Anda di halaman 1dari 22

A.

JUDUL PRAKTIKUM : Sintesis n-butyl asetat


B. HARI, TANGGAL : Senin, 23 Oktober 2023
C. TUJUAN : Memahami reaksi pembuatan ester atau n-butyl asetat melalui
reaksi esterifikasi
D. TINJAUAN PUSTAKA
1. Ester
Ester merupakan suatu senyawa yang dapat disintesis dari reaksi
antara asam karboksilat dan alkohol. Ester memiliki sifat fisik yang khas
yaitu memberikan aroma atau bau yang wangi. Beberapa ester dapat
menghasilkan wangi buah-buahan. Namun, selain itu ester dapat pula
menghasilkan aroma selain buah-buahan (Fessenden, 1992). Zat-zat
pengharum (essen) yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan tidak lain
adalah ester. Pada buah-buahan keharumannya tergantung dari ester
yang terkandung di dalamnya. Gugus fungsional asam karboksilat
adalah gugus karboksil, yang hidrogennya bersifat asam lemah (Halim,
1990).
Senyawa ester merupakan senyawa turunan dari asam karboksilat
sehingga bisa dikatakan sama tetapi ada perbedaan yaitu pada unsur
hydrogen asam diganti oleh gugus alkil. Dalam pemberian nama
senyawa ester pertama disebutkan terlebih dahulu gugus alkil esternya
kemudian diikuti nama asam karboksilatnya dengan menghilangkan
nama asam (Wardiyah, 2016).
Ester diturunkan dari asam karboksilat dengan mengganti gugus OH
dengan gugus OR (R adalah guggul alkil atau aril). Ester merupakan
senyawa organic yang bersifat netral, tidak bereaksi dengan logam Na
dan PCl3. Rumus umum ester adalah RCOOR’ dimana R dan R’ adalah
gugus organic. Ester yang terdiri dari asam-asam yang berat molekul
rendah dan alkohol merupakan senyawa-senyawa cair yang tidak
berwarna, sedikit larut dalam air dengan bau semerbak, dan mudah
menguap. Ester dari beberapa asam karboksilat dengan rantai panjang
terdapat secara alamiah di dalam lemak, lilin, dan minyak (Keenan,
1980).
Gambar 1. Rumus umum ester
Pada sintesis ester, asam asetat melepaskan gugus -OH dan alkohol
melepaskan gugus H yang dikeluarkan sebagai H2O. Reaksi tersebut
adalah reaksi kesetimbangan. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil
yang banyak, dilakukan dengan salah satu pereaksi berlebih, atau dapat
juga dilakukan mengeluarkan ester yang terbentuk agar kesetimbangan
bergeser kea rah produk (Carey, 1993).
2. Esterifikasi
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan
alkohol membentuk ester. Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion
H+. Asam belerang sering digunakan sebagai suatu katalisator untuk
reaksi ini. Nama ester berasal dari essig-ather (Jerman), sebuah nama
kuno untuk menyebut etil asam cuka ester atau asam cuka etil. Seperti
kebanyakan reaksi aldehida dan keton, esterifikasi suatu asam
karboksilat berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan
denotasi. Oksigen karbonil diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang
karbon positif dan eliminasi air akan menghasilkan ester (Anshory,
2003).
Reaksi pembuatan ester dikenal sebagai esterifikasi. Esterifikasi
adalah reaksi asam lemak bebas (asam karboksilat) dengan alkohol
membentuk ester dan air. Dengan esterifikasi, kandungan asam lemak
bebas dapat dihilangkan dan diperoleh tembahan ester. Reaksi ini
dilaksanakan dengan menggunakan katalis padat atau katalis cair.
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi kesetimbangan. Pada suhu ruang,
reaksi ini tidak berlangsung tuntas dan jumlah produknya sedikit (Sari,
2007).
Reaksi ini merupakan reaksi bolak balik (reversible) dimana Le
Chatelie’s menjelaskan bahwa kesetimbangan akan bergerak kearah
produk (ester) ketika konsentrasi reaktan ditambah, oleh karena itu
konsentrasi asam karboksilat yang digunakan berlebih. Jika konsentrasi
alkohol dan asam karboksilat 1:1 maka konsentrasi ester yang dihasilkan
akan menjadi lebih sedikit. Reaksi reversible adalah reaksi yang
berlangsung dua arah yaitu reaksi maju dan reaksi balik. Sedangkan
reaksi irreversible adalah reaksi yang berlangsung satu arah. Pada sistem
kesetimbangan reaksi bersifat reversible (Oxtoby, 2001).
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
esterifikasi yaitu :
a. Suhu
Pada umumnya reaksi ini dapat dijalankan pada suhu mendekati
titik didih methanol pada tekanan atmosfer. Kecepatan reaksi
