Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia masih sedikit terdapat industri yang
menggunakan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku yang
diproses untuk menghasilkan suatu produk. Salah satu industri
yang menggunakan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku
adalah industri pembuatan sabun. Sabun merupakan suatu
kebutuhan pokok manusia yang selalu digunakan sehari-hari.
Fungsi utama dari sabun adalah membersihkan.
Sabun transparan atau disebut juga sabun gliserin adalah
jenis sabun mandi yang dapat menghasilkan busa lebih lembut di
kulit dan penampakanya berkilau jika dibandingkan dengan jenis
sabun yang lain seperti sabun mandi biasa (opaque) dan sabun
translucent. Sabun tranparan yang menarik, mewah dan berkelas
menyebabkan sabun transparan dijual dengan harga yang relatf
lebih mahal. Pendirian sabun industri transparan merupakan
salah satu jenis usaha yang cukup menjanjikan mengingat pasar
sabun transparan masih jenuh dan terbuka lebar.
Adapun aplikasi sabun transparan pada saat ini mulai
berkembang pesat, penggunaan sabun cair juga telah meluas,
terutama pada sarana-sarana publik. Di negara berkembang,
deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu
mencuci. Sabun transparan merupakan salah satu produk
industri kimia yang sangat dibutuhkan masyarakat, maka perlu
adanya percobaan untuk bisa dikembangkan selanjutnya dalam
skala industri yang lebih besar.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini yaitu mengidentifikasi
metode
pembuatan
sabun
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya.
1.3 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan sabun transparan ini adalah
agar memahami cara membuat sabun batangan yang benar,
baik dari segi kelimpahan busa, kekerasan, pH, efek pewarna dan
pewangi sebagai zat aditif.
1.4

Ruang Lingkup Percobaan

Ruang Lingkup dari percobaan ini terdiri dari metode


percobaan, bahan yang digunakan dan tempat pelaksanaan
percobaan. Adapun metode yang di gunakan adalah metode
saponifikasi, menggunakan bahan percobaan berupa asam
stearat, etanol, gliserin, minyak, natrium hidroksida, pewangi,
pewarna, dan sukrosa. Praktikum ini dilaksanakan di
Laboratorium Rekayasa Produk dan Integrasi Proses FT. UNTIRTA.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sabun
Sabun adalah pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia
antara basa Natrium atau kalium dengan asam lemak dari
minyak nabati atau hewani. Sabun termasuk kebutuhan pokok
manusia. Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak telah
dikenal secara umum oleh masyarakat karena merupakan
keperluan penting di dalam rumah tangga sebagai alat
pembersih dan pencuci. Kandungan zat-zat yang terdapat pada
sabun juga bervariasi sesuai dengan sifat dan jenis sabun. Zatzat tersebut dapat menimbulkan efek, baik yang menguntungkan
maupun yang merugikan. Sabun dihasilkan oleh proses
saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan
gliserol dalam kondisi basa. Pembuat kondisi basa yang biasanya
digunakan adalah NaOH (natrium/sodium hidroksida) dan KOH
(kalium/potasium hidroksida). Asam lemak yang berikatan
dengan natrium atau kalium inilah yang kemudian dinamakan
sabun. Sabun digunakan sebagai pembersih baik untuk tubuh
atau peralatan lainnya. Sabun dibagi menjadi tiga kelompok
besar yaitu sabun cream, sabun batang, dan sabun cair. Sabun
batang dikelompokkan menjadi tiga yaitu sabun opaque, sabun
transparan, dan sabun translucent. Ketiga jenis ini dibedakan
berdasarkan penampakannya [1].
2.2 Macam Macam Sabun
Macam-macam sabun sebagai berikut:
1. Sabun Transparan

