Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PENELITIAN

Pemanfaatan Biji Mahoni (Swietenia mahagoni) sebagai Sabun


Mandi Padat

Disusun oleh:
ANA LESTARI
14312244003
PENDIDIKAN IPA A 2014

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pohon mahoni banyak ditanam dipekarangan rumah. Namun, hanya sedikit
orang yang memanfaatkan batang dan daun dari pohon tersebut. Batang dimanfaatkan
untuk mebel dan kayu bakar, sedangkan daun digunakan untuk pakan ternak. Banyak
orang yang belum memanfaatkan biji mahoni. Biji buah mahoni mengandung berbagai
zat diantaranya: flavonoid, alkaloid, terpenoid, steroid dan saponin. Kandungan zat
utama yang berfungsi sebagai bakteriosit adalah flavonoid dan saponin (Achmad, 2004:
111). Flavonoid bersifat desinfektan yang bekerja dengan cara mendenaturasi protein
yang dapat menyebabkan aktifitas metabolisme sel bakteri berhenti karena semua
aktifitas metabolisme sel bakteri dikatalisis oleh suatu enzim yang merupakan
protein. Berhentinya aktifitas metabolisme ini akan mengakibatkan kematian sel
bakteri. Flavonoid juga bersifat bakteriostatik yang bekerja melelui penghambatan
sintesis dinding sel bakteri (Trease dan Evans, 1978: 402-404). Saponin

adalah

senyawa aktif yang kuat dan menimbulkan busa jika digosok dalam air sehingga
bersifat seperti sabun dan mempunyai kemampuan antibakterial. Berdasarkan alasan
tersebut, penulis ingin memanfaatkan biji mahoni sebagai sabun mandi padat.

B. Identifikasi Masalah
1. Biji mahoni belum banyak dimanfaatkan.
2. Perlunya pemanfaatan biji mahoni sehingga memiliki nilai jual.
3. Pemanfaatan bahan alami sebagai bahan utama sabun sehingga sabun ramah
lingkungan.

C. Batasan Masalah
1. Biji mahoni diperoleh dari desa Jetis, Sogan, Wates, Kulon Progo.
2. Biji mahoni dibuat minyak.
3. Minyak biji mahoni sebagai bahan sabun mandi padat.

D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membuat sabun mandi padat dari biji mahoni?
2. Bagaimana kualitas sabun mandi padat yang dihasilkan dari biji mahoni?

E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui cara membuat sabun mandi padat dari biji mahoni.
2. Mengetahui kualitas sabun mandi padat yang dihasilkan dari biji mahoni.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Mahoni
Tanaman mahoni (Swietenia mahagoni) merupakan salah satu tanaman yang
dianjurkan untuk pengembangan HTI (Hutan Tanaman Industri). Mahoni dalam
klasifikasinya termasuk famili Meliaceae. Ada dua spesies yang cukup dikenal yaitu:
S. macrophyla (mahoni daun lebar) dan S.

mahagoni (mahoni daun sempit)

(Khaeruddin, 1999: 23).


Menurut Khaeruddin (1999: 23), tanaman mahoni tersusun dalam sistematika
sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Subdivisio

: Angiospermae

Kelas

: Dicotiledone

Ordo

: Rotales

Genus

: Swietenia

Spesies

: Swietenia mahagoni
Biji buah mahoni mengandung berbagai zat diantara flavonoid, alkaloid,

terpenoid, steroid dan saponin.

Kandungan zat utama yang berfungsi sebagai

bakteriosit adalah flavonoid dan saponin (Achmad, 2004: 111).


Flavonoid bersifat desinfektan yang bekerja dengan cara mendenaturasi protein
yang dapat menyebabkan aktifitas metabolisme sel bakteri berhenti karena semua
aktifitas metabolisme sel bakteri dikatalisis oleh suatu enzim yang merupakan
protein. Berhentinya aktifitas metabolisme ini akan mengakibatkan kematian sel
bakteri. Flavonoid juga bersifat bakteriostatik yang bekerja melelui penghambatan
sintesis dinding sel bakteri (Trease dan Evans, 1978: 402-404). Saponin

adalah

senyawa aktif yang kuat dan menimbulkan busa jika digosok dalam air sehingga
bersifat seperti sabun dan mempunyai kemampuan antibakterial. Saponin memiliki
molekul yang dapat menarik air atau hidrofilik dan molekul yang dapat melarutkan
lemak atau lipofilik sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan sel yang
akhirnya menyebabkan kehancuran kuman (Dwidjoseputro, 1994: 6).
4

