ASAM KUAT
Disusun Oleh:
PRODI KIMIA
JURUSAN KIMIA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Hidrolisis adalah reaksi kimia yang melibatkan pemutusan ikatan kimia suatu
senyawa dengan air. Etil asetat (CH3COOC2H5) merupakan senyawa yang biasa
digunakan sebagai bahan baku percobaan hidrolisis. Hidrolisis etil asetat adalah
reaksi di mana etil asetat terurai menjadi asam asetat (CH3COOH) dan etanol
(C2H5OH) dalam lingkungan yang mengandung air. etil asetat merupakan salah
satu bahan kimia yang banyak digunakan. Oleh karena itu, perlu adanya
percobaan untuk mengetahui reaksi pembuatan etil asetat yaitu melalui hidrolisis
dengan asam kuat dan juga asam lemah. Tujuan dari percobaan hidrolisis etil
asetat dengan asam lemah dan asam kuat yaitu untuk menentukan orde reaksi dan
hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah dan asam kuat. Reaksi ini penting
dalam berbagai aplikasi industri, termasuk produksi asam asetat, pengolahan
bahan bakar biokimia, dan pengembangan teknologi pemisahan senyawa organik.
Lingkungan asam atau basa pada reaksi hidrolisis sangat mempengaruhi laju dan
arah reaksi. Asam dan basa merupakan katalis penting dalam reaksi ini. Oleh
karena itu, mempelajari hidrolisis etil asetat dalam kondisi asam lemah dan asam
kuat sangat penting untuk memahami kinetika reaksi hidrolisis dan
mengembangkan penerapannya.
Bagaimana penentuan orde reaksi dan reaksi hidrolisis etil asetat dalam suasana
asam lemah dan asam kuat?
1.3 TUJUAN
menentukan orde reaksi dan reaksi hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah
dan asam kuat
BAB II
DASAR TEORI
1.1 HIDROLISIS
Hidrolisis adalah suatu reaksi kimia dimana H2O (molekul dari air) akan
diurai/dipecah kedalam bentuk kation H+ (hidrogen) serta anion OH- (hidroksida)
melalui sebuah proses kimiawi (Sari, 2014). Proses tersebut umumnya dipakai
dalam memecah suatu polimer tertentu, khususnya polimer dimana terbuat
melalui suatu proses bertahap polimerisasi atau yang dikenal dengan istilah step
growth polimerization. Hidrolisis juga merupakan proses antara reaktan dengan
air agar suatu senyawa pecah atau terurai. Reaksi ini merupakan reaksi orde satu,
karena air yang digunakan berlebih, sehingga perubahan reaktan dapat diabaikan.
Asam yang biasa digunakan adalah asam asetat, asam fosfat, asam klorida dan
asam sulfat. Asam sulfat banyak digunakan di Eropa dan asam klorida banyak
digunakan di Amerika. Laju proses hidrolisa akan bertambah oleh konsentrasi
asam yang tinggi. Selain dapat menambah laju proses hidrolisa, konsentrasi asam
yang tinggi juga akan mengakibatkan terikatnya ion-ion pengontrolseperti SiO2,
fosfat, dan garam- garam seperti Ca, Mg, Na, dan K dalam pati (Retno, 2009).
Terdapat beberapa jenis hidrolisis, yaitu:
2. Hidrolisa dengan katalis larutan asam, bisa berupa asam encer atau asam
pekat.
3. Hidrolisa dengan katalis larutan basa, bisaberupa basa encer atau basa kuat.
5. Alkali fusiba, dengan sedikit atau tanpa air pada temperature tinggi. Proses
hidrolisis dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu pH, suhu, dan konsentrasi
katalis.
Hidrolisis merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil/OH oleh suatu senyawa.
Gugus OH dapat diperoleh dari senyawa air. Variabel- variabel yang berpengaruh
terhadap reaksi hidrolisa (Prasetyo, 2011):
1. Katalisator
2. Suhu
3. Pencampuran(pengadukan)
Supaya zat pereaksi dapat saling bertumbukan dengan sebaik-baiknya, maka perlu
adanya pencampuran. Untuk proses batch, hal ini dapat dicapai dengan bantuan
pengaduk atau alat pengocok.
