DISUSUN OLEH
KELOMPOK : 3B1
ANGGOTA KELOMPOK :
1. DEFANO ADRIAN A
2. YUNI RATNA SARI
3. RAHMAD DWI SYAHPUTRA
4. ADITYA PUTRA PRATAMA
PENDAHULUAN
2.1 VCO
Virgin coconut oil ( VCO ) merupakan bentuk olahan daging kelapa yang
baru-baru ini banyak diproduksi untuk dikomersilkan. Minyak kelapa murni
merupakan hasil olahan kelapa yang bebas dari trans fatty acid (TFA) atau asam
lemak-trans. Asam lemak trans ini dapat terjadi akibat proses hidrogenasi. Agar
tidak mengalami proses hidrogenasi, maka ekstraksi minyak kelapa ini dilakukan
dengan proses dingin. Misalnya, secara fermentasi, pancingan, sentrifugasi,
pemanasan terkendali, pengeringan parutan kelapa secara cepat dan lain-lain.
Minyak kelapa murni, atau lebih dikenal dengan Virgin Coconut Oil
(VCO), adalah modifikasi proses pembuatan minyak kelapa sehingga dihasilkan
produk dengan kadar air dan kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna
bening, berbau harum, serta mempunyai daya simpan yang cukup lama yaitu lebih
dari 12 bulan.
2.2 Sabun
Sabun adalah pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa
Natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau hewani. Sabun
termasuk kebutuhan pokok manusia. Sabun adalah garam alkali dari asam-asam
lemak telah dikenal secara umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan
penting di dalam rumah tangga sebagai alat pembersih dan pencuci. Kandungan
zat-zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan sifat dan jenis
sabun. Zat-zat tersebut dapat menimbulkan efek, baik yang menguntungkan
maupun yang merugikan.
Sabun dihasilkan oleh proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi
asam lemak dan glisrol dalam kondisi basa. Pembuat kondisi basa yang biasanya
digunakan adalah NaOH (natrium/sodium hidroksida) dan KOH (kalium/potasium
hidroksida). Asam lemak yang berikatan dengan natrium atau kalium inilah yang
kemudian dinamakan sabun.
Sabun digunakan sebagai pembersi baik untuk tubuh atau peralatan
lainnya. Sabun dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu sabun cream, sabun
batang, dan sabun cair. Sabun batang dikelompokkan menjadi tiga. yaitu sabun
opaque, sabun transparan, dan sabun translucent. Ketiga jenis ini dibedakan
berdasarkan penampakannya.
Gambar 2.1 Reaksi Saponifikasi
3.1 Alat
Adapun peralatan yang digunakan pada proses pembuatan sabun
transparan dan fungsinya adalah sebagai berikut.
1. Gelas piala 500 mL, digunakan sebagai wadah reactor.
2. Kaca arloji, digunakan sebagai wadah untuk penimbangan.
3. Piper ukur, digunakan untuk mengukur larutan.
4. Bola hisap, digunakan sebagai alat penghisap pada pipet.
5. Termometer, digunakan untuk mengukur suhu.
6. Timbangan, digunakan untuk menimbang bahan.
7. Corong, digunakan untuk memasukan bahan.
8. Batang pengaduk, digunakan untuk mengaduk bahan.
9. Erlenmeyer, digunakan sebagai wadah.
10. Spiritus dan kaki tiga, digunakan untuk pemanasan.
11. Cetakan sabun, digunakan untuk mencetak sabun.
12. Spatula, digunakan untuk mengambil bahan saat penimbangan.
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada proses pembuatan sabun transparan
dan fungsinya adalah sebagai berikut ini.
1. VCO, merupakan bahan baku utama pembuatan sabun.
2. Asam Stearat, membantu mengeraskan sabun.
3. NaOH, sebagai peraksi pada reaksi saponifikasi.
4. Etanol, digunakan sebagai pelarut sabun.
5. Sukrosa, digunakan sebagai pentrasnparan sabun.
6. Gliserin, digunakan sebagai pelembut sabun.
7. Pewarna, digunakan sebagai pemberi warna sabun.
8. Pewangi, digunakan sebagai pemberi aroma sabun.
9. Air, digunakan sebagai pelarut bahan.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari praktikum pembuatan sabun trasnparan adalah
sebagai berikut.
a. Pembuatan Sabun Transparan
1. Timbang VCO sebanyak 50 gram pada gelas piala, tambahkan sedikit demi
sedikit 20 gram asam stearat sambil diaduk pada suhu 700C.
2. Tambahkan 32 mL NaOH 30% yang telah dipanaskan pada suhu 600C ke
dalam campuran minyak dan asam stearat sambil diaduk sampai campuran
larut sempurna (suhu dijaga 700C).
3. Angkat campuran dari pemanas dan tambahkan 33 mL etanol, campuran
diaduk kembali sampai larut sempurna.
4. Panaskan kembali campuran dan tambahkan larutan sukrosa 17 gram dalam
16 mL air, selanjutnya tambahkan gliserin 17 mL, aduk hingga homogen,
dan hentikan pemanasan.
5. Tambahkan pewarna dan pewangi (secukupnya) ke dalam gelas piala
sambil diaduk rata.
6. Tuangkan sampel ke dalam cetakan sabun.
b. Analisa Kualitas Sabun Transparan
Penentuan Kadar Air
1. Timbang 1 gram sabun transparan dalam cawan penguap.
2. Panaskan cawan penguap yang berisi sabun tersebut dalam oven dengan
suhu 1050C selama 15 menit.
3. Timbang bobot cawan penguap dan sabun yang telah kering sehingga
diperoleh beratnya.
4. Hitung kadar air dari sabun transparan.
Keterangan:
V = volume titrasi HCl (mL)
N = normalitas HCl (N)
BM = berat molekul NaOH (g/mol)
M = berat sabun (g)
3.4 Skema kerja
Adapun skemaja kerja dari pembuatan sabun transparan adalah sebagai
berikut ini.
+ Pengharum + Glukosa
+ Pewangi + Gliserin
+ +
Kelompok : 3B1
Kelompok : 3B1
Adapun data dan pengamatan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
Data
Berat kosong = 35,1486 gram
Berat cawan berisi = 1,0263 gram
Berat kering = 0,8052 gram
Volume titrasi 1 = 0,4 mL
Berat sabun 1 = 5,0075 gram
Volume titrasi 2 = 0,2 mL
Berat sabun 2 = 4,9985 gram
Konsentrasi NaOH = 0,1 N
Pengamatan
Sabun berwarna kuning transparan dan tekstur keras
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapatkan dari praktikum pembuatan sabun transparan
adalah sebagai berikut ini.
Tabel 4.1 Hasil dari Proses Pembuatan Sabun Transparan
Kelompok Kadar Air (%) Kadar Alkali Bebas (%)
1 21,28 0,059
2 23,61 1,150
3 21,49 0,024
4 24,14 0,030
4.2 Pembahasan
4.2.1 Mekanisme Kerja
Pada praktikum pembuatan sabun transparan ini metode yang digunakan
adalah metode saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh
adanya basa (misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol.
Selain C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat. Hidrolisis
ester dalam suasana basa bisa disebut juga saponifikasi. Reaksi saponifikasi dapat
dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Reaksi Saponifikasi
Bahan baku utama yang dimasukan pertama kali kedalam gelas piala
adalah VCO. Kedalam VCO kemudian ditambahkan asam stearat pada suhu 70oC
sambil diaduk hingga asam stearate meleleh. Asam stearate ini berfungsi sebagai
pengeras sabun yang dihasilkan. Kemudian ditambahkan NaOH kedalam
campuran sehingga terjadi reaksi saponifikasi. Pada proses saponifikasi ini
terbentuk sediaan sabun berwarna putih berbentuk padatan menggumpal. Sediaan
sabun ini kemudian ditambahkan alkohol sembari diaduk sehingga dapat
melarutkan sabun.
Sediaan sabun yang telah larut ditambahkan glukosa sebagai penjernih dan
pentransparan sabun yang dihasilkan. Selanjutnya juga ditambahkan gliserin
sebagai pelembut sabun yang dihasilkan. Untuk menambah daya tarik sabun yang
dihasilakan ditambah pengharum dan pewarna. Sediaan sabun kemudian dicetak
dan dikeraskan. Hasil sabun transparan kemudian diuji kadar air dan kadar alkali
bebas.
4.2.2 Pembahasan Hasil
Hasil sabun yang didapatkan pada praktikum ini adalah berwarna kuning
transparan dan memiliki tekstur yang cukup keras. Hasil ini sesuai dengan apa
yang diinginkan secara fisik sabun yang dihasilkan. Selain itu juga dilakukan uji
kadar air dan alkali bebas sabun sesuai SNI. Untuk kelompok 3 sendiri, kadar air
yang didapat adalah 21,49 %. Sedangkan secara SNI, kadar air pada sabun yang
diizinkan adalah maksimal 15%. Hal ini berarti produk belum layak secara SNI.
Terlalu banyak kadar air dapat merusak kualitas sabun dan menurunkan massa
simpan. Semakin tinggi kandungan air pada sabun transparan maka semakin
mudah mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang pada sabun tersebut.
Untuk kadar alkali bebas pada sabun yang dibuat kelompok 3 adalah 0.024
%. Angka ini masih berada pada range yang diizinkan yaitu dibawah 0,1 %.
Terlalu tingginya kadar alkali bebas dapat menyebabkan rasa gatal pada kulit jika
sabun transparan digunakan. Hal ini dikarenakan adanya alkali yang masih bersisa
dan belum bereaksi.
Hasil pengujian produk yang tidak sesuai standar bisa diakibatkan karna
proses pendiaman produk yang terlalu cepat sehingga belum semuanya bereaksi.
Idealnya produk sabun yang dihasilkan didiamkan paling sedikit 1 minggu
sebelum digunakan. Selain itu, juga ada kemungkinan kesalahan dalam
menganalisis kualitas produk dan penggunaan bahan baku yang tidak berkualitas.
Tampak dari hasil yang didapatkan, kadar air produk semua kelompok tidak
sesuai SNI, dan kadar alkali bebas kelompok 2 juga tidak sesuai SNI.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktikum pembuatan sabun transparan, dapat
disimpulkan sebagai berikut ini.
1. Prinsip utama pembutan sabun transparan adalah dengan metode
saponifikasi. Kemudian sediaan sabun diberi bahan tambahan sehingga
didapat produk yang sesuai.
2. Hasil uji kadar air pada sabun transparan adalah 21,49 %, dan kadar alkali
bebas pada sabun transparan adalah 0,024 %.
3. Kadar air pada sabun transparan yang dihasilkan tidak sesuai SNI,
sedangkan kadar alkali bebas pada sabun transparan yang dihasilkan telah
sesuai SNI.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk praktikum selanjutnya adalah
sebagai berikut.
1. Waktu penambahan bahan kedalam sediaan sabun harus sesuai terutama
alcohol yang mudah menguap.
2. Pengadukan campuran tidak boleh terlalu kencang karna dapat membuat
busa yang terlalu banyak dan merusak penampilan produk sabun.
3. Sabun didiamkan terlebih dahulu sekitar satu minggu sebelum digunakan
dan dianalisis.
DAFTAR PUSTAKA
= x 100 %
= 21,54 %
A.2 Kadar Alkali Bebas
Volume titrasi 1 = 0,4 mL Berat sabun 1 = 5,0075 gram
= x 100%
= 0,031%
[ ]
Kadar alkali bebas 2 = x 100%
= x 100%
= 0,016 %
Rata-rata = 0,024%
LAMPIRAN B
GAMBAR PRAKTIKUM