Oleh :
Kelompok 6
1. Surya Krisnadi (222111004
6)
2.Sinis Parningotan Sitnggang (622241101
3)
3. Nur Malina Yanti Nasution (622111103
4)
4. Maharani putri hasibuan (622111105
2)
5. Tuppal Ajun Siburin (622111105
0)
1
KATA PENGANTAR
Segenap puji dan syukur penulis (kelompok 7) haturkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan izinnya sehingga
akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan materi yang berjudul
“Subtansi Manajemen Pendidikan” ini. Karya Tulis ini dibuat dalam rangka
melengkapi tugas mata kuliah “Profesi Kependidikan”. Melalui karya tulis
makalah ini, penulis ingin memaparkan materi tentang Subtansi Manajemen
Pendidikan.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada bapak waliyul maulana
siregar S.Pd M.Pd selaku dosen pengampu yang telah memberikan mata
kuliah dan bimbingan kepada saya selaku penulis dan arahan dalam
penyusunan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
karya tulis ini baik dari segi materi, maupun sistematika penulisan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan. Besar harapan penulis, makalah ini akan bermanfaat bagi
kami selaku mahasiswa sekaligus penulis dan bagi pembaca umumnya.
Daftar isi
Kata Pengantar........................................................................................1
Daftar isi..................................................................................................2
Bab I Pendahuluan.............................................................................3
Bab II Pembahasan..............................................................................5
Bab IIIPenutup........................................................................................21
Kesimpulan..............................................................................................21
2
Saran .......................................................................................................21
Daftar pustaka.........................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
3
(4) Sarana Dan Prasarana Pendidikan, (5) Keuangan, Dan (6) Layanan Khusus,
(7) Ketatausahaan, (8) Mitra Sekolah dengan masyarakat.
Fungsi dari manajemen pendidikan adalah agar sekolah secara administratif
dapat dikelola dengan baik bukan sekedar masalah ada sekolah, guru, dan peserta
didik lalu urusan sekolah selesai tetapi melihat sudut pandang bahwa sekolah
harus dikelola secara efektif dan efisien untuk mempermudah proses pengelolaan
sekolah itu sendiri. Melihat manajemen sebagai “seni” maka melihat proses
pengelolaan sekolah harus dilihat secara komprehensif untuk melihat
permasalahan-permasalahan yang sering ada disekolah. Dilihat dari prinsip ilmu
manajemen itu sendiri yaitu: (1) perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3)
Pelaksanaan, dan (4) Penilaian untuk mengukur apakah proses pengelolaan
sekolah suduh sistematis dan prosedural sebagai tolok ukur untuk melihat kualitas
suatu sekolah.
Secara praktik yang berperan sebagai manager dalam manajemen pendidikan
adalah kepala sekolah dimana kepala sekolah memiliki wewenang yang lebih
untuk mengelola sekolah sesuai dengan visi dan misi yang hendak dicapai oleh
sekolah. Peran kepala sekolah sebagai manager adalah bagaimana kepala sekolah
dapat mendayagunakan segala sumber daya yang ada disekolah baik sumber daya
manusia maupun non manusia dengan tujuan untuk mengatur secara administratif
kegiatan sekolah baik kegiatan pembelajaran maupun kegiatan sekolah yang
berifat administratif seperti penyusunan rencana kegiatan dan anggaran sekolah
selama satu tahun, tata persuratan sekolah, pengelolaan peserta didik, dan
pengelolaan sumber daya lain yang ada disekolah.
Menurut Tim Dosen UPI (2011:10) administrasi pendidikan merupakan ilmu
yang membahas pendidikan dari sudut pandang kerjasama dalam proses mencapai
tujuan pendidikan. Semua proses usaha kerjasama dalam mencapai tujuan
pendidikan dilakukan dengan melibatkan semua aspek yang dipandang perlu dan
positif dalam usaha mencapai keberhasilan, baik berupa benda atau material –
seperti uang dan fasilitas, spiritual-seperti keyakinan dan nilai-nilai, ilmu
pengetahuan-seperti ilmu dan teknologi, maupun manusia atau human. Oleh
karena itu disebut dengan melibatkan sumber daya material maupun sumber daya
manusia. Secara teknis manajemen pendidikan mengatur dan mengelola segala
potensi atau sumber daya yang ada di sekolah agar dapat dikelola dengan baik.
Manajemen pendidikan menurut Danim (2013:18) manajemen pendidikan
merupakan suatu proses mengoptimasi sumber daya kependidikan yang tersedia
dan dapat diakses untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Pendidik atau guru perlu diatur dan diawasi kinerja nya dalam mengajar karena
keberhasilan suatu proses pembelajaran adalah kemampuan guru dalam mengajar
dan pendekatan strategi mengajar pada peserta didik sehingga dalam hal ini fungsi
manajemen pendidikan adalah untuk mengatur pendidik agar siap dalam mengajar
dikelas. Menurut Wukir (2013:39) bahwa proses manajemen pendidikan memiliki
peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien
4
karena sekolah juga merupakan salah satu bentuk organisasi yang didalamnya
melibatkan berbagai komponen dan kegiatan pendidikan yang harus dikelola
secara baik. Pengelolaan kegiatan pendidikan di sekolah juga sebaiknya harus
mempunyai perencanaan yang jelas, pengorganisasian yang efektif dan efisien,
pengerahan guru dan personel sekolah sesuai bidangnya agar kinerjanya dapat
meningkat, serta melakukan pengendalian dan pengawasan berkelanjutan.
