Anda di halaman 1dari 80

SKRIPSI

EFEK ANTIDIABETES KOMBINASI EKSTRAK ETANOL


DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius ROXB.)
DAN DAUN SALAM (Syzygium polyanthum WIGHT.)
PADA TIKUS (Rattus norvegicus) PUTIH
GALUR WISTAR DENGAN
METODE INDUKSI
ALOKSAN

FIQRI ALGAFIQ ABDILLAH


F201501045

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA
KENDARI
2019

1
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Skripsi ini telah kami setujui untuk disajikan dihadapan tim penguji pada ujian

komprehensif Program Studi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya

Kendari dalam rangka penyempurnaan penulisan.

Kendari, Agustus 2019

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Wa Ode Yuliastri, S.Farm., M.Si., Apt Nikeherpianti Lolok, S.Farm.,M.Farm.,Apt


NIDN : 09 2007 8202 NIDN : 09 2208 9001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi

Ahmad Saleh., S.Farm., M.PH.,Apt


NIDN : 09 1203 8603

ii
ABSTRAK
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya Kendari
Program Studi S1 Farmasi
Skripsi, Agustus 2019

FIQRI ALGAFIQ ABDILLAH (F.2015.010.45)


”EFEK ANTIDIABETES KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN
WANGI (Pandanus amaryllifolius ROXB.) DAN DAUN SALAM (Syzygium
polyanthum WIGHT.) PADA TIKUS (Rattus norvegicus) PUTIH GALUR WISTAR
DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN”

PEMBIMBING I : WA ODE YULIASTRI, S.Farm., M.Si., Apt


PEMBIMBING II : NIKEHERPIANTI LOLOK, S.Farm., M.Farm., Apt
(xii + 48 Halaman + 5 Gambar + 8 Tabel + 6 Lampiran)

Diabetes melitus ditandai dengan terjadinya hiperglikemi. Indonesia merupakan


negara menempati urutan ke 7 dengan penderita DM sejumlah 8,5 juta. Penggunan obat
bahan alam sudah banyak digunakan secara empiris oleh masyarakat, diantaranya ekstrak
daun pandan wangi dan daun salam masing-masing telah dilaporkan memilikiefek
hipoglikemik dan berpotensi sebagai antioksidan yang dapat memperbaiki sel-sel tubuh
yang rusak, termasuk pankreas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kombinasi
Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dan Daun Salam (Syzygium
polyanthum Wight.) memberikan efek dalam penurunan kadar gula darah pada tikus
(Rattus norvegicus) putih galur wistar yang diinduksi diabetes dibandingkan dengan
kelompok negatif dan kelompok positif.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. Sampel diekstraksi
dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Pengujian efek antidiabetes
hewan uji dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol positif, kombinasi ekstrak
dan kelompok kontrol negatif. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Kruskal-
Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.
Hasil uji terhadap tikus yang diinduksi diabetes menunjukkan bahwa kombinasi
ekstrak etanol daun pandan wangi dan daun salam secara signifikan mampu menurunkan
kadar gula darah pada tikus yang diinduksi diabetes dibandingkan kontrol negatif (p<0,05),
dan hasilnya tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol positif (p>0,05).

Kata Kunci : Daun Pandan Wangi, Daun Salam, Diabetes Mellitus, Aloksan
Daftar Pustaka : 60 (1986 – 2019)

iii
ABSTRACT

Mandala Waluya Kendari School of Health Sciences


Pharmacy Study Program
Research Results, August 2019
FIQRI ALGAFIQ ABDILLAH (F201501045)
“EFFECT of ANTIDIABETES COMBINATION of the LEAF ETHANOL
EXTRACT PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius ROXB.) AND SALAM
LEAVES (Syzygium polyanthum WIGHT.) IN RATS (Rattus norvegicus) WHITE
WISTAR GALUR WITH ALOKSAN INDUCTION METHOD”

Supervisor : Wa Ode Yuliastri, S.Farm.,M.Si.,Apt

Co-supervisor : Nikeherpianti Lolok, S.Farm.,M.Farm.,Apt

(xii + 42 Pages + 5 Pictures + 4 Tables + 8 Appendices)

Diabetes mellitus is characterized by hyperglycemi. Indonesia is the country ranks


7th with a DM sufferer of 8.5 million. Use of natural medicines has been widely used by
the community, including fragrant pandan leaf extracts and laurel leaves have been
reported to have hypoglycemic effects and potentially as antioxidants that can improve the
cells Damaged body, including the pancreas. The purpose of this research is to find out the
combination of Pandan Wangi leaf extract (Pandanus amaryllifolius Roxb.) and Salam
leaves (Syzygium polyanthum Wight.) to give effect in lowering blood sugar levels in rats
(Rattus norvegicus) White strain Wistar Diabetes-induced versus negative groups and
positive groups.
This research is experimental Research laboratory. Samples extracted by
maceration method using 96% ethanol solvent. Test animal antidiabetic effects test is
divided into 3 groups i.e. positive control group, extract combination and negative control
group. Data analysis is done by using One-Way ANOVA and continued with the LSD test.
The test results against diabetic-induced rats showed that the combination of
fragrant pandan leaf extract and the laurel leaf was significantly able to lower blood sugar
levels in diabetic-induced rats versus negative control (p < 0.05), and The results are no
different from real with the positive control group (p > 0.05).

Keywords : Leaf Pandan Fragrance, Daun Salam, Diabetes Mellitus, Aloksan


References : 53 (1986 – 2019)

iv
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata‘ala


yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
hasil penelitian yang berjudul “Efek Antidiabetes Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Pandan
Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dan Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight.)
pada Tikus (Rattus novergicus) Putih Galur Wistar dengan Metode Induksi Aloksan” guna
memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi
Ilmu Farmasi STIKES-MW Kendari.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan hasil penelitian ini telah
dilakukan semaksimal mugkin meskipun jauh dari kata sempurna oleh karena itu saran-
saran dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk meningkatkan mutu dari
penulisan hasil penelitian ini sangat Penulis harapkan.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa menghanturkan rasa terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Wa Ode Yuliastri, S.Farm., M.Si., Apt selaku Pembimbing
I dan kepada Ibu Nikeherpianti Lolok, S.Farm., M.Farm., Apt selaku Pembimbing II
atas semua waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikannya dalam membimbing,
mengarahkan, memberi saran maupun kritik sehingga hasil penelitian ini menjadi lebih
baik.
Tak lupa pula penulis haturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ketua Yayasan Mandala Waluya Kendari Bapak Tasman, SKM.,M.Kes
2. Ketua STIKES Mandala Waluya Kendari Ibu Dr.Ph.Hj. Tasnim, SKM.,MPH
Para Wakil Ketua (Akademik, Non Akademik, Kemahasiswaan) STIKES Mandala
Waluya Kendari Bapak Lodes Hadju, SKM.,M.Kes, Ibu Wa Ode Nova Noviyanti,
S.Psi.,M.Kes Ibu Yulli Fety, S.Kep.,Ns.,MN
3. Para Ketua Lembaga (LPPM, LPM) STIKES Mandala Waluya Kendari Ibu Asbath
Said, S.Kep.,Ns.,M.Kes
4. Ketua Prodi Farmasi STIKES Mandala Waluya Kendari Bapak Ahmad Saleh,
S.Farm.,MPH.,Apt.
5. Para Tim Penguji masing-masing : Ibu Silviana Hasanuddin, S.Farm.,M.Farm.,Apt
selaku Penguji I, Ibu Fatma Sari Siharis, S.Farm., M.Si., Apt selaku penguji II, dan Ibu
Citra Dewi, S.Farm., M.Farm., Apt selaku penguji III.

v
6. Seluruh dosen dan staf/karyawan STIKES Mandala Waluya Kendari yang telah banyak
membantu Penulis semasa pendidikan.
7. Kedua orang tua tercinta serta keluarga yang telah memberikan dukungan, kasih
sayang serta motivasi.
8. Seluruh teman – teman khususnya Program Studi Farmasi yang telah memberikan
bantuan dan motivasi kepada penulis hingga selesainya hasil penelitian ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian hasil
penelitian ini penulis ucapkan banyak terimakasih dan semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin.

Kendari, Agustus 2019

Penulis,

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI...............................................................................ii
ABSTRAK...........................................................................................................................iii
ABSTRACT.........................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR..........................................................................................................v
DAFTAR ISI.......................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................................xi
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN...........................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...................................................................................................4
E. Keaslian Penelitian..................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................6
A. Tinjauan Umum Tanaman.......................................................................................6
1. Uraian Tanaman Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)....................6
2. Uraian Tanaman Salam (Syzygium polyanthum (Wight.)...................................7
B. Uraian Tikus Putih (Rattus norvegicus)..................................................................9
C. Ekstraksi................................................................................................................10
D. Standardisasi..........................................................................................................12
E. Diabetes Melitus....................................................................................................18
F. Insulin Eksogen.....................................................................................................19
G. Uji Antidiabetes dengan Induksi Aloksan.............................................................21
H. Hipotesis................................................................................................................23
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................25
A. Jenis dan Rancangan Penelitian.............................................................................25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................................25
C. Alat dan Bahan Yang Digunakan..........................................................................25

vii
1. Alat.....................................................................................................................25
2. Bahan.................................................................................................................25
D. Prosedur Penelitian................................................................................................26
1. Pengambilan Sampel..........................................................................................26
2. Determinasi Sampel...........................................................................................26
3. Pengolahan Sampel............................................................................................26
4. Ekstraksi Sampel................................................................................................26
E. Penentuan Parameter – Parameter Standardisasi...................................................27
F. Penyiapan Sampel Bahan Penelitian.....................................................................28
1. Pembuatan larutan koloidal Na CMC 0,5 % b/v................................................28
2. Pembuatan Suspensi Ekstrak.............................................................................28
G. Pengujian...............................................................................................................29
1. Pengkondisian Hewan Coba..............................................................................29
2. Induksi Diabetes Pada Hewan Coba..................................................................29
3. Pengujian Efek Antidiabetes..............................................................................29
H. Analisis Data..........................................................................................................30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................31
A. Hasil Penelitian......................................................................................................31
1. Hasil Karakterisasi Simplisia.............................................................................31
2. Hasil Pengukuran Kadar Gula Dalam Darah Tikus...........................................31
B. Pembahasan............................................................................................................34
C. Keterbatasan Penelitian..........................................................................................42
BAB V PENUTUP..............................................................................................................43
A. Kesimpulan............................................................................................................43
B. Saran.......................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................44
LAMPIRAN........................................................................................................................49

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian Penelitian...................................................................................................5

Tabel 2. Sediaan Suntik dan Insulin yang Tersedia.............................................................20

Tabel 3. Hasil Karakterisasi Simplisia ................................................................................31

Tabel 4. Hasil Pengukuran Rata-rata Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah Induksi
Diabetes................................................................................................................................31

Tabel 5. Hasil Pengukuran Rata-rata Kadar Gula Darah pada H+3.....................................32

Tabel 6. Hasil Pengukuran Rata-rata Kadar Gula Darah pada H+15...................................32

Tabel 7. Hasil Analisis Pengukuran Kadar Gula Darah pada H+3......................................33

Tabel 8. Hasil Analisis Pengukuran Kadar Gula Darah pada H+15....................................34

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Daun Pandan Wangi.............................................................................................7

Gambar 2. Daun Salam..........................................................................................................8

Gambar 3. Struktur Kimia Aloksan......................................................................................23

Gambar 4. Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah Tikus Putih pada H+3.............................32

Gambar 5. Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah Tikus Putih pada H+15...........................33

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Determinasi Sampel...............................................................................50

Lampiran 2. Surat Keterangan Pembelian Hewan Uji dan Kesehatan Hewan....................55

Lampiran 3. Prosedur Kerja ................................................................................................56

Lampiran 4. Perhitungan .....................................................................................................57

Lampiran 5. Dokumentasi ...................................................................................................59

Lampiran 6. Hasil Analisis SPSS ........................................................................................62

xi
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

α = alfa
β = beta
BB = Berat Badan
Bj = Bobot jenis
cm = centimeter
δ = delta
dL = desiliter
DM = Diabetes Mellitus
DNA = Deoxyribo Nucleic Acid
EEDPW = Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi
EEDS = Ekstrak Etanol Daun Salam
g = gram
IV = Intravena
kg = kilogram
KGDP = Kadar Gula Darah Puasa
mg = miligram
ml = mililiter
mm = milimeter
Na CMC = Natriun Carboxymetyl Cellulosa
U = Unit
IUPAC = International Union of Pure and Applied Chemistry

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus ditandai dengan terjadinya hiperglikemik. Pada diabetes

melitus terjadi penumpukan gula dalam darah sehingga insulin gagal masuk ke dalam

sel. Peningkatan kadar gula darah dalam darah atau hiperglikemia adalah kondisi

terjadinnya abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang

disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau

keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan

neuropati (Nurarif dan Kusuma, 2015). Kegagalan tersebut terjadi akibat kurangnya

hormon insulin atau cacat fungsi. Hormon insulin merupakan hormon yang membantu

masuknya gula darah (WHO, 2016). Dalam metabolisme tubuh hormon insulin

bertanggung jawab dalam mengatur kadar glukosa darah. Hormon ini diproduksi

dalam pankreas kemudian dikeluarkan untuk digunakan sebagai sumber energi.

Apabila di dalam tubuh kekurangan hormon insulin maka dapat menyebabkan

hiperglikemi (IDF, 2015).

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah

kesehatan yang paling serius yang dihadapi masyarakat di dunia pada abad terakhir

ini. Diabetes melitus (DM) telah membunuh 38 juta orang setiap tahunnya. Indonesia

merupakan negara menempati urutan ke 7 dengan penderita DM sejumlah 8,5 juta

penderita setelah Cina, India dan Amerika Serikat, Brazil, Rusia, Mexico (IDF, 2015).

