Anda di halaman 1dari 19

EAKSI SAPONIFIKASI PADA PROSES PEMBUATAN SABUN

REAKSI SAPONIFIKASI PADA PROSES PEMBUATAN SABUN

Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon, = sabun dan –fy adalah akhiran
yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai membuat sabun sejak 2300 tahun yang lalu
dengan memanaskan campuran lemak hewan dengan abu kayu. Pada abad 16 dan 17 di Eropa sabun
hanya digunakan dalam bidang pengobatan. Barulah menjelang abad 19 penggunaan sabun meluas.

Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus induk lemak
disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C18) yang berikatan
membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang digunakan karena menghasilkan sedikit
busa. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH),
reaksi umumnya adalah:

OO

∕∕ ∕∕

R – C Na+OH– R – C + R`OH

\\

OR` O– Na+

ester alkali garam dari asam alkohol

Mekanisme ini melibatkan serangan nukleofil ion hidroksida pada karbon karbonil

: ::

║│

H:– + R – C – OR` R – C – OR`

OH

OO

║║
R – C – OH + –:R` R – C – O– + R`OH

Basa kuat basa lemah

Misalnya reaksi saponifikasi dari Gliseril Tripalmitat dengan alkali NaOH:

CH2OC(CH2)14CH3

CH2OH

CHOH

CH2OH

–OC(CH2)14CH3

Sodium palmitate

H2OC(CH2)14CH3 + 3Na+ OH– + 3Na+


C
Sodium palmitate

H2OC(CH2)14CH3 + 3Na+ OH– + 3Na+ H2OC(CH2)14CH3 + 3Na+ OH– + 3Na+


Glycerol

CH2OC(CH2)14CH3

Glyceryl tripalmitate

Contoh lainnya adalah reaksi saponifikasi dari Gliseril Tripalmitat dengan alkali KOH:

CH2OC(CH2)14CH3

CH2OH

CHOH

CH2OH

–OC(CH2)14CH3


H2OC(CH2)14CH3 + 3K+ OH– + 3K+
C

H2OC(CH2)14CH3 + 3K+ OH– + 3K+ H2OC(CH2)14CH3 + 3K+ OH– + 3K+

Glycerol

CH2OC(CH2)14CH3

Glyceryl tripalmitate

Sabun dapat dibuat melalui proses batch atau kontinu Pada proses batch, lemak atau minyak
dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah
selesai, garam garam ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengaundung garam,
gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan
sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan
diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus dengan air secukupnya untuk
mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung.
Sabun ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang murah.
Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok.
Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk,
sabun obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara di
dalamnya).

Pada proses kontinu, yaitu yang biasa dilakukan sekarang, lemak atau minyak hidrolisis dengan air
pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun seng. Lemak atau minyak
dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk
dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian
dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.

Pada umumnya, alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun pada umumnya hanya NaOH dan
KOH, namun kadang juga menggunakan NH4OH. Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut
dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat
(NaOH, KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan sabun yang terbuat dari alkali
lemah (NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai 9,5.

Sabun merupakan garam dari asam lemah, larutannya agak basa karena adanya hidrolisis parsial.

OO
║║

R – C – O–Na+ + H – OH R – C – OH + Na+OH–

sabun alkali

Alkali dapat mambahayakan beberapa jenis tekstil, sabun juga tidak dapat berfungsi jika pH larutan
terlalu rendah. Karena rantai karbon yang panjang akan mengendap seperti buih. Misalnya sabun dari
natrium stearat, akan berubah menjadi asam stearat dalam suasana asam.

OO

∕∕ ∕∕

C17H35C + H+Cl– C17H35C + Na+Cl–

\\

O– Na+ OH

Natrium stearat asam stearat

Selain itu sabun biasanya membentuk garam dengan ion-ion kalsium, magnesium, atau besi dalam air
sadah (hard water). Garam-garam tesebut tidak larut dalam air.

∕∕

2C17H35C + Ca++ (C17H35COO)2–Ca++ + 2Na+

O– Na+

Natrium stearat kalsium stearat

(larut) (mengendap)

Garam yang tidak larut dalam air itu membuat warna coklat pada dinding kamar mandi, kerah baju,
atau warna kusam pada pakaian dan rambut.

