Anda di halaman 1dari 69

EKSKRESI OBAT

CHRISTICA ILSANNA SURBAKTI


S.Farm., Apt
DEFINISI
• Eksresi adalah suatu proses dimana obat akan
berpindah secara irreversibel dari internal ke
eksternal baik melewati ginjal atau selain
ginjal dan dalam bentuk tidak berubah atau
dalam bentuk metabolit.
JENIS EKSRESI OBAT
1. EKSRESI MELALUI RENAL
2. EKSRESI NON RENAL
 Biliary excretion.
 Pulmonary excretion.
 Salivary excretion.
 Mammary excretion.
 Skin / Dermal excretion.
 Gastrointestinal excretion.
 Genital excretion.

3
LONGITUDINAL SECTION OF KIDNEY

4
MEKANISME EKSKRESI GINJAL
• Proses ekskresi obat lewat ginjal MELIPUTI:
 Filtrasi glomerulus
Sekresi tubular aktif
Reabsorpsi tubular
FILTRASI GLOMERULUS

 Proses yang tidak


selektif dan tidak
terarah
 Obat baik yang
terionisasi maupun
tidak terionisasi
tersaring, kecuali obat
yang terikat pada
protein plasma.

6
Filtrasi Glomerulus
• Untuk molekul obat dg BM < 500
• obat terikat protein tdk dapat difiltrasi di
glomerulus
• Laju filtrasi glomerulus (GFR) diukur dengan
menggunakan suatu obat yang dieleminasi hanya
dengan filtrasi (tdk disekresi atau reabsorpsi)
• Contoh: inulin dan kreatinin dgn GFR=125-130
ml/min
ANATOMY OF NEPHRON

8
SEKRESI TUBULAR AKTIF
 Terutama terjadi pada tubular proximal.
 Merupakan proses transpor aktif yang diperantarai pembawa
yang memerlukan energi karena senyawa obat diangkut
melawan suatu gradien konsentrasi.

2 sistem sekresi aktif ginjal:


Sistem untuk asam lemah/ anion
Contoh: Penicillin, salicylates, uric acid secreted
System basa lemah/ kation
Contoh: morphine, mecamylamine hexamethonium

Sekresi aktif tidak dipengaruhi oleh perubahan pH dan ikatan


protein.
Obat-obat yang mengalami sekresi aktif memiliki nilai laju eksresi
yang lebih besar dari GFR normal, misal Penicillin.
9
Sekresi aktif tubular
• Mengukur sekresi aktif biasanya dilakukan
pembandingan dengan obat yang sudah
diketahui proses dan laju klierenya melalui
ginjal: seperti: p-amunihipurat (PAH) dan
iodopiraset (Diodras), obat ini difiltrasi
diglumerulus dan disekresi aktif oleh sel
tubular.
• PAH dan Diodras disekresi sangat cepat → oleh
krn itu klirens obat ini mencerminkan aliran
plasma ginjal efektif (425 s/d 650 ml/menit)
REABSORPSI TUBULAR
 Terjadi setelah proses filtrasi obat oleh glomerulus. Terjadi
di sepanjang tubulus ginjal.
 Reabsorpsi obat terjadi ketika nilai laju ekskresi kurang dari
GFR 130 ml/min, contoh glukosa.
 Reabsorpsi tubular dapat terjadi secara aktif maupun pasif.
 Hasil reabsorpsi akan meningkatkan waktu paruh dari obat,
jika reabsorpsi terjadi hampir keseluruhan maka klirens
mendekati nol.
 Untuk reabsorpsi obat asam atau basa lemah dipengaruhi
oleh pH cairan dalam tubulus ginjal (yakni pH urin) dan pKa
obat.

11
 Reabsorpsi tubular aktif:
Terlihat pada zat-zat endogen atau nutrisi yang
diperlukan tubuh untuk dipertahankan, misal elektrolit,
glukosa, vitamin.

 Reabsorpsi tubular pasif:


Untuk zat-zat eksogen termasuk obat. Gaya penggerak
adalah gradien konsentrasi untuk reabsorpsi air,
natrium dan ion anorganik. Jika obat tidak dieksresikan
atau direabsorpsi, konsentrasinya dalam urin akan 100
kali lipat dari obat bebas dalam plasma.

