Anda di halaman 1dari 17

JURNAL PRAKTIKUM KF III

HIDROLISIS ETIL ASETAT PADA SUASANA ASAM LEMAH DAN

ASAM KUAT

Disusun Oleh:

NAMA: MAISZHA CAHYADILIA KELAS: KA 2022 NIM: 22030234098

PRODI KIMIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hidrolisis adalah reaksi kimia yang melibatkan pemutusan ikatan kimia suatu
senyawa dengan air. Etil asetat (CH3COOC2H5) merupakan senyawa yang biasa
digunakan sebagai bahan baku percobaan hidrolisis. Hidrolisis etil asetat adalah
reaksi di mana etil asetat terurai menjadi asam asetat (CH3COOH) dan etanol
(C2H5OH) dalam lingkungan yang mengandung air. etil asetat merupakan salah
satu bahan kimia yang banyak digunakan. Oleh karena itu, perlu adanya
percobaan untuk mengetahui reaksi pembuatan etil asetat yaitu melalui hidrolisis
dengan asam kuat dan juga asam lemah. Tujuan dari percobaan hidrolisis etil
asetat dengan asam lemah dan asam kuat yaitu untuk menentukan orde reaksi dan
hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah dan asam kuat. Reaksi ini penting
dalam berbagai aplikasi industri, termasuk produksi asam asetat, pengolahan
bahan bakar biokimia, dan pengembangan teknologi pemisahan senyawa organik.
Lingkungan asam atau basa pada reaksi hidrolisis sangat mempengaruhi laju dan
arah reaksi. Asam dan basa merupakan katalis penting dalam reaksi ini. Oleh
karena itu, mempelajari hidrolisis etil asetat dalam kondisi asam lemah dan asam
kuat sangat penting untuk memahami kinetika reaksi hidrolisis dan
mengembangkan penerapannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana penentuan orde reaksi dan reaksi hidrolisis etil asetat dalam suasana
asam lemah dan asam kuat?

1.3 TUJUAN

menentukan orde reaksi dan reaksi hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah
dan asam kuat
BAB II

DASAR TEORI

1.1 HIDROLISIS

Hidrolisis adalah suatu reaksi kimia dimana H2O (molekul dari air) akan
diurai/dipecah kedalam bentuk kation H+ (hidrogen) serta anion OH- (hidroksida)
melalui sebuah proses kimiawi (Sari, 2014). Proses tersebut umumnya dipakai
dalam memecah suatu polimer tertentu, khususnya polimer dimana terbuat
melalui suatu proses bertahap polimerisasi atau yang dikenal dengan istilah step
growth polimerization. Hidrolisis juga merupakan proses antara reaktan dengan
air agar suatu senyawa pecah atau terurai. Reaksi ini merupakan reaksi orde satu,
karena air yang digunakan berlebih, sehingga perubahan reaktan dapat diabaikan.
Asam yang biasa digunakan adalah asam asetat, asam fosfat, asam klorida dan
asam sulfat. Asam sulfat banyak digunakan di Eropa dan asam klorida banyak
digunakan di Amerika. Laju proses hidrolisa akan bertambah oleh konsentrasi
asam yang tinggi. Selain dapat menambah laju proses hidrolisa, konsentrasi asam
yang tinggi juga akan mengakibatkan terikatnya ion-ion pengontrolseperti SiO2,
fosfat, dan garam- garam seperti Ca, Mg, Na, dan K dalam pati (Retno, 2009).
Terdapat beberapa jenis hidrolisis, yaitu:

1. Hidrolisa murni, sebagai reaktan hanya air.

2. Hidrolisa dengan katalis larutan asam, bisa berupa asam encer atau asam
pekat.

3. Hidrolisa dengan katalis larutan basa, bisaberupa basa encer atau basa kuat.

4. Hidrolisa dengan menggunakan katalis enzim.

5. Alkali fusiba, dengan sedikit atau tanpa air pada temperature tinggi. Proses
hidrolisis dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu pH, suhu, dan konsentrasi
katalis.
Hidrolisis merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil/OH oleh suatu senyawa.
Gugus OH dapat diperoleh dari senyawa air. Variabel- variabel yang berpengaruh
terhadap reaksi hidrolisa (Prasetyo, 2011):

