ASAM BASA
Ampisilin Dihidrokodein
Asam etakrinat Hexametonium
Asetazolamida Kuinin
Diuretika (Hg, tiazida) Mekamilamin
Fenil butazon Morfin
Indometasin Neostigmin
Kloksasilin prokain
probenesid
Sefaloridin
salisilat
4. pH pada lumen Tubulus proksimal dan Distal.
di tubuli proksimal dan distal tjd reabsorbsi pasif untuk obat bentuk non-
ion. o.k.i untuk obat-obat berupa elektrolit lemah proses reabsorbsi
bergantung pd pH lumen tubuli yang menentukan derajat ionisasinya.
Bila urin lebih basa, asam lemah terionisasi lebih banyak shg
reabsorbsinya berkurang, akibatnya ekskresinya meningkat.
Bila urin lebih asam, asam lemah terionisasi lebih sedikit shg
reabsorbsinya bertambah, akibatnya ekskresi asam lemah menurun.
Tubulus proksimal : tempat reabsorbsi urin primer (yg menyerap glukosa,
garam, air dan asam amino) menghasilkan urin sekunder.
Tubulus distal : tempat melepaskan kembali zat-zat yg tdk berguna atau
berlebihan ke dalam urin sekunder hasil dr tubulus distal merupakan urin
yg sesungguhnya.
Lengkung Henle : penghubung antara tubulus proksimal dgn tubulus distal
menghasilkan urin sesungguhnya.
Derajat reabsorbsi dipengaruhi oleh:
1. Sifat fisikokimiawi obat : ukuran molekul, kelarutan obat dalam lipid.
2. Faktor fisiologik (kecepatan aliran urin)
3. Obat basa : semakin rendah pH urin, ekskresi semakin cepat
Obat asam : semakin tinggi pH urin, ekskresi semakin cepat
2. Makanan
3. Penyakit
EKSKRESI MELALUI EMPEDU
Dalam proses ekskresi lewat empedu
ada 3 sistem transport, yaitu untuk :
• obat yang bersifat asam organic Faktor penentu kecepatan ekskresi
(termasuk glukuronid) adalah ukuran molekul obat ber BM
• obat yang bersifat basa organic > 350 diekskresi secara intensif.
• molekul tak terionkan (zat netral)