Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Sabun cair
A. Sejarah Sabun
Pliny (23 – 79) menyebut sabun dalam Historia Naturalis, sebagai
bahan cat rambut dan salep dari lemak dan abu pohon beech yang dipakai
masyarakat di Gaul, Prancis. Tahun 100 masyarakat Gaul sudah memakai
sabun keras.Ia juga menyebut pabrik sabun di Pompei yang berusia 2000
tahun, yang belum tergali. Di masa itu sabun lebih sebagai obat. Baru
belakangan ia dipakai sebagai pembersih, seperti kata Galen, ilmuwan
Yunani, di abad II.Tahun 700-an di Italia membuat sabun mulai dianggap
sebagai seni. Seabad kemudian muncul bangsa Spanyol sebagai pembuat
sabun terkemuka di Eropa. Sedangkan Inggris baru memproduksi tahun
1200-an. Secara berbarengan Marseille, Genoa, Venice, dan Savona
menjadi pusat perdagangan karena berlimpahnya minyak zaitun setempat
serta deposit soda mentah. Akhir tahun 1700-an Nicolas Leblanc,
kimiawan Prancis, menemukan, larutan alkali dapat dibuat dari garam
meja biasa. Sabun pun makin mudah dibuat, alhasil ia terjangkau bagi
semua orang. Di Amerika Utara industri sabun lahir tahun 1800-an.
"Pengusaha-"nya mengumpulkan sisa-sisa lemak yang lalu dimasak dalam
panci besi besar.Selanjutnya, adonan dituang dalam cetakan kayu.Setelah
mengeras, sabun dipotong-potong, dan dijualdari rumah ke
rumah.Begitupun, baru abad XIX sabun menjadi barang biasa, bukan lagi
barang mewah (Baysinger, 2004).
B. Sabun
Sabun merupakan senyawa kimia yang dihasikan dari reaksi lemak
atau minyak dengan alkali. Sabun juga merupakan garam-garam
monovalen dari asam karboksilat dengan rumus umunya RCOOM, R
adalah rantai lurus (alifatis) panjang dengan jumlah atom C bervariasi,
yaitu antara C12 – C18 dan M adalah kation dari kelompok alkali atau ion
amonium (Austin, 1984).
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun
adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan
diesterifikasi dengan gliserol.Masing– masing lemak mengandung
sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara C12
(asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga
dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadi sabun
melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida
membebaskan gliserol (Baysinger, 2004).
Kegunaan sabun ialah kemempuannya mengemulsi kotoran
berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini
disebabkan oleh dua sifat sabun. Pertama, rantai hidrokarbon sebuah
molekul sabun larut dalam zat-zat non-polar, seperti tetesan-tetesan
minyak. Kedua, ujung anion molekul sabun, yang tertarik pada air, ditolak
oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan
minyak lain. Karena tolak-menolak antara tetes-tetes sabun-minyak, maka
minyak itu tidak dapat saling bergabung tetapi tetap tersuspensi(Austin,
1984).
Suhu titer sabun adalah suhu dimana larutan koloid sabun berubah
menjadi kasar dan tidak aktif lagi. Sedangkan titik keruh adalah suhu
dimana larutan koloid sabun menjadi keruh karena terbentuknya dispersi
kasar dan larutan sabun menjadi kental sehingga dapat dipilin. Titik keruh
disebut juga suhu pilin. Suhu titer dan titik keruh tidak jauh berbeda dan
merupakan indikasi dimana larutan sabun tidak aktif lagi. Maka untuk
penggunaan sebagai detergen, larutan sabun dipanaskan sampai mendekati
suhu titer (Harold. 1982).
Sabun larut dalam alkohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak.
Sabun secara koloidal di dalam air dan bersifat sebagi zat aktif permukaan.
R – COOL . Gugus R sebagi alkil bersifat menolak air (hidrofob) dan
gugus – COOL bersifat menarik air (hidrofil) bila L berupa kation dari Na,
K atau NH 4 . Larutan koloidal akan terbentuk dengan cepat pada suhu
makin tinggi (Harold. 1982).
II.2 Lulur
Lulur merupakan bahan campuran tumbuhan atau buah-buahan yang
dioleskan ke tubuh, dibiarkan setengah mengering, lalu digosokkan dengan
telapak tangan agar kulit mti yang ada disana terangkat dan pori-pori terbuka
sehingga kulit bisa bernapas. Pemberian lulur sangat berguna untuk terjadi
regenerasi kulit ditubuh. Perawatan lulur sudah dinikmati oleh putri kerajaan
berabad-abad lalu, sebelum Indonesia merdeka. Terutama kerajaan disekitar
pulau jawa, atau biasa disebut sebagai keratin jawa. Proses luluran diyakini
sebagai metode terbaik untuk jaga kesehatan dan kecantikan kulit. Sebelum
pernikahan, putri keratin biasa melakukan ritual luluran setiap hari selama 40
hari berturut-turut.
Jenis-jenis lulur diklasifikasi sebagai berikut (MMI, 2018) :
1. Lulur mandi/body scrub
Lulur mandi atau dalam beberapa produk agar tampak modern
ditulis dengan istilah body scrub, merupakan lulur yang digunakan saat
tubuh dalam keadaan basah (mandi). Penggunaannya adalah dengan
mengoleskan pada seluruh bagian tubuh lalu menggosoknya perlahan.
Setelah digosok-gosok, bilas tubuh dengan air tanpa menggunakan sabun
mandi. Lulur jenis ini relatif lebih cocok digunakan untuk pemilik kulit
sensitive karena butiran scrub yang lebih kecil dan lembut , penggunaan
saat kulit dalam keadaan basah, dan terdapat bahan pembawa yang
berfungsi melicinkan kulit sehingga akan terhindar dari iritasi saat
penggosokan.
2. Lulur kocok
Lulur ini merupakan salah satu bentuk lulur tradisional. Berbentuk
lulur yang berair tapi tidak terlarut (suspensi). Sebelum digunakan, botol
kemasan lulur dikocok terlebih dahulu, oleh karenanya lulur ini sering
disebut lulur kocok. Penggunaannya adalah dengan mengoleskan lulur
pada kulit yang kering lalu setelah mengering lulur tersebut digosok-gosok
sehingga akan berjatuhan bersama dari kulit. Setelah itu bilas dengan air
tanpa sabun.
3. Lulur bubuk
Lulur ini juga merupakan bentuk tradisional. Berupa serbuk lulur
kering yang penggunaannya dengan mengencerkan atau mengentalkannya
terlebih dahulu dengan air biasa/air tawar sebelum digunakan. Setelah
cukup encer/kental, kemudian lulur dioleskan keseluruh tubuh (dalam
keadaan kering atau sedikit basah) sambil digosok-gosok. Tunggu
beberapa menit atau sampai mengering, lalu bilas dengan air tanpa sabun.
Lulur jenis ini lebih praktis karena kemasaannya mudah dibawa dan
penggunaannya lebih mudah.
4. Lulur bali
Jenis lulur ini dari kemasannya menyerupai lulur mandi atau body
scrub. Tapi penggunaannya berbeda dengan lulur mandi. Lulur ini
digunakan saat tubuh dalam keadaan kering. Setelah lulur dioles pada
tubuh, gosok sampai lulur berjatuhan bersama daki. Biasanya lulur yang
rontok akan berubah warna kecoklatan atau kehitaman yang menandakan
daki telah ikut rontok.
II.3 Lipblam
Lipblam merupakan bahan dari lilin yang diaplikasikan secara topial
pada bibir untuk mengurangi bibir. Cuaca kering, suhu dingin, dan angin
mempunyai efek kering pada kulit karena menghilangkan kelembapan kulit.
Efek kekringan ini terutama terlihat pada bibir karena kulit bibir sangat tipis
sehingga bibir terlebih dahulu memperlihatkan tanda kekeringan. Lipblam
sering mengandung beeswax atau lilin karnauba, kapur barus, setil alkohol,
lanolin, parafin, petrolatum, dan bahan-bahan lainnya. Bahan tambahan lain
seperti perasa, pewarna, dan sunscreen masing-masing mempunyai
keunggulan spesifik sehingga dapat meningkatkan fungsi lipblam (Anonim.
2010).
Lipblam merupakan sediaan kosmetik yang dibuat dengan basis yang
sama dengan basis lipstik, namun tanpa warna., sehingga terlihat transparan.
Ada dua jenis lipblam, berbentuk stik padat seperti lipstik dan berupa krim
dalam pot kecil. Cara memakai lipblam dengan cara mengoleskan langsung
lipblam stik pada bibir dan menggunakan jari atau cotton bud untuk lipblam
krim dalam pot. Oleskan dua atau tiga kali sehari. Sebagian orang
menambahkan lip gloss diatas lipblam untuk kesan seperti lilin pada bibir
(Han,2010).
Sebelum memakai lipstik, sebaiknya bibir diolesi dengan lipblam
yang berfungsi untuk melembabkan danb membantu mencegah bibir pecah-
pecah serta terkelupas. Lipblam diperlukan agar lipstik tampak lebih
menyatu. (Kusantati,2008).
Fungsi lipblam adalah untuk membentuk lapisan baru diatas
permukaan kulit untuk melindungi bibir dan menjaga kelembapan bibir.
Sebaiknya pilihlah lipblam yang memiliki kadar pelembab tinggi, melindungi
emollient dan minyak alami. Apabila kita srung beraktifitas diluar rumah,
pilih lipblam yang mengandung tabir surya untuk melindungi bibir dari sinar
ultraviolet. Syarat-syarat lipblam :
a. Memiliki penampilan yang menarik, yaitu permukaan yang halus dari
warna yang seragam,bebas dari kerusakan seperti berlubang atau
permukaan yang tidak halus disebabkan oleh agregat warna atau kristal.
b. Tidak berbahay, baik secara dermatologi maupunsaat digunakan.
c. Mudah digunakan, memberikan lapisan pada bibir tidak berlebihan
berminyak dan mempunyai warna yang stabil
(Wilkinson and Moore,1982).
II.4 Lilin aroma terapi
I. Tinjauan Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak
ini disebut juga minyak menguap, minyak esensial (essencetial oil) karena
pada suhu kamar mudah menguap. Istilah esensial dipakai karena minyak
atsiri mewakili baudari tanaman asalnya. Minyak atsiri sangat penting sebagai
sumber rasa dan obat. Minyak atsiri digunakan untuk memberi rasa dan
aroma makanan, minuman, parfum, dan kosmetik. Minyak atsiri merupakan
salah satu hasil akhir proses metabolisme sekunder dalam tumbuhan.
Tumbuhan penghasil minyak atsiri antara lain termasuk famili pinaceae,
labiatae, compositae, myrtaceae, rutaceae, piperceae, zingiberaceae,
umbiliferae, dan gramineae. Minyak atsiri terdapat pada setiap bagian
tanaman yaitu didaun, bunga, biji, batang, kulit, dan akar.
Minyak atsiri digunakan sebagain bahan baku dalam berbagai industri,
misalnya industri parfum, kosmetik, “essence”, industri farmasi dan “
flavoring agent”. Dalam pembuangan parfum dan wangi-wangian minyak
atsiri tersebut berfungsi sebagai zat pewangi. Beberapa jenis minyak atsiri
dapat digunakan sebagai zat pengikat bau (fixative) dalam parfum, misalnya
minyak nilam, minyak akar wangi, dan minyak cendana. Minyak atsiri yang
berasal dari rempah-rempah, misalnya minyak lada, minyak kayu manis,
minyak jahe, minyak cengkeh, minyak ketumbar, umumnya digunakan
sebagai bahan penyedap (flavoring agent) dalam bahan pangan dan minuman.
( Ketaren,1985).
Produksi minyak atsiri dari tumbuh-tumbuhan dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu :
1. Penyulingan (destilasi)
Penyulingan adalah proses pemisahan secara fisik suatu campuran
dua atau lebih produk yang mempunyai titik didih yang berbeda dengan
cara mendidihkan terlebih dahulu komponen yang mempunyai titik didih
rendah terpisah dari campuran. Penyulingan merupakan metode ekstraksi
yang tertua dalam pengelohan minyak atsiri. Metode ini cocok untuk
minyak atsiri yang tidak mudah rusak oleh penas, misalnya minyak
cengkeh, nilam, sereh wangi, pala, akar wangi, dan jahe (Widiastuti,2012).
Ada 3 jenis penyulingan yakni :
a. Penyulingan air
Bila cara ini digunakan maka bahan yang akan disuling berhubungan
langsung dangan air mendidih. Bahan yang akan disuling kemungkinan
mengapung diatas air atau terendam seluruhnya, tergantung pada berat
jenis dan kuantitas bahan yang akan diproses. Air dapat dididihkan
dengan api secara langsung. Penyulingan air ini tidak ubahnya bahan
tanaman direbus secara langsung.
b. Penyulingan Uap dan Air
Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap dan air
ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah
berlobang-lobang yang ditopang di atas dasar alat penyulingan. Bagian
bawah alat penyulingan diisi air sedikit dibawah dimana bahan
ditempatkan. Bahan tanaman yang akan disuling hanya terkena uap, dan
tidak terkena air yang mendidih.
c. Penyulingan Uap
Uap yang digunakan lazim memiliki tekanan yang lebih besar dari pada
tekanan atmosfer dan dihasilkan dari hasil penguapan air yang berasal
dar suatu pembangkit uap air. Uap air yang dihasilkan kemudian
dimasukkan ke dalam alat penyulingan. Pada dasarnya tidak ada
perbedaan yang menyolok pada ketiga alat penyulinagn tersebut.
Namun demikian pemilihan tergantung pada cara yang digunakan,
karena reaksi tertentu dapat terjadi selama penyulingan.
(Sastrohamidjojo,2004).
2. Ekstraksi Menggunakan Pelarut (Solvent Extration)
Untuk bahan –bahan minyak atsiri yang tidak tahan terhadap panas
ataupun tekanan, proses ekstraksi lemak padat. Ekstraksi dengan pelarut
mudah meguap atau dengan menggunakan prinsip kelarutan senyawa-
senyawa minyak atsiri terhadap beberapa jenis pelarut. Terdapat beberapa
jenis palarut yang dapat melarutkan minyak atsiri, sebagian besar pelarut
tersebut bersifat semi polar atau non polar. Sedangkan eksktrasi dengan
lemak padat menggunakan prinsip penyerapan senyawa minyak atsiri
dengan lemak.
Prinsip ekstraksi dengan pelarut mudah menguap adalah melarutkan
minyak atsiri dalam bahan dengan pelarut organik yang mudah menguap.
Proses ekstraksi biasanya dilakukan dalam suatu wadah yang disebut
ekstraktor. Bunga yang ingin diekstraksi dimasukkan ke dalam ekstraktor
dan kemudian pelarut menguap disimpankan ke dalam ekstraktor.pelarut
yang biasa digunakan adalah petroleum ether, carbon tetra clorida,
chloroform pelarut lainnya yang bertitik didih rendah. peralut organik akan
berpenetrasi ke dalam jaringan bunga dan akan melarutkan minyak serta
bahan non volatil yang berupa resin,lilin dan pigmen. Hasil ekstraksi
merupakan campuran dari pelarut dan minyak atsiri yang disebut dengan
concrete. Jika concrete dilarutkan dalam alkohol maka minyak atsiri akan
larut sempurna namun zat lilin akan terpisah. Jika dilihat dari minyak atsiri
yang dihasilkan ekstraksi dengan pelarut memberi minyak atsiri yang
memiliki mutu yang lebih baik dibandingkan dengan minyak atsiri hasil
proses penyulingan (Ketaren,1985).
3. Adsorbsi oleh lemak padat (enfleurasi)
Ekstraksi minyak padat biasanya digunakan untuk mengekstraksi
minyak atsiri dari bunga. Pada umumnya bunga setelah dipetik akan tetap
hidup secara fisiologis. Daun bunga terus menjalankan proses hidup dan
tetap memproduksi minyak atsiri dan minyak yang terbentuk dalam bunga
akan menguap dalam waktu singkat. Kegiatan bunga akan terhenti jika
kontak dengan panas atau kontak dengan palarut organik. Untuk
mendapatkan proses ekstraksi berlangsung perlu dijaga agar proses
fisiologi dalam bunga tetap dapat memproduksi minyak bunga yang
menggunakan lemak hewani atau nabati (Guenther,2006).
Minyak atsiri dalam pomade dapat diekstraksi dengan alkohol dalam
suatu alat yang disebut batteuses. Campuran alkohol dengan pomade
didinginkan di bawah suhu 0ºC, sehingga bagian lemak akan membeku
sedangkan campuran larutan alkohol dengan minyak atsiri tetap dalam
keadaan cair. Lemak dapat dipisahkan dengan proses penyaringan.
Campuran antara minyak atsiri dengan alkohol disebut dengan extrait.
Extrait merupakan salah satu dasar parfum yang bernilai tinggi, karena
mengandung minyak atsiri yang masih memiliki bau wangi alamiah.
(Ketaren,1985)
Pada proses penyimpanan minyak atsiri dapat mengalami kerusakan
yang diakibatkan oleh berbagai proses, baik secara kimia maupun secara
fisika. Biasanya kerusakan disebabkan oleh reaksi-reaksi yang umum
seperti oksidasi, resinifikasi, polimerisasi, hidrolisis ester dan intraksi
gugus fungsional. Proses tersebut dipercepat (diaktivasi) oleh panas,
adanya udara ( oksigen), kelembaban, serta dikatalisis oleh cahaya dan
pada beberapa kasus kemungkinan dikatalis oleh logam. (Guenther,1987).
II. Tinjauan Aromaterapi
Aromaterapi merupakan salah satu jenis metodde pengobatan tradisional
yang sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Aromaterapi dibentuk dari
berbagai jenis ekstrak tanaman, dengan cara pembuatan ynag berbeda-beda,
dan dengan cara penggunaan yang berbeda pula. Di cina kuno, india, yunani,
roma, dan mesir, aromaterapi digunakan sebagai kosmetik, parfum, dan
penobatan.
Aromaterapi adalah proses terapetik (penyembuhan) menggunakan
minyak aromatis/ minyak atsiri/ essensial iol terhadap gangguan fisik dan
psikis. Istilah aromaterapi mengacu pada penggunaan minyak essensial dari
tanaman sebagai terapi. Minyak essensial dapat diserap ke dalam tubuh
melalui kulit atau sistem penciuman ( Dey,1997;
Lavabre,1990;Tisserand,1996). Minyak atsiri telah digunakan secara
komersial selama beberapa ratus tahun dan secara teratur digunakan untuk
manajemen stres dan terapi bagi penyakit-penyakit ringan (Halcon,2002).
Banyak penelitian telah menemukan bahwa rangsangan penciuman
menghasilkan perubahan dratis dalam parameter fisiologis seperti tekanan
dara (BP), ketegangan otot, dilatasi pupil, intensitas berkedip, suhu kulit,
aliran darah kulit, aktivitas electrodermal,denyut nadi,dan kegiatan otak.
(Diego dkk,1998; Field et al,2005; Lorig & Schwartz,1998; Schwartz 1997;
Tisserand,1996; Torii et al 1998; Van Toller et al, 1993) Namun, efek
terapeutik aromaterapi belum didukung oleh studi klinis.
Mekanisme Aromaterapi
Para penelitian tidak sepenuhnya jelas bagaimana aromaterapi dapat
bekerja. Beberapa ahli percaya indera penciuman kita mungkin memainkan
peran. Reseptor bau di hidung berkomunikasi dengan bagian-bagian dari otak
(amigdala dan hipokampus) yang berfungsi sebagai penyimpanan untk emosi
dan kenangan ketika bernapas molekul minyak esensial akan terhirup,
beberapa peneliti percaya bahwa mereka merangsang bagian-bagian dari otak
dan mempengaruhi kesehatan fisik,emosional,dan mental. Sebagai contoh ,
lavender diyakini untuk merangsang aktivitas sel-sel otak di amigdala mirip
dengan cara beberapa pekerjaan obat penenang. Peneliti lain menggap bahwa
beberapa molekul dari minyak esensial bisa berinteraksi dalam darah dengan
hormon atau enzim.
Minyak esensial bekerja pada penciuman dan penyerapan kulit, secara
farmakologi, minyak beraroma bekerja dalam tubuh melalui sistem saraf san
sistem sirkulasi. Sistem saraf akan mengenali bahan aromatik sehingga sistem
saraf vegetative, yaitu sistem saraf yang berfungsi mengatur denyut jantung,
pembuluh darah dan pergerakan saluran cerna akan terangsang. (Dean,2005).
III. Tinjaun Lilin
Lilin merupakan sumber penerangan yang terdiri dari sumbu yang
diselimuti bahan bakar padat. Selama berabad-abad, penggunaan lilin telah
menjadi satu kebutuhan dan simbol kehidupan. Kata lilin (Candle) berasal
dari bahasa latin yang berarti suluh atau obor yang dapat menerangi.
Penggunaan lilin di masyarkat jawa merupakan hal yang sangat khusus.
Selain sebagai alat penerangan, lilin yang berasal dari lemak hewan seperti
lilin lebah digunakan dalam proses membatik. Kain batik ini nantinya dibuat
menggunakan tehnik resist dan menggunakan lilin untk membentuk motifnya.
IV. Uji Mutu Lilin Aromaterapi
A. Kekerasan
Kekerasan dikur dengan penetrometer selama 5 detik dengan beban 50
gram, yang menghasilkan nilai kekerasan. Nilai kekerasan adalah jarak
yang dapat dipenetrasi jarum penetrometer. Nilai kekerasan berbanding
terbalik dengan kekerasan sebenarnya. Semakin kecil nilai kekerasan maka
lilin tersebut semakin keras, demikian sebaliknya.
B. Titik Leleh
Titik leleh didefinisikan suhu saat fase dan cair suatu zat bersama-sama
berada dalam keadaan keseimbangan pada tekanan tertentu. Pengujian titik
leleh menggunakan metode pipa kapiler. Lelehan lilin dihisap ke dalam
pipa kapiler, kemudian disimpan dalam lemari es pada suhu 4-10ºC selama
16 jam. Pipa kapiler diikatkan pada termometet dan dimasukkan ke dalam
gelas piala 600 ml yang berisi air setengah bagian. Gelas piala dipanaskan,
pada saat lilin dalam pipa kapiler bergerak pertama kali, angka yang telihat
pad termometer dicatat sebagai titik leleh lilin. (AOAC,19984). Titik leleh
lilin berdasarkan SNI 0386-1989-A/SII 0348-1980 yaitu 50ºC sampai
58ºC.

C. Waktu Bakar
Waktu bakar adalah selang waktu yang menunjukan daya tahan lilin
dibakar sampai habis. Waktu bakar diperoleh dari selisih antara waktu
awal pembakaran dan waktu saat sumbu lilin habis terbakar (api padam).
D. Warna
Warna yang cerah dan menarik akan lebih disukai dibandingkan warna
gelap ataupun pucat. Pengujian warna dilakukan dengan alat chromameter
CR-200. Alat ini akan menghasilkan nilai Y, x dan y. Y adalah faktor
kecerahan yang merupakan persentase dari pemantulan cahaya sempurna
100 persen , sedangkan x dan y adalah koordinat kekhromatisan. Nila-nilai
ini digunakan untuk mencari koordinat kekhromatisan x dan y sesuai
metode CIE x,y (1931). Titik temu antara koordinat x dan y akan
menunjukan tingkat kekhromatisan warna, panjang gelombang dominan
dan tingkat kemurnia (excitation purity) yang berhubungan dengan
intensitas (saturation) warna (Hutchings,1994). Chroma adalah kekuatan,
intensitas dan kemurnian suatu warna. Semakin menjauh dari pusat
saturation, intensitas warna semakin kuat. (Graves,1952).
E. Letak suhu
Berdasarkan SNI 0386-1989-A/SII 0348-1980,letak sumbu lilin adalah di
pusat lilin.
F. Penampakan Lilin Secara Keselurahan
Dalam SNI 0386-1989-A/SII 0348-1980, keadaan fisik lilin adalah warna
sama dan merata, tidak retak, tidak cacat dan tidak patah.
G. Gelembung/Bintik Udara
Gelembung/ bintik udara pada permukaan lilin disebabkan oleh suhu lilin
cair yang rendah (kurang dari 40ºC) saat pencetakan dan penuangan lilin
yang terlalu cepat ke dalam cetakan (Bardey,1999; Oppenhiemer,2001).
Gelembung/ bintik udara akan menurunkan tingkat kesukaan konsumen.
H. Kesukaan Terhadap Aroma Saat Lilin Dibakar
Uji kesukan aroma lilin saat dibakar akan memberikan hasil penilian yang
lebih akurat terhadap aroma yang dihasilkan lilin.

I. Deteksi Aroma Pertama Kali


Pengujian deteksi aroma pertama kali dilakukan dengan mencatat waktu
saat aroma lilin dideteksi atau dirasakan oleh panelis pertama kali.
Pengujian dilakukan setelah lilin dibakar beberapa saat sampai adanya
lelehan lili di permukaan. Hasil pendeteksian aroma untuk tiap lilin
memberikan selang waktu yang berbeda-beda.
J. Deteksi Waktu Terhadap Efek Terapi Yang Dirasakan Pertama Kali
Selama lilin dibakar, aroma yang dihasilkan akan memberikan efek terapi
bagi konsumen yang menciumnya. Efek terapi dapat disarankan setelah
konsumen mencium aroma lilin beberapa saat. Pengujian efek terapi yang
dirasakan panelis pertama kali dilakukan dengan menghitung waktu antara
awal penciuman aroma sampai adanya efek terapi aroma yang dirasakan
oleh penalis pertama kali.
II.5 Instan

Anda mungkin juga menyukai