Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan sabun sudah tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari.
Pada perkembangannya seperti sekarang, semakin banyak jenis sabun yang
beredar di pasaran, mulai dari yang bersifat khusus untuk kecantikan maupun
umum untuk membersihkan kotoran salah satunya adalah sabun cuci piring.
Sabun cuci piring mempunyai dua bentuk, yaitu sabun cuci piring cream dan
sabun cuci piring cair. Faktor kepraktisan dan kecepatan larut sabun dalam air
pada sabun cair menyebabkan banyak orang lebih memilih menggunakannya
daripada sabun cream cuci piring. Selain itu pula disebabkan aroma sabun cream
baunya lebih menempel pada peralatan dapur serta kurang lembut di tangan.
Sabun secara umum merupakan senyawa natrium atau kalium yang
mempunyai rangkaian karbon yang panjang dan direaksikan dengan asam lemak
khususnya trigliserida dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun dihasilkan
oleh proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol
dalam kondisi basa. Pada perkembangannya bentuk sabun menjadi bermacammacam, yaitu sabun padat, sabun lunak, sabun cair, dan sabun bubuk. Jika basa
yang digunakan adalah NaOH, maka produk reaksi berupa sabun keras (padat),
sedangkan bila basa yang digunakan berupa KOH, maka produk reaksi berupa
sabun cair.

I.2 Tujuan

1.
2.
3.

Memahami proses pembuatan sabun mandi cair.


Mengetahui bahan apa saja yang digunakan dalam pembuatan sabun cair
Mengetahui perbedaan sabun cair dengan sabun natural

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan Sabun
Sabun memiliki banyak bentuk, salah satunya adalah sabun cair. Sabun
cair merupakan produk yang strategis, karena saat ini masyarakat modern suka
produk yang praktis dan ekonomis. Penggunaan sabun cair juga telah
meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu
permukaan, air bersabun secara efektif mengangkat partikel dalam suspensi
mudah dibawa oleh air bersih. Sabun cair memiliki manfaat dan kegunaan yang
tidak kalah dengan sabun-sabun berbentuk lainnya.
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang
karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah
meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu
permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah
dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah
menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan (Anonim
2012). Sabun ini merupakan logam alkali dengan rantai asam monocarboxylic
yang panjang. Larutan alkali yang biasa digunakan pada sabun batang adalah
NaOH sedangkan untuk sabun cair adalah KOH.
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam
lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan
alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80100 C melalui suatu
proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa,
menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
Sabun juga merupakan suatu gliserida (umumnya C16 dan C18 atau
karboksilat) yang merupakan hasil reaksi antara ester (suatu derivat asam alkanoat
yaitu reaksi antara asam karboksilat dengan alkanol yang merupakan senyawa
aromatik dan bermuatan netral) dengan hidroksil dengan residu gliserol (1.2.3
propanatriol). Apabila gliserol bereaksi dengan asamasam yang jenuh (suatu

olefin atau polyunsaturat) maka akan terbentuk lipida (trigliserida atau


triasilgliserol) (Atmojo 2012).
Sabun merupakan bahan logam alkali (basa) dengan rantai asam
monocarboxylic yang panjang. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan
sabun bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa digunakan
pada sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali yang biasa
digunakn pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida (KOH).
Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran-kotoran berupa minyak
ataupun zat pengotor lainnya. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak
minyak dengan larutan alkali membebaskan gliserol. Lemak minyak yang
digunakan dapat berupa lemak hewani, minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan
laut.
Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis
dan bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti sabun
mandi, sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga,
hingga sabun yang digunakan dalam industri.
Kandungan zat-zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan
sifat dan jenis sabun. Zat-zat tersebut dapat menimbulkan efek baik yang
menguntungkan maupun yang merugikan. Oleh karena itu, konsumen perlu
memperhatikan

kualitas

sabun

dengan

teliti

sebelum

membeli

dan

menggunakannya.
Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air, dliserin,
garam dan impurity lainnya.Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapat
digunakan untuk membuat sabun. Lemak dan minyak nabati merupakan dua tipe
ester. Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari alcohol dan asam
karboksilat seperti asam stearat, asam oleat dan asam palmitat. Lemak padat
mengandung ester dari gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak, seperti
minyak zaitun mengandung ester dari gliserol asam oleat.