Tujuan manajemen pendidikan adalah: (1) manajemen pendidikan membantu
pencapaian tujuan institusi pendidikan dengan efektif dan efisien, (2)
meningkatkan kualitas perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan kegiatan
institusi,(3) membantu menciptakan, memelihara dan meningkatkan citra baik
institusi, (4) membantu penggunaan sumber daya seperti staf pengajar, staf non
pengajar dan peserta didik dengan baik, (5) meningkatkan efisiensi institusi dalam
pencapaian tujuan dengan waktu dan biaya yang minimum, (6) membantu
penggunaan fasilitas pendidikan secara optimum, (7) mencegah terjadinya
duplikasi pekerjaan, (8) membantu staf dan pelajar dalam mengelola konflik
interpersonal, stres, waktu secara efektif, (9) meningkatkan komunikasi
interpersonal diantara anggota sekolah/universitas, (10) menunjang kompetensi
managerial tenaga kependidikan.
Rumusan Masalah
1. Apa itu subtansi manajemen pendidikan?
2. Apa pengertian, tujuan, dan fungsi organisasi profesi?
3. Apa dasar hukum dalam UU organisasi profesi guru?
4. Apa itu konsep dasar kode etik?
5. Bagaimana kode etik guru Indonesia?
6. Bagaimana pengawasan dalam kode etik?
1.2. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui Subtansi manajemen pendidikan.
2. Dapat mengetahui pengertian makna, tujuan serta fungsi dari
Manajemen pendidikan.
3. Dapat menganalisis apa itu subtansi manajemen pendidikan.
4. Dapat mengetahui kode etik guru
5. Dapat mengetahui pengawasan dalam kode etik.
1.3. Manfaat Penulisan
5
Makalah ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan keilmuan
selanjutnya mengenai Subtansi manajemen pendidikan. Selain itu makalah ini
juga merupakan sebagai sumber analisis dan identifiasi mengenai manjemen
pendidik yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Serta dapat pula sebagi
informasi tambahan untuk kalangan umum lebih khususnya yaitu dalam kalangan
pendidikan.
BAB II
SUBTANSI MANAJEMEN PENDIDIKAN
Bidang tugas manajemen pendidikan adalah bidang atau jenis tugas pokok
yang harus dikelola oleh administrator atau manajer pendidikan. Secara
operasional bidang tugas ini disebut sebagai subtansi manajemen yang harus
diberdayakan sedemikian rupa oleh administrator atau manajer (kepala sekolah)
agar tujuan pendidikandan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Bidang tugas di sekolah menyangkut berbagai aspek, yaitu: (1) kurikulum, (2)
peserta didik, (3) pendidik dan tenaga Kependidikan, (4) sarana dan prasarana
pendidikan, (5) keuangan, (6) layanan khusus, (7) ketatausahaan, (8) mitra
sekolah dengan masyarakat.
6
perencanaan sampai pelaksanaan dan penilaiannya, yang berperandalam
pengambilan keputusan mengenai kurikulum itu sendiri. Untuk itu dalamrangka
menjamin keberhasilan kurikulum diperlukan pengelolaan yang tepat
dansistematis. Pengelolaan atau manajemen kurikulum yang terkoordinasi
dengan baik akan menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.
a. Pengertian
7
Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, karena
pemberdayaan sumber dan komponen kurikulum dapat dilakukan
dengan pengelolaan yang terencana.
Meningkatkan keadilan dan kesempatan bagi peserta didik untuk
mencapai hasil yang maksimal melalui rangkaian kegiatan pendidikan
yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan.
Meningkatkan motivasi pada kinerja guru dan aktifitas siswa karena
adanya dukungan positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan
kurikulum.
Meningkatkan pastisipasi masyarakat untuk membantu pengembangan
kurikulum, kurikulum yang dikelola secara profesional akan
melibatkan masyarakat dalam memberi masukan supaya dalam
sumber belajar disesuaikan dengan kebutuhan setempat.
8
dengan pemrosesan secara cermat. Proses ini dilaksanakan dengan pertimbangan
sistematik tentang relevansi pengetahuan filosofis (isu-isu pengetahuan yang
bermakna), sosiologis (argumen-argumen kecenderungan sosial), dan psikologi
(dalam menentukan urutan materi pelajaran). Perencanaan kurikulum dijadikan
sebagai pedoman yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber peserta yang
diperlukan, media penyampaian, tindakan yang perlu dilakukan, sumber biaya,
tenaga, sarana yang diperlukan, sistem kontrol, dan evaluasi untuk mencapai
tujuan organisasi. Dengan perencanaan akan memberikan motivasi pada
pelaksanaan sistem pendidikan sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.
Kegiatan inti pada perencanaan adalah merumuskan isi kurikulum yang memuat
seluruh materi dan kegiatan yang dalam bidang pengajaran, mata pelajaran,
masalah-masalah, proyek-proyek yang perlu dikerjakan
e. Manajemen Pengorganisasian dan Pelaksanaan Kurikulum
Manajemen pengorganisasian dan pelaksanaan kurikulum berkenaan
dengan semua tindakan yang berhubungan dengan perincian dan pembagian
semua tugas yang memungkinkan terlaksana. Manajemen pelaksanaan kurikulum
bertujuan supaya kurikulum dapat terlaksana dengan baik. Dalam hal ini
manajemen bertugas menyediakan fasilitas material, personal dan kondisi-kondisi
supaya kurikulum dapat terlaksana. Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua:
1. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, yang dalam hal ini langsung
ditangani oleh kepala sekolah. Selain bertanggung jawab supaya
kurikulum dapat terlaksana di sekolah, dia juga berkewajiban
melakukan kegiatan-kegiatan yakni menyusun kalender akademik
yang akan berlangsung disekolah dalam satu tahun, menyusun
jadwal pelajaran dalam satu minggu, pengaturan tugas dan
kewajiban guru, dan lain-lain yang berkaitan tentang usaha untuk
pencapaian tujuan kurikulum.
2. Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang dalam hal ini dibagi dan
ditugaskan langsung kepada para guru. Pembagian tugas ini
meliputi; (1) kegiatan dalam bidang proses belajar mengajar, (2)
pembinaan kegiatan ekstrakurikuler yang berada diluar ketentuan
kurikulum sebagai penunjang tujuan sekolah, (3) kegiatan bimbingan
belajar yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang berada
dalam diri siswa dan membantu siswa dalam memecahkan masalah.
Peran-peran penting pada manajemen pelaksanaan kurikulum adalah:
(1) Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Kepala sekolah menempati posisi terdepan dalam mendesain kurikulum.
Kepala sekolah didorong untuk mencari cara agar mengembangkan apa yang
sudah dilakukan guru di kelas dengan ide dari pengembang kurikulum pusat.
Kepala sekolah membentuk gambaran mental apa yang harus dicapai siswa dan
bagaimana pencapaiannya pada disiplin yang berbeda, termasuk bagaimana cara
menilai penampilan siswa. Pejabat daerah meninjau ulang ekspektasi kinerja dan
9
memberi saran untuk modifikasi sampai mereka puas bahwa kepala sekolah
sudah jelas dalam memahami operasional tujuan pendidikan nasional.
Selanjutnya dalam pelatihan di tingkat yang lebih tinggi para guru dan karyawan
dilatih berdasarkan jenjangnya, dan mereka mengembangkan rencana sepanjang
tahun pada mata pelajaran yang berbeda-beda. Rencana-rencana tersebut dikritisi
dan tiap guru mebuat rencana kelasnya masing-masing. Kepala sekolah dan guru
memutuskan langkah-langkah yang akan diambil dalam menerjemahkan
kurikulum pada tataran praktis. Setelah rencana diterapkan, kepala sekolah
mendukung guru dalam melakukan eksperimen untuk menemukan cara baru
dalam modifikasi kelas dan mengelompokkan guru agar bertemu secara teratur
untuk membahas dan berbagi tentang strategi pembelajaran baru.
Kepemimpinan yang fokus adalah ketika kepala-kepala sekolah bersama
guru menganalisa kemajuan siswa berdasarkan tes dan patokan dan kemudian
menentukan implikasi untuk pembelajaran.
(2) Kepala Sekolah dalam Kepemimpinan Bersama
Kepala sekolah dan guru memiliki kebebasan untuk menyusun visi
kurikulum mereka sendiri daripada hanya mencari cara mencapai tujuan yang
disusun pihak lain. Para karyawan berfokus pada masalah di sekolah mereka.
Salah satu pendekatannya adalah dengan berfokus pada budaya sekolah, termasuk
keyakinan, nilai-nilai, tradisi, praktek, harapan, dan asumsi-asumsi. Cara yang
baik untuk memulai mengembangkan visi kurikulum adalah dengan menetapkan
pernyataan misi dan analisis kritis pada kurikulum yang sedang berjalan. Sangat
baik untuk merumuskan etos dari sekolah, ciri khas, dan aspek-aspek unggulan
dari sekolah.
Guru dan kepala sekolah mengeksplor peraturan sekolah (kebijakan
penilaian, penjadwalan, buku teks, pembelajaran keluar, dan yang lainnya).
Biasanya tim ini yang menentukan kebijakan, menginterpretasikannya, dan
menentukan konsekuensinya. Di bawah kepemimpinan bersama, peran kepala
sekolah adalah untuk melepaskan kapasitas kreativitas dari tim tadi, bukan
mengontrolnya. Salah satu tujuan dalam sesi perencanaan adalah semua harus
berbagi pengetahuan, pengamatan, interpretasi, dan harus ada bukti dan
kesepakatan tentang validitas dari pandangan yang bertentangan. Keputusan
didasarkan pada konsensus rasional, bukan dari kepala sekolah atau guru-guru
yang populer. Selama berdiskusi peserta tetap menjaga norma dan nilai dari
sekolah. Peran guru dalam pengambilan keputusan kurikulum bukan hal yang
baru. Gary Peltier menulis tentang program penyusunan kurikulum tahun 1922
menggunakan partisipasi guru. Hasilnya, para guru menjadi lebih tahu tentang
tujuan pendidikan, lebih dapat menginterpretasikan program, dan lebih menerima
metode-metode baru. Guru menjadi lebih menerima pandangan baru tentang mata
pelajaran, dan lebih respon terhadap kebutuhan sosial dan siswa. (3) Kepala
Departemen atau Wakil Kepala Sekolah dalam Manajemen Kurikulum Pada
beberapa sekolah, kepala sekolah menetapkan kepala departemen atau wakil
10
kepala sekolah untuk kepemimpinan kurikulum. Kepala departemen menyediakan
struktur kurikulum, diskusi, dan pengambilan keputusan. Departemen kurikulum
menangani isu-isu tentang hasil yang diharapkan, isi materi dan sekuensnya,
kriteria untuk materi dan aktivitas baru, pendekatan pengajaran, pengawasan
dalam implementasi, dan evaluasi
f. Supervisi Pelaksanaan Kurikulum
Supervisi atau pemantauan kurikulum adalah pengumpulan informasi
berdasarkan data yang tepat, akurat, dan lengkap tentang pelaksanaan kurikulum
dalam jangka waktu tertentu oleh pemantau ahli untuk mengatasi permasalahan
dalam kurikulum. Pelaksanaan kurikulum di dalam pendidikan harus dipantau
untuk meningkatkan efektifitasnya. Pemantauan ini dilakukan supaya kurikulum.