Masalah tersebut dipecahkan dengan beberapa cara. Misalnya dengan mengurangi ion-ion kalsium dan
magnesium dan menggantinya dengan ion-ion natrium, atau yang dikenal dengan air lunak. (soft
water). Selain itu bisa juga dengan menambahkan fosfat pada sabun, karena fosfat membentuk
komplek dengan ion-ion logam, larut dalam air, sehingga mencegah ion-ion tersebut membentuk garam
taklarut dengan sabun. Namun penggunaan fosfet harus dibatasi, karena jika ikut mengalir dalam danau
atau sungai fosfat yang juga berfungsi sebagai pupuk akan merangsang tumbuhnya tanaman
sedemikian besar sehingga tanaman menghabiskan oksigen terlarut dalam air dan menyebabkan ikan-
ikan mati. Cara lain misalnya dengan mengganti gugus ionik karboksilat pada sabun dengan gugus
sulfat atau sulfonat. Cara inilah yang mendasari terbentuknya detergen.

Pada perkembangan selanjutnya bentuk sabun menjadi bermacam-macam, yaitu:

Sabun cair

Dibuat dari minyak kelapa

Alkali yang digunakan KOH

Bentuk cair dan tidak mengental dalam suhu kamar

Sabun lunak

Dibuat dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit atau minyak tumbuhan yang tidak jernih

Alkali yang dipakai KOH

Bentuk pasta dan mudah larut dalam air

Sabun keras

Dibuat dari lemak netral yang padat atau dari minyak yang dikeraskan dengan proses hidrogenasi

Alkali yang dipakai NaOH

Sukar larut dalam air

Wanita sangat menginginkan menggunakan sabun dalam bentuk cair, sebab bentuk cair memberikan
busa yang cukup banyak. Sabun yang banyak mengandung busa, terutama pada sabun cair yang terbuat
dari minyak kelapa atau kopra ini biasanya menyebabkan rangsangan dan memungkinkan penyebab
dermatitis bila dipakai. Oleh karena itulah penggunaanya diganti dengan minyak zaitun dan minyak
kacang kedele atau minyak yang lain yang dapat menghasilkan sabun lebih lembut dan baik. Tetapi
para pemakai kurang menyukainya sebab sabun ini kelarutannya rendah dan tidak memberikan busa
yang banyak.

Dengan perkembangan yang cukup pesat dalam dunia industri dimungkinkan adanya penambahan
bahan-bahan lain kedalam sabun sehingga menghasilkan sabun dengan sifat dan kegunaan baru.
Bahan-bahan yang ditambahkan misalnya:

Sabun kesehatan
TCC (Trichorlo Carbanilide)

Hypo allergenic blend, untuk membersihkan lemak dan jerawat

Asam salisilat sebagai fungisida

Sulfur, untuk mencegah dan mengobati penyakit kulit

Sabun kecantikan

Parfum, sebagai pewangi dan aroma terapi

Vitamin E untuk mencegah penuaan dini

Pelembab

Hidroquinon untuk memutihkan dan mencerahkan kulit

Shampoo

Diethanolamine (HOCH2CH2NHCH2CH2OH) untuk mempertahankan pH

Lanolin sebagai conditioner

Protein untuk memberi nutrisi pada rambut

Selain jenis sabun diatas masih banyak jenis-jenis sabun yang lain, misalnya sabun toilet yang
mengandung disinfektan dan pewangi. Textile soaps yang digunakan dalam industi textile sebagai
pengangkat kotoran pada wool dan cotton. Dry-cleaning soaps yang tidak memerlukan air untuk larut
dan tidak berbusa, biasanya digunakan sebagai sabun pencuci tangan yang dikemas dalam kemasan
sekali pakai. Metallic soaps yang merupakan garam dari asam lemak yang direaksikan dengan alkali
tanah dan logam berat, biasanya digunakan untuk pendispersi warna pada cat, varnishes, dan lacquer.
Dan salt-water soaps yang dibuat dari minyak palem Afrika (Elaise guineensis) yang dapat digunakan
untuk mencuci dalam air asin.

