PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan cairan sel untuk mencari sel target. Ketika
hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptornya dan mengirimkan sinyal.
Reseptor protein akan menerima sinyal tersebut dan bereaksi baik dengan memengaruhi ekspresi
genetik sel atau mengubah aktivitas protein seluler, termasuk di antaranya adalah perangsangan atau
penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram), pengaktifan atau
penonaktifan sistem imun, pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas baru (misalnya terbang,
kawin, dan perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan menopause). Pada banyak
kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon lainnya. Hormon juga
mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular.
Hormon (dari bahasa Yunani, όρμή: horman – “yang menggerakkan”) Hormon merupakan zat
kimia yang diproduksi oleh sistem endokrin dalam tubuh dan berfungsi untuk membantu
mengendalikan hampir semua fungsi tubuh, seperti pertumbuhan, metabolisme, hingga kerja berbagai
sistem organ, termasuk organ reproduksi.
Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari otak).
Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar pituitari, yang
juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain. Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar pituitari untuk
mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus anteriornya dan mengirim impuls
saraf ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus posteriornya.
B. Rumusan Masalah
1. Hubungan struktur dan aktivitas dari androgen, progesteron, progestin dan reseptornya?
2. Hubungan struktur dan aktivits dari biosintesis hormon steroid dan hormon medulla adrenal?
3. Hubungan struktur dan aktivits dari obat-obat kontrasepsi?
4. Hubungan struktur dan aktivits dari hormon korteks adrenal?
BAB II
PEMBAHASAN
Hormon kelamin (Reproduksi) dihasilkan oleh gonad dan adrenal yang diperlukan untuk
konsepsi, maturasi embrionik, dan perkembangan ciri-ciri khas seks primer dan sekunder pada
pubertas. Hormon kelamin pada umumnya merupakan turunan steroid, molekulnya bersifat planar dan
tidak lentur. Kerangka dasarnya adalah cyclopentanoperhydrophenanthrene yang bersifat kaku.
Ada tiga aspek stereokimia hormone kelamin yang penting diketahui karena dapat mempengaruhi
aktivitas , yaitu :
a. Hormon Androgen
Androgen merupakan hormon-hormon seks pria yang sangat penting dalam perkembangan
dan menjaga sistem reproduksi pria (Matsumoto et al., 2013). Androgen juga berperan penting selama
trimester pertama selama kehidupan intra-uterin yang bertepatan dengan terjadinya diferensiasi traktus
genital selama virilisasi, menjaga karakteristik sekunder pria, dan inisiasi spermatogenesis.
Androgen disintesis dan disekresikan ke dalam aliran darah dan sebagian besarnya
membentuk testosteron. Setelah memasuki sel-sel targetnya, testosteron juga dimetabolisasi oleh
aromatase membentuk estradiol di dalam hipothalamus dimana penentuan mental/seks sosial terjadi
(Döhler, 1991), atau ia dimetabolisasi oleh 5α-reductase menjadi 5α-DHT pada banyak organ-organ
reproduksi pria.
Dihydrotestosterone (DHT) merupakan androgen alami yang paling potent yang terdapat pada
manusia (Marchetti & Barth, 2013) dan berperan sangat penting dalam mendeterminasi diferensiasi
seksual, perkembangan organ-organ seks tambahan baik internal maupun eksternal serta berperan
juga dalam perkembangan otot dan rambut pada sejumlah area.
1. Senyawa androgenik
2. Senyawa anabolik
Hormon androgen dapat meningkatkan transkripsi dan atau translasi ARN khas pada
biosintesis protein. Testosteron oleh enzim 5-reduktase diubah menjadi 5-dehidrotestosteron dan
bentuk aktif ini dapat mengikat reseptor khas yang terdapat pada testis, prostat, hipofisis dan
hipotalamus. Pengikatan ini menyebabkan perubahan konformasi dan menimbulkan pengaktifan
kompleks androgen-reseptor. Pengaktifan ini merangsang sintesis mARN khas, dan mARN yang
terbentuk meninggalkan inti dan mulai mengatur sintesis protein serta merangsang pertumbuhan sel.