tidak keluar dari jalur. Oleh sebab itu seorang yang ahli menyusun kurikulum
harus memantau pelaksanaan kurikulum mulai dari perencanaan sampai
mengevaluasinya. Secara garis besar pemantauan kurikulum bertujuan untuk
mengumpulkan seluruh informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan
dalam memecahkan masalah. Dalam tataran praktis, pemantauan kurikulum
memuat beberapa aspek, yaitu sebagai berikut: (1) Peserta didik, dengan
mengidentifikasi pada cara belajar, prestasi belajar, motivasi belajar, keaktifan,
kreativitas, hambatan dan kesulitan yang diahadapi. (2) Tenaga pengajar, dengan
memantau pada pelaksanaan tanggung jawab, kemampuan kepribadian,
kemampuan kemasyarakatan, kemampuan profesional, dan loyalitas terhadap
atasan, (3) Media pengajaran, dengan melihat pada jenis media yang digunakan,
cara penggunaan media, pengadaan media, pemeliharaan dan perawatan media,
(4) Prosedur penilaian: instrument yang dihadapi siswa, pelaksanaan penilaian,
pelaporan hasil penilaian, (5) Jumlah lulusan: kategori, jenjang, jenis kelamin,
kelompok usia, dan kualitas kemampuan lulusan.
g. Penilaian Kurikulum
Penilaian kurikulum atau evaluasi kurikulum merupakan bagian dari sistem
manajemen. Evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis dan
menyajikan data untuk penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan
direvisi atau diganti
h. Perbaikan Kurikulum
Kurikulum tidak bisa bersifat selalu statis, akan tetapi akan senantiasa
berubah dan bersifat dinamis. Hal ini dikarenakan kurikulum itu sangat
dipengaruhi oleh perubahan lingkungan yang menuntutnya untuk melakukan
penyesuaian supaya dapat memenuhi permintaan. Permintaan itu baik dikarenakan
adanya kebutuhan dari siswa dan kebutuhan masyarakat yang selalu mengalami
perkembangan dan pertumbuhan terus menerus. Perbaikan kurikulum intinya
adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dapat disoroti dari dua
aspek, proses, dan produk. Kriteria proses menitikberatkan pada efisiensi
pelaksanaan kurikulum dan sistem intruksional, sedangkan kualitas produk
melihat pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai dan output (kelulusan siswa).
11
Berkaitan dengan prosedur perbaikan, seluruh komponen sumber daya manusiawi,
seperti: administrator, pemilik sekolah, kepala sekolah, guru-guru, siswa, serta
masyarakat sangat berperan besar. Tanggung jawab masing-masing harus
dirumuskan secara jelas. Selain itu aspek evaluasi juga harus dikaji sejak awal
perencanaan program perbaikan kurikulum. Dengan evaluasi yang tepat dan data
informasi yang akurat akan sangat diperlukan dalam membuat keputusan
kurikulum dan intruksional.
Chamberlain telah merumuskan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam
perbaikan, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah sebenarnya sebagai tuntutan untuk
mengetahui tujuan, (2) mengumpulkan fakta atau informasi tambahan, (3)
mengajukan kemungkinan pemecahan dengan keputusan yang optimal dan
diharapkan, (4) memilih pemecahan sebagai percobaan, (5) merencanakan
tindakan yang dikehendaki untuk melaksanakan penyelesaian, (6) melakukan
solusi percobaan, (7) evaluasi.
2.2 Manajemen Peserta Didik
12
Tujuan umum manajemen peserta didik adalah: mengatur kegiatan-
kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses belajar
mengajar di sekolah; lebih lanjut, proses belajar mengajar di sekolah dapat
berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi
pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Tujuan khusus manajemen peserta didik adalah: (1) Meningkatkan pengetahuan,
(2) keterampilan dan psikomotor peserta didik, (3) Menyalurkan dan
mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat dan minat peserta didik,
(4) Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik.
Fungsi manajemen peserta didik secara umum adalah: sebagai wahana
bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang
berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosialnya, segi aspirasinya,
segi kebutuhannya dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.
b. Prinsip-Prinsip Manajemen Peserta Didik
13
melainkan juga ketika sudah terjun ke masyarakat. Ini mengandung
arti bahwa ketergantungan peserta didik haruslah sedikit demi sedikit
dihilangkan melalui kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik.
6. Apa yang diberikan kepada peserta didik dan yang selalu diupayakan
oleh kegiatan manajemen peserta didik haruslah fungsional bagi
kehidupan peserta didik baik di sekolah lebih-lebih di masa depan.
c. Pendekatan Manajemen Peserta Didik
14
1. Analisis Kebutuhan Peserta Didik. Langkah pertama dalam kegiatan
manajemen peserta didik adalah melakukan analisis kebutuhan yaitu
penetapan siswa yang dibutuhkan oleh lembaga pendidikan (sekolah).
Kegiatan yang dilakukan dalam langkah ini adalah:
Merencanakan jumlah peserta didik yang akan diterim
Menyusun progam kegiatan kesiswaan
2. Rekruitmen Peserta Didik. Rekruitmen peserta didik di sebuah lembaga
pendidikan (sekolah) pada hakikatnya adalah merupakan proses pencarian,
menentukan dan menarik pelamar yang mampu untuk menjadi peserta
didik di lembaga pendidikan (sekolah) yang bersangkutan.
Langkah-langkah rekruitmen peserta didik (siswa baru) adalah sebagai
berikut:
Pembentukan panitia penerimaan siswa baru
Pembuatan dan pemasangan pengumuman penerimaan peserta didik
baru yang dilakukan secara terbuka.
3. Seleksi Peserta Didik. Seleksi peserta didik adalah kegiatan pemilihan
calon peserta didik untuk menentukan diterima atau tidaknya calon peserta
didik menjadi peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) tersebut
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Adapun cara-cara seleksi yang dapat digunakan adalah:
Melalui tes atau ujian
Melalui penelusuran bakat kemampuan
Berdasarkan nilai STTB/SKHU atau nilai UAN
4. Orientasi. Orientasi peserta didik adalah kegiatan penerimaan siswa baru
dengan mengenalkan situasi dan kondisi lembaga pendidikan (sekolah)
tempat peserta didik itu menempuh pendidikan. Tujuan diadakannya
orientasi bagi peserta didik antara lain:
Agar peserta didik dapat mengerti, memahami dan mentaati segala
peraturan yang berlaku di sekolah
Agar pesera didik dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan-
kegiatan yang diselenggarakan sekolah
Agar peserta didik siap menghadapi lingkungannya yang baru baik
secara fisik, mental dan emosional sehingga ia merasa betah dalam
mengikuti proses pembelajaran di sekolah serta dapat
menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah.
5. Penempatan Peserta Didik (Pembagian Kelas). Sebelum peserta didik yang
telah diterima pada sebuah lembaga pendidikan (sekolah) mengikuti
proses pembelajaran, terlebih dahulu perlu ditempatkan dan
dikelompokkan dalam kelompok belajarnya. Pengelompokan peserta didik
yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah sebagian besar didasarkan kepada
sistem kelas.
15
6. Pembinaan dan Pengembangan Peserta Didik. Pembinaan dan
pengembangan peserta didik dilakukan sehingga anak mendapatkan
bermacam-macam pengalaman belajar untuk bekal kehidupannya di masa
yang akan datang.
7. Pencatatan dan Pelaporan. Pencatatan dan pelaporan tentang kondisi
peserta didik perlu dilakukan agar pihak lembaga dapat memberikan
bimbingan yang optimal pada peserta didik.
8. Kelulusan dan Alumni. Proses kelulusan adalah kegiatan paling akhir dari
manajemen peserta didik. Kelulusan adalah pernyataan dari lembaga
pendidikan (sekolah) tentang telah diselesaikannya program pendidikan
yang harus diikuti oleh peserta didik. Ketika peserta didik sudah lulus,
maka secara formal hubungan antara peserta didik dan lembaga telah
selesai. Namun demikian, diharapkan hubungan antara para alumni dan
sekolah telah terjalin. Hubungan antara sekolah dan para alumni dapat
dapat dipelihara lewat pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh
para alumni yang tergabung dalam IKA (Ikatan Alumni) dan biasanya
melakukan suatu kegiatan yang disebut “reuni”.
16
5. Layanan Transportasi Sekolah. Sarana angkutan (transportasi) bagi para
peserta didik merupakan salah satu penunjang untuk kelancaran proses
belajar mengajar. Transportasi diperlukan terutama bagi para peserta didik
ditingkat prasekolah dan pendidikan dasar.
6. Layanan Asrama. Bagi para peserta didik khususnya jenjang pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi, terutama bagi mereka yang jauh dari
orang tuanya diperlukan diperlukan asrama. Selain manfaat untuk peserta
didik, asrama mempunyai manfaat bagi para pendidik dan petugas asrama
tersebut.
17
a. Ruang lingkup
18
sekolah, seperti: ruang, buku, perpustakaan, labolatarium dan
sebagainya.Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat
kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang proses pendidikan di
sekolah.
a. Prinsip-prinsip manajemen sarana dan prasarana pendidikan
Agar tujuan-tujuan manajemen perlengkapan bisa tercapai, ada beberapa
prinsip-prinsip yang perlu di perhatikan dalam mengelola perlengkapan di
sekolah, prinsip-prinsip yang dimaksud adalah :
1. Prinsip pencapaian tujuan. manajemen perlengkapan sekolah dapat di
katakan berhasil bilaman fasilitas sekolah itu selalu siap pakai setiap saat,
pada setiap seorang personel sekolah akan menggunakannya
2. Prinsip efisiensi. Dengan prinsip efisiensi semua kegiatan pengadaan
sarana dan prasarana sekolah di lakukan dengan perencanaan yang hati-
hati, sehingga bisa memperoleh fasilitas yang berkualitas baik dengan
harga yang relatif murah. Dengan prinsip efisiensi berarti bahwa
pemakaian semua fasilitas sekolah hendaknya dilakukan dengan sebaik-
baiknya, sehingga dapat mengurangi pemborosan. Maka perlengkapan
sekolah hendaknya di lengkapi dengan petunjuk teknis penggunaan dan
pemeliharaannya.
3. Prinsip administrative. Dengan prinsip administratif berarti semua perilaku
pengelolaan perlengkapan pendidikan di sekolah itu hendaknya selalu
memperhatikan undang-undang, peraturan, instruksi, dan pedoman yang
telah di berlakukan oleh pemerintah.
4. Prinsip kejelasan tanggung jawab. semua tugas dan tanggung jawab semua
orang yang terlibat itu perlu di deskripsikan dengan jelas.
5. Prinsip kekohesifan. Dengan prinsip kekohesfan berarti manajemen
perlengkapan pendidikan di sekolah hendaknya terealisasikan dalam
bentuk proses kerja sekolah yang sangat kompak.
b. Pengelolaan Fasilitas Pendidikan
1. Perencanaan sarana pendidikan Penentuan kebutuhan merupakan
perencanaan pengadaan sarana pendidikan yang diperlukan dalam
penyelenggaraan pendidikan. Sebelum mengadakan alat-alat tertentu atau
fasilitas pendidikan terlebih dahulu harus melalui prosedur yang benar,
yaitu melihat dan memeriksa kembali keadaan dan kekayaan yang telah
ada, agar tidak terjadi sarana pendidikan yang mubazir, seperti pengadaan
kembali sarana yang masih memadai dari segi kuantitas maupun kualitas
atau pengadaan alat-alat yang tidak diperlukan dalam penyelenggaraan
pendidikan. Setelah melalui prosedur yang benar, baru bisa ditentukan
jenis sarana yang diperlukan berdasarkan kepentingan pendidikan di
sekolah bersangkutan. Penentuan sarana pendidikan sekolah juga harus
mempertimbangkan siapa-siapa saja yang memfasilitasi atau membiayai
pengadaan sarana tersebut.. Jones menegaskan bahwa perencanaan
19
pengadaan perlengkapan pendidikan di sekolah di awali dengan
menganalisis jenis pengalaman pendidikan yang di berikan di sekolah itu.
Janes mendeskripsikan langkah-langkah perencanaan pengadaan
perlengkapan sekolah sebagai berikut : a) Menganalisis kebutuhan
pendidikan suatu masyarakat dan menetapakan program untuk masa yang
akan datang sebagai dasar untuk mengevaluasi keberadaan fasilitas dan
membuat model perencanaan perlengkapan yang akan datang. b)
Melakuakan survei keseluruh unit sekolah untuk menyususn master plan
untuk jangka waktu tertentu. c) Memilih kebutuhan utama berdasarkan
hasil survei. d) Mengembangkan educational specification untuk setiap
proyek yang terpisah-pisah dalam usaha master plan. e) Merancang setiap
proyek yang terpisah-pisah sesuai dengan spesifikasi pendidikan yang
diusulkan.
2. Penyimpanan Sarana Dan Prasarana Pendidikan.
a. Hakikat Penyimpanan Sarana Dan Prasarana Penyimpanan adalah
kegiatan yang dilakukan untuk menampung hasil pengadaan dan
umumnya barang tersebut adalah milik negara pada wadah/tempat
yang telah disediakan. Penyimpanan sarana dan prasarana pendidikan
adalah kegiatan menyimpan suatu barang baik berupa perabot, alat
tulis kantor, surat-surat maupun barang elektronik dalam keadaan baru
ataupun sudah rusak yang dapat dilakukan oleh seorang beberapa
orang yang ditunjuk atau ditugaskan pada lembaga pendidikan. Aspek
yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan adalah aspek fisik dan
aspek administratif. Aspek fisik dalam penyimpanan adalah wadah
yang diperlukan untuk menampung barang milik negara berasal dari
pengadaan. Aspek ini biasa disebut gudang, yang dapat dibedakan
menjadi:
Gudang pusat, yaitu gudang yang diperlukan untuk menampung
barang hasil pengadaan yang terletak pada unit. Biasanya gudang
pusat juga digunakan untuk menyimpan barang yang akan dijadikan
stok/persediaan.
Gudang penyalur, yaitu gudang yang digunakan untuk menyimpan
barang sementara sebelum disalurkan ke unit atau satuan kerja yang
membutuhkan.
Gudang transit, yaitu gudang yang digunakan untuk menyimpan
barang sementara sebelum disalurkan ke unit atau satuan kerja yang
membutuhkan.
Gudang pemakai, yaitu gudang yang digunakan untuk meyimpan
barang-barang yang akan dan telah digunakan dalam pelaksanaan
kegiatan.
Aspek administratif adalah hal-hal yang diperlukan untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan dalam penyimpanan seperti:
20
bendaharawan kepala gudang, urusan tata usaha, urusan penerimaan,
urusan penyimpanan, dan pemeliharaan, urusan pengeluaran. Struktur
organisasi penyimpanan.
b. Prosedur dan tata cara penyimpanan barang
Penerimaan, hal-hal yang dilakukan dalam penerimaan barang
antara lain: 1) Menerima pemberitahuan pengiriman barang
dari pihak yang menerima barang. Mempersiapkan segala
sesuatu yang diperlukan dalam penerimaan dan pemeriksaan
barang. 2) Memeriksa barang yang diterima baik fisik maupun
kelengkapan administrasi seperti surat kepemilikan. 3)
Membuat berita acara penerimaan dan hasil pemeriksaan
barang.
Penyimpanan barang dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dalam hal ini adalah: 1) Meneliti barang-barang yang akan
disimpan 2) Menyiapkan barang-barang tersebut berdasarkan
pengelompokkan-pengelompokkan tertentu/harga 3) Mencatat
barang tersebut ke dalam buku penerimaan, kartu barang dan
kartu stok. 4) Membuat denah lokasi barang-barang yang
disimpan agar dapat dikeluarkan secara tepat. 5) Pengeluaran
barang dilakukan berdasarkan Surat Perintah Mengeluarkan
Barang (SPMB).
Penyimpanan sarana dapat dikatakan suatu kegiatan simpan
menyimpan suatu barang baik berupa perabot, alat tulis kantor,
surat-surat maupun barang elektronik dalam keadaan baru
maupun rusak dapat dilakukan oleh seorang beberapa orang
yang ditunjuk pada suatu sekolah.
Penyimpanan barang dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan
sebagai berikut: 1) Barang-barang yang sudah diterima, dicatat,
digudangkan, diatur, dirawat, dan dijaga secara tertib, rapi dan
aman. 2) Menyelenggarakan administrasi penyimpanan dan
penggunaan atas semua barang yang ada dalam ruang atau
gudang. 3) Secara berkala atau insidental diadakan
pengontrolan dan perhitungan barang persediaan agar diketahui
apakah memenuhi kebutuhan. 4) Laporan tentang keadaan
penyimpanan dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kegiatan penyimpanan meliputi menerima, menyimpan, dan
mengeluarkan barang di gudang. Gudang dibedakan menurut
bentuknya menjadi: 1) Gudang terbuka adalah gudang yang
tidak berdinding dan tidak beratap, tetapi berlantai dan harus
dikeraskan sesuai dengan berat barang-barang yang akan
disimpan. 2) Gudang tertutup adalah gudang berdinding dan
beratap yang konstruksinya disesuaikan dengan fungsi gudang
21
itu. Barang-barang yang sudah dianggarkan dalam pengadaan
barang jika sudah terealisasi sebaiknya langsung disimpan ke
bagian penyimpanan barang, selanjutnya diterima dan
diinventarisasi dan dicatat ketika barang tersebut akan
dikeluarkan agar terlihat tertib dan rapi.
c. Inventarisasi Sarana Prasarana. Inventarisasi adalah kegiatan
melaksanakan pengurusan penyelenggaraan, pengaturan, dan
pencatatan barang-barang, menyusun daftar barang yang menjadi milik
sekolah yang bersangkutan ke dalam suatu daftar inventaris barang
secara teratur dan menurut ketentuan yang berlaku.
Tujuan inventarisasi: (1) Tujuan umum Inventarisasi dilakukan dalam
rangka usaha penyempurnaan pengurusan dan pengawasan yang
efektif terhadap barang- barang milik negara atau swasta, (2) Tujuan
khusus; Untuk menjaga dan menciptakan tertib administrasi barang
milik negara yang dimiliki oleh suatu organisasi; Untuk menghemat
keuangan negara baik dalam pengadaan maupun pemeliharaan dan
penghapusan barang; Bahan/pedoman untuk menghitung kekayaan
negara dalam bentuk materiil yang dapat dinilai dengan uang; Untuk
memudahkan pengawasan dan pengendalian barang.
Inventarisasi juga memberikan masukan yang sangat berharga yakni,
analisis kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pengeluaran,
pemeliharaan, rehabilitasi, dan penghapusan. Daftar barang inventaris
adalah suatu dokumen berisi jenis dan jumlah barang yang menjadi
milik dan dikuasai negara, serta berada dibawah tanggung jawab
sekolah. Daftar inventarisasi barang yang disusun dalam suatu
organisasi yang lengkap, teratur, dan berkelanjutan dapat berfungsi
untuk: (1) Menyediakan data dan informasi dalam rangka menentukan
kebutuhan dan menyusun rencana kebutuhan barang, (2) Memberikan
data dan informasi untuk dijadikan bahan/pedoman dalam pengarahan
pengadaan barang, (3) Memberikan data dan informasi untuk
dijadikan bahan/pedoman dalam penyaluran barang, (4) Memberikan
data dan infromasi dalam menentukan keadaan barang sebagai dasar
untuk menentukan penghapusannya, (5) Memberikan data dan
informasi dalam rangka memudahkan pengawasan dan pengendalian
barang.
c. Prosedur pengawasan
1. Observasi. Digunakan untuk mengadakan penilaian atau evaluasi
baikterhadap pimpinan atau bawahannya. Digunakan untuk
auditdan review terhadap apa yang telah dilakukan.
2. Pemberian contoh. Apa yang dikerjakan oleh pimpinan seharusnya
juga dikerjakanpula oleh bawahannya dan sebaliknya pimpinan
22
akan seganmenindak terhadap bawahannya kalau ia sendiri tidak
dapatmengerjakannya.
3. Pencatatan pelaporan. Suatu alat pembuktian, dapat berupa catatan
atau laporan.
4. Pembatasan wewenang. Untuk menjaga agar seseorang tidak
melakukan hal yangmelebihi wewenangnya serta untuk
menghindari penyimpangan.
Akuntabel
Responsible
Relevan
Efektif
Efisien
Penggalian sumber dana ialah kegiatan mencari sumber dana yang dapat
memberikan kontribusi untuk pembiayaan sekolah.
23
Dalam tahap ini sekolah harus mencatat seluruh pemasukan keuangan sekolah dan
belanja kegiatan yang dicatat secara rinci dan sistematis. Pertanggung jawabannya
menganut system transparan, akuntabel dan responsibel.
Pengertian
Hubungan sekolah dan masyarakat didefinisikan sebagai proses komunikasi
antara sekolah dan masyarakat untuk berusaha menanamkan pengertian warga
masyarakat tentang kebuttuhan dan karya pendidikan serta pendorong minat dan
tanggung jawab masyarakat dalam usaha memajukan sekolah.
24
Meningkatkan semangat kerja sama antara sekolah dengan masyarakat,
dan meningkatkan partisipasi kepemimpinan untuk meningkatkan
kehidupan dalam masyarakat.
25
peserta didik tersebut dari suatu sekolah.
a. Persuratan
Petugas tata usaha sekolah memiliki tugas kesekretariatan yaitu urusan tata
persuratan dan kearsipan. Tata persuratan meliputi aktivitas mengelola surat
masuk dan keluar. Terdapat berbagai aktivitas peserta didik yang harus didukung
dengan sebuah legalitas berupa surat. Surat tersebut dapat berupa surat
pernyataan, surat keterangan, surat pengantar, surat izin, surat dinas, dan
sebagainya. Oleh karena itu, petugas tata usaha harus dapat melayani dan
memenuhi kebutuhan persuratan tersebut. Selain itu, tata usaha sekolah harus
menyimpan berkas atau surat yang menerangkan siswa tersebut agar jika
dibutuhkan kembali dapat disediakan oleh tata usaha. Jika kebutuhan tersebut
26
tidak dapat terpenuhi maka tidak menutup kemungkinan bahwa aktivitas
perkembangan peserta didik dapat terhambat.
b. Pendataan Petugas
Tata usaha perlu melakukan pendataan kepada setiap peserta didik guna mengenal
latar belakang serta mengetahui taraf kemajuan dan perkembangan peserta didik
dengan baik. Hal tersebut dilakukan dengan menyediakan data dan keterangan
yang objektif. Setiap perubahan dan perkembangan peserta didik harus dicatat,
dihimpun, dan disimpan sebagai dokumen sekolah secara lengkap, rapi,
sistematis, dan terpelihara. Data yang lengkap mengenai siswa akan sangat
berguna dalam membantu perkembangan atau mengatasi kesulitan belajar siswa.
