Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KOSMETOLOGI

SABUN BAYI
DISUSUN UNTUK MEMENUHI NILAI TUGAS MATA KULIAH KOSMETOLOGI

TIM PENYUSUN
CINDY SEPTIANI (202051038)
JIHAN KHUSNI AMRI (201951114)
LISA MIRANDA SYAFITRI (201951121)
LUCKY ADRIANSYAH (2019
MUHAMMAD RIFQI FADHILA (201951137)

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL


TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGHANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sabun Bayi” ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bu in
rahmi pada mata kuliah kosmetologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang apa itu sediaan kosmetik sabun bayi bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Apt. In Rahmi Fatria Fajar M.Farm yang


telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
ebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 06 Agustus 2022

2
Daftar isi
BAB I
a. Pendahuluan
b. Rumusan masalah
c. Tujuan

BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Definisi
B.

BAB III
Kesimpulan
Saran
Daftar Pustaka

3
BAB I
A. PENDAHULUAN
Sabun merupakan senyawa kimia yang salah satunya yang sudah
lama ditemukan. Tahun 2500 sebelum masehi, sabun kalium telah ditemukan
oleh masyarakat Sumeria yang dimanfaatkan sebagai pembersih wol. Sabun
berasal dari campuran minyak dengan kalium karbonat yang terdapat pada
abu kayu. Bangsa mesir pun telah menuliskan tentang sabun yang berkaitan
dengan ilmu kedokteran. Sabun dikenal dengan soap pada Bahasa Inggris
yang Bahasa Latinnya sapo yang telah digunakan pertama kali tahun 77
Masehi oleh Plinny. Sabun dibuat dengan tallow atau lemak hewan
dicampurkan dengan abu dari pembakaran kayu beech yang bisa
dimanfaatkan untuk mewarnakan rambut. Sabun sebagai pencuci dan
pembersih dengan menggunakan air.
Sabun yang memiliki tekstur keras disebut sabun batang. Sabun cair
telah digunakan meluas pada saat itu terutama sarana penunjang publik.
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium ataupun kalium berasal
asam lemak yang dapat diturunkan dari lemak ataupun minyak bereaksikan
dengan alkali dimana suhu yang digunakan yaitu 80°C hingga 100°C. Proses
ini disebut dengan saponifikasi. Lemak yang terhidrolisis oleh basa
memperoleh gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang
dipakai adalah kalium yang berasal dari pembakaran tumbuhan atau dari
arang kayu. Sabun transparan atau “Pears transparant soap” dinamai di
Inggris pada tahun 1789. Pada abad 18, sabun telah mengalami peningkatan
yang kuat khususnya di Marseilles.
Sabun adalah produk murah sejak telah berkembangnya proses Le
Blanc dalam membuat alkali yang merupakan bahan baku sabun di abad ke-
19. Nama sapo berdasarkan legenda Romawi kuno pada tahun 2800 SM
yakni asalnya Gunung Sapo, dimana pada acara keagamaan ada binatang
yang dikorbankan. Lemak dari binatang dicampur dengan abu kayu dapat
memperoleh sabun. Pada saat hujan, abu kayu dan sisa-sisa lemak mengalir
ke sungai dimana sungai itu terletak di bawah Gunung Sapo yaitu Sungai
Tiber. Bila masyarakat mencuci pakaian di aliran sungai tersebut akan
mendapatkan air sungai yang berbusa dan berubah pakaian menjadi lebih
bersih. Maka saat itu, awal sabun dikenal. Produk minyak kelapa murni (Virgin
Coconut Oil atau VCO) di bidang kosmetik telah mengalami perkembangan di
negara yang penghasil buah kelapa. Di antaranya sampo, krim antiseptik,
losion, sabun termasuk sabun transparan, minyak bayi, dan lainnya.
Sabun transparan ialah suatu produk sabun yang telah banyak
digunakan. Sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dengan
minyak hewani atau lemak nabati. Sabun dapat berbentuk wujud cair, padat,
dan lunak sebagap pembersih. Berdasarkan Dewan Standarisasi Nasional
dimana sabun merupakan produk yang dimanfaatkan dalam tujuan untuk
mengemulsi dan mencuci, terdiri dari asam lemak dengan rantai karbon C12-
C18 dan sodium atau potassium. Molekul pada sabun mengandung suatu
rantai hidrokarbon panjang plus ion. Bagian hidrokarbon dari molekul bersifat
hidrofobik dan larut dalam zat-zat non polar. Sedangkan ujung ion bersifat
hidrofilik dan larut dalam air.

4
Rantai hidrokarbon menyebabkan sebuah molekul sabun secara
keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air. Tetapi mudah tersuspensi
dalam air karena membentuk misel (micelles), yaitu segerombol molekul yang
rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung- ujung ionnya yang
menghadap ke air.

B. RUMUSAN MASALAH
Mengetahui apa itu produk kosmetik sabun bayi
Mengetahui bagaimana formula sabun bayi yang tepat untuk kulit bayi
Mengetahui masalah gangguan kulit pada bayi
Mengetahui karakteristik sabun bayi
mengetahui kulit neonantus pada bayi

C. TUJUAN
Bagaimana sabun bayi dapat disebut produk kosmetik
Apakah sabun bayi berbeda dengan produk kosmetik lainnya
Formulasi sabun bayi yang tepat dan sesuai dengan struktur kulit bayi

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

a. Definisi
Sabun bayi adalah sediaan kosmetika bayi yang berguna untuk
menjaga kehalusan, kelembutan, serta kesegaran kulit pada bayi. Pada
umumnya sabun bayi mempunyai Ph 10, dibuat secara dicetak dan
berbentuk putih keras, mengandung banyak lemak dan merupakan sabun
lunak sehingga tidak mengiritasi kulit. Sabun bayi biasanya dibuat dari
reaksi antara asam dan lemak tinggi yang terdapat dalam minyak lemak
(oleum olivarum, oleum cocos) dengan alkali (NAOH, KOH). Dan dapat
juga ditambahkan antiseptic ringan seperti hersaklorofin,
triklorkarbinilid,dll.
Kandungan zat zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi
sesuai dengan sifat dan jenis sabun. Zat- zat tersebut dapat menimbulkan
efek baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Oleh karena itu,
konsumen perlu memperhatikan kualitas sabun dengan teliti sebelum
membeli dan menggunakannya. 7 Pada pembuatan sabun, bahan dasar
yang biasa digunakan adalah : C12 – C18. Jika : < C 12 : Iritasi pada kulit
& > C20 : Kurang larut (digunakan sebagai campuran). 7 Sabun murni
terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air, gliserin, garam dan
impurity lainnya. Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapat
digunakan untuk membuat sabun. Lemak dan minyak nabati merupakan
dua tipe ester. Lemak 7 merupakan campuran ester yang dibuat dari
alcohol dan asam karboksilat seperti asam stearat, asam oleat dan asam
palmitat. Lemak padat mengandung ester dari gliserol dan asam palmitat,
sedangkan minyak, seperti minyak zaitun mengandung ester dari gliserol
asam oleat
Sabun mandi bayi adalah senyawa natrium atau kalium dengan
asam lernak yang digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk
padat, berbusa, dengan atau tanpa bahan tambahan lain serta tidak
menyebabkan iritasi pada kulit, mata dan selaput lendir.Sabun bayi tidak
jauh berbeda dari sabun biasa, tetapi mereka relatif kemurnian tinggi. Kulit
bayi yang lembut dan sensitif. Oleh karena itu minyak yang digunakan
untuk membuat sabun bayi harus bersih dan diputihkan. Tidak ada pigmen
yang diijinkan dalam sabun bayi dan aroma bahan tambahan harus
minimal. Alkali bebas yang terdapat dalam sabun bayi tidak boleh melebihi
0,05 persen sabun biasa mungkin mengandung damar dan logam
pengotor seperti nikel.Sabun bayi adalah sediaan kosmetika bayi yang
berguna untuk menjaga kehalusan, kelembutan, serta kesegaran kulit
bayi. Pada umumnya sabun bayi mempunyai pH 10, dibuat secara dicetak
dan berbentuk putih keras, mengandung banyak lemak dan merupakan
sabun lunak sehingga tidak mengiritasi kulit.Karena biasanya sabun yang
tidak pedih dimata ini diperuntukkan bagi bayi, maka kandungan kalium
yang sedikit itu masih cukup untuk membersihkan kotoran pada tubuh bayi
tentunya.

b. Syarat sabun bayi


Berikut persyaratan sabun mandi bayi yang dipersyaratkan dalam SNl 16- 4768-1998
dapat dilihat pada Tabel 2.2.

6
c. Bahan baku utama pembuatan sabun
Bahan Baku Utama Pembuatan Sabun Lemak dan minyak yang umum
digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan tiga buah
asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan gliserol. Masing
masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai
karbon panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada
lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran
trigliserida diolah menjadi sabun melalui proses saponifikasi dengan
larutan natrium hidroksida membebaskan gliserol. Sifat sifat sabun yang
dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam
asam lemak yang digunakan. Komposisi asam lemak yang sesuai dalam
pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Pada
umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari
penggunaanya karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya
panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon membentuk sabun yang
sukar larut dan sulit menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam asam
lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah teroksidasi bila terkena
udara. Alasan di atas, faktor ekonomis, dan daya jual menyebabkan lemak
dan minyak yang dibuat menjadi sabun terbatas.
Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih
rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap,
sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah
meleleh pada temperatur tinggi. Jumlah minyak atau lemak yang
digunakan dalam proses pembuatan sabun harus dibatasi karena
berbagai alasan, seperti: kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun
tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain.
Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses
pembuatan sabun di antaranya :
a. Tallow.
Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri
pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow
ditentukan dari warna, titer (temperatur solidifikasi dari asam lemak),
kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow
dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun
mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan
sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak
terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0

7
%. Titer pada tallow umumnya di atas 40°C. Tallow dengan titer di
bawah 40°C dikenal dengan nama grease.
b. Lard.
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam
lemak tak jenuh seperti oleat (60 - 65%) dan asam lemak jenuh seperti
stearat (35 - 40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus
dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi
ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih
dan mudah berbusa.
c. Palm Oil (minyak kelapa sawit).
Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti tallow.
Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa
sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya
kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan
sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih
dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan
bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan
sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus
dicampur dengan bahan lainnya.
d. Coconut Oil (minyak kelapa).
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam
industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan
diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra).
Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi,
terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap
oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki
kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.
e. Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit).
Minyak inti kelapa sawit diperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti
sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak
kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa.
Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi
dan asam lemak rantai pendek lebih rendah dari pada minyak kelapa.
f. Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin).
Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi
asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan
heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah
stearin.
g. Marine Oil.
Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil
memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga
harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai
bahan baku.
h. Castor Oil (minyak jarak).
Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat
sabun transparan. i. Olive oil (minyak zaitun). Minyak zaitun berasal
dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi
memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun
memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit.
i. Campuran minyak dan lemak.

8
Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari
campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering
dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi.
Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi
dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan
stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras
struktur sabun. Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses
saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan
ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik
dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan
dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam
pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air.
Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah
dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan
trigliserida (minyak atau lemak). 10 Ethanolamines merupakan
golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat digunakan
untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat
mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan
kesadahan air. Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak
kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih
umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai
sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang berbeda sering
dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun
dengan keunggulan tertentu.

d. Bahan Baku Pendukung Pembuatan Sabun


Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses
penyempurnaan sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan
pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk yang siap
dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan
aditif.
a. NaCl
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun.
Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl
yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun.
NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan
(kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin.
Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya
yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari
besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas.
b. Bahan Aditif
Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun
yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga
menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Builders,
Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna, dan parfum.
c. Builders (Bahan Penguat)

9
Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat
mineral mineral yang terlarut pada air, sehingga bahan bahan lain yang
berfungsi untuk mengikat lemak dan membasahi permukaan dapat
berkonsentrasi pada fungsi utamanya. Builder juga membantu
menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan
dapat berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan dan
mensuspensikan kotoran yang telah lepas. Yang sering digunakan
sebagai builder adalah senyawa senyawa kompleks fosfat, natrium sitrat,
natrium karbonat, natrium silikat atau zeolit.
d. Fillers Inert (Bahan Pengisi)
Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan baku.
Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar
volume. Keberadaan bahan ini dalam campuran bahan baku sabun
semata mata ditinjau dari aspek ekonomis. Pada umumnya, sebagai
bahan pengisi sabun digunakan sodium sulfat. Bahan lain yang sering
digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu tetra sodium pyrophosphate dan
sodium sitrat. Bahan pengisi ini berwarna putih, berbentuk bubuk, dan
mudah larut dalam air.
e. Pewarna
Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini ditujukan
agar memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk mencoba
sabun ataupun membeli sabun dengan warna yang menarik. Biasanya
warna warna sabun itu terdiri dari warna merah, putih, hijau maupun
orange.
f. Parfum
Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum memegang
peranan besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun.
Artinya, walaupun secara kualitas sabun yang ditawarkan bagus, tetapi
bila salah memberi parfum akan berakibat fatal dalam penjualannya.
Parfum untuk sabun berbentuk cairan berwarna kekuning kuningan
dengan berat jenis 0,9. Dalam perhitungan, berat parfum dalam gram (g)
dapat dikonversikan ke mililiter. Sebagai patokan 1 g parfum = 1,1ml.
Pada dasarnya, jenis parfum untuk sabun dapat dibagi ke dalam dua jenis,
yaitu parfum umum dan parfum ekslusif. Parfum umum mempunyai aroma
yang sudah dikenal umum di masyarakat seperti aroma mawar dan aroma
kenanga. Pada umumnya, produsen sabun menggunakan jenis parfum
yang ekslusif. Artinya, aroma dari parfum tersebut sangat khas dan tidak
ada produsen lain yang menggunakannya. Kekhasan parfum ekslusif ini
diimbangi dengan harganya yang lebih mahal dari jenis parfum umum.
Beberapa nama parfum yang digunakan dalam pembuatan sabun
diantaranya bouquct deep water, alpine, dan spring flower.
g. Humectan Digunakan untuk merawat kulit agar tetap terlihat muda,
yang mana sangat erat hubungannya dengan kelembutan kulit. Bahan
yang biasa digunakan adalah : Glyserin, Propilenglikol, Sorbitol, Sodium
hyaluronat, Sodium lactat.

10
h. Antioksidan Karena sabun tersusun dari asam lemak,minyak,lilin,
dimana senyawa-senyawa tersebut mengandung ikatan tidak jenuh, dan
sebagaimana diketahui bahwa ikatan jenuh akan mudah teroksidasi.
Reaksi tersebut ditandai dengan adanya bau tengik atau sabun yang kita
gunakan menjadi iritan terhadap kulit. Untuk menjaga kualitas sabun dari
reaksi oksidasi,diperlukan bahan antioksidan. Bahan yang biasa
digunakan adalah : Tokoferol, BHT ( dibutil hydroxyltoluen), BHA ( butyl
hydroxyanysol), Ester asam gallat, NDGA (Nonhydroxyquaiaretic acid).
Dapat digunakan tunggal atau bersama-sama, baik juga bila ditambahkan
bahan promoter antioksidan (sequestering agent).
i. Sequestering agent
Apabila logam tercampur ke dalam bahan sabun atau kosmetik, baik
secara langsung atau tidak langsung akan merendahkan kualitasnya. Ion
logam dapat merubah bau,warna atau dapat menambah oksidasi bahan
mentah yang berasal dari minyak. Selanjutnya dapat menghambat aksi
farmasi dan menyebabkan hilangnya penampilan,fungsi, dan essensinya,
dan pada sabun transparan dapat menyebabkan hilangnya
transparansinya. Senyawa yang dapat membuat pasif ion logam tersebut
adalah sesquestering agent. Bahan yang biasa digunakan adalah : EDTA,
Asam phosporat, Asam sitrat, Asam askorbat, Asam suksinat, Asam
glukonat.

e. Karakteristik sabun bayi


sesuai perkembangan zaman, sabun memiliki karakteristik[75-77] dari
berbagai bentuk sabun yaitu:
1. Sabun cair, yang terbuat dari minyak kelapa dan minyak lainnya,
menggunakan alkali KOH, berbentuk cair yang tidak mengental pada suhu
kamar.
2. Sabun lunak, terbuat dari minyak kelapa dan minyak lainnya yang
bersifat tidak jenuh, menggunakan alkali KOH, berbentuk pasta dan
dicampurkan air akan larut.
3. Sabun keras, terbuat dari lemak netral padat dari minyak yeng telah
keras, dengan proses hidrogenasi, menggunakan alkali NaOH serta sukar
larut dalam air.

f. Metode - Metode Pembuatan Sabun bayi


Untuk mendapatkan sabun berkualitas dapat menggunakan dua metode,
yaitu:
a. Metode Batch
Pada metode batch, lemak atau minyak terlebih dahulu dipanaskan
dengan sebuah alkali (NaOH atau KOH) berlebih pada sebuah ketel. Bila
penyabunan selesai, ditambahkan garam-garam agar dapat
mengendapkan sabun. Pada lapisan air yang terkandung gliserol, garam,
dan kelebihan alkali dipisahkan dan pada proses penyulingan akan
memperoleh gliserol. Endapan sabun gubal dicampur dengan garam,
gliserol, dan gliserol lalu dimurnikan menggunakan air dan diendapkan
berkali-kali dengan garam. Pada proses akhir endapan melakukan
perebusan menggunakan air agar menghasilkan campuran halus yang

11
berupa lapisan homogen dan mengapung. Sabun tersebut bisa dijual
tanpa adanya pengolahan lanjut. Seperti pasir atau batu apung sebagai
bahan pengisi dapat ditambahkan sebagai pembuatan sabun gosok.
Dengan beberapa perlakuan dibutuhkan pada sabun gubal agar dapat
menjadi sabun mandi, sabun obat, sabun bubuk, sabun cuci, sabun apung
(dilarutkan di udara), sabun wangi, dan sabun cair.
b. Metode Kontinu
Metode ini adalah metode yang banyak dilakukan pada zaman modern ini,
lemak atau minyak terhidrolisis oleh air pada suhu dan tekanan tinggi
dengan dibantu oleh katalis[113] seperti sabun seng[114]. Minyak atau
lemak dimasukkan dengan secara kontinu dari ujung reaktor besar salah
satunya. Gliserol dan asam lemak yang telah terbentuk kemudian
mengeluarkannya dari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan.
Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.

g. Kulit neonantus
Neonatus adalah periode kehidupan pertama bayi ekstrauterin hingga usia
28 hari.1 Kulit neonatus memiliki peran penting dalam transisi dari
lingkungan intrauterin menjadi ekstrauterin. Terdapat beberapa perbedaan
kondisi kulit neonatus dibandingkan dewasa, seperti lebih mudah terluka
akibat trauma dan infeksi, sehingga membutuhkan perawatan yang
sesuai.2,3 Fungsi kulit pada neonatus adalah sebagai termoregulasi,
barrier terhadap toxin dan infeksi, ekskresi air dan elektrolit, penyimpanan
lemak, dan sensasi taktil. Tujuan perawatan kulit neonatus adalah untuk
mengurangi injuri karena trauma, menjaga kemampuan barrier, dan
mempertahankan integritas kulit.
Penggunaan sabun dan pembersih yang tidak optimal dapat merusak
lapisan epidermis dan acid mantle, sehingga kulit menjadi kering dan
mengganggu keseimbangan antara kulit dan lingkungan. Terganggunya
kondisi kulit dapat memicu berbagai macam penyakit seperti dermatitis
popok dan atopi.3 Tulisan ini mengenai perawatan kulit pada bayi,
terutama dalam usia 4 minggu pertama.

GANGGUAN KULIT NEONATUS


Dalam empat minggu pertama banyak kemungkinan keluhan kulit, seperti
erythema toxicum neonatorum, transient neonatal pustular melanosis,
neonatal acne, milia, miliaria, dermatitis atopi, dan dermatitis popok.4,5
Dermatitis atopi dan dermatitis popok adalah dua tipe penyakit yang
berhubungan dengan perawatan kulit pada neonatus. Gangguan integritas
barrier kulit berperan pada onset dini dan derajat keparahan dermatitis
atopi; 45% dermatitis atopi dimulai dari lahir hingga usia 6 bulan.5
Dermatitis popok adalah kondisi kulit kompleks dengan karakter gangguan
barrier epidermis pada daerah bokong, perianal, lipatan paha dalam, dan
abdomen. Kondisi oklusi kulit daerah penggunaan popok, gesekan,
aktivitas lipolisis dan proteolisis feses, meningkatnya pH meningkatkan
aktivitas protease sehingga menghancurkan corneodesmosomes
permukaan kulit, dan kontak dengan urin dapat memicu dermatitis.

12
h. Masalah/gangguan pada kulit bayi
Bayi memiliki permasalahan yang luas dan kompleks, terutama
masalah kulit. Semua bayi memiliki kulit yang sangat peka dalam bulan-
bulan pertama kehidupan. Kondisi kulit pada bayi yang relatif lebih tipis ini
menyebabkan bayi lebih rentan terhadap infeksi, iritasi, dan alergi. Secara
struktural dapat dilihat bahwa kulit pada bayi belum berkembang dan
berfungsi optimal.
Semua bayi memiliki kulit yang sangat peka, berbeda dengan kulit
orang dewasa yang tebal dan mantap, kondisi kulit pada bayi yang relatif
tipis menyebabkan bayi lebih rentan terhadap infeksi, iritasi, dan alergi.
Secara struktural, kulit bayi dan balita belum berkembang dan berfungsi
secara optimal, sehingga diperlukan perawatan yang lebih menekankan
pada perawatan kulit, sehingga bisa meningkatkan fungsi utama kulit
sebagai pelindung dari pengaruh luar tubuh. Selain perawatan kulit rutin,
para orang tua juga perlu memperhatikan perawatan kulit pada daerah
yang tertutup popok agar tidak terjadi gangguan. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk mencegah ganguan kulit tersebut adalah dengan
perawatan perianal Gangguan kulit yang sering timbul pada bayi antara
lain yaitu dermatitis atopik, seborhea, bisul, miliariasis (keringat buntat),
alergi dan peradangan berupa ruam kulit yang dikenal dengan dermatitis
diapers atau ruam popok. Dermatitis diapers atau ruam popok adalah
gangguan kulit yang timbul akibat radang di daerah yang tertutup popok,
yaitu di alat kelamin, sekitar dubur, bokong, lipatan paha, dan perut bagian
bawah. Penyakit dermatitis dipengaruhi oleh faktor genetik (intrinsik) dan
lingkungan (ekstrinsik) yang mampu mengatur ekspresi genetik pada
tingkat tertentu.
Dermatitis popok adalah segala erupsi yang mengenai kulit daerah
yang ditutupi popok. Dermatitis popok merupakan kondisi dermatologi
yang sering dialami bayi dan anak.1 Biasanya dialami oleh bayi 3-12
minggu, puncaknya pada usia 9-12 bulan, namun dapat juga dialami oleh
orang dewasa yang memakai popok. selama periode pemakaian popok,
diperkirakan terdapat 7% - 35% populasi bayi terkena dermatitis popok
perbandingannya sama antara laki-laki dan perempuan.Lapisan stratum
korneum lebih tipis dan rapat pada bayi usia <12 bulan. Hal ini yang
mempengaruhi insidens dermatitis popok pada bayi berusia <12 bulan
faktor lainnya yang menentukan fragilitas kulit bayi adalah maturitas kulit
bayi pada prematur. Bayi prematur memiliki struktur kulit yang lebih tipis
dan rapuh dibandingkan dengan bayi yang aterm. Dermatitis popok iritan
paling sering terjadi pada area yang berkontak dengan popok. Lesi
biasanya terbatas pada area yang terekspos zat iritan, seperti regio
genitalia, bokong, femoral atas, dan perut bagian bawah dengan derajat
keparahan bervariasi dari minimal-berat. Manifestasi klinis beragam,
umumnya berupa gejala iritasi, seperti eritema akut. Manifestasi dapat
makin kompleks apabila disertai infeksi mikroorganisme dan kondisi medik
lain.

Dermatitis merupakan penyakit peradangan kulit kronik spesifik yang


terjadi akibat riwayat atopik pada dirinya sendiri ataupun keluarga ditandai
rasa gatal yang disebabkan oleh hiperaktivitas kulit yang secara klinis
bermanifestasi sebagai lesi eksematosa dengan distribusi lesi yang khas.

13
Permasalahan yang sering dihadapi pada anak yang menderita dermatitis
adalah rasa gatal yang menyebabkan anak rewel, kelainan kulit yang
menimbulkan rasa rendah diri pada anak yang lebih besar serta
menghindar berbagai jenis makanan alergen yang dapat menimbulkan
gangguan gizi yang akhirnya secara keseluruhan menyebabkan gangguan
tumbuh kembang anak.
Adanya faktor genetik dapat diketahui dengan cara anamnesis yang
baik, tetapi pada beberapa penelitian ternyata 15-30% kasus tidak
memiliki riwayat genetik. Munculnya penyakit dermatitis dapat dipicu oleh
salah satu atau beberapa faktor, antara lain adalah faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi faktor genetik dan faktor usia,
sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor lingkungan seperti faktor
mikroorganisme penyebab infeksi, faktor paparan aeroallergen, paparan
bahan iritan (wool, lotion, desinfektan), serta adanya alergi pada jenis
makanan tertentu. Bayi yang terpapar asap rokok memiliki prevalensi
dermatitis lebih banyak jika dibandingkan dengan yang tidak terpapar.
Selain itu bayi memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami
penyakit dermatitis apabila berada pada lingkungan yang lembab dan
tidak memiliki tingkat kebersihan atau kehigenisan yang cukup.

Lima aspek utama untuk mencegah dermatitis popok antara lain:


1. Frekuensi mengganti popok sekitar 7 kali dalam 1 hari
2. Menggunakan popok dengan kemampuan absorpsi yang baik
(superabsorbent diaper) 3. Mencegah infeksi dengan menjaga kebersihan
orang yang merawat
4. Menangani (bila ada) penyakit penyerta yang memicu iritasi
5. Menggunakan popok satu kali pakai
.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Daftar Pustaka
Aji nur, 2018; sediaan sabun cair antiseptic untuk bayi dengan zat aktif dari
bahan alam. Universitas Pancasila.Jakarta.
Fauzi Indah Gusti, Indri Novita Sari, Miranda Putri Dwi Gultom, Rendi
Ananda, 2020; Industri sabun FMIPA, Universitas Negeri Padang.
Agustinus Oktatika Pratiwi, Cintyadewi Wignjosoesastro, Daniela Angeline,
2017; Formulasi topikal untuk manajemen dermatitis popok pada bayi CDK-
250/vol.44 no.3
Indika Raihan, Linda adriani, Wulandari. 2020; Faktor yang mempengaruhi
kejadian dermatitis pada bayi. Darussalam Indonesian journal of nursing and
midwifery volume 1 nomor 1, page 42-45
Setiawan ricky, 2019; Teknik perawatan kulit neonantus RSUD Sjafrie
Rachman. Bangka Indonesia.

15

Anda mungkin juga menyukai