Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sabun adalah salah satu jenis deterjen yang bisa membersihkan kotoran berminyak
dan menjadi bagiandari kelompok yang disebut surfaktan.Sabun yang dimaksud disini adalah
produk campuran garam natrium dengan asam stearat, palmitat, dan oleat yang berisi sedikit
komponen asam miristat dan laurat.Sabun merupakan kosmetik pembersih paling tua, sudah
sejak berabad-abad yang silam.Umumnya masyarakat berpendapat sabun dan deterjen
merupakan hal yang berbeda, bahkan banyakyang mengatakan bahwa sabun adalah lawan
dari deterjen. Berbeda dengan pendapat ahli kimia, sabunatau berbagai macam sediaan
pembersih kulit modern, baik berbentuk batang(bar), cair(liquid), atau bubuk(powder), adalah
deterjen. Sabun dapat menimbulkan iritasi dan alergi pada kulit akibat efek dari sejumlah
daya kerjanya, antara lain :
1. Alkalisasi, yaitu akibat terurainya sabun dalam air sehingga menyebabkan pH sabun
lebih besar dari pH fisiologi kulit yang berkisar 4,5-6,5 sehingga dapat merusak kulit.
Misalnya, pembengkakan keratin yang memudahkan masuknya bakteri dan kulit dapat
menjadi kering dan pecah-pecah.
2. Pembengkakan keratin kulit, yaitu akibat penyerapan surfaktan oleh keratin kulit
karena perbedaan pH yang jauh dari isoelektrik keratin kulit sekitar pH 5. Walaupun hal
ini tidak berbahaya tetapi pembengkakan keratin menyebabkan lapisan stratum corneum
melunak dan bahan-bahan asing seperti bakteri mudah memasukinya.
3. Pengurangan minyak kulit (degreasing), meskipun pembuangan sebagian minyak dan
kotoran adalah tujuan dari pembersihan kulit, namun bila terlalu banyak minyak yang
terbuang maka kulit akan kering.
4. Absorbsi sabun oleh keratin kulit sehingga akan membentuk suatu lapisan tipis pada
sel-sel tanduk tersebut, kemudian menghalangi masuknya bahan-bahan yang diperlukan
oleh kulit, misalnya kosmetik pelembab kulit sehingga kulit menjadi kering dan pecah-
pecah.
5. Iritasi oleh molekul-molekul asam atau ion-ion, misalnya sabun yang terbuat dari
minyak kelapa(mengandung C12) lebih iritatif dari sabun yang terbuat dari lemak hewan
(mengandung C14). Asamoleat lebih iritatif dibanding asam stearat.

1
6. Pengendapan sabun kalsium, garam kalsium dan magnesium dari asam lemah tinggi
tidak larut dalamair. Penggunaan sabun demikian dapat menyebabkan pembentukan
endapan berlendir di permukaan kulit.

B. Rumusan Hipotesis
1. Bagaimana reaksi kimia pada proses pembuatan sabun padat?
2. Bahan apa saja yang digunakan dalam pembuatan sabun padat ini?
3. Bagaimana proses pembuatan sabun padat?
4. Apa keunggulan sabun padat dibanding jenis sabun lain?