Hormon Progestin Adalah hormon kelamin laki-laki yang dikeluarkan oleh korpus luteum dan
plasenta
Mekanisme kerja Hormon Progestin. Progestin terdapat pada sejumlah jaringan seperti uterus,
ovarium, hati, ginjal, servis, kelenjar adrenalis, hipotalamus, dan vagina. Reseptor sitoplasma khas
terdapat pada uterus. Efek progestin biasanya berhubungan dengan hormon estrogen , yang
melibatkan beberapa proses fisiologi penting seperti perdarahan normal pada mensturasi, pelepasan
ovum, menyiapkan endometrium uterus untuk menerima ovum, meningkatkan kontrasi uterus,
memelihara kehamilan, dan menunjang perkembangan jaringan payudara. Efek pemblokan terhadap
kontraksi miometrium uterus kemungkinan di sebabkan oleh peningkatan potensial membran ,
penghambatan pengangkutan ion kalium pada membran sel atau penghambatan pernapasan
mitokondria.
a. Turunan Progesteron
Struktur hormon progestron
Hormon progesteron merupakan hormon yang larut dalam lemak. Hormon progesteron
berfungsi Mengatur siklus menstruasi bersama dengan hormon estrogen dengan melalui feedback
mekanisme terhadap FSH dan LH. Sekresi secara bergantian hormon-hormon ini menentukan siklus
menstruasi. Mempertebal dinding endometrium untuk persiapan proses implantasi jika terjadi fertilisasi
antara ovum dan sperma.
Hormon progesteron terdiri dari empat hidrokarbon siklik saling berhubungan. Progesteron
mengandung gugus fungsional keton dan oksigen, serta dua cabang metil. Seperti semua hormon
steroid, itu adalah hidrofobik.
a. Hormon Steroid
Kortisol merupakan hormon steroid. Hormon ini dibentuk dari kolesterol terutama kolesterol
yang ditranspor dalam darah dalam bentuk lipoprotein densitas rendah (LDL). LDL terdiri dari inti
hidrofobik bagian dalam dari ester kolesterol dan trigliserida, yang dikelilingi lapisan tunggal fosfolipid
polar dan apoprotein. Salah satu jenis apoprotein adalah apolipoprotein-E (APO-E), yang nantinya
akan berikatan dengan reseptor lipoprotein pada membran plasma sel adrenal. Dengan stimulasi dari
ACTH, LDL akan masuk ke dalam sel adrenal (terjadi transport kolesterol ke dalam sel adrenal).
Kolesterol selanjutnya akan diubah menjadi pregnenolon oleh enzim desmolase pada
mitokondria sel adrenal. Setelah dilepaskan dari mitokondria, pregnenolon dimetabolisme lebih lanjut
dalam RE halus menjadi 17-hidroksipregnenolon kemudian menjadi 17-hidroksiprogesteron. Lanjut
diubah menjadi 11-deoksikortisol. Akhirnya diubah menjadi kortisol. Sebenarnya kortisol masih bisa
dimetabolisme lebih lanjut menjadi kortison, terjadi di hati. Kortison ini merupakan salah satu
glukokortikoid seperti kortisol tetapi affinitasnya lebih rendah (Greenstein dan Wood, 2010).
Kortisol merupakan hormone steroid sehingga ia bersifat lipofilik. Sifat ini membuat sebagian
besar kortisol di dalam darah berikatan dengan protein. 90 persen kortisol berikatan dengan protein
globulin khusus pengikat hormon kortisol yang disebut Cortisol Binding Globulin (CBG) atau bisa
disebut transkortin
Ketika kortisol mencapai sel target, ia akan melepas ikatannya dengan CBG. Karena bersifat
lipofilik, dengan mudah kortisol menembus membran sel berikatan dengan reseptornya yang berada di
dalam sitoplasma. Reseptor ini dinamakan Glucocorticoid Reseptors (GRs). Heat Sock Protein (HSP)
yang tadinya berikatan dengan GRs, kini menjadi bebas karena proses fosforilasi akibat dari adanya
ikatan kortisol dan GRs membentuk kompleks hormon-reseptor.