2.2 Macam - Macam Sabun


a. Shaving Cream
Shaving Cream disebut juga dengan sabun Kalium. Bahan dasarnya adalah
campuran minyak kelapa dengan asam stearat dengan perbandingan 2:1.
b. Sabun Cair
Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan
minyak jarak serta menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejernihan
sabun, dapat ditambahkan gliserin atau alcohol.
c. Sabun kesehatan
Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar
parfum yang rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptic dan bebas dari
bakteri adiktif. Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun ini adalah tri-salisil
anilida, tri-klor carbanilyda, irgassan Dp 300 dan sulfur.
d. Sabun Chip
Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalam
menggunakan sabun yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan beberapa
pilihan komposisi tertentu. Sabun chip dapat dibuat dengan berbagai cara yaitu
melalui pengeringan, atau menggiling atau menghancurkan sabun yang berbentuk
batangan.
e. Sabun Bubuk untuk mecuci
Sabun bubuk dapat diproduksi melalui dry-mixing. Sabun bubuk
mengandung bermacam-macam komponen seperti sabun, sodasah, sodium
metaksilat, sodium karbonat, sodium sulfat, dan lain-lain.
Berdasarkan ion yang dikandungnya, sabun dibedakan atas :
a.

Cationic Sabun
Sabun yang memiliki kutub positif disebut sebagai kationic detergents.

Sebagai tambahan selain adalah bahan pencuci yang bersih, mereka juga

mengandung sifat antikuman yang membuat mereka banyak digunakan pada


rumah sakit. Kebanyakan sabun jenis ini adalah turunan dari ammonia.
b.

Anionic Sabun
Sabun jenis ini adalah merupakan sabun yang memiliki gugus ion negatif.

c.

Neutral atau Non Ionic Sabun


Non ionic sabun banyak digunakan untuk keperluan pencucian piring. Karena

sabun jenis ini tidak memiliki adanya gugus ion apapun, sabun jenis ini tidak
beraksi dengan ion yang terdapat dalam air sadah. Non ionic sabun kurang
mengeluarkan busa dibandingkan dengan ionic sabun.
2.3 Bahan Baku Utama Pembuatan Sabun
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah
trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi
dengan gliserol. Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam
lemak dengan rantai karbon panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam
stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran
trigliserida diolah menjadi sabun melalui proses saponifikasi dengan larutan
natrium hidroksida membebaskan gliserol. Sifat sifat sabun yang dihasilkan
ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam asam lemak yang
digunakan.

Komposisi asam-asam lemak yang sesuai dalam pembuatan sabun

dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai
yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya karena dapat membuat
iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon
membentuk sabun yang sukar larut dan sulit menimbulkan busa. Terlalu besar
bagian asam asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah teroksidasi
bila terkena udara.
Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya
lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tidak memiliki ikatan rangkap,
sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada
temperatur tinggi.

2.4 Bahan Pendukung Pembuatan Sabun


Bahan

baku

pendukung

digunakan

untuk

membantu

proses

penyempurnaan sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan


gliserin) sampai sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan
tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.
a. NaCl.
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun.
Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang
terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang
digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl
digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak
mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan
sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar
diperoleh sabun yang berkualitas.
b. Bahan aditif.
Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang
bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik
konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti
oksidan, Pewarna,dan parfum.
1. Builders (Bahan Penguat)
Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat
mineral mineral yang terlarut pada air, sehingga bahan bahan lain yang berfungsi
untuk mengikat lemak dan membasahi permukaan dapat berkonsentrasi pada
fungsi utamanya. Builder juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang
tepat agar proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta membantu
mendispersikan dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas. Yang sering
digunakan sebagai builder adalah senyawa senyawa kompleks fosfat, natrium
sitrat, natrium karbonat, natrium silikat atau zeolit.
2. Fillers Inert (Bahan Pengisi)
Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan baku.
Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar volume.
Keberadaan bahan ini dalam campuran bahan baku sabun semata mata ditinjau

dari aspek ekonomis. Pada umumnya, sebagai bahan pengisi sabun digunakan
sodium sulfat. Bahan lain yang sering digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu
tetra sodium pyrophosphate dan sodium sitrat. Bahan pengisi ini berwarna putih,
berbentuk bubuk, dan mudah larut dalam air.
3. Pewarna
Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini ditujukan
agar memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk mencoba sabun
ataupun membeli sabun dengan warna yang menarik. Biasanya warna-warna
sabun itu terdiri dari warna merah, putih, hijau maupun orange.
4. Parfum
Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum memegang
peranan besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun. Artinya,
walaupun secara kualitas sabun yang ditawarkan bagus, tetapi bila salah memberi
parfum akan berakibat fatal dalam penjualannya. Parfum untuk sabun berbentuk
cairan berwarna kekuning kuningan dengan berat jenis 0,9. Dalam perhitungan,
berat parfum dalam gram (g) dapat dikonversikan ke mililiter. Sebagai patokan 1
g parfum = 1,1ml. Pada dasarnya, jenis parfum untuk sabun dapat dibagi ke dalam
dua jenis, yaitu parfum umum dan parfum ekslusif. Parfum umum mempunyai
aroma yang sudah dikenal umum di masyarakat seperti aroma mawar dan aroma
kenanga. Pada umumnya, produsen sabun menggunakan jenis parfum yang
ekslusif. Artinya, aroma dari parfum tersebut sangat khas dan tidak ada produsen
lain yang menggunakannya. Kekhasan parfum ekslusif ini diimbangi dengan
harganya yang lebih mahal dari jenis parfum umum. Beberapa nama parfum yang
digunakan dalam pembuatan sabun diantaranya bouquct deep water, alpine, dan
spring flower.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Alat
1.
2.
3.
4.

Beaker glass 1000 ml sebagai wadah bagi bahan baku sabun.


Beaker glass 250 ml sebagai wadah bagi bahan baku sabun.
Kayu sebagai alat untuk mengaduk larutan atau campuran bahan baku.
Gelas ukur 50 ml sebagai alat untuk mengukur volume larutan dan

aquades.
5. Ember .sebagai wadah untuk sabun cair
6. Batang Pengaduk sebagai alat untuk mengaduk larutan atau campuran
bahan baku..
7. Spatula sebagai alat untuk mengambil bahan baku sabun.
III.2 Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Aquades sebagai pelarut bagi sampel lainya.


NaCl sebagai sampel yang memberi wujud padat pada sabun.
Pewarna sebagai pemberi warna pada produk sabun.
Comparland sebagai zat pengental bagi sabun cair.
Pewangi sebagai pemberi bau pada sabun.
Sukrosa sebagai pembentuk fasa pada sabun.
Asam stearate pember suasana asam pada sabun.

III.3 Prosedur Kerja


1. Disediahkan ember bersih dan diisi dengan air sampai 5 liter dan pada
baskom plastic kecil dimasukkan garam 320 gr dan dilarutkan dengan 500
ml air, diaduk sampai jenuh dan sisihkan.
2. Lalu dimasukkan texafon cair 323 gr ke dalam ember yang telah diisi 5
liter air tadi dan aduk sampi larut.
3. Setelah campuran tadi larut, ditambahkan texafon padat (warna putih butir
panjang) 100 gr dan diaduk sampai larut (butir putih tidak terlihat lagi) +/30 Menit.
4. Kemudian ditambahkan comparland 94 ml dan diaduk sampai larut.
5. Ditambahkan EDTA 16 ml diaduk selama +/- 5 menit. Setelah itu
ditambahkan pewangi dan pewarna secukupnya dan diaduk sampai
homogen.

6. Setelah itu campurkan larutan garam jenuh tadi kedalam ember besar
secara perlahan lahan. Sambil diaduk (disini larutan akan terasa lebih
berat dan kental ) selam +/- 45 menit.
7. Setelah homogen larutan didiamkan semalam untuk menghilangkan busa.
Dan sabun cair (cuci piring) siap untuk dikemas dan digunakan.
III.4 Skema Kerja

5 liter air +
garam (320 gr
+ 500 ml)

+ texafon car
323 gr aduk
hingga
homogen

+ texafon
padat 100 gr
aduk hingga 30
menit

+ Comparland
94 ml aduk
hingga larut

+ EDTA 16 ml
+ garam
jenuh aduk
hingga
homogen

diamkan
hingga busa
hilang

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
No

Produk

Warna

Tekstur

Bau

Foaming

Efek Samping

Sabun Cair

Merah

Cair

Wangi

Banyak

Aman

IV.2 Pembahasan
Sabun merupakan bahan logam alkali (basa) dengan rantai asam
monocarboxylic yang panjang. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan
sabun bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa digunakan
pada sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali yang biasa
digunakn pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida (KOH).
Sabun juga merupakan suatu gliserida (umumnya C16 dan C18 atau
karboksilat) yang merupakan hasil reaksi antara ester (suatu derivat asam alkanoat
yaitu reaksi antara asam karboksilat dengan alkanol yang merupakan senyawa
aromatik dan bermuatan netral) dengan hidroksil dengan residu gliserol (1.2.3
propanatriol). Apabila gliserol bereaksi dengan asamasam yang jenuh (suatu
olefin atau polyunsaturat) maka akan terbentuk lipida (trigliserida atau
triasilgliserol)). Sabun cair yang telah di buat dapat dilihat ,telah sesuai dengan
sabun cair pada umumnya setelah praktikan uji , baik itu uji daya cuci, dan efek
samping bagi penggunannya, di dapat hasil bahwa daya cuci sabun ini juga tidak
kala dengan sabun cair yang ada dipasaran untuk busa yang ditimbulkan juga
banyak kemudian juga efek samping bagi kulit, untuk sementara ini belum ada
gangguan dan dapat dikatakan aman bagi kulit. Hanya saja yang membedahkan
ialah viskositas dari sabun ini lebih rendah dari sabun cair sebelumnya, itu
dikarenakan pada proses pembuatan sabun cair kali ini menggunakan bahan ABS .

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat di jadikan kesimpulan dari laporan ini adalah:
1. Membuat sabun cair baik untuk cuci pakaian maupun cuci tangan sangat mungkin
untuk dilakukan pada skala rumah tangga sebagai usaha penghematan maupun
industri rumah tangga untuk menambah penghasilan.
2. Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan.
3. Dapat disimpulkan bahwa membuat sabun sebenarnya bukan sesulit yang
dibayangkan. Dengan menggunakan bahan dasar yang lebih ramah lingkungan
dan sedikit modifikasi resep untuk mendapatkan sifat dan kenampakan yang
diinginkan.
V.2 Saran
Diharapkan kepada praktikan lebih mengatur proses pengadukkan
campuran bahan baku , karena pengadukkan mempengaruhi produk sabun cair
yang akan dihasilkan nantinya

DAFTAR PUSTAKA

Furnawanthi, I.2002. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya. Edisi Pertama.


Jakarta:Agro Media Pustaka.
Marshall,J.M. 1990. Aloe vera Gel:Whats is The Evidence?. NewYork:The
Pharmaceutical
Purbaya, Rio. 2003. Mengenal dan Memanfaatkan Khasiat Aloe Vera. Cetakan
Pertama. Bandung:Pionir Jaya.

Anda mungkin juga menyukai