2
BAB II

STUDI PUSTAKA

Sejarah Sabun

Pliny (23 – 79) menyebut sabun dalam Historia Naturalis, sebagai bahan cat rambut
dan salep dari lemak dan abu pohon beech yang dipakai masyarakat di Gaul, Prancis. Tahun
100 masyarakat Gaul sudah memakai sabun keras.Ia juga menyebut pabrik sabun di Pompei
yang berusia 2000 tahun, yang belum tergali. Di masa itu sabun lebih sebagai obat. Baru
belakangan ia dipakai sebagai pembersih, seperti kata Galen, ilmuwan Yunani, di abad
II.Tahun 700-an di Italia membuat sabun mulai dianggap sebagai seni. Seabad kemudian
muncul bangsa Spanyol sebagai pembuat sabun terkemuka di Eropa. Sedangkan Inggris baru
memproduksi tahun 1200-an. Secara berbarengan Marseille, Genoa, Venice, dan Savona
menjadi pusat perdagangan karena berlimpahnya minyak zaitun setempat serta deposit soda
mentah. Akhir tahun 1700-an Nicolas Leblanc, kimiawan Prancis, menemukan, larutan alkali
dapat dibuat dari garam meja biasa. Sabun pun makin mudah dibuat, alhasil ia terjangkau
bagi semua orang. Di Amerika Utara industri sabun lahir tahun 1800-an. "Pengusaha-"nya
mengumpulkan sisa-sisa lemak yang lalu dimasak dalam panci besi besar.Selanjutnya,
adonan dituang dalam cetakan kayu.Setelah mengeras, sabun dipotong-potong, dan dijualdari
rumah ke rumah.Begitupun, baru abad XIX sabun menjadi barang biasa, bukan lagi barang
mewah (Baysinger, 2004).
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida
dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan gliserol.Masing–
masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang
antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan
lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadi sabun melalui proses saponifikasi
dengan larutan natrium hidroksida membebaskan gliserol (Baysinger, 2004).
            Sifat – sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi
darikomponen asam – asam lemak yang digunakan.Komposisi asam – asam lemak yang
sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Pada
umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya karena
dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon
membentuk sabun yang sangat sukar larut dan sulit menimbulkan busa.Terlalu besar bagian
asam – asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudahteroksidasi bila terkena udara.

3
Alasan – alasan di atas, faktor ekonomis, dan daya jual menyebabkan lemak dan minyak yang
dapat dibuat menjadi sabun terbatas.
Sabun adalah hasil reaksi dari asam lemak dengan logam alkali.Hasilpenyabunan
tersebut diperoleh suatu campuran sabun, gliserol, dan sisa alkali atau asam lemak yang
berasal dari lemak yang telah terhidrolisa oleh alkali. Campuran tersebut berupa masa yang
kental, masa tersebut dapat dipisahkan dari sabun dengan cara penggaraman, bila sabunnya
adalah sabun natrium, proses pengggaraman dapat dilakukan dengan menambahkan larutan
garam NaCl jenuh. Setelah penggaraman larutan sabun naik ke permukaan larutan garam
NaCl, sehingga dapat dipisahkan dari gliserol dan larutan garam dengan cara menyaring dari
larutan garam. Masa sabun yang kental tersebut dicuci dengan air dingin untuk menetralkan
alkali berlebih atau memisahkan garam NaCl yang masih tercampur. Sabun kental kemudian
dicetak menjadi sabun tangan atau kepingan dan kepingan. Gliserol dapat dipisahkan dari sisa
larutan garam NaCl dengan jalan destilasi vakum.Garam NaCl dapat diperoleh kembali
dengan jalan pengkistralan dan dapat digunakan lagi (Ralph J. Fessenden, 1992).
Penetapan Sabun terdapat 2 macam, yaitu cara kualitatif dan cara kuantitatif.

a.     Penetapan Kualitatif


Penetapan secara kualitatif dilakukan untuk mengetahui apakah sabun mengandung alkali
bebas atau asam lemak bebas.
Cara penetapan :
 Contoh sabun diparut/ dipotong halus.
 Timbang sabun sebanyak 0,1 gram sabun, masukkan kedalam tabung rekasi yang
bersih dan kering.
 Larutkan sabun dengan 2 ml Alkohol netral (bila perlu dipanaskan diatas penangas
air).
 Kemudian dibubuhi 1-2 tetes indicator PP.

b.     Penetapan Kuantitatif


Penetapan kuantitatif dilakukan dengan cara mengamati hasil dari uji kualitatif
 Jika setelah dibubuhi indicator PP larutan sabun tidak berwarna merah berarti sabun
mengandung asam lemak bebas atau netral.
 Apabila sabun berwarna merah berarti sabun mengandung alkali bebas

