Sediaan Sirup merupakan sediaan cair yang berupa larutan yang ditandai dengan
rasa manis dengan kandungan sakrosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari
66,0%. Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang
berkadar tinggi (sirup simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa).
Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64- 66%, kecuali dinyatakan lain (Depkes RI,
1979). Sediaan Sirup merupakan sediaan cair yang berupa larutan yang ditandai
dengan rasa manis dengan kandungan sakrosa tidak kurang dari 64% dan tidak
lebih dari 66,0%.
Sirup terdiri dari dari zat aktif, pelarut, pemanis, zat penstabil, pengawet,
pengental, pewarna, pewangi, perasa, dan pengisotonis. Zat aktif merupakan zat
utama / zat yang berkhasiat dalam sediaan sirup.
Stabilitas
Stabilitas merupakan faktor penting dari kualitas, keamanan
dan kemanjuran produk obat. Ketidakstabilan produk obat
dapat mengakibatkan perubahan fisik (seperti kekerasan,
laju disolusi, pemisahan fase, dll) serta karakteristik kimia
(pembentukan zat dekomposisi berisiko tinggi).
Ketidakstabilan mikrobiologis dari produk obat steril juga
bisa berbahaya
• Pada prinsipnya, pengujian stabilitas harus bias terhadap kondisi
yang lebih stres daripada kondisi stres yang lebih sedikit sehingga
memberikan margin kesalahan yang menguntungkan pasien dan
untuk meningkatkan kemungkinan mengidentifikasi zat atau
formulasi yang menimbulkan masalah stabilitas tertentu.
Suatu obat dapat dikatakan stabil jika kadarnya tidak berkurang dalam
penyimpanan
Evaluasi pada formulasi obat khususnya untuk uji stabilitas dapat digunakan 2
metode yaitu uji stabilitas real time dan uji stabilitas dipercepat. Untuk kedua
metode tersebut yang harus dilakukan adalah mengambil 10 atau lebih formulasi
lalu ditempatkan pada kondisi real time (misalnya 5o C) dan kondisi saat stabilitas
dipercepat (misalnya 30°C / 65% RH. Waktu yang dibutuhkan untuk menguji
stabilitas tersebut adalah 6 sampai 2 tahun atau untuk masing-masing formulasi
adalah 1 sampai 3 bulan penelitian (Kelly. 2008).
• Oksigen
Reaksi oksidasi ini dapat mempengaruhi kestabilan obat karena dapat
mendegradasi obat tersebut
• Suhu
Suhu yang tinggi dapat mempengaruhi semua reaksi kimia. Kenaikan
suhu akan mempercepat reaksi kimia suatu obat
• pH
pH dapat mempengaruhi tingkat dekomposisi obat, Dengan adanya
penambahan asam ataupun basa dapat menyebabkan penguraian larutan
obat menjadi dipercepat dan menyebabkan obat menjadi tidak stabil.
(Gokani, H. Rina D, N. Kinjal, 2012).
Pencampuran obat
Untuk setiap produk obat atau pengencer yang dimaksudkan untuk
digunakan sebagai aditif untuk produk obat lain, ada potensi
ketidakcocokan. Dalam kasus seperti itu, produk obat yang diberi label
untuk diberikan dengan tambahan produk obat lain (misalnya parenteral,
larutan inhalasi), harus dievaluasi stabilitas dan kompatibilitasnya dalam
campuran dengan produk obat lain atau dengan pengencer baik secara
tegak lurus maupun terbalik. -orientasi samping, jika diperlukan,
Metode uji
Adapun beberapa metode pengujian yang dilakukan berdasarkan jurnal
yang dipilih :
Penyiapan Sampel
Analisa kadar zat aktif
Uji linearitas
Pengukuran Ph sediaan
Pengukuran viskositas sediaan
Uji antibakteri
Pewarnaan gram
Redispersibilitas
Interpretasi Data
1 Jurnal 1 dengan judul “uji stabilitas fisik dan kimia sediaan sirup
racikan yang mengandung erdostein”
Analisa Data Kadar zat aktif erdostein, pH, dan viskositas pada setiap waktu
pengujian kemudian dibandingkan dengan nilai awal (t0). Kemudian dihitung
persentase perubahan kadar zat aktif dan viskositas dan dilanjutkan analisa
secara statistik dengan metode uji t berpasangan (paired-samples t test)
dengan selang kepercayaan 95%. Analisa statistik dilakukan dengan bantuan
software SPSS versi 20. Untuk perbandingan, dihitung pula besar perubahan
kadar zat
Kadar zat aktif Erdostein dalam sampel obat racikan baik yang disimpan
di lemari es (4oC) maupun suhu kamar (25oC) mengalami perubahan
kadar di setiap waktu pengujian, dibandingkan kadar awal. Perubahan
kadar terbesar terjadi pada hari ke-6 (mencapai 8,98%). pH sampel
racikan meningkat signifikan secara statistik (p<0,05) di kedua kondisi
penyimpanan, dibandingkan pH awal, terutama pada hari ke-7
(mencapai 10,21%). Viskositas pada kedua kondisi penyimpanan
mengalami peningkatan yang signifikan secara statistik (p<0,05)
dibandingkan viskositas awal, terutama mulai hari ke-5. Peningkatan
viskositas sirup racikan yang disimpan di lemari es lebih besar
(mencapai 228,58%) daripada viskositas sirup racikan yang disimpan di
suhu kamar (mencapai 179,46%).
2 Jurnal 2 dengan judul “uji stabilitas fisik dan daya antibakteri
suspensi eritromisin dengan suspending agent pulvis gummi arabici”
Data hasil evaluasi stabilitas fisik suspensi eritromisin (volume
sedimentasi, mudah tidaknya dituang, ukuran partikel, viskositas, dan
redispersibilitas) dan pengukuran diameter zona hambat pada media
agar diuji distribusi normalnya dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Data
kemudian dilakukan uji anava dua jalan dengan taraf kepercayaan 95%.
analisis dilanjutkan dengan t independent-test
Suspensi formula I yang mengandung PGA konsentrasi 5% memiliki
stabilitas yang paling baik, karena memiliki ukuran partikel yang kecil
dan konstan selama penyimpanan, volume sedimentasi yang terbentuk
lambat, memberikan waktu tuang dan waktu untuk suspensi terdispersi
kembali cepat.
Suspensi masih memiliki daya antibakteri sampai penyimpanan hari ke-
60. formula-II yang mengandung PGA konsentrasi 75% mempunyai
diameter yang konstan selama penyimpanan.
3,Jurnal 3 berjudul “studi literatur uji stabilitas sediaan farmasi bahan
alam”
Sirup mengandung ekstrak temulawak