B. Sabun
Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi, terdiri
dari dua komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16 dan sodium atau
potasium. Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara kalium
atau natrium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang
dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang
dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft soap). Sabun dibuat dengan dua
cara yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak. Proses saponifikasi
minyak akan memperoleh produk sampingan yaitu gliserol, sedangkan proses
netralisasi tidak akan memperoleh gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi
antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi asam
lemak bebas dengan alkali (Qisti, 2009).
Sabun mandi merupakan garam logam alkali (Na) dengan asam lemak dan
minyak dari bahan alam yang disebut trigliserida. Lemak dan minyak mempunyai dua
jenis ikatan, yaitu ikatan jenuh dan ikatan tak jenuh dengan atom karbon 8-12 yang
berikatan ester dengan gliserin. Secara umum, reaksi antara kaustik dengan gliserol dan
sabun yang disebut dengan saponifikasi. Setiap minyak dan lemak mengandung asamasam lemak yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut menyebabkan sabun yang
terbentuk mempunyai sifat yang berbeda. Minyak dengan kandungan asam lemak
rantai pendek dan ikatan tak jenuh akan menghasilkan sabun cair. Sedangkan rantai
panjang dan jenuh menghasilkan sabun yang tak larut pada suhu kamar (Andreas,
2009).
Sabun mandi merupakan senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak
yang digunakan sebagai bahan pembersihtubuh, berbentuk padat, berbusa dengan atau
penambahan lain serta tidak menyebabkan iritasi pada kulit (SNI, 1994: 2-12).
Menurut Keenan (1980: 198), dalam pembuatan sabun, lemak dipanasi dalam
ketel besi yang besar dengan larutan natrium hidroksida dalam air, sampai lemak itu
terhidrolisis sempurna. Pereaksi semacam itu sering disebut penyabunan (latin, sapo
adalah sabun), karena reaksi itu telah digunakan sejak zaman Romawi kuno untuk
mengubah lemak dan minyak menjadi sabun. Persamaan untuk reaksi itu adalah:

Jika lemak/minyak dihidrolisis, akan terbentuk gliserol dan asam lemak yang
dengan adanya Na(NaOH) akan terbentuk sabun karena sabun merupakan garam Na
atau K dari asam lemak. Sabun Na dan K larut dalam air, sedangkan Ca dan Mg tidak
larut. Sabun Na (sabun keras) digunakan untuk mencuci dan sabun K (sabun lunak)
digunakan untuk sabun mandi (Panil, 2008: 140).
Akuadest sebagai pelarut. NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun
dan gliserin serta untuk mengendapkan sabun. Asam stearat membantu untuk
mengeraskan sabun. Penggunaan terlalu banyakmenyebabkan sabun kurang berbusa,
jika terlalu sedikit sabun tidak mengeras. Gliserin adalah produk samping dari reaksi
hidrolisis antara minyak nabati denganair. Gliserin merupakan humektan sehingga
berfungsi sebagai pelembab kulit. Etanol 95%, bahan yang digunakan untuk melarutkan
sabun sehingga sabun menjadi bening atau transparan. Untuk terjadi transparansi sabun,
harus benar-benar larut.
Syarat mutu sabun mandi yang ditetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
untuk sabun yang beredar di pasaran hanya mencakup sifat kimiawi dari sabun
mandi, yaitu jumlah asam lemak minimum 71%, asam lemak bebas maksimum
2,5%, alkali bebas dihitung sebagai NaOH maksimum 0,1%, bagian zat yang tak
terlarut dalam alkohol maksimum 2,5%, kadar air maksimum 15%, dan minyak
mineral (negatif). Sementara sifat fisik sabun seperti daya membersihkan, kestabilan
busa, kekerasan, dan warna belum memiliki standar (SNI,1994: 2-12).

C. NaOH
Soda Kaustik (NaOH) merupakan bahan penting dalam pembuatan sabun
mandi karena menjadi bahan utama dalam proses saponifikasi dimana minyak atau
lemak akan diubah menjadi sabun. Tanpa bantuan NaOH maka proses kimia sabun
tidak akan terjadi. Setelah menjadi sabun maka NaOH akan terpecah menjadi unsur
penyusunnya yang netral. Konsentrasi NaOH berpengaruh terhadap kualitas sabun
yang dibuat karena dapat mempengaruhi pH sabun, asam lemak bebas, alkali bebas,
kadar fraksi tak tersabunkan, asam lemak sabun, dan kadar air. Tinggi rendahnya
konsentrasi NaOH akan mempengaruhi kesempurnaan proses saponifikasi pada sabun
sehingga secara tidak langsung juga akan mempengaruhi kualitas sabun yang
dihasilkan (Lutfhi, 2009).

D. Uji Kualitas Sabun


Uji kualitas sabun dilakukan untuk mengetahui kualitas sabun yang dihasilkan
berdasarkan standar SNI sabun padat. Adapun uji yang dilakukan meliputi uji asam
lemak bebas, uji alkali bebas, uji fraksi tak tersabunkan, uji kadar air, dan uji pH (SNI,
1994: 2-12).
1. Uji pH (Wibowo 2009).
Uji pH dilakukan dengan menggunakan aquadest, timbang sabun batang
1 gram. Cek pH mula-mula 100 ml aquadest. Rendam sabun dalam 100 ml
aquadest selama 24 jam. Setelah 24 jam cek kembali pH. Amati pH aquadest
sebelum dan sesudah direndam sabun batang transparan.
2. Uji iritasi (Wibowo 2009).
Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan. Uji iritasi dilakukan dengan cara
uji tempel terbuka (patch test). Uji dilakukan selama 3 hari berturut-turut
sebanyak 2 kali (pagi dan sore hari).
3. Uji Stabilitas Busa.
Tujuan stabilitas ini adalah untuk mengetahui stabilitas yang diukur
dengan tinggi busa dalam tabung reaksi dengan skala dengan rentan waktu
tertentu dan kemampuan surfaktan untuk menghasilkan busa. Stabilitas busa
dinyatakan sebagai ketahanan suatu gelembung untuk mempertahankan ukuran
dan atau pecahnya lapisan film dari gelembung, untuk stabilitas busa setelah
lima menit busa harus mampu bertahan antara 60-70% dari volume awal
(Dragon et al., 1969).

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Jetis RT 12 RW 05, Sogan, Wates, Kulon Progo, DIY.
Waktu yang diperlukan untuk penelitian ini selama dua bulan.

B. Subjek dan Objek Penelitian


1. Subjek penelitian ini adalah biji mahoni yang diambil minyaknya.
2. Objek penelitian ini adalah kualitas sabun mandi padat setelah dilakukan uji pH, uji
iritasi, dan uji stabilitas sabun.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Blender

j.

b. Pisau

k. Pipet tetes

c. Wajan

l.

d. Kompor

m. Asbes

e. Penyaring

n. Kaki tiga

f. Cetakan

o. Pembakar spritus

g. Termometer

p. Timbangan analitik

h. Erlenmeyer

q. pH meter

i.

r. Kaca arloji

Gelas ukur

Batang pengaduk

Gelas beaker 250 mL

2. Bahan
a. Biji mahoni 2 kg

e. NaCl 0,04 gram

b. Minyak biji mahoni 10 mL

f. Etanol 95% 8 mL

c. Akuadest

g. Asam stearat 5 gram

d. NaOH 30% 5 mL

h. Gliserin 8 mL

D. Prosedur Kerja
1. Cara Pembuatan Minyak Biji Mahoni.
a. Membersihkan biji mahoni dari kulitnya.
b. Memotong biji mahoni menjadi 2 bagian.
c. Memasukkan ke dalam blender.
d. Menambahkan air hingga semua biji mahoni terendam.
e. Memblender biji mahoni.
f. Mendiamkan bubur biji mahoni hasil proses blender selama 24 jam.
g. Memanaskan bubur biji mahoni hingga terbentuk minyak.
h. Menyaring (minyak hasil penyaringan diambil 10 mL untuk bahan
pembuatan sabun).

2. Cara Pembuatan Sabun.


a. Memanaskan minyak biji mahoni dalam Erlenmeyer sampai suhu 70C.
b. Memanaskan asam stearat pada suhu 70C.
c. Memasukkan asam stearat ke dalam minyak yang sudah dipanaskan,
mengaduk terus menerus dan menjaga pada suhu 70C.
d. Memasukkan NaOH 30% sampai terbentuk reaksi saponifikasi (sampai
kalis).
e. Menambahkan etanol 95% dan mengaduk terus menerus sampai larut dan
bening.
f. Menambahkan gliserin dan NaCl kemudian mengaduk pada suhu 70C
sampai homogeny.
g. Menuangkan dalam cetakan.
h. Mendiamkan selama

24

jam

atau

sampai

mengeras,

kemudian

mengeluarkan sabun dari cetakan dan melakukan pengujian.

3. Uji Kualitas Sabun Mandi Padat dari Biji Mahoni


a. Uji pH
Uji pH dilakukan dengan menggunakan aquadest, timbang sabun batang
1 gram. Cek pH mula-mula 100 ml aquadest. Rendam sabun dalam 100 ml
aquadest selama 24 jam. Setelah 24 jam cek kembali pH. Amati pH

aquadest sebelum dan sesudah direndam sabun. Syarat yang ditetapkan SNI
6-8.
b. Uji Iritasi
Uji iritasi dilakukan dengan cara uji tempel terbuka (patch test).
Uji dilakukan selama 3 hari berturut-turut sebanyak 2 kali (pagi dan
sore hari). Naracoba: sukarelawan.
c. Uji Stabilitas Busa
Uji stabilitas busa dilakukan dengan menggunakan 100 mL
aquadest, timbang sabun batang 1 gram. Kemudian larutkan sabun yang
telah ditimbang ke dalam 100 mL aquadest. Kocok larutan sabun hingga
berbusa. Amati berubahan yang terjadi. Stabilitas busa dinyatakan sebagai
ketahanan suatu gelembung untuk mempertahankan ukuran dan atau
pecahnya lapisan film dari gelembung, untuk stabilitas busa setelah lima
menit busa harus mampu bertahan antara 60-70% dari volume awal (Dragon
et al., 1969).

E. Teknik Analisis Data


Analisis yang digunakan adalah dengan mengukur pH sabun mandi padat dari
biji mahoni. Pada uji iritasi, analisis yang digunakan adalah mengamati perubahan pada
kulit naracoba selama tiga hari. Pada uji stabilitas sabun, analisis yang digunakan
adalah mengukur ketahanan busa sabun setelah lima menit dengan menggunakan
persamaan berikut.
=

100%
0

Keterangan:
=
= 5
0 =

10

Tabel Hasil Uji Kualitas Sabun Mandi Padat dari Biji Mahoni
No.

Uji Kualitas

Hasil Pengamatan

Sabun

1.

Uji pH

pH =

2.

Uji Iritasi

Hari 1 Pagi
Sore
Hari 2 Pagi
Sore
Hari 3 Pagi
Sore

3.

Uji Stabilitas

0 =

Busa

=
=

11

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.


Andreas, H. 2009. Membuat Sabun 2, Laporan Ilmiah. http://id.scribd.com. Diakses pada
tanggal 31 Mei 2016 pukul 8.09 WIB.
Dragon S, Patricia M. Daley B.A, Henry F, Maso, & Lester I. 1969. Studies on Lanolin
Derivatives in Shampoo Systems. J. Soc. Cosmetic Chemis's, 20, 777 793.
Dwidjoseputro, D. (1994). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Keenan, C.W., Donal, C.K., & Jaesse, H.W. 1980. Kimia untuk Universitas Edisi Keenam Jilid
2. Jakarta: Erlangga.
Khaerudin. 1999. Pembibitan Tanaman HTI. Jakarta: Penebar Swadaya.
Lutfhi. 2009. Pembuatan Katalis Heterogen NaOH/Zeolit untuk Sintesis Biodiesel melalui
Reaksi Transesterifikasi. Jawa Barat: Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, UI.
Panil. 2008. Memahami Teori dan Praktik Biokimia Dasar Medis. Jakarta: EGC.
Qisti, R. 2009. Sifat Kimia Sabun Transparan dengan Penambahan Madu Pada Konsentrasi
yang Berbeda, Skripsi. Bogor: Fakultas Peternakan, ITB.
Standar Nasional Indonesia. 1994. Sabun Mandi:

No.

06-3532-1994. Jakarta: Badan

Standarisasi Nasional.
Trease, G. E and Evans. 1978. W. C. Pharmacognocy and Basic Microbiology. London: Bailler
Tindal Companies, Inc.
Wibowo, A. 2009. Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Minyak Mimba (Azadirachta indica A.
Juss) Terhadap Tinggi Busa Sediaan Sabun Padat Transparan. Skripsi. Jakarta:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Muhammadiyah Prof.
DR. Hamka.

12

LAMPIRAN

Lampiran CV
A. Identitas Diri
1.

Nama Lengkap

Ana Lestari

2.

Jenis Kelamin

Perempuan

3.

Program Studi

Pendidikkan IPA

4.

NIM

14312244003

5.

Tempat dan Tanggal Lahir

Kulon Progo, 14 September 1996

6.

E-mail

analestari1415@gmail.com

7.

Nomor Telepon/HP

087739038845

B. Riwayat Pendidikan

Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk-Lulus

SD

SMP

SMA

SD Negeri Sogan

SMP Negeri 3

SMA Negeri 2

Wates

Wates

IPA

2002-2008

2008-2011

2011-2014

13

Lampiran Biaya dan Jadwal Kegiatan


A. Anggaran Biaya
Penggunaan anggaran yang dibutuhkan untuk penelitian ini sebesar Rp 6.500.000,Tabel 1. Ringkasan Anggaran Biaya Kegiatan
No.

Jenis Pengeluaran

Biaya

1.

Peralatan Penunjang

Rp 2.000.000

2.

Bahan Habis Pakai

Rp 3.000.000

3.

Perjalanan

Rp

4.

Laporan, Materai, Dokumentasi, dan Komunikasi.

Rp 1.000.000

Jumlah

500.000

Rp

6.500.000

B. Jadwal Kegiatan
Tabel 2. Jadwal Rencana Kegiatan
Bulan
No.

Jenis Kegiatan

1
1

1.

Persiapan

2.

Pelaksanaan

3.

Pengujian

4.

Evaluasi program

5.

Penyusunan Laporan

2
3

14

Anda mungkin juga menyukai