akan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu. Semakin tinggi
suhu, berarti semakin banyak energi yang dapat digunakan oleh
reaktan untuk mencapai energi aktivasi. Ini menyebabkan
tumbukan terjadi lebih sering diantara molekul-molekul reaktan
untuk kemudian melakukan reaksi.
b. Waktu reaksi
Semakin lama waktu reaksi, maka semakin banyak produk yang
dihasilkan, karena ini akan memberikan kesempatan reaktan
untuk bertumbukan satu sama lain. Namun, jika kesetimbangan
telah tercapai, tambahan waktu reaksi tidak akan mempengaruhi
reaksi.
c. Katalis
Katalis berfungsi untuk mempercepat laju reaksi dengan
menurunkan energi aktivasi reaksi namun tidak menggeser letak
kesetimbangan. Tanpa katalis reaksi esterifikasi baru dapat
berjalan pada suhu sekitar 250oC. Penambahan katalis bertujuan
untuk mempercepat reaksi dan menurunkan kondisi operasi.
Katalis yang dapat digunakan adalah katalis asam, basa, ataupun
penukar ion. Dengan katalis basa reaksi dapat berjalan pada suhu
kamar, sedangkan katalis asam pada umumnya memerlukan
suhu reaksi diatas 100oC.
d. Perbandingan Reaktan
Variabel penting lain yang mempengaruhi hasil ester adalah
rasio molar antara alkohol dan minyak nabati. Stoikiometri
reaksi transesterifikasi memerlukan 3 mol alkohol untuk setiap
mol trigliserida untuk menghasilkan 3 mol ester asam dan 1 mol
gliserol. Untuk mendorong reaksi transestrifikasi ke arah kanan,
perlu untuk menggunakan alkohol berlebihan atau dengan
memindahkan salah satu produk dari campuran reaksi. Lebih
banyak metanol yang digunakan, maka semakin memungkinkan
reaktan untuk bereaksi lebih cepat. Secara umum, proses
alkoholisis menggunakan alkohol berlebih sekitar 1,2-1,75 dari
kebutuhan stoikiometrisnya. Perbandingan volume antara
minyak dan metanol yang dianjurkan adalah 1 : 4. Terlalu
banyak alkohol yang dipakai menyebabkan biodiesel
mempunyai viskositas yang terlalu rendah dibandingkan dengan
minyak solar, juga akan menurunkan titik nyala biodiesel, karena
pengaruh sifat alkohol yang mudah terbakar.
(Kirk, 1978)
3. Etil Asetat
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatile (mudah
menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat dapat
melarutkan air hingga 3% dan larut dalam air hingga kelarutannya 8%
pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi.
Namun, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung asam dan
basa. Etil asetat yang juga dikenal dengan nama acetic ether adalah
pelarut yang banyak digunakan pada industry cat, thinner, tinta, plastic,
farmasi, dan industry kimia organik (Ismiyati, 2011).
Butil asetat merupakan senyawa ester dengan rumus molekul
CH3COOC4H9 yang memiliki berat molekul 116,16 g/mol. Butil asetat
merupakan solvent yang aktif untuk film former seperti selulosa asetat
butirat, etil selulosa, chlorinated rubber, polystyrene, dan resin
methacrylate. Beberapa getah alam seperti kauri, manila, poutianak dan
damar larut dalam butil asetat. Selain itu, butil asetat dapat juga
digunakan sebagai solvent ekstraksi pada proses bermacam-macam
minyak dan obat-obatan, bahan untuk parfum, dan sebagai komponen
pada aroma sintesis seperti apricot, pisang, pir, nanas, delima, dan
rashberry (Dinarno, 2009).
4. Metode Refluks
Metode refluks merupakan metode ekstraksi cara panas
(membutuhkan pemanasan pada prosesnya). Secara umum pengertian
refluks sendiri adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relative
konstan dengan adanya pendingin. Ekstraksi dengan car aini pada
dasarnya adalah ekstraksi berkesinambungan.
Metode ini umumnya digunakan untuk mensintesis senyawa-
senyawa yang mudah menguap atau volatile. Pada kondisi ini jika
dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap sebelum reaksi
berjalan sampai selesai. Prinsip dari metode refluks adalah pelarut
volatile yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan
didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam
bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam
wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung.
E. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Labu dasar bulat
2. Gelas ukur
3. Corong pisah
4. Gelas beaker
5. Corong kaca
6. Batu didih