Sabun transparan ini merupakan sabun tembus pandang yang


tampilannya jernih dan cenderung memiliki kadar rendah. Sabun
ini mudah sekali larut karena mempunyai sifat sukar mengering.
2. Castile Soap
Sabun yang terbuat dari olive oil ini untuk formulanya aman
dikonsumsi karena tidak mengandung lemak hewani sama sekali.
3. Deodorant Soap
Sabun ini bersifat sangat aktif untuk menghilangkan aroma tak
sedap pada bagian tubuh. Tidak dianjurkan untuk kulit wajah
karena memiliki kandungan yang cukup keras yang dapat
menyebabkan kulit teriritasi.
4. Acne Soap
Sabun ini dikhususkan untuk membunuh bakteri-bakteri pada
jerawat. Seringkali sabun jerawat ini mengakibatkan kulit kering
bila pemakaiannya di barengi dengan penggunaan produk anti
acne lain.
5. Cosmetic Soap atau Bar Cleanser
Sabun ini memiliki formula khusus seperti pemutih. Cosmetic
soap biasanya memfokuskan formulanya untuk memberi hasil
tertentu.
6. Superfatted Soap
Sabun ini memiliki kandungan minyak dan lemak lebih banyak
sehingga terasa lembut dan kenyal. Sabun ini sangat cocok
digunakan untuk kulit kering karena di dalamnya terdapat
kandungan gliserin, petrolium dan beeswax yang dapat
melindungi kulit dan mencegah iritasi serta jerawat.
7. Oatmeal Soap
Sabun yang terbuat dari gandum ini mempunyai kandungan anti
iritasi. Sabun gandum ini lebih baik dalam menyerap minyak,
menghaluskan kulit kering dan sensitif.
8. Natural Soap

Sabun alami ini memiliki formula yang sangat lengkap seperti


vitamin, ekstrak buah, minyak nabati, ekstrak bunga, aloe vera
dan essential oil[2].
2.3 Sabun Transparan
Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan
mengemulsi, terdiri dari dua komponen utama yaitu asam lemak
dengan rantai karbon C16 dan sodium atau potasium. Sabun
merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara
kalium atau natrium dengan asam lemak dari minyak nabati atau
lemak hewani. Sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal dengan
sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang dibuat dengan
KOH dikenal dengan sabun lunak (soft soap). Sabun dibuat
dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi
minyak. Proses saponifikasi minyak akan memperoleh produk
sampingan yaitu gliserol, sedangkan proses netralisasi tidak akan
memperoleh gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi
antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi
terjadi karena reaksi asam lemak bebas dengan alkali [3]
Sabun merupakan senyawa garam dari asam-asam lemak
tinggi, seperti natrium stearat, C17H35COO-Na+. Aksi pencucian
dari sabun banyak dihasilkan dari kekuatan pengemulsian dan
kemampuan menurunkan tegangan permukaan dari air. Konsep
ini dapat di pahami dengan mengingat kedua sifat dari anion
sabun [4].
Sabun transparan merupakan sabun yang memiliki tingkat
transparansi paling tinggi dan menghasilkan busa lebih lembut
dikulit serta dapat memancarkan cahaya yang menyebar dalam
bentuk partikel partikel yang kecil, sehingga obyek yang berada
diluar sabun akan kelihatan jelas. Obyek dapat terlihat hingga
berjarak sampai panjang 6 cm [5].
Sabun transparan mudah sekali larut karena mempunyai sifat
sukar mengering. Faktor yang mempengaruhi transparansi sabun
adalah:
a. Kandungan alkohol Etanol digunakan sebagai pelarut pada
proses pembuatan sabun transparan karena sifatnya yang
mudah larut dalam air dan lemak.

b. Gula Gula bersifat humektan, dikenal membantu


pembusaan sabun. Semakin putih warna gula akan
semakin jernih sabun transparan yang dihasilkan. Terlalu
banyak gula, produk sabun menjadi lengket, pada
permukaan sabun keluar gelembung kecil-kecil. Gula yang
paling baik untuk sabun transparan adalah gula yang
apabila dicairkan berwarna jernih seperti gliserin, karena
warna gula sangat mempengaruhi warna sabun transparan
akhir. Gula lokal yang berwarna agak kecoklatan, hasil
sabun akhir juga tidak bening, jernih tanpa warna tetapi
juga agak kecoklatan.
c. Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara
minyak nabati dengan air untuk menghasilkan asam lemak.
Gliserin merupakan humektan sehingga dapat berfungsi
sebagai pelembap pada kulit. Pada kondisi atmosfer
sedang ataupun pada kondisi kelembaban tinggi, gliserin
dapat melembapkan kulit dan mudah dibilas. Ketika sabun
akan dibuat jernih dan bening maka hal yang paling
essensial adalah kualitas gula, alkohol dan gliserin. Oleh
karena itu pemilihan material dipertimbangkan dengan
warna dan kemurniannya.
d. Parfum berperan penting dalam warna sabun seperti
adanya tincture, balsam dan yang digunakan agar sabun
menjadi wangi, adanya bahan tersebut dapat menjadikan
spotting ( bintik hitam ). Apabila sabun sengaja diwarna,
dipilih pewarna yang tahan alkali. Air distilasi adalah air
terbaik untuk sabun transparan glyserin dipilih yang murni.
Untuk minyak dan lemak digunakan yang asam lemak
bebas rendah dan warna yang baik. Penambahan gliserin
atau gula yang banyak menyebabkan sabun menjadi
lengket dan manis, oleh karena itu mengotori pembungkus.
Untuk memperoleh transparansi sabun berikut ini adalah
metode yang umum digunakan
a. Transparan karena gula.
b. Transparan karena gliserin dan energi.
c. Dimana a dan b digabung dengan menggunakan
minyak castor.
d. Transparansi karena asam lemak dalam sabun dan
seberapa kali sabun dimill.

