Anda di halaman 1dari 6

POKOK BAHASAN POSTER

1. Definisi
Obat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami proses absorbsi, distribusi, dan eliminasi.
tahap eliminasi terdiri atas proses metabolisme dan proses eksresi. Ekskresi adalah
pengeluaran obat dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil
biotransformasi atau dalam bentuk asalnya.
2. Jenis ekskresi : lewat ginjal, hepar, kelenjar
3. Proses ekskresi
PPT DARI GOOGLE

 PENGERTIAN DAN TUJUAN EKSKRESI •Ekskresi merupakan perpindahan obat dari


sirkulasi sistemik menuju ke organ ekskresi. •Obat mengalami ekskresi bertujuan untuk
mendetoksifikasi obat, karena telah diketahui bahwa obat dianggap racun/ zat asing oleh
tubuh.
 3. PROSES EKSKRESI OBAT DALAM TUBUH • Organ terpenting untuk ekskresi obat
yaitu ginjal (dengan urin). • Obat diekskresikan melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun
bentuk metabolitnya. Selain ginjal ekskresi obat juga terjadi melalui empedu ke dalam usus
(dengan feses) dan paru-paru (dengan udara ekspirasi).
 4. •Ekskresi obat dan metabolitnya menyebabkan konsentrasi bahan berkasiat dalam
tubuh menjadi menurun. •Ekskresi dapat terjadi tergantung pada sifat fisikokimia seperti
bobot molekul, nilai pKa, kelarutan dan tekanan uap.
 5. EKSKRESI MELALUI GINJAL • Ekskresi melalui ginjal melibatkan tiga proses yaitu
1. Filtrasi glomerulus, 2. Sekresi aktif di tubulus proksimal, 3. Reabsorbsi pasif di sepanjang
tubulus.
 6. 1. FILTRASI GLOMERULUS Filtrasi glomerulus menghasilkan ultrafiltrat yaitu
plasma minus protein (semua obat bebas akan keluar dalam ultrafiltrasi sedangkan yang
terikat protein tetap tinggal dalam darah.
 7. 2. SEKRESI AKTIF • Sekresi aktif dari dalam darah ke lumen tubulus proksimal
terjadi melalui transporter membran P-glikoprotein (P-gp) dan MRP (multidrug-resistance
protein) yang terdapat di membran sel epitel dengan selektifitas berbeda yaitu MRP untuk
anion organik dan konyugasi (misalnya penisillin, probenesid, glukuronat, sulfat dan
konyugasi glutation), serta P-gp untuk kation organik dan zat netral (misalnya kuinidin,
digoksin). Dengan demikian terjadi kompetisi antara asam-asam organik maupun antara basa-
basa organik untuk disekresi.
 8. 3. REABSORPSI PASIF • Reabsorbsi pasif terjadi di sepanjang tubulus untuk bentuk
nanion obat yang larut lemak. Oleh karena derajat ionisasi bergantung pada pH larutan, maka
hal ini dimanfaatkan untuk mempercepat ekskresi ginjal pada keracunan suatu obat asam atau
basa.
 9. • Obat asam yang relatif kuat (pKa ≤ 2) dan obat basa yang relatif kuat (pKa ≥ 12)
terionisasi sempurna pada pH ekstrim urin akibat asidifikasi dan alkalinisasi paksa (4,5-7,5).
Obat asam yang sangat lemah (pKa > 8) dan obat basa yang sangat lemah (pKa ≤ 6) tidak
terionisasi sama sekali pada semua pH urin. Hanya obat asam dengan pKa antara 3,0 dan 7,5
dan obat basa dengan pKa antara 6,0 dan 12 yang dapat dipengaruhi oleh pH urin.
 10. • Ekskresi melalui ginjal akan berkurang jika terdapat gangguan fungsi ginjal. • Lain
halnya dengan pengurangan fungsi hati yang tidak dapat dihitung, pengurangan fungsi ginjal
dapat dihitung berdasarkan pengurangan klirens kreatinin. Dengan demikian, pengurangan
dosis obat pada gangguan fungsi ginjal dapat dihitung.
 11. EKSKRESI MELALUI EMPEDU • Ekskresi obat yang kedua penting adalah melalui
empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses. • Transporter membran P-gp dan MRP
terdapat di membran kanalikulus sel hati dan mensekresi aktif obat-obat dan metabolit ke
dalam empedu dengan selektivitas berbeda, yakni MRP untuk anion organik dan konyugat
(glukuronat dan konyugat lain), dan P-gp untuk kation organik, steroid, kolesterol dan garam
empedu.
 12. LANJUTAN..... • P-gp dan MRP juga terdapat di membran sel usus, maka sekresi
langsung obat dan metabolit dari darah ke lumen usus juga terjadi. • Obat dan metabolit yang
larut lemak dapat direabsorpsi kembali ke dalam tubuh dari lumen usus. • Metabolit dalam
