Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

KOSMETOLOGI II
“SABUN CAIR ANTIBAKTERI”

Dosen Pengampu :
1. Apt. Dra. Dwi Indriati, M. Farm
2. Apt. Mindiya Fatmi, M.Farm
3. Apt. Wilda Nur Hikmah, M. Farm
4. Asri Wulandari, M.Farm
5. Chyntia Wulandari, M. Farm

Asisten Dosen
1. Asry Wahyuni
2. Alya
3. Widya
4. Virliana

Disusun Oleh :
Lusia Nafalada
066119123
D

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Kebersihan merupakan cerminan sikap dan perilaku masyarakat dalam menjaga dan
memelihara kesehatan pribadi serta lingkungan. Infeksi kulit masih menjadi suatu
masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat di Indonesia. Jalur utama penularan infeksi
adalah melalui tangan yang terkontaminasi bakteri patogen. Penggunaan sabun
merupakan salah satu cara untuk melindungi kulit dari infeksi bakteri.
Sabun merupakan salah satu sarana untuk membersihkan diri dari kotoran, kuman
dan hal – hal lain yang membuat tubuh menjadi kotor. Di zaman sekarang ini sabun
bukan hanya digunakan untuk membersihkan diri, tetapi juga ada beberapa sabun yang
sekaligus berfungsi untuk membersihkan pakaian, melembutkan kulit, memutihkan
kulit, maupun menjaga kesehatan kulit.
Sabun merupakan produk kimia yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai jenis sabun ditawarkan dengan beragam bentuk mulai dari sabun cuci (krim
dan bubuk), sabun mandi (padat dan cair), sabun tangan (cair) serta sabun pembersih
peralatan rumah tangga (krim dan cair). Maka dari itu, dengan melakukan percobaan
safonifikasi ini dapat kita lakukan proses pembuatan sabun dan mempelajari bagaimana
reaksi yang terjadi dalam proses pembuatan sabun dari reaksi safonifikasi.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pembuatan sabun antibakteri
2. Untuk mengetahui formula sabun dan mengetahui proses saponifikasi sabun
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Sabun adalah garam-garam alkali dari asam lemak tinggi, baik yang jenuh maupun

yang tak jenuh dengan lebih dari 10 atom C (Duin, 1954). Menurut Dewan Standarisasi

Nasional (1996), sabun mandi cair adalah sediaan pembersih kulit berbentuk cair yang

dibuat dari bahan dasar sabun atau deterjen dengan penambahan bahan lain yang

diijinkan dan digunakan untuk mandi tanpa menimbulkan iritasi pada kulit. Sifat

pencuci dari sabun disebabkan karena sabun merupakan senyawa amfifil (yaitu yang

mengandung gugus hidrofob dan hidrofil) yang dapat menurunkan tegangan

permukaan sambil mengemulsi kotoran (Narkhede, 2010; Nogrady, 1992; Voigt,

1994).

Sabun yang secara kimia dikenal sebagai alkil karboksilat merupakan pembersih

kulit yang tertua. Teknologi untuk pembuatan sabun telah berkembang dari hanya

berfungsi sebagai pembersih hingga mengandung bahan pelembab yang dapat

melembabkan, memberikan kelembutan dan efek lain terhadap kesehatan kulit.

Formula sabun sendiri telah mengalami perubahan dan peningkatan dengan

penambahan bahan aktif yang bertindak sebagai antioksidan, seperti asam askorbat,

palmitat, dan sebagainya. Selain itu, sabun memiliki keistimewaan tertentu, yaitu jika

dilarutkan dalam air, akan bersifat surfaktan (surface active agent) yaitu menurukan

tegangan permukaan air, yang bersifat sebagai pembersih. Pada umumnya sabun

dibedakan atas dua bentuk yaitu sabun padat dan cair. Perbedaan utama dari kedua
bentuk sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun

padat menggunakan Natrium Hidroksida/Soda Kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair

menggunakan Kalium Hidroksida (KOH) sebagai alkali. Sifat Sabun Sifat-sifat sabun

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suhu tinggi sehingga akan dihidrolisis

parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.

CH3(CH2)16COONa + H2O → CH3(CH2)16COOH + OH- ... (1)

2. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini

tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih

setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap. CH3(CH2)16COONa +

CaSO4 → Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2 .. (2)

3. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid,

sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang

bersifat polar maupun nonpolar karena sabun mempunyai gugus polar dan

nonpolar. Molekul sabun mempunyai rantai hidrogen CH3(CH2)16 yang bersifat

hidrofobik (tidak suka air) sedangkan COONa+ bersifat hidrofobik (suka air) dan

larut dalam air.

