PERCOBAAN II
PEMBUATAN ETIL ASETAT (ETIL ETANOAT)
OLEH :
Asri Afil
BAB I
PENDAHULUAN
Etil asetat atau etil etanoat merupakan salah satu pelarut organik yang
keterpakaiannya dalam penelitian bahan alam sangat besar. Etil asetat merupakan
senyawa organik, berwujud cair, tidak berwarna dengan titik didih 77ᵒ pelarut
polar menengah yang mudah menguap, tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil
asetat sering digunakan sebagai pelarut karena dapat mencari senyawa-senyawa
yang dapat memberikan aktivitas antibakteri diantaranya flavonoid polihidroksi
dan fenollain.
Keberadaan etil asetat dialam tidak ditemukan secara bebas seperti larutan
pada umunya. Etil asetat merupakan turunan dari asam karboksilat yang dapat
dengan cara melalui reaksi esterfikasi menggunakan senyawa asam asetat dengan
metanol pada asam yang dipanaskan. Reaksi esterifikasi merupakan rekasi
pembentukan ester dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dengan
suatu alkohol. Esterifikasi dapat dikatalisis oleh kehadiran ion H+,asam sulfat
sering digunakan sebagai suatu katalisator untuk reaksi tersebut.
Pemanfaatan pelarut dalam banyak penelitian menurut ketersediaan pelarut-
pelarut tersebut dalam jumlah besar. Perkembangan riset-riset ilmiah yang banyak
berkembang di dunia tentang pemanfaatan bahan alam menjadi produk yang
memiliki daya pakai yang lebih dari produk aslinya menjadikan konsumsi dunia
terhadap pelarut-pelarut selain air semakin meningkat. Khususnya pelarut organik
yang banyak digunakan dalam sintesis dan uji kandungan kimia dari sampel yang
akan diidentifikasi.
Esterifikasi merupakan reaksi yang terjadi pada senyawa asam karboksilat
dan menghasilkan senyawa ester. Reaksi asam karboksilat dengan alkohol seperti
etanol dapat menghasilkan senyawa ester dan air. Esterifikasi dapat dikatalisis
oleh kehadiran ion H+,asam sulfat sering digunakan sebagai suatu katalisator
untuk reaksi tersebut dan sebagai pemberi suasana asam pada reaksi tersebut.
Reaksi esterifikasi menggunakan refluks dan menambahkan katalis asam, yang
umum digunakan yaitu asam sulfat. Penggunaan refluks dan penambahan katalis
asam berupa asam bertujuan agar reaksi yang terjadi dapat berlangsung dengan
baik dan reaksinya diharapkan dapat berlangsung sempurna. Refluks ialah salah
satu teknik destilasi yang melibatkan kondensasi uap dan berbaliknya kondensat
ini ke dalam sistem asalnya. Metode refluks merupakan metode ekstraksi cara
panas (membutuhkan pemanasan pada prosesnya), yang artinya ekstraksi dengan
pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa etil asetat sangat
berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlunya
mengetahui dan memahami proses pembuatan etil asetat agar dapat dimanfaatkan
secara maksimal.
Tujuan dilakukannya praktikum ini yakni untuk membuat etil asetat (etil
etanoat).
Prinsip dari percobaan ini adalah pembuatan etil asetat (etil etanoat)
dengan cara reaksi esterifikasi senyawa asam asetat dengan etanol pada asam dan
dipanaskan dengan menggunakan metode refluks.
Ethyl acetate is one of the most material that often use in printing ink
industry, paint, glue, PVC film, luquid polymer in paper industry, and also
pharmacy industry. But recently, ethyl acetate is on trial for using it as an
alternative fuel of motorcycle or well known as green premium (Heuser et.al,
2019).Ethyl acetate mostly resulted through esterification process between acetate
acid and ethanol, with the help of catalyst. The catalyst that often used is
homogenous catalyst as sulfate acid (Nuryoto et.al, 2020).
Etil asetat adalah salah satu bahan yang paling sering digunakan dalam
industri tinta cetak, cat, lem, film PVC, polimer cair dalam industri kertas, dan
juga industri farmasi. Namun saat ini etil asetat sedang diujicobakan untuk
digunakan sebagai bahan bakar alternatif sepeda motor atau yang lebih dikenal
dengan green premium (Heuser et.al, 2019). Etil asetat sebagian besar dihasilkan
melalui proses esterifikasi antara asam asetat dan etanol, dengan bantuan katalis.
Katalis yang sering digunakan adalah katalis homogen seperti asam sulfat
(Nuryoto et.al, 2020).
Etil asetat adalah cairan jernih tak berwarna, berbau khas yang digunakan
sebagai pelarut tinta, perekat dan resin. Jika dibandingkan dengan etanol, etil
asetat memiliki koefisien lebih tinggi dibanding etanol termasuk kelarutannya
dalam gasoline. Selain dari penggunaannya sebagai pelarut, etil asetat dapat
berfungsi sevagai bahan aditif untuk meningkatkan bilangan oktan pada bensin
serta dapat berguna sebagai bahan baku kimia serbaguna. Pembuatan etil asetat
biasanya dilakukan dengan esterifikasi (Azura dkk., 2015).
Asam asetat atau asam cuka dapat diproduksi secara sintetis maupun
secara alami melalui fermentasi menggunakan bakteri.Secara sintetis, asam asetat
biasanya dihasilkan dari sumber petrokimia melalui karbonilasi metanol dan
oksidasi fase cair dari butana, nafta dan asetaldehid. Mengingat pasokan bahan
bakar fosil berkurang dan dorongan untuk lingkungan baru pada proses
pengolahan berdasarkan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable), maka
ada kemungkinan yang cukup besar dalam produksi asam asetat melalui rute
berbasis bio (Triani dkk., 2019).
