komunikasi
antara sekolah dan masyarakat untuk berusaha menanamkan pengertian warga
masyarakat tentang kebuttuhan dan karya pendidikan serta pendorong minat dan
tanggung jawab masyarakat dalam usaha memajukan sekolah.

Tujuan Manajemen Sekolah dan Masyarakat (Husemas)


Tujuan Husemas dimaksudkan untuk menciptakan hubungan sekolah secara
harmonis, meningkatkan kemajuan pendidikan disekolah dan memberi manfaat
masyarakat akan kemajuan sekolah.
Elsbree yang dikutip Sobari (1994) mengemukakan tujuan husemas, yaitu:
 Untuk meningkatkan kualitas belajar dan pertumbuhan anak.

 Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya pendidikan


dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

 Untuk mengembangkan antuasisme atau semangat saling bantu antara


sekolah dengan masyarakat antara sekolah dengan masyarakat demi
kemajuan kedua belah pihak.

Fungsi Hubungan Sekolah dan Masyarakat

Fungsi Husemas dideskripsi sebagai berikut :


 Mengebangkan pengertian masyarakat tentang semua aspek pelaksanaan
program pendidikan di sekolah.

 Dapat menetapkan bagaimana harapan masyarakat terhadap sekolah dan


apa harapannya mengenai tujuan pendidikan.

 Memperoleh bantuan secukupnya dari masyarakat untuk sekolahnya, baik


financial, material maupun moril.

 Menimbulkan rasa tanggung jawab yang lebih besar pada masyarkat


terhadap kualitas pendidikan yang dapat diberikan oleh sekolah.

 Merealisasikan perubahan-perubahan yang diperlukan dan memeperoleh


fasilitas dalam merealisasikan perubahan-perubahan itu.

 Mengikutsertakan masyarakat secara kooperatif dalam usaha-usaha


memecahkan persoalan pendidikan.

24
 Meningkatkan semangat kerja sama antara sekolah dengan masyarakat,
dan meningkatkan partisipasi kepemimpinan untuk meningkatkan
kehidupan dalam masyarakat.

2.8 Pelayanan Ketatausahaan Peserta Didik

Pengertian Pelayanan Kegiatan pelayanan merupakan hal yang sangat


penting dalam mencapai tujuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Pelayanan berhubungan langsung dengan pemenuhan kebutuhan fasilitas para
pengguna pendidikan. Pelayanan merupakan kegiatan yang secara langsung
terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa
termasuk di dalamnya proses 31 pengambilan keputusan pada masa persiapan dan
penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Handoko, 2004: 10). Pendapat lain
mengenai pengertian pelayanan dikemukakan Andie Megantara (2005: 4) yang
menyebutkan bahwa pelayanan merupakan suatu cara melayani, membantu
menyiapkan atau mengurus keperluan seseorang atau sekelompok orang.

2.8.1 Pengertian Pelayanan Ketatausahaan Peserta Didik

Pada konteks ketatausahaan, pelayanan ketatausahaan merupakan kegiatan


pemberian pelayanan mengenai hal-hal yang bersifat adminisratif. Pada kegiatan
manajemen peserta didik bukan hanya terdapat pelayanan pada aspek operasional
yang dilakukan oleh guru untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah, melainkan terdapat pelayanan
pada aspek administratif yang dilakukan oleh tenaga administrasi sekolah atau
yang biasa disebut sebagai tata usaha sekolah.
Aspek administratif tersebut berupa kegiatan pencatatan, pendataan, dan
pemberkasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan peserta didik mulai dari
peserta didik masuk di suatu sekolah sampai keluar dari sekolah tersebut.
Kegiatan pencatatan, pendataan, dan pemberkasan yang berkaitan dengan peserta
didik tersebut merupakan tugas dari bagian ketatausahaan.
Pendapat mengenai ketatausahaan yang berkaitan dengan peserta didik
sebagaimana dikemukakan oleh Edi Suardi (1979: 24) bahwa yang dimaksud
dengan ketatausahaan peserta didik adalah segala bentuk catatan yang berkaitan
dengan peserta didik.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat Mulyasa (2007: 46) yang
menyatakan bahwa ketatausahaan peserta didik berkaitan dengan pencatatan data
dan pengaturan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan peserta didik mulai
dari masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah.
Sementara itu, ketatausahaan peserta didik sebagaimana disebutkan Abdul Aziz
Wahab (2008: 107) berkaitan dengan kegiatan kesekretariatan, menghimpun surat,
keterangan, dan informasi.
Pelaksanaan ketatausahaan siswa merupakan bentuk pelayanan
administratif siswa yang terselenggara selama siswa berada di sekolah. Jadi,
pelayanan ketatausahaan siswa berupa pelayanan mengenai surat-menyurat,
keterangan (data), dan informasi yang berkaitan dengan peserta didik mulai dari
masuk sekolah, proses perkembangan di sekolah, sampai dengan keluarnya