12
pH URIN
• Bervariasi antara 4.5 to 7.5
• Bergantung pada pola makan , asupan obat dan kondisi
patofisiologi pasien.
• Asetazolamida dan antasida menghasilkan urin yang bersifat
basa, sedangkan asam ascorbat akan menghasilkan urin yang
asam.
• Jumlah relatif obat terionisasi dan tak terionisasi dalam urin
pada pH tertentu dan persentase obat yang terionisasi pada pH
tersebut dapat diberikan melalui persamaan “ HENDERSON-
HASSELBALCH”.

13
HENDERSON-HASSELBALCH
EQUATION
1) Untuk asam lemah

pH= pKa +log [ terionisasi ]


[tak terionisasi]

% obat terionisasi= 10 pH – pKa X 100


1+10pH –pKa

14
HENDERSON-HESSELBACH
EQUATION

2) Untuk basa lemah


pH=pKa +log [tak
terionisasi]
[terionisasi]

% of drug ionized = 1+ 10 pH – pKa X 100


10pH –pKa

15
Dari persamaan Henderson-Hasselbalch,
perbandingan konsentrasi distribusi asam atau
basa antara urin dan plasma dapat diperoleh.
Perbandingan urin-plasma (U:P) untuk obat
asam adalah:
U = 1+ 10 pHurin – pKa
P
1+ 10 pHplasma – pKa
Untuk basa lemah:

U = 1+ 10 pKa-pH urin
P
1+ 10 pKa-pHplasma
Faktor-faktor yang
mempengruhi ekskresi ginjal

 Sifat fisikokimia obat


 pH urin
 Aliran darah ke ginjal
 Faktor biologis
 Interaksi obat
 Kondisi penyakit pada ginjal

17
SIFAT FISIKOKIMIA OBAT
• Ukuran molekul

Obat-obat dengan BM <300 Da, larut dalam air diekskresikan


melalui ginjal, jika BM 300 sampai 500 Dalton diekskresikan
melalui urin dan empedu.
• Sifat ikatan obat

Obat-obat yang terikat pada protein plasma bersifat makromolekul


dan tidak dapat difiltrasi melalui glomerulus. Hanya obat yang
tidak terikat atau bebas saja yang ada pada filtrat glomerulus. Obat
yang terikat protein memiliki waktu paruh yang lebih panjang.

18
Faktor Biologis
• Perbedaan usia, jenis kelamin, suku, ras , dan lain
sebagainya mempengaruhi ekskresi obat.
• Jenis kelamin – Ekskresi ginjal wanita 10% lebih
rendah dibandingkan pria.
• Usia – Ekskresi ginjal pada bayi baru lahir 30-40 %
lebih kecil dibandingkan dewasa.
• Usia tua –GFR berkurang dan fungsi tubulus
terhambat sehingga ekskresi obat menjadi lambat
dan memperpanjang waktu paruh.

19
Kondisi Penyakit
•DISFUNGSI GINJAL
Eliminasi obat sangat besar dipengaruhi khususnya untuk
obat-obat yang diekskresikan sebagian besar melalui ginjal.
Yang dapat menyebabkan gagal ginjal seperti diabetes,
tekanan darah tinggi, pyelonephritis.

•UREMIA
Ditandai dengan terganggunya GFR, akumulasi cairan dan
metabolit protein, juga mengganggu ekskresi obat. Waktu
paruh meningkat menyebabkan akumulasi obat dan
meningkatkan toksisitas.
20
EKSKRESI OBAT MELALUI JALUR
SELAIN GINJAL
 Ekskresi melalui empedu
 Ekskresi melalui paru
 Ekskresi melalui saliva
 Ekskresi melalui payudara (ASI)
 Ekskresi melalui kulit /dermis
 Eksresi melalui gastrointestinal
 Ekskresi melalui alat kelamin