Bahan :

1. N-butanol
2. Asam asetat glasial
3. Asam sulfat pekat 96-98%
4. Larutan NaHCO3 jenuh
5. MgSO4 anhidrat
F. ALUR PERCOBAAN
20 mL n-butanol
- Dimasukkan ke dalam labu dasar bulat
- Ditambahkan 2 butir batu didih
- Ditambahkan sedikit demi sedikit 3 tetes asam sulfat pekat
- Ditambahkan 60 mL asam asetat glasial
- Dipasang pendingin refluks
- Dipanaskan campuran pada suhu 90-100ºC selama 3 jam
- Dimasukkan campuran reaksi ke dalam corong pisah
- Ditambahkan 60 mL air, dikocok dengan kuat

Lapisan atas Lapisan bawah


- Ditambahkan 50 mL air
- Ditambah 14 mL NaHCO3 jenuh
- dikocok

Lapisan atas Lapisan bawah


- Ditambah 5 gr MgSO4
- Dikocok
- Disaring
- Ditimbang massa ester yang dihasilkan
Massa ester
Reaksi:

H2SO4
+

+ H2O(l)
+
Na+

+ H2O(l) + CO2(g)
Na+
G. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan
No Prosedur percobaan Dugaan/reaksi Kesimpulan
sebelum sesudah
- n-butanol = tidak - 20 mL n-butanol + Dari percobaan
20 mL n-butanol
berwarna batu didih + 3 tetes yang telah
- Dimasukkan ke dalam labu dasar bulat
- Ditambahkan 2 butir batu didih - H2SO4 = tidak H2SO4 = larutan kami lakukan
- Ditambahkan sedikit demi sedikit 3 tetes berwarna tidak berwarna dengan judul
asam sulfat pekat
- asam asetat glasial - 20 mL n-butanol + sintesis n-butil
- Ditambahkan 60 mL asam asetat glasial
- Dipasang pendingin refluks = tidak berwarna batu didih + 3 tetes asetat,
- Dipanaskan campuran pada suhu 90- - aquades = tidak H2SO4 + 60 mL didapatkan
100ºC selama 3 jam berwarna asam asetat glasial = massa ester
- Dimasukkan campuran reaksi ke dalam
corong pisah - massa botol vial 1 larutan tidak sebesar 19,211
- Ditambahkan 60 mL air, dikocok dengan = 10,750 gr berwarna gram, bau yang
kuat - massa botol vial 2 - setelah dipanaskan dihasilkan dari
Lapisan organik Lapisan air = 10,134 gr selama 2 jam 5 menit percobaan ini
- Ditambahkan 50 mL air - NaHCO3 = tidak 21 detik muncul bau adalah bau
- Ditambah 14 mL NaHCO3 jenuh berwarna seperti buah pisang seperti buah
- dikocok
- MgSO4 = butiran - larutan ester yang pisang yang
berwarna putih sudah dipanaskan + menandakan
60 mL aquades = terbentuknya
terbentuk 2 fase, fase Massa n-butil asetat n-butil asetat.
Lapisan organik Lapisan air organik tidak berdasarkan teori % rendemen
- Ditambah 5 gr MgSO4 berwarna dan fase 25,6048 dari percobaan
- Dikocok air berwarna putih didapatkan
- Disaring
- Ditimbang massa ester yang dihasilkan keruh sebesar