4
Analisis sabun secara kuantitatif meliputi pemeriksaan :
1.         Alkali bebas
2.         Asam lemak bebas
3.         Alkali total
4.         Alkali terikat
5.         Asam lemak total
6.         Asam lemak terikat
7.         Lemak netral yang tidak tersabunkan
8.         Zat pemberat/ pengisi
9.         Logam minyak/ Minyak Pelikan
10.     Kadar air

Pengertian Sabun
Sabun merupakan senyawa kimia yang dihasikan dari reaksi lemak atau minyak
dengan alkali. Sabun juga merupakan garam-garam monovalen dari asam karboksilat dengan
rumus umunya RCOOM, R adalah rantai lurus  (alifatis) panjang dengan jumlah atom C
bervariasi, yaitu antara C12 – C18 dan M adalah kation dari kelompok alkali atau ion
amonium (Austin, 1984).
Sabun adalah garam logam dari asam lemak.
 Pada prinsipnya sabun dibuat dengan cara mereaksikan asam lemak dan alkali
sehingga terjadi reaksi penyabunan.
 Reaksi pertama :
Lemak + NaOH       Hidrolisa mendidih          Gliserol + Asam lemak
 Reaksi kedua :
3RCOOH + NaOH        Penyabunan        RCOONa + H2O
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ujung ion.
Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat non-polar,
sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai
hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air.
Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles), yakni
segerombol (50-150) molekul sabun yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan
ujung-ujung ionnya menghadap ke air (Austin, 1984).
            Kegunaan sabun ialah kemempuannya mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat
dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat sabun. Pertama, rantai

5
hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat-zat non-polar, seperti tetesan-tetesan
minyak. Kedua, ujung anion molekul sabun, yang tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion
molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena tolak-menolak
antara tetes-tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung tetapi tetap
tersuspensi (Austin, 1984).
            Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut surfaktan, yakni senyawa
yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Molekul surfaktan apa saja mengandung
suatu ujung hidrofobik (satu rantai molekul atau lebih) dan suatu ujung hidrofilik. Porsi
hidrokarbon suatu molekul surfaktan harus mengandung 12 atom karbon atau lebih agar
efektif (Austin, 1984).
            Larutan encer sabun selalu terionkan membentuk anion dari alkil karboksilat, yang
aktif sebagai pencuci sehingga sabun alkil natrium karboksilat disebut azt aktif anion. Gugus
RCOO mempunyai sifat ganda, gugus alkil R bersifat hidrofob (menolak air) sedangkan
gugus karboksilat – COO   bersifat hidrofil (Harold. 1982).
     RCOONa                  RCOO-     +     Na+
            Larutan sabun selalu trhidrolisa di dalam air sehingga bersifat sedikit alkalis. Dengan
penambahan indikator PP(fenolftalein) selalu berwarna merah muda. Sehingga dalam waktu
bersamaan akan terdapat molekul-moleku RCOONa, RCOOH dan ion-ion RCOO  , OH   dan
Na+.
RCOONa                 RCOOH     +     Na+
Sabun dan asam lemak dapat membentuk  :
X  RCOOH    +    Y  RCOONa               (RCOOH)X (RCOONa)Y
            Suhu titer sabun adalah suhu dimana larutan koloid sabun berubah menjadi kasar dan
tidak aktif lagi. Sedangkan titik keruh adalah suhu dimana larutan koloid sabun menjadi
keruh karena terbentuknya dispersi kasar dan larutan sabun menjadi kental sehingga dapat
dipilin. Titik keruh disebut juga suhu pilin. Suhu titer dan titik keruh tidak jauh berbeda dan
merupakan indikasi dimana larutan sabun tidak aktif lagi. Maka untuk penggunaan sebagai
detergen, larutan sabun dipanaskan sampai mendekati suhu titer (Harold. 1982).
            Sabun larut dalam alkohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak. Sabun secara
koloidal di dalam air dan bersifat sebagi zat aktif permukaan. R – COOL . Gugus  R sebagi
alkil bersifat menolak air (hidrofob) dan gugus – COOL bersifat menarik air (hidrofil) bila L
berupa kation dari Na, K atau NH4. Larutan koloidal akan terbentuk dengan cepat pada suhu
makin tinggi (Harold. 1982).

