PENDAHULUAN
Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat
formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu obat atau sediaan
farmasi biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang
lama sampai ketenangan pasien yang membutuhkannya. Obat yang disimpan dalam
jangka waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai
dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahayakan dan dampak negatif
bagi jiwa pasien. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kestabilan suatu zat dapat sehingga dapat dipilih suatu kondisi dimana
Olah karena itu pada percobaan ini dilakukan atau dimaksudkan dalam salah
tersebut, atau pada keadaan yang bagaimana suatu obat dapat bertahan lebih lama,
serta mampu memperkirakan kadaluarsa suatu obat. Oleh karena itu adanya uji
stabiliat sedian menurut ICH, WHO dan CPOB. CPOB secara singkat dapat
didefinisikan suatu ketentuan bagi industri farmasi yang dibuat untuk memastikan
agar mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan yang ditetapkan dan tujuan
penggunaannya. Pedoman CPOB disusun sebagai petunjuk dan contoh bagi industri
farmasi dalam menerapkan cara pembuatan obat yang baik untuk seluruh aspek dan
rangkaian proses pembuatan obat. Uji stabilitas menurut ICH, CPOB dan WHO
menjelaskan kepada kita bahwa betapa pentingnya kita mengetahui pada keadaan yang
bagaimana suatu obat tersebut aman dan dapat bertahan lama, sehingga obat tersebut dapat
disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa menurunkan khasiat obat tersebut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dari produk obat. Sebuah produk obat, yang tidak kestabilan yang cukup, dapat
mengakibatkan perubahan fisik (seperti kekerasan, laju disolusi, dll fasa pemisahan)
produk yang berbahaya bagi pasien. Mikrobiologi ketidakstabilan suatu produk obat
disebut uji stabilitas obat. Selama penyimpanan ataupun transportasi, obat bisa
mengalami perubahan secara fisik maupun kimia, sehingga diperlukan suatu uji
batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, sifat dan
karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat. Faktor lingkungan
dan uap air) dan kelembaban dapat mempengaruhi stabilitas. Faktor-faktor lain yang
dapat mempengaruhi stabilitas, yaitu : ukuran partikel, pH, sifat air dan pelarut yang
di gunakan, sifat kemasan dan keberadaan bahan kimia lain yang merupakan
kontaminan atau dari pencampuran produk berbeda yang secara sadar ditambahkan,
dapat mempengaruhi satabilitas sediaan. Penyebab ketidakstabilan sediaan obat ada dua
watak, pertama kali adalah labilitas dari bahan obat dan bahan pembantu sendiri. Yang
terakhir dihasilkan dari bahan kimia dan kimia fisika, untuk lainnya adalah faktor luar seperti
suhu, kelembapan, udara, dan cahaya, menginduksi atau mempercepat reaksi yang yang
berkurang nilainya. Faktor-faktor yang telah disebutkan menjadi efektif dalam skala tinggi
adalah bergantung dari jenis galenik dari sediaan dalam obat padat, seperti serbuk,bubuk,dan
tablet.
1. Stabilitas Kimia, tiap zat aktif mempertahankan keutuhan kimiawi dan potensiasi
yang tertera pada etiket dalam batas yang dinyatakan dalam spesifikasi.
dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang tertera. Zat antimikroba yang ada
4. Stabilitas Farmakologi, efek terapi tidak berubah selama usia guna sediaan.
produk yang tergantung waktu (periode penyimpanan). contoh dari perubahan fisika
antara lain : migrasi (perubahan) warna, perubahan rasa, perubahan bau, perubahan
tekstur atau penampilan. Evaluasi dari uji stabilitas fisika meliputi : pemeriksaan
keseragaman bobot
keseragaman kandungan
suhu
disolusi
kekentalan
bobot jenis
visikositas
Sifat fisik meliputi hubungan tertentu antara molekul dengan bentuk energi
yang telah ditentukan dengan baik atau pengukuran perbandingan standar luar
lainnya. Dengan menghubungkan sifat fisik tertentu dengan sifat kimia dari molekul-
memberikan keterangan untuk sifat kimia atau fisik relatif dari sebuah molekul
memberikan metode untuk analisis kualitatif dan kuantitatif untuk suatu zat
farmasi tertentu.