Ester - fase organik + 50 75,031%


mL aquades + 14 mL
NaHCO3 = terbentuk
2 lapisan tidak
berwarna
- fase organic
diambil tidak
berwarna
- fase organik +
serbuk MgSO4 =
larutan tidak
berwarna dan
endapan putih
H. PEMBAHASAN
Pada percobaan dengan judul “Sintesis n-Butil Asetat” yang telah
dilakukan pada Senin, 23 Oktober 2023 memiliki tujuan agar dapat
memahami reaksi pembuatan ester atau n-butil asetat memlalui reaksi
esterifikasi mempunyai beberapa Langkah percobaan.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan
yang digunakan. Lalu mengukur 20 mL n-butanol tidak berwarna
menggunakan gelas ukur, kemudian dimasukkan ke dalam labu dasar bulat
yang sudah berisi 1 buah batu didih. Fungsi dari batu didih adalah untuk
meratakan pemanasan, sehingga panas merata ke seluruh larutan.
Langkah berikutnya adalah menambahkan H2SO4 pekat tidak
berwarna sedikit demi sedikit sebanyak 3 tetes. Fungsi dari penambahan
H2SO4 pekat ini adalah sebagai katalus yang mempercepat laju reaksi,
dimana H2SO4 pekat akan menyediakan energi aktivasi yang lebih rendah
dari energi aktivasi sebenarnya. Pada reaksi esterifikasi, katalis sangat
dibutuhkan karena reaksi esterifikasi berjalan sangat lambat. Selain itu
H2SO4 pekat juga tidak mempengaruhi hasil reaksi dan dapat dipisahkan
(terbentuk kembali) pada akhir reaksi.
Selanjutnya mengukur 60 mL asam asetat glasial tidak berwarna
menggunakan gelas ukur, lalu ditambahkan ke dalam labu dasar bulat.
Fungsi dari penambahan asam asetat glasial ini adalah agar memberntuk
ester dari reaksi esterifikasi yang merupakan reaksi pembuatan senyawa
ester dengan mereaksikan antara asam karboksilat dengan alkohol.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
C4H9OH (aq) + CH3COOCH (aq) → CH3COOC4H9 (aq) + H2O (l)
Pada saat penambahan H2SO4 pekat dan pengukuran asam asetat
glasial harus dilakukan di lemari asam karena H2SO4 pekat dan asam glasial
bersifat korosif dan berbau sangat menyengat.
Kemudian dipasang pendingin refluks. Rangkaian alat ini berturut-
turut yaitu pemanas, labu dasar bulat, dan kondensor. Pada percobaan ini
menggunakan pendingin refluks dikarenakan agar pereaksi maupun produk
tidak menguap. Dimana prinsip kerja pendingin refluks yaitu ketika
pereaksi maupun produk mengalami penguapan akibat pemanasan, uap
akan terus bergerak ke atas menuju kondensor. Ketika bertemu dengan air
yang mengalir dalam kondensor, uap (gas) akan terkondensasi dan berubah
menjadi embun (cair) dan menetes lagi ke labu dasar bulat. Proses refluks
digunakan untuk mereaksikan asam asetat dan butanol dalam reactor.
Refluks merupakan metode pemanasan yang tidak mengurangi massa dan
energi dari sistem reactor. Hal ini terjadi karena uap hasil pemanasan
mengalami pendinginan di kondensor, sehingga terkondensasi Kembali
menjadi cairan dan masuk Kembali ke reactor, sehingga lebih efisien.
Langkah selanjutnya adalah campuran dipanaskan pada suhu 90-
100oC selama 3 jam. Dibutuhkan waktu yang lama karena semakin lama
waktu reaksi maka molekul akan lebih sering bertumbukan sehingga produk
ester yang diperoleh akan semakin banyak.
Reaksi esterifikasi adalah reaksi kesetimbangan sehingga bersifat
reversible. Hasil reaksi esterifikasi yang berupa ester dan air dapat
dihidrolisis Kembali menjadi pereaktannya, yaitu alkohol dan asam
