Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

OLEH :

EVA NURUL SUGIARTI (A1L12008)


FIKA HADIJA (A1L120010)
JUMATIN ALFADILAH (A1L120014)
SRI MELYANA (A1L120024)
FITRA (A1L120044)
SRI ULFAYANA (A1L120062)

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan ridho-Nya sehingga kami bias menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Manajemen Berbasis Sekolah.”

Dalam penyusunan makalah ini telah berusaha semaksimal mungkin sesuai


dengan kemampuan ksmi. Namun sebagai manusia biasa, kami tidak terlepas dari
kesalahan dan kekhilafan.

Tanpa adanya bimbingan dari dosen dan beberapa teman-teman yang


memberikan kami berbagai masukan yang bermanfaat bagi kami dalam menyusun
makalah, maka makalah ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu,
kami mengucapakan terima kasih kepada semua saudara yang telah bersedi
ameluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran demi kelancaran
penyusunan makalah ini dengan baik sebagaimana mestinya.

Demikianlah makalah ini di buat, semoga bermanfaat bagisaya, khususnya


bagi pembaca. Saya mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat
membangun untuk kami agar nantinya dapat dipertimbangkan untuk pembuatan
makalah selanjutnuya.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah.......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3


A. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah.............................. 3
B. Prinsip-prinsip Manajemen Berbasis Sekolah............................ 15
C. Faktor-faktor Penting Dalam Manajemen Berbasis Sekolah...... 16

BAB III PENUTUP...................................................................................... 19

3.1 Kesimpulan.................................................................................. 19
3.2 Saran ........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fakta yang sekarang ini menyatakan bahwa mutu pendidikan di Indonesia


masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Hal ini
mempunyai dampak yang sangat besar bagi majunya kehidupan masyarakat
dalam segala aspek bidang kehidupan.
Untuk menciptakan masyarakat yang maju, maka yang perlu diperhatikan
terlebih dahulu adalah bagaimana mewujudkan pendidikan yang bermutu yang
pada akhirnya mencapai tujuan.Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata
sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara
Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas.
Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan
adalah melalui penerapan Manajemen Berbasis Sekolah atau MBS. Hal ini
didasarkan pada suatu asumsi bahwa MBS merupakan pemikiran ke arah
pengelolaan pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk
mengatur dan melaksanakan berbagai kebijakan secara luas. Dengan demikian,
mahasiswa calon guru Sekolah Dasar semestinya dapat memahami penerapan
MBS sebagai bekal ketika berada di sekolah nantinya.
Setiap proses di mana seseorang memperoleh pengetahuan (knowledge
acqui-sition), mengembangkan kemampuan/keterampilan (skills developments)
sikap atau mengubah sikap ( attitute change ) harus melalui proses pendidikan.
Pendidikan adalah suatu proses trans-formasi anak didik agar mencapai hal _hal
tertentu sebagai akibat proses pendidikan yang diikutinya. Yang nantinya akan di
aplikasikan ke pada masyarakat.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa lingkungan pembelajaran
pada lingkungan sekolah dan lingkungan teknologi sudah tidak asing lagi
terdengar di kehidupan masyarakat.Keduanya memiliki perspektif yang berbeda-
beda, begitupun pula tingkah laku dan pengaplikasiannya. Yang di mana pada
sekolah alam lebih berfokus atau lebih banyak mempelajari tentang lingkungan
alam yang ada di sekitarnya. Sedangkan pada sekolah berbasis teknologi lebih
banyak pengaplikasiannya terhadap teknologi.Maka dari itu, dalam makalah ini
akan di bahas lebih terperinci tentang “Manajemen Lingkungan Pembelajaran
(Sekolah Alam dan Sekolah Berbasis Information Technology) Terhadap
Pendidikan.”