6
            Larutan asam akan segera menghidrolisa sabun menjadi asam lemak kembali. Di
dalam air dingin berbentuk gumpalan dan di dalam air panas akan melelh dan membentuk
lapisan minyak yang jernih di prmukaan larutan asam.
R – COONa     +     HCl        H+       R – COOH      +     NaCl
Sifat-sifat Sabun
a. Sabun larut dalam alcohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak
Sabun + air →  larutan koloid
b. Dalam air terlarut secara kolodial dan bersifat surfaktan yang terdiri dari molekul yang
suka air (hidrofil) dan tidak suka air (hidrofob)
c. Dalam air sadah (mengandung Ca dan Mg berlebih) mengendap sebagai sabun kalsium/
natrium.
d. Dalam asam, sabun akan terhidrolisa menjadi asam lemak kembali.
RCOONa + HCl  →  RCOOH + NaCl
e. Larutan encer sabun terionkan membentuk anion dari alkil karboksilat, yang aktif sebagai
pencuci (ZAP).
f. Hidrolisa dalam air bersifat alkali dan terbentuk molekul RCOONa, RCOOH, dan ion-ion
RCOO-, OH-, dan Na+
g. Panjang rantai alkil akan mempengaruhi sifat fisik sabun seperti derajat hidrolisa, suhu
titer, dan titik keruh. Untuk sabun jumlah C-nya 14,15, dan 17

7
BAB III

TUJUAN

A. Tujuan
 Untuk mempelajari sifat – sifat dan reaksi penyabunan.
 Membuat dan memahami reaksi penyabunan pada proses pembuatan sabun.
 Menjelaskan beberapa sifat sabun berdasarkan percobaan yang dilakukan.

8
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Tanggal : Jl. suluh

Tempat : 20 April 2018

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis eksperimen yaitu mengadakan kegiatan percobaan


untuk melihat suatu hasil yang menegaskan kedudukan hubungan kausal antara variable-
variabel yang diselidiki (Surakhmad, 1982). Sedangkan tehnik pengambilan datanya
dengan cara percobaan langsung, selain juga mendapat data dari sumber sumber yang
dianggap relevan terhadap penelitian yang dilakukan.

C. Prosedur Pembuatan Sabun Mandi


a. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1) Minyak kelapa 350 gram
2) Minyak zaitun 100 gram
3) Natrium Hidroksida (NaOH) 65 gram
4) Air 145 gram
5) Parfum secukupnya

Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah:


1) Sebuah masker sederhana
2) Sepasang sarung tangan karet
3) Botol plastic (tempat air)
4) Neraca/ timbangan
5) Spatula/sendok
6) Beaker glass 1000 ml
7) Blender / pengaduk elektrik
8) Cetakan sabun

9
b. Prosedur Pembuatan Sabun Cold Proses
1. Campur NaOH dengan air pada wadah 1, aduk hingga tercampur rata.
2. Campur minyak kelapa dengan minyak zaitun pada wadah 2, aduk hingga
tercampur rata.
3. Tuang campuran NaOH dengan air kedalam wadah 2 secara perlahan-lahan.
4. Aduk kurang lebih 30 menit dengan kecepatan 500rpm -1500rpm, hingga
campuran menjadi kental.
5. Tambahkan parfum dan pewarna, aduk kembali sampai tercampur rata.
6. Tuang kedalam cetakan, diamkan selama 3 jam, dan sabun akan mengeras.
7. Lepas dari cetakan dan diamkan selama 2 minggu, karena proses saponifikasi
akan sempurna dalam waktu 2 minggu.
8. Sabun siap digunakan.