Dengan metode pertama, kandungan minyak kelapa


sedikitnya adalah 25 %, lemak yang lain adalah tallow atau
lemak apa saja yang dapat menjadikan sabun keras. Sabun
dididihkan dan dimasak seperti biasanya lalu dimasukkan dalam
pengaduk untuk dicampur dalam larutan yang mengandung 10
20 % gula sesuai berat sabun. Gula dilarutkan dalam air dan
larutan dipanasi sampai 60C kemudian perlahan lahan
ditambahkan dalam sabun. Manakala air menguap, sabun jenis
tersebut menunjukkan bintik bintik dan menjadi lengket karena
gula menembus permukaan larutan.
Sabun transparan dari kategori yang kedua dapat
disaponifikasikan sebagaimana biasanya dan dibuat dari sabun
mandi dasar. Sabun dimasukkan dalam mixer dan dicampur 96 %
dengan perbandingan satu bagian dalam dua bagian total asam
lemak dalam sabun, bersama gliserin dengan proporsi yang
sama.
Metode yang ketiga yakni dengan menggunakan minyak
castor, digunakan untuk membuat sabun atau lebih dari
sepertiga lemak dapat ditambah utnuk setiap sabun dasar
diatas. Jika minyak castor yang digunakan, maka hanya perlu 2
% atau 3 % gula.
Metode yang terakhir yaitu kombinasi dari tallow (lemak) 75%
,minyak kelapa 20%, rosin jernih 5%. Selanjutnya dengan proses
saponifikasi dan perampungan dengan cara pemanasan. Sabun
selanjutnya dimasukkan dalam ketel berjaket dan diolah sesuai
dengan pemanasan sempurna.
Kebanyakan sabun transparan dibuat dengan cara semi
panas, metodenya lebih sederhana dan mudah. Langkah awalnya
adalah memasukkan lemak dan minyak dalam ketel, dipanasi
sampai 60C. Sabun scrap yang sudah dibuat dapat dicairkan
dalam lemak yang panas jika diinginkan. Ditambahkan larutan
soda yang sudah dibuat. Sambil diaduk sampai terjadi proses
saponifikasi. Setelah itu sabun ditutup dan dibiarkan selama 2
jam atau sampai pada tengahnya ada tonjolan. Kemudian larutan
gula dimasukkan dan akhirnya dan gliserin. Temperatur dari
massa dinaikkan sampai 60 C.

2.4 Kandungan Sabun Transparan


Di dalam sifat sabun transparan tergantung pada senyawa
senyawa berikut [6].
1) Minyak Sawit
Sering di pakai dalam pembuatan sabun, namun beberapa
dari kita ada yang alergi dengan minyak kelapa sawit
karena ada reaksi minyak wangi dengan minyak kelapanya
atau cenderung pemakai tidak tahan fregrantnya (minyak
wangi sintetis), dengan minyak kelapa menghasilkan busa
yang banyak.
2) Sodium Hidroksida.
Sabun terbuat dari sodium hidroksida dimana sangat
kaustik, sampai selesainya reaksi dengan minyak kemudian
menjadi sabun dikenal dengan nama reaksi saponifikasi.
Sodium harus terurai sempurna dalam proses saponifikasi
minyak, oleh karena itu tidak akan ada bahan kaustik yang
tertinggal dalam sabun. Agar produk sabun sempurna
maka sabun harus dicuring dan rebatching sebelum
penambahan emollien, moisturizer dan minyak essensial.
Fully Curing berarti sodium hidroksida benar benar
terurai sempurna selama proses saponifikasi dan tidak
bereaksi dengan emollien, moisturizer dan minyak
essensial. Rebatching berarti sabun base diparut,
dilelehkan kemudian ditambah bahan lainnya, selanjutnya
dimasukkan dalam cetakkan. Dengan cara begitu akan
menghasilkan produk sabun yang lebih baik dari pada
proses yang tidak menggunakan rebatching.
3) Alkohol
Adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan sabun,
agar sabun menjadi bening atau transparan. Kemurnian
alkohol 95% yang mempunyai titik nyala yang rendah
maka tidak sulit untuk menyalakannya. Penggunaan
kompor gas dan kompor listrik harus dengan hati hati,
karena dapat membakar alkohol langsung. Untuk terjadi
transparansi sabun harus benar larut. Alkohol dengan level
yang tinggi dan kandungan air yang rendah menghasilkan
produk sabun yang lebih jernih.
4) Gliserin

