Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

PERCOBAAN II
PEMBUATAN ETIL ASETAT (ETIL ETANOAT)

OLEH :

NAMA : EVA NURUL SUGIARTI


NIM : A1L120008
KELOMPOK : IB
ASISTEN PEMBIMBING : ASRI AFIL

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diperiksa secara teliti dan disetujui oleh Asisten Pembimbing


Praktikum Kimia Organik I “Pembuatan Etil Asetat (Etil Etanoat)” yang
dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal : Selasa, 17 Mei 2022
Waktu : 13:00 WITA-Selesai
Tempat : Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan
..Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

Kendari, Mei 2022


Menyetujui,
Asisten Pembimbing

Asri Afil
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etil asetat atau etil etanoat merupakan salah satu pelarut organik yang
keterpakaiannya dalam penelitian bahan alam sangat besar. Etil asetat merupakan
senyawa organik, berwujud cair, tidak berwarna dengan titik didih 77ᵒ pelarut
polar menengah yang mudah menguap, tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil
asetat sering digunakan sebagai pelarut karena dapat mencari senyawa-senyawa
yang dapat memberikan aktivitas antibakteri diantaranya flavonoid polihidroksi
dan fenollain.
Keberadaan etil asetat dialam tidak ditemukan secara bebas seperti larutan
pada umunya. Etil asetat merupakan turunan dari asam karboksilat yang dapat
dengan cara melalui reaksi esterfikasi menggunakan senyawa asam asetat dengan
metanol pada asam yang dipanaskan. Reaksi esterifikasi merupakan rekasi
pembentukan ester dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dengan
suatu alkohol. Esterifikasi dapat dikatalisis oleh kehadiran ion H+,asam sulfat
sering digunakan sebagai suatu katalisator untuk reaksi tersebut.
Pemanfaatan pelarut dalam banyak penelitian menurut ketersediaan pelarut-
pelarut tersebut dalam jumlah besar. Perkembangan riset-riset ilmiah yang banyak
berkembang di dunia tentang pemanfaatan bahan alam menjadi produk yang
memiliki daya pakai yang lebih dari produk aslinya menjadikan konsumsi dunia
terhadap pelarut-pelarut selain air semakin meningkat. Khususnya pelarut organik
yang banyak digunakan dalam sintesis dan uji kandungan kimia dari sampel yang
akan diidentifikasi.
Esterifikasi merupakan reaksi yang terjadi pada senyawa asam karboksilat
dan menghasilkan senyawa ester. Reaksi asam karboksilat dengan alkohol seperti
etanol dapat menghasilkan senyawa ester dan air. Esterifikasi dapat dikatalisis
oleh kehadiran ion H+,asam sulfat sering digunakan sebagai suatu katalisator
untuk reaksi tersebut dan sebagai pemberi suasana asam pada reaksi tersebut.
Reaksi esterifikasi menggunakan refluks dan menambahkan katalis asam, yang
umum digunakan yaitu asam sulfat. Penggunaan refluks dan penambahan katalis
asam berupa asam bertujuan agar reaksi yang terjadi dapat berlangsung dengan
baik dan reaksinya diharapkan dapat berlangsung sempurna. Refluks ialah salah
satu teknik destilasi yang melibatkan kondensasi uap dan berbaliknya kondensat
ini ke dalam sistem asalnya. Metode refluks merupakan metode ekstraksi cara
panas (membutuhkan pemanasan pada prosesnya), yang artinya ekstraksi dengan
pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa etil asetat sangat
berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlunya
mengetahui dan memahami proses pembuatan etil asetat agar dapat dimanfaatkan
secara maksimal.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dilakukannya praktikum ini yakni untuk membuat etil asetat (etil
etanoat).

1.1 Prinsip Percobaan

Prinsip dari percobaan ini adalah pembuatan etil asetat (etil etanoat)
dengan cara reaksi esterifikasi senyawa asam asetat dengan etanol pada asam dan
dipanaskan dengan menggunakan metode refluks.