c. Prosedur Pembuatan Sabun Semi Hot Proses


1. Campur NaOH dengan air pada wadah 1, aduk hingga tercampur rata.
2. Campur minyak kelapa dan minyak zaitun panaskan pada suhu 57˚ hingga 70˚
(menyamai suhu campuran NaOH dengan air yang panas karena terjadi reaksi
eksoterm).
3. Tuang campuran NaOH dengan air kedalam campuran minyak (dalam keadaan
panas).
4. Aduk kurang lebih 30 menit dengan kecepatan 500rpm - 1500rpm, hingga
campuran menjadi kental.
5. Akan terjadi 2 lapisan, pisahkan antara lapisan atas dengan lapisan bawah.
6. Ambil lapisan bawah, tambahkan parfum dan pewarna, aduk kembali sampai
tercampur rata.
7. Tuang kedalam cetakan, diamkan selama 12 jam, sabun akan mengeras.
8. Lepas dari cetakan dan diamkan selama 5 hari supaya proses saponifikasi
sempurna.
9. Sabun siap digunakan.

10
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

No Bahan Reaksi Hasil Pengamatan

1. Minyak Kelapa + (C15H31COOH)3 C3H5 + 3  Dari percobaan


NaOH NaOH minyak kelapa +
NaOH menghasilkan
3 C15H31COOH Na + C3H8O3 warna kuning pucat
yang diperoleh dari
ektraksi daging buah
setelah dimasak dan
campurannya juga
menjadi padat,
teksturnya lembut.
 Fungsi dari
minyaknya untuk
memadatkan sabun
dan memperbanyak
busa
2. Minyak Kelapa Sawit (C17H33COO)3 C3H5+3 NaOH  Dari percobaan
+ NaOH minyak kelapa sawit +
3 C17H33COONa + C3H8O3 NaOH menghasilkan
sabun yang berbentuk
padatan, teksturnya
halus dan juga
menghasilkan busa.
3 Minyak Zaitun + (C17H32COOH)3 C3H5 + 3  Dari percobaan
NaOH NaOH minyak zaitun +
NaOH menghasilkan
3 C17H32COOH Na + C3H8O3 warna yang
kekuningan, sabun
yang berbentuk
padatan dan memiliki
wangi yang khas.

B. Pembahasan Penelitian

Apabila lemak ditambah dengan NaOH dan garam maka akan menghasilkan zat padat
(sabun) setelah dipanaskan dan apabila zat padat itu dilarutkan dalam air maka akan
menghasilkan buih/busa. Hal ini disebabkan karena lemak dapat dihidrolisa dengan

11
dipanaskan pada temperatur dan tekanan yang tinggi. Hidrolisa ini dilakukan dengan adanya
penambahan basa kuat yaitu NaOH. Sehingga dihasilkan sabun yang terdiri dari gliserol dan
garam. Sabun ini dapat larut dalam air sehingga dapat menghasilkan buih.