B. Rumusan Masalah
1. Apakah konsep dasar manajemen berbasis sekolah ?
2. Apakah prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah?
3. Apa faktor-faktor penting dalam manajemen berbasis sekolah?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen berbasis sekolah.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor penting dalam manajemen berbasis sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah


1. Manajemen Sekolah

Gaffar (1989) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan


mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik, sistemik
dan komperhensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Manajemen pendidikandapat juga diartikan sebagai segala sesuatu yang
berkenan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun tujuan
jangka panjang. Manajemen berbasissekolah juga perlu disesuaikan dengan
kebutuhan dan minat peserta didik, guru-guru serta kebutuhan masyarakat
setempat.Untuk itu perlu dipahami fungsi-fungsi pokok manajemen, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pembinaan.dalam prakteknya
keempat fungsi tersebut merupakan suatu prosesyang berkesinambungan.
Manajemen sekolah secara langsung akanmempengaruhi dan menentukan
efektif tidaknya kurikulum, berbagai peralatan belajar, waktu mengajar dan
proses pembelajaran. Dengan demikian upaya pendekatan kualitas
pendidikan harus dimulai dengan pembenahan manajemensekolah,
disamping peningkatan kualitas guru dan pengembangan sumber belajar.
Dalam manajemen pendidikan dikenal dua mekanisme pengaturan,
yaitusistem sentralisasi dan desentralisasi. Dalam sistem sentralisasi, segala
sesuatuyang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan diatur secara
ketat oleh pemerintah pusat. Sementara dalam sistem desentralisasi,
wewenang pengaturantersebut diserahkan kepada pemerintah daerah.Kedua
sistem tersebut dalam prakteknya tidak berlaku secara ekstrem, tetapi dalam
bentuk kontinum, dengan pembagian tugas dan wewenang antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah (lokal). Hal ini juga berlaku dalam manajemen
pendidikan indonesia,sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan uuspn 1989
bahwa pendidikan nasionaldiatur secara pusat (sentralisasi), namun
penyelenggaraan satuan dan kegiatanpendidikan dilaksanakan secara tidak
terpusat (desentralisasi). Hal tersebut cukup beralasan karena masing-masing
menpunyai kelebihan dan kekurangan sehinggauntuk memperoleh manfaat
yang sebesar-besarnya dan mengurangi segi-seginegatif, penegelolaan
pendidikan tersebut mamadukan sisten sentralisasi dan desentralisasi.
Sistem pengaturan yang sentralistik ditunjukan untuk manajemen yang
integritas,kesatuan dan persatuan bangsa.Tilaar (19991.22) mengemukakan
bahwa pendekatan sentralistik mempunyai posisi yang sangat strategis
dalammengembangkan kehidupan dan kohesinasional karena peserta
didiknya adalahkelompok umur yang secara pedagogik sangat peka terhadap
pembentukan kepribadian.Dalam jenjang inilah dapat diletakan dasar-dasar
yang kokoh bagiketahanan nasional, apresiasi kebudayaan nasional dan
daerah, serta nilai-nilai petriotisme dan cinta tanah air sebagai negara
kesatuan.Dalam pelaksanaanmanajemen berbasis sekolah, pendekatan
sentralistik masih diperlukan terutamauntuk menentukan kurikulum
pendidikan nasional dan menetapkan anggaran agar dapat dicapai kesamaan
dan pemerataan standar pendidikan di seluruh tanah air.
Dalam bidang pendidikan, desentralisasi mengandung arti sebagai
pelimpahan kekuasaan oleh pusat kepada aparat pengelola pendidikan yang
adadi daerah baik tingkat provinsi maupun lokal, sebagai perpanjangan
aparat pusatuntuk meningkatkan efisiensi kerja dalam pengelolaan
pendidikan di daerah. Dalam manajemen pendidikan dasar, desentralisasi
memang dapat melemahkantumbuhnya perasaan nasional yang sehat, dapat
menimbulkan rasa kedaerahanyang berlebihan, serta akan menjurus pada
isolasi dan pertentangan. Namun,dengan pengakuan dan kesepakatan untuk
menjadikan pancasila sebagai satu-satunya asas bangsa dan negara,
kecenderungan separatisme dapat dikurangi danditekan seminimal mungkin.