Kalau salah satu zat pereaksi berlebihan jumlahnya maka kesetimbangan dapat
bergeser ke sebelah kanan dengan baik. Hidrolisis adalah suatu reaksi antara
senyawa dan air yang membentuk reaksi kesetimbangan. Senyawa yang
digunakan dapat berupa senyawa organik maupun anorganik. Pada proses
hidrolisis, garam akan terurai oleh air menghasilkan larutan yang bersifat asam
atau basa. Persamaan reaksi pada proses hdrolisis etil asetat adalah.
(McKetta, 1994).
Etil asetat adalah cairan jernih, tak berwarna, berbau khas yang digunakan
sebagai pelarut tinta, perekat dan resin (SNI, 1992). Jika dibandingkan
dengan etanol, etil asetat memiliki koefisien distribusi yang lebih tinggi
dibanding etanol termasuk kelarutannya dalam gasoline. Selain dari
penggunaannya sebagai pelarut, etil asetat dapat berfungsi sebagai bahan
aditif untuk meningkatkan bilangan oktan pada bensin serta dapat berguna
sebagai bahan baku kimia serba guna .Pembuatan etil asetat biasanya
dilakukan dengan esterifikasi (Azura, 2015). Reaksi asam karboksilat dengan
alkohol menghasilkan senyawa ester melalui reaksi yang dikenal dengan
nama esterifikasi, dan biasanya menggunakan katalis asam. Reaksi akan
berlangsung dengan baik jika direfluks bersama sedikit asam sulfat atau asam
klorida .Di indusri dan di laboratorium etil asetat dibuat dengan
memanaskan etanol dengan asam asetat glasial dengan penambahan asam
sulfat.Reaksi antara asam asetat dan etanol dengan katalis asam sulfatakan
menghasilkan etil ester dan air seperti pada reaksi di bawah ini (Riswiyanto,
2009).
1. Keasaman
Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam karboksilat
seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga
memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai
pKa=4.8. Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO−). Sebuah larutan 1.0 M
asam asetat (kira-kira sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH
sekitar 2.4.
2. Dimer siklis
Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul - molekul asam asetat
berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen. Dimer
juga dapat dideteksi pada uap bersuhu 120 °C. Dimer juga terjadi pada larutan
encer di dalam pelarut tak berikatan- hidrogen, dan kadang-kadang pada cairan
asam asetat murni. Dimer dirusak dengan adanya pelarut berikatan hidrogen
(misalnya air). Entalpi disosiasi dimer tersebut diperkirakan 65.0–66.0 kJ/mol,
entropi disosiasi sekitar 154–157 J mol–1 K –1. Sifat dimerisasi ini juga dimiliki
oleh asam karboksilat sederhana lainnya.
3. Sebagai pelarut
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan
etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6.2, sehingga
asam asetat bisa melarutkan baik senyawa polar seperi garam anorganik dan gula
maupun senyawa non-polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan
iodin. Asam asetat bercambur dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar
lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan
bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri
kimia (Keenan, 1999).
asam lemah adalah asam yang tidak terionisasi secara signifikan dalam larutan.
sehingga pada asam lemah ini akan dikenal istilah tetapan kesetimbangan.
Misalnya jika sebuah asam dilambangkan dengan HA, maka dalam larutan masih
terdapat sejumlah besar HA yang belum terdisosiasi/terionisasi. Nilai Ka untuk
asam lemah tersebut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :
KaHA = ([H+][A-])/HA
(rahmi, 2022)
Jalannya reaksi kimia disebut dengan istilah laju reaksi. Laju reaksi merupakan
pristiwa perubahan konsentrasi reaktan atau produk dalam satuan waktu. Laju
reaksi juga dapat dinyatakan sebagai suatu laju terhadap berkurangnya konsentrasi
suatu pereaksi. Konstanta laju reaksi merupakan merupakan laju reaksi bila
konstanta dari masing-masing jenis larutan (Keenan, dkk, 1984). Kecepatan laju
reaksi yang berbanding lurus terhadap konsentrasi dengan satu atau dua pengikut
berpangkat dua akan disebutkan sesuai jumlah pangkat. Reaksi disebut bertingkat
tiga bila kecepatan reaksinya berbanding lurus dengan konsentrasi tiga pengikut.