bentuk glukuronat dapat dipecah dulu oleh enzim glukuronidase yang dihasilkan oleh flora
usus menjadi bentuk obat awalnya (parent compound) yang mudah diabsorpsi kembali.
 13. LANJUTAN..... • Akan tetapi, bentuk konyugat juga dapat langsung diabsorpsi
melalui transporter membran OATP di dinding usus, dan baru dipecah dalam darah enzim
esterase. • Siklus enterohepatik ini dapat memperpanjang efek obat, misalnya estrogen dalam
kontraseptif oral
 14. EKSKRESI MELALUI PARU-PARU • Paru-paru merupakan organ yang sangat vital
bagi kehidupan manusia karena tanpa paru-paru manusia tidak dapat hidup. Dalam Sistem
Ekskresi, paru-paru berfungsi untuk mengeluarkan KARBONDIOKSIDA (CO2) dan UAP
AIR (H2O). • Didalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen dan
karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah menangkap
karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru. Di paru-
paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-paru melalui hidung
 15. EKSKRESI MELALUI KULIT Kulit merupakan benteng pertahanan tubuh kita yang
utama karena berada di lapisan anggota tubuh yang paling luar dan berhubungan langsung
dengan lingkungan sekitar. Fungsi kulit antara lain sebagai berikut: - mengeluarkan keringat -
pelindung tubuh - menyimpan kelebihan lemak - mengatur suhu tubuh, dan - tempat
pembuatan vitamin D dari pro vitamin D dengan bantuan sinar matahari yang mengandung
ultraviolet
 16. PROSES PEMBENTUKAN KERINGAT • Bila suhu tubuh kita meningkat atau suhu
udara di lingkungan kita tinggi, pembuluh-pembuluh darah di kulit akan melebar. Hal ini
mengakibatkan banyak darah yang mengalir ke daerah tersebut. Karena pangkal kelenjar
keringat berhubungan dengan pembuluh darah maka terjadilah penyerapan air, garam dan
sedikit urea oleh kelenjar keringat. Kemudian air bersama larutannya keluar melalui pori-pori
yang merupakan ujung dari kelenjar keringat. Keringat yang keluar membawa panas tubuh,
sehingga sangat penting untuk menjaga agar suhu tubuh tetap normal.
 17. • Ekskresi dalam ASI, saliva, keringat, dan air mata secara kuantitatif tidak penting. •
Ekskresi ini bergantung terutama pada difusi pasif dari bentuk nonion yang larut lemak
melalui sel epitel kelenjar, dan pada PH. • Ekskresi dalam ASI meskipun sedikit, penting
artinya karena dapat menimbulkan efek samping pada bayi yang menyusui pada ibunya
 18. • ASI lebih asam daripada plasma, maka lebih banyak obat- obat basa dan lebih
sedikit obat-obat asam terdapat pada ASI daripada dalam plasma. • Ekskresi dalam saliva :
kadar obat dalam saliva samadengan kadar obat bebas dalam plasma, maka saliva dapat
digunakan untuk mengukur kadar obat jika sukar untuk memperoleh darah. • Ekskresi ke
rambut dan kulit : mempunyai kepentingan forensik.
Ekskresi Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil
biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Obat atau metabolit polar diekskresi lebih cepat
daripada obat larut lemak, kecuali pada ekskresi melalui paru. Ginjal merupakan organ ekskresi yang
terpenting. Ekskresi disini merupakan resultante dari 3 preoses, yakni filtrasi di glomerulus, sekresi
aktif di tubuli proksimal, dan rearbsorpsi pasif di tubuli proksimal dan distal. Ekskresi obat melalui
ginjal menurun pada gangguan fungsi ginjal sehingga dosis perlu diturunkan atau intercal pemberian
diperpanjang. Bersihan kreatinin dapat dijadikan patokan dalam menyesuaikan dosis atau interval
pemberian obat. Ekskresi obat juga terjadi melalui keringat, liur, air mata, air susu, dan rambut,
tetapi dalam jumlah yang relatif kecil sekali sehingga tidak berarti dalam pengakhiran efek obat. Liur
dapat digunakan sebagai pengganti darah untuk menentukan kadar obat tertentu. Rambut pun
dapat digunakan untuk menemukan logam toksik, misalnya arsen, pada kedokteran forensik

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id
EKSKRESI GINJAL – pharmacology 4th edition