Meskipun meupakan bahan utama pembentuk sabun, namun ternyata alkali mempunyai dampak negatif
bagi kulit. Beberapa penyelidik mengetahui bahwa alkali lebih banyak merusak kulit dibandingkan
dengan kemampuannya menghilangkan bahan berminyak dari kulit . Meskipun demikian dalam
penggunaannya dengan air, sabun akan mengalami proses hidrolis. Untuk mendapatkan sabun yang
baik maka harus diukur sifat alkalisnya, yakni pH antara 5,8 sampai 10,5. Pada kulit yang normal
kemungkinan pengaruh alkali lebih banyak. Beberapa penyakit kulit sensitif terhadap reaksi alkalis,
dalam hal ini pemakaian sabun merupakan kontra indikasi. pH kulit normal antara 3-6, tetapi bila
dicuci dengan sabun, pH kulit akan naik menjadi 9, meskipun kulit cepat menjadi normal kembali, tapi
mungkin saja perubahan ini tidak diinginkan pada penyakit kulit tertentu.
7 Komentar »
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kemajuan jaman yang sangat pesat ini, kita sebagai masyarakat yang terlibat di dalamnya harus
peka dan mengerti akan fenomena-fenomena kimia sederhana yang terjadi di sekitar kita karena hal
tersebut dapat menjadi batu loncatan untuk menciptakan kreasi dan inovasi di masa mendatang. Banyak
orang awam kurang memiliki rasa ingin tahu terhadap hal-hal kecil atau bahkan tidak peduli akan
fenomena yang sering terjadi dalam keseharian mereka. Salah satu contoh sederhana yang dapat kita
tinjau ialah mencuci tangan. Banyak di antara kita yang tidak mengerti bagaimana sabun dalam media
air dapat membersihkan tangan kita dari minyak yang menempel di tangan.

Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Istilah
saponifikasi dalam literatur berarti “soap making”. Akar kata “sapo” dalam bahasa Latin yang artinya
soap / sabun. Pengertian Saponifikasi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika minyak / lemak
dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini, yaitu Sabun dan
Gliserin.

BAB II

REAKSI SAPONIFIKASI (ESTERIFIKASI)

Pengertian Saponifikasi dan Detergen

Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon, = sabun dan –fy adalah akhiran
yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai membuat sabun sejak 2300 tahun yang lalu
dengan memanaskan campuran lemak hewan dengan abu kayu. Pada abad 16 dan 17 di Eropa sabun
hanya digunakan dalam bidang pengobatan. Barulah menjelang abad 19 penggunaan sabun meluas.

Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi.
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah (misalnya NaOH). Hasil lain
dari reaksi saponifikasi ialah gliserol. Selain C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam
karboksilat. Hidrolisis ester dalam suasana basa bisa disebut juga saponifikasi.
Ada dua metode yang digunakan dalam esterifikasi yaitu proses batch dan proses kontinyu. Proses
esterifikasi berlangsung dibawah tekanan pada suhu 200- 250°C. Pada reaksi kesetimbangan, air
dipindahkan secara kontinyu untuk menghasilkan ester. Henkel telah mengembangkan esterifikasi
countercurrent kontinyu menggunakan kolom reaksi dodel plate. Teknologi ini didasarkan pada prinsip
reaksi esterifikasi dengan absorpsi simultan superheated metanol vapor dan desorpsi metanolwater
mixture. Gambar 4 memperlihatkan proses kontinyu esterifikasi Henkel asam lemak. Reaksi ini
menggunakan tekanan sekitar 1000 Kpa dan suhu 240 °C. Keuntungan dari proses ini adalah kelebihan
metanol dapat dijaga secara nyata pada rasio yang rendah yaitu 1,5 : 1 molar metanol : asam lemak
dibandingkan proses batch dimana rasionya 3-4 : 1 molar. Metil ester yang melalui proses distilasi tidak
memerlukan proses pemurnian. Kelebihan metanol di rectified dan digunakan kembali. Esterifikasi
proses kontinyu lebih baik daripada proses batch. Dengan hasil yang sama, proses kontinyu
membutuhkan waktu yang lebih singkat dengan kelebihan metanol yang lebih rendah. Proses
esterifikasi merupakan proses yang cenderung digunakan dalam produksi ester dari asam lemak
spesifik Laju reaksi esterifikasi sangat dipengaruhi oleh struktur molekul reaktan dan radikal yang
terbentuk dalam senyawa antara. Data tentang laju reaksi serta mekanismenya disusun berdasarkan
karakter kinetiknya, sedangkan data tentang perkembangan reaksi dinyatakan sebagai konstanta
kesetimbangan. Secara umum laju reaksi esterifikasi mempunyai sifat sebagai berikut:

1. Alkohol primer bereaksi paling cepat, disusul alkohol sekunder, dan paling lambat alkohol tersier

2. Ikatan rangkap memperlambat reaksi

3. Asam aromatik (benzoat dan p-toluat) bereaksi lambat, tetapi mempunyai batas konversi yang tinggi

4. Makin panjang rantai alkohol, cenderung mempercepat reaksi atau tidak terlalu berpengaruh
terhadap laju reaksi.

Pada umumnya, alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun pada umumnya hanya NaOH dan
KOH, namun kadang juga menggunakan NH4OH. Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut
dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat
(NaOH, KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan sabun yang terbuat dari alkali
lemah (NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai 9,5.

Sabun merupakan garam dari asam lemah, larutannya agak basa karena adanya hidrolisis parsial.

Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat
dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan
antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.

Sabun juga memiliki sifat, yaitu sebagai berikut :

a. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air.
Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.

b. Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi
pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam Mg atau Ca dalam air
mengendap. CH3(CH2)16COONa + CaSO4 Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2.
c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam
natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar,
karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen
CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka ait) dan larut dalam zat
organik sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.

B. Bahan Baku Pembuatan Sabun dan Detergen

Ø Bahan Pembuatan Sabun

Secara teknik, sabun adalah hasil reaksi kimia antara fatty acid dan alkali. Fatty acid adalah lemak yang
diperoleh dari lemak hewani atau nabati. Ada beberapa jenis minyak yang dipakai dalam pembuatan
sabun, antara lain : Minyak zaitun (olive oil), minyak kelapa (coconut oil), minyak sawit (palm oil),
minyak kedelai (soy bean oil) dan lain – lain. Masing – masing mempunyai karakter dan fungsi yang
berlainan. Secara sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut : Fatti Acid ( oils) + Base ( Natrium
Hydroxide / Lye) = A Salt (soap)

Bahan baku yang digunakan didasarkan pada beberapa kriteria, antara lain faktor manusia dan
keamanan lingkungan, biaya, kecocokan dengan bahan-bahan additive yang lain, serta wujud dan
spesifikasi khusus dari produk jadinya. Sedangkan proses produksi aktual dilapangan bisa saja
bervariasi dari satu pabrik dengan pabrik yang lain, namun tahap-tahap utama pembuatan semua
produk tersebut adalah tetap sama.

Sabun dibuat dari lemak [hewan], minyak[nabati] atau asam lemak (fatty acid) yang direaksikan
dengan basa anorganik yang bersifat water soluble, biasanya digunakan caustic soda/soda api (NaOH)
atau KOH (kalium hidroksida) juga alternative yang sering juga dipakai, tergantung spesifik sabun
yang diinginkan. Sabun hasil reaksi dengan sodium hidroksida (NaOH) biasanya lebih keras
dibandingkan dengan penggunaan Potasium Hidroksida (KOH).

Ø Bahan-bahan dalam Pembuatan Sabun Mandi


Minyak atau Lemak : Hampir semua minyak atau lemak alami bisa dibuat menjadi sabun. Cari yang
mudah saja seperti minyak kelapa, minyak sawit, minyak zaitun, minyak jagung, dan minyak kedelai.
NaOH atau KOH : untuk mengubah minyak atau lemak menjadi sabun. Bisa beli di took bahan kimia,
ambil yang teknis saja.
Air : sebagai katalis atau pelarut. Pilih air sulingan atau air minum kemasan. Air dari pam tidak bagus,
banyak mengandung mineral.
Essensial dan Fragrance Oils : sebagai pengharum
Pewarna : untuk mewarnai sabun. Bisa juga memakai pewarna makanan.
Zat aditif : rempah, herbal, ttalk, tepung kanji atau maizena dapat ditambahkan pada saat “trace”.

Ø Bahan-bahan dalam Pembuatan Detergen

Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut:


a. Surfaktan

Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu
hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan
permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Secara
garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:

Anionik : Alkyl Benzene Sulfonate (ABS), Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS), dan Alpha Olein
Sulfonate (AOS)

Kationik : Garam Ammonium

Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle

Amphoterik : Acyl Ethylenediamines


b. Builder

Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-
aktifkan mineral penyebab kesadahan air.

Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)

Asetat : Nitril Tri Acetate (NTA) dan Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)

Silikat : Zeolit

Sitrat : Asam Sitrat


c. Filler

Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan
daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.
d. Aditif

Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi,
pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives
ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida,
Carboxy Methyl Cellulose (CMC).

Diagram Alir Bahan antara surfaktan asli berasas lemak/minyak

Bahan pembuatan detergen yang menggunakan bahan non organik yaitu :

1. Posfat

· Garam posfat digunakan sebagai pembina (builder) dalam detergen dimana ia memberikan
perlembutan air (water softening), kealkalian dan penghilangan kotoran serta penyebaran (dispersion).

· Juga sebagai bahan bantu pada proses terbaik semasa pembuatan detergen seperti penyerapan
surfaktan cair dan pengikatan air bebas.

· Fosfat yang paling lazim digunakan dalam aplikasi detergen adalah garam sodium dan potassium
pirofosfat dan tripolifosfat.

2. Sodium Karbonat

· Seperti fosfat, sodium karbonat juga merupakan ingredien detergen multifungsi. Diantaranya adalah
untuk kekerasan air (melalui pemendakan), sumber kealkalian, pemukal (filler), pembawa dan bahan
bantu pengaglomeratan (agglomeration) untuk serbuk.

· Dalam detergen semburan kering tradisional, fungsi utama sodium karbonat adalah sebagai pemukal,
sumber kealkalian dan pembina.

3. Peluntur Oksigen (oxygen bleaches)

· Tiga peluntur oksigen terpenting dalam aplikasi detergen ialah sodium perborat monohidrat, sodium
perborat tetrahidrat dan sodium karbonat peroksida.

· Sebatian ini sangat penting dalam formulasi detergen tahan warna (color-safe) dan formulasi peluntur
dimana kereaktifan dengan enzim dan lain-lain ingredien perlu di minimalkan.

· Faedah utama ingredien peluntur berasaskan oksigen ialah membantu menangglkan kotoran degil
(stain), penjagan keputihan dan kawalan bintik dan lapisan pada gelas dalam aplikasi basuhan pinggan
mangkuk.
Tabel di bawah merumuskan atribut utama setiap jenis ingredien peluntur.
Tabel Sifat-sifat Ingredien Peluntur Detergen
Sifat-sifat
Sodium Perborat Tetrahidrat
Sodium Perborat Monohidrat
Sodium Karbonat Peroksida Terstabil

Oksigen aktif (%)


10.1
15
11.5

Ketumpatan pukal(lb/ft3)
52
38
60

Aplikasi proses
Tambahan selepas
Tambahan selepas
Tambahan selepas

Ø Resep Sabun Mandi

1. Sabun mandi cair: 340 g Minyak sawit, 170 g Minyak kelapa, 50 gram minyak zaitun,122 gram
KOH Kalium hidroksida 250 g air,10 cc fragrance + pewarna, dan prosesnya pada suhu ruangan.

2. Sabun mandi padat : 250 minyak sawit, 140 minyak kelapa, 100 gram minyak jagung, 75,5 gram
NaOH ditambah 210 mL air, 10 cc fragrance ditambah pewarna, dan dilakukan pada suhu ruangan.

C. Proses Pembuatan Sabun dan Detergen

1. Proses Pembuatan Sabun

Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun, dan air. Kotoran yang
menempel pada tangan manusia umumnya berupa lemak. Untuk mempermudah penjelasan, mari kita
tinjau minyak goreng sebagai contoh. Minyak goreng mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh.
Asam lemak jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat, asam palmitat,
asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak goreng adalah asam oleat, asam
linoleat, dan asam linolena. Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat
berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6).

Struktur Asam Laurat

Sabun dapat dibuat melalui proses batch atau kontinu Pada proses batch, lemak atau minyak
dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah
selesai, garam garam ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengaundung garam,
gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan
sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan
diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus dengan air secukupnya untuk
mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung.
Sabun ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang murah.
Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok.
Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk,
sabun obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara di
dalamnya).

Pada proses kontinu, yaitu yang biasa dilakukan sekarang, lemak atau minyak hidrolisis dengan air
pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun seng. Lemak atau minyak
dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk
dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian
dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.