Sudah lama digunakan sebagai humektan (penjaga


kelembaban kulit) dan sampai saat ini digunakan secara
meluas oleh pembuat sabun. Apabila didehidrasi dan
dideodorisasi, gliserin menjadi cairan tak berwarna dan tak
berbau. Glyserin kurang menentukan kejernihan sabun,
rasanya manis membakar.
5) Gula
Bersifat humektan, dikenal membantu pembusaan sabun.
Semakin putih warna gula akan semakin jernih sabun
transparan yang dihasilkan. Terlalu banyak gula, produk
sabun menjadi lengket ,pada permukaan sabun keluar
gelembung kecil kecil. Gula yang paling baik untuk sabun
transparan adalah gula yang apabila dicairkan berwarna
jernih seperti gliserin, karena warna gula sangat
mempengaruhi warna sabun transparan akhir. Gula lokal
yang berwarna agak kecoklatan, hasil sabun akhir juga
tidak bening, jernih tanpa warna tetapi juga agak
kecoklatan. Penggunaan gula sebagai penjernih sabun
harus memperhatikan reaksi yang terjadi. Beberapa reaksi
yang dapat menyebabkan gula menjadi tidak jernih adalah:
Karamelisasi, pemanasan gula sampai suhu tinggi.
Reaksi Maillard, reaksi antara gula, asam amino
dan panas.
Reaksi dengan vitamin C.
Ketiga reaksi diatas akan merubah sabun menjadi agak
coklat hal tersebut dapat diatasi dengan penambahan
bahan squesteran.
6) Stearic Acid.
Membantu untuk mengeraskan sabun, khususnya minyak
dari tumbuhan yang digunakan. Penggunaannya dengan
mencairkan dahulu dalam minyak kemudian dicampur
sodium hidroksida untuk saponifikasi. Penggunaan terlalu
banyak menyebabkan sabun kurang berbusa, jika terlalu
sedikit sabun tidak keras.
7) Pewarna
Perlu di pertimbangkan untuk penggunaan pigmen mineral
(ocher atau oksida) pewarna kain atau sintetik , hal itu
dapat tidak sejalan dengan pewarnaan kulit, karena :
Pigmen dan ocher adalah oksida logam dan
mineral yang di tambahkan ke sabun, lotion, cream

agar warnanya seragam. Hal itu kan beracun


masuk ke dalam kulit.
Dyes lilin atau pewarna malam di gunakan juga
untuk mewarnai sabun khususnya gliserin,
penggunaan warna itu akan merugikan kulit.
Pewarna kain sudah jelas bersifat karsinogenik bagi
kulit.
Jadi bahan yang aman dalam pewarnaan adalah pewarna
makanan, minuman, kosmetik.
8) Pewangi
Fragran merupakan pewangi sintetik di desain secara kimia
dengan kata lain di rancang di laboratorium kimia tidak asli
dari alam, namun beberapa dari kita alergi terhadap
fragran sintetik oleh karena itu masyarakat kebanyakan
memilih sabun tanpa pewangi tubuh. Sabun tanpa pewarna
dan pewangi digunakan untuk merawat wajah.
9) Coco DEA (TEA)
Cocamide DEA digunakan untuk meningkatkan kualitas
foaming (busa yang terbentuk) serta menstabilkan busa,
selain itu cocamide DEA membantu mengentalkan produk
seperti shampo, handsoap, serta sediaan kosmetik yang
lain.
2.5 Proses Pembuatan Sabun
Sabun dapat dibuat melalui dua proses, yaitu:
a. Saponifikasi
Saponifikasi melibatkan hidrolisis ikatan ester gliserida
yang menghasilkan pembebesan asam lemak dalam bentuk
garam dan gliserol. Garam dari asam lemak berantai
panjang adalah sabun.
Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi ketika minyak
atau lemak dicampur dengan larutan alkali. Dengan kata
lain saponifikasi adalah proses pembuatan sabun yang
berlangsung dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali
yang menghasilkan air serta garam karbonil (sejenis sabun).
Sabun merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk
mencuci baik pakaian maupun alat-alat lain. Alkali yang
biasanya digunakan adalah KOH.
Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini, yaitu

