3. Fragrance oil
4. Pewarna
5. Aquabidest
Aquabidest berbentuk cairan jernih; tidak bewarna; tidak berbau;dan
tidak mempunyai rasa. Aquabidest biasa digunakan sebagai zat
tambahan, pelarut.
6. Alkohol 96%
Alkohol, etanol merupakan cairan tidak bewarna; jernih; mudah
menguap dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas; mudah terbakar;
dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap. Kelarutannya sangat
mudah larut dalam air; dalam kloroform P, dan dalam eter P.
7.
d. Daun
Daun pada tanaman jambu biji memiliki struktur daun tunggal dan
mengeluarkan aroma yang khas jika diremas. Kedudukan daunnya
bersilangan dengan letak daun berhadapan dan pertulangan daun
menyirip. Terdapat beberapa bentuk daun pada tanaman jambu
biji, yaitu bentuk daun lonjong, jorong, dan bundar telur terbalik.
Bentuk daun yang paling dominan adalah bentuk daun lonjong.
Perbedaan pada bentuk daun dapat dipengaruhi oleh faktor genetik
dan faktor lingkungan (Fadhilah, 2018).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indriani tahun 2006
bahwa daun jambu biji mengandung golongan senyawa seperti
alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, polifenol, dan daun jambu biji
mempunyai khasiat sebagai antiinflamasi, antimikroba, dan
analgesik (Azwariah, 2017).
Tanaman alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, polifenol, protein, lemak, zat ballas, klorofil Ekstraksi = panas/dingin
Ekstrak (byk golongan) Kumpulan senyawa alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, polifenol Fraksi Fraksinasi
Fraksi (1 golongan) flavonoid itu terdiri dari flavon, flavanon, isoflavon, quercetin isolat isolasi
Isolat (1 jenis) quercetin/flavon
2. Perkolasi
Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam sebuah
perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian
bawahnya). Pelarut dtambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan
dibiarkan menetes perlahan pada bagian bawah. Kelebihan dari metode ini
adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut baru. Sedangkan kerugiannya
adalah jika sampel dalam perkolator tidak homogen maka pelarut akan sulit
menjangkau seluruh area. Selain itu, metode ini juga membutuhkan banyak
pelarut dan memakan banyak waktu.
3. Soxhletasi
Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam sarung
selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan di
atas labu dan dibawah suhu reflux. Keuntungan dari metode ini adalah proses
ekstraksi yang kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil
kondensasi sehingga tidak membutuhka banyak pelarut tidak memakan
banyak waktu.
4. Reflux
Metode ini merupakan metode ekstraksi dengan cara panas, secara umum
refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama
waktu yang ditentukan dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
5. Destilasi
Metode ini merupakan proses memisahkan bahan alam yang berupa zat cair
atau untuk memurnikan cairan yang mengandung pengotor. Pada proses
destilasi ini sering kali digabungkan dengan proses lain seperti ekstraksi,
untuk mencapai tujuan pemisahan yang diinginkan. Prinsip utama dalam
metode ini adalah bekerja bedasarkan perbedaan titik didih dari masing-
masing senyawa komponen campuran pada tekanan yang tetap.
2.5 Pelarut
2.5.1. Pengertian Pelarut
Pelarut merupakan senyawa yang bisa melarutkan zat sehingga bisa menjadi
sebuah larutan yang bisa diambil sarinya. Konsentrasi larutan menyatakan secara
kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya
dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan,
atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa
satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million/ppm).
Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer
(berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi) (Nachtrieb, 2001). Pelarut
yang digunakan dalam proses ekstraksi antara lain: Pelarut polar untuk melarutkan garam
alkaloid, glikosida, bahan penyamak dan Pelarut non polar pelarut yang tidak larut dalam
air.
2. Etanol
Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena sifatnya yang lebih selektif
dibandingkan dengan air, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20%
keatas, tidak beracun, bersifat netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur
dengan air pada segala perbandingan, panas yang diperlukan untuk pemekatan
lebih sedikit. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pelarut polar yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pelarut etanol, mengingat pelarut etanol merupakan
media yang lebih sulit sebagai pertumbuhan bakteri, serta pemanasan dengan
pelarut ini tidak memerlukan suhu yang terlalu tinggi (Adithya et al., 2010).
Pelarut etanol merupakan salah satu pelarut yang dapat digunakan untuk mengikat
zat aktif minyak atsiri sehingga pelarut ini tepat digunakan untuk mengaktifkan
zat aktif dalam bunga kenanga (Kurniati, 2008).
2.6. Flavonoid
2.6.1. Pengertian Flavonoid
Pengertian flavonoid menurut Faizal Alfaridz (2018) merupakan kelompok polifenol dan
diklasifikasikan berdasarkan struktur kimia serta biosintesisnya. Struktur dasar flavonoid
terdiri dari dua gugus aromatic yang digabungkan oleh jembatan karbon (C 6-C3-C6).
Flavonoid diklasifikasikan sebagai flavon, flavonone, flavonol, katekin, fkavanol, kalkon,
dan antosianin. Pembagian kelompok flavonoid didasarkan pada perbedaan struktur terutama
pada substitusi karbon pada gugus aromatik sentral dengan beragamnya aktivitas farmakologi
yang ditimbulkan.
2.6.2.2. Flavonol
Flavonol merupakan flavonoid dengan gugus keton. Senyawa flavonol
diantaranya adalah kuersetin, mirisetin, fisetin, galangin, morin, rutin, dan
robinetin. Perbedaan antara flavonol dengan flavon terdapat pada gugus di
posisi 3 pada cincin C yang memungkinkan terjadinya glikosilasi.
Aktivitas farmakologi yang dimiliki flavonol adalah antioksidan. Gugus
aromatik cincin B merupakan gugus yang bertanggung jawab atas aktivitas
flavonol karena ikatan rangkang konjugasi pada nomor 2’ dan 3’ memiliki
kemampuan untuk perpindahan electron dari cincin B menuju radikal
bebas dan memecahkan radikal bebas. Tanaman yang banyak mengandung
flavonol diantaranya tomat, apel, anggur, bawang, beri, dan lain – lain.
2.6.2.3. Flavanon
Flavonon merupakan flavonoid yang paling banyak terdapat pada family
Compositae, Leguminosae, dan Rutaceae. Senyawa itu terdapat pada akar,
batang, bungam buah, biji, dan rhizome. Senyawa flavonon diantaranya
adalah naringin, naringenin, ponkiretin, pinocembrin, dan lonchocarpol A.
Ciri dari flavonon ini adalah cincin C yang saturasi, memiliki ikatan
rangkap diantara posisi 2 dan 3 dan ini yang membedakan dengan flavon.
Tumbuhan yang banyak mengandung flavanon adalah jeruk, anggur, dan
lemon. Aktivitas farmakologi flavanon adalah antioksidan dan
antiinflamasi. Sebagai antioksidan, flavanon berperan dalam memecahkan
radikal bebas oleh gugus OH sedangkan pada antiinflamasi flavanon
menginhibisi pembentukkan sitokin pro-inflamasi pada makrofaga,
menurangi produksi nitrat dan nitrit yang menjadi indicator proses
inflamasi.
2.6.2.4. Flavanol
Flavanol atau disebut juga katekin, merupakan derivate dari flavanon
dengan penambahan gugus hidroksi. Perbedaan yang mencolok yaitu tidak
adanya ikatan rangkap pada posisi 2 dan 3 serta gugus hidroksi yang selalu
menempel di posisi 3 pada cincin C. Flavanol banyak ditemukan pada
tumbuhan seperti teh, kiwi, apel, kakao, dan anggur merah. Mengonsumsi
flavanol sebanyak 176 – 185 mg terbukti menstimulasi kadar nitrit oksida
pada darah perokok dengan mekanisme meningkatkan dilatasi pembuluh
darah. Senyawa flavanol diantaranya adalah katekin, epikatekin, dan
galokatekin yang dibagi lagi menjadi turunan yang lebih kompleks.
2.6.2.5. Antosianidin
Antosianidin merupakan pigmen yang bertanggung jawab terhadap warna
pada tumbuhan. Antosianidin ini banyak ditemukan pada kakao, sereal,
kacang – kacangan, madu, teh, dan beri – berian. Antosianidin yang umum
ditemukan adalah aglikon dengan struktur dasarnya flavylium. Senyawa
yang paling banyak ditemukan adalah cyaniding, pelargonidin,
delphinidin, malvidin, petunidin, dan peonidin. Aktivitas farmakologi
antosianidin berperan penting pada penyakit kardiovaskular dengan
mekanisme menekan ekspresi pada vascular endotheliat growth factor
(VEGF), mengaktivasi protein kinase p38 mitogen dan kinase pada c-Jun
N-terminal (JNK).
2.6.2.6. Kalkon
Kalkon merupakan flavonoid yang unik karena dibedakan dengan tidak
adanya cincin aromatic C yang merupakan basis rangka dari flavonoid itu
sendiri. Senyawa kalkon diantaranya adalah phloridzin, arbutin, phloretin,
dan chlarconaringenin. Umumnya kalkon ditemukan pada tumbuhan
seperti tomat, stroberi, pir, beri – berian, dan gandum.
Sabun
3.2 Hipotesis