Implikasi desentralisasi manajemen pendidikan adalah kewenangan


yang lebih besar diberikan kepada kabupaten dan kota untuk mengelola
pendidikan sesuaidengan potensi dan kebutuhan daerahnya; perubahan
kelembagaan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan efisiensi serta
efektifitas dalam pelaksanaan dan perencanaan pada unit-unit kerja di
daerah; kepegawaian yangmenyangkut perubahan dan pemberdayaan
sumber daya manusia yang menekankan pada profesionalisme; serta
perubahan-perubahananggaran pembangunan pendidikan (DIP) yang
dikelola langsung dari BKPN (Bappenas) ke kabupaten dalam bentuk blok
ground sehingga menghilangkan ketakutan dan pengotaan dalam
penanganan anggaran (BPPN dan Bank Dunia,1999).
Pelaksanaan desentralisasi dalam pengelolaan sekolah memerlukan
kesiapan berbagai perangkat pendukung di daerah. Sedikitnya ada empat hal
yang harusdipersiapkan agar pelaksanaan desentralisasi berhasil, yaitu

 peraturan perundang-undangan yang mengatur desentralisasi


pendidikan dari tingkat daerah, provinsi sampai tingkat kelembagaan,
 pembinaan kemampuan daerah,
 pembentukan perencanaan unit yang bertanggung jawab untuk
menyusun perencanaan pendidikan, dan
 perangkat sosial, berupa kesiapan masyarakatsetempat
untukmenerima dan membantu menciptakan iklim yang kondusif
bagi pelaksanaan desentralisasi tersebut.

MBS memerlukan upaya-upaya penyatupaduan atau penyelarasan


sehingga pelaksanaan pengaturan berbagai kompenen sekolah tidak tumpang
tindih, berbenturan, saling lempar tugas dan tanggung jawab.Dengan
demikian tujuanyang ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien.

2. Manajemen Berbasis Sekolah

Istilah manajemen berbasi sekolah merupakan terjemahan dari


“school-based management”.Istilah ini pertama kali muncul di Amerika
Serikat ketikamasyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan
dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat.MBS merupakan
paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat
sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan nasional. Otonomi
diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana
dengan mengalokasikannya sesuai dengan perioritas kebutuhan, serta lebih
tanggap terhadap kebutuhan setempat. Pelibatan masyarakat dimaksudkan
agar mereka lebih memahami, membantu, dan mengontrol pengelolaan
pendidikan. Pada sistem MBS, sekolah dituntut secara mandiri,
mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan, dan
mempertanggungjawabkan sumber-sumber, baik pada masyarakat maupun
pemerintah.
MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan,
yangmenawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih
baik danmemadai bagi para peserta didik.Kewenangan yang bertumpu pada
sekolah merupakan inti dari MBS yang dipandang memiliki tingkat
efektivitas tingkatserta memberikan beberapa keuntungan berikut.

a) Kebijakan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung


kepada peserta didik, orang tua dan guru.
b) Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya local.
c) Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran,
hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru,
dan iklim sekolah.
d) Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan,
memberdayakanguru, manajemen sekolah, rencana ulang sekolah, dan
perubahan perencanaan (fatlah, 2000).

Dalam pelaksanaannya di Indonesia, perlu ditekankan bahwa kita tidak


harusmeniru secara persis model-model MBS dari negara lain. Sebaliknya
Indonesiaakan belajar banyak dari pengalaman-pengalaman MBS dari
negara lain,kemudian dimodifikasi, merumuskan, dan menyusun model
denganmempertimbangkan berbagai kondisi setempat, seperti sejarah,
geografi, struktur masyarakat dan pengalaman pribadi di bidang pengelolaan
pendidikan yang telahdan berlangsung selama ini.

a. Tujuan MBS

Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS) merupakan salah satu cara


pemerintahuntuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam ilmu
teknologi, yang dinyatakan dalam GBHN. Hal tersebut diharapkan dapat
dijadikan landasandalam pengembangan pendidikan di Indonesia yang
berkualitas dan berkelanjutan, baik secara makro, meso, maupun mikro.

b. Manfaat MBS

MBS memberikan kebebasan dan kekuasaan yang besar pada sekolah,


disertai seperangkat tanggung jawab.Dengan adanya otonomi yang
memberikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan
strategi MBS sesuai dengan kondisi setempat, sekolah dapat lebih
meningkatkankesejahteraan guru sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada
tugas.Dengandiberikannya kesempatan pada sekolah untuk menyusun
kurikulum, guru didorong untuk berinovasi, dengan melakukan
eksperimentasi-eksperimentasi dilingkungan sekolahnya.Dengan demikian,
MBS mendorong profesionalismeguru dan kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan di sekolah.melalui penyusunan kurikulum efektif, rasa tanggap
sekolah terhadap kebutuhansetempat meningkat dan menjalin layanan
pendidikan sesuai dengan tuntutan peserta didik dan masyarakat
sekolah.MBS menekankan keterlibatan maksimal berbagai pihak, seperti
pada sekolah-sekolah swasta, sehingga menjamin partisipasi staf, orang tua,
peserta didik, dan masyarakat yang lebih luar dalam perumusan-perumusan
keputusan tentang pendidikan.kesempatan partisipasitersebut dapat
meningkatkan komitmen mereka pada sekolah. Selanjutnya, aspek-aspek
tersebut pada akhirnya dapat mendukung efektifitas dalam pencapaian tujuan
sekolah. Adanya kontrol dari masyarakat dan monitoring dari pemerintah,
pengelolaan sekolah akan lebih akuntabel, transparan, egaliter,
dandemokratis, serta menghapuskan monopoli dalam pengelolaan
pendidikan. Untuk kepentingan tersebut diperlukan kesiapan pengelola pada
berbagai leveluntuk melakukan kewenangan dan tanggung jawab.

c. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan

BPPN bekerja sama dengan Bang Dunia (1999), telah mengkaji


beberapa faktor yang perlu diperhatikan sehubungan dengan manjemen
berbasis sekolah. Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan kewajiban sekolah,
kebijakan dan prioritas pemerintah, peranan orang tua dan masyarakat,
peranan profesionalisme dan manajerial, serta pengembangan profesi.

1) Kewajiban Sekolah

Manajemen berbasis sekolah yang menawarkan keleeluasaan


pengelolaansekolah memiliki potensi yang besar dalam menciptakan kepala
sekolah,guru, dan pengelola sistem pendidikan profesional.Oleh karena itu,
pelaksanaan perlu disertai seperangkat kewajiban, serta monitoing
dantuntutan pertanggungjawaban (akuntabel) yang relatif tinggi, untuk
menjamin bahwa sekolah selain memiliki otonomi juga
mempunyaikewajiban melaksanakan kebijakan pemerintah dan memenuhi
harapanmasyarakat sekolah.Dengan demikian sekolah dituntut mampu
menampilkan pengelolaan sumber daya secara transparan, demkratis, tanpa
monopoli, dan bertanggung jawab baik terhadap masyarakat maupun
pemerintah, dalamrangka meningkatkan kapasitas pelayanan terhadap
peserta didik.

2) Kebijakan dan Prioritas Pemerintah

Pemerintah sebagai penanggungjawab pendidikan nasional berhak


merumuskan kebijakan-kebijakan yang menjadi perioritas nasional
terutamayang berkaitan dengan program peningkatan melek huruf dan
angka(literacydan numericy),efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan.
dalamhal-halterebut, sekolah tidak diperbolehkan berjalan sendiri dengan
mengabaikankebijakan dan standar yang ditetapkan oleh pemerintah yang
dipilih secarademokratis.

3) Peranan Orang Tua dan Masyarakat


MBS menuntut dukungan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas
untuk membangkitkan motivasi kerja yang lebih produktif dan
memperdayakanotoritas daerah setepat, serta mengefisienkan sitem dan
menghilangkan birokrasi yang tumpang tindih.Untuk kepentingan tersebut
diperlukan partisipasi masyarakat, dan hal ini merupakan salah satu aspek
penting dalammanajemen berbasis sekolah.Melalui dewan sekolah(school
council),orangtua dan masyarakat dapat berpartisipasi dalam pembuatan
berbagai keputusan. Dengan demikian, masyarakatakan lebih memahami ,
sertamengawasi dan membantu sekolah dalam pengelolaan termasuk
kegiatan belajar-mengajar
4) Peranan Profesional dan Manajerial
Manajemen berbasis sekolah menuntut perubahan-perubahan tingkah
lakukepala sekolah, guru, tenaga administrasi dalam mengoprasikan
sekolah.melaksanaan MBS berpotensi meningkatkan gesekan peranan yang
bersifat profesional dan manajerial. Untuk memenuhi persyaratan
pelaksanaan MBS,kepala sekolah, guru, dan tenaga adminitrasi harus
memiliki kedua sifattersebut, yaituProfesional dan manajerial. Mereka harus
memiliki pengetahuan yang dalam tentang peserta didik dan prinsip-prinsip
pendidikanuntuk menjamin segala keputusan penting yang dibuat oleh
sekolah ,didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan pendidikan. kepala
sekolahkhususnya, perlu mempelajari dengan teliti, baik kebijakan dan
prioritas pemerintah maupun prioritas sekolah sendiri. Untuk kepentingan
tersebut kepala sekolah harus.
 Memiliki kemampuan untuk berkolaborasi dengan guru dan
masyarakatsekitar sekolah.
 Memiliki pemahaman dan wawasan yang luas tentang teori pendidikan
dan pembelajaran.
 Memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menganalisis
situasisekarang berdasarkan apa yang seharusnya serta mampu
memperkirakankejadian di masa depan berdasarkan situasi sekarang.
 Memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah
dankebutuhan yang berkaitan dengan efektivitas pendidikan di
sekolah.
 Mampu memanfaatkan berbagai peluang, menjadikan tantangan
sebagai peluang, sertamengkonseptualkan arah baru untuk perubahan.
5) Pengembangan Profesi
Dalam MBS pemerintah harus menjamin bahwa semua unsur penting
tenagakependidikan (sumber manusia) menerima pengembangan profesi
yang diperlukan untuk mengelola sekolah secara efektif.Agar sekolah
dapatmengambil manfaat yang ditawarkan MBS, perlu dikembangkan
adanya pusat pengembangan profesi, yang berfungsi sebagai penyedia jasa
pelatihan bagi tenaga kependidikan untuk MBS.

d. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah

Karakteristik MBS bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah


dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses belajar-mengajar,
mengelola sumber daya manusia, dan pengelolaan sumber daya dan
administrasi. Lebih lanjut BPPN dan Bank Dunia (1999), mengutip dari
focus on school; The Future Organisation of Education Services for
Students, Departement of Education, Australia(1996), mengemukakan ciri-
ciri MBS dalam bagan berikut.

Organisasi Proses Belajar Sumber Daya Sumber Daya


Sekolah Mengajar Manusia Administrasi
Menyediakan Meningkatkan Memberdayakan Mengidentifikasi
manajemen kualitas belajar staf dan dana yang
organisasi sekolah menempatkan diperlukan
kepemimpinan personal yang mengalokasikan
transformational dapat melayani dana tersebut
dalam mencapai semua keperluan sesuai dengan
tujuan sekolah kebutuhan
Menyusun Mengengbkan Memilih staf Mengelola dana
rencana sekolah kurikulum yang yang memiliki sekolah
dan cocok dan tanggap wawasan
merumuskan terhadap manajemen
kebijakan untuk kebutuhan siswa berbasis sekolah
sekolahnya dan masyarakat
sendiri sekolah
Mengelolah Menyelenggarakan Menyediakan Menyediakan
kegiatan sekolah pelajaran yang kegiatan untuk dukungan
efektif pengembangan administrative
profesi dan
semua staf
Menjamin Menyediakan Menjamin Mengelola dan
adanya program kesejahteraan memelihara
komunikasi pengembangan staf dan siwa gedung dan
yang efektif yang di sarana lainya
antara sekolah perlukansiswa
dan masyarakat
terkait (school
community
Menjamin akan Program Kesejahteraan Memelihara
terpeliharanya pengembangan staf dan siswa gedung dan saran
sekolah yang yang diperlukan lainnya
bertanggung siswa
jawab
(akuntabel
terhadap
masyarakat dan
pemerintah)
3. MBS Sebagai Proses Pemberdayaan