Ketidakstabilan Fisika
Berikut ini akan diuraikan jenis ketidakstabilan yang paling penting, tanpa
Dengan aktifnya daya gravitasi akan terjadi fenomena pemisahan pada sistem
cairan banyak fase, namun dalam stadium lanjut dapat terlihat sebagai sedimentasi
atau pengapungan.
Sediaan obat semi padat seperti salep atau pasta selama penyimpanan dapat
mengalami pengerasan.
Pada sistem dispersi molekular (misalnya larutan bahan obat) dapat terjadi
B. Stabilitas Farmakologi
dengan bagian molekul dari obyek biologis yaitu resptor spesifik. Untuk dapat
bioaktif harus mempunyai stuktur sterik dan distribusi muatan yang spesifi pula.
Dasar dari aktivitas bioogis adalah proses-proses kimia yang kompleks mulai dari
1. Fasa farmasetik
untuk dapat diabsorpsi oleh sistem biologis. Untuk dapat diabsorpsi senyawa obat
harus dalam bentuk molekul dan mempunyai lipofilitas yang sesuai. Bentuk molekul
senyawa dipengaruhi oleh nilai pKa dan pH lingkungan (lambung pH= 1-3 dan usus
pH = 5-8).
Pada fasa I selain sifat molekul obat, seperti kestabilan terhadap asam
lambung dan larutan dalam air, formulasi farmasetis dan bentuk sediaan yang
Meliputi proses fasa II dan fasa III. Fasa II adalah proses absorpsi molekul
obat yang mengahasilkan ketersediaan biologis obat, yaitu senyawa aktif dalam
cairan darah (Ph = 7,4) yang akan didistribusikan ke jaringan atau organ tubuh. Fasa
III adalah fasa yang melibatkan proses distribusi, metabolisme dan ekresi obat, yang
menentukan kadar senyawa aktif pada kompartemen tempat reseptor berbeda. Fasa I,
II dan III menentukan kadar obat aktif yang dapat mencapai jaringan target.
3. Fasa Farmakodinmik
Meliputi proses fasa IV dan fasa V. Fasa IV adalah tahap interaksi molekul
senyawa aktif dengan tempat aksi spesifik atau reseptor pada jaringan target, yang
dipengaruhi oleh ikatan kimia yang terlibat. Fasa V adalah induksi rangsangan,
C. Stabilitas Kimia
Stabilitas kimia suatu obat adalah lamanya waktu suatu obat untuk
mempertahanakan integritas kimia dan potensinya seperti yang tercantum pada etiket
dalam batas waktu yang ditentukan. Pengumpulan dan pengolahan data merupakan
menutup kemungkinan adanya parameter lain yang harus diperhatikan. Data yang
harus dikumpulkan untuk jenis sediaan yang berbeda tidak sama, begitu juga untuk
jenis sediaan sama tetapi cara pemberiannya lain. Jadi sangat bervariasi tergantung
pada jenis sediaan, cara pemberian, stabilitas zat aktif dan lain-lain.
Data yang paling dibutuhkan adalah data sifat, kimia, kimiafisik, dan kerja
farmakologi zat aktif (data primer), didukung sifat zat pembantu (data sekunder).