Masalah tersebut dipecahkan dengan beberapa cara. Misalnya dengan mengurangi ion-ion kalsium dan
magnesium dan menggantinya dengan ion-ion natrium, atau yang dikenal dengan air lunak. (soft
water). Selain itu bisa juga dengan menambahkan fosfat pada sabun, karena fosfat membentuk
komplek dengan ion-ion logam, larut dalam air, sehingga mencegah ion-ion tersebut membentuk garam
taklarut dengan sabun. Namun penggunaan fosfet harus dibatasi, karena jika ikut mengalir dalam danau
atau sungai fosfat yang juga berfungsi sebagai pupuk akan merangsang tumbuhnya tanaman
sedemikian besar sehingga tanaman menghabiskan oksigen terlarut dalam air dan menyebabkan ikan-
ikan mati. Cara lain misalnya dengan mengganti gugus ionik karboksilat pada sabun dengan gugus
sulfat atau sulfonat. Cara inilah yang mendasari terbentuknya detergen.

Ø Proses Pembuatan Sabun Mandi

1. Siapkan Cetakan bisa apa saja. Bisa loyang yang diminyaki, baki plastik
yang dialasi plastik tipis atau pipa PVC yang diminyaki. Siapkan cetakan yang
cukup untuk menampung semua hasil pembuatan sabun. Untuk cetakan anda bisa
menggunakan kayu atau karton yang dilapisi plastik tipis, bahkan pipa PVC bisa
dipakai. Jika menggunakan pipa PVC tutup bagian bawah dengan plastik yang
diikat dengan karet gelang, semprotkan minyak ke dalamnya, tuangkan hasil
sabun. Setelah mengeras buka tutupnya, dorong lalu potong akan menghasilkan
sabun yang bulat

2. Timbang air dan NaOH / KOH. Sesuai dengan resep. Larutkan NaOH / KOH ke dalam air sejuk /
dingin (Jangan menggunakan wadah aluminium. Gunakan stainless steel, gelas pyrex atau plastik-
poliproplen). Jangan menuangkan air ke
NaOH / KOH. Tuangkan NaOH / KOH ke dalam air sedikit demi sedikit.
Aduk higga larut. Pertama-tama larutan akan panas dan berwarna keputihan.
Setelah larut semuanya, simpan di tempat aman untuk didinginkan sampai suhu
ruangan. Akan didapatkan larutan yang jernih.

3. Timbang minyak sesuai dengan resep.

4. Tuangkan minyak yang sudah ditimbang ke dalam blender.

5. Hati- hati tuangkan larutan NaOH atau KOH ke dalam minyak

6. Pasang cover blender, taruh kain di atas cover tadi untuk menghindari cipratan dan proses pada
putaran terendah. Hindari jangan sampai menciprat ke muka
atau badan anda. Hentikan blender dan periksa sabun untuk melihat tahap “trace”. “Trace” adalah
kondisi dimana sabun sudah terbentuk dan merupakan akhir dari proses pengadukan. Tandanya adalah
ketika campuran sabun mulai mengental. Apabila di sentuh dengan sendok, maka beberap detik bekas
sendok tadi masih membekas, itulah mengapa dinamakan “trace”.

7. Pada saat “trace” tadi anda bisa menambahkan pengaharum, pewarna atau aditif. Aduk beberapa
detik kemudian hentikan putaran blender

8. Tuang hasil sabun ini ke dalam cetakan. Tutup dengan kain untuk insulasi. Simpan sabun dalam
cetakan tadi selama satu hingga dua hari. Kemudian keluarkan dari cetakan, potong sesuai selera.
Simpan sekurang-kurangnya 3 minggu sebelum dipakai.

Ø Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan sabun mandi adalah :

1. Botol plastik untuk wadah

2. Timbangan dapur dengan skala terkecil 1 atau 5 gram

3. Cetakan
4. Blender dengan tutupnya

Pada perkembangan selanjutnya bentuk sabun menjadi bermacam-macam, yaitu:

1. Sabun cair

o Dibuat dari minyak kelapa

o Alkali yang digunakan KOH

o Bentuk cair dan tidak mengental dalam suhu kamar

2. Sabun lunak

o Dibuat dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit atau minyak tumbuhan yang tidak jernih

o Alkali yang dipakai KOH

o Bentuk pasta dan mudah larut dalam air

3. Sabun keras

o Dibuat dari lemak netral yang padat atau dari minyak yang dikeraskan dengan proses hidrogenasi

o Alkali yang dipakai NaOH

o Sukar larut dalam air

Wanita sangat menginginkan menggunakan sabun dalam bentuk cair, sebab bentuk cair memberikan
busa yang cukup banyak. Sabun yang banyak mengandung busa, terutama pada sabun cair yang terbuat
dari minyak kelapa atau kopra ini biasanya menyebabkan rangsangan dan memungkinkan penyebab
dermatitis bila dipakai. Oleh karena itulah penggunaanya diganti dengan minyak zaitun dan minyak
kacang kedele atau minyak yang lain yang dapat menghasilkan sabun lebih lembut dan baik. Tetapi
para pemakai kurang menyukainya sebab sabun ini kelarutannya rendah dan tidak memberikan busa
yang banyak.

Dengan perkembangan yang cukup pesat dalam dunia industri dimungkinkan adanya penambahan
bahan-bahan lain kedalam sabun sehingga menghasilkan sabun dengan sifat dan kegunaan baru.
Bahan-bahan yang ditambahkan misalnya:

1. Sabun kesehatan

o TCC (Trichorlo Carbanilide)

o Hypo allergenic blend, untuk membersihkan lemak dan jerawat

o Asam salisilat sebagai fungisida


o Sulfur, untuk mencegah dan mengobati penyakit kulit

2. Sabun kecantikan

· Parfum, sebagai pewangi dan aroma terapi

· Vitamin E untuk mencegah penuaan dini

· Pelembab

· Hidroquinon untuk memutihkan dan mencerahkan kulit

1. Shampoo

· Diethanolamine (HOCH2CH2NHCH2CH2OH) untuk mempertahankan pH

· Lanolin sebagai conditioner

· Protein untuk memberi nutrisi pada rambut

Diagram Alir Proses Pembuatan Sabun


Reaksi-Reaksi Kimia pada Proses Saponifikasi

Atau

Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, yaitu molekul yang
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak
berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and
temperatur 273,15 K (0 °C). Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak
zat kimia. Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi
kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air.

Diagram Alir Mekanisme reaksi pada proses Saponifikasi

Mekanisme reaksi Pensulfonatan

Manfaat Saponifikasi dan Detergen


Sabun yang banyak dijumpai di pasaran meskipun meski disebut sabun, sebenarnya adalah detergent,
bahan dasar yang di pakai adalah Sodium Lauryl Sulfate ( SLS), Sodium Laureth Sulfate (SLES)
merupakan bahan dasar pembuatan detergent , SLS berfungsi sebagai surfactant ( surface active agent)
atau agen pembersih. Karena bersifat pembersih, maka lemak – lemak yang berfungsi untuk
melindungi kulit juga ikut larut, sehingga kulit menjadi kering dan berakibat pada iritasi.

Sabun mandi komersial pada umumnya mengandung banyak senyawa kimia seperti kandungan
petroleum, synthetic chemical, dan petrochemical (chemicals harmful) yang dapat merusak kulit dan
lingkungan. Produsen sabun mandi komersial mencampur larutan kimia. Ini dilakukan agar mereka
dapat menghasilkan sabun dengan biaya yang serendah mungkin dan dapat menghasilkan sabun
sebanyak mungkin dalam waktu yang sesingkat mungkin.

Salah satu manfaat dari proses saponifikasi adalah mensintesis sabun (ester) dengan merubah asam
karboksilat dengan air.

Ada sesuatu yang sangat mengagumkan dari sabun; manfaatnya sebagai pembersih serba guna, Tapi
pastikan sabun yang digunakan adalah sabun berbahan alami sehingga khasiatnya dapat dirasakan bagi
kulit dan juga kebersihan rumah. Berikut 10 manfaat sabun bagi rumah tangga, yaitu :

1. Pembersih kulit.

Anda mungkin akan kagum dengan kandungan emolien yang terdapat pada sabun alami jika
dibandingkan dengan sabun produksi pabrik yang dijual di pasaran. Emolien dapat melembutkan dan
membersihkan kotoran yang melekat pada kulit. Sabun produksi pabrik pada umumnya tidak lagi
mengandung gliserin (zat yang juga dapat melembutkan kulit), mengandung beberapa bahan sintetis
dan beracun sehingga dapat membuat kulit kering.

2. Membunuh kuman.

Sabun berbahan alami dapat membunuh kuman. Kita dianjurkan untuk mencuci tangan dengan sabun
dan air untuk membasmi kuman khususnya sebelum makan.

3. Pembasmi serangga.

Selama berabad-abad, sabun juga telah digunakan sebagai pestisida, zat pembunuh hama pada
tanaman. Zat yang terdapat pada sabun merusak sel membran serangga, mematikannya dengan
membuat mereka dehidrasi. Hanya saja pastikan untuk tidak menggunakan lebih dari 2 sendok makan
sabun ke dalam 3,8 liter air karena terlalu banyak sabun juga dapat mematikan tumbuhan.

4. Anti kutu pada hewan peliharaan.

Sabun dan air bekerja sangat baik untuk membasmi kutu pada hewan peliharaan di mana kutu akan
luruh bersama air setelah bulu hewan disabuni. Pastikan juga untuk menyisir bagian kepala hewan saat
disabuni karena kutu akan berpindah ke bagian tersebut yang jarang terkena sabun.

5. Pembersih lantai kayu.

Sayangnya, kebanyakan sabun terbuat dari detergen daripada bahan alami. Pilih sabun buatan tangan
alami dan masih mengandung banyak emolien. Sabun dengan kandungan emolien sangat sempurna
untuk membersihkan lantai kayu rumah dan membuatnya lebih mengkilap.

6. Pelicin karat.

Gosokkan sabun pada mur dan baut yang berkarat untuk membuatnya kembali berfungsi dengan baik.
Atau jika ada pintu yang engselnya berderit, Anda bisa menggunakan sabun untuk melicinkan engsel
dan meredam bunyinya.

7. Pembersih bahan kulit.

Sabun kuda/pelana merupakan bahan jaman dulu yang dapat digunakan untuk membersihkan bahan-
bahan kulit. Cara membuatnya: 56 gr minyak jojoba , 56 gram minyak zaitun, 28 gr parutan/irisan
sabun atau sabun cair, 84 gram air, dan 28 gram alkohol. Panaskan minyak jojoba, zaitun, dan sabun
dengan suhu medium. Setelah semuanya mencair, angkat dari kompor dan tambahkan air serta alkohol,
lalu segera aduk hingga semua bahan tercampur rata. Produk ini biasanya akan bertahan sekitar 6 bulan
jika diletakkan di dalam toples dengan tutup yang rapat.

8. Pencuci pakaian.

Hampir setiap cucian baju dicuci dengan menggunakan detergen. Jika Anda memiliki kualitas air
rumah yang baik, lebih baik gunakan sabun batangan berbahan alami untuk mencuci pakaian (bukan
yang mengandung detergen). Namun jika airnya tidak bagus, silakan memakai detergen. Pada
dasarnya, sabun sangat baik untuk menyingkirkan kotoran pada pakaian.

9. Pembersih kaca.

Kebanyakan di antara kita membersihkan kaca jendela untuk yang pertama kali dengan meggunakan
cuka dan lantas menjadi kesal dengan hasilnya yang buruk. Padahal, sejak dulu sabun dengan cuka dan
air diketahui cukup ampuh untuk membersihkan kaca. Untuk jendela baru, bersihkan terlebih dulu
dengan sabun. Setelah itu, membersihkannya dengan cuka saja pun sudah cukup.

10. Pembersih serba guna.

Sabun adalah alkalin dan dikombinasikan dengan beberapa mineral seperti baking soda, borak, atau
washing soda yang sangat ampuh untuk beragam pekerjan bersih-bersih.
BAB III

KESIMPULAN

Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi.
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah (misalnya NaOH). Hasil lain
dari reaksi saponifikasi ialah gliserol. Selain C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam
karboksilat. Hidrolisis ester dalam suasana basa bisa disebut juga saponifikasi.

Pada perkembangan selanjutnya bentuk sabun menjadi bermacam-macam, yaitu:

Sabun cair

Sabun lunak

Sabun keras

Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun, dan air. Kotoran yang
menempel pada tangan manusia umumnya berupa lem. Sabun merupakan garam dari asam lemah,
larutannya agak basa karena adanya hidrolisis parsial.

Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat
dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan
antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.

Anda mungkin juga menyukai