1.2 Manfaat Percobaan

Dengan melakukan percobaan ini kita dapat mengetahui caramembuat etil


asetat (etil etanoat) dengan cara reaksi esterifikasi menggunakan katalis asam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etil Asetat

Ethyl acetate is one of the most material that often use in printing ink
industry, paint, glue, PVC film, luquid polymer in paper industry, and also
pharmacy industry. But recently, ethyl acetate is on trial for using it as an
alternative fuel of motorcycle or well known as green premium (Heuser et.al,
2019).Ethyl acetate mostly resulted through esterification process between acetate
acid and ethanol, with the help of catalyst. The catalyst that often used is
homogenous catalyst as sulfate acid (Nuryoto et.al, 2020).
Etil asetat adalah salah satu bahan yang paling sering digunakan dalam
industri tinta cetak, cat, lem, film PVC, polimer cair dalam industri kertas, dan
juga industri farmasi. Namun saat ini etil asetat sedang diujicobakan untuk
digunakan sebagai bahan bakar alternatif sepeda motor atau yang lebih dikenal
dengan green premium  (Heuser et.al, 2019). Etil asetat sebagian besar dihasilkan
melalui proses esterifikasi antara asam asetat dan etanol, dengan bantuan katalis.
Katalis yang sering digunakan adalah katalis homogen seperti asam sulfat
(Nuryoto et.al, 2020).
Etil asetat adalah cairan jernih tak berwarna, berbau khas yang digunakan
sebagai pelarut tinta, perekat dan resin. Jika dibandingkan dengan etanol, etil
asetat memiliki koefisien lebih tinggi dibanding etanol termasuk kelarutannya
dalam gasoline. Selain dari penggunaannya sebagai pelarut, etil asetat dapat
berfungsi sevagai bahan aditif untuk meningkatkan bilangan oktan pada bensin
serta dapat berguna sebagai bahan baku kimia serbaguna. Pembuatan etil asetat
biasanya dilakukan dengan esterifikasi (Azura dkk., 2015).

2.2 Asam Asetat

Asam asetat atau asam cuka dapat diproduksi secara sintetis maupun
secara alami melalui fermentasi menggunakan bakteri.Secara sintetis, asam asetat
biasanya dihasilkan dari sumber petrokimia melalui karbonilasi metanol dan
oksidasi fase cair dari butana, nafta dan asetaldehid. Mengingat pasokan bahan
bakar fosil berkurang dan dorongan untuk lingkungan baru pada proses
pengolahan berdasarkan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable), maka
ada kemungkinan yang cukup besar dalam produksi asam asetat melalui rute
berbasis bio (Triani dkk., 2019).
Acetic acid (CH3COOH) plays a significant role in the acidity of
precipitation and cloud water in the troposphere. Carboxylic acids could account
for as much as 80–90% of precipitation acidity in remote regions of the world.
Because of the characteristic hygroscopic nature of the carboxylic acids and their
ability to act as cloud condensation nuclei (Khan et. al, 2018)
Asam asetat (CH3COOH) memainkan peran penting dalam keasaman
presipitasi dan air awan di troposfer.Asam karboksilat dapat menjelaskan
sebanyak 80-90% keasaman presipitasi di daerah terpencil di dunia. Karena sifat
higroskopis yang khas dari asam karboksilat dan kemampuannya untuk bertindak
sebagai inti kondensasi awan (Khan et. al, 2018).
Asam asetat atau lebih dikenal sebagai asam cuka (CH3COOH) adalah
suatu senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa
asam yang tajam dan larut didalam air, alkohol, gliserol, eter. Pada tekanan
atmosferik, titik didihnya 118,1oC. Proses produksi asam asetat dapat dilakukan
secara kimiawi dan biologis. Proses kimiawi produksi asam asetat yang banyak
dilakukan adalah oksidasi butana. Untuk kebutuhan pangan, produksi asam asetat
harus dilakukan melalui proses biologis, salah satunya adalah fermentasi dari
bahan baku alkohol 1,2. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan bakteri dari
genus Acetobacter dalamkondisi aerobik. Salah satu spesies yang banyak
digunakan untuk fermentasi asamasetat adalah Acetobacter aceti (Hardoyo, 2017).

