TUJUAN
1.1. Mempelajari pengaruh keadaan bahan baku obat (polimorfisme, hidrat,
solvat) terhadap kecepatan disolusi intrinsiknya sebagai preformulasi
bentuk sediaannya.
II. PRINSIP
2.1 Persamaan Noyes-Whitney
Keterangan :
(Martin, 1993).
Uji disolusi dan penetapan kadar zat khasiat merupakan faktor penting dalam
pengendalian mutu obat. Pengujian ini dipersyaratkan pada produk farmasi yang
berbentuk tablet. Uji disolusi ini pada industri farmasi merupakan informasi berharga
untuk keseragaman kadar zat khasiat dalam satu produksi obat (batch), perkiraan
bioavailabilitas dari zat khasiat obat dalam suaru formulasi, variabel kontrol proses
dan untuk melihat pengaruh perubahan formulasi. (Raini et.al,2010).
Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke dalam
pelarut menghasilkan suatu larutan secara sederhana. Disolusi merupakan proses
dimana zat padat melarut secara prinsip dikendalikan oleh afinitas antara zat padat
dan pelarut. Karakteristik fisik sediaan, proses pembasahan sediaan kemampuan
penetrasi media disolusi ke dalam sediaan, proses pengembangan, proses integrasi
dan degadrasi. Sediaan merupakan sebagian dari faktor yang mempengaruhi
karakteristik disolusi obat dari sediaan. Setelah pemberian secara insitu dapat timbul
endapan zat aktif yang biasanya berbentuk amorf sebagai akibat perubahan pH dan
endapan tersebut selanjutnya akan melarut lagi. Dengan demikian, pemberian sediaan
larutan tidak selalu dapat mengakibatkan penyerapan yang segera. (Alache, 1998)
Laju disolusi intrinsik merupakan laju dimana suatu padatan melarut di dalam
suatu pelarut dalam batasan kuantitatif. Bila suatu tablet sediaan obat lainnya
dimasukkan ke dalam saluran cerna, obat tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari
bentuk padatnya. Jika obat tersebut tidak dilapisi polimer, matriks padatan juga
mengalami disintegrasi menjadi granul-granul dan granul yang lain emngalami
pemecahan menjadi partikel-partikel yang halus. Disintegrasi, deagregasi, dan
disolusi bisa berlangsung secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari bentuk
dimana oat tersebut diberikan. (Voight, 1999)
Zat antihistamin akan bekerja dengan cara menekan sistem syaraf pusat. Obat
ini menekan atau mengurangi sejumlah fungsi tubuh, seperti koordinasi dan
kewaspadaan, depresi berlebihan, bahkan hilangnya fungsi tubuh dapat terjadi jika
antihistamin digunakan bersama dengan obat yang memiliki efek kerja pada sistem
syaraf pusat lainnya (Harkness, 1989).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, salah satu pengujian yang dilakukan
untuk mengetahui kualitas tablet adalah uji disolusi. Disolusi merupakan proses
perpindahan molekul obat dari bentuk padat kedalam larutan pada suatu medium
(Depkes RI, 1995).
Agar suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larut dalam cairan
pada tempat absorpsi. Dalam hal ini dimana kelarutan suatu obat tergantung dari
apakah medium asam atau medium basa, obat tersebut akan dilarutkan berturut-turut
dalam lambung dan dalam usus halus. Proses melarutnya suatu obat disebut disolusi
(Ansel, 1989).
Pelepasan zat aktif dari suatu produk obat sangat dipengaruhi oleh sifat
fisikokimia zat aktif dan bentuk sediaan. Ketersediaan zat aktif biasanaya ditetapkan
oleh kecepatan pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya. Pelepasan zat aktif dari
bentuk sediaan biasanya ditenmtukan oleh kecepatan melarutnya dalam media
sekelilingnya (Amir, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Raini,et.al. 2010. Uji Disolusi dan Penetapan Kadar Tablet Loratadin Inovator dan
Generik Bermerek. Media Litbang Kesehatan Volume XXNomor 2