Selain itu, data yang didukung dengan dokumen siswa yang lengkap dapat
memudahkan klasifikasi siswa guna pengajuan beasiswa, bantuan sekolah,
maupun berpartisipasi dalam sebuah kompetisi.
c. Informasi
27
menggandakan, mengirim, dan menyimpan semua bahan keterangan yang
diperlukan oleh suatu organisasi (The Liang Gie, 2007: 16). Berdasarkan
pengertian ketatausahaan tersebut maka yang dimaksud dengan ketatausahaan
pada lembaga pendidikan yang dalam hal ini adalah sekolah, bukan hanya
meliputi kegiatan persuratan, melainkan mencakup pengelolaan terhadap semua
bahan keterangan atau informasi yang digunakan untuk kepentingan
penyelenggaraan pendidikan di suatu sekolah
Kegiatan ketatausahaan bertujuan untuk memberikan pelayanan
administratif secara prima kepada para pengguna pendidikan guna menunjang dan
memperlancar kegiatan penyelenggaraan pendidikan di sekolah.. Jadi, salah satu
bentuk pelayanan katatausahaan adalah pelayanan ketatausahaan peserta didik.
Pelayanan ketatausahaan peserta didik merupakan suatu upaya memperlancar
aktivitas peserta didik selama mengikuti pendidikan di sekolah mulai dari peserta
didik masuk di sekolah sampai keluar dari sekolah tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dilihat bahwa pelayanan
ketatausahaan peserta didik merupakan bagian dari kegiatan ketatausahaan.
Sementara itu, ketatausahaan merupakan salah satu bidang garapan manajemen
pendidikan. Jadi, hubungan antara manajemen pendidikan dengan pelayanan
ketatausahaan peserta didik yaitu pelayanan ketatausahaan peserta didik
merupakan bagian dari salah satu aktivitas bidang garapan manajemen pendidikan
yaitu bidang ketatausahaan atau ketatalaksanaan pendidikan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Organisasi profesi merupakan wadah perkumpulan orang-orang yang
memiliki keahlian khusus yang merupakan ciri khas dari bidang keahian tertentu.
Dikatakan ciri khas oleh karena bidang pekerjaan tersebut diperoleh bukan secara
kebetulan dari sembarangan orang, tetapi melalui satu jalur khusus. Seperti
melalui perguruan tinggi atau melalui penekunan secara sistematis dan mendalam.
Di dalam perkembangannya, organisasi profesi guru atau kependidikan
telah banyak mengalami perubahan. Hal ini sejalan dengan terjadinya perubahan
profesi kependidikan. Sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 20 tahun 2003
pasal 1 ayat (6) bahwa “pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan.”
Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 ada lima
misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu meningkatkan dan atau
mengembangkan: karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat dan
28
kesehjateraan seluruh tenaga kependidikan.
Pekerjaan yang digolongkan dalam suatu profesi akan sendirinya
melahirkan pelayanan keahlian khusus yang pada gilirannya akan
menuntut adanya etika yang tumbuh dan mekar. Etika profesi meliputi
beberapa aspek antara lain :
a. Ketanpa pamrihan dalam mementingkan masyarakat secara keseluruhan.
b. Solidaritas yang tinggi sesama rekan profesi.
Seorang guru memiliki hak professional jika memiliki lima aspek pokok
yakni:
Saran
Agar tidak menyimpang dari kode etik yang akan berdampak pada profesionalitas
kerja maka :
1. Memperbanyak pemahaman terhadap kode etik profesi terutama
kode etik keguruan.
2. Mengaplikasikan keahlian sebagai tambahan ilmu dalam praktik
pendidikan yang dijalani.
29
3. Kode etik yang diterapkan hendaknya sesuai dengan keadaan yang
memungkinkan untuk dapat dijalankan bagi organisasi profesi
4. Terhadap pelaksana profesi hendaknya menjalankan profesi sesuai
dengan kode etik yang diterapkan agar profesi yang dijalani sesuai
dengan tuntutannya.
Oleh karena itu demi tercapainya tujuan pendidikan yang berkualitas, diperlukan
manajemen pendidikan yang dapat menggerakkan segala sumber daya pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd (2018). PROFESI KEPENDIDIKAN Edisi Revisi 2018.
Medan: UNIMED PRESS.
http://www.dinaspendidikanparepare.upaya-dan-strategia-peningkatan-mutu
pendidik-dan-tenagakependidikan, diakses pada hari jum’at, 22 April 2011
http://edu-articles.com/peningkatan-mutu-pendidikan/
https://julidvo.wordpress.com/2012/12/19/kode-etik-profesi-guru/
http://www.sarjanaku.com/2010/11/kode-etik-profesi-keguruan.html
http://www.scribd.com/doc/8864461/Profesi
Brantas, Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Alfabeta. 2009.
Dasar – dasar menejemen
Inggris Online Etymology: Manage
Oxford English Dictionary
Siswanto, Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2011.
Vocational Business: Training, Developing and Motivating
http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/23/manajemen-pendidi
30