2.3 Etanol

Senyawa alkohol yang mempunyai rumus kimia C2H5OH yaitu zat cair
jernih tak berwarna, berbau khas, mudah terbakar dan mudah bercampur dengan
air. Etanol digunakan sebagai antiseptik (alkohol 70%), bahan minuman keras
(bir, arak dan wiskhy) dan sebagai bahan bakar serta sebagai bahan mentah dalam
beberapamindustri kimia. Etanol merupakan alkohol primer yang memiliki 2 atom
karbon. Etanol termasuk dalam alkohol rantai tunggal (alifatik) dan merupakan
isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol dapat dibuat dengan menggunakan
beberapa metode, seperti reaksi etilen dengan air ataupun fermentasi karbohidrat.
Selain itu, etanol juga dapat dibuat dari asam asetat yang merupakan proses hilir
dari pengolahan bomassa menjadi bahan baku alternatif (Anonim, 2014).

2.4 Reaksi Esterifikasi

Ester dapat disintesis melalui reaksi esterifikasi antara lain esterifikasi


Fischer, esterifikasi dengan hasil halida dan esterifikasi menggunakan asam
karboksilat dengan dienna terkonjugasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi
esterifikasi antara lain waktu reaksi, pengadukan, katalisator, temperatur reaksi
dan perbandingan reaktan. Katalis yang dapat digunakan yaitu asam sulfat dan
asam klorida (Chasana dkk., 2014).
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat.
Ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus -CO 2 R
dengan R dapat berupa alkil maupun aril. Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat
dapat balik. Reaksi esterifikasi berkatalis asam berjalan lebih lambat, namun
metode ini lebih sesuai untuk minyak atau lemak yang memiliki kandungan asam
lemak bebas relatif tinggi (Arita, dkk 2015).
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester.
Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alcohol dengan bantuan katalis
asam kuat. Adapun reaksi esterifikasi dapat dilihat pada
RCOOH + R’ OH → RCOOR’ + H 2 O
Asam lemak Alkohol Ester Air
Reaksi esterifikasi Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis)
adalah tahap konversi dari trigliserida (minyak nabati) menjadi alkil ester, melalui
reaksi dengan alkohol, dan menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Reaksi
transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa adanya katalis,
konversi yang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan dengan lambat
(Meriatna dkk., 2016).

2.5 Prinsip Kerja Metode Refluks

Prinsip dari metode refluks adalah pelarut yang digunakan akan menguap
pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut
yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi
ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung.
Selanjutnya, larutan disaring dengan menggunakan kain saring. Filtrat diuapkan
menggunakan rotary evaporator dan selanjutnya dikeringkan dalam oven dengan
suhu 50oC selama 2 hari, sehingga diperoleh ekstrak kering (Susanty dan Fairus,
2016),
BAB III
METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Kimia Organik II “Pembuatan Etil Asetat (Etil Etanoat)”


dilakukan pada hari Selasa, 17 Mei 2022 pukul 13.00 WITA-selesai, bertempat di
Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

2.2 Alat dan Bahan

2.2.1 Alat
Alat yang digunakan, yaitu satu set alat refluks, satu set alat destilasi,
corong pisah 50 mL, gelas piala 100 mL, Erlenmeyer 250 mL, gelas ukur 10 mL,
pipet skala 25 mL, filler, botol timbang, botol semprot, batang pengaduk, spatula,
statif dan klem.
2.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan, yaitu etanol, asam sulfat pekat, asam asetat,
kalsium klorida, natrium karbonat dan aquades.