10

sabun dan gliserin. Secara teknik, sabun adalah hasil reaksi


kimia antara asam lemak dan alkali. Selain C 12 dan C16,
sabun juga disusun oleh gugusasam karboksilat. Hidrolisis
ester dalam suasana basa bisa disebut juga saponifikasi [7].
Reaksi kimia pada proses saponifikasi adalah sebagai
berikut:

Gambar 1. Proses saponifikasi


b. Netralisasi
Netralisasi adalah proses untuk memisahkan asam lemak
bebas dari minyak atau lemak, dengan cara mereaksikan
asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya
sehingga membentuk sabun [8].
Reaksi kimia pada proses saponifikasi adalah sebagai
berikut:

11

Gambar 2. Proses netralisasi


2.6 Mekanisme Reaksi Pembuatan Sabun
Sabun memiliki kemampuan untuk mengemulsi kotoran
berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan.
Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat sabun adalah:
1. Rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat
non-polar, seperti tetesan-tetesan minyak.
2. Ujung anion molekul sabun, yang tertarik pada air, ditolak
oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul
dari tetesan minyak lain. Karena tolak-menolak antara
tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling
bergabung tetapi tetap tersuspensi [8].

B
erikut adalah mekanisme reaksi pada proses pembuatan
sabun transparan :

12

13

14

Gambar 3. Mekanisme reaksi pembentukan sabun


2.7 Sifat Kimia dan Fisika Sabun
1.
Sifat Fisika
Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi
sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil,
melainkan larut dalam bentuk ion. Sabun dan detergen
merupakan agen pengemulsi yang paling efektif,
khususunya untuk emulsi minyak-air. Minyak dalam air
merupakan emulsi dengan minyak sebagai fase terdispersi
dan air sebagai fase pendispersi.
2. Sifat Kimia
a. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi
sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu
larutan sabun dalam air bersifat basa.
CH3(CH2)16COONa + H2OCH3(CH2)16COOH + OHb. Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan
menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada
air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih
setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
CH3(CH2)16COONa + CaSO4 Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2
c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini
disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam natrium
dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran
yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun
mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun
mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak
sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan
larut dalam zat organik sedangkan COONa + sebagai
kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam
air.
d. Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air
untuk mencuci dan membersihkan. Banyak sabun
merupakan campuran garam natrium atau kalium dari
asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau
lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium
atau kalium hidroksida) [9].

15

16

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Diagram Alir
Diagram alir dari pratikum sabun transparan ini adalah
sebagai berikut:
17,5 gram asam
stearat

Gelas Beker

Melelehkan pada suhu 60 C


pada Hot Plate

50 Ml
minyak

25 MlNaOH

Mencampurkan dalam lelehan asam


stearat dan meletakan magnetic stirrer
didalamnya

Mencampurkan secara perlahan lahan setelah

homogen dengan suhu konstan 70 C

Mengaduk hingga proses


safonifikasi sempurna

30 Mletanol
6 ml Gliserin

Mencampurkan hingga homogen sambil


terus diaduk

28 gr sukrosa

Mematikan pengontrol sampai


40 C

Mencetak Sabun

Menguji pH dan Mutu sabun

Gambar 4. Diagram Alir pembuatan sabun transparan

17

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam pratikum sabun transparan
ini adalah
a. Batang pengaduk
1 buah
b. Botol aquadest
1 buah
c. Cetakan sabun
1 buah
d. Gelas arlogi
1 buah
e. Gelas Beker 500 Ml
1 buah
f. Gelas Beker 250 Ml
3 buah
g. Gelas Ukur 25 Ml
1 buah
h. Gelas Ukur 50 Ml
1 buah
i. Hot Plate
1 buah
j. Magnetik stirer
1 buah
k. Neraca Analitik
1 buah
l. Pipet tetes
1 buah
m. Pipet volume
1 buah
n. Spatula
1 buah
o. Termometer
1 buah
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum sabun
transparan ini adalah
a. Aquadest
50 Ml
b. Asam stearat
17,5 gram
c. Etanol
30 Ml
d. Gliserin
6 Ml
e. Minyak
50 Ml
f. Natrium Hidroksida
8 gram
g. Pewangi
h. Pewarna
i. Sukrosa
28 gram
3.3 Prosedur Percobaan
A. Preparasi bahan
Pertama tama kita menyiapkan bahan-bahan yang
digunakan
seperti
menimbang
17,5
gram
asam
stearat,kemudian menimbang 8 gram NaOH dan melarutkan
dengan aquadest sebanyak 25 mL. Setelah itu menyiapkan
50 mL minyak, 30 mL etanol 96% dan 6 mL glyserin,
kemudian menimbang 28 gram sukrosa dan dilarutkan dalam
28 mL aquadest diatas penangas air.
B. Pembuatan Sabun