Acetic acid (CH3COOH) plays a significant role in the acidity of
precipitation and cloud water in the troposphere. Carboxylic acids could account
for as much as 80–90% of precipitation acidity in remote regions of the world.
Because of the characteristic hygroscopic nature of the carboxylic acids and their
ability to act as cloud condensation nuclei (Khan et. al, 2018)
Asam asetat (CH3COOH) memainkan peran penting dalam keasaman
presipitasi dan air awan di troposfer.Asam karboksilat dapat menjelaskan
sebanyak 80-90% keasaman presipitasi di daerah terpencil di dunia. Karena sifat
higroskopis yang khas dari asam karboksilat dan kemampuannya untuk bertindak
sebagai inti kondensasi awan (Khan et. al, 2018).
Asam asetat atau lebih dikenal sebagai asam cuka (CH3COOH) adalah
suatu senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa
asam yang tajam dan larut didalam air, alkohol, gliserol, eter. Pada tekanan
atmosferik, titik didihnya 118,1oC. Proses produksi asam asetat dapat dilakukan
secara kimiawi dan biologis. Proses kimiawi produksi asam asetat yang banyak
dilakukan adalah oksidasi butana. Untuk kebutuhan pangan, produksi asam asetat
harus dilakukan melalui proses biologis, salah satunya adalah fermentasi dari
bahan baku alkohol 1,2. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan bakteri dari
genus Acetobacter dalamkondisi aerobik. Salah satu spesies yang banyak
digunakan untuk fermentasi asamasetat adalah Acetobacter aceti (Hardoyo, 2017).
2.3 Etanol
Senyawa alkohol yang mempunyai rumus kimia C2H5OH yaitu zat cair
jernih tak berwarna, berbau khas, mudah terbakar dan mudah bercampur dengan
air. Etanol digunakan sebagai antiseptik (alkohol 70%), bahan minuman keras
(bir, arak dan wiskhy) dan sebagai bahan bakar serta sebagai bahan mentah dalam
beberapamindustri kimia. Etanol merupakan alkohol primer yang memiliki 2 atom
karbon. Etanol termasuk dalam alkohol rantai tunggal (alifatik) dan merupakan
isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol dapat dibuat dengan menggunakan
beberapa metode, seperti reaksi etilen dengan air ataupun fermentasi karbohidrat.
Selain itu, etanol juga dapat dibuat dari asam asetat yang merupakan proses hilir
dari pengolahan bomassa menjadi bahan baku alternatif (Anonim, 2014).
Prinsip dari metode refluks adalah pelarut yang digunakan akan menguap
pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut
yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi
ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung.
Selanjutnya, larutan disaring dengan menggunakan kain saring. Filtrat diuapkan
menggunakan rotary evaporator dan selanjutnya dikeringkan dalam oven dengan
suhu 50oC selama 2 hari, sehingga diperoleh ekstrak kering (Susanty dan Fairus,
2016),
BAB III
METODE PRAKTIKUM
2.2.1 Alat
Alat yang digunakan, yaitu satu set alat refluks, satu set alat destilasi,
corong pisah 50 mL, gelas piala 100 mL, Erlenmeyer 250 mL, gelas ukur 10 mL,
pipet skala 25 mL, filler, botol timbang, botol semprot, batang pengaduk, spatula,
statif dan klem.
2.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan, yaitu etanol, asam sulfat pekat, asam asetat,
kalsium klorida, natrium karbonat dan aquades.
4.2 Reaksi-reaksi
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Arita, S., Sari, R. P., & Liony, I. 2015. Purifikasi Limbah Spent Acid dengan
Proses Adsorpsi Menggunakan Zeolit dan Bentonit. Jurnal Teknik Kimia
Universitas Sriwijaya. 21(4).
Azura, dkk. 2015. Pembuatan Etil Asetat dari Hasil Hidrolisis, Fermentasi dan
Esterifikasi Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca). Jurnal Teknik Kimia.
4(1).
Chasana, dkk. 2014. Esterifikasi l-Mentol dan Anhidrida Asetat dengan Variasi
Rasio Mol Reaktan. Kimia Student Journal. 1(2).
Hardoyo, Agus E. T., Dyah P., Hartono dan Musa. 2017. Kondisi Optimum
Fermentasi Asam Asetat menggunakan Acetobacter Aceti B166. J. Sains
MIPA. 13(1).
Khan, M. A. H., Lyons, K., Chhantyal Pun, R., McGillen, M. R., Caravan, R. L.,
Taatjes, C. A., & Shallcross, D. E. (2018). Investigating the Tropospheric
Chemistry of Acetic Acid Using the Global 3D Chemistry Transport
Model,. Journal of Geophysical Research: Atmospheres, 123(11), 6267-
6281.
Triani, L., Chairul., Silvia, R.Y. 2019. Fermentasi Asam Asetat dari Nira Nipah
(Nypa Fruticans) menggunakan Acetobacter Pasteurianus dengan Variasi
Volume Inokulum dan Waktu Fermentasi.Jurnal Fteknik.Vol 6(1).1-6.
Susanty dan Fairus ,B. 2016. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi Dan
Refluks Terhadap Kadar Fenolik Dari Ekstrak Tongkol Jagung (Zea mays
L.). KONVERSI 5(2).
Etil Asetat
-
- Dimasukkan etanol 50 mL dan asam
asetat 50 mL ke dalam labu alas bulat
- Ditambahkan 10 mL H2SO4 pekat dan
ditampung dalam Erlenmeyer hingga 2/3
dari volume semula
- Direfluks selama 10 menit dan di
destilasi hingga suhu 79oC
Destilat
11,54 %
2. Analisis Data
1,5 mL
= x 100%
13 mL
= 11,54 %