Nonpolar : CH3(CH2)16 (larut dalam minyak, hidrofobik dan juga memisahkan

kotoran nonpolar)

Polar : COONa+ (larut dalam air, hidrofobik dan juga memisahkan kotoran polar).

Jenis-Jenis Sabun Macam-macam jenis sabun, sebagai berikut :

a. Shaving Cream Shaving Cream disebut juga dengan sabun kalium. Bahan

dasarnya adalah campuran minyak kelapa dan asam stearat dengan

perbandingan 2:1.
b. Sabun Cair Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan

menggunakan minyak jarak serta menggunakan alkali (KOH). Untuk

meningkatkan kejernihan sabun, dapat ditambahkan gliserin atau alkohol.

c. Sabun Kesehatan Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi

dengan kadar parfum yang rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptik.

Bahanbahan yang digunakan dalam sabun ini adalah trisalisil anilida, trichloro

carbanilyda dan sulfur.

d. Sabun Chip Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalam

menggunakan sabun yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan

beberapa pilihan komposisi tertentu. Sabun chip dapat dibuat dengan berbagai

cara yaitu melalui pengeringan, menggiling atau menghancurkan sabun yang

berbentuk batangan.

e. Sabun Bubuk untuk Mencuci Sabun bubuk dapat diproduksi melalui proses

dry mixing. Sabun bubuk mengandung bermacam-macam komponen seperti

sabun, soda ash, natrium karbonat, natrium sulfat, dan lain-lain. (Priyono,

2009).

2.2 Data Preformulasi


1. Minyak Zaitun (FI III Tahun 1979 hal : 458)
Sinonim : Minyak Zaitun (Oleum Olivae), Gomenoleo oil; olivae oleum
raffinatum; pure olive oil; olea europaea oil; oleum olivae.
Pemerian : Cairan, kuning pucat atau kuning kehijauan ; bau lemah, tidak
tengik ; rasa khas, pada suhu rendah sebagian atau seluruhnya
membeku.
Kelarutan : Sukar larut dalam Etanol 95% P ; larut dalam kloroform P dan dalam
Eter minyak tanah P.
Khasiat : Meningkatkan fungsi liver, mengendalikan kolsterol antihipertensi,
dan diuretik.
Penyimpanan : Terlindung dari cahaya, temperature tidak lebih dari 25oC. Olive
oil harus disimpan ditempat sejuk dan kering.
Kegunaan : Asam lemak.

2. KOH 40 % (FI edisi III Tahun 1979)


Pemerian : Serbuk, putih, rasa agak pahit.
Kelarutan : Larut dalam kurang lebih 630 bagian air, dan 1300 bagian air
mendidih, praktis tidak larut dalam etanol (95%), larut dalam
gliserol dan dalam sirop.
Khasiat : Basa atau alkali dan pembentuk sabun.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

3. Na CMC (Handbook Of Pharmaceutical Exipent Farmakope Indonesia Edisi IV


halaman 175; )

Pemerian : Serbuk atau granul, putih sampai krem, higroskopis.


Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloida, tidak larut
dalam etanol, eter, dan pelarut organik lain.
Stabilitas : Larutan stabil pada pH 2-10, pengendapan terjadi pada pH dibawah
2. Viskositas larutan berkurang dengan cepat jika pH diatas 10.
Menunjukan viskositas dan stabilitas maksimum pada pH 7-9. Bisa
disterilisasi dalam kondisi kering pada suhu 160 selama 1 jam, tapi
terjadi pengurangan viskositas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
OTT : Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan larutan garam
besi dan beberapa logam seperti aluminium, merkuri dan zink juga
dengan gom xanthan; pengendapan terjadi pada pH dibawah 2 dan
pada saat pencampuran dengan etanol 95%.; Membentuk kompleks
dengan gelatin dan pektin.
Kegunaan : Suspending agent, pengikat.

4. Asam Stearat Excipient 6th edition hal. 494)

Pemerian : Kristal Putih atau kuning berwarna, kristalin padat, atau putih.
Kelarutan : Mudah larut dalam benzene, karbon tetraklorida, kloroform, dan
eter, larut dalam etanol, heksan, dan propilen glikol, praktis tidak
larut dalam air.
Konsentrasi: 1-20%
Kegunaan : Emulgator, penstabil busa
OTT : Inkomapatibel dengan hamper semua logam hidroksida dan zat
pengoksidasi.
Stabilitas : Zat stabil, harus disimpan di tempat tertutup.

5. Minyak Jeruk Manis


Kingdom : Plantae
Filum : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Family : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus aurantium L. var. dulcis (syn. Citrus sinensis)
Buah jeruk manis berbentuk bulat atau hampir bulat, berukuran agak besar,
berwarna hijau sampai kuning mengkilat. Buah jeruk terdiri dari kulit luar
(albedo), kulit dalam (flavedo), segmen buah (endocarp), yang terdiri dari
gelembung – gelembung kecil berisi cairan dan terbungkus oleh segmen
(endocarp), berwarna orange, lunak, tekstur halus, banyak mengandung air dan
rasaanya manis sampai agak asam segar. Dalam satu buah jumlah segmen buah
berkisar antara 8-15 (Cahyono, 2005).

6. Aquadest (Farmakope Indonesia III halaman 96)


BM : 18,02.
RM : H2O.
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Stabilitas : Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam bentuk Fisik (es
, air , dan uap). Air harus disimpan dalam wadah yang sesuai. Pada
saat penyimpanan dan penggunaannya harus terlindungi dari
kontaminasi partikel - pertikel ion dan bahan organik yang dapat
menaikan konduktivitas dan jumlah karbon organik. Serta harus
terlindungi dari partikel - partikel lain dan mikroorganisme yang dapat
tumbuh dan merusak fungsi air.
OTT : Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan eksipient lainya yang
mudah terhidrolisis.
BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Alat gelas
2. Batang pengaduk
3. Beaker glass
4. Kaca arloji
5. Kertas perkamen
6. Mixer
7. Object glass
8. Sudip
9. Timbangan

3.1.2 Bahan
1. Aquadest
2. Asam stearat
3. Na. CMC
4. KOH
5. Minyak zaitun
6. Minyak jeruk

3.2 Formulasi

Bahan Jumlah Fungsi


Minyak jeruk 5ml Zat antibakteri
Minyak zaitun 15 ml Melembutkan dan
melembabkan kulit
Asam stearate 0,25 g Pengatur ph , penstabil busa
KOH 8 ml Proses saponifikasi
Cmc Na 1 gr Peningkat viskositas
Aqua for cmc na 20 ml Melarutkan Na. CMC
Aquadest 0,75ml Pelarut

3.3 Perhitungan
1. Minyak zaitun = 15 ml
2. KOH 4% = 8 ml
3. Na CMC =1g
4. Aqua pro CMC = 1 x 20 = 20 ml
5. As. Stearat = 0,25 g
6. Minyak Jeruk = 5 ml
7. Aquadest = 50 - ( 15 + 8 + 1 + 20 + 0,25 + 5)
= 50 – 49,25
= 0,75 ml x 20 ~ 15 tetes

3.4 Cara Kerja


1. Dikembangkan Na CMC dengan air panas selama 15 menit.
2. Dipanaskan minyak zaitun sampai suhu 750C lalu tambahkan KOH dan diaduk
hingga membentuk pasta.
3. Dimasukkan asam stearate kemudian dihomogenkan menggunakan mixer ad
homogen. Kemudian ditambahkan Na CMC yang sudah dikembangkan.
4. Dimasukkan sisa air kemudian dimixer kembali sampai homogen, setelah homogen
ditambahkan minyak jeruk dan dihomogenkan kembali.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


 Kelompok 4

Evaluasi sediaan Hasil

Uji Organoleptik Warna : putih kekuningan

Tekstur : kental

Bau : oleum citri

Uji pH 14

Uji Viskositas Sediaan pembanding memiliki


viskositas yang lebih rendah <
dibandingkan dengan sediaan

Uji Tinggi Busa < 1 cm (gelembung)

Uji Homogenitas Homogen

 Kelompok 7

Evaluasi sediaan Hasil

Uji Organoleptik Warna : putih kekuningan

Tekstur : kental

Bau : oleum citri

Uji pH 14

Uji Viskositas Viskositas sabun vitalis > sabun epta


(sediaan ) dalam 1 menit
Uji Tinggi Busa Tidak berbusa

Uji Homogenitas Homogen

4.2 Pembahasan

Praktikum kali ini membahas tentang bagaimana cara membuat sabun cair. Molekul
sabun tersusun dari ”ekor” alkil yang non-polar (larut dalam minyak) dan ”kepala” ion
karboksilat yang polar (larut dalam air). Prinsip tersebut yang menyebabkan sabun
memiliki daya pembersih. Ketika mandi atau mencuci dengan menggunakan sabun,
“ekor” non-polar dari sabun akan menempel pada kotoran dan kepala polarnya
menempel pada air. Hal ini mengakibatkan tegangan permukaan air akan semakin
berkurang, sehingga air akan jauh lebih mudah untuk menarik kotoran.

Formulasi sabun cair dengan zat tambahan minyak jeruk yang digunakan sebagai zat
antibakteri, yang dimana pada minyak jeruk ada senyawa golongan terpen mempunyai
aktivitas sebagai antibakteri yang bekerja dengan cara merusak membran sel dan
menghambat pertumbuhan serta mematikan bakteri dengan menggangu terbentuknya
dinding sel.

Dalam memformulasikan sabun cair terdapat dua jenis bahan, yaitu bahan dasar dan
bahan tambahan. Bahan dasar sabun adalah bahan yang memiliki sifat utama sabun
yaitu surfaktan membersihkan dan menurunkan tegangan permukaan air. Sedangkan
bahan tambahan berfungsi untuk memberikan efek-efek tertentu yang diinginkan
konsumen seperti melembutkan kulit, antiseptik, harum dan sebagainya.

Proses pembuatan sabun dikenal dengan istilah proses saponifikasi yang merupakan
reaksi pemutusan rantai trigliserida melalui reaksi dengan NaOH maupun KOH yang
akan menghasilkan produk utama berupa sabun dan juga produk samping yang berupa
Gliserin. pada proses pembuatan sabun penambahan KOH harus dilakukan dengan
jumlah yang tepat. Apabila terlalu pakat atau berlebih, maka alkali bebas tidak berikatan
dengan trigliserida atau asam lemak akan terlalu tinggi sehingga dapat menyebabkan
iritas pada kulit. Sebaliknya, apabila terlalu encer atau jumlahnya terlalu sedikit maka
sabun yang dihasilkan akan mengandung asam lemak yang tinggi. Asam lemak bebas
pada sabun dapat mengganggu proses emulsi sabun dan kotoran pada saat sabun
digunakan.

Pada formulasi ini minyak zaitun berkhasiat untuk melembutkan dan melembabkan
kulit, pada sabun bahan yang digunakan sebagai pengatur pH dan penstabil busa adalah
asam stearat, dan Na. CMC digunakan untuk pengental pada formulasi sediaan sabun
cair ini. Evaluasi sediaan ini dimulai dengan menguji secara organoleptik dengan
melihat warna, tekstur dan bau yang dihasilkan. Untuk formulasi kedua sediaan sabun
ini warna yang dihasilkannya sama yaitu dengan warna putih kekuningan, tekstur yang
kental dan bau khas oleum citri.

Setelah dilakukan uji tersebut kemudian dilakukan uji pH untuk melihat apakah pH
sabun tersebut sudah atau tidak, kedua sediaan ini memiliki pH yatu 14 yang dimana
pH ini sangat basa dan pada pH yang tinggi dapat ini meningkatkan pertumbuhan
bakteri Propionibacterium dan membuat kering kulit. Hal ini terjadi karena sabun
dengan pH tinggi dapat membengkakkan keratin sehingga memudahkan masuknya
bakteri yang menyebabkan kulit menjadi kering dan pecah-pecah, sedangkan sabun
dengan pH terlalu rendah dapat menyebabkan iritasi pada kulit.

Kemudian dilakukan uji viskositas yaitu dengan membandingkan sediaan sabun


yang ada di pasaran dengan sediaan yang telah di buat, pada uji ini didapat bahwa pada
kelompok 4 memiliki viskositas lebih tinggi dan dairi kelompok 7 memiliki viskositas
lebih rendah yang artinya pada sediaan kelompok 4 lebih kental dan pada kelompok 7
sediaannya lebih cair dibandingkan dengan produk pasaran. Selanjutnya uji
homogenitas, kedua sediaan memiliki homogenitas yang baik. Lalu uji tinggi busa, pada
uji ini kelompok 4 tinggi busa yaitu kurang dari 1 cm sedangkan pada kelomppok 7
tidak memiliki busa
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dalam praktikum ini, membahas tentang bagaimana cara pembuatan sabun
cair, dapat disimpulkan bahwa:
1. Mekanisme kerja sabun sebagai pembersih yaitu apabila tegangan
permukaan air berkurang, maka air akan jauh lebih mudah untuk menarik
kotoran.
2. Minyak jeruk memiliki senyawa golongan terpen sehingga mempunyai
aktivitas sebagai antibakteri.
3. Apabila konsentrasi KOH terlalu pekat, maka alkali bebas tidak berikatan
dengan asam lemak sehingga dapat menyebabkan iritas pada kulit.
Sebaliknya, apabila jumlahnya terlalu sedikit maka sabun yang dihasilkan
akan mengandung asam lemak yang tinggi. Sehingga dapat mengganggu
proses emulsi sabun dan kotoran pada saat sabun digunakan.
4. pH yang tinggi dapat ini meningkatkan pertumbuhan bakteri dan membuat
kering kulit, sedangkan sabun dengan pH terlalu rendah dapat
menyebabkan iritasi pada kulit.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 1996. Standar Sabun Mandi Cair, SNI 06-4085-1996,
Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Cahyono, B. 2005. Budidaya Jeruk Mandarin. Yogyakarta: Yayasan Pustaka
Nusantara.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta.
Narkhede, D. B. 2010. Formulation and Evaluation of Coconut Oil Liquid Soap.

IJPWR, 1(2), 1-15

Nogrady,Th. 1992. Kimia Medisinal: Pendekatan secara Biokimia. Bandung: ITB.

Priyono, Agus. 2009. Pembuatan Sabun. Riau: Unirau

Rowe, R.C. et Al. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients. 6th Ed. The.
Pharmaceutical Press. London.
Van Duin, C.F. 1954. Buku Penuntun Ilmu Resep Dalam Praktek dan Teori, Cetakan
kedua. Soeroengan. Jakarta.
Voight, R.. 1994. Buku Pengantar Teknologi Farmasi, 572-574, diterjemahkan oleh

Soedani, N., Edisi V, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada Press.


LAMPIRAN

Cara Pakai : Netto : 50 mL Netto : 50 mL


Tuangkan sabun cair ketelapak
tangan atau spons, usapkan ke Sabun cair dengan aroma
seluruh tubuh hingga berbusa sweet orange yang kaya akan
dan bilas dengan air bersih. vitamin C untuk melindung
kulit dari pengaruh radikal
Perhatian :
Jika terkena mata, segera bilas
bebas dan sebagai sabun
dengan air antibakteri karena
menggunakan minyak jeruk
Ingredients : dengan kandungan minyak
Minyak jeruk, minyak zaitun, zaitun yang kaya akan
KOH, Na.CMC, Asam stearat, vitamin E dan A yang baik
Aquadest.
untuk peremajaan kulit.
Cocok digunakan untuk kulit
kering

BODYSOAP BODYSOAP

HET : Rp. 20.000,- BPOM NO :


Produced by : NA0066119123
PT NAFARMA Batch No : 11122021
Bogor - Indonesia Exp. Date : 20122024

Lusia Nafalanda
066119123
D
Ingredients :
Netto 50 ml Minyak sweet orange, minyak zitun, KOH, CMC
Na, Asam stearate, Aquadest.

Cara Pakai :
Tuangkan sabun cair ketelapak tangan atau spons,
usapkan ke seluruh tubuh hingga berbusa dan bilas
dengan air bersih

BPOM NO : NA0066119123
Batch No : 11122021
Exp. Date : 20122024
HET : Rp. 20.000,-

BODYSOAP

BODYSOAP

Kegunaan :
Sabun cair dengan aroma sweet orange
yang kaya akan vitamin C untuk
melindung kulit dari pengaruh radikal
bebas dan sebagai sabun antibakteri
karena menggunakan minyak jeruk dengan
kandungan minyak zaitun yang kaya akan
vitamin E dan A yang baik untuk
peremajaan kulit. Cocok digunakan untuk
kulit kering

Cara Pakai :
Tuangkan sabun cair ketelapak tangan atau spons,
usapkan ke seluruh tubuh hingga berbusa dan bilas
dengan air bersih.

Perhatian :
Jika terkena mata, segera bilas dengan air.

Ingredients :
Minyak sweet orange, minyak zitun, KOH, CMC Na,
Asam stearate, Aquadest.

Netto : 50 mL

Simpan di tempat yang kering dan sejuk. Hindarkan


dari kontak langsung dengan sinar matahari dan
lampu

BPOM NO : NA0066119123
Batch No : 11122021
Exp. Date : 20122024

HET : Rp.20.000,-
Produced by :
PT NAFARMA
Bogor - Indonesia

Anda mungkin juga menyukai