Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

SISTEM PERAKITAN MANUAL PADA PRODUKSI MASAL

Disusun oleh :
Nama:
Kelas:

SMK NEGRI
Tahun Ajaran 2024/2025
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Makalah produk massal tentang makanan. Terima kasih juga saya
ucapkan kepada guru pembimbing yang selalu memberikan dukungan dan
bimbingannya.
Saya berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu,
saya dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sabun mandi adalah salah satu produk kebersihan yang dibutuhkan semua orang.
Anda pasti tak lupa memasukkan sabun mandi dalam daftar belanja bulanan.
Penggunaan sabun mandi sangat penting untuk menjaga kebersihan dan kesehatan
kulit. Sabun mandi punya peranan penting dalam menjaga kebersihan dan
kesehatan kulit. Dengan membersihkan kotoran dan bakteri, sabun
mandi membantu mencegah infeksi kulit serta menjaga kulit tetap segar dan
bersih.Kalau dari sudut pandang yang sedikit ilmiah sabun itu merupakan
campuran dari asam lemak dan alkali yang melalui proses saponfikasi. Apa lagi
itu saponifikasi? asam lemak? alkali? Tenang itu cuma nama ilmiahnya saja! Saya
jelaskan secara mudahnya.Asam lemak atau dalam bahasa inggrisnya fatty acid
merupakan penyusun utama minyak nabati (wiki). Contoh asam lemak yang biasa
ditemui sehari-hari yaitu minyak goreng, seperti: minyak kelapa, minyak kelapa
sawit, minyak zaitun, dsb.Alkali merupakan suatu zat basa yang larut dalam air,
alkali biasanya memiliki pH lebih dari 7. Contoh alkali yang biasa digunakan
dalam pembuatan sabun natrium hidroksida (NaOH) dan kalium hidroksida
(KOH).
Sedangkan untuk saponifikasi merupakan suatu proses dimana asam lemak
direaksikan dengan natrium atau kalium hidroksida untuk menghasilkan garam
asam lemak atau sabun dan gliserol atau gliserin.Ketika menggunakan NaOH
maka akan menghasilkan sabun padat/keras/batang. Jika menggunakan KOH
maka akan menghasilkan sabun lembut, dilarutkan ke dalam air menjadi sabun
cair.
Jadi secara mudahnya Minyak + Alkali = Sabun + Gliserin. Kita tidak bisa
melepaskan alkali dalam pembuatan sabun. Sealami apapun suatu sabun pasti
tetap menggunakan alkali.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini ialah :
1. Sejarah sabun mandi ?
2. Apa saja kandungan pada sabun mandi ?
3. Bagaimana proses produksi sabun mandi?

1.3 Tujuan Masalah


Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui sejarah dan apa itu sabun mandi
2. Mengetahui kandungan dalam sabun mandi
3. Mengetahui proses produksi sabun mandi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Sabun Mandi
Banyak sumber mengatakan jika seni pembuatan sudah ada sejak zaman
Babilonia sabun sekitar 2.800 SM. Mereka membuat sabun dari lemak yang
direbus dengan abu. Sabun digunakan untuk membersihkan wol dan kapas yang
digunakan dalam pembuatan tekstil dan digunakan sebagai pengobatan setidaknya
selama 5000 tahun.
Berdasarkan ukiran yang terdapat di bejana gerabah peninggalan zaman
Babilonia, bahan-bahan yang terkandung dalam sabun diduga telah dimanfaatkan
sejak 2.800 SM. Dalam Papirus Eber, dokumen kesehatan Mesir Kuno pada tahun
1.500 SM, menyabutkan jika orang-orang pada zaman Mesir Kuno menggunakan
kombinasi atara minyak hewani atau nabati dengan garam alkali( yang disebut
dengan istilah saponifikasi) untuk menyembuhkan penyakit kulit dan
membersihkan badan yang kotor.
Istilah saponifikasi sendiri diambil dari bahasa latin “sapo” yang berarti soap
atau sabun. Sapo yang juga merupakan nama sebuah gunung yang ada dalam
legenda Romawi Kuno, yang biasa menjadi tempat pemotongan hewan kurban
pada masanya. Ketika turun hujan, sisa-sisa dari lemak hewan itu tercampur
dengan abu kayu hasil pembakaran yang mengalir ke Sungai Tiber. Saat
masyarakat sekitar sungai mencuci, mereka menemukan air yang mengeluarkan
busa dan membuat pakaian mereka menjadi lebih bersih.
Pada abad ke-1, bangsa Romawi Kuno melakukan proses saponifikasi dengan cara
mereaksikan ammonium karbonat yang terdapat dalam urine dengan minyak
tumbuhan dan lemak hewan untuk nantinya dijadikan sabun. Tapi baru pada abad
ke-2 dokter Galen (130-200 SM) menyebutkan penggunaan sabun untuk
membersihkan tubuh yang kotor.
Ahamad Y. al-Hassan dan Donald Hill dalam bukunya Islamic Technology: An
Illustrated History, menyebut jika Abu Bakar Muhammad bin Zakaria al-Razi,
kimiawan asal Persia, sebagai orang pertama yang meracik ramuan sabun modern.
Orang Arab membuat sabun dari minyak nabati atau minyak atsiri. Sentra industri
sabun pertama diketahui berada di Kufah, Basrah, dan Nablus di Palestina. Saat
itu sabun sudah berbentuk padat dan cair.
Pada abad pertengahan, orang-orang di Eropa Utara baru mengenal sabun cair
namun dengan aroma bau yang kurang sedap. Ketika abad ke-13 jenis sabun keras
mulai diekspor ke Eropa. Teknologi pembuatan sabun juga disebar ke Italia dan
Prancis selatan selama Renaissance. Di Inggris, seperti yang ditulis oleh John A.
Hunt dalam “A Short History Soap”, dimuat di Pharmaceutical Journal 1999,
menunjukkan lebih dari 180 orang terlibat dalam industri pembuatan sabun.
Bisnis sabun mendapat apresiasi yang baik di Inggris. Pada tahun 1622, Raja
James memberikan hak monopoli kepada seorang pembuat sabun dengan
membayar imbalan sebesar $100.000 pertahun.
Berbeda dengan Inggris, Raja Perancis Louis XIV justru bersikap keras
terhadap industri pembuatan sabun. Louise XIV bahkan diketahui pernah
menghukum mati tiga orang pembuat sabun karena membuat kulitnya menjadi
iritasi. Takut ditimpa hukuman yang sama, beberapa pembuat sabun berusaha
lebih serius untuk menciptakan sabun berkualitas baik. Untuk di Indonesia
sendiri, sebelum mengenal sabun masyarakat di Nusantara biasanya mandi dengan
menggosokan lempeng-lempeng batu yang halus untuk membersihkan kotoran
yang ada di tubuh. Agar kulit harum dan halus, mereka nenambahkan mawar,
melati, kenanga, sirih, dan minyak zaitun dalam wadah penampungan air.
Kebiasaan ini masih berlangsung hingga 1980-an, terutama di desa-desa. Bahkan
sampai saat ini, sekalipun menggunakan sabun, ada yang merasa belum bersih
tanpa menggosokkan batu ketika mandi.

2.2 Kandungan Sabun Mandi

1. Minyak

 Kelapa (Coconut Oil), memberikan busa yang melimpah pada sabun


mandi dan juga berkontribusi terhadap kekerasan sabun batang.
 Kelapa Sawit (Palm Oil), merupakan minyak utama dalam pembuatan
sabun, mayoritas sabun konvensional menggunakan minyak kelapa
sawit. Minyak kelapa sawit memberikan kekerasan pada sabun mandi
dan mempercepat proses saponifikasi.
 Zaitun (Olive Oil), merupakan minyak yang penting dalam sabun
karena memberikan kelembutan pada kulit dan memberikan efek
kemewahan.

2. Alkali (NaOH)

Natrium Hidroksida (NaOH) digunakan untuk membuat sabun batang.


Gunakan NaOH murni, bukan yang sudah dalam larutan, berbentuk flakes
atau pellet.

3. Air

Air digunakan untuk melarutkan NaOH. Sebaiknya gunakan air yang benar-
benar murni H2O tanpa ada tambahan mineral yang lainnya. Jangan gunakan
air sumur atau air PAM, cari Air Distilasi (Distilled Water) / Air,
Demineralisasi (Demineralized Water) / Deionized Water.

Menggunakan 3 macam campuran minyak, dengan total volume minyak 500 gr :


150 gr (30%) – Minyak Kelapa
150 gr (30%) – Minyak Kelapa Sawit
200 gr (40%) – Minyak Zaitun (Pomace Olive Oil)
145 gr – Air (Deionized / Demineralized / Distilled Water)
72,5 gr – NaOH

2.3 Proses Produksi Sabun


1. Siapkan semua alat dan bahan. Jangan lupa selalu gunakan safety gears /
pengaman.
2. Tuangkan air ke dalam wadah dan timbang sesuai ukuran.
3. Ambil NaOH di tempat terpisah dan timbang sesuai dengan ukuran resep.
Secara hati-hati masukkan NaOH ke dalam air sedikit demi sedikit. Kamu
akan melihat reaksi air langsung mendidih dan mengeluarkan uap yang
menusuk (merupakan reaksi yang normal).
4. Aduk sampai semua NaOH larut. Diamkan beberapa saat sampai larutan
mencapai suhu dibawah 40ºC. *Selalu masukkan NaOH ke dalam air,
jangan sebaliknya. Jika memasukkan sebaliknya akan memberikan efek
gunung meletus. Berbahaya!
5. Sembari menunggu larutan NaOH dingin. Timbang sesuai ukuran dan
campur minyak ke dalam wadah yang sudah disediakan. *Jika minyak
kelapa/kelapa sawit menggumpal maka cairkan terlebih dahulu. Jika tidak ada
yang menggumpal maka tidak perlu dipanaskan.
6. Ketika suhu larutan NaOH sudah mencapai sekitar 30-35ºC, tuangkan ke
dalam minyak secara perlahan.
7. Aduk secara terus menerus menggunakan hand whisk sampai mencapai
trace, biasanya memakan waktu lama. Gunakan stick blender jika ingin lebih
cepat mencapai trace.
8. Ketika adonan sabun sudah mencapai trace maka hentikan pengadukan.
Siapkan cetakan yang sudah dilapisi plastik atau kertas.
9. Tuangkan ke dalam cetakan, jangan lupa untuk mengumpulkan sisa-sisa
yang ada di pinggir panci dengan menggunakan spatula.
10. Tutup menggunakan kain bekas atau handuk bekas bagian atas cetakan.
Untuk menjaga agar tetap panas dan melanjutkan proses saponifikasi. Letakan
di tempat yang aman dari jangkauan anak-anak dan biarkan selama 1-2 hari.
11. Kemudian keluarkan sabun dari cetakan. Potong sesuai ukuran yang
diinginkan. Simpan di tempat yang kering dengan aliran udara yang baik,
biarkan 2-4 minggu.
12. Sabun memasuki masa Curing. Saat curing, cek pH tiap satu minggu
sekali. Sabun sudah bisa digunakan jika sudah netral. Netral berarti proses
saponifikasi sudah sempurna dan tidak ada lagi alkali bebas yang terkandung.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sabun sangat bermanfaat bagi kita semua,selain membuat kita bersih
sabun juga banyak manfaat mebuat kita wangi terjahui dari berbagai
bateri.Tanpa kita pungkirin sabun sangat lah berguna bagi kita semua sebelum
makan kita wajib membersihkan tangan menggunakan sabun untuk
menghilangkan bakteri.dan berbagai manfaat lainnya bagi kita.
3.2 Saran
Perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai pengaruh perlakuan suhu dan
kecepatan pengadukan pada proses pembuatan sabun terhadap karakteritik
sabun yang dihasilkan. Hal lain yang perlu dikaji adalah kemungkinan
penggunaan lebih dari satu jenis minyak dalam satu formula sabun dengan
penambahan bahan bukan lemak yang berbeda dalam komposisi yang banyak

Anda mungkin juga menyukai