karboksilat. Untuk menghambat hal itu, maka digunakan H2SO4 pekat
karena selain sebagai katalis, H2SO4 yang bersifat higroskopis akan
menarik molekul air yang dihasilkan dari reaksi sehingga kemungkinan
terjadinya hidrolisis sangat kecil. Selain itu, dengan berkurangnya molekul
air yang berarti mengurangi konsentrasi produk, maka kesetimbangan akan
bergeser kea rah produk pula.
Pada waktu 2 jam 5 menit sudah tercium aroma n-butil asetat yang
menyerupai aroma pisang, sehingga waktu pemanasan dihentikan dan
campuran didiamkan sampai suhu ruang. Karena ester yang dihasilkan
belum murni, setelah ester sudah suhu ruang, ester dipindahkan ke dalam
corong pisah dan ditambahkan sebanyak 60 mL aquades. Fungsi dari
penambahan aquades adalah untuk mengikat zat pengotor. Kemudian kocok
corong pisah sambil sesekali di buka krannya agar corong pisah tidak pecah
akibat adanya tekanan dari gas yang terbentuk.
Setelah dikocok akan terbentuk 2 fasa dimana larutan ester berada
diatas sedangkan aquades beserta zat pengotornya berada di bawah. Hal ini
dikarenakan prinsip corong pisah adalah memisahkan campuran yang
memiliki perbedaan massa jenis atau kelarutan. Karena ester berada di
lapisan atas, maka ester memiliki massa jenis yang lebih rendah
dibandingkan aquades. Kemudian buka kran corong pisah untuk
mengeluarkan lapisan bawah atau fasa air yang berisi aquades dan zat
pengotor.
Kemudian ester yang diperoleh yang masih berada dalam corong
pisah ditambahkan 14 mL larutan NaHCO3 jenuh tidak berwarna. Fungsi
penambahan NaHCO3 jenuh ini adalah untuk menetralkan suasana ester
karena reaktan dan katalis pembentuk ester bersifat asam semua, maka perlu
dinetralkan. Kemudian kocok corong pisah dengan sesekali dibuka krannya
agar corong pisah tidak pecah akibat adanya tekanan dari gas CO2 yang
terbentuk sesuai dengan reaksi berikut :
NaHCO3 (aq) + CH3COOH (aq) → CH3COONa (aq) + CO2 (g) + H2O (l)
Setelah dikocok, akan terbentuk 2 fasa dimana larutan ester berada
di atas atau fasa organic, sedangkan aquades beserta NaHCO3 jenuh akan
berada dibawah. Hal ini dikarenakan prinsip corong pisah adalah
memisahkan campuran yang memiliki perbedaan massa jenis atau
kelarutan. Karena ester berada di lapisan atas, maka ester memiliki massa
jenis yang lebih rendah dibandingkan aquades dan NaHCO3. Kemudian
buka kran corong pisah untuk mengeluarkan lapisan bawah atau fasa air
yang berisi aquades dan NaHCO3 jenuh.
Kemudian, ester yang didapatkan ditambahkan kristal MgSO4
anhidrat berwarna putih sebanyak 5 gram. Fungsi penambahan MgSO4
anhidrat adalah untuk mengikat sisa air yang mungkin masih tersisa dari
reaksi esterifikasi, proses refluks, maupun pemisahan dengan corong pisah
sehingga didapatkan ester dengan kadar kemurnian tinggi. Setelah itu
disaring dan diambil filtratnya yang kemudian ditimbang untuk
mendapatkan massa ester dan untuk menghitung kadan rendemen ester yang
terbentuk. Pada percobaan yang telah dilakukan didapatkan massa ester
sebesar 19,211 gram dan rendemen sebesar 75,031%.
I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan:
1. Senyawa n-butil asetat dapat dibentuk dari proses reaksi esterifikasi
dengan menggunakan butanol dan asam asetat. Dengan persamaaan
reaksi sebagai berikut :