18

Setelah menyiapkan semua bahan, langkah pertama


adalah Melehkan asam stearat pada suhu 60C di dalam
beakerglass 400 mL di atas hotplate (suhu dijaga constant),
kemudan memasukkan magnetic stirer (atur putaran sedang
lebih dulu) dan minyak ke dalam lelehan asam stearat, lalu
memasukkan larutan NaOH sedikit demi sedikit sambil terus
dipanaskan dengan suhu 70C (dijaga konstant) dan diaduk
sampai proses saponifikasi sempurna (terbentuk larutan yang
semipadat), setelah itu memasukkan etanol sedikit demi
sedikit (wadah dijaga, jika campuran meluap, keluarkan
wadah dari hotplate), gliserin, dan larutan sukrosa sambil
terus diaduk sampai campuran menjadi homogen kemuadian
mematikan pengontrol suhu lalu tambahkan pewarna dan
pewangi dilakukan pada suhu 40C. Menuangkan campuran
ke dalam cetakan (ambil bagian yang transparan saja) dan
diamkan selama 24 jam hingga sabun mengeras. Lalu
mengeluarkan sabun yang sudah mengeras dari cetakan.
C. Pengujian Mutu Sabun Batangan
Untuk
pengujian
transparansi
dilakukan
dengan
menggunakan visual. Sedangkan tingkat kekerasannya cukup
dengan cara manual yaitu menggunakan tangan saja.
Berbeda dengan pengukuran pH yaitu dengan melarutkan
sedikit sabun ( 0,5 gram) menggunakan pelarut universal
(air) dan dicek menggunakan indikator universal. pH yang
baik berkisar antara 8-10.
3.4 Gambar Alat

1
3

2
5
4

Gambar 5. Rangkaian Alat proses pembuatan sabun transparan


Keterangan gambar
:
1. Batang Pengaduk
2. Gelas Beker

19

3. Thermometer
4. Hot Plate
5. Magnetic Stir
3.5 Variabel Percobaan
Variabel percobaan pada pembuatan sabun transparan
meliputi variabel tetap dan variabel berubah. Adapun variabel
tetap dalam praktikum ini yaitu asam stearate, minyak, NaOH,
etanol, gliserin, dan gula.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Berikut ini merupakan hasil dari percobaan sabun transparan
Tabel 1. Data Hasil Percobaan Sabun Transparan
Data
Hasil
Berat Sabun
96,5 gram
Warna
Oranye
Bau
Lemon
pH
9
Busa
Berbusa lembut
Transparansi
4.2 Pembahasan
Pada
percobaan
sabun
transparaninimetode
yang
digunakanadalahmetodesaponifikasi.Saponifikasiadalahreaksihidr
olisisasamlemakolehadanyabasalemah
(misalnyaNaOH).Hasillaindarireaksisaponifikasiialahgliserol.
Selain
C12
dan
C16,
sabunjugadisusunolehgugusasamkarboksilat.Hidrolisis
ester
dalamsuasanabasabisadisebutjugasaponifikasi.
Reaksi kimia pada proses saponifikasi adalah sebagai berikut:

20

Dalampercobaaninibahan
yang
pertamadimasukankedalamgelasbekeradalahasam stearate yang
kemudiandilelehkan,
fungsiuntukmembantu
mengeraskan
sabundanmenstabilkanbusa, khususnya minyak dari tumbuhan
yang digunakan. Penggunaannya dengan mencairkan dahulu
diatas hot plate. Setelah semua cair bahan yang dimasukan
lainnya adalah minyak dimana fungsi minyak merupakan bahan
utama dalam pembuatan sabun.
Setelah minyak dan asam stearat larut secara homogen
kemudian ditambahkan NaOH secara perlahan lahan-lahan,
fungsi penambahan NaOH yaitu sebagai basa alkali.
Natriumhidroksidabereaksidenganminyakmembentuksabun yang
disebutdengansaponifikasi, Penambahan Larutan NaOH berfungsi
sebagai penetralisir asam karena NaOH bersifat basa. Basa yang
digunakan adalah NaOH agar diperoleh sabun yang padat.
Setelahsempurna
proses
saponifikasikemudianditambahkanetanoldangliserin. Fungsi dari
penambahan Etanol adalah sebagai pelarut dalam pembuatan
sabun transparan karena sifatnya yang mudah larut dalam air
dan lemak sehingga akan menghasilkan sabun dengan kelarutan
yang tinggi. Selain itu etanol juga berfungsi untuk membentuk
tekstur
transparan
sabun,
Untukterjaditransparansisabunharusbenarlarut.
Alkoholdengan
level
yang
tinggidankandungan
air
yang
rendahmenghasilkanproduksabun yang lebihjernih.Sedangkan
padapembuatansabuntransparan,
gliserinberfungsiuntukmenghasilkanpenampakan
yang
transparandanmemberikankelebembabanpadakulit (humektan).
Humektan (moisturizer) adalah skin conditioning agents yang
dapatmeningkatkankelembabankulit.Pada
kondisi
atmosfir
sedang ataupun pada kondisi kelembaban tinggi, gliserin dapat
melembabkan kulit dan mudah dibilas.
Setelahmenambahkanetanoldangliserinkedalamsabun,
kemudianmenambahkansukrosakedalamlarutansabuntersebut,
dimanasukrosainimerupakanbahanpentingdalampembuatansabu