Pemberdayaan dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan


martabatmasyarakat dalam perekonomiannya, hak-haknya, dan memiliki
posisi yangseimbang dengan kaum lain yangselama ini telah lebih mapan
kehidupannya. Pemberdayaan telah merambah ke berbagai bidang dan aspek
kehidupanmanusia, termasuk pendidikan, antara lain dikeluarkannnya
kebijakan MBS sebagai paradigma baru manajemen pendidikan. manajemen
berbasis sekolahmerupakan pemberdayaan sekolah dalam rangka
peningkatan mutu dankemandirian sekolah. Kindervatter (1999) memberikan
batasan pemberdayaansebagai peningkatan pemahaman manusia untuk
mengikatkan kedudukannya dimasyarakat.Peningkatan kedudukan itu
meliputi kondisi-kondisi sebagai berikut.

a) Akses, memiliki peluang yang cukup besar untuk mendapatkan sumber


sumber daya dan sumber dana.
b) Daya pengungkit, meningkat dalam hal daya tawar kolektifnya.
c) Pilihan-pilihan, mampu dan memiliki peluang terhadap berbagai pilihan.
d) Status, meningkatkan citra diri, kepuasan diri, dan memiliki perasaan
yang positif atas identitas budayanya.
e) Kemampuan refleksi kritis, mnggunakan pengalaman untuk mengukur
potensikeunggulanya atas berbagai peluang pilihan-pilihan dalam
pemecahan masalah.
f) Legitimasi, ada pertimbangan ahli yang menjadi justifikasi atau yang
membenarkan terhadap alasan-alasan rasional atau kebutuhan-
kebutuhan masyarakat.
g) Disiplin, menetapkan sendiri standar mutu untuk pekerjaan yang
dilakukan untuk orang lain dan.
h) Presepsi kreatif, sebuah pandangan yang lebih positifdan inovatif
terhadaphubungan dirinya dengan lingkungannya.

Kondisi-kondisi tersebut dapat dipandang sebagai hasil dan proses


pemberdayaan. Dengan kata lain, pemberdayaan dikatakan berhasil jika pada
dirikhalayak sasaran dapat diamati atau dapat menunjukan keadaan
permukaan atauinikator sebagaimana tersebut diatas.
Cook dan Macaulay (1999) memberikan devinisi pemberdayaan
sebagai“alat penting untuk memperbaiki kinerja organisasi melalui
penyebaran perbuatan keputusan dan tanggung jawab”. Dengan demikian,
akan mendorong keterlibatan para pegawai dalam pengambilan keputusan
dan tanggung jawab. Dalam dunia pendidikan pemberdayaan ditunjukan
kepada para peserta didik, guru, kepalasekolah, dan pegawai admiistrasi.
Dalam MBS, pemberdayaan dimaksudkanuntuk memperbaiki kinerja
sekolah agar dapat mencapai tujuan secara optimal,efektif dan efisien. MBS
sebagai proses pemberdayaan merupakan cara untuk membangkitkan
kemauan dan potensi peserta didik agar memiliki kemampuanmengontrol
diri dan lingkungannya untuk dimanfaatkan bagi kepentingan peningkatan
kesejarteraan. sedikitnya ada tiga langkah pemberdayaan, dalamkaitannya
dengan MBS, yaitu, (1) menyusun kelompok guru sebagai penerimaawal
atas renana pendidikan awal. (2) mengidentifikasi dan
membangunkelompok peserta didik di sekolah. (3) memilih dan melatih
guru dan tokohmasyarakat yang terlibat secara langsung dalam implementasi
manajemen berbasis sekolah.
B. Prinsip-prinsip Manajemen Berbasis Sekolah