2.3 Prosedur Kerja

Etanol sebanyak 50 mL dan asam asetat 50 mL dimasukkan ke dalam labu


alas bulat kemudian ditambahkan 10 mL asam sulfat pekat secara perlahan-lahan
sambil didinginkan dan dikocok. Setelah campuran homogen, dipasang alat
refluks kemudian direfluks selama 10 menit. Selanjutnya, didinginkan dan
ditampung hasil destilasi dalam corong pisah hingga 2/3 dari volume semula.
Setelah itu, dimasukkan hasil refluks ke dalam corng pisah dan ditambahkan 25
mL larutan natrium karbonat 30%. Dikocok kuat-kuat sambil sesekali keran
corong pisah dibuka lalu didiamkan sebentar hingga terbentuk dua lapisan.
Selanjutnya, dikeluarkan lapisan bawah yang merupakan larutan sisa asam dalam
air.
Kemudian dilarutkan 12 gram kalsium klorida dalam 12 mL air dan
dimasukkan ke dalam corng pisah yang berisi etil asetat kemudian dikocok kuat-
kuat. Setelah itu ditambahkan 5,6 mL kalsium klorida dan didiamkan hingga
terbentuk lapisan, dibuang lapisan bawah dan dipindahkan lapisan atas ke dalam
Erlenmeyer dan ditutup dengan sumbat gabus sambil dibiarkan selama 20 menit.
setelah itu, dipisahkan filtratnya dan ditampung dalam labu destilasi lengkap
dengan Termometernya kemudian dipanaskan untuk memperoleh destilat. Setelah
itu dihitung persentase hasil dan diperiksa indeks bias serta aromanya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

Tabel 4.1 Data Pengamatan Pembuatan Etil Asetat (Etil Etanoat)


No Perlakuan Hasil Pengamatan
1 50 mL etanol + 50 mL CH3COOH Larutan homogen dan berwarna
bening
2 Ditambahkan 10 mL H2SO4 pekat Berwarna putih dan berbau harum
3 Direfluks 10 menit dan didestilasi 15 mL
pada suhu 77oC dan dimasukkan
dalam corong pisah
4 Ditambahkan 7 mL Dua lapisan
Na2CO325%dan dikocok
5 Dibuang lapisan bawah dan Dua lapisan
lapisan atas ditambahkan 7 mL
CaCl2
6 Ditambahkan 5 mL CaCl2 dikocok Terbentuk endapan
dan di diamkan selama 20 menit
7 Dipisahkan filtratnya (diukur 13 mL
volumenya)
8 Didestilasi pada suhu 35-40oC Dietil eter 0,5 mL
9 Didestilasi pada suhu 74-79 C
o
Etil Asetat 1,5 mL
10 Dihitung presentase hasil, indeks 11,5% dan berbau harum
bias dan aromanya

4.2 Reaksi-reaksi

Mekanisme pembentukkan etil asetat yaitu :


