Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MANAJEMEN PEMBIAYAYAN
SARANA DAN PRASARANA
Mata Kuliah : Manajemen Pendidikan
Dosen Pengampu : Imam Nur Hidayat, M. Pd.

Disusun oleh:
1. Muti Nuriyah (BI721097)
2. Akilah KhalwaTsaroya (BI721004)
3. Tegar Januarva (BI721025)
4. Luthfia Mutamami (BI721116)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MA’ARIF NAHDHATUL ULAMA(UMNU)
KEBUMEN TAHUN AKADEMIK 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Berkat limpahan karunia nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “MAKALAH MANAJEMEN PEMBIAYAYAN, SARANA
DAN PRASARANA” dengan lancar. Penyusunan makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan yang diampu oleh
Bapak Imam Nur Hidayat, M. Pd. Dalam proses penyusunannya tidak lepas
dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai anggota kami. Untuk itu
kami ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan makalah ini.

Meski demikian, kami menyadari masih banyak sekali kekurangan dan


kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata
bahasa maupun isi. Sehingga kami secara terbuka menerima segala kritik
dan saran positif dari pembaca. Demikian apa yang dapat kami sampaikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca semua, dan untuk
kami juga khususnya.

Kebumen, 30 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………….………………………………… I
KATA PENGANTAR………………………………………...………….. II
DAFTAR ISI…………………………………....………………..……… III
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………...….………………………IV
1.2 Rumusan Masalah……………………….…………………………..….V
1.3 Tujuan Penulisan……………………..……...……….…………………V
1.4 Manfaat Penulisan………………………………………………………V
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dan Ruang Lingkup Manajemen Pembiayayan Pendidikan.......1
2.1.1 Pengertian Manajemen Pembiayayan Pendidikan………………..1
2.1.2 Tujuan Manajemen Pembiayayan Pendidikan……………………1
2.1.3 Prinsip-Prinsip Manajemen Pembiayayan Pendidikan…………...1
2.1.4 Sumber Keuangan Sekolah……………………………………….1
2.1.5 Katagori Biaya Pendidikan……………………………………….2
2.1.6 Fungsi Pembiayayan Pendidikan…………...…………………….3
2.1.7 Pelaksanaan Pembiayayan Pendidikan………...…………………3
2.1.8 Pengawasan Pelaksanaan Pembiayayan Pendidikan………….…3
2.1.9 Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS)…..….3
2.1.10 Strategi Pembiayayan Pendidikan……………………………….4
2.1.11 Mengelola Atau Memenajemen Pendidikan Disekolah……..…..4
2.1.12 Model Pembiayayan Pendidikan………………………………...4
2.2 Konsep Dan Ruang Lingkup Manajemen Sarana Dan Prasarana………5
2.2.1 Pengertian Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan……….5
2.2.2 Tujuan Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan…………...5
2.2.3 Prinsip-Prinsip Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan..…5
2.2.4 Penggunaan Alat Sarana Dan Prasarana Pendidikan Yang Tepat...5
2.2.5 Tahapan-Tahapan Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan.5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………...……………………………………...……….6
3.2 Saran…………………………………………………………………….6
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekolah merupakan sebuah aktifitas besar yang di dalamnya ada


empat komponen yang saling berkaitan. Empat komponen yang
dimaksud adalah Staf Tata Laksana Administrasi, Staf Teknis
Pendidikan didalamnya ada Kepala Sekolah dan Guru, Komite sekolah
sebagai badan independent yang membantu terlaksananya operasional
pendidikan, dan siswa sebagai peserta didik yang bisa ditempatkan
sebagai konsumen dengan tingkat pelayanan yang harus memadai.
Hubungan keempatnya harus sinergis, karena keberlangsungan
operasioal sekolah terbentuknya dari hubungan “simbiosis mutualis”
keempat komponen tersebut karena kebutuhan akan pendidikan
demikian tinggi, tentulah harus dihadapi dengan kesiapan yang optimal
semata-mata demi kebutuhan anak didik. Berkaitan dengan upaya
mewujudkan tujuan tersebut, seringkali timbul beberapa masalah.
Masalah-masalah itu dapat dikelompokan sesuai dengan tugas-tugas
administratif yang menjadi tanggung jawab administrator sekolah.
Diantaranya adalah tugas yang dikelompokan menjadi substansi
perlengkapan dan sistem keuangan sekolah.
Manajemen sekolah akan efektif dan efisien apabila didukung oleh
sumber daya manusia yang profesional untuk mengoperasikan sekolah,
kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan karakteristik
siswa, kemampuan dan commitment (tanggung jawab terhadap tugas)
tenaga kependidikan yang handal, dan semuanya itu didukung sarana-
prasarana yang memadai untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar,
dana yang cukup untuk menggaji staf sesuai dengan fungsinya, serta
partisipasi masyarakat yang tinggi. Bila salah satu hal diatas tidak sesuai
dengan yang diharapkan atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya,
maka efektivitas dan efisiensi pengelolaan sekolah kurang optimal.
Dengan demikian harus ada keseimbangan antara komponen-komponen
diatas. Untuk mencapai keseimbangan tersebut, diperlukan pengelola
yang mengerti dan memahami prinsip-prinsip dalam pegelolaan sarana
prasarana sekolah untuk tercapainya tujuan pendidikan tertentu.
1.2 Rumusan Masalah

A. Konsep dan ruang lingkup manajemen pembiayayan pendidikan


meliputi :

1. Apa pengertian manajemen pembiayayan pendidikan?


2. Apa tujuan manajemen pembiayayan pendidikan?
3. Apa saja prinsip-prinsip manajemen pembiayayan pendidikan?
4. Apa saja Sumber Keuangan Sekolah?
5. Apa saja katagori biaya pendidikan ?
6. Apa fungsi pembiayayan pendidikan?
7. Bagaimana pelaksanaan pembiayayan pendidikan?
8. Bagaimana pengawasan pelaksanaan pembiayayan pendidikan?
9. Bagaimana rencana anggaran pendapatan belanja sekolah (RAPBS)?
10. Bagaimana strategi pembiayayan pendidikan?
11. Bagaimana mengelola atau memenajemen pendidikan disekolah?
12. Apa saja model pembiayayan pendidikan?

B. Konsep dan ruang lingkup manajemen sarana dan prasarana


pendidikan meliputi:

1. Apa pengertian manajemen sarana dan prasarana pendidikan?

2. Apa tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan?

3. Apa prinsip-prinsip manajemen sarana dan prasarana pendidikan?

4. Bagaimana penggunaan alat sarana dan prasarana pendidikan yang


tepat?
5. Bagaimana tahapan-tahapan manajemen sarana dan prasarana
pendidikan?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini agar mahasiswa dan mahasiswi mampu
untuk menjelaskan, mengetahui, mendeskripsikan, dan menganalisis
materi tentang Manajemen Pembiayayan, Sarana Dan Prasarana sebagai
berikut :
A. Konsep dan ruang lingkup manajemen pembiayayan pendidikan
1. Pengertian Manajemen Pembiayayan Pendidikan
2. Tujuan Manajemen Pembiayayan Pendidikan
3. Prinsip-Prinsip Manajemen Pembiayayan Pendidikan
4 . Sumber Keuangan Sekolah
5. Katagori Biaya Pendidikan
6. Fungsi Pembiayayan Pendidikan
7. Pelaksanaan Pembiayayan Pendidikan
8. Pengawasan Pelaksanaan Pembiayayan Pendidikan
9. Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS)
10. Strategi Pembiayayan Pendidikan
11. Mengelola Atau Memenajemen Pendidikan Disekolah
12. Model Pembiayayan Pendidikan
B. Konsep dan ruang lingkup manajemen sarana dan prasarana
pendidikan
1. Pengertian Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan
2. Tujuan Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan
3. Prinsip-Prinsip Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan
4. Penggunaan Alat Sarana Dan Prasarana Pendidikan Yang Tepat
5. Tahapan-Tahapan Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan
1.4 Manfaat Penulisan
 Manfaat penulisan bagi penulis untuk mengasah kemampuan diri
dalam melakukan kerja pikir sistematis. Selain itu, penulisan
makalah ini juga membantu penulis untuk memunculkan ide-ide
baru yang mungkin berguna dalam kemajuan pendidikan.
 Manfaat penulisan bagi pembaca semoga makalah ini bermanfaat
dan menambah ilmu pengetahuan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dan Ruang Lingkup Manajemen Pembiayayan Pendidikan


2.1.1 Pengertian Manajemen Pembiayayan Pendidikan
UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pendidikan adalah usaha
sad ar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirirnya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dari sekian sumber daya pendidikan yang dianggap penting adalah
uang. Uang dipandang ibarat darah dalam tubuh manusia yang mati
hidupnya ditentukan oleh sirkulasi darah dalam tubuh. Oleh karena itu,
uang perlu dikelola dengan efektif dan efisien agar membantutu
pencapaian tujuan pendidikan. Pendidikan sebagai investasi yang akan
menghasilkan manusia- manusia yang memiliki pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang dibutuhkan dalam pembangunan suatu bangunan.
Pendidikan di pandang sebagai sector public yang dapat melayani
masyarakat dengan berbagai pengajaran, bimbingan dan latihan yang
dibutuhkan oleh peserta didik. Manajemen pembiayaan dalam lembaga
pendidikan berbeda dengan manejemen pembiayaan perusahaan yang
berorientasi profit atau laba.
Secara sederhana managemen keuangan adalalah dapat diartikan
sebagai suatu proses melakukan kegiatan mengatur keuangan dengan
menggerakkan tenaga orang lain, dengan mempertimbangkan aspek
afektivitas dan efisensi yang berkaitan dengan perolehan, pendanaan,
dan pengelolaan aktivitas dengan beberapa tujuan yang dimu;ai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, sampai dengan
pengawasan. manajemen keuangan memiliki peran yang sangat penting
dalam lembaga pendidikan karena berhubungan langsung dan saling
berkaitan dengan komponen – komponen lain seperti manajemen
kurikulum, manajemen sarana prasarana, manajemen siswa, manajemen
tenaga kependidikan, dan sebagainya.
Pembiyaan sarana prasarana itu adalah semua komponen yang
secara langsung dan tidak langsung akan dapat menunjang jalan nya
proses jalannya pendidikan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan itu
sendiri. Sumber daya manusia tidak semata- mata dianggap sebagai
faktor produksi melainkan penggerak sistem produksi secara
menyeluruh ( Nanang fatah, 2000:17 ).
Investasi di bidang sumber daya manusia sangat penting bagi laju
pembangunan suatu Negara. Investasi tersebut di konkritkan dengan
menyelenggarakan pendidikan baik formal maupun nonformal. Di
Indonesia anggaran pendidikan dan sasaran pendidikan tidak tersedia
dalam jumlah dan kualitas yang memadai. Anggaran pendidikan di
Indonesia saat ini baru 1,3% GNP. Jumlah yang sangat kecil
dibandingkan dengan Negara lain seperti Malaysia yang mencapai 5,2%,
Thailand 4,4%, dan Vietnam 2,7%. Anggaran tersebut berpengaruh
terhadap peningkatan kualitas pendidikan apabila anggaran tersebut
digunakan secara efektif dan efesien. Satuan pendidikan beserta seluruh
personelnya harus diberi kepercayaan dan tanggung jawab yang leluasa
untuk menggunakan dana pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan
masing- masing.
2.1.2 Tujuan Manajemen Pembiayayan Pendidikan
Melalui kegiatan manajemen pembiayayan maka kebutuhan
pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanakan, diupayakan
pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk
membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien.
Untuk itu tujuan manajemen keuangan adalah:
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan
sekolah. 
2. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah. 
3. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas kepala
sekolah dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan
bendaharawan yang menguasai dalam pembukuan dan pertanggung-
jawaban keuangan serta memanfaatkannya secara benar sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.
2.1.3 Prinsip-Prinsip Manajemen Pembiayayan Pendidikan