25
peserta didik tersebut dari suatu sekolah.

2.8.2 Tujuan Pelayanan Ketatausahaan Peserta Didik

Adanya pelaksanaan pelayanan ketatausahaan peserta didik di suatu


sekolah memiliki tujuan-tujuan tertentu yang dikehendaki oleh penyelenggara
pendidikan pada masing-masing sekolah tersebut. Petugas bagian ketatausahaan
sekolah memberikan pelayanan ketatausahaan peserta didik dimaksudkan untuk
mempermudah proses penyelenggaraan kegiatan pendidikan di sekolah (Tim
Dosen AP, 2011: 118). Sementara itu, Mulyasa (2007: 47) berpendapat bahwa
pelaksanaan pelayanan ketatausahaan peserta didik di suatu sekolah memiliki
tujuan sebagai berikut:
a. Memudahkan pihak sekolah, guru, dan orang tua peserta didik dalam
memantau keberhasilan, kemajuan, dan prestasi belajar para peserta didik selama
mengikuti pembelajaran di sekolah.
b. Mendeteksi kondisi setiap peserta didik sehingga pihak sekolah dapat
memberikan bimbingan maupun bantuan terhadap peserta didik yang memiliki
suatu permasalahan.
c. Menunjang aktivitas pengembangan pengetahuan, sikap kepribadian,
aspek sosial emosional, dan keterampilan setiap peserta didik sehingga dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai potensi masing-masing.
d. Mengetahui dan mengontrol keberhasilan atau prestasi kepala sekolah
sebagai manajer pendidikan di suatu sekolah. Pelaksanaan pelayanan
ketatausahaan peserta didik merupakan salah satu tugas sekolah untuk memenuhi
hak siswa selama menempuh pendidikan di suatu sekolah dalam rangka
menunjang segala aktivitas pembelajaran guna tercapainya tujuan pendidikan
yang efektif dan efisien.

2.8.3 Bentuk Pelayanan Ketatausahaan Peserta Didik

Tata usaha sekolah wajib memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya


kepada siapa saja yang membutuhkan layanan administrasi pada penyelenggaraan
pendidikan di sekolah. Salah satu pihak yang berhak mendapat pelayanan tersebut
adalah peserta didik. Layanan administrasi yang diberikan kepada peserta didik
menurut pendapat Abdul Aziz Wahab (2008: 107) berupa surat menyurat,
keterangan (melalui pendataan), dan informasi.

a. Persuratan

Petugas tata usaha sekolah memiliki tugas kesekretariatan yaitu urusan tata
persuratan dan kearsipan. Tata persuratan meliputi aktivitas mengelola surat
masuk dan keluar. Terdapat berbagai aktivitas peserta didik yang harus didukung
dengan sebuah legalitas berupa surat. Surat tersebut dapat berupa surat
pernyataan, surat keterangan, surat pengantar, surat izin, surat dinas, dan
sebagainya. Oleh karena itu, petugas tata usaha harus dapat melayani dan
memenuhi kebutuhan persuratan tersebut. Selain itu, tata usaha sekolah harus
menyimpan berkas atau surat yang menerangkan siswa tersebut agar jika
dibutuhkan kembali dapat disediakan oleh tata usaha. Jika kebutuhan tersebut

26
tidak dapat terpenuhi maka tidak menutup kemungkinan bahwa aktivitas
perkembangan peserta didik dapat terhambat.

b. Pendataan Petugas

Tata usaha perlu melakukan pendataan kepada setiap peserta didik guna mengenal
latar belakang serta mengetahui taraf kemajuan dan perkembangan peserta didik
dengan baik. Hal tersebut dilakukan dengan menyediakan data dan keterangan
yang objektif. Setiap perubahan dan perkembangan peserta didik harus dicatat,
dihimpun, dan disimpan sebagai dokumen sekolah secara lengkap, rapi,
sistematis, dan terpelihara. Data yang lengkap mengenai siswa akan sangat
berguna dalam membantu perkembangan atau mengatasi kesulitan belajar siswa.
Selain itu, data yang didukung dengan dokumen siswa yang lengkap dapat
memudahkan klasifikasi siswa guna pengajuan beasiswa, bantuan sekolah,
maupun berpartisipasi dalam sebuah kompetisi.

c. Informasi

Sekolah berkewajiban untuk melayani kepentingan siswa. Tata usaha dalam


fungsinya melayani pekerjaan-pekerjaan operatif (operasional) harus dapat
menyediakan berbagai informasi yang diperlukan siswa. Informasi-informasi
tersebut dapat memudahkan tercapainya tujuan yang diinginkan atau
memungkinkan penyelesaian pekerjaan operasional kesiswaan secara lebih baik.
Petugas tata usaha harus dapat mengakses, menyediakan, dan mensosialisasikan
berbagai informasi yang menyangkut kepentingan siswa. Oleh karena itu, petugas
tata usaha sekolah dituntut mampu menerapkan sistem informasi dengan terampil
agar dalam memberikan pelayanan mengenai informasi kesiswaan dapat
dilaksanakan dengan cepat, tepat, dan akurat. Jadi, kegiatan ketatausahaan
merupakan bagian dari kegiatan administrasi di sekolah. Adapun bentuk layanan
ketatausahaan peserta didik bukan hanya meliputi layanan persuratan peserta
didik, melainkan mencakup pengelolaan semua bahan keterangan atau data-data
serta informasi yang menyangkut peserta didik selama berada di sekolah.

2.8.4 Hubungan Manajemen Pendidikan dengan Pelayanan Ketatausahaan


Peserta Didik Manajemen pendidikan merupakan rangkaian kegiatan yang
berupa proses pengelolaan kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam
organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
sebelumnya agar tujuan tersebut tercapai secara efektif dan efisien. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa bidang garapan manajemen pendidikan, meliputi: organsiasi
pendidikan; manajemen kurikulum; manajemen peserta didik; manajemen tenaga
kependidikan; manajemen fasilitas pendidikan; manajemen pembiayaan
pendidikan; manajemen hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat;
ketatalaksanaan lembaga pendidikan; serta kepemimpinan dan supervisi
pendidikan (Tim Dosen AP, 2011: 18-19).
Berdasarkan sepuluh bidang garapan manajemen pendidikan, salah satu
bidang garapan tersebut adalah mengenai ketatalaksanaan lembaga pendidikan.
Ketatausahaan atau sering disebut ketatalaksanaan merupakan rangkaian kegiatan
yang berkaitan dengan aktivitas menghimpun, mencatat, mengolah,

27
menggandakan, mengirim, dan menyimpan semua bahan keterangan yang
diperlukan oleh suatu organisasi (The Liang Gie, 2007: 16). Berdasarkan
pengertian ketatausahaan tersebut maka yang dimaksud dengan ketatausahaan
pada lembaga pendidikan yang dalam hal ini adalah sekolah, bukan hanya
meliputi kegiatan persuratan, melainkan mencakup pengelolaan terhadap semua
bahan keterangan atau informasi yang digunakan untuk kepentingan
penyelenggaraan pendidikan di suatu sekolah
Kegiatan ketatausahaan bertujuan untuk memberikan pelayanan
administratif secara prima kepada para pengguna pendidikan guna menunjang dan
memperlancar kegiatan penyelenggaraan pendidikan di sekolah.. Jadi, salah satu
bentuk pelayanan katatausahaan adalah pelayanan ketatausahaan peserta didik.
Pelayanan ketatausahaan peserta didik merupakan suatu upaya memperlancar
aktivitas peserta didik selama mengikuti pendidikan di sekolah mulai dari peserta
didik masuk di sekolah sampai keluar dari sekolah tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dilihat bahwa pelayanan
ketatausahaan peserta didik merupakan bagian dari kegiatan ketatausahaan.
Sementara itu, ketatausahaan merupakan salah satu bidang garapan manajemen
pendidikan. Jadi, hubungan antara manajemen pendidikan dengan pelayanan
ketatausahaan peserta didik yaitu pelayanan ketatausahaan peserta didik
merupakan bagian dari salah satu aktivitas bidang garapan manajemen pendidikan
yaitu bidang ketatausahaan atau ketatalaksanaan pendidikan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Organisasi profesi merupakan wadah perkumpulan orang-orang yang
memiliki keahlian khusus yang merupakan ciri khas dari bidang keahian tertentu.
Dikatakan ciri khas oleh karena bidang pekerjaan tersebut diperoleh bukan secara
kebetulan dari sembarangan orang, tetapi melalui satu jalur khusus. Seperti
melalui perguruan tinggi atau melalui penekunan secara sistematis dan mendalam.
Di dalam perkembangannya, organisasi profesi guru atau kependidikan
telah banyak mengalami perubahan. Hal ini sejalan dengan terjadinya perubahan
profesi kependidikan. Sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 20 tahun 2003
pasal 1 ayat (6) bahwa “pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan.”
Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 ada lima
misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu meningkatkan dan atau
mengembangkan: karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat dan

28
kesehjateraan seluruh tenaga kependidikan.
Pekerjaan yang digolongkan dalam suatu profesi akan sendirinya
melahirkan pelayanan keahlian khusus yang pada gilirannya akan
menuntut adanya etika yang tumbuh dan mekar. Etika profesi meliputi
beberapa aspek antara lain :
a. Ketanpa pamrihan dalam mementingkan masyarakat secara keseluruhan.
b. Solidaritas yang tinggi sesama rekan profesi.

Seorang guru memiliki hak professional jika memiliki lima aspek pokok
yakni:

1. Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum.


2. Memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-langkah interaksi edukatif
dalam batas tanggung jawabnya, dan ikut serta dalam proses
pengembangan pendidikan setempat.
3. Menikmati kepemimpinan teknis dan dukungan pengelolaan yang efektif
dan efisien dalam rangka menjalankan tugasnya sehari-hari.
4. Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha-
usaha dan prestasi yang inovatif dalam bidang pengabdiannya.
5. Menghayati kebebasan mengembangkan kompetensi profesionalnya secara
individual maupun secara institusional. Etika profesional seorang guru
sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Seorang guru baru dapat disebut profesional jika telah menaati Kode Etik
Keguruan yang telah ditetapkan.

Saran
Agar tidak menyimpang dari kode etik yang akan berdampak pada profesionalitas
kerja maka :
1. Memperbanyak pemahaman terhadap kode etik profesi terutama
kode etik keguruan.
2. Mengaplikasikan keahlian sebagai tambahan ilmu dalam praktik
pendidikan yang dijalani.

29
3. Kode etik yang diterapkan hendaknya sesuai dengan keadaan yang
memungkinkan untuk dapat dijalankan bagi organisasi profesi
4. Terhadap pelaksana profesi hendaknya menjalankan profesi sesuai
dengan kode etik yang diterapkan agar profesi yang dijalani sesuai
dengan tuntutannya.

Oleh karena itu demi tercapainya tujuan pendidikan yang berkualitas, diperlukan
manajemen pendidikan yang dapat menggerakkan segala sumber daya pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd (2018). PROFESI KEPENDIDIKAN Edisi Revisi 2018.
Medan: UNIMED PRESS.
http://www.dinaspendidikanparepare.upaya-dan-strategia-peningkatan-mutu
pendidik-dan-tenagakependidikan, diakses pada hari jum’at, 22 April 2011
http://edu-articles.com/peningkatan-mutu-pendidikan/
https://julidvo.wordpress.com/2012/12/19/kode-etik-profesi-guru/
http://www.sarjanaku.com/2010/11/kode-etik-profesi-keguruan.html
http://www.scribd.com/doc/8864461/Profesi
Brantas, Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Alfabeta. 2009.
Dasar – dasar  menejemen
Inggris Online Etymology: Manage
Oxford English Dictionary
Siswanto, Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2011.
Vocational Business: Training, Developing and Motivating
http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/23/manajemen-pendidi

30

Anda mungkin juga menyukai