4.3 Pembahasan

Pembuatan etil asetat pada percobaan ini dilakukan dengan mencampurkan


etanol dan asam karboksilat dengan menggunakan katalis asam sulfat berdasarkan
prinsip reaksi esterifikasi. Penggunaan asam sulfat sebagai katalis bertujuan utuk
mempercepat reaksi esterifikasi yang berjalan lambat. Campuran larutan tersebut
kemudian direfluks. Proses refluks bertujuan untuk menghomogenkan larutan.
Selain itu refluks juga berfungsi untuk memutuskan ikatan rangkap dari karbon
karbonil dengan oksigen (C–O) sehingga akan memudahkan gugus OH untuk
menyerang karbon karbonil. Setelah itu larutan didestilasi untuk memisahkan etil
asetat murni dengan air. Pada reaksi antara etanol dan asam asetat selain
menghasilkan etil asetat juga menghasilkan air sebagai bahan sampingannya.
Hasil refluks yang dihasilkan ditambahkan larutan natrium karbonat 30%.
Penambahan ini dimaksudkan untuk mengekstraksi asam sisa dalam larutan etil
asetat karena natrium karbonat memiliki kemampuan untuk mengekstrak asam
sisa menghasilkan garam natrium yang larut dalam air. Berdasarkan hasi
pengamatan terbentuk dua lapisan pada corong pisah. Berdasarkan massa jenisnya
garam yang larut dalam dalam air berada pada lapisan bawah sedangkan pelarut
organik berada pada lapisan atas. Lapisan bawah kemudian dikeluarkan yang
merupakan larutan sisa asam dalam air.
Perlakuan berikutnya yaitu penambahan larutan kalsium klorida ke dalam
corong pisah yang berisi lapisan atas sebelumnya. Penambahan kalsium klorida
bertujuan agar ion Ca2+ pada kalsium klorida (CaCl2) dapat menarik ion karbonat
yang ditambahkan sebelumnya, sehingga terbentuk garam CaCO3 ditandai dengan
pembentukan endapan di dasar wadah sehingga mudah dipisahkan. Kemudian
setelah dipisahkan ditambahkan kalsium karbonat untuk menghilangkan ion-ion
karbonat yang masih ada dalam larutan, sehingga diharapkan diperoleh larutan
yang murni. Setelah penambahan CaCl2 maka dilanjutkan dengan penutupan
larutan. Hal ini dilakukan agar larutan yang kita peroleh tidak banyak menguap,
karena sifat dari etil asetat adalah mudah menguap. Sedangkan untuk perlakuan,
dimana larutan didiamkan dengan tujuan agar mempercepat terbentuknya endapan
CaCl2. Kemudian larutan yang telah disaring lalu didestilasi kembali untuk
didapatkan etil asetat yang lebih murni tetapi percobaan kali ini tidak dilakukan
destilasi karena larutan yang dihasilkan sebelumnya tidak berhasil yang
disebabkan satu dan lain hal, seperti bahan yang digunakan sudah lama dalam
pendiaman dan ketika proses refluks waktunya terlalu lama serta kurang kehati-
hatian praktikan dalam melakukan praktikum sehingga larutannya tidak dapat
disaring untuk dimabil filtratnya. Hasil destilat yang dihasilkan dari hasil
percobaan yaitu sebanyak 15 mL.
Ditambahkan natrium karbonat ke dalam corong pisah dan dikocok agar
terbentuk dua lapisan. lapisan atas adalah ester dan lapisan bawah adalah air
karena berat jenis air lebih besar daripada ester, bagian yang dibuang adalah
lapisan bawah. Kemudian lapisan atas dipindahkan ke Erlenmeyer dan
ditambahkan larutan kalsium klorida untuk menarik kotoran kotoran yang masih
tersisa dalam larutan. Sehingga filtrat dapat dipisahkan dari endapan kotoran yang
masih ada dalam larutan. Filtrat yang diperoleh sebanyak 13 mL yang selanjutnya
akan di destilasi. Pada suhu 40oC diperoleh 0,5 mL dietil eter dan pada suhu 74 oC
diperoleh 1,5 mL etil asetat. Presentase hasil etil asetat yang diperoleh sebesar
11,54%.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3 atau


CH3COOC2H5. Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat.
Senyawa ini berwujud cairan,tak berwarna tetapi memiliki aroma yang khas. Etil
asetat dapat melarutkan air hingga 30% dan larut dalam air hingga kelarutan 8%
pada suhu kamar. Etil asetat adalah cairan jernih, tak berwarna, berbau khas yang
digunakan sebagai aroma makanan (essence). Etil asetat dapat diperoleh melalui
reaksi esterifikasi dan didestilasi hingga suhu 79o C. Diperoleh etil asetat sebesar
1,5 mL.

5.2 Saran

Saran yang diajukan terhadap praktikum ini yaitu sebaiknya dalam


melakukan praktikum ini alangkah lebih baiknya praktikan lebih cermat dalam
melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Kamus Kimia. Bandung: Pustaka Gama.