Biasanya laju reaksi tidak bergantung pada orde reaksi, suatu reaksi yang
merupakan proses satu tahap didefenisikan dengan bedasarkan reaksinya yaitu
reaksi dasar (Bird, 2003 dan Petrucci, 1982). Berdasarkan teori tumbukkan yang
menyatakan bahwa sebelum terjadinya reaksi molekul pereaksi haruslah
molekulnya saling bertumbukkan, sehingga sebagian molekul pada tumbukkan ini
akan membentuk suatu molekul-molekul yang akan mampu bersifat
mengaktifasikan diri secara langsung. Molekul tersebut kemudian berubah
menjadi hasil reaksi agar pereaksi dapat membentuk kompleks yang akan aktif.
Walaupun demikian, namun molekul-molekul ini akan hanya mempunyai energi
minimum yang disebut energi mempunyai energi minimum yang disebut energi
aktivasi (Sukardjo, 2002). Hukum laju reaksi merupakan suatu bentuk persamaan
yang menyatakan laju reaksi sebagai fungsi dari konsentrasi semua spesies yang
ada termasuk produk-produk yang dihasilkan dalam reaksi tersebut. tersebut.
Hukum laju mempunyai mempunyai dua penerapan utama, yaitu penerapan
teoritis yang merupakan pemandu dalam mekanisme reaksi, sedangkan penerapan
praktiknya akan dilakukan setelah mengetahui hukum laju reaksi dan mengetahui
hukum laju reaksi dan konstanta lajunya konstanta lajunya (Atkins, 1996). Suatu
laju reaksi akan dapat dipengaruhui oleh beberapa faktor, faktor-faktor tersebut
yang dapat mempengaruhi kecepatan laju reaksi mempengaruhi kecepatan laju
reaksi (Keenan, dkk, 1984 dan Atkins, 1996).
1. Jenis Reaktan
Tiap-tiap zat mempunyai sifat yang berbeda-beda apabila bereaksi dengan zat
lain. Semakin reaktif jenis reaktan tersebut, maka laju reaksi semakin cepat
(Brocks, 1959)
2. Konsentrasi
4. Suhu
5. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang menimbulkan kecepatan suatu reaksi kimia, tanpa
mengalami perubahan kimia. Secara permanen, proses ini disebut katalisasi,
diduga mempengaruhi kecepatan reaksi dengan salah satu jalan yaitu :
6. Luas Permukaan
Luas permukaan sangat berpengaruh pada keceopatan laju reaksi. Makin besar
luas permukaan suatu zat, makin cepat reaksi berlangsung. Sebaliknya malin kecil
luas permukaan suatu zat, makin lambat zat tersebut bereaksi. Untuk memperluas
permukaan biasanya dilakukan dengan menghaluskan zat tersebut atau
memperkecil ukuran zat. Seperti sebatang kapur dengan butiran kecil kapur akan
memiliki laju reaksi yang lebih besar dibandingkan dengan batang kapur (Keenan,
1990).
1 Harga konsentrasi laju reaksi akan menggambarkan laju reaksi. Koefisien k
disebut konstanta laju yang tidak bergantung pada konsentrasi (tetapi
bergantung pada temperatur) (Atkins, 1999). Konstanta laju reaksi adalah
sebanding atau berbanding lurus dengan laju reaksi. Besarnya konstanta laju
reaksi tidak tergantung pada konsentrasi reaktan akan tetapi tergantung pada
temperatur sistem reaksi (Fatimah, 2013). Hukum laju adalah persamaan
yang menyatakan laju reaksi υ sebagai fungsi dari konsentrasi semua spesies
yang ada, termasuk produknya. Hukum laju mempunyai penerapan
mekanisme reaksi (Atkins, 1999).