2. Massa ester yang diperoleh sebesar 19,211 gram dan rendemen ester
yang didapat sebesar 75,031%.
J. DAFTAR PUSTAKA

Anshory, I. (2003). Acuan Pembelajaran Kimia. Jakarta: Erlangga.

Carey, F. (1993). Advance Organic Chemistry Part B : Reaction a Syntesis. London:


Plenum Press.

Dinarno. (2009). Prarancangan Pabrik Butil Asetat dari Asam Asetat dan Butanol
dengan Proses Batch Kapasitas 13.150 Ton/Tahun. Laporan Tugas
Prarancangan Pabrik . Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Fessenden, R. J. (1992). Kimia Organik Jilid I Edisi 3. Jakarta: Erlangga.

Halim. (1990). Analisis Kimia Kuantitatif edisi I. Jakarta: Erlangga.

Ismiyati. (2011). Diktat Proses Industri Kimia Organik. Jakarta: Yudistira.


Keenan. (1980). General Collage Chemistry. New York: Harper and Row Publisher.

Kirk. (1978). Encyclopedia of Chemical Technology. New York: Interscience


Publication.

Oxtoby, d. (2001). Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi 4 Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Sari, P. (2007). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Wardiyah. (2016). Kimia Organik. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia.

K. LAMPIRAN
a. Jawaban pertanyaan
1. Tuliskan mekanisme reaksi pembentukan n-butil asetat!
Senyawa n-butil asetat merupakan suatu ester dari n-butanol
(C4H10O) dan asam asetat glasial (CH3COOH) Senyawa tersebut
dibuat melalui reaksi esterifikasi dengan katalis asam kuat, misal
H2SO4 pekat.
2. Termasuk reaksi apakah reaksi di atas!

Reaksi diatas merupakan Reaksi Esterifikasi

3. Apakah fungsi asam sulfat, dan dapatkan asam sulfat tersebut


diganti dengan asam lainnya?

Fungsi H2SO4 pekat adalah sebagai katalis sehingga mempercepat


tercapainya kesetimbangan. Selain itu untuk mencegah terjadinya
hidrolisis saat terjadi kesetimbangan. H2SO4 dapat diganti dengan
asam kuat lainnya seperti HCl dengan catatan konsentrasi yang
dimiliki sama.

4. Jelaskan fungsi penambahan larutan NaHCO3 jenuh dan MgSO4


anhidrat!
Fungsi penambahan NaHCO3 jenuh adalah untuk menghilangkan
sisa asam dari penambahan H2SO4 dan menghilangkan pengotor-
pengotor yang lain dengan membentuk gas CO2 apabila bereaksi
dengan n-butanol dan asam asetat glasial. Fungsi penambahan
MgSO4 anhidrat adalah untuk mengikat air yang masih terdapat
pada ester yang dihasilkan dengan membentuk garam hidrat.
5. Sebutkan bahan kimia lain yang digunakan sebagai pengganti
MgSO4!
Bahan kimia lain yang dapat digunakan sebagai pengganti yaitu
Na2SO4.xH2O, CaSO4.xH2, dan CaCl2.xH2O
b. Perhitungan
1) Massa n-butil asetat berdasarkan teori
Diketahui:
V n-butanol = 20 mL
P n-butanol = 0,81 g/mL
Mr n-butanol = 74 g/mol
Ditanya : massa n-butil asetat berdasarkan teori=....?
Jawab:
Massa n-butanol = P . V
= 0,81 g/Ml . 20 mL
= 16,2 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑛−𝑏𝑢𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
Mol n-butanol = 𝑚𝑟 𝑛−𝑏𝑢𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
16,2
= = 0,219 𝑚𝑜𝑙
74

2) Mol asam asetat glasial


Diketahui:
V asam asetat glasial = 60 mL
P asam asetat glasial = 1,05 g/mL
Mr asam asetat glasial = 60 g/mol
Ditanya : massa asam asetat glasial...?
Jawab:
Massa asam asetat glasial = P . V
= 1,05 g/mL . 60 mL
= 63 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑛−𝑏𝑢𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
Mol asam asetat glasial = 𝑚𝑟 𝑛−𝑏𝑢𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
63 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,05 𝑚𝑜𝑙
60
𝑚𝑜𝑙

C4H8OH(aq) + CH3COOH(aq) → CH3COOC4H9(aq) + H2O(l)

m 0,219 1,05 - -

r 0,219 0,219 0,219 0,219

s 0 0,831 0,219 0,219

mr n-butil asetat (C4H9COOCH3) = 116 gram/mol

mol n-butil asetat = 0,219 mol

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑛−𝑏𝑢𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡


mol n-butil asetat = 𝑚𝑟 𝑛−𝑏𝑢𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑛−𝑏𝑢𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡


0,219 mol = 116 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙

0,219 mol . 116 = massa n-butil asetat

Massa n-butil asetat = 25,604 gram

3) Massa n-butil asetat berdasarkan percobaan


Massa botol vial A = 10,750 gram
Massa botol vial + ester = 20,877 gram
Massa ester/n-butil asetat = 20,877 gram – 10,750 gram
= 10,127 gram
Massa botol vial B = 10,134 gram
Massa botol vial + ester = 19,218 gram
Massa ester/n-butil asetat = 19,218 gram – 10,134 gram
= 9,084 gram
Massa ester total = 10,127 gram + 9,084 gram = 19,211 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑛−𝑏𝑢𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
% rendemen = × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑛−𝑏𝑢𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
19,211 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 25,604 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100% = 75,031%
c. Dokumentasi
No. Gambar Keterangan
1. n-butanol diukur sebanyak
20 mL

2. n-butanol sebanyak 20 mL
dimasukkan ke dalam labu
dasar bulat yang sudah berisi
1 buah batu didih

3. Asam asetat glasial diukur


sebanyak 60 mL

4. Ditambahkan 3 tetes H2SO4


5. Ditambahkan asam asetat
glasial yang sudah diukur
sebanyak 60 mL

6. Labu dasar bulat dipasang di


heating mentle

7. Dipasang pendingin refluks


dan dipanaskan pada suhu
90oC-100oC selama kurang
lebih 3 jam

8. Seteah 2 jam 5 menit dan


ditunggu dingin, larutan
dimasukkan ke dalam
corong pisah
9. Ditambahkan 60 mL
aquades

10. Dikocok dengan sesekali


tutup corong pisah dibuka

11. Terbentuk 2 lapisan yakni


lapisan bawah dan lapisan
atas yang merupakan ester

12. Lapisan bawah dikeluarkan


13. Lapisan atas (ester)
ditambahkan 50 mL aquades

14. Ditambahkan 14 mL
NaHCO3

15. Dikocok sambil sesekali


tutup corong pisah dibuka

16. Didiamkan sampai terbentuk


2 lapisan
17. Lapisan bawah dikeluarkan

18. Lapisan bawah (ester)


ditambahkan 5 gram MgSO4

19. Disaring

`
20. Massa botol vial 1
21. Massa ester botol vial 1

22. Massa botol vial 2

23. Massa ester botol vial 2

Anda mungkin juga menyukai