Manajemen keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah


prinsip. Undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa
pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan,
efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Disamping itu prinsip
efektivitas juga perlu mendapat penekanan. Berikut ini dibahas masing-
masing prinsip tersebut, yaitu transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan
efisiensi.
1. Transparansi
Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di bidang
manajemen berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan.
Di lembaga pendidikan, bidang manajemen keuangan yang transparan
berarti adanya keterbukaan dalam manajemen keuangan lembaga
pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya, rincian
penggunaan, dan pertanggungjawabannya harus jelas sehingga bisa
memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya.
Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam rangka
meningkatkan dukungan orangtua, masyarakat dan pemerintah dalam
penyelenggaraan seluruh program pendidikan di sekolah. Disamping itu
transparansi dapat menciptakan kepercayaan timbal balik antara
pemerintah, masyarakat, orang tua siswa dan warga sekolah melalui
penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh
informasi yang akurat dan memadai. Beberapa informasi keuangan yang
bebas diketahui oleh semua warga sekolah dan orang tua siswa misalnya
rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS) bisa
ditempel di papan pengumuman di ruang guru atau di depan ruang tata
usaha sehingga bagi siapa saja yang membutuhkan informasi itu dapat
dengan mudah mendapatkannya. Orang tua siswa bisa mengetahui
berapa jumlah uang yang diterima sekolah dari orang tua siswa dan
digunakan untuk apa saja uang itu. Perolehan informasi ini menambah
kepercayaan orang tua siswa terhadap sekolah.
2.  Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang
lain karena kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk
mencapai tujuan yang menjadi tanggung jawabnya. Akuntabilitas di
dalam manajemen keuangan berarti penggunaan uang sekolah dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan. Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan dan
peraturan yang berlaku maka pihak sekolah membelanjakan uang secara
bertanggung jawab. Pertanggungjawaban dapat dilakukan kepada orang
tua, masyarakat dan pemerintah. Ada tiga pilar utama yang menjadi
prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu
1. Adanya transparansi para penyelenggara sekolah dengan menerima
masukan dan mengikutsertakan berbagai komponen dalam mengelola
sekolah.
2. Adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya. 
3. Adanya partisipasi untuk saling menciptakan suasana kondusif dalam
menciptakan pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya
yang murah dan pelayanan yang cepat.
3.  Efektivitas
Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Garner(2004) mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi,
karena sebenarnya efektivitas tidak berhenti sampai tujuan tercapai
tetapi sampai pada kualitatif hasil yang dikaitkan dengan pencapaian visi
lembaga. Effectiveness ”characterized by qualitative outcomes”.
Efektivitas lebih menekankan pada kualitatif outcomes. Manajemen
keuangan dikatakan memenuhi prinsip efektivitas kalau kegiatan yang
dilakukan dapat mengatur keuangan untuk membiayai aktivitas dalam
rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitatif
outcomes-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
4.  Efisiensi
Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan.
Efficiency ”characterized by quantitative outputs” (Garner,2004).
Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan
keluaran (out put) atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud
meliputi tenaga, pikiran, waktu, biaya.
Menurut Depdiknas (2000) bahwa manajemen keuangan
merupakan tindakan pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi
pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan
pelaporan  Dengan demikian, manajemen keuangan sekolah dapat
diartikan sebagai rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai
dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan
pertanggung-jawaban keuangan sekolah. Perbandingan tersebut dapat
dilihat dari dua hal:
1. Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga dan biaya : Kegiatan
dapat dikatakan efisien kalau penggunaan waktu, tenaga dan biaya yang
sekecil-kecilnya dapat mencapai hasil yang ditetapkan. 
2. Dilihat dari segi hasil : Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau dengan
penggunaan waktu, tenaga dan biaya tertentu memberikan hasil
sebanyak-banyaknya baik kuantitas maupun kualitasnya.
2.1.4 Sumber Keuangan Sekolah
a. Orang Tua
Kontribusi orang tua semakin penting pada saat pemerintah tidak
mempunyai kemampuan untuk membiayai kebutuhan sekolah yang
memadai, seperti yang biasa dialami oleh negara berkembang.Namun
demikian dinegara yang pemerintahannya mampu pun terkadang orang
tua masih ingin menyumbang, misalnya alat transportasi, komputer, dan
biaya untuk kunjungan belajaar karena mereka menghendaki anak
mereka memperoleh pendidikan yang terbaik.
b. Pemerintah Pusat
Pemerintah Pusat membantu sekolah secara financial dalam beberapa
cara seperti:
1). Memberikan dana hibah untuk sekolah

2). Membayar gaji para guru


3). Membiayai proyek bangunan dan rehabilitasi sekolah untuk daerah
tertentu.
c) Pemerintah Daerah
Dana ini berasal dari pendapatan yang dikumpulkan daerah berupa pajak
yang dikumpulkan didaerah.
d) Masyarakat
Kelompok masyarakat Pemerintah Daerah biasanya merupakan
sumber keuangan uang bagi sekolah. Mereka digerakkan oleh pemimpin
masyarakat setempat untuk tugas terentu. Pemimpin masyarakat
setempat mengarahkan warganya untuk membangun pelaksanaan:
Proyek pembangunan sekolah., Memberikan hibah tanah untuk
kepentingan sekolah

e) Fasilitas Sekolah
Fasilitas sekolah dapat menghasilkan uang yang besar jumlahnya,
misalnya dengan jalan: Menyewakan aula, Menyewakan tempat
bermain(lapangan olahraga), Membuka jasa photo copy.
f) Siswa
Siswa dapat menjadikan sumber keuangan yang baik. Hal ini
tergantung pada kondisi sekolah dan kemampuan manajerial pimpinan
sekolah dan stafnya. Cara yang dapat ditempuh untuk memanfaatkan
siswa seperti, Kegiatan pengumpulan dana seperti pergelaran seni, tari-
tarian, drama, pertandingan, pameran atau bazar dan pencarian donatur
untuk amal.
g) Pemilik Sekolah Atau Yayasan
Sebagian sekolah dibangun oleh badan-badan keagamaan atau
yayasan usaha sosial yang bukan pemerintah. Pembangunan dan
pembukaan sekolah tersebut biasanya mengandung tujuan khusus,
biasanya menyangkut kesejahteraan moral dan spiritual anak-anak.
Badan atau yayasan seperti ini memberikan bantuan pada sekolah
dengan berbagai cara misalnya: melalui penyedian tanah dan bangunan,
peralatan serta tenaga.
Untuk terselenggaranya suatu pendidikan, diperlukan pembiayaan
yang bersumber baik dari pemerintah, orang tua, murid, masyarakat,
maupun institusi- institusi lainnya seperti organisasi regional maupun
internasiaonal. Upaya- upaya yang dilakukan untuk menggali dana ke
semua pihak sumber pembiayaan pendidikan antara lain:
a. Pemerintah pusat dan daerah : mengusahakan agar alokasi untuk
sector pendidikan diperbesar, pemanfaatan dana secara efektif dan
efisien, dan mengusahakan adanya alokasi bagi sector pendidikan
yang di ambil dari pajak umum.
b. Orang tua peserta didik : menyadarkan orang tua agar mau dan tertib
membayar spp dan pendanaan lainnya yang diijinkan pemerintah.
c. Masyarakat : mengajak dunia usaha untuk tersedia sebagi fasilitator
praktik peserta didik, menghmbau dunia usaha agar bersedia
memberikan dana yang lebih beser untuk dunia pendidikan.
d. Pihak lain (institusi) : mengusahakan bentuk kerja sama yang tidak
saling mengikat namun menguntungkan serta mempertimbangkan
bentuk- bentuk pinjaman agar tidak memberatkan di kemudian hari.
e. Dana hasil usaha sendiri yang halal : seperti penyewaan alat,
koperasi, kopma.

2.1.5 Katagori Biaya Pendidikan


Dalam kaitannya dengan biaya pendidikan, Thomas (dalam mulyasa,
2010) mengungkapkan kategori biaya pendidikan yaitu:
a. Biaya Langsung Dan Tidak Langsung
Direct cost (biaya langsung) yaitu biaya yang langsung berproses
dalam produksi pendidikan di mana biaya pendidikan ini secara
langsung dapat meningkatkan mutu pendidikan. Biaya langsung akan
berpengaruh terhadap output pendidikan. Biaya langsung terdiri atas
biaya pembangunan dan biaya rutin.
Indirect cost (biaya tidak langsung) adalah pengeluaran yang tidak
secara langsung mendukung proses pendidikan tetapi memungkinkan
proses pendidikan tersebut terjadi di sekolah, meliputi biaya hidup,
transportasi, biaya jajan, biaya kesehatan, dan biaya-biaya lainnya.
b. Biaya Masyarakat Dan Biaya Pribadi
Biaya masyarakat dapat dikatakan sebagai biaya publik, yaitu
sejumlah biaya yang harus dibayar oleh masyarakat untuk pendidikan,
baik melalui sekolah maupun melalui pajak yang dihimpun oleh
pemerintah kemudian digunakan untuk membiayai pendidikan. Biaya
pribadi adalah biaya yang dikeluarkan oleh keluarga untuk membiayai
sekolah anaknya dalam bentuk uang sekolah, uang kuliah, pembelian
buku, dan dana hidup siswa.
Anggaran dasar pengeluaran merupakan jumlah uang yang
dibelanjakan setiap akhir tahun untuk kepentingan pelaksanaan
pendidikan di sekolah. Berdasarkan sifatnya, pengeluaran
dokelompokkan menjadi dua, antara lain :
1) Pengeluaran yang bersifat rutin, misalanya pengeluaran pelaksanaan
pelajaran, pengeluaran tata usaha sekolah, pemeliharaan
sarana/prasarana sekolah, kesejahteraan pegawai, administrasi,
pembinaan teknis edukatif, pendataan.
2) Pengeluaran yang bersifat tidak rutin/ pembanguna.contoh
pengeluaran tidak rutin : pembangunan gedung, pengadaan
kendaraan dinas, dan lain sebagainya.
Untuk menyusun suatu perencanaan pembiayaan atau yang biasa disebut
dengan rencana anggaran, hal- hal yang harus diperhatiakan :
1) Mengidentifikasi kegiatan- kegiatan yang akan dilakukan selama
periode anggaran
2) Mengidentifikasikan sumber- sumber yang dinyatakan dalam uang,
jasa, dan barang
3) Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang sebab uang pada
dasarnya merupakan pernyataan financial.
4) Memformulirkan anggaran dalam bentuk format yang telah disetujui
dan diperginakan oleh instansi tertentu.
5) Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan pehak
yang berwenang
6) Melakukan revisi usulan anggaran
7) Persetujuan revisi anggaran
8) Pengesahan anggaran
Hal – hal yang berpengaruh terhadap pembiayaan pendidikan antara
lain: pertama, faktor ekternal, terdiri atas berkembangnya demokrasi
pendidikan, kebijakan dan kebijaksanaan pemerintah, tuntutan akan
pendidikan, dan adanya inflansi. Kedua, faktor internal, terdiri atas
tujuan pendidikan, pendekatan yang digunakan, materi yang disajikan,
serta tingkat dan jenis pendidikan. Hal lain yang tidak boleh dilupakan
adalah asas– asas dalam anggaran, terdiri dari :
1) Asas platfond, bahwa anggaran belanja yang diminta tidak melebihi
jumlah tertinggi yang telah ditentukan
2) Asas pengeluaran berdasarkan mata anggaran
3) Asas tidak langsung, yaitu suatu ketentuan bahwa setiap penerimaan
uang tidak boleh digunakan secara langsung untuk sesuatu keperluan
pengeluaran.
c. Pendekatan Biaya Satuan Pendidikan
Menurut Baharuddin (2010), ada beberapa pendekatan dalam biaya
satuan pendidikan yaitu:
1) Pendekatan Makro
Pendekatan makro, mendasarkan perhitungan pada keseluruhan jumlah
pengeluaran pendidikan yang diterima dari berbagai sumber dana,
kemudian dibagi jumlah peserta didik.
2) Pendekatan Mikro
Pendekatan mikro, mendasarkan perhitungan biaya berdasarkan alokasi
pengeluaran perkomponen pendidik yang digunakan oleh peserta didik.

2.1.6 Fungsi Pembiayayan Pendidikan


Menurut Baharuddi (2010), fungsi pembiayaan pendidikan yaitu:
1. Memungkinkan penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara
efesien, dalam artian, dana yang diperoleh, dapat digunakan untuk
pencapaian tujuan tertentu yang diinginkan.
2. Memungkinkan ketercapaian kelangsungan hidup lembaga
pendidikan
3. Dapat mencegah adanya kekeliruan, kebocoran, atau penyimpangan
penggunaan dana dari rencana semula.
4. Mengambarkan target-target yang akan dicapai sekolah atau
madrasah (puslitbang, 2005:133-134).
2.1.7 Pelaksanaan Pembiayayan Pendidikan
Menurut Asbullah(Dalam Mulyasa), paling tidak ada 3 persoalan pokok
manajemen pembiayaan pendidikan yaitu:
1. Financing, menyangkut dari mana sumber biaya diperoleh
2. Budgeting, menyangkut bagaimana dana pendidikan dialokasikan
3. Accountability, bagaimana anggaran diperoleh digunakan dan
dipertanggungjawabkan.
Dalam melaksanakan anggaran pendidikan, hal yang perlu
dilakukan adalah kegiatan membukukan atau accounting. Pembukuan
mencakup dua hal yaitu : pengurusan yang menyangkut kewenangan
yang menentukan kebijakan menerima atau mengeluarkan uang, serta
tindak lanjutnya, yakni menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang.
Ada beberapa komoponen yang perlu dibiayai dengan menggunakan
uang dari dana belajar. Komponen- komponen tersebut meliputi :
1. Honorarium untuk pemimpin/penanggung jawab edukatif
2. Honorarium untuk sumber belajar
3. Honorarium untuk pemimpin umum lembaga diklusemas
4. Honorarium untuk piñata usaha dan pembantu – pembantu
5. Biaya perlengkapan dan peralatan
6. Biaya pemeliharaan prasarana dan sarana
7. Biaya sewa/kontrak
8. Dana untuk pengembangan usaha lembaga diklusemas
9. Biaya- biaya lain untuk pengembangan dan biaya tak terduga
Selain itu terdapat usaha- usaha yan bersifat pengabdian terhadap
masyarakat yang membutuhkan dana, kegiatan itu antara lain :
1. Pemberian keringana uang kursus bagi warga belajar yang kurang
mampu
2. Usaha- usaha untuk meningkatkan kemampuan mengajar tenega
sumber belajar
3. Kegiatan- kegiatan yang bersifat pengabdian bagi kepentingan
masyarakat sekitar
4. Kesediaan mengelola kerja usaha atau megang diklusemas
2.1.8 Pengawasan Pelaksanaan Pembiayayan Pendidikan
Kegiatan pengawasan pembiayaan dikenal dengan istilah auditing
yaitu kegiatan yang berkenaan dengan kegiatan pertanggungjawaban
penerimaan, penyimpanan, dan pembayaran atau penyerahan uang yang
dilakukan bendaharawan kepada pihak- pihak yang berwenang.
Menurut Nanang Fatah pengawasan pembayaran pendidikan
bertujuan untuk mengukur, membandingkan, menilai alokasi biaya dan
tingkat penggunaannya. Secara sederhana proses pengawasan terdiri
dari:
1. Memantau (monitoring)
2. Menilai
3. Melaporkan hasil temuan, baik pada kinerja actual maupun hasilnya
Menurut Nanang Fatah, langkah atau tahapan yang harus dilakukan
dalam proses pengawasan adalah sebagai berikut :
1. Penetapan standar atau patokan, baik berupa ukuran kuantitas,
kualitas, biaya maupun waktu.
2. Mengukur dan membandingkan antara kenyataan yang sebenarnya
dengan standar yang telah ditetapkan
3. Menentukan tindak perbaikan atau koreksi yang kemudian menjadi
materi rekomendasi
Pada pola pemerintahan, setiap unit yang ada dalam depertemen
mempertanggungjawabkan pengurusan uang ini kepada BPK (Badan
Pengawasan Keuangan) melalui departemen masing- masing.
Pemeriksaan sebenarnya tidak hanya dilakukan setelah anggaran
direalisasikan namun juga sebelumnya (pemeriksaan anggaran preaudit).
2.1.9 Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS)
Penyususnan RAPBS sebaiknya menggunakan analisis SWOT, baik
dari segi hokum, tuntutan zaman, keberadaan sekolah (visi dan misi),
stakeholder, dan output yang diharapkan. Tujuan penyususna anggaran
ini selain sebagai pedoman pengumpulan dana dan pengeluarannya, juga
sebagai pembatasan dan pertanggungjawaban sekolah terhadap uang –
uang yang diterima.
Sekolah swasta tidak terikat oleh dana pemerintah terlalu banyak.
Karena mereka lebih leluasa menyusun RAPBS-nya. RAPBS disusun
dengan melalui proses tertentu, yang besar kecilnya didasarkan atas
kebutuhan minimum setiap tahun, dan perkiraan pendapatannya
berpedoman pada penerimaan tahun yang lalu.
2.1.10 Strategi Pembiayaan Pendidikan
Strategi secara sederhana didefenisikan sebagai keputusan atau
tindakan yang berusaha untuk mencapai sasaran organisasi. Strategi itu
sendiri dipengaruhi oleh misi organisasi atau lembaga (sekolah) dan
lingkungannya.
Strategi pembiayaan pendidikan dalam penyusunan RAPBS di mulai
dengan mengkaji perubahan peraturan perundang- undang, tuntutan
peningkatan mutu pendidikan yang mungkin membuka peluang, dalam
hubungan ini pemberian kewenangan kepada kepala sekolah (otonomi)
untuk mengelola keuangan sekolah yang menjadi tanggung jawabnya
yang sangat strategis. Konsep strategi menurut Arnaldo C. Hax dan
Nicholas S. Majluf dalam bukunya The strategi concept and process: A
pragmatic Approach, 1991 dikutip menurut Fatah (2009: 55) ada 6
konsep strategi yaitu sebagai berikut :
1. Suatu pola yang integrity coherent, dan menyatu diantara setiap
komponen.
2. Menetukan dan mengembangkan tujuan lembaga yang dinyatakan
dalam sasaran jangka pendek, jangka menengah, jangkah panjang,
program dan pioritasisasi dari alokasi sumber- sumber daya pendidikan.
3. Memilih jenis kemampuan, keterampilan, pengetahuan apa saja yang
mungkin akan diperlikan oleh masyarakat di masa yang akan dating.
4. Merespons dengan cepat semua peluang dan ancama, keselamatan
dan keunggulan yag ada di bidang lembaga pendidikan
5. Membangun komitmen dari semua pihak, siswa, orang tua,
masyarakat, pemerintah, unit- unit dinas DIKNAS sampai internal
sekolah (kepala sekolah, guru dan siswa) untuk bersama- sama
meningkatkan mutu sekolah.
6. Menentukan tingkatan konstribusi dari setiap input pendidikam yang
bermuatan biaya terhadap mutu pendidikan atau prestasi belajar siswa
dan angka permintaan masyarakat terhadap lulusan sekolah.

2.1.11 Mengelolah Atau Memanajemen Pembiayaan Pendidikan Di


Sekolah
1. Sumber dana yang diperlukan dalam pembiayaan pendidikan
Pelaksanaan pendidikan dapat terlaksana dengan baik karena
mendapatka dukungan dalam pembiayaan pendidikan.
2. Alokasi dana dalam pembiayaan pendidikan
Dana yang di alokasikan berdasarkan kebutuhan sekolah dalam
pembiayaan pendidikan.
2.1.12 Model Pembiayaan Pendidikan
Menurut Indra Bastian, Model pembiayan pendidikan yaitu:
1. BOS
2. BKM
3. BKG
4. Imbalan Swadaya
5. Green school, khusus untuk SMK yang digunakan untuk pengadaan
sarana dan prasarana.
6. Biss mutu, untuk SMA yang digunakan untuk peningkatan mutu
dananya Rp. 100.000.000
7. Zakat dan wakaf
8. Bantuan orang tua siswa
9. Dana rehab, untuk Sekolah Dasar

2.2 Konsep dan Ruang Lingkup Tentang Manajemenn Sarana Prasarana


Pendidikan
2.2.1 Pengertian Manajemenn Sarana Prasarana Pendidikan
Prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar
yang secara tidak langsung menunjang proses pendidikan di sekolah.
Dalam pendidikan misalnnya lokasi atau tempat, bangunan sekolah,
lapangan olahraga, ruang dan sebagainya. Sedangkan sarana pendidikan
adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara
langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, seperti: ruang,
buku, perpustakaan, labolatorium dan sebagainya.

Sedangkan menurut keputusan menteri P dan K No.079/1975, sarana


pendidikan terdiri dari 3 kelompok besar yaitu:
1. Bangunan dan perabot sekolah.
2. Alat pelajaran yang terdiri dari pembukauan dan alat-alat peraga
dan labolatarium.
3. Media pendidikan yang dapat dikelompokan menjadi audiovisual
yang menguanakan alat  penampil dan media yang tidak
menggunakan alat penampil.

Adapun yang bertanggungjawab tentang sarana dan prasarana


pendidikan adalah para pengelola administrasi pendidikan. Secara mikro
atau sempit maka kepala sekolah bertanggung jawab masalah ini,
seperti:

1 Hubungan antara peralatan dan pengajaran dengan program


pengajaran.
2. Tanggung jawab kepala sekolah dan kaitannya dengan
pengurusan dan prosedur 
3. Beberapa pedoman administrasi peralatan 
4. Administrasi gedung dan perlengkapan sekolah

Dari beberapa uraian diatas, manajemen sarana dan prasarana


pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses kerja sama
pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif
dan efisien.( Bafadal,2003). Definisi ini menunjukkan bahwa sarana dan
prasarana yang ada di sekolah perlu didayagunakan dan dikelola untuk
kepentingan proses pembelajaran di sekolah. Pengelolaan itu
dimaksudkan agar dalam menggunakan sarana dan prasarana di sekolah
bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Pengelolaan sarana dan
prasarana merupakan kegiatan yang amat penting di sekolah, karena
keberadaannya akan sangat mendukung terhadap suksesnya proses
pembelajaran disekolah.

Dalam mengelola sarana dan prasarana di sekolah dibutuhkan suatu


proses sebagaimana terdapat dalam manajemen yang ada pada
umumnya, yaitu : mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, pemeliharaan dan pengawasan. Apa yang dibutuhkan oleh
sekolah perlu direncanakan dengan cermat berkaitan dengan sarana dan
prasarana yang mendukung semua proses pembelajaran. Sarana
pendidikan ini berkaitan erat dengan semua perangkat, peralatan, bahan
dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses belajar
mengajar. Sedangkan prasarana pendidikan berkaitan dengan semua
perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang
pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah seperti ; ruang,
perpustakaan, kantor sekolah, UKS, ruang osis, tempat parkir, ruang
laboratorium, dll.
2.2.2 Tujuan Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan

Secara umum, tujuan manajemen sarana prasarana pendidikan adalah


memberi layanan secara profesional di bidang sarana prasarana
pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara
efektif dan efisien. Secara rinci tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan
melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama.
Dengan perkataan ini, melalui manajemen perlengkapan pendidikan di
harapkan semua perlengkapan yang di dapatkan oleh sekolah adalah
serana dan serana pendidikan yang berkualitas tnggi, sesuai dengan
kebutuhan sekolah, dan dengan dana yang efisien. 
2. Untuk mengupayakan pemakaian sarana prasarana sekolah secara
tepat dan efisien. 
3. Untuk menupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah,
sehingga keberadaannya selalu dan kondisi siap pakai setiap di
perlukan oleh semua personel sekolah.
2.2.3 Prinsip-Prinsip Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Agar tujuan-tujuan manajemen perlengkapan bisa tercapai ada
beberapa prinsip yang perlu di perhatikan dalam mengelola
perlengkapan di sekolah, prinsip-prinsip yang dimaksud adalah :
1. Prinsip Pencapaian Tujuan
Pada dasarnya manajemen perlengkapan sekolah di lakukan dengan
maksud agar semua fasilitas sekolah dalam keadaan kondisi siap pakai.
Oleh sebab itu, manajemen perlengkapan sekolah dapat di katakan
berhasil bilaman fasilitas sekolah itu selalu siap pakai setiap saat, pada
setiap seorang personel sekolah akan menggunakannya.
2. Prinsip Efisiensi
Dengan prinsip efisiensi semua kegiatan pengadaan sarana dan
prasarana sekolah di lakukan dengan perencanaan yang hati, sehingga
bisa memperoleh fasilitas yang berkualitas baik dengan harga yang
relatif murah. Dengan prinsip efisiensi berarti bahwa pemakaian semua
fasilitas sekolah hendaknya dilakukan dengan sebaik-baiknya, sehingga
dapat mengurangi pemborosan. Maka perlengkapan sekolah hendaknya
di lengkapi dengan petunjuk teknis penggunaan dan pemeliharaannya.
Petunjuk teknis tersebut di komunikasikan kepada semua personil
sekolah yang di perkirakan akan menggunakannya. Selanjutnya, bilaman
di pandang perlu, di lakukan pembinaan terhadap semua personel.

3. Prinsif Administratif
Di Indonesia terdapat sejumlah peraturan perundang-undangan yang
berkenaan dengan sarana dan prarana pendidikan sebagai contoh adalah
peraturan tentang inventarisasi dan penghapusan perlengkapan milik
negara. Dengan prinsip administratif berarti semua perilaku pengelolaan
perlengkapan pendidikan di sekolah itu hendaknya selalu
memperhatikan undang-undang, peraturan, instruksi, dan pedoman yang
telah di berlakukan oleh pemerintah. Sebagai upaya penerapannya,
setiap penanggung jawab pengelolaan perlengkapan pendidikan
hendaknya memahami semua peraturan perundang-undangan tersebut
dan menginformasikan kepada semua personel sekolah yang di
perkirakan akan berpartisipasi dalam pengelolaan perlengkapan
pendidikan.
4. Prinsip Kejelasan Tanggung Jawab
Di Indonesia tidak sedikit adanya kelembagaan pendidikan yang
sangat besar dan maju. Oleh karena besar, sarana dan prasarananya
sangat banyak sehingga manajemennya melibatkan banyak orang.
Bilaman hal itu terjadi maka perlu adanya pengorganisasian kerja
pengelolaan perlengkapan pendidikan. Dalam pengorganisasiannya,
semua tugas dan tanggung jawab semua orang yang terlibat itu perlu
dideskripsikan dengan jelas.
5. Prinsip Kekohesifan
Dengan prinsip kekohesfan berarti manajemen perlengkapan
pendidikan di sekolah hendaknya terealisasikan dalam bentuk proses
kerja sekolah yang sangat kompak. Oleh kerena itu, walaupun semua
orang yang terlibat dalam pengelolaan perlengkapan itu telah memiliki
tugas dan tanggung jawab masing-masing, namun antara satu dengan
yang lainnya harus selalu bekerja sama dengan baik.
2.2.4 Penggunaan Alat Sarana Dan Prasarana Pendidikan Yang
Tepat
Prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar
yang secara tidak langsung menunjang proses pendidikan
disekolah.dalam pendidikan misalnya lokasi atau tempat, bangunan
sekolah, lapangan olahraga, ruang dan sebagainya.sedangkan sarana
pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan,dan perabot yang
secara langsung digunakan dalam proses pendidikan disekolah seperti
ruang, buku, perpustakaan, labolatorium dan sebagainya.
a. Alat pelajaran
Merupakan alat – alat yang digunakan untuk rekam merekam bahan
pelajaran atau alat pelaksanaan kegiatan belajar yang disebut dengan
kegiatan merekam berupa menulis, mencatat, melukis, alat pelajaran
digunakan guru untuk penulis pembelajaran termasuk juga kapur atau
spidol dan penghapus papan tulis.

b. Alat peraga
Merupakan alat yang digunakan untuk meragakan (mewujudkan,
menjadi terlihat)seperti: manusia mempunyai raga (jasmani, fisik )
karena manusia terlihat.dengan kata lain, bagian raga dari makhluk
manusia merupakan bagian yang tampak, bisa dilihat, (bagian dari tubuh
manusia juga bisa dilihat, tentu saja jika dibedah). Jadi, intinya
meragakan adalah menjadikan sesuatu yang tak terlihat menjadi terlihat.
2.2.5 Tahapan-Tahapan Manajemen Sarana Dan Prasarana
Pendidikan
Mananjemen sarana dan prasarana adalah segenap proses pengadaan
dan pendayagunaan sarana dan prasarana agar mendukung tercapainya
tujuan pendidikan secara tepat guna dan tepat sasaran (Arifin &
Barnawi, 2012: 40).
Arifin & Barnawi (2012: 48-78) kemudian menjelaskan bahwa
proses-proses yang dilakukan dalam upaya pengadaan dan
pendayagunaan sarana dan prasarana meliputi perencanaan, pengadaan,
pengaturan, penggunaan, dan penghapusan. Kelima proses tersebut
dapat dipadukan sehingga membentuk suatu siklus manajemen sarana
dan prasarana yang efektif untuk diterapkan di sekolah. Seperti dalam
bagan berikut:

1. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses perancangan upaya pembelian,
penyewaan, peminjaman, penukaran, daur ulang,
rekondisi/rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan
perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Perencanaan
yang matang dapat meminimalisasi kemungkinan terjadinya
kesalahan dan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pengadaan sarana dan prasarana. Kesalahan yang terjadi dapat
berupa pembelian barang yang tidak sesuai dengan kualifikasi,
jumlah dana yang tersedia, tingkat kepentingan, dan tingkat
keterdesakan.

