Anggota Kelompok :
Abstrak
16.1 Pendahuluan
Stabilitas obat sebagai faktor penting dalam pembuatan produk farmasi. Ini adalah
sifat bentuk sediaan farmasi, yang penting untuk integritas farmakologis, mikroba,
fisik, dan kimia selama penyimpanan dan penggunaannya. Ada berbagai sifat obat
yang dipelajari untuk mengetahui stabilitasnya: kekuatan ionik, pH, dan konstanta laju
reaksi pada kondisi lingkungan yang berbeda. Kinetika kimia adalah ilmu fisiokimia
yang mempelajari reaksi-reaksi yang terlibat dalam berbagai mekanisme kerja dan
rekayasanya pada tingkat molekuler
Bentuk sediaan padat adalah bentuk obat yang paling umum digunakan dan dapat
diberikan secara oral. Berikut ini adalah jenis-jenis bentuk sediaan padat.
serbuk sebagai sediaan farmasi yang terdiri dari campuran kering obat yang dihaluskan
yang ditujukan untuk penggunaan internal atau eksternal. Bahan padat yang ada
dalam bubuk pertama-tama dikarakterisasi sifat fisiokimianya seperti ukuran partikel,
kelarutan, dan kompatibilitas. Butiran adalah aglomerat campuran bubuk
16.2.2 Kapsul
Kapsul adalah sediaan farmasi yang dapat dimakan yang dibungkus dalam wadah
gelatin untuk diisi dengan obat atau bahan inert.
16.2.3 Tablet
Tablet adalah bentuk sediaan padat yang dibuat dengan tiga metode berbeda, yaitu
granulasi basah, granulasi kering, dan metode kempa langsung dengan atau tanpa
bahan tambahan.
16.2.4 Bentuk Sediaan Pelepasan Modifikasi Oral Padat dan Sistem Penghantaran Obat
Pelepasan padat yang dimodifikasi secara oral mengacu pada bentuk sediaan
pelepasan tertunda dan pelepasan diperpanjang yang ditujukan untuk penggunaan
oral dan memodifikasi penghantaran obat yang sukar larut dalam air.
16.3 Stabilitas, Jenisnya, dan Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Bentuk Sediaan
Padat
16.3.1 Stabilitas
Stabilitas obat mempengaruhi mutu dan keamanan obat, yang diuji rasionalitas
produknya. Studi stabilitas dan pengujiannya adalah bagian penting dari studi stabilitas
biologis, fisik, dan kimia. Berikut ini adalah jenis-jenis studi stabilitas
Untuk mengatasi ketidakstabilan ini, banyak proses evaluasi yang digunakan untuk
rasionalitas produk obat. Hal ini mencakup evaluasi organoleptik terhadap warna atau
kenampakan formulasi, keseragaman, kelarutan, dan daya suspabilitas formulasi.
Stabilitas fisik mempengaruhi umur simpan dan kondisi penyimpanan bentuk sediaan
padat. Proses pengujian konvensional dalam penyelidikan visual juga penting tetapi
tidak cukup. Oleh karena itu, tambahan teknik evaluasi sub-visual juga ditambahkan
untuk rasionalitas formulasi.
(ii) Perubahan warna awal formulasi (perbandingan warna berkisar dari kuning ke
coklat dengan pengenceran standar merah, kuning, dan coklat: uji European
Pharmacopoeia edisi ke-7 2.2.2 dan 2.9.20) Evaluasi visual harus distandarisasi
berdasarkan monografi farmakope.
Endapan mikro dalam formulasi tidak terdeteksi melalui pemeriksaan optik dan dapat
dideteksi setelah beberapa waktu terutama pada suhu rendah . Teori nukleasi model
Lumry-Eyring menjelaskan bahwa molekul obat teradsorpsi pada permukaan apa pun
yang terkontaminasi mikropartikel selama proses pengenceran yang menghasilkan
pembentukan mikroagregat
(iii) Studi turbidimetri (tiga panjang gelombang pada 350, 420, dan 530 nm digunakan
untuk mengevaluasi mikropartikel)
Stabilitas kimia dapat didefinisikan sebagai tidak adanya pembusukan kimia apapun
pada entitas kimia yang ditemukan dalam formulasi dalam bentuk eksipien atau
pengawet.
Metode utama untuk mengidentifikasi ketidakstabilan kimia adalah variasi pH. Variasi
ini harus diperiksa dan diukur sampai akhir penelitian. Selama proses ini, hal yang
harus dihindari adalah segala bentuk degredasi obat. Penyebab utama variasi pH bisa
jadi karena CO2 yang mudah berdifusi melalui wadah berbanding plastik, atau
penyebab lainnya bisa jadi karena pengasaman larutan non-buffer, namun kondisi ini
berlaku untuk obat yang sensitif terhadap asam, jadi tidak ditemukan pengasaman jika
obat ini tidak sensitif terhadap asam Ketidakstabilan kimia terlihat jelas pada obat
yang disimpan dalam kantong plastik karena terjadi difusi uap air menjadi penyebab
hilangnya air. Oleh karena itu, untuk stabilitas yang lebih baik, harus dibungkus dengan
berlapis-lapis untuk mencegah kehilangan air dan masalah penyerapan cahaya.
a. Suhu
Suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi stabilitas bahan obat karena
suhu tinggi dapat menyebabkan oksidasi, reduksi atau hidrolisis yang dapat
menyebabkan degradasi produk obat
b. pH
pH asam atau basa dapat menentukan hasil zat obat, sehingga dapat
menyebabkan degradasi. Sebagian besar obar tetap stabil pada pH 4 sampai 8. Obat
yang bersifat asam lemah atau basa lemah menunjukkan kelarutan yang baik dalam
bentuk terionisasi dan mudah terurai
c. Cahaya
d. Oksigen
No Keterbatasan
1 Metode fisik dan kimia yang digunakan untuk mengevaluasi formulasi obat
adalah tidak beradaptasi bahkan jika mereka mengikuti pedoman ICH
2 Studi stabilitas tersebut, yang didasarkan pada persamaan Arrhenius, hanya
valid jika penguraiannya bergantung pada suhu
3 Energi aktivasi yang dicapai dalam penelitian ini harus antara 10-30 kkal
4 Munculnya ketidakstabilan yang disebabkan oleh kondisi yang penuh
5 Masih diperlukan desain studi yang lebih rasional dan tepat, seperti studi siklus
sekuensial atau isotermal, untuk memvalidasi studi stabilitas
6 Persyaratan khusus yang terkait dengan stabilitas fisik tidak cukuo\p
7 Kondisi penyimpanan bentuk sediaan padat tidak dikelola secara akurat
membuat obat tersedia pada 90% dari jumlah teoritisnya
Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi (reaktan) atau hasil reaksi (produk)
per satuan waktu. Besaran laju reaksi dapat dilihat dari ukuran cepat lambatnya suatu
reaksi kimia. Dengan persamaan sebagai berikut:
𝑎 𝑏 𝑐
r = k [𝑋] [𝑌] [𝑍]
k merupakan tetapan laju. [X], [Y], [Z] merupakan konsentrasi pereaksi, a;b;c
merupakan orde reaksi
A!C
Rate ¼ y 1 ½ A
Orde reaksi keseluruhan ¼ adalah 1. Jadi dapat dikatakan bahwa ini adalah orde
pertama
AϸB!C
Rate ¼ y 1 ½ A
Orde reaksi keseluruhan adalah 1+1 ¼ 2. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
reaksi tersebut merupakan reaksi orde dua.
Reaksi orde nyata atau semu adalah ketika salah satu konsentrasi terdapat dalam
jumlah besar tidak mempengaruhi reaksi lain baik secara keseluruhan maupun jarang
terjadi dan reaksinya dapat dipertahankan konstan.
Reaksi orde nol merupakan reaksi ketika terjadi penguraian baik ketika dimulai
maupun secara berlanjut reaksi ini dapat berlangsung dengan laju konstan dan tidak
bergantung pada konsentrasi reaktan. Persamaan reaksi laju orde nol sebagai berikut:
Hukum laju= k0
Reaksi orde satu merupakan reaksi ketika laju reaksi tergantung pada satu reaktan.
Persamaan laju reaksi orde satu sebagai berikut:
keterangan :
16.5.6 Reaksi Order Dua Dapat dikatakan sebagai reaksi orde dua yaitu ketika
kecepatan reaksi bergantung pada konsentrasi dua reaktan. Persamaan laju reaksi
orde dua
Laju = k2[A][B]
Kimia kimia adalah cabang dari kimia fisika yang mempelajari laju konversi reaktan
menjadi produk, perubahan konsentrasu reaktan atau produk sebagai fungsi dan
waktu, faktor –faktor yang mempengaruhi laju reaksi seperti sifat dan ukuran,
pereaksi,
konsentrasi, suhu, luas permukaan bidang sentukh dan katalis dan dapat dilakukan
secara abiotic atau sistem biotik.
Tujuan utama dari kinetika kimia adalah untuk memahami keseluruhan perubahan
kimia yang terjadi dalam reaksi , mengetahui mekanisme suatu reaksi apabila langkah
dasar lebih dari satu maka suatu reaktan setelah melewati perantara akan diubah
menjadi produk antara sebelum konversi menjadi produk akhir. Gambar 16.1
menunjukkan pembentukan zat antara dengan melibatkan dua reaktan k+1 dan k+2
secara irreversible berubah menjadi produk k+2.k+1 dan k+2 ditetapkan sebagai
konstanta laju mikroskopis maju.
Gambar 16.1 kinetik dasar mekanisme untuk konversi dua reaktan molekul
menjadi produk akhir
Kinetika kimia diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan laju reaksi yaitu
sebagai berikut;
Reaksi dangat cepat atau seketika merupakan reaksi yang diselesaikan segera pada
tingkat yang sangat cepat , pada umumnya bersifat ionik reaksi dan dapat selesai
dalam waktu minimum 10-14 detik.
16.5.8.2 Reaksi Sedang
Reaksi sedang adalah reaksi yang dimulai dan selesai dalam waktu yang
diperhitungkan; reaksi ini terjadi pada suhu normal, dalam reaksi ini , sejumlah besar
ikatan dalam reaktan putus terurai, dan banyak ikatan baru dalam produk terbentuk,
umunya reaksi ini bersifat molekuler dimana reaksi ini molekul molekul reaktan saling
berinteraksi dan membentuk ikatan-ikatan sementara sebelum terjadi pemutusan
ikatan dan pembentukan produk akhir ( kompleks reaktan).
Reaksi sangat lambat adalah reaksi yang terjadi dalam hitungan bulan sehingga
membutuhkan banyak aktu dalam menyelesaikan reaksi.
Terdapat empat faktor utama yang dapat mempengaruhi laju reaksi, yaitu :
1. Konsentrasi reaktan
Laju reaksi yang tinggi dipengaruhi oleh adanya tingginya jumlah reaktan,
mekanismenya yaitu dengan meningkatkan tumbukan dalam periode waktu
tertentu, kondisi tersebut tidak berlaku untuk orde nol, disisi lain konsentrasi yang
lebih tinggi dapat menyebabkan penurunan laju reaksi.
2. Luas permukaan dan medium reaktan
Laju reaksi dapat berkaitan dengan luas permukaan atau medium reaksi dimana
reaksi berlangsung , kondisi ini diterapkan terutama untuk reaktan yang berada
dalam fase heterogen. Laju reaksi dapat berubah sesuai dengan bentuk atau
ukuran reaktan dalam fase padat. Demikian juga variasi keadaan fisik reaktan,
memvariasikan frekuensi reaksi, kadaan ini kemungkinan berair atau
organik,padat, cair, atau gas dan keadaan polar atau non-polar.
3. Temperatur
Reaksi umum pada banyak reaksi kimia bahwa meningkatnya suhu media reaksi
akan mempercepat reaksi. Semakin tinggi suhu semakin tinggi energi kinetic rata-
rata molekul dan semakin tinggi pula tumbukan efektif dalam satuan waktu.
Pada gambaer 16.2 sesuatu yang berubah dalam reaksi kimia kemungkinan adalah
reaktan atau spesies kimia yang akan menghentikan atau memperlambat reaksi
kimia tersebut.
Gambar 16.2 pengaruh terhadap suhu terhadap energi kinetic versus gaya
tarik molekul.
4. Adanya katalis
Katalis merupakan suatu zat yang mempercepat frekuensi reaksi tanpa digunakan
dalam suatu proses. Katalis memiliki kemampuan untuk meningkatkan tumbuhkan
antar reaktan dan mengubah jalur untuk memperoleh produk sehingga
menghasilkan tumbukan yang lebih efektif. Hal tersebut mengakibatkan
berkurangnya ikatan intramolekul reaktan yang menyebabkan penyelesaian reaksi
lebih cepat.
5. Tekanan
Semakin tinggi tekanan yang diterapkan pada reaksi semakin tinggi juga laju
reaksinya. Faktor ini berlaku untuk bentuk gas tetapi tidak signifikan untuk
padatan dan cairan.
6. Pencampuran
Peningkatan pencampuran reaktan akan meningkatkan kecepatan reaksi.
16.6 Pedoman (Seperti FDA dan ICH) untuk Studi Stabilitas dan Kinetika Kimia
Pedoman mum untuk studi stabilitas dipilih untuk menjamin stabilitas formulasi.
Terdapat otoritas pengawas obat di beberapa negara, yang memaksa produsen obat
untuk menerahkan data stabilitas produk mereka. Tujuan utama mengumpulkan data
stabilitas dari berbagai produsen adalah untuk menciptakan keseragaman dalam
pengujian. Pedoman tersebut mencakup poin-poin dasar yang terkait dengan studi
stabilitas. Pedoman pertama hadir pada tahun 1980an, yang kemudian diatur ole
Konferensi Internasional tentang Harmonisasi (ICH) untuk registrasi produk
Proses stress test dilakukan untuk mengetahui produk yang dapat terdegradasi dalam
bahan obat. Dengan demikian dapat mengungkap jalur degradasi dan stabilitas dasar
formulasi secara Keseluruhan. Sifat stress test sepenuhnya bergantung pada campuran
obatnya sendiri.
Pengujian stres digunakan pada batch individu dan digunakan untuk mengevaluasi
produk obat pada kondisi suhu yang berbeda dengan kenaikan 10° dan. kelembaban
seiring dengan efek oksidasi, hidrolisis, fotostabilitas, dan fotolisis.
Untuk menilai pengujian stabilitas dalam formulasi farmasi, dunia dibagi menjadi
empat zona tergantung pada kondisi atmosfer zona tersebut. Kondisi ini diperoleh
dengan menghitung rata-rata suhu tahunan dan rata-rata kelembaban tahunan iklim.
Jadi, dengan menghitung suhu dan kelembaban ini, diperoleh kondisi pengujian
stabilitas atau kondisi pengujian jangka panjang dan dipercepat.
Tabel 16.2 Zona iklim, beserta Negara dan rata-rata tekanan uap air parsial
tahunan serta Kondisi pengujian jangka panajang
Studi stabilitas diterapkan secara berbeda pada jenis batch yang berbeda. Apabila
produk obat berada pada tahap awal dan memerlukan registrasi, studi stabilitas
dilakukan pada satu batch, sedangkan untuk produk baru, diperlukan tiga batch primer
untuk studi stabilitas. Di sisi lain, obat yang sudah mapan dapat memberikan data
bahkan dua studi stabilitas. Mutu formulasi obat secara keseluruhan harus
mencerminkan mutu keseluruhan yang disiapkan pada skala produksi.
Pengujian terhadap produk dilakukan pada wadah yang ditentukan untuk produk
tersebut, dan penutupan vang tepat diperlukan untuk memasarkan produk.
Pengemasan produk obat harus berupa kemasan blister, kemasan strip alumunium,
botol HDPE, dan lain-lain. Kemasan sekunder juga merupakan bagian dari penutupan.
Produk yang ditemukan dalam wadah berbeda diuji secara terpisah, meskipun wadah
berisi obat dalam jumlah besar diuji dalam wadah prototipe, jika segera diproses untuk
kemasan sebenarnya.
16.6.6 Spesifikasi
Studi stabilitas berbagai jenis bahan obat seperti obat yang dapat terdegradasi atau
obat yang rentan terhadap perubahan akibat kondisi penyimpanan memerlukan daftar
proses analisis dan kriteria yang diusulkan yang dibahas dalam ICH, Q6B dan Q6A.
Kriteria dan proses in secara kolaboratif disebut sebagai spesifikasi. Pengujian tersebut
meliputi pengujian fisiokimia, pengujian biologi, dan pengujian mikrobiologi.
Obat yang mempunyai kondisi penyimpanan jangka panjang, diuji setiap 3 bulan, 6
bulan, dan setiap tahun masing-masing pada tahun pertama, tahun kedua, dan
selanjutnya sepanjang periode tersebut.
Bahan bat diuii kondisi penyimpanannya dengan menerapkan uji stabilitas termal dan
kecenderungan menyerap kelembapan serta dengan mengukur potensi kehilangan
pelarut. Studi penyimpanan memili kondisi atau jangka waktu dimana obat tetap tidak
berubah sampai penyimpanan, pengiriman, dan penggunaan (Tabel 16.3).
16.7 Mengapa Studi Stabilitas Untuk Bentuk Sediaan Padat Perlu Dilakukan
Pertama dan terpenting, perlunya studi stabilitas karena hal ini merupakan
persyaratan. hukum untuk formulasi obat. Ini meyakinkan pasien tentang rasionalitas
obat. Studi stabilitas bentuk sediaan padat merupakan tugas yang penting dan
menantang karena dapat mempengaruhi bahan aktif yang ada, dan hal ini wajib
dilakukan bahkan jika khasiat yang diketahui telah diketahui. Terkadang degradasi
kimia mempengaruhi bahan bat yang menyebabkan penurunan konsentrasi bentuk
sediaan obat. Tujuan utama melakukan studi stabilitas adalah untuk mengetahui
kualitas produk obat yang bervariasi karena kondisi atmosfer yang berbeda seperti
kelembaban, suhu, cahaya, dan lain-lain
Faktor lain yang berkontribusi terhadap kelainan bentuk formulasi seperti kontaminasi
mikroba, jejak logam, proses pelindian, eksipien, umur simpan, dan kondisi
Bentuk Sediaan Padat Kinetika kimia terbukti penting dalam penentuan stabilitas obat (
𝑡 ) dan umur simpan.
1/2
𝑡 , juga dikenal sebagai waktu paruh yang dapat didefinisikan sebagai waktu yang
1/2
Waktu yang diperlukan oleh obat atau formulasi untuk meluruh sebesar 90% dari
konsentrasi aslinya. Umur simpan obat dapat dihitung dengan :
( 𝑎−0.9𝑎) 0.1 𝑎
𝑡90 = 𝑘 = 𝑘
0 0
dimana a adalah konsentrasi awal, konstanta laju spesifik ko untuk reaksi orde nol, dan
190 satuan waktu per konsentrasi. Umur simpan suatu bat atau formulasi
menunjukkan waktu sejak tanggal pembuatan dan pengemasan sampai terpeliharanya
integritas terapeutiknya; Namun, karakter fisiknya tetap tidak berubah
16.10 Penerapan Studi Stabilitas, Kinetika Kimia, serta Kelebihan dan Kekurangannya
(i). Penemuan obat dan pengembangan obat karena obat yang tidak stabil dapat
segera memburuk.
(ii). Stabilitas farmasi penting untuk mencapai konsentrasi obat yang dapat
diterima untuk efek farmakologis yang diinginkan.
(iii). Penelitian ini meyakinkan pasien tentang obat tersebut.
(iv). Obat yang stabil dapat dengan mudah dievaluasi untuk studi farmakokinetik,
karena obat yang tidak stabil akan terdegradasi bahkan setelah mengambil
sampel darah dari hewan.
(v). Stabilitas obat merupakan faktor penting bagi peneliti untuk penelitian in
vivo. (vi). Stabilitas farmasi sangat penting untuk skrining suatu produk.
(vii). Studi stabilitas dapat mengetahui zat yang tidak diinginkan yang terbentuk
selama reaksi kimia bahan aktif.
Selama studi stabilitas, ada beberapa masalah yang harus dihadapi selama pemrosesan
:
(i) Memberikan bukti mekanisme proses kimia yang terjadi ketika campuran reaksi.
(ii) Memberikan informasi mengenai cara paling efektif terjadinya reaksi kimia.
(iii) memberikan informasi mengenai seberapa cepat suatu reaksi dapat mencapai
tingkat kesetimbangan.
16.11. Peran Apoteker dalam Studi Stabilitas Keseluruhan dan Kinetika Kimia
Bentuk Sediaan Padat
(i) Apoteker memastikan studi stabilitas untuk memprediksi umur simpan bentuk
sediaan padat; hal ini dilakukan dengan mempercepat reaksi agar terurai
dengan cepat, dengan meningkatkan suhu.
(iii) Studi stabilitas juga diperlukan untuk memberikan zat aktif kepada pasien
sepanjang umur simpan yang diharapkan.
(v) Apoteker harus memastikan stabilitas kimia dan fisik bahan aktif
(vi) Apoteker harus memperhatikan jalur degradasi, keadaan fisik, kinetika reaksi,
dan parameter stabilisasi lainnya
16.12 Kesimpulan
Arosio P. Vendruscolo M. Dobson CM. Knowles TP (2014) Chemical kinetics for drug
discovery to combat protein aggregation diseases. Trends Pharmacol Sci 35(3):127-135