PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sabun merupakan alat pembersih yang telah lama digunakan orang
karena dapat menghilangkan kotoran-kotoran seperti debu, bakteri dan sisa
metabolisme/keringat sehingga dapat mencegah terjadi infeksi pada kulit.
Selain sebagai pembersih, idealnya sabun sekaligus sebagai perawat
struktur kulit. Ukuran normal pH kulit dalam keadaan sehat biasanya
berkisar 4,5-6,5 maka untuk mempertahankan keadaan normal kulit
tersebut sebaiknya menggunakan sabun dengan pH yang tidak jauh dari
kondisi kulit. (Haryono, 1988).
Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak
atau lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar, bagian kepala
bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat inilah
sabun mampu mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan atau
pakaian. Dewasa ini pemanfaatan sabun sebagai pembersih kulit makin
menjadi trend dan beragam. Keragaman sabun yang dijual secara komersial
terlihat
pada
jenis,
warna,
wangi
dan
manfaat
yang
ditawarkan.
Berdasarkan jenisnya sabun dibedakan atas dua macam yaitu sabun padat
dan sabun cair.
Sabun
padat
transparan
adalah
sabun
mandi
yang
berbentuk
sabun
transparan
yang
menarik
mewah
dan
berkelas
temulawak
(Curcuma
xanthorrhiza)
dan
temu
putih,
tanaman
ini
memahami
tentang
pembuatan
sabun
ini,
karena
selain
cara
1.4. Manfaat
Melatih siswa menjadi wirausahawan yang terampil untuk kehidupan
masyarakat.
Melatih siswa
temulawak dan temu putih yang mempunyai berbagai fungsi untuk kulit.
Menambah kualitas sabun dari penambahan zat aditif alami yang tidak
untuk
membuat
sabun
transparan
dengan
ekstrak
BAB II
Kajian Pustaka
2.1. Sejarah Sabun
Konon, tahun 600 SM masyarakat Funisia di mulut Sungai Rhone sudah
membuat sabun dari lemak kambing dan abu kayu khusus. Mereka juga
membarterkannya dalam berdagang dengan bangsa Kelt, yang sudah bisa
membuat sendiri sabun dari bahan serupa. Pliny (23 79) menyebut sabun
dalam Historia Naturalis, sebagai bahan cat rambut dan salep dari lemak dan
abu pohon beech yang dipakai masyarakat di Gaul, Prancis. Tahun 100
masyarakat Gaul sudah memakai sabun keras. Ia juga menyebut pabrik
sabun di Pompei yang berusia 2000 tahun, yang belum tergali. Di masa itu
sabun lebih sebagai obat. Baru belakangan ia dipakai sebagai pembersih,
seperti kata Galen, ilmuwan Yunani, di abad II.
Tahun 700-an di Italia membuat sabun mulai dianggap sebagai seni.
Seabad kemudian muncul bangsa Spanyol sebagai pembuat sabun
terkemuka di Eropa. Sedangkan Inggris baru memproduksi tahun 1200-an.
Secara bersamaan Marseille, Genoa, Venice, dan Savona menjadi pusat
perdagangan karena berlimpahnya minyak zaitun setempat serta deposit
soda mentah. Akhir tahun 1700-an Nicolas Leblanc, kimiawan Prancis,
menemukan, larutan alkali dapat dibuat dari garam meja biasa. Sabun pun
makin mudah dibuat, alhasil ia terjangkau bagi semua orang. Di Amerika
Utara industri sabun lahir tahun 1800-an. "Pengusaha-"nya mengumpulkan
sisa-sisa lemak yang lalu dimasak dalam panci besi besar. Selanjutnya,
adonan dituang dalam cetakan kayu. Setelah mengeras, sabun dipotongpotong, dan dijual dari rumah ke rumah.
2.2. Pengenalan Sabun
Sabun merupakan bahan logam alkali (basa) dengan rantai asam
monocarboxylic yang panjang. Larutan alkali yang digunakan dalam
pembuatan sabun bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang
biasa digunakan pada sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan
alkali yang biasa digunakn pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida
(KOH).
Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran-kotoran berupa minyak
ataupun zat pengotor lainnya. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi
lemak minyak dengan larutan alkali membebaskan gliserol. Lemak minyak
3 | Makalah Product Home Industry
yang digunakan dapat berupa lemak hewani, minyak nabati, lilin, ataupun
minyak ikan laut.
Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan
jenis dan bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran
seperti sabun mandi, sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas
rumah tangga, hingga sabun yang digunakan dalam industri.
Kandungan zat-zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai
dengan sifat dan jenis sabun. Zat-zat tersebut dapat menimbulkan efek baik
yang menguntungkan maupun yang merugikan. Oleh karena itu, konsumen
perlu memperhatikan kualitas sabun dengan teliti sebelum membeli dan
menggunakannya.
Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air,
gliserin, garam dan impurity lainnya. Semua minyak atau lemak pada
dasarnya dapat digunakan untuk membuat sabun. Lemak dan minyak nabati
merupakan dua tipe ester. Lemak merupakan campuran ester yang dibuat
dari alcohol dan asam karboksilat seperti asam stearat, asam oleat dan asam
palmitat. Lemak padat mengandung ester dari gliserol dan asam palmitat,
sedangkan minyak, seperti minyak zaitun mengandung ester dari gliserol
asam oleat.
2.3
Digunakan
minyak
kelapa
karena
sifatnya
yang
mudah
Jenis Minyak
Minyak Kelapa
Minyak Sawit
Minyak jarak
Minyak jagung
Minyak Kedelai
Jumlah
44 - 53 %
40 - 46 %
39 - 45 %
86 %
56,3 %
30,1 %
15 64 %
11 60 %
Minyak dan lemak dihasilkan oleh alam yang bersumber dari hewan
dan tanaman, perbedaan mendasar antara lemak hewani dan lemak nabati
adalah :
2. Asam Stearat
Asam stearat merupakan monokarboksilat berantai panjang (C18)
yang bersifat jenuh karena tidak memiliki ikatan rangkap diantara atom
karbonnya. Asam stearat dapat berbentuk cairan atau padatan. Pada
proses pembuatan sabun, asam stearat berfungsi untuk mengeraskan dan
menstabilkan busa.
3. Natrium Hidroksida ( NaOH )
Natrium hidroksida (NaOH) seringkali disebut dengan soda kaustik atau
soda api yang merupakan senyawa alkali yang bersifat basa dan mampu
menetralisir asam. NaOH berbentuk kristal putih dengan sifat cepat
menyerap kelembapan. Natrium hidroksida bereaksi dengan minyak
membentuk sabun yang disebut dengan saponifikasi.
4. Etanol
Etanol (etil alkohol) berbentuk cair, jernih dan tidak berwarna, merupakan
senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol pada proses
pembuatan sabun digunakan sebagai pelarut karena sifatnya yang mudah
larut dalam air dan lemak.
5. Gliserin
Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati
dengan
air
untuk
menghasilkan
asam
lemak.Gliserin
merupakan
bersifat higroskopik
rendah.Penambahan
NaCl
selain
gula
pasir
berfungsi
untuk
membantu
terbentuknya
Mencerahkan kulit
Menghaluskan kulit
Mengencangkan kulit
Mengatasi noda hitam dan bekas luka
Mencegah kanker kulit
Membuat kulit menjadi kuning langsat
BAB III
Prosedur Kerja
3.1 Alat dan Bahan
A. Alat
Batang Pengaduk
Beakerglass
Botol Aquadest
Bunsen
Cetakan Sabun
Kaca Arloji
Kaki 3
Kasa Asbes
Timbangan
B. Bahan
Aquadest (H2O)
Ekstrak Temulawak dan Temu putih
Asam Stearat (CH3(CH2)16COOH)
Etanol (C2H5OH) 96 %
Gliserin (C3H5(OH)3)
Gula Pasir (C6H12O6)
Minyak
Natrium Hidroksida (NaOH)
Pewangi
3.2 Prosedur Percobaan
A. Preparasi Larutan
1. Membuat larutan NaOH 30% dalam gelas kimia 100 mL.
2. Membuat larutan gula dengan melarutkan 20 g gula dalam sedikit
mungkin air.
3. Membuat lelehan asam stearat sebanyak 12,5 g.
4. Menyiapkan gliserin 20 mL dan alkohol (etanol 96%) 20 g , masing masing
dalam gelas kimia 100 mL.
B. Pembuatan Sabun Transparan
1. Panaskan minyak sebanyak 25 g dan lelehan asam stearat yang telah
disiapkan dalam gelas kimia 250 mL pada temperatur 60-65 oC.
Bab IV
Penutup
4.1. Kesimpulan
Sabun adalah senyawa yang dihasilkan dari reaksi antara asam lemak
dengan alkali . sabun merupakan garam alkali dari rantai panjang asam
lemak. Ketika lemak atau minyak tersaponifikasi, garam Natrium atau
kalium terbentuk dari rantai panjang asam lemak yang disebut sabun.
Kami menggunakan ektrak temulawak dan temu putih sebagai ekstrak
dalam pembuatan sabun yang bernilai ekonomis serta memiliki nilai jual .
10 | M a k a l a h P r o d u c t H o m e I n d u s t r y