Salah satu tujuan terapi bagi penderita Diabetes melitus yaitu pengontrolan kadar gula

darah dengan pemberian obat hipoglikemik oral maupun insulin. Namun, sering kali

terdapat efek samping yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

1
melakukan penelitian yang menggunakan sumber bahan alam sebagai salah satu

alternatif dalam menangani penyakit diabetes melitus (Lolok et al, 2019).

Telah banyak masyarakat yang menggunakan obat tradisional dari bahan alam

sebagai penyembuhan berbagai macam penyakit, sehingga dengan memanfaatkan

sumberdaya alam di Indonesia dilakukan eksplorasi bahan alam yang akan menjadi

sumber dalam pencarian obat baru. Beberapa tumbuhan yang sering dimanfaatkan

oleh masyarakat secara empiris sebagai obat diabetes melitus yaitu daun pandan wangi

dan daun salam sebagai penurunan kadar gula darah. Penggunaan bersama pada daun

pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dan daun salam (Syzygium polyanthum

Wight.) memberikan efek yang sinergis yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh

Prasmeswari dan Widjanarko (2014), menunjukkan ekstrak air daun pandan wangi

(Pandanus amaryllifolius Roxb.) dapat menurunkan kadar glukosa darah dan

memperbaiki kerusakan jaringan pankreas, sedangkan kandungan senyawa yang

terdapat pada daun salam diantaranya yaitu alkaloid dan saponin dapat menstimulasi

sekresi insulin dari sel beta pankreas (Patel et al, 2012; Murray et al, 2003), serta

terpenoid seperti triterpenoid dapat dapat meningkatkan penyerapan glukosa dengan

bertindak meniru kerja insulin dan sebagai insulin sensitizer (Lee dan Thuong, 2010).

Pada peneliti sebelumnya menyatakan bahwa ekstrak daun pandan wangi

mengandung senyawa kimia flavonoid yang juga mampu menurunkan kadar glukosa

darah pada tikus diabetik dengan cara menghambat kerja dari GLUT2 (Glucose

Transporter Isoform 2), suatu protein transporter glukosa yang terdapat pada membran

usus yang menyebabkan kadar glukosa darah akan turun (Song J, et al, 2002),

flavanoid juga dapat berfungsi sebagai antioksidan alami, sehingga dapat memperbaiki

kerusakan jaringan pankreas yang diakibatkan alkilasi DNA akibat induksi aloksan

akibatnya dapat memperbaiki morfologi pankreas tikus (Prasmeswari dan Widjanarko,

2
2014). Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Widyawati et al, (2014) menyimpulkan

bahwa kandungan flavonoid yang terkandung di dalam daun salam merupakan salah

satu golongan senyawa yang dapat menurunkan kadar glukosa darah.

Penggunaan bersama pada daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius

Roxb.) dan daun salam (Syzygium polyanthum Wight.) memberikan efek yang sinergis

yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Prasmeswari dan Widjanarko (2014),

menunjukkan ekstrak air daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dapat

menurunkan kadar glukosa darah dan memperbaiki kerusakan jaringan pankreas,

sedangkan kandungan senyawa yang terdapat pada daun salam diantaranya yaitu

alkaloid dan saponin dapat menstimulasi sekresi insulin dari sel beta pankreas (Patel et

al, 2012; Murray et al, 2003), serta terpenoid seperti triterpenoid dapat dapat

meningkatkan penyerapan glukosa dengan bertindak meniru kerja insulin dan sebagai

insulin sensitizer (Lee dan Thuong, 2010).

Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui efek dari kombinasi

ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dan daun salam

(Syzygium polyanthum Wight.) jika dibandingkan dengan potensi hipoglikemik dari

insulin pada tikus (Rattus norvegicus) putih galur wistar dengan metode induksi

Aloksan. Sehingga hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam penemuan

senyawa obat baru untuk mengatasi penyakit diabetes melitus.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Apakah kombinasi Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)

dan Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight.) memberikan efek dalam

3
penurunan kadar gula darah pada tikus (Rattus norvegicus) putih galur wistar

yang diinduksi diabetes dibandingkan kelompok negatif?

2. Apakah kelompok kombinasi Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus

amaryllifolius Roxb.) dan Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight.) dapat

memberikan hasil yang optimal dibandingkan kelompok positif?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kombinasi Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus

amaryllifolius Roxb.) dan Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight.)

memberikan efek dalam penurunan kadar gula darah pada tikus (Rattus

norvegicus) putih galur wistar yang diinduksi diabetes dibandingkan dengan

kelompok negatif.

2. Untuk megetahui kelompok kombinasi Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus

amaryllifolius Roxb.) dan Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight.) dapat

memberikan hasil yang optimal dalam penurunan kadar gula darah dibandingkan

kelompok positif.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagi ilmu pengetahuan, dapat memberikan informasi yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai manfaat kombinasi Ekstrak Daun

Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dan Daun Salam (Syzygium

polyanthum Wight.) sebagai antidiabetes.

2. Bagi institusi, mewujudkan peran STIKES Mandala Waluya Kendari dalam

mengkaji permasalahan yang terjadi di masyarakat terkait tanaman obat lokal.

4
3. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan keahlian dalam pengujian efek

antidiabetes kombinasi ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius Roxb.) dan daun salam (Syzygium polyanthum Wight.) pada tikus

(Rattus norvegicus) putih galur wistar dengan metode induksi aloksan.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan kajian literatur pengujian tentang efek antidiabetes kombinasi

ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dan daun salam

(Syzygium polyanthum Wight.) pada tikus (Syzygium polyanthum Wight.) putih galur

wistar dengan metode induksi aloksan belum ditemukan.

Penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah :

Tabel 1. Keaslian Penelitian


No. Peneliti Judul Persamaan Perbedaan
1. Nikeherpianti Antidiabetic Effect Of The Metode Sampel yang berbeda.
Lolok (2019) Combination Of Garlic Peel pengujian yang Peneliti sebelumnya
Extract (Allium sativum) And sama dengan menggunakan kulit
Onion Peel (Allium cepa) In menggunakan bawang merah dan kulit
Rats WithOral-Glucose induksi bawang putih,
Tolerance Method aloksan menambahkan metode
TTGO
2. Okky Uji Efek Ekstrak Air Daun Metode Variabel yang berbeda.
Meidiana Pandan Wangi Terhadap pengujian yang Peneliti sebelum hanya
Prameswari Penurunan Kadar Glukosa sama dengan menggunakan daun
(2014) Darah Dan Histopatologi menggunakan panda wangi
Tikus Diabetes Mellitus induksi
aloksan
3. Steffi Liem Uji Aktivitas Antidiabetes Metode Variabel dan objek
(2015) Kombinasi Glibenklamid Dan pengujian yang penelitian berbeda.
Ekstrak Daun Salam sama dengan Sampel menggunakan
(Syzygium polyanthum menggunakan kombinasi glibenklamid
Wight.) Terhadap Mencit induksi dan ekstrak daun salam.
(Mus musculus) yang aloksan Objek penelitian pada
Diinduksi Aloksan mencit.
4. Ita Lutfiana Uji Aktivitas Antidiabetes Metode Variabel yang berbeda.
Dewi (2013) Ekstrak Etanol Daun Salam pengujian yang Peneliti sebelumnya
(Eugenia polyantha) Terhadap sama dengan menggunakan daun
Tikus Galur Wistar yang menggunakan salam
diinduksi Aloksan induski
aloksan

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tanaman

1. Uraian Tanaman Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)

a. Klasifikasi

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub division : Angiospermae

Classis : Monocotyledonae

Ordo : Pandanales

Familia : Pandanaceae

Genus : Pandanus

Spesies : Pandanus amaryllifolius Roxb (Van Steenis, 2008).

b. Morfologi

Pandan wangi merupakan tanaman yang tumbuh banyak di daerah tropis.

Pandan wangi dapat tumbuh secara liar ataupun ditanam di halaman rumah atau

kebun. Bentuk pohon atau perdu pandan wangi bercabang lebar dan kadang-

kadang berbatang banyak dengan tinggi 3-7 m. Bentuk batangnya bulat

bercabang dan berwarna coklat. Pandan wangi berdaun tunggal, berbentuk pita

denan ujung runcing dan tepi rata. Panjang daun ± 2 m dan lebar ± 10 cm, licin

dan berwarna hijau. Bunga dari tumbuhan ini termasuk dalam bunga majemuk,

berbentuk bongkol, dan berumah dua. Sedangkan buahnya termasuk dalam buah

batu dengan bentuk bola, menggantung, berdiameter 4- 7,5 cm berwarna jingga

dan memiliki akar tunggang berwarna putih kekuningan (Van Steenis, 2008).

6
Gambar 1. Daun Pandan Wangi (Dokumentasi Pribadi)

c. Kandungan Kimia

Daun pandan wangi memiliki berbagai macam kandungan kimia, seperti

alkaloid, saponin, flavonoid, tannin, polifenol, glikosida, dan steroid

(Nastiandari, 2016). Pandan wangi dilaporkan memiliki aktifitas antidiabetik

pada ekstrak air, antioksidan pada ekstrak air dan metanol, antikanker pada

ekstrak etanol dan metanol, dan antibakteri pada ekstrak etanol dan etil asetat.

2. Uraian Tanaman Salam (Syzygium polyanthum Wight.)

a. Klasifikasi

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub division : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Orde : Myrtales

Family : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Species : Syzygium polyanthum Wight (Van Steenis, 2003).

b. Morfologi

7
Daun salam tumbuh subur di atas tanah dataran rendah sampai ketinggian

1400 meter di atas permukaan laut di Pulau Jawa. Daun salam mempunyai

pohon yang besar dan tingginya bisa mencapai 20-25 meter (Winarto, 2004).

Tumbuhan salam termasuk dalam tumbuhan menahun atau tumbuhan keras

karena dapat mencapai umur bertahun-tahun (Sumono dan Wulan, 2009).

Simplisia daun salam berwarna kecoklatan, bau aromatik lemah, dan rasa kelat.

Daun tunggal bertangkai pendek, panjang tangkai daun 5-10 mm. Helai daun

berbentuk lonjong memanjang yang panjangnya 7-15 cm dengan lebar 5-10 cm,

ujung pangkal daun meruncing (FHI, 2009). Bunga majemuk tersusun dalam

malai yang keluar dari ujung ranting, berwarna putih, dan berbau harum,

buahnya buni, bulat, berdiameter 8-9 mm, buah muda berwarna hijau, setelah

masak menjadi merah gelap, rasanya agak sepat.

Gambar 2. Daun Salam (Dokumentasi Pribadi)

c. Kandungan Kimia

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan daun salam mengandung

senyawa steroid, fenolik, saponin, flavonoid, dan alkaloid (Liliwirianis, 2011).

Senyawa utama yang terkandung di dalam daun salam adalah flavonoid.

Flavonoid adalah senyawa polifenol yang memiliki manfaat sebagai antivirus,

antimikroba, antialergik, antiplatelet, antiinflamasi, antitumor, dan antioksidan

8
sebagai sistem pertahanan tubuh (Harismah dan Chusniatun, 2016). Flavonoid

yang terkandung dalam daun salam yaitu kuersetin dan fluoretin (Prahastuti et

al, 2011). Flavonoid yang terkandung di dalam daun salam merupakan salah satu

golongan senyawa yang dapat menurunkan kadar glukosa darah (Nublah, 2011).

Selain itu, daun salam juga mengandung beberapa vitamin, diantaranya

vitamin C, vitamin A, vitamin E, vitamin B6, vitamin B12, thiamin, riboflavin,

niacin, dan asam folat. Beberapa mineral yang terkandung di dalam daun salam

yaitu zat besi, fosfor, kalsium, magnesium, selenium, seng, natrium dan kalium

(Harismah dan Chusniatun, 2016).

B. Uraian Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Tikus putih merupakan hewan pengerat dan sering digunakan sebagai hewan

percobaan atau digunakan untuk penelitian dikarenakan tikus merupakan hewan yang

mewakili dari kelas mamalia, yang mana manusia juga merupakan dari golongan

mamalia sehingga homogenisitas, kelengkapan organ, kebutuhan nutrisi, metabolisme

biokimia, sistem reproduksi, pernafasan, peredaran darah, gen serta ekskresi

menyerupai manusia. Tikus putih jantan umumnya memiliki berat badan 450 – 520 g.

Kebutuhan makan setiap hari adalah 5 – 10 g/100 g berat badan dan minum 10 ml/100

g berat badan. Kadar kolesterol normal berkisar antara 40 – 130 mg/dl serta kadar

glukosa darah 50 – 135 mg/dl (Wolfensohn dan Lloyd, 2013).

Tikus putih (Rattus norvegicus) atau disebut juga disebut juga tikus norwegia

adalah salah satu hewan yang umum digunakan dalam eksperimental laboratorium.

Taksonomi tikus putih (Rattus norvegicus) adalah sebagai berikut (Sharp dan Villano,

2012) :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

9
Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Subordo : Myomorpha

Famili : Muridae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus

C. Ekstraksi

Ekstraksi yaitu penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah obat

dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan akan larut.

Sedangkan ekstrak merupakan sediaan sari pekat tumbuh-tumbuhan yang diperoleh

dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat, menggunakan

menstrum yang cocok, uapkan semua atau hampir semua dari pelarutnya dan sisa

endapan atau serbuk diatur untuk ditetapkan standarnya (Doughari, 2012).

Ekstraksi cara dingin memungkinkan banyak senyawa terekstraksi, meskipun

beberapa senyawa memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut ekstraksi pada suhu

kamar. Sedangkan metode ekstraksi cara panas merupakan metode ekstraksi terbaik

untuk memperoleh hasil ekstrak yang banyak dan juga pelarut yang digunakan lebih

sedikit (efisiensi bahan) waktu yang digunakan lebih cepat, sampel yang diekstraksi

secara sempurna karena dilakukan berulang-ulang (Nurhasnawati, 2017).

Proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa

kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan disebut maserasi (Tiwari

et al, 2011). Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, dilakukan dengan

cara merendam bahan simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus

dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan

larut, karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di

10
luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang

sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.

Persyaratan untuk mengekstraksi bahan kandungan tumbuhan adalah tingkat

kehalusan yang cocok dari material awal. Dengan meningkatnya tingkat kehalusan,

maka luas permukaanya yang dikenai cairan ekstraksi semakin besar. Serbuk dengan

tingkat penghalusan yang tinggi kemungkinan sel-sel yang rusak juga semakin besar,

sehingga memudahkan pengambilan bahan kandungan langsung oleh bahan pelarut.

Meskipun demikian, tingkat penghalusan yang tinggi dari simplisia malah tidak

menguntungkan sebab bahan pengekstraksi akan sulit dipisahkan dari sisanya setelah

diekstraksi. Difusi cairan pengekstraksi mungkin terjadi jika lapisan sebelah luar dari

simplisia permeabel untuk air (Octavia, 2009).

Adapun kelebihan dari maserasi yaitu sederhana, mudah, dan biaya yang

murah (Ginting, 2013). Keuntungan lain dari metode maserasi adalah cocok untuk

ekstraks senyawa yang termolabil. Kelemahan metode maserasi : membutuhkan waktu

yang lama, membutuhkan pelarut yang cukup besar, secara teoritis proses ekstraksi

tidak dapat menarik semua senyawa (Harbone, 1987).

Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya :

a. Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada

suhu antara 40-50oC. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang

zat aktifnya tahan terhadap pemanasan.

b. Maserasi dengan mesin pengadukan adalah maserasi yang dilakukan dengan

menggunakan mesin pengadukan yang berputar terus-menerus, waktu proses

maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 samapi 24 jam.

11
c. Remaserasi adalah penyarian dimana cairan penyari dibagi menjadi 2. Seluruh

serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah dienap

tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.

d. Maserasi melingkar adalah penyarian yang digunakan dengan cairan penyarian

yang selalu mengalir kembali secara berkesinambungan melalui serbuk simplisia

dan melarutkan zat aktifnya.

e. Maserasi melingkar bertingkat adalah metode penyarian yang menggunakan

peralatan yang hampir sama dengan maserasi melingkar, tetapi dengan jumlah

bejana penambung yang disesuaikan dengan keperluan (lebih banyak) (Dirjen

POM, 1986).

D. Standardisasi

Standardisasi dalam kefarmasian tidak lain adalah serangkaian parameter,

prosedur dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan unsur - unsur terkait

paradigma mutu kefarmasian, mutu dalam artian memenuhi syarat standard (kimia,

biologi dan farmasi), termasuk jaminan (batas-batas) stabilitas sebagai produk

kefarmasian umumnya. Persyaratan mutu ekstrak terdiri dari berbagai parameter

standar umum dan parameter standar spesifik. Pengertian standardisasi juga berarti

proses menjamin bahwa produk akhir obat (obat, ekstrak atau produk ekstrak)

mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan terlebih dahulu

(Depkes RI, 2000).

Standardisasi suatu simplisia tidak lain pemenuhan terhadap persyaratan

sebagai bahan dan penetapan nilai berbagai parameter dari suatu produk. Standardisasi

simplisia juga mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan untuk

obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam

12
monografi terbitan resmi Departemen Kesehatan (Materia Medika Indonesia) (Depkes

RI, 2000).

Mengingat obat herbal dan berbagai tanaman memiliki peran penting dalam

bidang kesehatan bahkan bisa menjadi produk andalan Indonesia maka perlu

dilakukan upaya penetapan standar mutu dan keamanan ekstrak tanaman obat

(Saifudin, 2011).

1. Parameter-Parameter Standar Ekstrak

Parameter - parameter standar ekstrak terdiri dari parameter spesifik dan

parameter non spesifik :

a. Parameter Spesifik Ekstrak

Penentuan parameter spesifik adalah aspek kandungan kimia kualitatif

dan aspek kuantitatif kadar senyawa kima yang bertanggung jawab langsung

terhadap aktivitas farmakologis tertentu. Parameter spesifik ekstrak meliputi :

2) Identitas (parameter identitas ekstrak) meliputi : deskripsi tata nama,

nama ekstrak (generik, dagang, paten), nama lain tumbuhan (sistematika

botani), bagian tumbuhan yang digunakan (rimpang, daun dsb) dan nama

Indonesia tumbuhan.

3) Organoleptis : Parameter organoleptik ekstrak meliputi penggunaan

panca indera mendeskripsikan bentuk, warna, bau, rasa guna pengenalan

awal yang sederhana se-objektif mungkin.

4) Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu : melarutkan ekstrak dengan

pelarut (alkohol/air) untuk ditentukan jumlah larutan yang identik dengan

jumlah senyawa kandungan secara gravimetrik. Dalam hal tertentu dapat

diukur senyawa terlarut dalam pelarut lain misalnya heksana,

diklorometan, metanol. Tujuannya untuk memberikan gambaran awal

13
jumlah senyawa kandungan (Depkes RI, 2000).

a) Kadar senyawa yang larut dalam air

Sejumlah 1,0 g ekstrak dimasukkan ke dalam labu bersumbat

dan ditambahkan 25,0 mL air-kloroform LP (2,5 mL kloroform

dimasukkan dalam labu ukur 1000 mL dan ditambahkan air hingga

tanda batas). Kemudian didiamkan selama 24 jam sambil dikocok

berkali-kali selama 6 jam pertama dan dibiarkan selama 18 jam lalu

disaring. Sebanyak 5,0 mL filtrat diuapkan hingga kering dalam

cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara. Lalu residu dipanaskan

pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Kadar dalam persen senyawa

yang larut air dihitung terhadap ekstrak awal (Saifudin, Rahayu, &

Teruna, 2011).

A 1−Ao
% Kadar senyawa terlarut air = x 100 %
B
Keterangan : A1 = Bobot cawan + Residu setelah pemanasan (g)
A0 = Bobot cawan kosong (g)
B = Bobot sampel awal (g)

b) Kadar senyawa larut dalam etanol

Sejumlah 1,0 g ekstrak dimasukkan ke dalam labu bersumbat

dan ditambahkan 25,0 mL etanol (96%). Kemudian didiamkan selama

24 jam sambil dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama dan

dibiarkan selama 18 jam. Lalu disaring dengan cepat untuk

menghindarkan penguapan etanol. Sebanyak 5,0 mL filtrat diuapkan

hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara.

Residu dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Kadar dalam

14
persen senyawa yang larut etanol (95%) dihitung terhadap ekstrak

awal

A 1−Ao
% Kadar senyawa terlarut etanol = x 100 %
B

Keterangan : A1 = Bobot cawan + Residu setelah pemanasan (g)


A0 = Bobot cawan kosong (g)
B = Bobot sampel awal (g)

b. Parameter Non Spesifik Ekstrak

Parameter non spesifik adalah segala aspek yang tidak terkait dengan

aktivitas farmakologi secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

dan stabilitas ekstrak dan sediaan yang dihasilkan. Parameter nonspesifik

ekstrak meliputi:

1. Susut pengeringan dan bobot jenis

a) Parameter susut pengeringan

Parameter susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah

pengeringan pada temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai berat

konstan yang dinyatakan sebagai nilai persen. Dalam hal khusus (jika

bahan tidak mengandung minyak menguap/atsiri dan sisa pelarut

organik menguap) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena

berada di atmosfer/lingkungan terbuka. Adapun tujuan menentukan

susut pengeringan untuk memberikan batasan maksimal (rentang)

tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan.

b) Parameter bobot jenis

Parameter bobot jenis adalah masa per satuan volume pada suhu

kamar tertentu (25oC) yang ditentukan dengan alat khusus piknometer

atau alat lainnya. Adapun tujuan menentukan bobot jenis ekstrak yaitu

15
memberikan batasan tentang besarnya masa per satuan volume yang

merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai ekstrak pekat (kental)

yang masih dapat dituang. Memberikan gambaran kandungan kimia

terlarut.

2. Kadar air

Kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada di dalam

bahan, dilakukan dengan cara yang tepat diantara cara titrasi, destilasi atau

gravimetrik. Adapun tujuan menentukan kadar air untuk memberikan

batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam

bahan.

3. Kadar abu

Kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur dimana

senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap. Sehingga

tinggal unsur mineral dan anorganik. Tujuan menentukan kadar abu untuk

memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang

berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak.

4. Sisa pelarut

Sisa pelarut adalah menentukan kandungan sisa pelarut tertentu

(yang memang ditambahkan). Untuk ekstrak cair berarti kandungan

pelarutnya, misalnya kadar alkohol. Adapun tujuan menentukan sisa

pelarut untuk memberikan jaminan bahwa selama proses tidak

meninggalkan sisa pelarut yang memang seharusnya tidak boleh ada.

Sedangkan untuk ekstrak cair menunjukkan jumlah pelarut (alkohol)

sesuai dengan yang ditetapkan (Depkes RI, 2000).

16
2. Manfaat Standardisasi

a. Standardisasi Menjamin Keseragaman Khasiat (Efikasi)

Mayoritas penggunaan bahan obat berbasis herbal di Indonesia masih

bersifat tidak terukur baik kepastian tanaman, takaran, cara penyiapan

sehingga tidak menjamin konsistensi khasiat. Salah satu tujuan dari

standardisasi adalah menjaga konsistensi dan keseragaman khasiat dari obat

herbal. Standardisasi melibatkan pemastian kadar senyawa aktif farmakologis

melalui analisis kuantitatif metabolit sekunder yang akan menjamin

keseragaman khasiat (Saefudin et al, 2011).

b. Standardisasi Untuk Uji Klinik

Uji klinik adalah uji senyawa kimia obat, obat herbal, ekstrak dan

berbagai sediaan pada dosis tertentu dengan target biologis manusia agar

memberikan respon biologis berupa parameter-parameter klinik perbaikan

dari kondisi patologis yang terkait dengan penyakit tertentu. Untuk itu semua

aspek dituntut terdesain dan di kontrol dengan baik (Saefudin et al, 2011).

Respon uji klinik sangat ditentukan oleh keajegan (konsistensi) dosis.

Jika jumlah zat aktif yang diberikan tidak konsisten maka interpretasinya

menjadi bias dan justru merugikan. Di sinilah peran besar standardisasi untuk

menjaga senyawa-senyawa aktif selalu konsisten terukur antar perlakuan. Jadi

penentuan dosis senyawa marker untuk uji klinik ekstrak atau obat herbal

sangatlah fundamental (Saifudin et al, 2011).

c. Standardisasi Menjamin Aspek Keamanan Dan Stabilitas Ekstrak / Bentuk

Sediaan

Tempat tumbuh tanaman, penanganan pasca panen, proses ekstraksi,

penyiapan simplisia tanaman dan ekstrak juga mempengaruhi elemen

17
keamanan terhadap pemakai misal keberadaan logam berat (Pb, Cd, dan As),

pestisida dalam tanah, udara dan air, jenis dan jumlah mikroorganisme dan

metabolit pencemar logam berbahaya. Untuk itu dilakukan berbagai analisis

untuk menentukan batas minimal kadar air, zat dan jumlah pencemar mikroba

(Saifudin et al, 2011).

d. Standardisasi Meningkatkan Nilai Ekonomi

Tanaman obat dan rempah Indonesia mempunyai potensi besar

sebagai produk unggulan. Belum tingginya upaya lintas sektoral dan terpadu

antara swasta-pemerintah-perguruan tinggi untuk mengangkat secara

sistematis natural product Indonesia mengakibatkan banyak produk ekspor

herbal yang berdaya tawar rendah. Standardisasi adalah upaya penting untuk

menaikkan nilai ekonomi produk alam Indonesia (Saifudin et al, 2011).

E. Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) adalah kelainan endokrinologis degeneratif kronis yang

ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi karena kurangnya sekresi insulin oleh

pankreas, penggunaan insulin yang tidak tepat oleh sel target atau karena keduanya.

Komplikasi semacam itu timbul karena adanya gangguan pada sistem pengaturan

penyimpanan dan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein yang berubah (Suresha et

al, 2012; Udia et al, 2013).

Diabetes mellitus (DM) dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe yaitu : DM tipe 1,

DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM Gestasional. DM tipe 1 disebabkan karena

terjadinya kerusakan sel β-Langerhans pankreas yang mengarah pada defisiensi insulin

secara absolut. DM tipe 2 merupakan tipe DM yang terjadi karena adanya gangguan

sekresi insulin disertai resistensi insulin yang menyebabkan insulin tidak dapat

membawa glukosa masuk ke dalam jaringan. DM tipe lain meliputi kerusakan fungsi

18
pada sel β-Langerhans pankreas akibat kelainan genetik. DM Gestasional adalah

kondisi DM yang dialami sementara selama masa kehamilan (Piero et al, 2015).

Terapi untuk penyakit DM dapat dibedakan menjadi terapi farmakologis dan

non farmakologis, yang keduanya bertujuan mengontrol kadar glukosa darah dan

mencegah komplikasi (Chang et al, 2013; Dipiro et al, 2011). Terapi non farmakologis

berupa pengaturan pola makan dan olahraga secara teratur, sedangkan terapi

farmakologis meliputi pemberian insulin dan obat antidiabetes oral (Dipiro et al,

2011).

F. Insulin Eksogen

Insulin adalah anabolik dan antikatabolik hormon. Insulin memainkan peran

utama dalam protein, karbohidrat, dan lemak metabolisme. Diproduksi secara endogen

insulin dibelah dari peptida proinsulin yang lebih besar dalam sel β menjadi peptida

aktif dari insulin dan C-peptida, yang dapat digunakan sebagai suatu penanda untuk

produksi insulin endogen. Semua tersedia secara komersial sediaan insulin hanya

mengandung peptida insulin aktif. Karakteristik yang biasa digunakan untuk

dikategorikan insulin termasuk sumber, kekuatan, onset, dan durasi aksi. Selain itu,

insulin dapat dicirikan sebagai analog, didefinisikan sebagai insulin yang memiliki

asam amino dalam molekul insulin dimodifikasi untuk memberikan fisiokimia dan

farmakokinetik tertentu keuntungan (Dipiro et al, 2011).

Secara historis, insulin berasal dari sumber daging sapi atau babi. Daging sapi

insulin berbeda oleh tiga asam amino dan babi oleh satu asam amino bila

dibandingkan dengan insulin manusia. Pabrikan di Amerika Negara-negara telah

menghentikan produksi sumber daging dan babi insulin pada Desember 2003, dan

sekarang secara eksklusif menggunakan rekombinan Teknologi DNA (rDNA) untuk

memproduksi insulin. Eli Lilly, Pfizer, dan Sanofi-Aventis saat ini menggunakan jenis

19
non-penyakit yang menghasilkan Escherichia coli untuk sintesis insulin, sedangkan

Novo Nordisk menggunakan Saccharomyces cerevisiae, atau ragi roti, untuk sintesis

(Dipiro et al, 2011).

Waktu paruh dari suntikan insulin reguler intravena (IV) adalah sekitar 9

menit. Dengan demikian durasi efektif aksi sebuah injeksi IV tunggal pendek, dan

perubahan tingkat insulin IV akan mencapai kondisi stabil dalam waktu sekitar 45

menit. Farmakokinetik intravena dari insulin larut lainnya (lispro, aspart, glulisine, dan

bahkan glargine) tampak mirip dengan insulin reguler IV, tetapi tidak kelebihan

dibandingkan insulin reguler IV dan lebih mahal. Insulin terdegradasi di hati, otot, dan

ginjal. Penonaktifan hati adalah 20% hingga 50% dalam satu bagian. Sekitar 15%

hingga 20% metabolisme insulin terjadi di ginjal. Ini sebagian menjelaskan

persyaratan dosis insulin yang lebih rendah pada pasien dengan endstage penyakit

ginjal (Dipiro et al, 2011).

Tabel 2. Sediaan Suntik dan Insulin yang Tersedia (Dipiro et al, 2011)

Trade/Generic Name Manufacturer analog Administration Room


Rapid-acting insulin Options Temperature
Expiration
Humlog® (insulin Lilly Yes Insulin pen 3-mL, 28 days
lispro) vial and 3 mL pen
cartridge
Novolog® (insulin Novo-Nordisk Yes Insulin pen 3-mL, 28 days
aspart) vial or 3 mL pen
cartridge
Apidra® (insulin Sanofi-Aventis Yes 3 mL, pen cartridge 28 days
glulisine) or opticlick pen
system
exubera® (inhaled Plizer No 1 and 3 mg blister 3 months once
human insulin) pack foil overwarp
opened
Short-acting insulin
Humulin R® (regular; Lilly No 100 units, 10 mL vial 28 days
human insulin rDNA) 500 units, 20 mL vial
Novolin R® (regular; Novo-Nordisk No Insulin pen, vial, or 3 Vial : 30 days;
human insulin rDNA) mL pen cartridge, and others : 28
innoLet days

20
Intermediate-acting
insulins NPH
Humulin N® Lilly No Vial, prefilled pen Vial : 28 days
Novolin R® Novo-Nordisk No Vial, prefilled Vial : 30 days;
pen,and innoLet others; 14 days
Long-acting insulins
Lantus® ( insulin Sanofi-Aventis Yes Vial, 3 ml, Opticlick 28 days
glargine) pen catridge
Levemir® (insulin Novo-Nordisk Yes Vial, 3 ml pen 42 days
determir) catridge and pen,
innoLet
Pre-mixed insulins
Premixed insulin
analog
Humalog mix® 75/25 Lilly Yes Vial, prefilled pen Vial: 28 days;
(75% neutral pen: 10 days
protamine lispro, 25%
lispro)
Novolog mix® 70/30 Novo-Nordisk Yes Vial, prefilled pen, 3 Vial: 29 days;
(70% aspart protamine mL pen cartridge others: 14 dys
suspension, 30%
aspart)
Humalog mix® 50/50 Lilly Yes 3 mL pen 10 days
(50% neutral
protamine lispro®/
50% lispro)
NPH-regular
combinations
Humulin® 70/30 Lilly No Vial, prefilled pen Vial: 28 days;
pen: 10 days
Novolin® 70/30 Novo-Nordisk No Vial, pen cartridge, Vial: 30 days;
InnoLet others; 10 days
Humulin® 50/50 Lilly No Vial 28 days
Other injectables
Byetta® (exenatide) Amylin/Lilly No 5 mcg and 10 mcg Pen in use can
pen, ̴ 60 injections be used at
(doses)/ pen room
temperature (<
25oC [< 77 oC
F])
Symlin® (pramlintide) Amylin Yes 5 mLvial 28 days

Dosis yang digunakan untuk manusia dengan berat rata-rata 50 kg kadar gula

darah puasa > 180 mg/dl adalah 6 U novomix, 13 maka dosis yang digunakan pada

manusia ialah : 6 U/50 kg = 0,12 U/kg BB. Digunakan rumus Human Equivalent Dose

21
(HED) base on Body Surface Area (BSA), 14 maka didapatkan hasil: Dosis manusia x

Km faktor manusia/ Km faktor tikus. 0,12 x 37/6 = 0,74 U dibulatkan 0,7/kg BB tikus.

Novomix diberikan secara subkutan (Kairupan et al, 2015).

G. Uji Antidiabetes dengan Induksi Aloksan

Aloksan adalah suatu substrat yang secara struktural adalah derivat pirimidin

sederhana. 1-3 Aloksan diperkenalkan sebagai hidrasi aloksan pada larutan encer.

Nama aloksan diperoleh dari penggabungan kata allantoin dan oksalurea (asam

oksalurik). Nama lain dari aloksan adalah 2,4,5,6-tetraoxypirimidin; 2,4,5,6-

primidinetetron; 1,3-Diazinan-2,4,5,6-tetron (IUPAC) dan asam Mesoxalylurea 5-

oxobarbiturat. Rumus kimia aloksan adalah C4H2N2O4. Aloksan murni diperoleh dari

oksidasi asam urat oleh asam nitrat. Aloksan adalah senyawa kimia tidak stabil dan

senyawa hidrofilik. Waktu paruh aloksan pada pH 7,4 dan suhu 37oC adalah 1,5 menit

(Lenzen, 2008).

Aloksan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menginduksi diabetes

pada binatang percobaan. Pemberian aloksan adalah cara yang cepat untuk

menghasilkan kondisi diabetik eksperimental (hiperglikemik) pada binatang

percobaan. Aloksan dapat diberikan secara intravena, intraperitoneal, atau subkutan

pada binatang percobaan (Szkudelski, 2001). Aloksan dapat menyebabkan diabetes

melitus tergantung insulin pada binatang tersebut (aloksan diabetes) dengan

karakteristik mirip dengan DM tipe 1 pada manusia. Aloksan bersifat toksik selektif

terhadap sel beta pankreas yang memproduksi insulin karena terakumulasinya aloksan

secara khusus melalui transporter glukosa. Oleh sebab itu, aloksan sering digunakan

untuk menginduksi penyakit diabetes mellitus pada hewan uji coba. Dosis intravena

yang digunakan biasanya 65 mg/kg BB, sedangkan dosis untuk intraperitoneal dan

subkutan adalah 2-3 kalinya (Szkudelski, 2001). Berdasarkan penelitian terdahulu, rute

22
intraperitoneal merupakan rute yang paling banyak digunakan pada hewan coba tikus

dengan kisaran dosis 120 mg/kg BB 200 mg/kg BB (Swastini, 2018). Hewan uji harus

dipuasakan sebelum diinjeksi aloksan karena hewan yang puasa akan lebih rentan

mengalami hiperglikemia. Hal ini mengingat dengan adanya glukosa dapat

berkompetisi dengan aloksan untuk berikatan pada transporter GLUT2 sehingga

membatasi penyerapan aloksan ke dalam sel  pankreas (Radenkovic et al, 2015).

Prinsip metode ini yaitu pemberian aloksan secara parenteral. Aloksan

diberikan dalam larutan konsentrasi 5% b/v untuk merusak pankreas dan diinjeksikan

secara intraperitonial untuk tikus (Etuk, 2010). Aloksan adalah senyawa kimia tidak

stabil dan senyawa hidrofilik. Aloksan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk

menginduksi binatang percobaan untuk menghasilkan kondisi diabetik eksperimental

(hiperglikemik) secara cepat. Mekanisme kerja aloksan diawali dengan ambilan

aloksan ke dalam sel-sel β-pankreas dan kecepatan ambilan ini akan menentukan sifat

diabetogenik aloksan. Ambilan ini juga dapat terjadi pada hati atau jaringan lain, tetapi

jaringan tersebut relatif lebih resisten dibanding pada sel-sel β-pankreas. Sel beta

pankreas memiliki kemampuan antioksidan yang sangat rendah dibanding hati,

sehingga dengan mudah terjadi nekrosis yang membuat menurunnya kemampuan

untuk mensekresikan insulin. Aloksan juga secara selektif menghambat sekresi insulin

pada sel beta pankreas melalui penghambatan pada glukokinase, yang merupakan

sensor adanya glukosa pada sel beta pankreas, melalui oksidasi thiol pada enzim

sehingga merusak metabolisme oksidatif dan fungsi sensor glukosa pada sel beta

pankreas (Lenzen, 2007).

23
Gambar 3. Struktur Kimia Aloksan.

H. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah:

p ¿ 0,05 H0 diterima, Ha ditolak

p ¿ 0,05 H0 ditolak, Ha diterima

Keterangan :

H0 = Kombinasi ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dan

Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight.) tidak memberikan efek dalam

penurunan kadar gula darah pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar

yang diinduksi diabetes.

Ha = Kombinasi ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dan

Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight.) memberikan efek dalam penurunan

kadar gula darah pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar yang

diinduksi diabetes.

p Value > 0,05 Ha ditolak dan H0 diterima

p Value < 0,05 Ha diterima dan H0 ditolak

Keterangan :

H0 = Kelompok kombinasi Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius

Roxb.) dan Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight.) tidak dapat memberikan

hasil yang optimal dalam penurunan kadar gula darah dibandingkan kelompok

positif.

24
Ha = Kelompok kombinasi Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius

Roxb.) dan Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight.) dapat memberikan hasil

yang optimal dalam penurunan kadar gula darah dibandingkan kelompok positif.

25
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium yang bertujuan

untuk mengetahui efek antidiabetes kombinasi ekstrak etanol daun pandan wangi

(Pandanus amaryllifolius Roxb.) dan daun salam (Syzygium polyanthum Wight.) pada

tikus (Rattus norvegicus) putih galur wistar dengan metode induksi aloksan..

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian bertempat di Laboratorium Farmokognosi-Fitokimia dan

Farmakologi STIKES Mandala Waluya.

C. Alat dan Bahan Yang Digunakan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat alat ekstraksi, rotary

evaporator (Buchi), corong (Herma), timbangan analitik (Ohouse USA), penangas

air (Intralab Instrument), kertas saring (Hario V60), spoit (Onemed), jarum oral

tikus (Onemed), mortir dan stamper (Powerbond), gunting (Stainless), dan

seperangkat alat untuk uji kadar gula darah : glukometer (Nesco), strip glukometer

(Nesco).

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah akuades, etanol 96%, aloksan

monohidrat, hewan coba, pakan hewan coba, Daun Pandan Wangi (Pandanus

amaryllifolius Roxb.), Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight.) Natrium

Karboksi Metil Selulosa (Na-CMC), dan insulin eksogen (Novomix®).

26
D. Prosedur Penelitian

1. Pengambilan Sampel

Sampel Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) yang

digunakan dalam penelitian ini diambil dari, Kecamatan Anggotoa, Kabupaten

Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara, sedangkan daun salam (Syzygium

polyanthum Wight.) diambil dari Kelurahan Tobuha, Kecamatan Puuwatu, Kota

Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara.

2. Determinasi Sampel

Tanaman yang diperoleh dilakukan determinasi di Laboratorium Biologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.

3. Pengolahan Sampel

Sampel daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.), dan daun

Salam (Syzygium polyanthum Wight.) dicuci bersih dengan air mengalir,

kemudian dikeringkan dengan cara diangin – anginkan tanpa sinar matahari

langsung, lalu dirajang.

4. Ekstraksi Sampel

Sampel daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.), dan daun

Salam (Syzygium polyanthum Wight.) yang telah dirajang masing-masing

diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan cairan penyari etanol 96%

dengan perbandingan sampel dan cairan penyari 1 : 3. Proses maserasi ini

dilakukan selama 3 x 24 jam dengan sesekali pengadukan, kemudian diambil

filtratnya dan ampasnya diremaserasi kembali dengan cairan penyari yang baru

sampai pelarutnya menjadi bening dan disatukan, ekstrak lalu diuapkan dengan

rotary evaporator.

27
E. Penentuan Parameter – Parameter Standardisasi

1. Parameter spesifik

a. Identitas Ekstrak

Deskripsi tata nama meliputi : nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian

tumbuhan yang digunakan, dan nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI, 2000).

b. Organoleptik Ekstrak

Penentuan organoleptik ekstrak dilakukan dengan menggunakan pancaindra

untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa. Tujuannya untuk

pengenalan awal yang sederhana subyektif mungkin (Depkes RI, 2000).

a. Penentuan kadar senyawa terlarut dalam pelarut tertentu

Penentuan kadar senyawa terlarut dilakukan dengan cara melarutkan ekstrak

dengan pelarut (alkohol atau air) untuk ditentukan jumlah solut yang identik

dengan jumlah senyawa kandungan secara gravimetri. Dalam hal tertentu dapat

diukur senyawa terlarut dalam pelarut lain misalnya n-heksan, diklorometan,

metanol. Tujuannya untuk memberikan gambaran awal jumlah senyawa

kandungan (Depkes RI, 2000).

1) Kadar senyawa yang larut dalam air

Sejumlah 1,0 g ekstrak dimasukkan ke dalam labu bersumbat dan

ditambahkan 25,0 mL air-kloroform LP (2,5 mL kloroform dimasukkan

dalam labu ukur 1000 mL dan ditambahkan air hingga tanda batas).

Kemudian didiamkan selama 24 jam sambil dikocok berkali-kali selama 6

jam pertama dan dibiarkan selama 18 jam lalu disaring. Sebanyak 5,0 mL

filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang

telah ditara. Lalu residu dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot tetap.

28
Kadar dalam persen senyawa yang larut air dihitung terhadap ekstrak awal

(Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

2) Kadar senyawa larut dalam etanol

Sejumlah 1,0 g ekstrak dimasukkan ke dalam labu bersumbat dan

ditambahkan 25,0 mL etanol (96%). Kemudian didiamkan selama 24 jam

sambil dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama dan dibiarkan selama 18

jam. Lalu disaring dengan cepat untuk menghindarkan penguapan etanol.

Sebanyak 5,0 mL filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal

berdasar rata yang telah ditara. Residu dipanaskan pada suhu 105oC hingga

bobot tetap. Kadar dalam persen senyawa yang larut etanol (95%) dihitung

terhadap ekstrak awal

F. Penyiapan Sampel Bahan Penelitian

1. Pembuatan larutan koloidal Na CMC 0,5 % b/v

Aquadest sebanyak 100 ml dipanaskan hingga suhu 70oC lalu dimasukkan

kedalam lumpang. Natrium CMC sebanyak 0,5 g dimasukkan sedikit demi sedikit

dan diaduk hingga terbentuk suspensi yang homogen, kemudian volumenya

dicukupkan dengan air panas hingga volume 100 ml.

2. Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (EEDPW) dan

Ekstrak Etanol Daun Salam (EEDS)

Pembuatan suspensi EEDPW dan EEDS dilakukan dengan cara sebagai

berikut: sebanyak 12 mg/ml EEDPW dan 12,5 mg/ml EEDS dimasukkan kedalam

vial yang berbeda, kemudian diukur suspensi Na CMC 0,5% dalam gelas ukur 10

ml, setelah itu dimasukkan kedalam masing-masing vial yang berisi EEDPW dan

EEDS. dikocok hingga homogen.

29
G. Pengujian

1. Pengkondisian Hewan Coba

Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus jantan galur

Wistar yang berusia 8 minggu dengan berat badan antara 200-300 g dan

ditempatkan dalam kandang terpisah sesuai kelompok uji. Hewan coba

diadaptasikan dalam kandang percobaan satu minggu sebelum diberi perlakuan.

Keadaan kandang dipertahankan pada suhu 28-32oC dan siklus gelap-terang

masing-masing 12 jam. Hewan coba diberi pakan pelet diet standar dan air minum

ad libitum (Sornalakshmi et al, 2016; Suresha et al, 2012).

2. Induksi Diabetes Pada Hewan Coba

Pada hari pertama sebelum perlakuan, semua tikus dipuasakan, kemudian

diperiksa kadar gula darah puasanya. Induksi diabetes pada hewan coba dilakukan

dengan pemberian aloksan monohidrat (150 mg/kg BB) secara intraperitoneal.

Kadar gula darah tikus diperiksa kembali pada hari kedua, 24 jam setelah

penyuntikan aloksan. Parameter keberhasilan penginduksian yaitu naiknya kadar

glukosa darah puasa yang melebihi 125 mg/dL (Anitha et al, 2012; Sornalakshmi

et al, 2016, Etuk, 2010; Swastini, 2018; ADA, 2014).

3. Pengujian Efek Antidiabetes

Pada pengujian ini hewan uji dibagi menjadi 4 kelompok pada uji toleransi

glukosa oral pada tikus yang diinduksi diabetes. Tiap kelompok terdiri dari 3

tikus.

Uji Toleransi Glukosa pada Tikus yang Diinduksi Diabetes

Kelompok I : Kontrol Negatif (Na CMC)

Kelompok II : Kontrol Positif (Insulin eksogen)

30
Kelompok III : Kombinasi ekstrak ekstrak etanol daun pandan wangi (600

mg/kg BB) dan daun salam (625 mg/kg BB) per oral.

Setelah 3 hari pemberian sediaan, masing-masing kelompok tikus

diperiksa kembali kadar gula darahnya, kemudian dilanjutkan pemberian sediaan

dan pemeriksaan kadar gula darah tikus hingga hari ke 15, setelah itu diukur

kembali kadar gula darah pada semua kelompok tikus pada jam ke-0, 6, 12, 18,

dan 24. Semua sampel darah diambil melalui pemotongan ujung ekor tikus dan

kadar gula darahnya diukur dengan glukometer. Masing – masing pengambilan

sampel darah dilakukan dengan replikasi tiga kali

H. Analisis Data

Hasil penelitian dinyatakan dalam rata-rata ± SEM. Signifikansi data dianalisis

dengan One-way Analysis of Variance (ANOVA) (program SPSS 20.0) dengan post

hoc LSD's test. Data dianggap signifikan jika nilai p kurang dari 0,05.

31
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Karakterisasi Simplisia

Tabel 3. Hasil Karakterisasi Simplisia


1) Daun Pandan Wangi

No
Karakterisasi Hasil
.
1. Penetapan kadar senyawa larut air 11%
2. Penetapan kadar senyawa larut etanol 9%

2) Daun Salam

No
Karakterisasi Hasil
.
1. Penetapan kadar senyawa larut air 11%
2. Penetapan kadar senyawa larut etanol 11%

2. Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah Tikus Putih

Hasil pengukuran rata-rata kadar gula darah Tikus (Rattus norvegicus)

sebelum dan sesudah diinduksi diabetes dapat dilihat pada Tabel 3:

Tabel 4. Hasil Rata-rata Pengukuran Kadar Gula Darah Sebelum dan


Sesudah Induksi Diabetes :
Kadar rata-rata gula darah (mg/dL) ± std
No Kelompok
Sebelum Sesudah
1. Kontrol Positif 103,66 ± 11,01 159,66 ± 15,17
2. Kombinasi Ekstrak 95 ± 12,12 159,33 ± 10,01
3. Kontrol Negatif 100,66 ± 2,51 158 ± 12,16
Ket : 1. Kontrol Positif (Insulin Pen)
2. Kombinasi Ekstrak (600 mg/kgBB + 625 mg/kgBB Tikus)
3. Kontrol Negatif (Na CMC)

32
Hasil pengukuran rata-rata kadar gula darah Tikus (Rattus norvegicus) H+3

dan H+15 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Hasil Pengukuran Rata-rata Kadar Gula Darah pada H+3:


Kadar rata-rata gula darah tikus (mg/dL) ± std
No. Kelompok Jam ke-
0 6 12 18 24
1. Kontrol Positif 99,3 ± 21,3 91,3 ± 21,3 88,3 ± 25,1 87 ± 15,71 94,3 ± 24,6
2. Kombinasi Ekstrak 110,3 ± 8,3 100,6 ± 2,8 92,3 ± 10,9 82 ± 9,8 88,3 ± 14,1
3. Kontrol Negatif 177,3 ± 6,6 172,6 ± 19,6 162,6 ± 4,6 176,3 ± 8,5 178,3 ± 9,0

Tabel 6. Hasil Pengukuran Rata-rata Kadar Gula Darah pada H+15:


Kadar rata-rata gula darah tikus (mg/dL) ± std
No. Kelompok Jam ke-
0 6 12 18 24
1. Kontrol Positif 111 ± 16,3 129,3 ± 16,2 106,3 ± 30,1 110 ± 32,5 91,3 ± 6,8
2. Kombinasi Ekstrak 128 ± 4,3 105,6 ± 23,2 105,3 ± 15,0 90 ± 9 81,6 ± 7,0
3. Kontrol Negatif 185 ± 4,5 172 ± 5,2 176,3 ± 5,8 177,6 ± 6,0 180 ± 1,7

Grafik hasil pengkuran kadar gula dalam darah tikus putih pada H+3 dapat

dilihat pada gambar berikut :


200
177.3 176.3 178.3
180 169
159.6 162.6 162.6
160 158
Kadar Gula Dalam Darah (mg/dL)

140
120 110.3
103.6
99.3 100.6
100 100.6 95 91.3 92.3
8782.3
94.3
88.3 88.3 K. Negatif
80 K. Positif
K. Perlakuan
60
40
20
0
KGDP KGDA H+3(0) H+3(6) H+3(12) H+3(18) H+3(24)
Hasil Perlakuan

Gambar 4. Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah Tikus Putih pada H+3

Ket : KGDP : Kadar Gula Darah Puasa (mg/dL)


KGDA : Kadar Gula Darah 24 jam Setelah Induksi Aloksan (mg/dL)
H+3(0) : Kadar Gula Darah H+3 Perlakuan jam ke- 0 (mg/dL)
H+3(6) : Kadar Gula Darah H+3 Perlakuan jam ke- 6 (mg/dL)

33
H+3(12) : Kadar Gula Darah H+3 Perlakuan jam ke- 12 (mg/dL)
H+3(18) : Kadar Gula Darah H+3 Perlakuan jam ke- 18 (mg/dL)
H+3(24) : Kadar Gula Darah H+3 Perlakuan jam ke- 24 (mg/dL)

Hasil pengkuran kadar gula dalam darah tikus putih pada H+15 dapat dilihat

pada gambar berikut :

200 185
176.3 177.6 180
180 172
Kadar Gula Dalam Darah (mg/dL)

160
140 128 129.3
120 111 105.6 105.3 110
100 106.3 90 91.3
81.6 K. Negatif
80
K. Positif
60 K. Perlakuan
40
20
0
H+15(0) H+15(6) H+15(12) H+15(18) H+15(24)
Hasil Perlakuan

Gambar 5. Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah Tikus Putih pada H+15

Ket : H+15(0) : Kadar Gula Darah H+15 Perlakuan jam ke- 0 (mg/dL)
H+15(6) : Kadar Gula Darah H+15 Perlakuan jam ke- 6 (mg/dL)
H+15(12) : Kadar Gula Darah H+15 Perlakuan jam ke- 12 (mg/dL)
H+15(18) : Kadar Gula Darah H+15 Perlakuan jam ke- 18 (mg/dL)
H+15(24) : Kadar Gula Darah H+15 Perlakuan jam ke- 24 (mg/dL)

Tabel 7. Hasil Analisis Pengukuran Kadar Gula Darah pada H+3:


Statistik Uji
No. Hasil Pengamatan
Perlakuan p
Positif vs Negatif 0,05
1. Perlakuan Jam Ke- 0 Positif vs Ekstrak 0,82
Ekstrak vs Negatif 0,05
Positif vs Negatif 0,05
2. Perlakuan Jam Ke- 6 Positif vs Ekstrak 0,50
Ekstrak vs Negatif 0,04
Positif vs Negatif 0,04
3. Perlakuan Jam Ke- 12 Positif vs Ekstrak 0,82
Ekstrak vs Negatif 0,04
Positif vs Negatif 0,05
4. Perlakuan Jam Ke- 18 Positif vs Ekstrak 0,82
Ekstrak vs Negatif 0,04
Positif vs Negatif 0,05
5. Perlakuan Jam Ke- 24 Positif vs Ekstrak 0,65
Ekstrak vs Negatif 0,05
Ket : p < 0,05 Berbeda Signifikan

34
Tabel 8. Hasil Analisis Pengukuran Kadar Gula Darah pada H+15:
Statistik Uji
No. Hasil Pengamatan
Perlakuan P
Positif vs Negatif 0,05
1. Perlakuan Jam Ke- 0 Positif vs Ekstrak 0,07
Ekstrak vs Negatif 0,05
Positif vs Negatif 0,05
2. Perlakuan Jam Ke- 6 Positif vs Ekstrak 0,18
Ekstrak vs Negatif 0,04
Positif vs Negatif 0,05
3. Perlakuan Jam Ke- 12 Positif vs Ekstrak 0,82
Ekstrak vs Negatif 0,04
Positif vs Negatif 0,05
4. Perlakuan Jam Ke- 18 Positif vs Ekstrak 0,51
Ekstrak vs Negatif 0,05
Positif vs Negatif 0,04
5. Perlakuan Jam Ke- 24 Positif vs Ekstrak 0,18
Ekstrak vs Negatif 0,04
Ket : p < 0,05 Berbeda Signifikan

B. Pembahasan

Standardisasi suatu simplisia tidak lain pemenuhan terhadap persyaratan

sebagai bahan dan penetapan nilai berbagai parameter dari suatu produk. Standardisasi

simplisia juga mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan untuk

obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam

monografi terbitan resmi Departemen Kesehatan (Materia Medika Indonesia) (Depkes

RI, 2000). Salah satu tujuan dari standardisasi adalah menjaga konsistensi dan

keseragaman khasiat dari obat herbal. Standardisasi melibatkan pemastian kadar

senyawa aktif farmakologis melalui analisis kuantitatif metabolit sekunder yang akan

menjamin keseragaman khasiat (Saefudin et al, 2011). Standardisasi ekstrak daun

pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dan daun salam (Syzygium polyanthum

Wight.) yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah karakterisasi ekstrak berupa

parameter spesifik sesuai acuan dari PPOMN (Depkes RI, 2000) meliputi kadar

senyawa yang larut dalam air dan kadar senyawa yang larut dalam etanol. Penentuan

kadar senyawa larut dalam air bertujuan untuk menunjukkan jumlah kandungan

35
senyawa yang bersifat polar (memiliki sifat kepolaran sama dengan air). Penetapan

kadar senyawa larut etanol dilakukan untuk menunjukkan kandungan senyawa-

senyawa yang bersifat semi polar (memiliki sifat kepolaran sama dengan etanol).

Etanol yang digunakan sebagai pelarut adalah etanol 96% yang kemudian diuapkan di

atas titik didih etanol (80oC). Hasil karakterisasi simplisia daun pandan wangi dan

daun salam yaitu penetapan kadar senyawa larut dalam air berturut-turut yaitu sebesar

11% ±0,11 dan 9% ±0,09, sedangkan kadar senyawa larut dalam etanol sebanyak

11% ± 0,11 dan 11% ± 0,11. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa

kadar senyawa larut dalam etanol lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa larut

dalam air, artinya kadar senyawa semi polar lebih tinggi dibandingkan dengan kadar

senyawa polarnya. Hal ini disebabkan karena pelarut dalam proses maserasi yang

digunakan adalah etanol yang mana bersifat semi polar. Hasil yang diperoleh pada

penetapan kadar senyawa larut air dan kadar senyawa larut etanol sudah sesuai

berdasarkan MMI yang menyatakan bahwa persyaratan parameter spesifik kadar

senyawa larut air yaitu < 24% dan kadar senyawa larut etanol > 6%. Penetapan kadar

senyawa larut dalam air dan etanol ini merupakan dugaan secara umum banyaknya

senyawa yang bersifat polar (yang larut air) maupun bersifat semi polar (terlarut dalam

etanol). Penetapan senyawa larut dalam air maupun etanol ini tidak secara langsung

mempengaruhi efek farmakologis senyawa aktif dalam ekstrak (Saifudin, 2011).

Diabetes mellitus dapat disebabkan oleh banyak faktor. Faktor tersebut

diantaranya faktor genetik, infeksi oleh kuman, faktor nutrisi, zat diabetogenik, dan

radikal bebas (stres oksidatif). Senyawa aloksan merupakan salah satu zat

diabetogenik yang bersifat toksik, terutama terhadap sel beta pankreas, dan apabila

diberikan kepada hewan coba seperti tikus maka dapat menyebabkan hewan coba tikus

menjadi diabetes. Mekanisme toksisitas aloksan diawali dengan masuknya aloksan ke

36
dalam sel-sel beta pankreas dan kecepatan pengambilan akan menentukan sifat

diabetogenik aloksan. Induksi aloksan pada dosis 150 mg/kgBB secara intraperotoneal

mampu meningkatkan kadar glukosa darah dan kerusakan pada sel β pankreas tikus.

Tikus dinyatakan hiperglikemia bila kadar glukosa darah > 135 mg/dL (Giri, 2008).

Senyawa dalam daun pandan wangi yang diduga berperan dalam menurunkan

kadar glukosa darah adalah flavonoid. Sampai saat ini mengenai mekanisme flavonoid

dalam menurunkan kadar glukosa darah belum diketahui secara pasti, namun dari

beberapa teori menyebutkan bahwa flavonoid diketahui mampu berperan dalam

menangkap radikal bebas atau dapat berfungsi sebagai antioksidan alami. Aktivitas

antioksidan tersebut memungkinkan flavonoid untuk menangkap atau menetralkan

radikal bebas, sehingga dapat memperbaiki keadaan jaringan yang rusak. Flavonoid

dapat berperan dalam kerusakan jaringan pankreas yang diakibatkan oleh alkilasi

DNA akibat induksi aloksan sebagai akibatnya dapat memperbaiki morfologi pankreas

tikus. Flavonoid dilaporkan memiliki aktivitas antidiabetes yang mampu meregenerasi

sel pada pulau Langerhans (Prameswari, 2014). Flavonoid dapat mencegah komplikasi

atau progresifitas diabetes mellitus dengan cara membersihkan radikal bebas yang

berlebihan, memutuskan rantai reaksi radikal bebas, mengikat ion logam (chelating),

dan memblokade jalur poliol dengan menghambat enzim aldose reduktase. Flavonoid

juga memiliki efek penghambatan terhadap enzim alfa glukosidase melalui ikatan

hidroksilasi dan substitusi pada cincin β. Prinsip penghambatan ini serupa dengan

acarbose yang selama ini digunakan sebagai obat untuk penanganan diabetes mellitus,

yaitu dengan menghasilkan penundaan hidrolisis karbohidrat dan disakarida dan

absorpsi glukosa serta menghambat metabolisme sukrosa menjadi glukosa dan

fruktosa (Soewonto, H. 2001; Mills, S dan K, Bone. 2002; Ho, E dan T.M. Bray.

1999). Kandungan senyawa yang terdapat pada daun salam diantaranya yaitu alkaloid

37
dan saponin yang dapat menstimulasi sekresi insulin dari sel beta pankreas (Patel et al,

2012; Murray et al, 2003), serta terpenoid seperti triterpenoid dapat dapat

meningkatkan penyerapan glukosa dengan bertindak meniru kerja insulin dan sebagai

insulin sensitizer (Lee dan Thuong, 2010).

Sebelum dilakukan perlakuan, Tikus Putih diadaptasikan terlebih dahulu

dengan lingkungan selama 7 hari untuk menghindari terjadinya stres pada saat

perlakuan. Sebelum perlakuan dimulai, tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 16

jam agar terjadi pengosongan lambung oleh makanan yang dapat mempengaruhi hasil

penelitian, tetapi tetap diberi minum.

Pada pengujian diabetes mellitus , 9 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) dibagi

menjadi 3 kelompok perlakuan. Masing – masing kelompok terdiri dari 3 ekor tikus.

Kelompok yang diberi Insulin Pen dengan dosis 0,7 mg/kg BB tikus, kelompok diberi

Na CMC 0,5 %, dan Kelompok yang diberi suspensi kombinasi ekstrak daun pandan

wangi dengan dosis 600 mg/KgBB tikus dan daun salam 625 mg/kgBB tikus.

Diberikan selama 15 hari dan diukur kadar gula darah tikus putih pada hari ke 3 dan

hari ke 15. Sebelumnya terlebih dahulu diukur kadar gula darah puasa dan kadar gula

darah setelah induksi aloksan. Diukur kadar gula darah tikus putih menggunakan alat

glukometer.

Berdasarkan data penelitian pada tabel 4, rata-rata kadar gula darah hewan uji

pada kelompok sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan terdapat perbedaan

bermakna. Kadar gula darah tikus sebelum induksi belum mengalami hiperglikemi

ditandai dengan kadar gula darah masih terlihat normal dengan nilai <125 mg/dL,

namun setelah diinduksi diabetes mengalami peningkatan kadar gula darah sehingga

menyebabkan hiperglikemi dengan nilai >125 mg/dL. Pada H+3 dan H+15 jam ke- 0,

6, 12, 18, dan 24 setelah pemberian perlakuan, diperoleh hasil pengukuran rata-rata

38
kadar gula darah pada kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan ekstrak

mengalami penurunan kadar gula darah, namun tidak terjadi penurunan pada

kelompok kontrol negatif.

Berdasarkan hasil analisis statistik, menunjukkan bahwa kadar gula darah

sebelum induksi diabetes dan sesudah induksi diabetes diperoleh hasil yang berbeda

nyata tiap kelompoknya yaitu p<0,05. Hal ini membuktikan bahwa induksi aloksan

dapat merusak sel beta pankreas yang menyebabkan produksi insulin menurun

sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah. Selanjutnnya diberi perlakuan

hingga H+15 kemudian diukur kembali kadar gula darah tikus pada H+3 dan H+15.

Pada penelitian ini data-data yang terkumpul dianalisis menggunakan program SPSS

for windows. Tahap pertama dilakukan uji Normalitas menggunakan metode

Kolmogorov-Smirnov terhadap data kadar gula darah. Jika hasil uji menunjukan

distribusi data adalah normal dan homogen yang masing-masing hasil uji ditunjukan

oleh nilai p (sig) > 0,05. Kemudian dilanjutkan dengan uji one way ANOVA

memberikan nilai p (sig) < 0,05 artinya ada efek penurunan kadar gula darah terhadap

pemberian kombinasi ekstrak daun pandan wangi dan daun salam, kemudian

dilakukan analisis Uji Post Hoc apabila dari hasil uji one way ANOVA diketahui

adanya perbedaan signifikan, maka dilanjutkan uji Post Hoc yaitu untuk mengetahui

perbedaaan bermakna pada masing-masing kelompok.

Data kadar gula darah sesudah perlakuan diolah menggunakan metode Uji

Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan distribusi data. Hasil pengolahan data

menunjukkan bahwa data terdistribusi normal namun tidak homogen sehingga

pengolahan data tidak dapat dilanjutkan menggunakan analisis varians satu arah (One

Way ANOVA) untuk menentukan perbedaan antar kelompok perlakuan. Oleh karena

itu, pengolahan data dilanjutkan menggunakan analisis menggunakan metode Kruskal-

39
Wallis Test kemudian dilanjutkan dengan metode Mann-Whitney Test untuk

mengetahui antar kelompok mana yang terdapat perbedaan bermakna kadar gula darah

tikus (Rattus norvegicus). Pada H+3 menunjukkan perlakuan jam ke- 0, 6, 12, 18, dan

24 dengan nilai signifikansinya yaitu masing-masing p<0,05. Untuk H+15 perlakuan

jam ke- 0, 6, 12, 18, dan 24 dengan nilai signifikansi juga didapatkan yaitu p<0,05

yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan bermakna pada kadar gula dalam darah

tikus (Rattus norvegicus).

Dalam penelitian tersebut, berdasarkan hasil analisis statistik diatas, H+3

perlakuan jam ke-0, 6, 12, 18 dan 24 diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang

bermakna (p<0,05) antara kelompok kontrol positif dan perlakuan ekstrak

dibandingkan kelompok kontrol negatif dengan nilai signifikan (p<0,05). Tidak ada

perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol positif dan perlakuan ekstrak

dengan nilai signifikan (p>0,05). Selanjutnya hasil analisis statistik pada H+15

perlakuan jam ke- 0, 6, 12, 18, dan 24 juga menunjukkan adanya perbedaan bermakna

pada kelompok perlakuan ekstrak dan kelompok kontrol positif dibandingkan dengan

kelompok kontrol negatif dengan nilai signifikan masing-masing yaitu (p<0,05).

Kadar gula darah kelompok perlakuan mengalami penurunan setelah diberikan

perlakuan ekstrak, sedangkan asil analisis pada kelompok kontrol positif dibandingkan

perlakuan ekstrak menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna baik pada jam ke-

0, 6, 12, 18 dan 24, nilai signifikan (p<0,05).

Berdasarkan hal penelitian diatas, sejalan dengan beberapa penelitian lainnya

seperti penelitian yang dilakukan Prasmeswari, (2014) bahwa ekstrak daun pandan

wangi dapat menurunkan kadar gula darah tikus yang diinduksi diabetes selama 4

minggu, dibandingkan penelitian saat ini lebih cepat efeknya dalam menurunkan kadar

glukosa darah tikus disebabkan karena menggunakan kombinasi ekstrak daun pandan

40
wangi dan daun salam yang efeknya saling sinergis dalam penurunan kadar gula darah

dapat dilihat pada pengukuran H+3 telah terjadi penurunan kadar gula darah hingga

H+15. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Lolok et al. (2019) yang

menggunakan kombinasi ekstrak kulit bawang merah dan kulit bawang putih dengan

metode induksi aloksan terhadap tikus yang menyatakan bahwa ekstrak tanaman yang

dikombinasi mempercepat penurunan kadar gula darah pada hewan coba tikus.

Senyawa yang terkandung dalam daun pandan wangi dan daun salam mempunyai

khasiat sebagai antidiabetes. Senyawa-senyawa yang terkandung dalam daun pandan

wangi antara lain, tanin, alkaloid, flavonoid, dan polifenol. Flavonoid diketahui

mampu berperan menangkap radikal bebas atau berfungsi sebagai antioksidan alami

(Lugasi et al., 2003). Flavonoid dapat berperan dalam kerusakan jaringan pankreas

yang diakibatkan oleh alkilasi DNA akibat induksi aloksan sebagai akibatnya dapat

memperbaiki morfologi pankreas tikus. Flavonoid dilaporkan memiliki aktivitas

antidiabetes yang mampu meregenerasi sel pada pulau Langerhans (Sandhar et al.,

2011). Alkaloid terbukti mempunyai kemampuan regenerasi sel β pankreas yang rusak

(Arjadi, 2010). Aktivitas antioksidan yang dimiliki ekstrak air daun pandan wangi juga

tinggi yaitu 66.82% sehingga diduga mampu memperbaiki sel β pankreas yang rusak.

Aktivitas antioksidan mampu menangkap radikal bebas yang menyebabkan perbaikan

pada kerusakan sel β pankreas penyebab DM (Suryani, 2013). Dengan adanya

perbaikan pada jaringan pankreas, maka terjadi peningkatan jumlah insulin didalam

tubuh sehingga glukosa darah akan masuk kedalam sel sehingga terjadi penurunan

glukosa darah dalam tubuh (Prasmeswai, 2014), dan senyawa kimia yang terdapat

dalam daun salam yaitu flavanoid dimana kandungan flavonoid utama pada ekstrak

etanol daun salam berupa kuersitrin dan fluoretin yang berfungsi sebagai antioksidan

(Badan POM RI, 2004). Flavonoid bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi

41
glukosa dari ginjal (Lukacinova et al, 2008), mengatur kerja enzim yang terlibat pada

jalur metabolisme karbohidrat, meningkatkan sekresi insulin (Brahmachari, 2011),

sehingga mampu menurunkan kadar glukosa darah.

Data dari uji Kruskal-Wallis Test dan Mann-Whitney Test menunjukkan pada

H+3 perlakuan jam ke- 0, 6, 12, 18, dan 24 dengan nilai signifikansi (p<0,05) dan

untuk H+15 perlakuan jam ke- 0, 6, 12, 18, dan 24 dengan nilai signifikansi juga

menunjukkan (p<0,05). Data yang diperoleh menunjukkan bahwa H0 ditolak, artinya

terdapat perbedaan bermakna dari uji kadar gula darah tikus (Rattus norvegicus). Hasil

uji Mann-Whitney Test pengukuran kadar gula darah menunjukkan bahwa perbedaan

bermakna terdapat pada kontrol positif dan kelompok perlakuan ekstrak dibandingkan

kelompok kontol negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak etanol

daun pandan wangi dan daun salam memiliki efek penurunan kadar gula darah tikus

putih (Rattus norvergicus) pada dosis 600 mg/KgBB tikus dan 625 mg/KgBB tikus.

Berdasarkan uraian hasil penelitian diatas, dapat diketahui bahwa kombinasi

ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 600 mg/kgBB dan daun salam 625 mg/kgBB

dapat menurunkan kadar gula darah pada tikus (Rattus norvegicus) putih galur wistar

yang diinduksi diabetes. Menurut Wolfenshon dan Lloyd (2013) kadar gula darah

normal 50–135 mg/dl. Penurunan kadar gula darah pada tikus yang terjadi masih

dalam kategori normal, artinya tidak terjadi hipoglikemik. Pengaruh ekstrak etanol

daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dalam menurunkan kadar gula

darah terjadi karena dalam ekstrak etanol daun pandan wangi terdapat kandungan

tannin, alkaloid dan flavonoid. Tannin yang terdapat didalam daun pandan wangi akan

memicu metabolisme glukosa dan lemak, yang nantinya digunakan untuk mencegah

adanya timbunan glukosa dan lemak di darah (Dalimartha, 2005). Alkaloid akan

menghambat sintesis glukosa dengan menghambat enzim glukosa 6-fosfatase dan

42
fruktosa 1,6-biofosfatase yang berfungsi menurunkan pembentukan glukosa dari

substrat selain karbohidrat sehingga kadar glukosa darah turun (Arjadi, 2010).

Flavanoid dengan mekanisme kerja menghambat GLUT2 (Glucose Transporter

Isoform 2), suatu protein transporter glukosa pada membran usus (Song J et al, 2002)

yang merupakan kendaraan pengangkut glukosa dari saluran cerna kemudian masuk

ke dalam darah melewati membran menuju ke dalam sel (Sudoyo et al, 2006).

Sehingga kadar gula darah tidak meningkat. Sedangkan kandungan senyawa yang

terdapat pada daun salam diantaranya yaitu alkaloid dan saponin dapat menstimulasi

sekresi insulin dari sel beta pankreas (Patel et al, 2012; Murray et al, 2003), serta

terpenoid seperti triterpenoid dapat dapat meningkatkan penyerapan glukosa dengan

bertindak meniru kerja insulin dan sebagai insulin sensitizer (Lee dan Thuong, 2010).

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam proses penelitian ini, terdapat beberapa kendala yang dialami oleh

peneliti yaitu :

1. Pengujian standardisasi ekstrak dikarenakan keterbatasan alat untuk parameter

pengujian spesifik dan nonspesifik.

2. Selain itu juga tidak dilakukan perbandingan ekstrak dengan dosis yang berbeda,

uji toksisitas pada kombinasi ekstrak serta isolasi kandungan senyawa.

43
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian setelah dianalisis secara statistik dan pembahasan

maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Kombinasi ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dan Daun

Salam (Syzygium polyanthum Wight.) memberikan efek dalam penurunan kadar

gula darah pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar yang diinduksi

diabetes dibuktikan dengan adanya perbedaan yang nyata dengan nilai signifikan p

< 0,05

2. Kelompok kombinasi Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius

Roxb.) dan Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight.) memberikan hasil optimal

yang hampir sama dengan kelompok positif dalam penurunan kadar gula darah

dibuktikan dengan nilai signifikan yang tidak berbeda nyata p > 0,05.

B. Saran

1. Perlu dilakukan standardisasi parameter spesifik dan non spesifik secara

menyeluruh pada ekstrak daun pandan wangi dan daun salam.

2. Perlu dilakukan isolasi senyawa aktif dari daun pandan wangi dan daun salam yang

berpotensi untuk Diabetes Mellitus.

3. Perlu dilakukan uji toksisitas yang mungkin timbul akibat pemberian ekstrak daun

pandan wangi dan daun salam.

44
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA) (2014) Diagnoses and classification of diabetes


mellitus, Diabetes Care 37(1): 81–90.

Anitha, M., Sakthidevi, G., Muthukumarasamy, S., dan Mohan, V.R., 2012. Effect of
Cynoglossum zeylanicum (Vehl ex Hornem) Thunb. Ex Lehm on Oral Glucose
Tolerance in rats.

Arjadi, F., dan Susatyo, P., 2010, Regenerasi Sel Pulau Langerhans Pada Tikus Putih
(Rattus norvegicus) Diabetes yang Diberi Rebusan Daging Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarp (scheff.) Boerl.),Efek Anti Diabetes Rebusan Buah Mahkota
Dewa, 2 (2): 117-26.

Badan POM RI., 2004, Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia

Brahmachari, G., 2011, Bio- Flavonoids With Promosing Antidiabetic Potentials: A


Critical Survey, Research Signpost.

Chang, C.L.T., Y. Lin, A.P. Bartolome, Y.C. Chen, S.C. Chiu, & W.C. Yang. 2013.

Dalimartha, S., 2005, Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Diabetes Mellitus,Penebar


Swadaya, Bogor.

Departemen Kesehatan RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan.Volume 1 : Jakarta

Ditjen POM, 1986. “Sediaan Galenik”, Departemen Kesehatan Tepublik Indonesia,


Jakarta

Dipiro, et al. 2011. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach pp 1205, 1209-1211.


New York: Mc Graw Hill Medical.

Doughari,J.H., 2012. Phytochemicals :Extraction methods, Basic Structures and Mode of


Action as Potensial Chemotheraupetic Agents, Phytochemicals _ A Global
Perspective of thei Role in Nutrition and Health, Intech.

Etuk, 2010. Animals Models for Studying Diabetes mellitus. Agriculture and Biology
Journal of North America 1:2, 130-134.

(FHI), F. H. I. (2009) Farmakope Herbal Indonesia. 1st edn. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

Ginting, E. (2013) Carotenoid extraction of orange-fleshed sweet potato and its application
as natural food colorant, J. Teknol. dan Industri Pangan, 24.

45
Giri, L.N. 2008. Potensi Antioksidasi Daun Salam : Kajian In Vivo Pada Tikus
Hiperkolesterolemia dan Hiperglikemia. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Bogor

Harbone, J.B., 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan,
Terbitan II. ITB : Bandung.

Harismah, K. dan Chusniatun, 2016. Pemanfaatan Daun Salam (Eugenia Polyantha)


Sebagai Obat Herbal Dan Rempah Penyedap Makanan. Warta Lpm , Pp. Vol .19
No. 2 110-118.

Ho, E and T.M. Bray. 1999. Antioxidants, NFKB Activation, and Diabetogenesis. Proc
Soc Exp Biol Med. 1999 Dec: 222(3): 205-13

International Diabetes Federation. 2015. IDF Diabetes Atlas 7th Edition. Brussels:
International Diabetes Federation. http://www.diabetes atlas.org/. [Sitasi: 9 Februari
2017]. [Sitasi pada 18 November 2016].

Kairupan,B.Y., Wowor,M.P., Mambo,C.2015. Pengaruh Pemberian Ekstrak Umbi Bawang


Merah (Allium cepa L.) terhadap Kadar Gula Darah Tikus Wistar (Rattus
novergicus) yang diinduksi dengan Aloksan. Jurnal e - biomedik (eBM) 3:1, 4-5.

Lee, M. S., dan Thuong, P. T. 2010. Stimulation of Glucose Uptake by Triterpenoids From
Weigela Subsessilis. Phytotherapy research, 24, 49-53.

Lenzen, S. 2007. The Mechanisms of Alloxan and Streptozocin- Induced Diabetes ,


Clinical and Experimental Diabetes and Metabolism.

Liliwirianis, et al . 2011. Preliminary Studies On Phytochemical Screening Of Ulam And


Fruit From Malaysia. EJournal Of Chemistry, Volume VIII.

Lolok et al. 2019. Antidiabetic Effect Of The Combination Of Garlic Peel Extract (Allium
sativum) And Onion Peel (Allium cepa) In Rats WithOral-Glucose Tolerance
Method. Research Joournal of Pharmacy and Technology. Fakultas Farmasi
STIKES Mandala Waluya, Kendari.

Lucacinova, A., Mojzis, J., Benacka, R., Keller, J., Maguth, T., Kurila, P., et, al., 2008,
Preventive Effect Of Flavonoids On Alloxan- Induced Diabetes Mellitus In Rats,
Acta Vet, brno, 77: 175-182.

Lugasi, A., J. Hovari, K.V. Sagi and L. Biro. The Role of Antioxidant Phytonutrients In
The Prevention of Disease. Acta Biologica Szegediensis. 2003; 47: 119-125

Mills, S and K. Bone. 2002. Principles and Practice of Phytotherapy : Modern Herbal
Medicine. Edinburgh, Scotland, Churral Livingstone

46
Murray, R. K., Granner, D. K., Mayes, P. A., & Rodwel, V. W. (2003). Biokimia Harper
(Vol. 25). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Nastiandari, D. J. (2016). Pengaruh Air Rebusan Daun Pandan Wangi (Pandanus


amaryllifolius Roxb.) terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Jantan Galur Wistar
yang Terbebani Glukosa. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sanata
Dharma:hal. 1-3.

Nublah., 2011, Identifikasi Golongan Senyawa Penurun Kadar Glukosa Darah Tikus Putih
(Rattus norvegicus Berkenhout, 1769) Hiperglikemia pada Daun Sukun
(Artocarpus altilis (park.) fosberg ), Tesis, Universitas Gajah Mada.

Nurarif, H.A & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asyhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Nanda dan NIC-NOC. Yogyakarta : Medi Action

Nurhasnawati, H., Sukarmi dan Fitri H., 2017, Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi
dan Sokletasi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Jambu Bol
(Syzygium malaccense L.), Jurnal Ilmiah ManuntungVol.3 No.1 : 3

Octavia, D.R., 2009, Uji Aktivitas Penangkap Radikal Ekstrak Petroleum Eter, Etil Asetat
dan Etanol Daun Binahong (Anredera Corfolia (Tenore) Steen) dengan metode
DPPH (2,2-difenil-1- pikrihidrasil), Skripsi. Universitas Muhamadiyah, Surakarta.

Patel, D., Kumar, R., Laloo, D., & Hemalatha, S. (2012). Natural Medicines From Plant
Source Used For Therapy of Diabetes Mellitus: An Overview of Its
Pharmacological Aspects. Asian Pacific Journal of Tropical Disease, 239-250.

Piero, M.N., Nzaro, G.M., dan Njagi, J.M., 2015. Diabetes mellitus-a devastating
metabolic disorder. Asian journal of biomedical and pharmaceutical sciences, 5: 1.

Prahastuti, S., Tjahjani, S. dan Hartini, E., 2011. The Effect Of Bay Leaf Infusion
(Syzygium Polyanthum (Wight) Walp) To Decrease Blood Total Cholesterol Level
In Dyslipidemia Model Wistar Rats. Jurnal Medika Planta, P. Vol. 1 No.4.

Prasmeswari, O. M., dan Widjanarko, S. B., 2014. Uji Efek Ekstrak Daun Pandan Wangi,
Jurnal Pangan dan Agroindustri, No. 2, Vol. 2, FTP Universitas Brawijaya,
Malang, hal. 16 – 27.

Pourcel, L., Routaboul, J,M et al., 2006, Flavonoid Oxidation In Plants: From Biochemical
Properties To Physiological, Elsevier.

Radenkovic, et al. 2015. Experimental diabetes induced by alloxan and streptozotocin: The
current state of the art. Journal of Pharmacological and Toxicological Methods.

Saifudin, A., Rahayu, V., & Teruna, H. Y. (2011). Standardisasi Bahan Obat Alam.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

47
Sandhar, H.K., B. Kumar, S. Prashes, P. Tiwari, M. Salhan, P. Sharma. 2011. A Review Of
Phytochemistry And Pharmacology Of Flavonoids. Internationale Pharmaceutica
Scienca Jan-Mar 2011 Vol 1 Issue 1

Sharp, P., dan Villano, J., 2013, The Laboratory Rat, Edisi 2, 9-11, CRC Press, California.

Soewonto, H. 2001. Antioksidan Eksogen Sebagai Lini Pertahanan Kedua Dalam


Menanggulangi Peran Radikal Bebas. Didalam: Prosiding Khusus Penyegar
Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan : Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan
Bahan Alam. Jakarta 16 April 2011. Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Song J, Kwon O, Cheng S, Daruwala R, Eck P and Park JB, 2002, Flavonoid inhibition of
sodium-dependent vitamin c transporter 1 (svctl) and glucose transporter isoform 2
(glut2), intestinal transporters for vitamin c and glucose, J Biol Chem.

Sornalakshmi, V., Tresina Soris, P., Paulpriya, K., Packia Lincy, M., dan Mohan, V.R.,
n.d. Oral Glucose Tolerance Test (OGTT) in Normal Control and Glucose Induced
Hyperglycemic Rats with Hedyotis leschenaultiana DC. Group, 1: 0–9.

Sumono, A. & A. Wulan.2009. Kemampuan Air Rebusan Daun Salam (Eugenia polyantha
W) dalam Menurunkan Jumlah Koloni Bakteri Spectroccocus sp. Majalah Farmasi
Indonesia. 20 (3), 112-117.

Suresha, R.N., Sushma, V.N., Ashwini, V., Kalabharathi, H.L., Jayanthi, M.K., dan
Prathima, C., 2012. The effect of nifedipine on oral glucose induced glycaemic
changes in normal albino rats. pancreas, 10: 13.

Suryani, N., T. Endang dan Aulanni’am. 2013. Pengaruh Ekstrak Metanol Biji Mahoni
Terhadap Peningkatan Kadar Insulin, Penurunan Ekspresi TNF-α dan Perbaikan
Jaringan Pankreas Tikus Diabetes. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 27, No. 3,
Februari 2013

Swastini, Dewa Ayu. 2018. Penurunan Kadar Glukosa Darah dan Gambaran Histopatologi
Pankreas dengan Pemberian Gula Aren (Arenga pinnata) pada Tikus Jantan Galur
Wistar yang Diinduksi Aloksan. Indonesia Medicus Veterinus. 7(2): 94-105.

Szkuldelski, T. 2008. The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Action in B Cells of


The Rat Pancreas. Physiol. Res. 50: 536-546, 2001

Szkudelski, T. 2001. The Mechanism Of Alloxan And Streptozotocin Action In β Cells Of


The Rat Pancreas, Physiology Research, 50: 536-54.

Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur G. & Kaur H., 2011, Phytochemical Screening And
Extraction: A Review, International Pharmaceutica Sciencia, 1 (1), 98-106.

48
Udia, P.M., Ogbonna, O.J., Antai, A.B., Mbatutung, I.F., dan Eyo, S.E., 2013. Oral glucose
tolerance test and some haematological effects of aqueous leaf extract of
Rothmannia hispida (K Schunn) Fargel on normoglycaemic albino rats. J.
Pharmacog. Phytochemistry, 5: 300–305.

Van Steenis, C.G.G.J., 2003, Flora, hal 233-236, P.T. Pradya Paramita, Jakarta.

Van Steenis CGGJ. 2008. Flora, Cetakan ke-7. Jakarta: PT Pradnya Paramita

Van Steenis. 2008. Flora, Cetakan ke-12. Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Widyawati PS, Budianta, and FA Kusuma. Difference of Solvent Polarity to


Phytochemical Content and Antioxidant Activity of Pluchea indica Less Leaves
Extracts, International Journal of Pharma cognosy and Phytochemical Research.
2014; 6(4): 850-5.

Winarto WP, Tim Karyasari. Mememanfaatkan bumbu dapur untuk mengatasi aneka
penyakit. Jakarta: Agromedia Pustaka; 2004.p.50

Wolfensohn, S. dan Lloyd, M., 2013. Handbook of Laboratory Animal Management and
Welfare., 4th Edition. ed. John Wiley & Sons, Ltd.

World Health Organization. 2016. Global Report on Diabetes. France: World Health
Organization. http://www.who.int/diabetes/global-report/en/. [Sitasi: 29 Mei 2017].

49
LAMPIRAN

50
Lampiran 1. Determinasi Sampel

51
52
53
54
Lampiran 2. Surat Keterangan Pembelian dan Kesehatan Hewan

55
Lampiran 3. Prosedur Kerja

Penyiapan sampel daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius


Roxb.) dan daun salam (Syzygium polyanthum Wight.)
Di Determinasi
Pengolahan Sampel

Simplisia

Maserasi dengan pelarut etanol 96%

Ekstrak dipekatkan dengan rotary evaporator

Ekstrak dikentalkan dengan hair drayer

Ekstrak kental Standardisasi :


Uji kadar senyawa larut air
Uji kadar senyawa larut etanol

Uji pada tikus yang diinduksi diabetes

Kontrol Positif Kombinasi ekstrak daun Kontrol Negatif


pandan wangi dan daun salam

Hewan coba diadaptasikan selama 7 hari

Dipuasakan selama 20 jam Ukur kadar gula darah puasa

Induksi aloksan monohidrat P

Insulin Pen Daun pandan wangi 600 Na CMC 0,5%


mg/kgBB dan salam 625
mg/kgBB tikus

H+3 ukur kadar gula darah

H+15 ukur kadar gula darah jam


ke 0, 6, 12, 18, 24

56
Lampiran 4. Perhitungan

1) Perhitungan Dosis
1. Perhitungan Na.CMC 0,5% (Kontrol Negatif)
0,5
= x 100 gr = 0,5 gr
100

2. Perhitungan Dosis Aloksan


Dosis untuk tikus 260 g
BB Tikus
= x Dosis Obat
BB Tikus Standar
260 g
= x 150 mg/kgBB = 195 mg/kgBB
200 g
Volume Pemberian (2 ml)
195 mg/kgBB mg
= =97,5 /ml
2ml kgBB
3. Perhitungan Dosis Insulin Pen (Kontrol Positif)
Dosis manusia x Km faktor manusia
=
Km faktor tikus
U
0,12 x 37
= kgBB
6
= 0,74 U/kgBB

4. Perhitungan Dosis Ekstrak (Kontrol Ekstrak)


a. Ekstrak Daun Pandan Wangi 600 mg/kgBB
Dosis untuk tikus 233 g
BB Tikus
= x Dosis Obat
BB Tikus Standar
233 g
= x 600 mg/kgBB = 699 mg/kgBB
200 g
Volume Pemberian (2 ml)
699 mg/kgBB mg
= =349,5 /ml
2ml kgBB
b. Ekstrak Daun Salam 625 mg/kgBB
Dosis untuk tikus 233 g
BB Tikus
= x Dosis Obat
BB Tikus Standar
233 g
= x 625 mg/kgBB = 728,12 mg/kgBB
200 g
Volume Pemberian (2 ml)
728,12mg/kgBB mg
= =364,06 /ml
2 ml kgBB

57
1) Perhitungan standardisasi
1. Uji kadar senyawa terlarut dalam air
A 1−Ao
= x 100 %
B
a. Daun pandan wangi
35,25 gr −35,10 gr
= x 100 %
1 gr
= 11 %
b. Daun Salam
36,64 gr −36,55 gr
= x 100 %
1 gr
=9%

2. Uji kadar senyawa terlarut dalam etanol


a. Daun pandan wangi
64,96 gr −64,85 gr
= x 100 %
1 gr
= 11 %
b. Daun salam
63,29 gr −63,18 gr
= x 100 %
1 gr
= 11 %

58
Lampiran 5. Dokumentasi

No. Gambar Keterangan

1. Pengambilan sampel

Perajangan dan
2.
pengeringan sampel

Penimbangan simplisia
3.
kering

4. Proses maserasi simplisia

59
Pemekatan sampel
5.
menggunakan evaporator

Hasil pemekatan sampel


6.
menjadi ekstrak kental

7. Pengujian standardisasi

Hasil Standardisasi kadar


8. senyawa larut air dan
etanol

Penyiapan larutan uji :


aloksan, ekstrak daun
9.
pandan wangi, ekstrak
daun salam dan Na CMC

60
10. Penyiapan hewan uji

11. Pengujian antidiabetes

Pengukuran kadar gula


12.
darah

61
Lampiran 6. Hasil Analisis SPSS

1) Hasil analisis sebelum dan sesudah induksi diabetes

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

KGD 18 129.39 32.002 84 176


Perlakuan 18 3.50 1.757 1 6

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank

KGDPP 3 6.00

KGDPKE 3 3.83

KGDPN 3 5.17

KGD SIAP 3 14.00

SIAE 3 14.00

SIAN 3 14.00

Total 18

Test Statisticsa,b

KGD

Chi-Square 13.068
df 5
Asymp. Sig. .023

a. Kruskal Wallis Test


b. Grouping Variable:
Perlakuan

Keterangan : p < 0,05 Berbeda Signifikan

62
2) Hasil analisis pengukuran kadar gula darah H+3 dan H+15

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank

Kontrol Positif 3 3.33

Kombinasi Ekstrak 3 3.67


H3PerlakuanJamke0
Kontrol Negatif 3 8.00

Total 9
Kontrol Positif 3 3.00
Kombinasi Ekstrak 3 4.00
H3PerlakuanJamke6
Kontrol Negatif 3 8.00
Total 9
Kontrol Positif 3 3.33
Kombinasi Ekstrak 3 3.67
H3PerlakuanJamke12
Kontrol Negatif 3 8.00
Total 9
Kontrol Positif 3 3.67
Kombinasi Ekstrak 3 3.33
H3PerlakuanJamke18
Kontrol Negatif 3 8.00
Total 9
Kontrol Positif 3 3.83
Kombinasi Ekstrak 3 3.17
H3PerlakuanJamke24
Kontrol Negatif 3 8.00
Total 9
Kontrol Positif 3 2.17
Kombinasi Ekstrak 3 4.83
H15PerlakuanJamke0
Kontrol Negatif 3 8.00
Total 9
Kontrol Positif 3 4.50
Kombinasi Ekstrak 3 2.50
H15PerlakuanJamke6
Kontrol Negatif 3 8.00
Total 9
Kontrol Positif 3 3.33
Kombinasi Ekstrak 3 3.67
H15PerlakuanJamke12
Kontrol Negatif 3 8.00
Total 9
Kontrol Positif 3 4.00
Kombinasi Ekstrak 3 3.00
H15PerlakuanJamke18
Kontrol Negatif 3 8.00
Total 9

63
Kontrol Positif 3 4.50

Kombinasi Ekstrak 3 2.50


H15PerlakuanJamke24
Kontrol Negatif 3 8.00

Total 9

Test Statisticsa,b

H3Perl H3Perl H3Perl H3Perl H3Perl H15Perl H15Perl H15Perl H15Perl H15Perl
akuanJ akuanJ akuanJ akuanJ akuanJ akuanJa akuanJa akuanJa akuanJa akuanJa
amke0 amke6 amke1 amke1 amke2 mke0 mke6 mke12 mke18 mke24
2 8 4

Chi-Square 5.422 5.647 5.468 5.468 5.535 6.880 6.252 5.468 5.600 6.305
df 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Asymp. Sig. .066 .059 .065 .065 .063 .032 .044 .065 .061 .043

a. Kruskal Wallis Test


b. Grouping Variable: Perlakuan

Keterangan : p < 0,05 Berbeda Signifikan

64
3) Hasil analisis kadar gula darah tikus H+3 dan H+15
- Kontrol Positif vs Kontrol Negatif
Test Statisticsa

H3PerlakuanJ H3Perlakua H3Perlakua H3PerlakuanJ H3PerlakuanJ H15PerlakuanJ H15Perlakuan H15Perlakua H15Perlakuan H15Perlaku
amke0 nJamke6 nJamke12 amke18 amke24 amke0 Jamke6 nJamke12 Jamke18 anJamke24

Mann-Whitney U .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000
Z -1.964 -1.964 -1.993 -1.964 -1.964 -1.964 -1.964 -1.964 -1.964 -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .050 .050 .046 .050 .050 .050 .050 .050 .050 .046
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100 b
.100 b
.100 b
.100 b
.100 b
.100 b
.100 b
.100 b
.100 b
.100b

a. Grouping Variable: Perlakuan


b. Not corrected for ties.
Ket : p < 0,05 Berbeda Signifikan

- Perlakuan Ekstrak vs Kontrol Negatif

Test Statisticsa

H3PerlakuanJ H3Perlakua H3Perlakua H3Perlakua H3Perlakua H15Perlakuan H15Perlakuan H15Perlakuan H15Perlakuan H15Perlakuan
amke0 nJamke6 nJamke12 nJamke18 nJamke24 Jamke0 Jamke6 Jamke12 Jamke18 Jamke24

Mann-Whitney U .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000
Z -1.964 -1.993 -1.993 -1.993 -1.964 -1.964 -1.964 -1.993 -1.964 -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .050 .046 .046 .046 .050 .050 .050 .046 .050 .046
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100 b
.100 b
.100 b
.100 b
.100 b
.100 b
.100 b
.100 b
.100 b
.100b

a. Grouping Variable: Perlakuan


b. Not corrected for ties.

Ket : p < 0,05 Berbeda Signifikan

65
- Kontrol Positif vs Perlakuan Ekstrak
Test Statisticsa

H3PerlakuanJ H3Perlakua H3Perlakua H3Perlakua H3Perlakua H15Perlakuan H15Perlakuan H15Perlakuan H15Perlakuan H15Perlakuan
amke0 nJamke6 nJamke12 nJamke18 nJamke24 Jamke0 Jamke6 Jamke12 Jamke18 Jamke24

Mann-Whitney U 4.000 3.000 4.000 4.000 3.500 .500 1.500 4.000 3.000 1.500
Wilcoxon W 10.000 9.000 10.000 10.000 9.500 6.500 7.500 10.000 9.000 7.500
Z -.218 -.664 -.218 -.221 -.443 -1.771 -1.328 -.221 -.655 -1.328
Asymp. Sig. (2-tailed) .827 .507 .827 .825 .658 .077 .184 .825 .513 .184
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000 b
.700 b
1.000 b
1.000 b
.700 b
.100 b
.200 b
1.000 b
.700 b
.200b

a. Grouping Variable: Perlakuan


b. Not corrected for ties.

Ket : p < 0,05 Berbeda Signifikan

66
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. NAMA : FIQRI ALGAFIQ ABDILLAH


2. Tempat / Tanggal Lahir : KENDARI / 21 JANUARI 1996
3. Agama : ISLAM
4. Alamat : JL. LASANDARA, MANDONGA.
5. No. Telepon : 085391106296
6. Status : MAHASISWA
7. Pendidikan Formal
a. SD : SDN 11 MANDONGA
b. SMP : SMPN 9 KENDARI
c. SMA : SMK TUNAS HUSADA KENDARI
8. Nama Orang Tua
a. Ayah : TAJUDDIN
b. Ibu : SITTIHA
9. Pekerjaan Orang Tua
a. Ayah : WIRASWASTA
b. Ibu : IBU RUMAH TANGGA
10. Jumlah Bersaudara :3
11. Anak ke :1

67

Anda mungkin juga menyukai