1. Katalisator

Hampir semua reaksi hidrolisa memerlukan katalisator untuk mempercepat


jalannya reaksi. Katalisator yang dipakai dapat berupa enzim atau asam, karena
kerjanya lebih cepat. Asam yang dipakai beraneka ragam mulai dari asam klorida,
asam sulfat. sampai asam nitrat. Yang berpengaruh terhadap kecepatan reaksi
adalah konsentrasi ion H, bukan jenis asamnya. Meskipun demikian di dalam
industri umumnya dipakai asam klorida. Umumnya dipergunakan larutan
konsentrasi asam lebih tinggi.

2. Suhu

Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi mengikuti persamaan Arhenius: semakin


tinggi suhu, semakin cepat jalannya reaksi. Kecepatan reaksi hidrolisis akan
meningkat hampir 2 kali untuk setiap kenaikan suhu 10°C (Groggins, 1958).

3. Pencampuran(pengadukan)

Supaya zat pereaksi dapat saling bertumbukan dengan sebaik-baiknya, maka perlu
adanya pencampuran. Untuk proses batch, hal ini dapat dicapai dengan bantuan
pengaduk atau alat pengocok.

4. Perbandingan zat pereaksi

Kalau salah satu zat pereaksi berlebihan jumlahnya maka kesetimbangan dapat
bergeser ke sebelah kanan dengan baik. Hidrolisis adalah suatu reaksi antara
senyawa dan air yang membentuk reaksi kesetimbangan. Senyawa yang
digunakan dapat berupa senyawa organik maupun anorganik. Pada proses
hidrolisis, garam akan terurai oleh air menghasilkan larutan yang bersifat asam
atau basa. Persamaan reaksi pada proses hdrolisis etil asetat adalah.
(McKetta, 1994).

1.2 ETIL ASETAT

Etil asetat adalah cairan jernih, tak berwarna, berbau khas yang digunakan
sebagai pelarut tinta, perekat dan resin (SNI, 1992). Jika dibandingkan
dengan etanol, etil asetat memiliki koefisien distribusi yang lebih tinggi
dibanding etanol termasuk kelarutannya dalam gasoline. Selain dari
penggunaannya sebagai pelarut, etil asetat dapat berfungsi sebagai bahan
aditif untuk meningkatkan bilangan oktan pada bensin serta dapat berguna
sebagai bahan baku kimia serba guna .Pembuatan etil asetat biasanya
dilakukan dengan esterifikasi (Azura, 2015). Reaksi asam karboksilat dengan
alkohol menghasilkan senyawa ester melalui reaksi yang dikenal dengan
nama esterifikasi, dan biasanya menggunakan katalis asam. Reaksi akan
berlangsung dengan baik jika direfluks bersama sedikit asam sulfat atau asam
klorida .Di indusri dan di laboratorium etil asetat dibuat dengan
memanaskan etanol dengan asam asetat glasial dengan penambahan asam
sulfat.Reaksi antara asam asetat dan etanol dengan katalis asam sulfatakan
menghasilkan etil ester dan air seperti pada reaksi di bawah ini (Riswiyanto,
2009).

CH3COOH + CH3OH 𝐻⃡ 2 𝑆𝑂 4 CH3COOC2H5 + H2O

Asam asetat etanol etil ester air

Etil Asetat merupakan senyawa organik berumus molekul CH3COOCH2CH3


adalah zat sintesis dari ethanol dan asam asetat dengan katalis asam sulfat melalui
proses esterifikasi. Etil asetat atau juga sering disebut sebagai EtOAc mempunyai
massa molar 88,12g/mol. Senyawa ini berwujud cairan tidak berwarna dan
memiliki aroma yang khas (Dutia, 2004). Sifat etil asetat adalah pelarut volatil,
biasanya sebagai pelarut organik, pelarut dalam makanan dan ekstraksi produk
farmasi. Dalam industri, etil asetat digunakan sebagai pelarut untuk memproduksi
resin, tinta dll (Chien et al., 2005). Sifat – Sifat Kimia Etil Asetat

1. Keasaman

Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam karboksilat
seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga
memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai
pKa=4.8. Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO−). Sebuah larutan 1.0 M
asam asetat (kira-kira sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH
sekitar 2.4.