Molekul sabun berbentuk rantai panjang dan satu gugus ionik yang besifat sangat polar. Pada
seluruh rantai panjangnya, strukturnya tepat sama denganmolekul minyak sehingga memiliki
keakraban dengan molekul minyak (bersifathidrofilik). Sementara pada bagian kepala, ada
sepasang atom yang bermuatan listrik yang hanya senang bergabung dengan molekul air
(bersifat hidrofobik).Kepala inilahyang membuat seluruh molekul sabun menyatu dengan
air.Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal.Sabun sendiri tidak
pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara
senyawa alkali dan lemak/minyak. Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan
baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak
dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk
menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan
pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida,
natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna. Sabun dibuat dengan cara
mencampurkan larutan NaOH / KOH dengan minyak atau lemak. Melalui reaksi kimia,
NaOH / KOH mengubah Minyak / Lemak menjadi Sabun. Proses ini disebut Saponifikasi.
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalahreaksi
trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dangliserin. Reaksi
penyabunan dapat ditulis sebagai berikut:
C3H5(OOCR)3+ 3 NaOH → C3H5(OH)3+ 3 NaOOCR 
 Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan
gliserin sebagai produk samping.Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai
jual.Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat
molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun
memiliki kelarutan yang tinggi dalam air ,tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih
kecil, melainkan larut dalam bentuk ion. Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud,
sabun cair dan sabun padat.Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang
digunakan dalam reaksi pembuatan sabun.Sabun padat menggunakan natrium
hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida
(KOH) sebagai alkali.Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud

12
sabun yangdihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada
minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun.
Lemak direaksi dengan alkali untuk menghasilkan sabun dan gliserin. Persamaan reaksi
darisaponifikasi adalah: C3H3(O2CR)3 + NaOH à 3RCOONa + C3H5(OH)3.
Lemak minyak Alkali Sabun GliserinSaponifikasi merupakan reaksi ekstern yang
menghasilkan padan sekitar 65kalori per kilogram minyak yang disaponifikasi.pada rumus
kimia diatas, R dapat berupa rantai yang sama maupun berbeda-beda dan biasanya
dinyatakan dengan R1,R2, R3. Rantai R dapat berasal dari laurat, palmitat, stearat, atau asam
lainnya yangsecara umum di dalam minyak disebut sebagai eter gliserida.Struktur
gliseridatergantung pada komposisi minyak. Perbandingan dalam pencampuran
minyak dengan beberapa gliserida ditentukan oleh kadar asam lemak pada lemak atau
minyak tersebut. Reaksi saponifikasi dihasilkan dari pendidihan lemak dengan alkali
denganmenggunakan steam terbuka. Hidrolisa Lemak dan Penetralan dengan
AlkaliPembuatan sabun melalui reaksi hidrolisa lemak tidak langsung menghasilkan
sabun.Minyak atau lemak diubah terlebih dahulu menjadi asam lemak melalui prosesSplitting
(hidrolisis) dengan menggunakan air, selanjutnya asam lemak yangdihasilkan dari reaksi
hidrolisis tersebut akan dinetralkan dengan alkali sehingga akandihasilkan sabun. Hidrolisa
ini merupakan kelanjutan dari proses saponifikasi.
Secarakimia reaksi pembuatan sabunnya adalah :
1). C3H5(O2CR)3 + 3H2Oà 3RCO2H + C3H5(OH)3
2). 3RCOOH + 3NaOHà 3RCOONa + 3H2O

13
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
a. Sabun adalah senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak atau minyak dengan
Alkali yang juga merupakan garam-garam Monofalen dari Asam Karboksilat dengan
rumus umumnya RCOOM.
b. Bahan mentah pembuatan sabun : minyak atau lemak , alkali dan bahan tambahan.
c. Reaksi pembuatan sabun : Saponifikasi , Hidrolisa lemak dan penetralan.
d. Metode pembuatan sabun : Proses pendidihan penuh , Proses semi pendidihan , Proses
dingin , Proses netral.

B. Saran
Dari semua pembahasan diatas dan percobaan yang telah dilakukan untuk hasil yang
maksimal pembuatan sabun dilakukan dengan menggunakan media berbahan plastik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Austin. Gorge T. 1984. Shereve’s Chemical Process Industries. 5th ed. McGra- Hill Book Co:
Singapura.
Baysinger, Grace.Et all. 2004. CRC Handbook Of Chemistry and Physics. 85th ed.
Fessenden, R. J. and Fessenden, J.S. 1990. Kimia Organik 3rd Edition. Penerbit Erlangga : Jakarta.
Hard, Harold. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Erlangga : Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai