PENDAHULUAN
1.1. Sabun Transparan (TIDAK USAH DI BERI SUB JUDUL DI SINI, CUKUP DI
HVS BIRU SAJA. SUB JUDUL UTK BAB-BAB SELANJUTNYA JUGA DIHAPUS YAA)
Sabun pertama kali dibuat dari lemak yang dipanaskan dengan abu pada jaman
Babilon kuno. Beragam jenis sabun digunakan secara berbeda ditiap kebudayaan.
Diindonesia sendiri sabun digunakaan sebagai produk pembersih diri yang digunakan
dalam kegiatan sehari-hari. (Abi Aksar,2010). KALO SUMBER KUTIPAN SAMA
DAN BERURUTAN PARAGRAFNYA CUKUP DITULIS 1 KALI SAJA DI
PARAGRAF YG TERAKHIR
Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau lemak
alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar, bagian kepala bersifat hidrofilik dan
bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat inilah sabun mampu mengangkat
kotoran dari badan atau pakaian. (Abi Aksar,2010).
Berdasarkan jenisnya sabun dibedakan atas dua macam yaitu sabun padat dan
sabun cair. Sabun padat pada proses pembuatan biasanya menggunakan campuran
NaOH dan pada sabun cair biasanya menggunakan KOH. Adapun sabun menurut
berdasarkan Clarity atau kejernihan : Sabun Transparan, Sabun Translucent dan
Sabun Opaque. Sabun transparan adalah sabun mandi yang berbentuk batangan
dengan tampilan transparan, menghasilkan busa lebih lembut di kulit dan
penampakanya lebih berkilau dibandingkan jenis sabun lainnya. Tampilan sabun
transparan yang menarik mewah dan berkelas menyebabkan sabun transparan dijual
dengan harga yang relatif lebih mahal. Pendirian industri sabun transparan merupakan
salah satu jenis usaha yang cukup menjanjikan mengingat pasar sabun transparan
belum ramai dan masih terbuka lebar. (Abi Aksar,2010).
Proses pembuatan sabun transparan berbahan dasar VCO (Virgint Coconut Oil),
dengan cara melarutkan sabun dalam alkohol dengan pemanasan lembut untuk
membentuk larutan jernih, yang kemudian diberi warna atau pewangi.(Diah Irma,
2012). Adapun maksud dari penggunaan VCO sebagai bahan dasar pembuatan sabun
transparan dikarena mempunyai beragam manfaat untuk kesehatan tubuh dan sebagai
pengenalan produk yang berbahan dasar VCO karena diindonesia industri yang
menggunakan VCO sebagai bahan dasar produk tidaklah banyak dan berkembang.
1.1.2 Rumusan Masalah
Sabun merupakan komoditi hasil olahan minyak kelapa sawit yang populer
yang berfungsi sebagai zat yang mampu membersihkan dan mengangkat benda
asing. Reaksi yang terjadi pada saat pembuatan sabun dari minyak kelapa sawit
disebut reaksi saponifikasi. Saponifikasi dilakukan dengan mereaksikan minyak
kelapa sawit (triglisrida) dengan alkali (biasanya menggunakan NaOH dan KOH)
sehingga menghasilkan ngliserol dan garam alkali Na (sabun). (Nugroho, 2010)
Penggunaan minyak kelapa sawit sebagai bahan dasar sabun bukan karena
tanpa alasan berkat sifat antioksidan yang tinggi serta mengandung asam laurat dan
palmita atau stearat yang berfungsi untuk menghasilkan yang banyak pada sabun dan
membentuk kepadatan pada sabun.
Sabun opaque adalah jenis sabun batang (mandi) yang paling sering dijumpai,
berbentuk batangan dengan cara pambahan zat adiftif. Pada dasarnya sabun opaque
berbau tidak sedap dan tidak layak jual, untuk itu sebagian industri menambahkan Zat
aditif pada pembuatan sabun untuk menambah warna, bau, manfaat dan nilai jual
produk. Contohnya : penggunaan ekstrak serai, Lemon, Bengkoang,dll. Berbagai
merek sabun tidak tembus cahaya yang tersedia di pasaran ialah Lux, Giv, Lifebuoy,
Dettol, Nuvo, dll. (DIHAPUS SAJA TIDAK USAH SEBUT MERK)
DASAR TEORI
2.1.1. Sabun
Kegunaan sabun pada umumnya adalah sebagai alat pembersih diri yang tidak
lepas dalam kegiatan sehari-hari, fungsi sabun sangat berperan penting sebagai
pembersih/menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada tubuh kita.
a) Sabun Cair
Bentuk cair dan tidak mengental pada suhu kamar
b) Sabun Lunak/ Krim
Seperti pasta dan sangat mudah larut
c) Sabun Keras/ Padat
Dibuat dari lemak yang padat atau dari minyak yang dikeraskan dengan
proses hidrogenasi, Asam lemaknya jenuh dan mempunyai BM tinggi, Sukar larut
dalam air.
Sabun padat (batangan) dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu :
b. NaOH
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, soda
api, atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium
Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam
bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut
larutan Sorensen. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon
dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas
ketika dilarutkan, karena pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara
eksotermis. NaOHjuga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan
NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut
dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. (Wikipedia,2010).
c. Alkohol
Etanol merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol
digunakan sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun transparan karena
sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak (Hambali dkk, 2005).
d. Asam Stearat
Asam stearat dapat berbentuk padatan atau cairan. Asam stearat berfungsi untuk
mengeraskan dan menstabilkan busa. Asam stearat berwarna putih kekuningan
dan memiliki titik cair pada suhu 56 °C (Hambali dkk, 2005)
e. Gliserin
Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa manis,
serta bersifat humektan. Diperoleh dari hasil sampingan proses pembuatan
sabun atau dari asam lemak tumbuhan dan hewan. Pada pembuatan sabun
transparan, gliserin bersama dengan sukrosa dan alkohol berfungsi dalam
pembentukan stuktur transparan (Ghaim and Volz, 2005)
f. EDTA
Asam etilen diamin tetra asetat atau (EDTA) merupakan salah satu jenis asam
amina polikarboksilat yang seringkali digunakan sebagai titran dalam titrasi
kompleksometri. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat
berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus
karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua
atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat
(asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen –
penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul (Rival,
1995).
g. Gula Pasir
Gula pasir pada proses pembuatan sabun transparan berfungsi untuk
membantu terbentuknya transparansi pada sabun. Gula pasir dapat membantu
perkembangan kristal pada sabun (Hambali dkk, 2005).
Pada pembutan sabun transparan bahan utama yang direaksikan adalah asam
lemak bebas/minyak dengan NaOH hanya saja, untuk membuat tampilan sabun
transparan menjadi jerih/transparan dibutuhkan pencampuran bahan-bahan lain untuk
membuat sabun terlihat jernih dan tembus pandang.
Kelebihan:
Kekurangan:
Karena proses pembuatan dan harga bahan tidaklah murah, harga sabun
transparan tidaklah ekonomis/murah.
a. Uji pH
Uji pH adalah untuk mengetahui Derajat Keasaman (pH) yang terkandung pada
produk. Rata-rata derajat keasaman atau nilai pH dari sabun yang dihasilkan
berkisar antara 10-11. Nilai pH dengan nilai 10 menunjukkan bahwa sabun yang
dihasilkan tersebut bersifat basa, karena nilai pH yang dihasilkan lebih besar
dari 7 yang merupakan nilai untuk pH normal (DICEK KEMBALI APAKAH
SUDAH BENAR PERNYATAANNYA, BISA TANYA MAHAR YAA DIA
SUDAH BENAR pH nya)
b. Uji Organoleptik
Uji Organoleptik adalah uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
penerimaan konsumen terhadap produk sabun yang dihasilkan dari semua
perlakuan yang berbeda-beda. Uji organoleptik ini meliputi kesukaan panelis
terhadap aroma, transparansi, tekstur, banyak busa, dan warna sabun yang
dihasilkan.
Sabun Dasar Kreasi (INI KOK BELUM? POIN SABUN DASAR DAN SABUN
DASAR KREASI DIJADIKAN 1 SAJA TIDAK APA)
a. Minyak Sawit
Minyak sawit atau minyak kelapa sawit adalah minyak nabati edibel
yang didapatkan dari mesocarp buah pohon kelapa sawit, umumnya dari
spesies Elaeis guineensis,[1] dan sedikit dari spesies Elaeis oleifera dan Attalea
maripa. Minyak sawit secara alami berwarna mereha karena kandungan beta-
karoten yang tinggi. Minyak sawit berbeda dengan minyak inti kelapa sawit (palm
kernel oil) yang dihasilkan dari inti buah yang sama.[2] Minyak kelapa sawit juga
berbeda dengan minyak kelapa yang dihasilkan dari inti buah kelapa (Cocos
nucifera). Perbedaan ada pada warna (minyak inti sawit tidak memiliki karotenoid
sehingga tidak berwarna merah), dan kadar lemak jenuhnya. Minyak sawit
mengandung 41% lemak jenuh, minyak inti sawit 81%, dan minyak kelapa
86%.[3]
Minyak sawit termasuk minyak yang memiliki kadar lemak jenuh yang
tinggi. Minyak sawit berwujud setengah padat pada temperatur ruangan dan
memiliki beberapa jenis lemak jenuh asam laurat (0.1%), asam
miristat (1%), asam stearat (5%), dan asam palmitat (44%). Minyak sawit juga
memiliki lemak tak jenuh dalam bentuk asam oleat(39%), asam linoleat (10%),
dan asam alfa linoleat (0.3%).[4] Seperti semua minyak nabati, minyak sawit tidak
mengandung kolesterol[5] meski konsumsi lemak jenuh diketahui menyebabkan
peningkatan kolesterol lipoprotein densitas rendah dan lipoprotein densitas
tinggi akibat metabolisme asam lemak dalam tubuh.[6] Minyak sawit juga GMO
free, karena tidak ada kelapa sawit termodifikasi genetik (GMO) yang
dibudidayakan untuk menghasilkan minyak sawit.
b. NaOH
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, soda
api, atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium
Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam
bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut
larutan Sorensen. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon
dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas
ketika dilarutkan, karena pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara
eksotermis. NaOHjuga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan
NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut
dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. (Wikipedia,2010).
c. Aquades
Aquades adalah air hasil destilasi / penyulingan sama dengan air murni atau
H2O, kerena H2O hampir tidak mengandung mineral. Sedangkan air mineral
adalah pelarut yang universal. Oleh karena itu air dengan mudah menyerap atau
melarutkan berbagai partikel yang ditemuinya dan dengan mudah menjadi
tercemar.
d. Zat Aditif
Zat aditif yang digunakan adalah ekstrak kenanga yang bertujuan untuk memberi
aroma harum pada sabun, karena aroma yang ditimbulkan sangat kuat dan warna
yang dihasilkan, penambahan ekstrak kenanga sangat cocok.
Kekurangan:
a. Uji pH
Uji pH adalah untuk mengetahui Derajat Keasaman (pH) yang terkandung pada
produk. Rata-rata derajat keasaman atau nilai pH dari sabun yang dihasilkan
berkisar antara 10-11. Nilai pH dengan nilai 10 menunjukkan bahwa sabun yang
dihasilkan tersebut bersifat basa, karena nilai pH yang dihasilkan lebih besar
dari 7 yang merupakan nilai untuk pH normal (CEK KEMBALI)
b. Uji Organoleptik
Uji Organoleptik adalah uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
penerimaan konsumen terhadap produk sabun yang dihasilkan dari semua
perlakuan yang berbeda-beda. Uji organoleptik ini meliputi kesukaan panelis
terhadap aroma, transparansi, tekstur, banyak busa, dan warna sabun yang
dihasilkan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Alat
Bahan
Dipanaskan Dipanaskan
hingga suhu 70̊ C hingga mencair
NaOH Saponifikas
VCO + As. Stearat Ditambah
30% i
kan pada
Ditambah
suhu 65̊
kan pada
C, diaduk
suhu 70̊ C
hingga
homogen
Alkohol
Cairan Sabun
95%
EDTA,
gliserin, Larutan Sabun
Lar.gula Transparan
Didinginkan hingga
suhu 60̊ C dan
ditambahkan pewangi
Lar. Sabun
Transparan siap
cetak
Sabun Transparan
siap dikemas
3.1.4. Alat dan Bahan Uji Mutu
Alat
Bahan
a. Uji Organoleptik
1. Melakukan pengamatan pada bentuk, warna dari sabun transparan
2. Melakukan uji aroma dari sabun transparan
b. Uji pH
1. Menimbang Sabun Transparan sebanyak 0, 5 gr
2. Memasukkan sampel ke dalam gelas kimia
3. Menambahkan aquadest ke dalam sampel sebanyak 5 ml, lalu mengaduk hingga larut
4. Mencelupkan indikator pH universal ke dalam larutan sabun
5. Mengamati perubahan warna yang terjadi, lalu membandingkan perubahan warna dengan
warna standart
3.1.6. Skema Kerja Uji Mutu
a. Uji Organoleptik
Sabun Transparan
Mengamati bentuk
dan warna
Menguji Aroma
b. Uji pH
Sabun Transparan
Aquadest
0, 5 gr sabun
5 ml transparan
Larutan Sabun
Mengukur pH sabun
pH Sabun
3.2. Sabun Opaque
Alat
Tambahkan Larutan
NaOH sedikit demi sedikit
NaOH 7,25 gr + Minyak Goreng
Aquadest 14,5 gr 50 gr
Dinginkan Diaduk /
Larutan NaOH dikocok
hingga suhu di hingga
bawah 40̊C kental/trace
Sabun siap
dicetak
Didiamkan selama
beberapa hari hingga
mengeras
Alat
Bahan
c. Uji Organoleptik
1. Melakukan pengamatan pada bentuk, warna dari sabun opaque
2. Melakukan uji aroma dari sabun opaque
d. Uji pH
1. Menimbang Sabun Opaque sebanyak 0, 5 gr
2. Memasukkan sampel ke dalam gelas kimia
3. Menambahkan aquadest ke dalam sampel sebanyak 5 ml, lalu mengaduk hingga larut
4. Mencelupkan indikator pH universal ke dalam larutan sabun
5. Mengamati perubahan warna yang terjadi, lalu membandingkan perubahan warna dengan
warna standart
3.2.6. Skema Kerja Uji Mutu
a. Uji Organoleptik
Sabun Opaque
Mengamati bentuk
dan warna
Menguji Aroma
b. Uji pH
Sabun Opaque
Aquadest
0, 5 gr Sabun
5 ml Opaque
Larutan Sabun
Mengukur pH sabun
pH Sabun
3.3. Sabun Modifikasi (PAKAI KATA KREASI SAJA BIAR LINIER SAMA SEMUA)
Alat
Bahan
X = 58 ml
Aquadest 92 ml (volume
diperoleh dari nilai
perbandingan)
Sabun
Sabun dasar ditimbang Sabun dasar +
dipotong - potong Aquadest
Dipanaskan pada
penangas air
sambil diaduk.
Didinginkan
hingga suhu 65-
70̊ C
Ekstrak Serai 5 ml
(Volume diperoleh Sabun Pasta
dari perbandingan)
Sabun dasar
modifikasi siap
dikemas
3.3.4. Alat dan Bahan Uji Mutu (UJI MUTU SALAH SATU SAJA, KARNA SABUN
OPAQ DAN SABUN KREASI MERUPAKAN 1 PRODUK YG SAMA)
Alat
Bahan
e. Uji Organoleptik
1. Melakukan pengamatan pada bentuk, warna dari sabun modifikasi
2. Melakukan uji aroma dari sabun modifikasi
f. Uji pH
1. Menimbang sabun modifikasi sebanyak 0, 5 gr
2. Memasukkan sampel ke dalam gelas kimia
3. Menambahkan aquadest ke dalam sampel sebanyak 5 ml, lalu mengaduk hingga larut
4. Mencelupkan indikator pH universal ke dalam larutan sabun
5. Mengamati perubahan warna yang terjadi, lalu membandingkan perubahan warna dengan
warna standart
3.3.6. Skema Kerja Uji Mutu
a. Uji Organoleptik
Sabun Opaque
Mengamati bentuk
dan warna
Menguji Aroma
b. Uji pH
Sabun Opaque
Aquadest
0, 5 gr Sabun
5 ml Opaque
Larutan Sabun
Mengukur pH sabun
pH Sabun
DAFTAR PUSTAKA
(TATANAN DAPUS YG BENAR SEPERTI DI BAWAH INI. TIAP POIN DAPUS DI BARIS
KEDUA MENJOROK 5 SPASI KE KANAN, WARNANYA HITAM SEMUA. BISA
DISHARE KE TEMAN-TEMAN)
UNTUK DAPUS OFFLINE INI KAMU AMBIL DARI APA? BUKU? ATAU E BOOK?
ATAU KARYA ILMIAH PDF DARI UNIVERSITAS? JIKA DARI BUKU, SETELAH
JUDUL DI BERI KOTA DAN PENERBIT. JIKA DARI PDF UNIV DI BERI KOTA UNIV
DAN NAMA UNIV.
Diah, Irma ayu usmani.2012.Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Transparan Dari Minyak
Kelapa Murni (Virgin Coco nut Oil). Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Nita, Elisabeth.2010.Optimasi Formula Sabun Transparan Dengan Fase Minyak Virgin Coconut
Oil Dan Surfaktan Cocoamidopropyl Betaine: Aplikasi Desain Faktoria.(offline).