Selain mekanisme tersebut, pada beberapa kasus kortisol juga dapat memiliki mekanisme
kerja seperti hormon peptida. Proses ini disebut sebagai non-genomic action karena tidak
menyebabkan terjadinya trankripsi DNA. “The serum protein that transports cortisol, cortisol-binding
globulin (CBG), can also bind to cell surface receptors. Cortisol may then bind to the CBG-receptor
complex and activate adenylate cyclase, thereby providing a mechanism by which cortisol exerts non-
genomic actions,” Nussey dan Whitehead (2001).
a. Hormon Adrenokortikosteroid
Hormon adrenokortikoid merupakan hormon steroid yang sintesis dari kolestrol dan diproduksi
oleh kelenjar adrenalis bagian korteks. Pengeluaran hormon ini dipengaruhi oleh adreno cortico tropin
hormone (ACTH) hormon ini disebut pula dengan nama : adrenokortikosteroid, adrenokortikal,
kortikosteroid atau kortikoid. fungsi fisiologisnya berhubungan dengan sistem saraf pusat, otot polos
dan stress
Biasa digunakan untuk pengobatan penyakit yang disebabkan oleh gangguan fungsi kelenjar
adrenalis karena suatu hal seprti tumor kelenjar, sehingga produksi hormon menurun. Hormon ini dapat
meningkatkan pemasukan ion natrium dan pengeluaran kalium ditubulus ginjal.
Berhubungan dengan metabolisme elektrolit dan air. Hormon ini memelihara fungsi normal
ginjal, yaitu dengan mengatur pemasukan ion natrium dan pnegeluaran ion kalium.
Pada tingkat molekul, hormon berinteraksi membentuk kompleks terpulihkan dengan reseptor
khas yang tedapat pda bagian inti ginjal.
b. Hormon Glukokortikoid
Biasanya digunakan klinik terutama untuk pengobatan kelainan jaringan kolagen, kelainan
hematologis (leukimia) dan pernafasan (asma)untuk pengobatan rematik, pengobatan penyakit karena
alergi tertentu,seperti dermatologis yang berat, penyakit saluran cerna dan penyakit hati. Hormon
glukokortikoid juga efektif untuk pengobatan penyakit shock Addison,sembab otak,hiperklasemia,dan
miasteniagarfis.
Hormon glukokortikoid berhubungan dengan metabolisme karbohidrat , protein dan lemak serta
dapat merangsang sintesis glukosa dan glukogen.
Efek antiradang hormon glukokortikoid berhubungan dengan kemampuannya untuk merangsang
biosintesis protein lipomodulin yang dapat menghambat kerja enzimatik, sehingga mencegah
pelepasan mediator proses keradangan, yaitu asam arkodinat dan metabolitnya.
HUBUNGAN STRUKTUR DAN AKTIFITAS
Secara umum,karakteristik struktur yang penting dari kortikosteroid adalah ikatan rangkap c4 –
c5,gugus keton pada c3.dan rantai samping 17 beta ketol (-coch2oh) karena dapat menunjang
aktivitas. Sejumlah senyawa yang tidak mempunyai system c3 keto masih mempunyai aktifitas
cukup besar sehingga diduga gugus ini kecil sumbangannya terhadap kekhasan interaksi obat
reseptor.
Pada konsep interaksi obat-reseptor, cincin C dan D lebih penting disbanding cincin A dan B.
Substitusi gugus 21-OH dengan flourin meningkatkan aktifitas gliko dan mineralokortiroid, tetapi
substitusi dengan gugus CL atau Br akan menghilangkan aktivitas.
Adanya substituent 1-ene, meningkatkan aktifitas glukokortikoid dan mineralokortikoid. d.
Mineralokortikoid pada umumnya tidak mengandung gugus 11-OH dan 17-OH.
Adanya substituent OH secara umum menghilangkan aktifitas mineralokortikoid.
Pada umumnya substituent gugus F, CL dan Br pada posisi 9α meningkatkan sktifitas
mineralokortikoid dengan urutan F>CL>Br, demikian pula substitusi pada posisi 12α-F.
Adanya ikatan rangkap pada posisi C1-C2 dan substituen pada 6a-Cl, 16a- OH, 16a-OCH3, 16a-
CH3, 17a-CH3 dan 16a-17a-ketal menurunkan secara bermakna aktivitas mineralkokortikoid.
Medula adalah bagian dalam dari kelenjar adrenal, dan berkaitan dengan produksi epinefrin
dan norepinefrin.
1. Epinefrin
Baik epinefrin dan norepinefrin yang bersama-sama disebut katekolamin, dan mereka
dilepaskan oleh kelenjar adrenal dalam respon terhadap stres fisik atau mental. Epinefrin, juga dikenal
sebagai adrenalin, memainkan peran penting dalam konversi glikogen menjadi glukosa, dan dengan
demikian, meningkatkan tingkat gula darah. Hal ini diperlukan oleh tubuh untuk menjaga kelancaran
pasokan darah ke otak dan otot.
Hal ini juga dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, dan mengendurkan otot-
otot polos pada paru-paru dan saluran pencernaan. Hormon ini melebarkan arteri kecil jantung, paru-
paru, ginjal, dan otot-otot. Semangat, stres fisik dan mental, dan gangguan emosional memicu sekresi
hormon ini, yang mempersiapkan tubuh kita untuk respon ‘fight or flight’ disebut juga ‘melawan atau
lari.
2. Norepinefrin
Seiring dengan epinefrin, norepinefrin juga mengaktifkan mekanisme untuk respon ‘melawan
atau, dengan meningkatkan kewaspadaan dan gairah. Ketika disuntikkan sebagai obat, norepinefrin
atau noradrenalin dapat memiliki efek konstriktif pada arteri koroner. Hal ini menyebabkan pembuluh
darah kecil pada ginjal, sistem pencernaan, dan kulit mengerut. Ini memfasilitasi pergerakan makanan
melalui sistem pencernaan dan meningkatkan keringat. Hal ini juga merangsang pelepasan glukosa
dan aliran darah ke otot-otot.
Singkatnya, kelenjar adrenal bertanggung jawab untuk mensekresi hormon penting untuk
melaksanakan beberapa proses metabolisme penting. Selain itu, mereka membantu tubuh mengatasi
stres fisik dan mental. Stres kronis dapat membuat pekerjaan kelenjar begitu keras sehingga bisa
akhirnya kelelahan atau menjadi terlalu lelah untuk memenuhi kebutuhan hormon adrenal.
C. OBAT KONTRASEPSI
Obat kontasepsi Senyawa- senyawa estrogen dan progestin yang ternyata berfungsi untuk
mengatur siklus menstruasi. Dengan melakukan berbagai modifikasi struktur kemudian di kembangkan
obat-obat kontrasepsi yang lebih aktif dan mempunyai masa kerja lebih panjang dan dapat di berikan
baik secara oral maupun parenteral. Untuk lebih memperpanjang masa kerja obat di lakukan pemilihan
pelarut yang sesuai atau di buat bentuk sediaan tertentu yang dapat melepaskan obat aktif secara
perlahan-lahan.
Untuk lebih memahami mekanisme kerja obat kontrasepsi di perlukan pengetahuan fisiologi siklus
menstruasi . siklus menstruasi di control oleh sistem yang terintergrasi dan melibatkan dua
gonatropin yaitu luteinizing hormone (LH) dan Follicle stimulating hormone(FRH), yang berasal
dari adenohipofisis,dua hormone hipotalamus,FSH Release Factor (FRF) dan gonadorelin
(GnRH),ovarium dan salauran reproduksi. FRH DAN GnRH dapat merangsang pengeluaran LH
dan FSH dari adenohipofisis,sedang LH dan FSH merangsang ovarium untuk memproduksi
hormone estrogen dan progestin.
Hubungan antara hipotalamus ,kelenjar pituitary,ovarium, dan saluran reproduksi pada siklus
menstruasi. Cara kerja hormon progestin dan estrogen sebagai kontrasepsi adalah mencegah
prose ovulasi dengan cara menekan produksi LH dan FSH melalui mekanisme proses
penghambatan kembali. Hal ini dapat terjadi karena adanya kadar hormon progestin dan estrogen
yang tinggi di tubuh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
a. Jika pembaca ingin mendapatkan informasi lebih lengkap silahkan mengakses pustaka yang saya
jadikan acuan dalam pembuatan makalah in
DAFTAR PUSTAKA
Siswandono., dan Soekardjo, Bambang. (2000). Kimia Medisinal. Edisi II. Surabaya: Airlangga
University Presss.
Saleh, Chairul. 2009. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Steroid dari Kulit Batang Tumbuhan
Maja (Aegle marmelos (L.) Correa). Jurnal Kimia Mulawarman.