2. Dimer siklis

Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul - molekul asam asetat
berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen. Dimer
juga dapat dideteksi pada uap bersuhu 120 °C. Dimer juga terjadi pada larutan
encer di dalam pelarut tak berikatan- hidrogen, dan kadang-kadang pada cairan
asam asetat murni. Dimer dirusak dengan adanya pelarut berikatan hidrogen
(misalnya air). Entalpi disosiasi dimer tersebut diperkirakan 65.0–66.0 kJ/mol,
entropi disosiasi sekitar 154–157 J mol–1 K –1. Sifat dimerisasi ini juga dimiliki
oleh asam karboksilat sederhana lainnya.

3. Sebagai pelarut

Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan
etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6.2, sehingga
asam asetat bisa melarutkan baik senyawa polar seperi garam anorganik dan gula
maupun senyawa non-polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan
iodin. Asam asetat bercambur dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar
lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan
bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri
kimia (Keenan, 1999).

1.3 ASAM KUAT


Asam kuat merupakan senyawa yang dapat terdisosiasi secara sempurna. Asam
apapun dengan nilai pKa yang kurang dari -2 diklasifikasikan sebagai asm kuat.
Hasil ini berasal dari kapasitas dapar larutan yang sangat tinggi dengan nilai pH 1
atau kurang dan dikenal sebagai efek leveling. Asam berfungsi sebagai katalisator
yang membantu kerja air dalam proses hidrolisis mempunyai pengaruh yang besar
terhadap hasil furfural. Dengan naiknya konsentrasi asam yang ditambahkan
sampai pada konsentrasi yang optimum maka hasil furfural akan bertambah besar.
Banyaknya hasil furfural juga dipengaruhi oleh lamanya waktu reaksi. Hasil
furfural akan semakin meningkat dengan semakin lamanya waktu reaksi sampai
pada waktu optimum (Groggins, 1958).

1.4 ASAM LEMAH

asam lemah adalah asam yang tidak terionisasi secara signifikan dalam larutan.
sehingga pada asam lemah ini akan dikenal istilah tetapan kesetimbangan.
Misalnya jika sebuah asam dilambangkan dengan HA, maka dalam larutan masih
terdapat sejumlah besar HA yang belum terdisosiasi/terionisasi. Nilai Ka untuk
asam lemah tersebut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :

KaHA = ([H+][A-])/HA

(rahmi, 2022)

1.5 LAJU REAKSI

Jalannya reaksi kimia disebut dengan istilah laju reaksi. Laju reaksi merupakan
pristiwa perubahan konsentrasi reaktan atau produk dalam satuan waktu. Laju
reaksi juga dapat dinyatakan sebagai suatu laju terhadap berkurangnya konsentrasi
suatu pereaksi. Konstanta laju reaksi merupakan merupakan laju reaksi bila
konstanta dari masing-masing jenis larutan (Keenan, dkk, 1984). Kecepatan laju
reaksi yang berbanding lurus terhadap konsentrasi dengan satu atau dua pengikut
berpangkat dua akan disebutkan sesuai jumlah pangkat. Reaksi disebut bertingkat
tiga bila kecepatan reaksinya berbanding lurus dengan konsentrasi tiga pengikut.
Biasanya laju reaksi tidak bergantung pada orde reaksi, suatu reaksi yang
merupakan proses satu tahap didefenisikan dengan bedasarkan reaksinya yaitu
reaksi dasar (Bird, 2003 dan Petrucci, 1982). Berdasarkan teori tumbukkan yang
menyatakan bahwa sebelum terjadinya reaksi molekul pereaksi haruslah
molekulnya saling bertumbukkan, sehingga sebagian molekul pada tumbukkan ini
akan membentuk suatu molekul-molekul yang akan mampu bersifat
mengaktifasikan diri secara langsung. Molekul tersebut kemudian berubah
menjadi hasil reaksi agar pereaksi dapat membentuk kompleks yang akan aktif.
Walaupun demikian, namun molekul-molekul ini akan hanya mempunyai energi
minimum yang disebut energi mempunyai energi minimum yang disebut energi
aktivasi (Sukardjo, 2002). Hukum laju reaksi merupakan suatu bentuk persamaan
yang menyatakan laju reaksi sebagai fungsi dari konsentrasi semua spesies yang
ada termasuk produk-produk yang dihasilkan dalam reaksi tersebut. tersebut.
Hukum laju mempunyai mempunyai dua penerapan utama, yaitu penerapan
teoritis yang merupakan pemandu dalam mekanisme reaksi, sedangkan penerapan
praktiknya akan dilakukan setelah mengetahui hukum laju reaksi dan mengetahui
hukum laju reaksi dan konstanta lajunya konstanta lajunya (Atkins, 1996). Suatu
laju reaksi akan dapat dipengaruhui oleh beberapa faktor, faktor-faktor tersebut
yang dapat mempengaruhi kecepatan laju reaksi mempengaruhi kecepatan laju
reaksi (Keenan, dkk, 1984 dan Atkins, 1996).

1. Jenis Reaktan

Tiap-tiap zat mempunyai sifat yang berbeda-beda apabila bereaksi dengan zat
lain. Semakin reaktif jenis reaktan tersebut, maka laju reaksi semakin cepat
(Brocks, 1959)

2. Konsentrasi

Kelajuan reaksi homogen tergantung pada konsentrasi dari pereaksi – pereaksi


dalam larutan. Larutan dapat berupa cairan atu gas. Dalam larutan larutan cairan,
konsentrasi pereaksi dapat diubah berdasarkan penambahan reaksi atau dengan
pengubahan volume dari sistem atau berdasarkan penambahan atau pengurangan
pelarut (Sastrohamidjojo, 2001)

3. Sifat Dasar Pereaksi


Dalam suatu reksi kimia terjadi pemutusan ikatan dan pembentukan ikatan baru
sehingga kelajuan reaksi harus bergantung pada macam ikatan yang ada. Secara
percobaan, kecepatan reksi tergantung pada senyawa yang melakukan reaksi
bersama. Setiap zat berbeda secara nyata, dalam laju reaksi mereka juga
mengalami perbedaan kecepatan reaksi. Reaksi kimia dapat terjadi akibat
tumbukan antara molekul-molekul. Sedangkan energi yang harus dimiliki molekul
untuk dapat bereaksi disebut energi aktivasi. Semakin tinggi nilai energi aktivasi,
semkin kecil fraksi mol yang teraktifkan dan semakin lambat reaksi berlangsung
(Sastrohamidjojo, 2001).

4. Suhu

Naiknya suhu menyebabkan kecepatan kecepatan rata-rata dan energi kinetiknya


molekul naik, sehingga frekuensi tumbukan juga semakin besar. Suhu tinggi
diperlukan agar molekul fraksi reaktan meningkat dan dapat menumbuk dengan
energi kinetik yang lebih besar daripada energi aktivasi. Ini dibutuhkan agar
tumbukan yang terjadi efektif (Miller, 1987)

5. Katalis

Katalis adalah suatu zat yang menimbulkan kecepatan suatu reaksi kimia, tanpa
mengalami perubahan kimia. Secara permanen, proses ini disebut katalisasi,
diduga mempengaruhi kecepatan reaksi dengan salah satu jalan yaitu :

a. Pembentukan senyawa – senyawa ( katalis homogen )

b. Absorbsi ( katalis heterogen ) (Keenan, 1990)

6. Luas Permukaan

Luas permukaan sangat berpengaruh pada keceopatan laju reaksi. Makin besar
luas permukaan suatu zat, makin cepat reaksi berlangsung. Sebaliknya malin kecil
luas permukaan suatu zat, makin lambat zat tersebut bereaksi. Untuk memperluas
permukaan biasanya dilakukan dengan menghaluskan zat tersebut atau
memperkecil ukuran zat. Seperti sebatang kapur dengan butiran kecil kapur akan
memiliki laju reaksi yang lebih besar dibandingkan dengan batang kapur (Keenan,
1990).
1 Harga konsentrasi laju reaksi akan menggambarkan laju reaksi. Koefisien k
disebut konstanta laju yang tidak bergantung pada konsentrasi (tetapi
bergantung pada temperatur) (Atkins, 1999). Konstanta laju reaksi adalah
sebanding atau berbanding lurus dengan laju reaksi. Besarnya konstanta laju
reaksi tidak tergantung pada konsentrasi reaktan akan tetapi tergantung pada
temperatur sistem reaksi (Fatimah, 2013). Hukum laju adalah persamaan
yang menyatakan laju reaksi υ sebagai fungsi dari konsentrasi semua spesies
yang ada, termasuk produknya. Hukum laju mempunyai penerapan
mekanisme reaksi (Atkins, 1999).

1.6 ORDE REAKSI

Orde reaksi terhadap suatu komponen merupakan pangkat dari konsentrasi


komponen itu, dalam hukum laju. Orde keseluruhan reaksi merupakan
penjumlahan orde semua komponennya (Atkins, 1999). Orde reaksi akan
menggambarkan bentuk matematik persamaan laju reasi sebagai fungsi
konsentrasi reaktan-reaktan yang terlibat dalam reaksi. Orde reaksi dapat dihitung
dari pengolahan data eksperimen dan dapat diramalkan jika mekanisme reaksi
diketahui. Orde reaksi tidak selalu sama dengan koefisien reaksi. Untuk reaksi
sederhana orde reaksi kemungkinan besar sama dengan koefisien stoikiometris
reaksi akan tetapi untuk reaksi kompleks tidak demikian (Fatimah, 2013). Orde
dari suatu reaksi menggambarkan bentuk matematika dimana hasil perubahan
dapat ditunjukkan. Orde reaksi hanya dapat dihitung secara eksperimen dan hanya
dapat diramalkan jika suatu mekanisme reaksi diketahui seluruh orde reaksi yang
dapat ditentukan sebagai jumlah dari eksponen untuk masing-masing reaktan,
sedangkan hanya eksponen untuk masing-masing reaktan dikenal sebagai orde
reaksi untuk komponen itu. Orde reaksi adalah jumlah pangkat faktor konsentrasi
dalam hukum laju bentuk diferensial. Pada umumnya orde reaksi terhadap suatu
zat tertentu tidak sama dengan koefisien dalam persamaan stoikiometri reaksi
(Hiskia, 2003). Beberapa cara penentuan orde reaksi yaitu:

1. Bentuk Differensial Metode variasi atau metode differensial non grafik


A + B  hasil/produk

Dengan persamaan : r = k [A]x [B]y

Dimana

X = orde reaksi untuk reaktan A,

y = orde reaksi untuk reaktan B

[A] = konsentrasi reaktan A

[B] = konsentrasi reaktan B.

Orde reaksi dapat ditentukan dengan metode isolasi, dimana dengan mencari
konsentrasi yang sama. Misalnya untuk mencari orde reaksi B dapat ditentukan
dengan mencari konsentrasi A yang sama. Berikut ini persamaan laju reaksi
bentuk differensial:

• Orde 0

𝑑𝑥

=𝑘

𝑑𝑡

• Orde 1

𝑑𝑥

= 𝑘 (𝑎 − 𝑥)

𝑑𝑡

• Orde 2

Satu pereaksi 

𝑑𝑥 2

= 𝑘 (𝑎 − 𝑥)

𝑑𝑡
Dua pereaksi 

𝑑𝑥

= 𝑘 (𝑎 − 𝑥)(𝑏 − 𝑥)

𝑑𝑡

• Orde 3

𝑑𝑥 3

= 𝑘 (𝑎 − 𝑥)

𝑑𝑡

• Orde n

𝑑𝑥 𝑛

= 𝑘 (𝑎 − 𝑥)

𝑑𝑡

2. Metode differensial grafik Persamaan :

𝑑𝑥 𝑛

= 𝑟 = 𝑘 (𝑎 − 𝑥)

𝑑𝑡

diubah ke dalam bentuk  ln r = ln k + n ln (a-x)t

2. Bentuk Integral

a. Metode variasi atau metode differensial non grafik

Metode ini merupakan suatu metode trial and error. Yakni perubahan
konsentrasi dengan waktu yang diukur, dan harga k dihitung dengan
menggunakan orde reaksi akan diperoleh persamaan yang memberikan
harga k yang konsisten. Berikut ini persamaan yang dapat digunakan;

• Orde 0

𝑑𝑥

=𝑘

𝑑𝑡

• Orde 1

𝑑𝑥

= 𝑘 (𝑎 − 𝑥)

𝑑𝑡

𝑑𝑥

= 𝑘 𝑑𝑡

(𝑎 − 𝑥)

𝑑𝑡

− ln(𝑎 − 𝑥) = 𝑘 𝑡 + 𝑐 𝑡 = 0, 𝑥 = 0, 𝑚𝑎𝑘𝑎 :

kt = ln

𝑎−𝑥

• Orde 2

kt = ln

𝑎(𝑎−𝑥)

• Orde 3

1 1
𝑘𝑡 = 2( 𝑎 − 𝑥)2 = 2𝑎2

• Orde N

(𝑎 − 𝑥)−𝑛+1 − (𝑎)−𝑛+1

𝑘𝑡 =

𝑛−1

b. Metode integral grafik

Orde suatu reaksi dapat ditentukan dengan cara membuat grafik dari data
eksperimen. Untuk dapat menggunakan metode ini perlu diperhatikan data
yang akan diplotkan pada grafik.

• Orde 1

• Orde 2

• Orde 3

Untuk dapat menentukan orde dapat kita analisis dari nilai regresi (R2) pada
setiap persamaan garis linier yang didapat.Orde reaksi ditentukan dari nilai
R2 yang paling mendekati 1.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1.1 ALAT

1. Erlemenyer
2. Stopwatch
3. Gelas ukur
4. Gelas kimia
5. Buret
6. Statif
1.2 BAHAN

1. Etil asetat
2. NaOH 0,2 M
3. Es batu
4. Indikator PP Larutan HCl 0
1.3 ALUR PERCOBAAN

 Hidrolisis asam lemah

50 mL CH3COOH 0,5 M

- Dimasukkan kedalam erlemenyer A


- Ditambahkan 45 mL aquades
- Diletakkan pada suhu ruang selama 15 menit

Larutan CH3COOH encer


Reaksi : CH3COOH(aq) + H2O(l) → CH3COOH(aq)

15 mL etil asetat
- Dimasukkan kedalam erlemenyer B
- Diletakkan pada suhu ruang selama 15 menit

Etil asetat

5 mL etil asetat dari erlemenyer B

- Dimasukkan kedalam erlemenyer A


- Diaduk dan didiamkan dalam suhu ruang selama 5 menit

Campuran A dan B
- Diambil 10 mL campuran larutan dan dicatat waktunya
- Dimasukkan ke dalam erlemenyer C yang berisi 50 mL aquades
dingin
- Ditambahkan indikator PP 1-2 tetes
- Dititrasi menggunakan NaOH 0,2 M
- Diulangi langkah sebelumnya dengan selang waktu 10, 20, 30,
50, dan 100 menit

Volume NaOH

Reaksi :
 CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)
 CH3COOH(aq) + H2O(l) → CH3COOH(aq)
 CH3COOC2H5(aq) + H2O(l) CH3COOH
C2H5OH(l) + CH3COOH(aq)

 Hidrolisis asam kuat

50 mL HCl 0,5 M + 45 mL aquades

- Dimasukkan kedalam erlemenyer A


- Diletakkan pada suhu ruang selama 15 menit

Hasil
Reaksi : HCl(aq) + H2O(l) → HCl(aq)

5 mL etil asetat
- Dimasukkan kedalam erlemenyer B
- Diletakkan pada suhu ruang selama 15 menit

Etil asetat
- Diambil 5mL
- Dimasukkan ke dalam erlemenyer A
- Diaduk dan didiamkan pada suhu ruang dalam 5 menit
Campuran A dan B

- Diambil 10 mL campuran larutan


- Dimasukkan ke dalam erlemenyer C yang berisi 50 mL aquades
dingin
- Ditambahkan 2-5 tetes indikator PP
- Dititrasi dengan NaOH pada 1 menit pertama
- Diulangi langkah sebelumnya dengan selang waktu 10, 20, 30,
50, dan 100 menit

Volume NaOH

Reaksi :
 HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(aq)
 CH3COOC2H5(aq) + H2O(l) CH3COOH C2H5OH(l) + CH3COOH(aq)

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai