Anda di halaman 1dari 12

PEMBUATAN SABUN

Dosen Pengampu : Syarif Hamdani, M.Si

Nama : Euis Siti Solehah


NPM : A 192 009
Kelas : Reguler Sore A

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

Bandung 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sabun merupakan salah satu produk kebersihan yang digunakan


bersamaan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Penggunaan
sabun diantaranya untuk menjaga kebersihan tubuh, membersihkan
peralatan dan perlengkapan rumah tangga yang menjadikan sabun
sebagai salah satu kebutuhan hidup manusia. Pada saat ini terdapat
beberapa bentuk sabun yang beredar dipasaran yakni bentuk batang
(cetakan padat), bentuk cair, bentuk busa atau foam, bentuk gel atau
krim dan bentuk serbuk (Indonesian Trade Promotion Centre Lagos,
2015).

Konon, tahun 600 SM masyarakat Funisia di mulut Sungai Rhone


sudah membuat sabun dari lemak kambing dan abu kayu khusus. Mereka
juga membarterkannya dalam berdagang dengan bangsa Kelt, yang sudah
bisa membuat sendiri sabun dari bahan serupa. Pliny (23 – 79) menyebut
sabun dalam Historia Naturalis, sebagai bahan cat rambut dan salep dari
lemak dan abu pohon beech yang dipakai masyarakat di Gaul, Prancis.
Tahun 100 masyarakat Gaul sudah memakai sabun keras. Ia juga
menyebut pabrik sabun di Pompei yang berusia 2000 tahun, yang belum
tergali. Di masa itu sabun lebih sebagai obat. Baru belakangan ia dipakai
sebagai pembersih, seperti kata Galen, ilmuwan Yunani, di abad II.Tahun
700-an di Italia membuat sabun mulai dianggap sebagai seni. Seabad
kemudian muncul bangsa Spanyol sebagai pembuat sabun terkemuka di
Eropa. Sedangkan Inggris baru memproduksi tahun 1200-an. Secara
bersamaan Marseille, Genoa, Venice, dan Savona menjadi pusat
perdagangan karena berlimpahnya minyak zaitun setempat serta deposit
soda mentah. Akhir tahun 1700-an Nicolas Leblanc, kimiawan Prancis,
menemukan, larutan alkali dapat dibuat dari garam meja biasa. Sabun pun
makin mudah dibuat, alhasil ia terjangkau bagi semua orang. Di Amerika

1
Utara industri sabun lahir tahun 1800-an. "Pengusaha-"nya
mengumpulkan sisa-sisa lemak yang lalu dimasak dalam panci besi besar.
Selanjutnya, adonan dituang dalam cetakan kayu. Setelah mengeras,
sabun dipotong-potong, dan dijual dari rumah ke rumah.

2
BAB II
Landasan Teori

2.1 Pengenalan sabun

Sabun merupakan bahan logam alkali (basa) dengan rantai asam


monocarboxylic yang panjang. Larutan alkali yang digunakan dalam
pembuatan sabun bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali
yang biasa digunakan pada sabun keras adalah Natrium Hidroksida
(NaOH) dan alkali yang biasa digunakn pada sabun lunak adalah Kalium
Hidroksida (KOH).
Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran-kotoran berupa
minyak ataupun zat pengotor lainnya. Sabun dibuat melalui proses
saponifikasi lemak minyak dengan larutan alkali membebaskan gliserol.
Lemak minyak yang digunakan dapat berupa lemak hewani, minyak
nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut.
Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun
dengan jenis dan bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah
dipasaran seperti sabun mandi, sabun cuci baik untuk pakaian maupun
untuk perkakas rumah tangga, hingga sabun yang digunakan dalam
industri.
Kandungan zat-zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai
dengan sifat dan jenis sabun. Zat-zat tersebut dapat menimbulkan efek
baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Oleh karena itu,
konsumen perlu memperhatikan kualitas sabun dengan teliti sebelum
membeli dan menggunakannya.
Pada pembuatan sabun, bahan dasar yang biasa digunakan adalah :
C12 – C18
Jika :
< C 12 : Iritasi pada kulit
> C 20 : Kurang larut (digunakan sebagai campuran)
Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air, gliserin,
garam dan impurity lainnya.Semua minyak atau lemak pada dasarnya

3
dapat digunakan untuk membuat sabun. Lemak dan minyak nabati
merupakan dua tipe ester. Lemak merupakan campuran ester yang dibuat
dari alcohol dan asam karboksilat seperti asam stearat, asam oleat dan
asam palmitat. Lemak padat mengandung ester dari gliserol dan asam
palmitat, sedangkan minyak, seperti minyak zaitun mengandung ester
dari gliserol asam oleat.
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu:
a. Bahan baku, seperti : minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa).
b. Bahan pendukung, yang bertujuan untuk menambah kualitas produk
sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik, seperti : natrium
klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.

2.2 Macam-Macam Sabun

a. Shaving Cream
Shaving Cream disebut juga dengan sabun Kalium. Bahan dasarnya
adalah
campuran minyak kelapa dengan asam stearat dengan perbandingan 2:1.

b. Sabun Cair
Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan
minyak jarak serta menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan
kejernihan sabun, dapat ditambahkan gliserin atau alcohol.

c. Sabun kesehatan
Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar
parfum yang rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptic dan
bebas dari bakteri adiktif. Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun ini
adalah tri-salisil anilida, tri-klor carbanilyda, irgassan Dp 300 dan sulfur.

4
d. Sabun Chip
Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalam
menggunakan sabun yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan
beberapa pilihan komposisi tertentu. Sabun chip dapat dibuat dengan
berbagai cara yaitu melalui pengeringan, atau menggiling atau
menghancurkan sabun yang berbentuk batangan.

e. Sabun Bubuk untuk mecuci


Sabun bubuk dapat diproduksi melalui dry-mixing. Sabun bubuk
mengandung bermacam-macam komponen seperti sabun, sodasah,
sodium metaksilat, sodium karbonat, sodium sulfat, dan lain-lain.

Berdasarkan ion yang dikandungnya, sabun dibedakan atas :

a. Cationic Sabun
Sabun yang memiliki kutub positif disebut sebagai kationic detergents.
Sebagai tambahan selain adalah bahan pencuci yang bersih, mereka juga
mengandung sifat antikuman yang membuat mereka banyak digunakan
pada rumah sakit. Kebanyakan sabun jenis ini adalah turunan dari
ammonia.

b. Anionic Sabun
Sabun jenis ini adalah merupakan sabun yang memiliki gugus ion negatif.

c. Neutral atau Non Ionic Sabun


Non ionic sabun banyak digunakan untuk keperluan pencucian piring.
Karena sabun jenis ini tidak memiliki adanya gugus ion apapun, sabun
jenis ini tidak beraksi dengan ion yang terdapat dalam air sadah. Non
ionic sabun kurang mengeluarkan busa dibandingkan dengan ionic sabun.

5
BAB III
Pembahasan

3.1 Pengertian Saponifikasi


Sabun Mandi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika
minyak / lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang
dihasilkan dalam proses ini, yaitu Sabun dan Gliserin.

3.2 Alat dan Bahan

Ø Alat : Ø Bahan :
o Blender o Minyak Zaitun
o Timbangan o Tepung Mayzena
o wadah o Minyak Kelapa
o Gelas Beaker o Minyak Sawit
o Alat Pengaduk o NaOH
o Lap o Air
o Cetakan o Pewarna Makanan
o Parfum

3.3 Reaksi

6
3.4 Prosedur

Pertama ditimbang air dan NaOH / KOH, sesuai dengan Resep.


Larutkan NaOH / KOH ke dalam air sejuk / dingin (Jangan
menggunakan wadah aluminium. Gunakan stainless steel, gelas pyrex
atau plastik-poliproplen). Jangan menuangkan air ke NaOH / KOH.
Tuangkan NaOH / KOH ke dalam air sedikit demi sedikit. Aduk
higga larut. Pertama-tama larutan akan panas dan berwarna keputihan.
Setelah larut semuanya, simpan di tempat aman untuk didinginkan
sampai suhu ruangan. Akan didapatkan larutan yang jernih.
Timbang minyak (Minyak Kelapa, Minyak Sawit, Minyak Zaitun,
Minyak Jagung, Minyak Kedelai...) sesuai dengan Resep. Dituangkan
minyak yang sudah ditimbang ke dalam blender.
Hati-hati dalam menuangkan larutan NaOH / KOH ke dalam
minyak.
Pasang cover blender, taruh kain di atas cover tadi untuk
menghindari cipratan dan proses pada putaran terendah. Hindari
jangan sampai menciprat ke muka atau badan anda. Hentikan blender
dan periksa sabun untuk melihat tahap “trace”. “Trace” adalah kondisi
dimana sabun sudah terbentuk dan merupakan akhir dari proses
pengadukan. Tandanya adalah ketika campuran sabun mulai
mengental. Apabila disentuh dengan sendok, maka beberapa detik
bekas sendok tadi masih membekas, itulah mengapa dinamakan
“trace”.
Pada saat “trace” tadi anda bisa menambahkan pengharum,
pewarna atau aditif. Aduk beberapa detik kemudian hentikan putaran
blender. Tuang hasil sabun ini ke dalam cetakan. Tutup dengan kain
untuk insulasi. Simpan sabun dalam cetakan tadi selama satu hingga
dua hari. Kemudian keluarkan dari cetakan, potong sesuai selera.
Simpan sekurang-kurangnya 3 minggu sebelum dipakai.
Hasil yang diharapkan sabun tercetak sesuai dengan cetakan dan
dapat digunakan dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

7
3.5 Gambar Hasil Pembuatan

( https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fadevnatural.com%2Fcara-membuat-sabun-batang-
transparan-herbal-aroma-terapi-sendiri-di-rumah-untuk-souvenir-gift-dan-kecantikan%2F&psig=AOvVaw3D8w-
GRIBamsSjTsnGhr0Z&ust=1588934181778000&source=images&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCICbkZrHoekCFQ
AAAAAdAAAAABAD)

3.6 Pembahasan

Sabun Mandi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika


minyak / lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang
dihasilkan dalam proses ini, yaitu Sabun dan Gliserin. Istilah saponifikasi
dalam literatur berarti “soap making”. Akar kata “sapo” dalam bahasa
Latin yang artinya soap / sabun.

Kandungan utama sabun adalah Na-karboksilat (RCOONa), sabun


mandi dibuat dari campuran basa dengan minyak. Umumnya basa yang
digunakan adalah kalium hidroksida (KOH). Pada beberapa sabun mandi
ditambahkan sulfur yang berfungsi sebagai antiseptik. Garam mandi
merupakan zat aditif yang berfungsi memberi nilai tambah bagi sebuah
peran sabun mandi. Garam mandi umumnya mengandung garam-garam
anorganik, minyak esensial dan pewangi. Sodium Lauryl Sulfate (SLS),
Paraben dan Balsam Peru (myroxylon) zat lain yang terkandung dalam
sabun.

8
Reaksi Penyabunan (Saponifikasi) Reaksi penyabunan
(saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah reaksi trigliserida
dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin.
Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut : C3H5(OOCR)3 +
3NaOH ->C3H5(OH)3 + 3NaOOCR Reaksi pembuatan sabun atau
saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin
sebagai produk samping.

9
BAB IV
Penutup

Kesimpulan
Sabun mandi adalah surfaktan yang digunakan untuk
mencuci dan membersihkan tubuh dari kotoran-kotoran yang
menempel. Berdasarkan jenisnya, sabun mandi digolongkan
menjadi dua, yaitu sabun padat dan sabun cair.
Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak
atau lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar. Bagian
kepala bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik.
Karena sifat inilah, sabun mampu mengangkat kotoran (biasanya
lemak) dari badan dan pakaian. Jika diterapkan pada suatu
permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel pengotor
dalam suspensi air.
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau
kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau
lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau
kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang
dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa,
menghasilkan gliserol dan sabun mentah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anshory, I. 2003. Kimia SMU untuk kelas XII. Jakarta : Erlangga.


Cahyana, U. 2007. Kimia Untuk SMA dan MA Kelas XII. Jakarta : Piranti Darma
Kalokatama.
Deni, P. 2006. Kimia Jilid 3B Untuk Kelas SMA. Klaten : Intan Pariwara.
Fessenden dan Fessenden.1986. Kimia Organik jilid 2 edisi ketiga. Terjemahan
oleh Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Ph. D.1992.Jakarta : Erlangga.
Purba, M. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Erlangga.
Sudarmo, U. 2006. Kimia untuk SMA kelas XI1. Surakarta : Phibeta.

11

Anda mungkin juga menyukai