Arita, S., Sari, R. P., & Liony, I. 2015. Purifikasi Limbah Spent Acid dengan
Proses Adsorpsi Menggunakan Zeolit dan Bentonit. Jurnal Teknik Kimia
Universitas Sriwijaya. 21(4).

Azura, dkk. 2015. Pembuatan Etil Asetat dari Hasil Hidrolisis, Fermentasi dan
Esterifikasi Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca). Jurnal Teknik Kimia.
4(1).

Chasana, dkk. 2014. Esterifikasi l-Mentol dan Anhidrida Asetat dengan Variasi
Rasio Mol Reaktan. Kimia Student Journal. 1(2).

Hardoyo, Agus E. T., Dyah P., Hartono dan Musa. 2017. Kondisi Optimum
Fermentasi Asam Asetat menggunakan Acetobacter Aceti B166. J. Sains
MIPA. 13(1).

Khan, M. A. H., Lyons, K., Chhantyal Pun, R., McGillen, M. R., Caravan, R. L.,
Taatjes, C. A., & Shallcross, D. E. (2018). Investigating the Tropospheric
Chemistry of Acetic Acid Using the Global 3D Chemistry Transport
Model,. Journal of Geophysical Research: Atmospheres, 123(11), 6267-
6281.

Nuryoto, Alinl, R.A., Anita, P. Anggara, D.R. 2020.Study of Esterification


Reaction between Ethanol and Acetic Acid Using Homogeneous and
Heterogeneous Catalyst.Word Chemical Engineering Journal.Vol.
4(2).51-55.

Triani, L., Chairul., Silvia, R.Y. 2019. Fermentasi Asam Asetat dari Nira Nipah
(Nypa Fruticans) menggunakan Acetobacter Pasteurianus dengan Variasi
Volume Inokulum dan Waktu Fermentasi.Jurnal Fteknik.Vol 6(1).1-6.

Susanty dan Fairus ,B. 2016. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi Dan
Refluks Terhadap Kadar Fenolik Dari Ekstrak Tongkol Jagung (Zea mays
L.). KONVERSI 5(2).

Meriatna ,Suryati dan Evana. 2016. Kajian Pengaruh Konsentrasi Natrium


Hidrosulfit (Nahso3) Dan Temperatur Dalam Pembuatan Surfaktan Metil
Ester Sulfonat (Mes) Dari Crude Palm Oil (Cpo) Dengan Metode
Sulfonasi. Jurnal Teknologi Kimia Unimal 5(1).
LAMPIRAN

1. Prosedur Kerja Diagram Alir

Etil Asetat
-
- Dimasukkan etanol 50 mL dan asam
asetat 50 mL ke dalam labu alas bulat
- Ditambahkan 10 mL H2SO4 pekat dan
ditampung dalam Erlenmeyer hingga 2/3
dari volume semula
- Direfluks selama 10 menit dan di
destilasi hingga suhu 79oC

Destilat

- Ditampung destilat dan ditambahkan


Na2CO3 25% ke dalam corong pisah
- Dikocok dan didiamkan hingga
terbentuk dua lapisan, lapisan bawah
dibuang
- Dimasukkan larutan 12 g kalsium
klorida dalam 12 mL air ke dalam
Erlenmeyer yang telah berisi etil asetat
- Ditambahkan 5,6 mL kalsium klorida
hingga terbentuk endapan
- Dipisahkan filtratnya dan ditampung
kedalam labu alas bulat
- Didestilasi, pada suhu 40oC diperoleh
dietil eter
- Pada suhu 79oC diperoleh etil asetat

11,54 %
2. Analisis Data

V Etil asetat praktis


% Rendeman Etil asetat = x 100%
V Etil asetat teoritis

1,5 mL
= x 100%
13 mL

= 11,54 %

Anda mungkin juga menyukai