Secara reaksi kimia zat aktif dapat terurai karena beberapa faktor diantaranya ialah,
(turunnya pH larutan), sesepora ion logam sebagai katalisator reaksi oksidasi. Jadi
Masing-masing bahan tambahan baik yang memiliki efek terapetik atau non
terapetik dapat mempengaruhi stabilitas senyawa aktif dan sediaan. Faktor kondisi
Paparan temperatur yang ekstrim, cahaya, kelembaban dan CO2. Faktor utama dari
bentuk sediaan yang dapat mempengaruhi stabilitas obat, termasuk ukuran partikel,
pH, komposisi sistem pelarutan, kompatibilitas anion dan kation, kekuatan larutan
ionik, kemasan primer, bahan tambahan kimia yang spesifik dan ikatan kimia dan
difusi dari obat dan bahan tambahan. Dalam berbagai bentuk sediaan reaksi-reaksi ini
1. Hidrolisis
lambat disbanding ester. Sebagai contoh prokain akan terhidrolisa apabila di autoklaf,
tehidrolisis. Faktor kimia yang dapat menjadi katalis dalam reaksi hidrolisi adalah pH
dan senyawa kimia tertentu (contohnya dextrose dan tembaga dalam kasus hidrolisa
ampisilin)
2. Epimerisasi
dengan cepat ketika obat dilarutkan dan terpapar dg pH lebih dari 3, mengakibatkan
3. Dekarboksilasi
acid dapat kehilangan CO2 dari gugus karboksil ketika dipanaskan. Produk urainya
memiliki potensi farmakologi yang rendah. Beta-keto dekarboksilasi dpt terjadi pada
beberapa antibiotik yg memiliki gugus karbonil pada beta karbon dari asam
4. Dehidrasi
epianhidrotetrasiklin, senyawa yg tdk memiliki efek anti bakteri dan memiliki efek
toksisitas
5. Oksidasi
Struktur molekular yang dapat mudah teroksidasi adalah gugus hidroksil yang
terikat langsung pada cincin aromatik (contoh pd katekolamin dan morfin), gugus
dien terkonjugasi (vit A dan asam lemak tak jenuh), cicin heterosiklik aromatik,
gugus turunan nitroso dan nitrit dan aldehid (flavoring). Produk hasil oksidasi
biasanya memiliki efek terapetik lebih rendah. Identifikasi secara visual bisa terlihat
pada perubahan warna contohnya pada kasus efineprin. Oksidasi dapat dikatalisa oleh
pH ion logam contohnya tembaga dan besi, paparan terhadap oksigen, UV.7
6. Dekomposisi fotokimia
pada ikatan kovalen. Nipedipin, nitroprusin, ribovlavin, dan fenotiazin sangat tidak
7. Kekuatan Ion
dipengaruhi oleh kekuatan ion pada interaksi inter ionik. Secara umum konstanta
kecepatan hidrolisis berbanding tebalik dengan kekeuatan ion dan sebaliknya dengan
muatan ion, sebagai contoh obat-obat kation yang diformulasikan dengan bahan
tambahan anion.8
8. Perubahan Nilai pH
Degradasi dari banyak senyawa obat dalam larutan dapat dipercepat atau
diperlambat secara ekponensial oleh nilai pH yg naik atau turun dari rentang pH nya.
Nilai pH yang di luar rentang dan paparan terhadap temperatur yang tinggi adalah
faktor yang mudah mengkibatkan efek klinik dari obat secara signifikan, akibat dari
reaksi hidrolisis dan oksidasi. Larutan obat atau suspensi obat dapat stabil dalam
beberapa hari, beberapa minggu, atau bertahun-tahun pada formulasi aslinya, tetapi
Sistem pH dapar yang biasanya terdegradasi dari asam atau basa lemah dan
Pengaruh pH pada kestabilan fisik sistem dua fase contohnya emulsi juga penting,
9. Interionik
ionnya dan ukuran molekulnya. Secara umum ion2 polivalen dengan muatan
dikarakterisasi sesuai dengan kecepatan kinetik orde 1 atau sesuai dengan kurva
signoid. Sehingga obat-obat berbentuk padat dengan titik leleh yang rendah tidak
boleh dikombinasikan dengan bahan kimia lain yang dapat membentuk campuran
uetectic.