1. Filtrasi glomerulus
Obat-obatan masuk ke ginjal melalui arteri ginjal, yang membelah membentuk pleksus
kapiler glomerulus. Obat bebas (tidak terikat pada albumin) mengalir melalui celah kapiler ke
dalam ruang Bowman sebagai bagian dari filtrat glomerular. Tingkat filtrasi glomerulus (125
mL / menit) biasanya sekitar dua puluh persen dari aliran plasma ginjal (600 mL / menit).
Kelarutan dan pH lipid tidak mempengaruhi pengeluaran obat ke dalam glomerular filtrat.
Proses ini menghasilkan obat dalam bentuk aktif (larut lemak) dan metabolit (larut air)
2. Sekresi tubular proksimal: Obat yang tidak ditransfer ke filtrat glomerulus meninggalkan
glomeruli melalui arteriol eferen, yang membelah membentuk pleksus kapiler mengelilingi
lumen nephric di tubulus proksimal. Sekresi terutama terjadi di tubulus proksimal oleh dua
sistem transport aktif yang membutuhkan energi, satu untuk anion (misalnya, bentuk-
bentuk deprotonated dari asam lemah) dan satu untuk kation (misalnya, bentuk-bentuk
protonasi dari basa lemah). Setiap sistem transportasi ini menunjukkan spesifisitas rendah
dan dapat mengangkut banyak senyawa; dengan demikian, persaingan antara obat untuk
pembawa ini dapat terjadi dalam setiap sistem transportasi. Bayi prematur dan neonatus
memiliki mekanisme sekresi tubular yang tidak berkembang dan, dengan demikian, dapat
mempertahankan obat tertentu dalam filtrat glomerulus.
3. Reabsorpsi tubular distal: Ketika obat bergerak menuju tubulus tubulus distal,
konsentrasinya meningkat, dan melebihi ruang perivaskular. Obat, jika tidak bermuatan,
dapat berdifusi keluar dari lumen nephric, kembali ke sirkulasi sistemik. Memanipulasi pH
urin untuk meningkatkan bentuk terionisasi obat dalam lumen dapat digunakan untuk
meminimalkan jumlah difusi balik, dan karenanya, meningkatkan pembersihan obat yang
tidak diinginkan. Sebagai aturan umum, asam lemah dapat dihilangkan dengan alkalinisasi
urin, sedangkan eliminasi basa lemah dapat ditingkatkan dengan pengasaman urin. Proses
ini disebut "perangkap ion". Sebagai contoh, pasien yang datang dengan fenobarbital (asam
lemah) overdosis dapat diberikan bikarbonat, yang menstabilkan urin dan membuat obat
terionisasi, sehingga menurunkan reabsorpsi. Jika overdosis dengan basa lemah, seperti
kokain, pengasaman urin dengan NH4Cl menyebabkan protonasi obat dan peningkatan
klirensnya.
4. Peran metabolisme obat: Kebanyakan obat larut dalam lemak dan tanpa modifikasi
kimia akan berdifusi keluar dari lumen tubular ginjal ketika konsentrasi obat dalam
filtrat menjadi lebih besar daripada di ruang perivaskular. Untuk meminimalkan
reabsorpsi ini, obat-obatan dimodifikasi terutama di hati menjadi zat yang lebih polar
menggunakan dua jenis reaksi: Reaksi fase I yang melibatkan penambahan gugus
hidroksil atau penghilangan kelompok penghambat dari gugus hidroksil, karboksil,
atau amino, dan Fase II reaksi topi menggunakan konjugasi dengan sulfat, glisin, atau
asam glukuronat untuk meningkatkan polaritas obat. Konjugat terionisasi, dan
molekul bermuatan tidak dapat kembali menyebar keluar dari lumen ginjal

Namun, hati juga berkontribusi terhadap kehilangan obat melalui metabolisme dan / atau
ekskresi ke dalam empedu. Seorang pasien dalam gagal ginjal kadang-kadang dapat mengambil
manfaat dari obat yang diekskresikan oleh jalur ini, ke usus dan feses, daripada melalui ginjal.
Beberapa obat juga dapat diserap melalui sirkulasi enterohepatik, sehingga memperpanjang
waktu paruh mereka.
PPT DOSEN

 Klirens obat adalah waktu yang diperlukan untuk memberihkan obat dalam satuan waktu
(L/jam atau ml/menit)
Teridiri atas :
A. Klirens hepar
B. Klirens ginjal
 Waktu paro eliminasi adalah waktu yang diperlukan uuntuk kadar obat pada tubuh menjadi
separonya (proses eliminasi obat )
Digunakan untuk memperkirakan berbagai kondisi kinetik :
a. Kapan obat akan habis
b. Kapan sebaiknya dilakukan pemberian kateter
c. Kapan kadar obat dalam sirkulasi sistemik mencapai steady state (dosis berkurang)
 Tetapan kecepatan eliminasi ditentukan oleh seberapa besar obat dieliminasi per satuan
waktu, dihitung per jam per menit

Anda mungkin juga menyukai