2. Pengadaan
Pengadaan merupakan serangkaian kegiatan menyediakan
berbagai jenis sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan
kebutuhan untuk mencapai tujuan pendidikan. Kebutuhan sarana dan
prasarana dapat berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah,
waktu, tempat, dan harga serta sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
kegiatan pengadaan sarana dan prasarana tertera dalam bagan
berikut:

3. Pengaturan
Proses pengaturan berkaitan dengan inventarisasi, penyimpanan, dan
pemeliharaan.
 Inventarisasi merupakan kegiatan mencatat dan menyusun
sarana dan prasarana yang ada secara teratur, tertib, dan
lengkap berdasarkan ketentuan yang berlaku.
 Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan sarana dan
prasarana pendidikan di suatu tempat agar kualitas dan
kuantitasnya terjamin. Penyimpanan meliputi penerimaan
barang, penyimpanan barang, pengeluaran atau
pendistribusian barang.
 Pemeliharaan sarana dan prasarana secara terus menerus
penting dilakukan agar kualitas dan kuantitasnya tidak
menurun secara drastis.

4. Penggunaan
Penggunaan sama halnya dengan kegiatan memanfaatkan sarana
dan prasarana pendidikan untuk mendukung proses pendidikan demi
tercapainya tujuan pendidikan. Terdapat dua prinsip yang harus
diperhatikan dalam pemakaian perlengkapan pendidikan, yaitu
efektivitas dan efisiensi.
Efektivitas memiliki arti semua pemakaian perlengkapan
pendidikan di sekolah harus ditujukan semata-mata dalam
memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Sedangkan efisiensi adalah
kegiatan pemakaian semua perlengkapan pendidikan harus secara
hemat dan hati-hati sehingga semua perlengkapan yang ada tidak
mudah habis, rusak, atau hilang.
5. Penghapusan
Penghapusan sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk mengeluarkan/menghilangkan sarana dan
prasarana dari daftar inventaris karena sudah dianggap tidak
berfungsi sebagaimana yang diharapkan, terutama untuk
kepentingan pelaksanaan pembelajaran sekolah

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya setiap sekolah sudah menyelenggarakan sistem
pengelolaan yang baik, tetapi sistem yang efektif kurang dilaksanakan.
Ketidakdisiplinan dalam penggunaan anggaran, serta pemimpin yang
boros selalu menjadi fenomena tersendiri. Untuk itu diperlukan
kepemimpinan dan manajemen pengelolaan yang efektif menuju
keseimbangan antara sistem yang ada dalam mendistribusikan sumber-
sumber dana pendidikan di Indonesia.
Pelaksanaan administrasi peralatan dan perlengkapan sudah
merupakan pekerjaan rutin dan orang-orang di hadapkan kesukaran-
kesukaran yang kurang berarti, namun untuk penyempurnaan pekerjaan
para ahli menyarankan beberapa pedoman pelaksanaan administrasinya,
sbb :
1. Hendaknya kepala sekolah sebagai administrator tidak terlalu
menyibukkan dirinya secara langsung dengan urusan pelaksanaan
administrasi peralatan dan perlengkapan pengajaran 
2. Melakukan sisi pencatatan yang tepat sehingga mudah di kerjakan 
3. Administrasi peralatan dan perlengkapan pengajaran harus
senantiasa ditinjau dari segi pelayanan untuk turut memperlancar
pelaksanaan program pengajaran
Kondisi-kondisi diatas akan terpenuhi jika administrator
mengikutsertakan semua guru dalam perencanaan seleksi, distribusi dan
penggunaan serta pengawasan peralatan dan perlengkapan pengajaran.

3.2 Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan


makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan
yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya
pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke
depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan makalah dan karya tulis
yang bermanfaat bagi banyak orang

DAFTAR PUSTAKA
http://pendidikanadministrasi.blogspot.com/2012/02/manajemen-sarana-
prasarana-pendidikan.html
     https://muhfathurrohman.wordpress.com/tag/manajemen-sarana-
prasarana/
Bafadal, Ibrahim. 2004. Manajemen Perlengkapan Sekolah. Jakarta : PT
BUMIKARSA. 
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah. 2007. Bandung : Remaja Rosda
Karya.
Soepardi,Imam. 1988. Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan. Jember :
FKIP Universitas Jember 
Natawijaya, Rochman.1981. Ilmu Keguruan Pendidikan Nasional. Jakarta :
PT New Aqua Press.
Burhanuddin, Yusak.2005. Administrasi Pendidikan. Bandung : CV.Pustaka
Setia 
Sutisna, Oteng.1983. Administrasi Pendidikan : Dasar Teoritis untuk
Praktek Profesional.Bandung : Angkasa. 
Sahertian, P.A,1994. Dimensi Administrasi Pendidikan.Surabaya : Usaha
Nasional. 
Tim Pakar Manajemen Pendidikan UM. 2003. Manajemen Pendidikan:
Analisis Substansi dan Aplikasinya dalam Institusi Pendidikan.Malang :
UM
Bastian, Indra, 2015, Akuntansi Pendidikan, Yogyakarta: BPFE
Baharuddin. Makin, Moh, 2010, Manajemen Pendidikan Islam, Malang:
MALIKI PRESS
Mulyasa, 2005, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung, Remaja
Rosdakarya
Fattah Nanang, 2004, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Dan
Dewan Sekolah, Bandung, Pustaka Bani Quraisy
Barnawi, 2015, Manajemen Sarana Prasarana, Yokyakarta, Perpustakaan
Nasional: Katalog Dalam Terbit Bafadel, Ibrahim,2003, Manajemen Sarana
Prasarana, Jakarta, PT Bumi Aksara
Makawimbang H Jerry,2012,kepemimpinan pendidikan yang
bermutu,Bandung : AlfABETA
Suhardan Dadang,202,Ekonomi dan pembiyaan
pendidikan,Bandung,ALFABETA
http://pendidikan admistrasi.blogspot.com /2012/02 manajemen sarana
prasarana pendidikan.html
http:// muhfathurrohman. Word press.com/tag/manajemen sarana prasarana

Anda mungkin juga menyukai