Dimana
Orde reaksi dapat ditentukan dengan metode isolasi, dimana dengan mencari
konsentrasi yang sama. Misalnya untuk mencari orde reaksi B dapat ditentukan
dengan mencari konsentrasi A yang sama. Berikut ini persamaan laju reaksi
bentuk differensial:
• Orde 0
𝑑𝑥
=𝑘
𝑑𝑡
• Orde 1
𝑑𝑥
= 𝑘 (𝑎 − 𝑥)
𝑑𝑡
• Orde 2
Satu pereaksi
𝑑𝑥 2
= 𝑘 (𝑎 − 𝑥)
𝑑𝑡
Dua pereaksi
𝑑𝑥
= 𝑘 (𝑎 − 𝑥)(𝑏 − 𝑥)
𝑑𝑡
• Orde 3
𝑑𝑥 3
= 𝑘 (𝑎 − 𝑥)
𝑑𝑡
• Orde n
𝑑𝑥 𝑛
= 𝑘 (𝑎 − 𝑥)
𝑑𝑡
𝑑𝑥 𝑛
= 𝑟 = 𝑘 (𝑎 − 𝑥)
𝑑𝑡
2. Bentuk Integral
Metode ini merupakan suatu metode trial and error. Yakni perubahan
konsentrasi dengan waktu yang diukur, dan harga k dihitung dengan
menggunakan orde reaksi akan diperoleh persamaan yang memberikan
harga k yang konsisten. Berikut ini persamaan yang dapat digunakan;
• Orde 0
𝑑𝑥
=𝑘
𝑑𝑡
• Orde 1
𝑑𝑥
= 𝑘 (𝑎 − 𝑥)
𝑑𝑡
𝑑𝑥
= 𝑘 𝑑𝑡
(𝑎 − 𝑥)
𝑑𝑡
− ln(𝑎 − 𝑥) = 𝑘 𝑡 + 𝑐 𝑡 = 0, 𝑥 = 0, 𝑚𝑎𝑘𝑎 :
kt = ln
𝑎−𝑥
• Orde 2
kt = ln
𝑎(𝑎−𝑥)
• Orde 3
1 1
𝑘𝑡 = 2( 𝑎 − 𝑥)2 = 2𝑎2
• Orde N
(𝑎 − 𝑥)−𝑛+1 − (𝑎)−𝑛+1
𝑘𝑡 =
𝑛−1
Orde suatu reaksi dapat ditentukan dengan cara membuat grafik dari data
eksperimen. Untuk dapat menggunakan metode ini perlu diperhatikan data
yang akan diplotkan pada grafik.
• Orde 1
• Orde 2
• Orde 3
Untuk dapat menentukan orde dapat kita analisis dari nilai regresi (R2) pada
setiap persamaan garis linier yang didapat.Orde reaksi ditentukan dari nilai
R2 yang paling mendekati 1.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1.1 ALAT
1. Erlemenyer
2. Stopwatch
3. Gelas ukur
4. Gelas kimia
5. Buret
6. Statif
1.2 BAHAN
1. Etil asetat
2. NaOH 0,2 M
3. Es batu
4. Indikator PP Larutan HCl 0
1.3 ALUR PERCOBAAN
50 mL CH3COOH 0,5 M
15 mL etil asetat
- Dimasukkan kedalam erlemenyer B
- Diletakkan pada suhu ruang selama 15 menit
Etil asetat
Campuran A dan B
- Diambil 10 mL campuran larutan dan dicatat waktunya
- Dimasukkan ke dalam erlemenyer C yang berisi 50 mL aquades
dingin
- Ditambahkan indikator PP 1-2 tetes
- Dititrasi menggunakan NaOH 0,2 M
- Diulangi langkah sebelumnya dengan selang waktu 10, 20, 30,
50, dan 100 menit
Volume NaOH
Reaksi :
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)
CH3COOH(aq) + H2O(l) → CH3COOH(aq)
CH3COOC2H5(aq) + H2O(l) CH3COOH
C2H5OH(l) + CH3COOH(aq)
Hasil
Reaksi : HCl(aq) + H2O(l) → HCl(aq)
5 mL etil asetat
- Dimasukkan kedalam erlemenyer B
- Diletakkan pada suhu ruang selama 15 menit
Etil asetat
- Diambil 5mL
- Dimasukkan ke dalam erlemenyer A
- Diaduk dan didiamkan pada suhu ruang dalam 5 menit
Campuran A dan B
Volume NaOH
Reaksi :
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(aq)
CH3COOC2H5(aq) + H2O(l) CH3COOH C2H5OH(l) + CH3COOH(aq)
DAFTAR PUSTAKA