Terdapat empat prinsip manajemen berbasis sekolah sebagai bentuk


implementasi otonomi daerah bidang pendidikan yang menjadi landasan dalam
menerjemahkan konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah sesuai
dengan tujuannya, yaitu otonomi, fleksibilitas, partisipasi, dan inisiatif

1. Prinsip otonomi

Prinsip otonomi diartikan sebagai kemandirian, yaitu kemandirian


dalam mengatur dan mengurus diri sendiri.Kemandirian dalam program dan
pendanaan merupakan tolok ukur utama kemandirian sekolah. Kemandirin
yang berlangsung secara terus menerus akan menjamin keberlangsungan
hidup dan perkembangan sekolah.

2. Prinsip fleksibilitas

Prinsip fleksibelitas dapat diartikan sebagai keluwesan uang diberikan


kepada sekolah untuk mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan
sumber daya sekolah seoptimal mungkin untuk meningkatkan mutu sekolah.
Prinsip ini akan melahirkan sekolah yang lebih lincah dalam bergerak dan
tanggap terhadap permasalahan yang harus dihadapi.

3. Prinsip partisipasi

Prinsip partisipasi dapat diartikan dengan penciptaan lingkunagn yang


terbuka dan demokratik.Warga sekolah (guru, siswa, karyawan) dan
masyarakat didorong untuk telibat langsung dalam penyelenggaraan
pendidikan, mulai dari pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan evaluasi
untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini dilandasi dengan keyakinan
bahwa jika seorang dilibatkan maka yang bersangkutan akan mempunyai
“rasa memiliki” terhadap sekolah, sehingga yang bersangkutan juga akan
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan ke arah yang lebih
bermutu.

4. Prinsip inisiatif

Prinsip ini didasari atas konsepsi bahwa manusia bukanlah sumber


daya yang statis, melainkan dinamis.Oleh karena itu, potensi sumber daya
manusia harus selalu digali, ditemukan, dan dikembangkang untuk menjadi
sumber daya yang inisiatif dalam pengelolaan pendidikan (Hidayat dan
Machali, 2012: 56).

C. Faktor-faktor Penting Dalam Manajemen Berbasis Sekolah

Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam peningkatan


manajemen mutu berbasis sekolah.Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan
kewajiban sekolah, kebijakan dan prioritas pemerintah, peranan orang tua dan
masyarakat, peranan profesionalisme dan manajerial, serta pengembangan
profesi.

1. Kewajiban sekolah

Manajemen berbasis sekolah yang menawarkan keleluasaan


pengelolaan sekolah memiliki potensi yang besar dalam menciptakan kepala
sekolah, guru, dan pengelola sistem pendidikan profesional.Oleh karena itu,
pelaksanaannya perlu disertai seperangkat kewajiban, serta monitoring dan
tuntutan pertanggungjawaban yang relatif tinggi untuk menjamin bahwa
sekolah selain memiliki otonomi juga memunyai kewajiban melaksanakan
kebijakan pemerintah dan memenuhi harapan masyarakat sekolah.
2. Kebijakan dan prioritas pemerintah

Pemerintah sebagai penanggung jawab pendidikan nasional berhak


merumuskan kebijakan-kebijakan yang menjadi prioritas nasional terutama
yang berkaitan dengan program peningkatan melek huruf dan angka,
efesiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan.Dalam hal-hal tersebut sekolah
tidak diperbolehkan berjalan sendiri dengan mengabaikan kebijakan dan
standar yang ditetapkan oleh pemerintah yang dipilih secara demokratis.

Agar prioritas-prioritas pemerintah dilaksanakan oleh sekolah dan


semua aktivitas sekolah ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada
peserta didik sehingga dapat belajar dengan baik, pemerintah perlu
merumuskan seperangkat pedoman umum tentang pelaksanaan
MBS.Pedoman-pedoman tersebut terutama ditujukan untuk menjamin bahwa
hasil pendidikan (student outcomes) terevaluasi dengan baik, kebijakan-
kebijakan pemerintah dilaksanakan secara efektif, sekolah dioperasikan
dalam kerangka yang disetujui oleh pemerintah, dan anggaran dibelanjakan
sesuai dengan tujuan.

3. Peranan orang tua dan masyarakat

MBS menunut dukungan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas


untuk membangkitkan motivasi kerja yang lebih produktif dan
memberdayakan otoritas daerah setempat, serta mengefesiensikan sistem dan
menghilangkan birokrasi yang tumpang tindih.Untuk kepentingan tersebut,
diperlukan partisipasi masyarakat.

Partisipasi masyarakat merupakan bagian penting dalam manajemen


berbasis sekolah, khususnya dalam pembuatan keputusan.Dengan demikian,
masyarakat dapat lebih memahami, dan dapat mengawasi serta membantu
sekolah dalam pengelolaan dan kegiatan belajar mengajar.Besaranya
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sekolah memungkinkan dapat
menimbulkan rancunya kepentingan antar sekolah, orang tua, dan
masyarakat.Oleh karenanya, dalam hal ini pemerintah perlu merumuskan
bentuk partisipasi (pembagian tugas) setiap unsur secara jelas dan tegas.

4. Peranan profesional dan manajerial

Manajemen berbasis sekolah menuntut perubahan-perubahan tingkah


laku kepala sekolah, guru, dan tenaga administrasi dalam mengoperasikan
sekolah.Pelaksanaan MBS berpotensi meningkatkan gesekan peranan yang
bersifat profesional dan manajerial.Untuk memenuhi persyaratan
pelaksanaan MBS, kepala sekolah guru dan tenaga administrasi harus
memiliki kedua sifat tersebut yaitu, profesional dan manajerial.

5. Pengembangan profesi

Dalam MBS pemerintah harus menjamin bahwa semua unsur penting


tenaga kependidikan (sumber daya manusia) menerima pengembangan
profesi yang diperlukan untuk mengelola sekolah secara efektif.Oleh karena
itu perlu adanya pusat pengembangan profesi yang berfungsi sebagai
penyedia jasa pelatihan bagi tenaga kependidikan (Mulyasa, 2014: 27-29).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
manajemen berbasis sekolah adalah suatu pendekatan dalam meningkatkan
mutu pendidikan yang mengelola sekolah sepenuhnya diserahkan pada pihak
sekolah guna menentukan suatu kebijakan-kebijakan untuk mencapai tujuan
penyelenggaraan pendidikan dengan menjalin kerja sama antar sekolah,
masyarakat dan pemerintah. Tujuan dari manajemen berbasis sekolah adalah
untuk meningkatkan semua kualitas dalam pendidikan dengan cara
memandirikan atau memberi kewenangan penuh kepada sekolah untuk
mengelola sendiri kebutuhan sekolah yang bersangkutan dengan peningkatan
kualitas pendidikan sekolah.

B. Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah:
1. Hendaknya pemerintah harus lebih giat lagi dalam melakukan sosialisasi
tentang manajemen berbasis sekolah kepada pemimpin atau kepada
pemegang tanggung jawab pada setiap sekolah.
2. Hendaknya penanggung jawab pada setiap sekolah harus memberi
pemahaman kepada seluruh penghuni sekolah agar melakanakn
kewajibannya.
3. Kami menyadari dengan sepenuh hati bahwa laporan yang kami buat ini
masih jauh dari kesempurnaan olehnya itu, kami meminta sumbang kritik
serta saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalh kami
ini. Agar dapat dijadikan bahan rujukan bagi generasi mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai