Anda di halaman 1dari 36

A.

JUDUL PERCOBAAN : LEMAK DAN PEMBUATAN SABUN


B. TANGGAL PERCOBAAN : Senin, 09 Oktober 2023
C. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Membuat langkah kerja pembuatan
sabun
2. Meramalkan reaksi pembuatan sabun
3. Menjelaskan produk sabun yang
dibuat menggunakan basa NaOH
4. Membuat emulsi sabun
5. Menjelaskan tentang proses
pembentukan emulsi air sabun
dengan minyak
6. Menentukan kualitas minyak
berdasarkan bilangan asam
D. TINJAUAN PUSTAKA :
1. Sabun
Sabun adalah hasil reaksi dari asam lemak dengan logam alkali.
Hasil penyabunan tersebut diperoleh suatu campuran sabun, gliserol,
dan sisa alkali atau asam lemak yang berasal dari lemak yang telah
terhidrolisa oleh alkali. Campuran tersebut berupa masa yang kental,
masa tersebut dapat dipisahkan dari sabun dengan cara penggaraman,
bila sabunnya adalah sabun natrium, proses penggaraman dapat
dilakukan dengan menambahkan larutan garam NaCl jenuh. Setelah
penggaraman larutan sabun naik ke permukaan larutan garam NaCl,
sehingga dapat dipisahkan dari gliserol dan larutan garam dengan cara
menyaring dari larutan garam. Masa sabun yang kental tersebut dicuci
dengan air dingin untuk menetralkan alkali berlebih atau memisahkan
garam NaCl yang masih tercampur. Sabun kental kemudian dicetak
menjadi sabun tangan atau kepingan dan kepingan. Gliserol dapat
dipisahkan dari sisa larutan garam NaCl dengan jalan destilasi vakum.
Garam NaCl dapat diperoleh Kembali dengan jalan pengkristalan dan
dapat digunakan lagi (Fessenden, 1990).
Sabun merupakan senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak
atau minyak dengan alkali. Sabun juga merupakan garam-garam
monovalent dari asam karboksilat dengan rumus umumnya RCOOM, R
adalah rantai lurus (alifatis) Panjang dengan jumlah atom C bervariasi,
yaitu antara C12-C18 dan M adalah kation dari kelompok alkali atau ion
ammonium (Austin, 1984).
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon Panjang
dan ujung ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik
dan larut dalam zat-zat non-polar, sedangkan ujung ion bersifat
hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah
molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air.
Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel
(micelles), yakni segerombol (50-150) molekul sabun yang rantai
hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-ujung ionnya menghadap
ke air (Austin, 1984).
Kegunaan sabun ialah kemampuannya mengemulsi kotoran
berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini
disebabkan oleh dua sifat sabun. Pertama, rantai hidrokarbon sebuah
molekul sabun larut dalam zat-zat non-polar, seperti tetesan-tetesan
minyak. Kedua, ujung anion molekul sabun, yang tertarik pada air,
ditolak oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari
tetesan minyak lain. Karena tolak menolak antara tetes-tetes sabun-
minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung tetapi tetap
tersuspensi (Austin, 1984).
Sabun merupakan kelas umum senyawa yang disebut surfaktan,
yakni senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air.
Molekul surfaktan apa saja mengandung suatu ujung hidrofobik (satu
rantai molekul atau lebih) dan suatu ujung hidrofilik. Porsi hidrokarbon
suatu molekul surfaktan harus mengandung 12 atom karbon atau lebih
agar efektif (Austin, 1984).

2. Sifat – Sifat Sabun


a. sabun larut dalam alkohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak
sabun + air → larutan koloid
b. Dalam air terlarut secara kolodial dan bersifat surfaktan yang terdiri
dari molekul yang suka air (hidrofil) dan tidak suka air (hidrofob)
c. Dalam air sadah (mengandung Ca dan Mg berlebih) mengendap
sebagai sabun kalsium atau natrium
d. Dalam asam, sabun akan terhidrolisa menjadi asam lemak
kembali.RCOONa + HCl → RCOOH + NaCl
e. Larutan encer sabun terionkan membentuk anion dari alkil
karboksilat) yang aktif sebagai pencuci (ZAP)
f. Hidrolisa dalam air bersifat alkali dan terbentuk molekul RCOONa,
RCOOH, dan ion - ion RCOO-, OH-, dan Na+
g. Panjang rantai alkil akan mempengaruhi sifat fisik sabun seperti
derajat hidrolisa, suhu titer, dan titik keruh. Untuk sabun jumlah C-
nya , 14, 15 dan ,17 (Yulianti, 2017)
3. Saponifikasi
Sabun dibuat dengan cara mencampurkan larutan NaOH atau KOH
dengan minyak atau lemak. Melalui reaksi kimia, NaOH atau KOH
mengubah Minyak atau Lemak menjadi Sabun. Proses ini disebut
Saponifikasi.
Lemak atau lipid merupakan senyawa heterogen yang terdapat di alam
dan memiliki sifat relative tidak larut dalam air, namun larut dalam pelarut
nonpolar. (Febriyana, 2021)
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah
adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang
menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai
berikut :
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai
produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Untuk memisahkan
sabun dengan gliserol di atas dilakukan dengan menambahkan garam
(NaCl) ke dalam campuran tersebut. Karena sabun di dalam air memiliki
bentuk koloid yang kemudian akan mengendap. Sedangkan gliserol dan
alkohol akan tetap berada dalam larutan garam NaCl. Pada saponifikasi
dengan menggunakan KOH akan menghasilkan sabun lunak. Sedangkan
jika menggunakan NaOH akan menghasilkan sabun keras (Febriyana,
2021). Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun
merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan
berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun
yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi
sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam
bentuk ion. (MARIA, 2013)
Saponifikasi merupakan reaksi eksotern yang menghasilkan padan
sekitar 65 kalori per kilogram minyak yang disaponifikasi. pada rumus
kimia diatas, R dapat berupa rantai yang sama maupun berbeda-beda dan
biasanya dinyatakan dengan R1, R2, R3. rantai R dapat berasal dari laurat,
palmitat, stearat, atau asam lainnya yang secara umum di dalam minyak
disebut sebagai eter gliserida. Struktur gliserida tergantung pada komposisi
minyak. Perbandingan dalam pencampuran minyak dengan beberapa
gliserida ditentukan oleh kadar asam lemak pada lemak atau minyak
tersebut. Reaksi saponifikasi dihasilkan dari pendidihan lemak dengan
alkali dengan menggunakan steam terbuka. (MARIA, 2013)
4. Minyak dan Lemak
Minyak atau lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur
berupa ester dari gliserol. pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau
lemak yang digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan
antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang.
Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang (±28°C) sedangkan
lemak akan berwujud padat. (Fessenden, 1990)
Lemak dan minyak adalah trigliserida, atau triasilgliserol, kedua istilah
ini berarti trimester dari gliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak,
yaitu pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak berbentuk
cair. Sebagian gliserida pada hewan adalah berupa lemak sedangkan
gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak, karena itu biasa
terdengar ungkapan lemak (lemak sapi) dan minyak nabati (minyak jagung,
minyak bunga matahari). (Baiquni, 2019)
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun
adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan
diesterifikasi dengan gliserol. Asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat,
dan asam linoleat. Asam linoleat terdapat dalam minyak goreng bekas
merupakan trigliserida yang dapat digunakan sebagai bahan baku
alternative pembuatan sabun mandi padat atau cair menggantikan asam
lemak bebas jenuh yang merupakan produk samping proses pengolahan
minyak goring. (Baiquni, 2019)

5. Asam Stearat (C18H36O2)


Asam stearat dapat berbentuk padatan atau cairan. Asam stearat
berfungsi untuk mengeraskan dan menstabilkan busa. Asam stearat
berwarna putih kekuningan dan memiliki titik cair pada suhu 56 °C.
(RAHMA, 2012)

6. Natrium Hidroksida (NaOH)


NaOH merupakan salah satu jenis alkali (basa) kuat yang bersifat
korosif serta mudah menghancurkan janngan organik yang halus NaOH
berbentuk butiran padat berwarna putih dan memiliki sifat higroskopis.
Natrium hidroksida sering disebut dengan kaustik soda atau soda api. NaOH
diperoleh melalui proses hidrolisa dari natrium klorida (NaCl) NaOH dapat
berbentuk batang gumpalan, dan bubuk yang dengan cepat menyerap
kelembaban permukaan kulit. (RAHMA, 2012)

7. Gliserin (C3H8O3)
Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa manis
serta bersifat humektan Diperoleh dan hasil sampingan proses pembuatan
sabun atau dari asam lemak tumbulian dan hewan, Pada pembuatan sabun
transparan gliserin bersama dengan sukrosa dan alkohol berfungsi dalam
pembentukan stuktur transparan. (RAHMA, 2012)

8. Etanol (C2H5OH)
Etanol merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH.
Etanol digunakan sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun transparan
karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak. (Baiquni, 2019)

9. Bilangan Asam
Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam
minyak dan dinyatakan dengan mg basa per 1 gram minyak. Bilangan asam
juga merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas minyak.
Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam
minyak akibat terjadi reaksi hidrolisis pada minyak terutama pada saat
pengolahan. Asam lemak merupakan struktur kerangka dasar untuk
kebanyakan bahan lipid. (Yulianti, 2017)
Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH 1 N yang
digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat satu gram
minyak atau lemak. Bilangan asam didefinisikan sebagai jumlah KOH yang
diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1
gram minyak. Dimana angka asam ini menunjukkan banyaknya asam lemak
bebas yang terdapat dalam suatu lemak atau minyak. Angka asam
dinyatakan sebagai jumlah miligram NaOH yang dibutuhkan untuk
menetralkan asam lemak bebas yang terrdapat dalam satu gram lemak atau
minyak. Asam lemak adalah senyawa hidrokarbon yang berantai panjang
dan lurus, dimana bagian ujungnya mengikat gugus karbiksilat, asam lemak
mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap dan memiliki jumlah atom
karbon genap. Asam lemak tak jarang terdapat dialam, tetapi terdapat
sebagai ester dalam gabungan dengan fungsi alkohol. Asam lemak dapat
bersala dari hewan maupun tumbuhan dan mempunyai rumus umum. (Page,
1989)
Angka asam besar menunjukan asam lemak bebas yang besar yang
berasal dari hidrolisis minyak atupun karena proses pengolahan yang kurang
baik. Makin tinggi angka asam makin rendah kualitasnya. Sedangkan
dengan metode Mojonnier, hasil ekstraksi kemudian diuapkan pelarutnya
dan dikeringkan dalam oven sampai diperoleh berat konstan, berat residu
dinyatakan sebagai berat lemak atau minyak dalam bahan, Minyak yang
disusun oleh asam lemak berantai C pendek berarti mempunyai berat
molekul relatif kecil. (Yulianti, 2017)
Bilangan asam adalah satu cara untuk megukur kualitas minyak atau
lemak. Bilangan asam minyak atau lemak merupakan suatu nilangan yang
menyatakan banyaknya milligram KOH yang dibutuhkan untuk
menetralkan asam lemak bebas dalam satu gram lemak atau minyak.
Persamaan untuk menghitung bilangan asam sebagai berikut :

𝑉 𝑋 𝑁 𝑋 𝑀𝑟𝐾𝑂𝐻
Bilangan Asam =
𝑊

Keterangan :
V = Jumlah mL larutan KOH standar
N = normalitas larutan KOH standar
W = massa sampel minyak atau lemak (gram)
E. ALAT DAN BAHAN

Alat :
1. Tabung Reaksi
2. Pipet Tetes
3. Gelas Ukur
4. Timbangan
5. Gelas Kimia
6. Pengaduk
7. Pengangan Air

Bahan :

1. Minyak Sawit
2. Etanol
3. KOH pekat
4. NaOH pekat
5. Gliserin
6. Minyak Zaitun
7. NaCl jenuh
8. Bibit parfum
9. Pewarna makanan
F. ALUR PERCOBAAN

1. Pembuatan Sabun

NaOH

• Ditimbang sebanyak 1,4 gram


• Dilarutkan kedalam 3,3 mL air didalam gelas baker

Larutan panas NaOH

Asam Stearat
• Ditimbang sebanyak 1 gram
• Ditimbang 10 gram minyak sawit
• Dimasukkan minyak sawit kedalam gelas baker
• Dimasukkan asam stearat bersama minyak sawit
• Dipanaskan campuran tersebut hingga suhu 70℃

Asam Stearat mencair

• Dibiarkan hingga suhu campuran menjadi 50℃


• Dimasukkan larutan NaOH
• Diaduk secara terus menerus
• Ditambahkan 12 gram alkohol
• Ditambahkan 4 gram gliserin
• Dipanaskan sambil terus diaduk
Larutan Jernih
• Ditambahkan 1 mL minyak zaitun
• Ditambahkan 3 tetes pewarna dan 3 tetes bibit parfum
• Dituang larutan tersebut kedalam cetakan sabun sebelum
memadat
Hasil
2. Sifat Emulsi Sabun

Sabun Padat
• Ditimbang 0,1 – 0,2 gram
• Dilarutkan dengan 6-8 mL
Larutan Sabun

Tabung 1
• Ditambahkan 3 mL aquades
• Ditambahkan 5 tetes minyak
• Ditambahkan 2 mL larutan sabun
• Dikocok kuat-kuat
Emulsi

• Didiamkan
• Diamati pemisahan yang terjadi
• Dicatat waktu yang diperlukan untuk pemisahan

Waktu pemisahan

Tabung 2
• Ditambahkan 3 mL aquades
• Ditambahkan 5 tetes minyak
• Dikocok kuat-kuat

Emulsi
• Didiamkan
• Diamati pemisahan yang terjadi
• Dicatat waktu yang diperlukan untuk pemisahan

Waktu pemisahan
3. Bilangan Asam

Minyak / Lemak

• Ditimbang 5-10 gram


• Dimasukkan kedalam labu erlenmeyer
• Ditimbang 25 mL etanol
• Ditambahkan 5 tetes indikaotr fenolftalein (pp)
• Dititrasi dengan larutan standar KOH 0,1 N

Hasil

• Diulang sebanyak 3 kali (triplo)


• Dihitung hasilnya

Hasil bilangan asam

Rumus bilangan Asam :

𝑉 𝑋 𝑁 𝑋 𝑀𝑟 𝐾𝑂𝐻
Bilangan asam = 𝑊

Reaksi :

• KOH (aq) + C17H33COOH (aq) → C17H33COOk (aq) + H2O (l)


• Hln (aq) + H2O (aq) → H3O+(aq) + ln –(aq)
G. HASIL PEMGAMATAN
No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah

1. Pembuatan Sabun NaOH dilarutkan


ke dalam air

NaOH • NaOH padat • NaOH + menghasilkan


berwarna putih aquades panas, termasuk
2. Ditimbang sebanyak 1,4 gram
ditimbang 1,4 menjadi larutan reaksi eksoterm
3. Dilarutkan ke dalam 3,3 mL air
gram tidak berwarna
di dalam gelas beaker.
• Aquades 3,3
Larutan Panas NaOH mL tidak
berwarna
1. Ditunggu hingga dingin

Larutan NaOH
• Minyak sawit
Asam Stearat + asam stearat
Terbentuk sabun
7. Ditimbang sebanyak 1 gram • Minyak sawit = larutan
8. Ditimbang 10 gram minyak sawit 10 gram berwarna padat
9. Masukkan minyak sawit ke dalam berwarna kuning
gelas beaker kuning • Asam stearat +
10. Masukkan asam stearate ke dalam • Asam stearat 1 minyak sawit
gelas beaker gram berwarna dipanaskan =
11. Dipanaskan campuran tersebut putih larutan
hingga suhu 70°C • Alkohol 12 berwarna
Asam Stearat Mencair gram tidak kuning
berwarna • Minyak
1. Dibiarkan sampai suhu campuran
• Gliserin 4 sawit+ asam
menjadi 50°C stearate +
gram tidak
2. Dimasukkan larutan NaOH NaOH =
berwarna
3. Diaduk secara terus menerus
• Minyak zaitun larutan keruh
4. Ditambahkan 12 gram alkohol berwarna
1 mL tidak
5. Ditambahkan 4 gram gliserin kuning
berwarna
6. Dipanaskan sambil terus diaduk
• Pewarna • Minyak sawit+
Larutan Jernih makanan 3 asam stearate
12. Ditambahkan 1 mL minyak zaitun tetes berwarna +NaOH +
13. Ditambahkan bibit parfum dan merah alcohol =
pewarna sebanyak 3 tetes • Bibit parfum 3 larutan kental
14. Dituang ke cetakan sebelum tetes berwarna berwarna
memadat kuning-- kuning
• Minyak sawit+
Sabun asam stearate
+NaOH +
alcohol +
gliserin =
larutan kental
berwarna
kuning
• Dipanaskan
sambil diaduk
dan menjadi
berwarna
kuning jernih
• Ditambah
minyak zaitun,
bibit parfum,
dan pewarna
makanan
menjadi
berwarna
merah jernih
• Dituang
kecetakan =
sabun memadat
Pada tabung II
2. Sifat Emulsi Sabun • Sabun padat waktu pemisahan 2
Sabun Padat berwarna fasa lebih cepat
merah daripada tabung I.
1. Ditimbang 0,1 – 0,2 gram
2. Dilarutkan dengan 6 - 8 mL air ditimbang 0,21 dikarenakan pada
panas
gram tabung I
Larutan Sabun ditambahkan
dengan larutan
• Aquades tidak • Sabun padat + sabun yang
Tabung I air panas =
berwarna memiliki sifat
larutan
1. Dimasukkan 3 mL aquades
2. Ditambahkan 5 tetes minyak • Minyak berwarna emulsi untuk
merah muda
3. Ditambahkan 25 mL larutan sabun berwarna menunda
4. Dikocok kuat - kuat
kuning • Aquades + pemisahan antara
Emulsi minyak sawit +
• Larutan sabun larutan sabun =
air dan minyak.
5. Didiamkan dan diamati pemisahan berwarna berwarna
yang terjadi merah muda
6. Dicatat waktu yang dibutuhkan merah muda dan terbentuk
dua lapisan
Waktu Pemisahan dalam waktu 6
menit
Tabung II

3. Dimasukkan 3 mL aquades
• Aquades tidak • Aquades +
4. Ditambahkan 5 tetes minyak
5. Dikocok kuat - kuat berwarna minyak sawit +

Emulsi • Minyak = larutan tidak


berwarna berwarna dan
1. Didiamkan dan diamati
pemisahan yang terjadi kuning terbentuk dua
2. Dicatat waktu yang dibutuhkan lapisan dalam
Waktu Pemisahan waktu 12 detik
• Minyak/lemak • Minyak + Rumus bilangan
3. Bilangan Asam Bilangan Asam
berwarna etanol +
asam :
Minyak/Lemak kuning indicator yang 1. 0,559
• Etanol tidak awalnya tidak 𝑣 𝑥 𝑁 𝑥 𝑀𝑟𝐾𝑂𝐻 2. 0,553
3. Ditimbang 5 – 10 gram berwarna berwarna, 𝑊 3. 0,559
4. Dimasukkan ke dalam labu • Indicator tidak setelah dititrasi
Erlenmeyer berwarna dengan larutan
5. Ditambahkan 25 mL etanol Reaksi : Rata – rata : 0,557
• KOH tidak standar KOH
6. Ditambahkan 5 tetes indikator berwarna berubah warna
fenolftalein (PP) KOH(aq) +
• Berat minya 1 menjadi merah C17H33COOH(aq) →
7. Dititrasi dengan larutan standar muda (soft
= 10,006 gram C17H33COOK(aq) +
KOH 0,1 N pink)
• Berat minyak 2 H2O(l)
Hasil = 10,117 gram
• Berat minyak 3 • Volume KOH
1. Diulang sebanyak 3 kali (triplo) = 10,006 gram V1 = 1 mL HIn(aq) + H2O(aq) →
2. Dihitung hasilnya V2 = 1 mL H3O+(aq) + In+(aq)
V3 = 1 mL
Hasil Bilangan Asam
• Bilangan Asam
1. 0,559
2. 0,553
3. 0,559
H. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Telah dilakukan praktikum dengan judul percobaan Lemak dan
Pembuatan Sabun yang dilakukan pada hari Senin, 09 Oktober 2023 pukul
10.30-16.30. Tujuan dari praktikum ini adalah dapat Membuat langkah
kerja pembuatan sabun meramalkan reaksi pembuatan sabun, menjelaskan
produk sabun yang dibuat menggunakan basa NaOH, Membuat emulsi
sabun, menjelaskan tentang proses pembentukan emulsi air sabun dengan
minyak, menentukan kualitas minyak berdasarkan bilangan asam. Dalam
praktikum ini dilakukan tiga percobaan, yaitu

1. Pembuatan Sabun
Langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan sabun adalah
dengan mengencerkan NaOH. Siapkan NaOH dan timbang sebanyak
1,4 gram, kemudian dilarutkan ke dalam 3,3 mL aquades di dalam
tabung reaksi dan dipanaskan hingga menjadi larutan panas NaOH.
Setelah larut, tunggu hingga larutan NaOH dingin. Langkah berikutnya
adalah dengan menimbang asam stearat sebanyak 1 gram dan minyak
kelapa sawit sebanyak 10 gram. Kemudian masukkan asam stearat
bersama minyak sawit kedalam gelas beaker. Penampabahan asam
stearate ini berfungsi untuk mengeraskan dan menstabilkan busa pada
sabun. Campuran tersebut kemudian dipanaskan hingga mencapai suhu
70°C. Akan tetapi pemanasan dengan suhu yang terlalu panas akan
mengoksidasi minyak yang mengakibatkan perubahan warna menjadi
cokelat. Hal tersebut behubungan erat dengan bilangan peroksida. Yaitu
nilai penentu derajat kerusakan pada minyak atau lemak yang
diakibatkan oleh autooksidasi. Selanjutnya campuran didinginkan
hingga suhunya turun menjadi 50°C. Setelah dingin, ditambahkan
larutan NaOH yang sudah disiapkan sebelumnya ke dalam campuran.
Penambahan NaOH berfungsi untuk menghidrolisis ester sehingga
didapatkan garam natrium yang diinginkan dan juga alkohol. Reaksi ini
akan menghasilkan sabun padat merupakan alasan mengapa digunakan
NaOH. Karena jika basa KOH yang digunakan, maka yang dihasilkan
merupakan sabun cair. Campuran ini menjadi larutan encer yang
kemudian ditambahkan 12 gram alkohol serta 4 gram gliserin. Sehingga
menghasilkan larutan kental yang menggumpal. Penambahan alkohol
disini berfungsi sebagai pelarut karena sifatnya yang dapat larut dalam
air dan lemak. Alkohol atau etanol ini berfungsi untuk melarutkan
minyak karena minyak tidak larut dalam air. Alhokol atau etanol
memiliki tingkat molaritas dibawah air. Karena minyak non polar,
ketika diinteraksikan, antara minyak dan air memiliki perbedaan
polaritas yang jauh. Maka dari itulah diinteraksikan dengan alkohol atau
etanol. Sedangkan penambahan gliserin berfungsi sebagai pelembab.
Gliserin atau gliserol sendiri merupakan senyawa gliserida yang paling
sederhana, dengan hidroksil yang bersifat hidrofilik dan higroskopik.
Selanjutnya campuran ini dipanaskan kembali dengan diaduk hingga
larutan mencair. Kemudian ditambahkan dengan 1 mL minyak zaitun.
Minyak zaitun ini berguna untuk melembabkan. Tambahkan juga 3 tetes
bibit parfum dan 3 tetes pewarna bersamaan saat penambahan minyak
zaitun. Bibit parfum disini berfungsi untuk memberikan aroma harum
pada sabun nantinya. Kemudian aduk dengan rata dan tuangkan ke
dalam cetakan sebelum memadat. Reaksi pada percobaan ini adalah
sebagi berikut :

Pada reaksi tersebut, yang berperan sebagai sabun dan memiliki sifat
sabun adalah RCOONa karena memiliki gugud hidofilik dan hidrofobik.
Molekul sabun tersusun atas 2 bagian, yakni gugus polar
(-COO-Na+) dan gugus non-polar (bagian R-hidrokarbon). Gugus polar
disebut kepala dan gugus non-polar disebut ekor. Dengan demikian,
molekul sabun memiliki kepala polar dan ekor hidrokarbon non polar.
Kepala polar bersifat hidrofilik (mencintai air) dan ekor non polar
bersifat hidrofobik (penolak air) di alam. Sifat dari sabun sendiri harus
memiliki gugus hidrofob dan gugus hidrofil.

2. Sifat Emulsi Sabun


Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui sifat emulsi sabun yang
dihasilkan pada percobaan pertama. Sabun yang diuji adalah sabun
berbahan dasar minyak sawit yang telah dibuat tadi. Percobaan emulsi
ini dilakukan dengan membandingkan waktu yang diperlukan untuk
mengocok sabun dengan minyak dan air hingga terpisah. Semakin lama
waktu yang dibutuhkan sabun untuk memisah, maka semakin kuat sifat
emulsinya.
Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan melarutkan 0,1 –
0,2 gram sabun yang telah dibuat pada percobaan satu tadi dengan 6-8
mL air panas dan membentuk larutan sabun. Langkah berikutnya adalah
menyiapkan dua tabung. Pada tabung pertama (tabung I), ditambahkan
3 mL aquades, 5 tetes minyak, dan 2 mL laruran sabun. Sedangkan pada
tabung ke dua (tabung II) ditambahkan 3 mL aquades, dan 5 tetes
minyak saja tanpa larutan sabun. Setelahnya, baik tabung I dan tabung
II dikocok kuat – kuat. Saat proses pengocokan inilah emulsi terbentuk.
Lalu didiamkan agar terjadi pemisahan lapisan minyak kemudian
diamati. Lama waktu yang dibutuhkan dalam memisahkan lapisan
minyak pada tabung I dicacat dan dibandingkan dengan lama waktu
pemisahan lapisan minyak yang dilakukan tanpa menambahkan 2 mL
larutan sabun (tabung II). Pada tabung I yang terdiri dari air, minyak,
dan larutan sabun memerlukan waktu pemisahan menjadi dua fasa
selama 6 menit. Sedangkan pada tabung II yang hanya terdiri dari air
dan minyak tanpa adanya larutan sabun, hanya memerlukan waktu
pemisahan menjadi dua fasa selama 12 detik. Pada percobaan emulsi
sabun, pada tabung II lebih cepar terjadi pemisahan dua fasa karena
sabun memiliki 2 gugus hidrofilik yang berinteraksi dgn air (COONa
pada sabun) dan hidrofobik (non polar) yang berinteraksi dengan
minyak (yang memiliki gugus panjang). Memiliki kecenderungan untuk
berinteraksi dengan yang polaritasnya sama. Jadi molekul sabun akan
mengelilingi molekul minyak sehingga tidak langsung bertemu dengan
air sehingga tidak langsung berpisah menjadi 2 fasa.

3. Bilangan Asam
Bilangan asam adalah ukuran dari kualitas minyak atau lemak.
Bilangan asam suatu minyak atau lemak merupakan bilangan yang
menyatakan banyaknya milligram KOH yang diperlukan untuk
menetralkan asam lemak bebas dalam 1 gram minyak atau lemak.
Angka asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar
yang berasal dari hidrolisa minyak, ataupun karena proses pengolahan
yang kurang baik. Jika angka asam semakin besar/tinggi, maka kualitas
minyak tersebut semakin rendah.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang sebanyak 10
gram minyak atau lemak yang tadi digunakan pada percobaan satu.
Kemudian dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer dan ditambahkan
dengan 25 mL etanol. Ditambahkan juga 5 tetes indikator fenolftalei
(pp). Penggunaan fenolftalei (pp) ini dikarenakan trayek pH indicator
fenolftalei (pp) adalah 8,3 – 10,0 sedangkan titik penetralan asam basa
adalah 7. Kelebihan basa berikatan dengan indicator fenolftalei (pp) dan
akan menghasilkan warna soft pink nantinya. Selanjutnya campuran
tersebut dititrasi dengan larutan standar KOH 0.1N dan kemudian
dihitung bilangan asam dengan volume KOH titrasi yang digunakan.
Titrasi ini diulangi hingga tiga kali (triplo) agar mendapatkan bilangan
asam rata-rata. Pada titrasi pertama diperoleh volume KOH sebesar 1
mL; pada titrasi kedua diperoleh volume KOH sebesar 1 mL; dan pada
titrasi ketiga diperoleh volume KOH sebesar 1 mL. Setelah volume
KOH didapatkan, bilangan asam dapat dihitung dengan mengunakan
rumus :
𝑉 𝑋 𝑁 𝑋 𝑀𝑟𝐾𝑂𝐻
𝑊
Setelah dihitung menggunakan rumus diatas, diperolehlah bilangan
asam pada percobaan pertama sebesar 0,559. Bilangan asam pada
percobaan ke dua sebesar 0,553. Dan bilangan asam pada percobaan ke
tiga sebesar 0,559. Didapatkan pula rata – rata bilangan asam sebesar
0,557.
Reaksi pada percobaan bilangan asam :

KOH(aq) + C17H33COOH(aq) → C17H33COOK(aq) + H2O(l)


HIn(aq) + H2O(aq) → H3O+(aq) + In+(aq)
I. KESIMPULAN

Dari Praktikum dengan judul “Lemak dan Pembuatan Sabun” yang


telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Hasil sabun dari minyak kelapa sawit berwarna merah dan


bertekstur keras, karena menggunakan NaOH sebagai alkali.
2. Air + minyak + sabun lebih sulit memisah daripada air + minyak
karena sabun memiliki sifat emulsi.
3. Rata – rata bilangan asam minyak sawit yaitu 0,557
J. DAFTAR PUSTAKA

Austin, G. T. (1984). Shereve's Chemical Process Industries . Singapura: McGra-


Hill Book Co.

Baiquni, M. I. (2019). PEMANFAATAN MINYAK JELANTAH DENGAN


METODE PEMURNIAN MENGGUNAKAN KARBON AKTIF 5 %
DAN 7,5 % SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SABUN MANDI CAIR.
Skripsi.

Febriyana, A. H. (2021). Laporan Praktikum Lemak dan Pembuatan Sabun. Jurnal


Penelitian.

Fessenden, R. J. (1990). Kimia Organik 3rd Edition. Jakarta: Erlangga.

MARIA, V. W. (2013). Laporan Praktikum Kimia Organik II Pembuatan Sabun.


Jurnal Penelitian.

Page, D. (1989). Prinsip - Prinsip Biokimia. Jakarta: Erlangga.

RAHMA, I. D. (2012). PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN DARI MINYAK


KELAPA MURNI (VIGIN COCONUT OIL). Jurnal Penelitian Tugas
Akhir, 8.

Yulianti, P. (2017). LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II


PEMBUATAN SABUN. Jurnal Penelitian, 3.
K. LAMPIRAN

1. Jawaban Pertanyaan

1) Bagaimana cara membuat sabun keras dan lunak (dalam bentuk alur
kerja/diagram alir)?
• Sabun Keras

Asam Stearat
11. Ditimbang sebanyak 1 gram
12. Ditimbang 10 gram minyak sawit
13. Minyak sawit dimasukkan ke dalam gelas beaker
14. Dimasukkan asam stearate bersama minyak sawit
15. Dipanaskan campuran tersebut hingga suhu 70°C

Asam Stearat mencair


5. Dibiarkan sampai suhu campuran menjadi 50°C
6. Dimasukkan larutan NaOH
7. Diaduk secara terus menerus
8. Ditambahkan 12 gram alkohol
9. Ditambahkan 4 gram gliserin
10. Dipanaskan sambil terus di aduk
Larutan Jernih
1. Ditambahkan 1 mL minyak zaitun
2. Ditambahkan 3 tetes bibit parfum
3. Ditambahkan 3 tetes pewarna makanan
4. Dituangkan larutan tersebut ke dalam cetakan sebelum
memadat
Sabun Keras
• Sabun Lunak

Asam Stearat
1. Ditimbang sebanyak 1 gram
2. Ditimbang 10 gram minyak sawit
3. Minyak sawit dimasukkan ke dalam gelas beaker
4. Dimasukkan asam stearate bersama minyak sawit
5. Dipanaskan campuran tersebut hingga suhu 70°C

Asam Stearat mencair


6. Dibiarkan sampai suhu campuran menjadi 50°C
7. Dimasukkan larutan KOH
8. Diaduk secara terus menerus
9. Ditambahkan 12 gram alkohol
10. Ditambahkan 4 gram gliserin
11. Dipanaskan sambil terus di aduk
Larutan Jernih
12. Ditambahkan 1 mL minyak zaitun
13. Ditambahkan 3 tetes bibit parfum
14. Ditambahkan 3 tetes pewarna makanan
15. Dituangkan larutan tersebut ke dalam cetakan sebelum
memadat
Sabun Lunak
2) Tuliskan secara lengkap reaksi pembuatan sabun?
3) Bagaimana alur untuk membuat emulsi sabun?

Sabun Padat
1. Ditimbang 0,1 – 0,2 gram
2. Dilarutkan dengan 6 – 8 mL air panas
Larutan Sabun

Tabung I
4. Ditambahkan 3 mL aquades
5. Ditambahkan 5 tetes minyak
6. Ditambahkan 2 mL larutan sabun
7. Dikocok kuat-kuat
Emulsi
1. Didiamkan
2. Diamati pemisahan yang terjadi
3. Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk pemisahan
Waktu Pemisahan

Tabung II
1. Ditambahkan 3 mL aquades
2. Ditambahkan 5 tetes minyak
3. Dikocok kuat-kuat
Emulsi
4. Didiamkan
5. Diamati pemisahan yang terjadi
6. Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk pemisahan
Waktu Pemisahan
4) Jelaskan bagaimana proses terjadinya emulsi sabun?
Jawab :
Sabun didalam air akan menghasilkan busa yang menurunkan
tegangan permukaan. Molekul sabun akan mengelilingi kotoran
dengan ekornya serta mengikat molekul kotoran. Proses ini disebut
juga emulsifikasi, karena antara molekul kotoran dan molekul sabun
membentuk suatu emulsi. Sedangkan pada bagian kepala molekul
sabun didalam air pada saat pembilasan menarik molekul kotoran
keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih.

5) Jelaskan perbedaan produk sabun antara sabun dengan menggunakan alkali


NaOH dengan KOH?
Jawab :
Sabun yang dihasilkan dari alkali NaOH adalah sabun berbentuk
padat. Sedangkan jika menggunakan alkali KOH maka akan
menghasilkan sabun cair
2. Perhitungan

V1 = 1 mL
V2 = 1 mL
V3 = 1 mL

N KOH = 0,1 N
Mr KOH = 56

W1 = 10,006 gram
W2 = 10,117 gram
W3 = 10,006 gram

V1 x N x MrKOH
Bil. Asam 1 =
𝑊
1 x 0,1 x 56
=
10,006
= 0,559

V1 x N x MrKOH
Bil. Asam 2 =
𝑊
1 x 0,1 x 56
=
10,117
= 0,553

V1 x N x MrKOH
Bil. Asam 3 =
𝑊
1 x 0,1 x 56
=
10,006
= 0,559

0,559+0,553+0,559
Rata – rata = = 0,557
3
Reaksi :
3. DOKUMENTASI

No. Foto Keterangan


1. DItimbang NaOH
sebanyak 1, 4 gram

2, NaOH dilarutkan dalam


air

3.
Asam stearate ditimbang
sebanyak 1 gram
4. Minyak ditimbang
sebanyak 10 gram

5. Semua bahan
dimasukkan ke dalam
gelas beaker. Diangkat
saat mulai mengental,

6. Dituang hingga larutan


memadat
7. Padatan sabun sebanyak
0, 2 gram dilarutkan
dengan air panas

8. Larutan sabun

9. Emulsi tabung 1

10. Tabung 1
11. Ditimbang sebanyak 10
gram

12. Minyak dimasukkan ke


dalam labu Erlenmeyer

13. Ditambah 25 mL etanol


14. Ditambah 5 tetes
indicator PP

15. Dititrasi dengan larutan


KOH 0, 1 N

16. Diulangi sebanyak 3 kali.

Anda mungkin juga menyukai