21

ntransparan.Sukrosaataulebihdikenaldengangulapasirberfungsiun
tukmembantuterbentuknyatransparansipadasabun.Penambahan
gulapasirdapatmembantuperkembangankristalpadasabun.
Semakinputihwarnagulaakansemakinjernihsabuntransparan yang
dihasilkan.
Terlalubanyakgula,
produksabunmenjadilengket
,padapermukaansabunkeluargelembungkecil kecil. Gula yang
paling
baikuntuksabuntransparanadalahgula
yang
apabiladicairkanberwarnajernihsepertigliserin,
karenawarnagulasangatmempengaruhiwarnasabuntransparanak
hir.Gulalokal
yang
berwarnaagakkecoklatan,
hasilsabunakhirjugatidakbening,
jernihtanpawarnatetapijugaagakkecoklatan.Penggunaangulaseba
gaipenjernihsabunharusmemperhatikanreaksi
yang
terjadi.Selainitudalampercobaaninisabun
yang
didapatkandiberipewarnadanpewangisedikit.Pewarnaditambahka
npada proses pembuatansabununtukmenghasilkanproduksabun
yang
beranekawarnasertamenambahkarakteristiksabun.danPewangidit
ambahkanpada
proses
pembuatansabununtukmemberikanefekwangipadaproduksabun.
Dalampercobaaninifaktorpengadukandansuhusangatberpengaru
hselama
proses
pembuatansabuntransparan.Pengadukanharusdilakukansecarako
ntinyu.Hal
inidilakukandengantujuanuntukmenghasilkansediaansabuntransp
aran
yang
homogen.Apabilatidakdilakukanpengadukansecarakontinyubeber
apabahan
yang
dicampurkanmenjaditidakmeratadanmenggumpal.
Hal
tersebutakanmempengaruhitampilansabuntransparan.
Selamapembuatansabunberlangsungsuhuharusdijagadalam 70
C karenadipanaskanpadasuhu 70 C agarasamstearatmencair,
namunpemanasaninijanganpanaskarenadengansuhuterlalupanas
akanmengoksidasiminyak
yang
menyebabkanwarnanyamenjadicokelat,
halinibehubunganeratdenganbilanganperoksidayaitunilaiuntukme
nentukanderajatkerusakanpadaminyakataulemak
yang
disebabkanolehautooksidasidanjikatidakdijagadalam
70C
perabaansabunakanberminyak.

22

Adapun fenomena- fenomena


yang terjadi selama
percobaan yaitu adanya perubahan-perubahan warna selama
proses pemanasan dan proses safonifikasi,yaitu warna minyak
yang dicampurkan dengan asam stearat awalnya berwarna jernih
namun setelah ditetesi Natrium Hidroksida warna larutan
menjadi kuning dan sedikit mengeras ini menunjukan bahwa
proses safonifikasi sudah hampir sempurna.

Gambar 6. setelah proses saponifikasi


Setelah ditambahkan etanol pada hasil saponifikasi terjadi
fenomena dimana sabun kembali larut ini disebabkan karena Natrium
Hidroksida dan minyak larut dalam etanol dan setelah ditambahan
sukrosa dan gliserin sabun menjadi lebih bening.

Pengujian busa dilakukan pada sisa- sisa sabun yang


menempel pada gelas beker yang digunakan untuk membuat
sabun transparan. Uji busa sabun dilakukan dengan
menambahkan sedikit aquades dan mengaduk campuran sabun
dan aquades hingga terlihat busa- busa. Busa yang terlihat dari
percobaan ini memiliki struktur busa yang kecil- kecil dan terlihat
sangat lembut, yang dapat dilihat pada gambar 7 dibawah ini.

23

Gambar 7. Pengujian Busa Pada Hasil Percobaaan Sabun


Transparan
Selanjutnya pengujian pH dari sabun transparan dilakukan
dengan cara mencelupkan kertas indikator universal ke dalam
larutan hasil pengujian busa sabun, dan setelah beberapa saat
terlihatlah warna yang tertera pada kertas indikator universal
tersebut, selanjutnya warna yang tertera pada kertas indikator
universal dibandingkan dengan tingkat warna yang menunjukan
pH yang terdapat pada wadah indikator. Dari hasil percobaan
didapatkan pH sabun sebesar 9. Dalam literatur lain yang kami
peroleh untuk pH sabun pada percobaan lain yaitu sebesar 9,
Karena pH untuk sabun adalah basa, yaitu sekitar 8-10 menurut
SNI. Sedangkan pH sabun komersial sendiri yaitu berada dalam
pH sekitar 9,5 11.
Tingkat kekerasan dari sabun yang dihasilkan dicari dengan
menghitung kekerasannya yakni dengan cara membagi massa
sabun. Dari perhitungan tersebut didapat kekerasan sabun
sebesar 0,548. Tingkat kekerasan yang didapat pada percobaan
ini apabila dibandingkan dengan sabun komersial yang tingkat
kekerasannya 0,967 menunjukan perbedaan sebesar 0,419.
Secara wujud tingkat kekerasannya cukup baik karena dalam
waktu kurang lebih 3 jam sabun telah mengeras.
Hasil warna yang didapat pada percobaan sabun transparan
ini adalah orange sangat muda dan cukup transparan. Warna
orange sendiri didapat dengan menambahkan sedikit pewarna
merah ke dalam larutan sabun ketika suhu larutan sekitar 40C.
Warna sabun sendiri berfungsi sebagai daya tarik tersendiri bagi

24

yang melihat. Pada sabun komersial begitu banyak aneka warna


untuk menarik daya beli konsumen.
Sifat transparan didapatkan dari larutan gula yang jernih dan
tak berwarna serta penambahan tetes demi tetes etanol ke
dalam larutan ketika dipanaskan dengan suhu larutan sekiar
70C, sehingga menghasilkan sabun transparan yang jernih,
yang dapat dilihat pada gambar 8 dibawah ini.

Gambar 8. Hasil Sabun Transparan dalam Cetakan


Hasil sabun yang didapatkan memiliki bau seperti lemon
segar, karena ketika percobaan dilakukan penambahan pewangi
sebanyak 2 ml, yang ditambahkan ke dalam larutan sabun ketika
suhunya telah berada di tiitk 40C. Pewangi yang digunakan
dalam percobaan ini yaitu berupa pewangi buah-buahan yaitu
lemon, pewangi ini banyak macamnya yang diambil dari aroma
buah-buhan, dalam literatur lain ada percobaan yang
menggunakan pewangi aroma buah apel, dan lain-lain. Dalam
sabun komersial pewangi yang digunakan sangat beraneka
ragamnya hal ini sangat berpengaruh terhadap daya tarik sabun
di pasaran dan ragam disesuaikan dengan selera konsumen. Dari
hasil percobaan ini, dihasilkan massa sabun sebesar 96,5 gram
dengan rendemen sebesar 44,77 % sedangkan rendemen yang
didapat oleh dari jurnal lain yaitu sebesar 45,69%.

25

26

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai

berikut :
a. Hasil sabun transparan yang dihasilkan cukup
transparan
walaupun
masih
tergolong
sabun
translucent dengan massa sabun yang dihasilkan
sebesar 96,5 gram
b. Rendemen yang didapatkan sebesar 44,77 %
c. Dari hasil percobaan didapatkan pH sabun sebesar 9.
d. kekerasan sabun sebesar 0,548.
5.2
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh penyusun adalah
sebagai berikut :
a. Untuk
percobaan
sabun
transparan
selanjunya
diharapkan menggunakan variasi bahan berupa
penambahan atau penguranagan kuantitas gula yang
digunakan, penggantian jenis minyak yang digunakan
supaya terlihatnya perbedaan hasil yang didapatkan.
b. Untuk
percobaan sabun transparan selanjutnya
diharapkan menggunakan basa alkali yang lain yaitu
KOH.
c. Untuk
percobaan sabun transparan selanjutnya
diharapkan menggunakan variasi bentuk cetakan sabun
agar leih menarik.

Anda mungkin juga menyukai