Pada kondisi kelembaban yang tinggi, kecepatan dekomposisinya berubah
sesuai dengan kecepatan kinetik orde nol, karena kecepatan dekomposisinya diatur
secara relatif oleh fraksi kecil dari obat yang muncul pada larutan jenuh yang
11. Temperatur
kimia ini adalah karena aktifasi energi. Waktu simpan obat pd suhu ruang biasanya
akan berkurang ¼ atau 1/25 dari waktu simpan di dalam refrigrator. Temperatur
pada kasus lain, dingin atau beku dapat merubah ukuran droplet pd emulsi, dapat
E. Stabilitas Mikrobiologi
bebas dari mikroorganisme atau memenuhi syarat batas miroorganisme hingga batas
waktu tertentu.5 Terdapat berbagai macam zat aktif obat, zat tambahan serta berbagai
bentuk sediaan dan cara pemberian obat. Tiap zat, cara pemberian dan bentuk sediaan
efek yang tidak diharapkan pada terapi atau penggunaan obat dan kosmetik.
mikroorganisme pada sediaan obat maupun kosmetik dalam rangka memberikan hasil
akhir berupa obat dan kosmetika yang efektif dan aman untuk digunakan atau
mikroorgansme yang terdapat dalam sediaan tersebut hingga jangka waktu tertentu
yang diinginkan.
antara lain:
Sifat fisika kimia zat aktif maupun zat tambahan dapat mempengaruhi stabilitas
mikrobiologi sediaan. Zat yang bersifat higroskopik atau hidrofilik rentan terhadap
Bahan baku alami dalam bantuk air yang bebas serbuk atau granula dapat
menjadi tempat tumbuhnya mikroorganisme, virus atau pun toksin mikroba. Analisa
produksi. Bahan alami yang diekstrak, diproduksi maupun disediakan dalam bantuk
cair juga rentan terhadap kontaminasi mikroorganisme. Cara pengawetan yang tidak
tepat ketiga digunakan utuk menghasilkan produk dalam bentuk larutan, disperse atau
F. Stabilitas Toksikologi
yang tidak menyebabkan peningkatan toksisitas secara signifikan. Efek toksik dapat
dibedakan, menjadi :
1. Efek toksik akut, mempunyai korelasi langsung dengan absorpsi zat toksik
2. Efek toksik kronis, zat toksik dalam jumlah kecil diabsorpsi sepanjang jangka
keracunan.
Toksisitas jangka panjang, efek toksik baru muncul setelah periode waktu
laten yang lama sebagai contoh kerja karsinogenik dan mutagenik. Penggolongan
toksikologi dengan cara lain berdasarkan jenis zat dan keadaan yang mengakibatkan
kerja toksik, yaitu : kerja / efek tidak diinginkan, keracunan akut pada dosis berlebih,
1. Dosis
Dosis menentukan apakah suatu zat kimia adalah racun. Untuk setiap zat
kimia, termasuk air, dapat ditentukan dosis kecil yang tidak berefek sama sekali atau
b. bahan pembantu
a) Dapar
Merupakan suatu campuran asam lemah dengan garamnya atau basa lemah
stabilitas obat, meningkatkan kelarutan obat, efek terapetik. Kriteria pemilihan dapar,
yaitu :
(a) dapar mempunyai kapasitas yang memadai dalam kisaran pH yang dinginkan
Sumber kontaminan; berasal dari manusia, bahan obat, bahan tambahan, lingkungan,
(b) Harga pH karena pengawet yang dapat menimbulkan aktivitas adalah pengawet
yang tidak terdisosiasi atau terdapat dalam bentuk molekul yang dapat menembus
membran
(c) Konsentrasi, ada yang menghambat pertumbuhan dan juga mematikan sel
(d) Suhu, dengan kenaikan suhu berarti terjadi kenaikan aktivitas pengawet
Syarat memilih bahan pengawet, yaitu perlu dipilih bahan yang dapat
tersatukan secara fisiologis, tidak toksik, alergi dan sensibilisasi, yang kesemuanya
tergantunng dosis, dapat tercampur dengan bahan aktif dan bahan tambahan termasuk
wadah dan tutup, tidak berbau dan tidak berasa, efektif sebagai bakteriostatik atau
bakterisid, fungiostatik atau fungisid serta cukup larut dalam pembawa hingga
c) Antioksidan
2) Cahaya sebab cahaya mengandung energi oton yang dapat meningkatkan atau
harus efektif pada konsentrasi yang menurun, tidak toksik, tidak merangsang, dan
tidak menimbulkan OTT, larut dalam pembawa dan dapat bercampur dengan bahan
lainnya.
3. Faktor luar.
a. cara pembuatan
b. bahan pengemas
Terbagi atas 2, yaitu bahan pengemas primer yaitu bahan pengemas yang
langsung bersentuhan atau kontak dengan sediaan (wadahnya), dan bahan pengemas
sekunder, yaitu bahan pengemas yang tidak bersentuhan langsung dengan sediaan.
(h) menarik
4. kondisi penyimpanan yang meliputi suhu, tekanan, kelembapan dan cahaya.
(b) Sejuk adalah penyimpanan pada suhu antara 8°C dan 15°C.
(c) Suhu Kamar adalah penyimpanan pada suhu ruang kerja. Suhu kamar terkendali
(d) Hangat adalah penyimpanan pada suhu antara 30°C dan 40°C.
merusak dan mengubah sifat sediaan. Pada etiket / label kemasan harus dicantumkan
kondisi tidak khusus jika tidak ada petunjuk khusus penyimpanan atau pemabatasan
1. Menurut WHO
Who ( wortd health organization ) adalah salah satu badan PBB yang
%RH
lanjutkan denga suhu di naikkan sampai 70 C selama 3-7 hari lagi. Uji
analisa semikuantitafif
zona iklim IV
45o-50oCdan RH75 %
disarankan 6 bulan jika barang aktif kurang stabil atau untuk produk di
mana jumlah data tersedia terbatas. Alternatif tidak lebih dari 150 C
relevan.
Uji stabilitas sediaan cair disarankan pada suhu yang lebih rendah
Bacth produksi harus pula diuji setiap bacth selang tahun untuk skala
yang stabil ; unuk produk yang frofil stabilitasnya sudah diketahui satu
batch setiap 3-5 tahun kecuali perubahan besar dari produk misalnya
untuk mengakuantifasi hasil urai dan zat terurai harus spesifik dan
sensitifitas cukup.
biologi dan produk tetap dalam batas spesifikasi, release atau simpan.
metode produksi.
Beberapa ekstrapolasi data real time bila ditunjang data uji dipercepat
warna, pengerasan,dsb
Q1B (PHOTOSTABILITY TESTING)
fotostabilitas
produksi dan pengendalian mutu dan bertujuan untuk menjamin bahwa produk
obat dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai
sangat esensial untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bemutu
tinggi.
memelihara kesehatan.Cara. .Bagian dari sistem pemastian mutu yang mengatur dan
memastikan obat diproduksi dan mutunya dikendalikan secara konsisten sehingga
1.2 Tujuan
c. Mengetahui perbedaan uji stabilitas sediaan menurut ICH, CPO dan WHO
BAB III
KESIMPULAN
1. Uji stabilitas sedian menurut ICH, WHO dan CPOB secara singkat dapat
didefinisikan sebagau suatu ketentuan bagi industri farmasi yang dibuat untuk
2. Uji stabilitas sangat penting untuk mengetahui keadaan suatu obat tersebut aman ,
dapat bertahan lama, sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa
3. WHO adalah suatu badan PBB yang bertindak sebagai coordinator kesehatan
bahan berkhasiat dan sediaan farmasi, CPOB sendiri meliputi semua aspek