21
EKSKRESI MELALUI EMPEDU
Cairan empedu disekresikan oleh sel-sel hepar pada hati. Laju
alir konstan 0.5 sampai 1ml /min. Sangat penting dalam
mencerna dan absorpsi lemak. 90% asam empedu direabsorpsi
kembali dari usus dan dialirkan kembali ke hati untuk
diresekresikan.
Senyawa-senyawa yang dieksresikan melalui rute ini adalah
natrium, kalium, glukosa, bilirubin, glukoronida, sukrosa, inulin,
muko-protein, dll. Semakin polar maka ekskresi semakin baik.
Obat dalam bentuk metabolit lebih banyak dekskresikan di
empedu dibandingkan dengan obat awal karena kepolarannya.
22
Efikasi ekskresi oleh sistem empedu dapat diuji dengan
bahan yang seluruhnya dieliminasi melalui empedu,
contohnya sulfobromophthalein. Bahan ini
diekskresikan dalam waktu 1,5 jam dalam usus pada
kondisi hati yang normal. Keterlambatan ekskresi
mengindikasikan gangguan fungsi hati dan empedu.
Klirens empedu = Laju ekskresi empedu
Konsentrasi obat dalam plasma
Kemampuan hati mengekskresikan obat dalam empedu
dinyatakan sebagai klirens empedu.

23
EKSKRESI PARU
Bahan gas dan mudah menguap seperti anestetika (Halotan)
diabsorpsi melalui paru dengan difusi sederhana. Aliran darah
paru, laju pernafasan dan kelarutan bahan mempengaruhi
ekskresi paru. Obat-obat dalam bentuk gas diekskresikan tetapi
bukan dalam bentuk metabolit. Alkohol yang memiliki tingkat
kelarutan yang tinggi dalam darah dan jaringan dieksresikan
secaa perlahan melalui paru.

24
EKSKRESI MELALUI SALIVA
 pH saliva bervariasi mulai 5.8 sampai 8.4.

 Obat-obat tak terionisasi yang bersifat larut lemak


diekskresikan secara pasif.
 Rasa pahit yang dirasakan pasien mengindikasikan
obat diekskresikan.
 Beberapa obat yang bersift basa menghambat sekresi
saliva dan mengakibatkan mulut terasa kering.
 Zat-zat yang diekskresikan di saliva adalah kafein,
fenitoin, teofilin.

25
EKSKRESI MELALUI PAYUDARA
 ASI mengandung sekresi laktat yang kaya denga lemak dan
protein.
 0.5 sampai 1 liter ASI disekresikan perhari oleh ibu yang
menyusui. Ekskresi obat dalam ASI menjadi penting karena akan
masuk ke dalam asupan makanan bayi.
 pH of ASI bervariasi dari 6.4 sampai 7.6. Obat yang bebas tak
terionisasi dan yang larut lemak berdifusi secara pasif.
 Obat yang banyak terikat plasma seperti Diazepam sedikit
disekresikan dalam ASI. Dikarenakan ASI mengandung protein maka
obat yang dieksresikan akan berikatan pada protein tersebut.
26
EKSKRESI PAYUDARA
Jumlah obat yang diekskresikan dalam ASI kurang dari 1% dan
fraksi yang dikonsumsi bayi terlalu sedikit untuk menimbulkan
efek toksik. Beberapa obat seperti barbiturat dan morfin dapat
merangsang toksisitas.

ADVERSE EFFECTS

Warna pada gigi dengan penggunaan tetrasiklin dan jaundice


yang disebabkan interaksi bilirubin dengan sulfonamida.

Nikotin disekresikan dalam ASI pada ibu-ibu yang merokok.

27
EKSKRESI KULIT
Obat dieksresikan oleh kulit melalui keringat mengikuti
hipotesis partisi pH. Ekskresi obat melalui kulit dapat
menyebabkan urticaria dan dermatitis. Senyawa seperti asam
benzoat, asam salisilat, alkohol dan logam berat misal
tembaga, merkuri dan arsen dapat diekskresikan melalui
keringat.

28
EKSKRESI GASTROINTESTINAL
Obat-obat yang diekskresikan melalui GIT biasanya timbul
setelah pemberian secara parenteral. Obat-obat yang
bersifat asam dan basa lemah yang larut dalam air dan
dalam bentuk terionisasi diekskresikan melalui GIT.
Contohnya nikotin dan quinine diekskresikan dalam
lambung. Obat-obat yang diekskresikan dalam GIT akan
direabsorpsi ke dalam sirkulasi sistemik dan mengalami
pemutaran.
29
EXCRETION PATHWAYS, TRANSPORT
MECHANISMS & DRUG EXCRETED.

Excretory Mechanism Drug Excreted


route
Urine GF/ ATS/ ATR, PTR Free, hydrophilic, unchanged drugs/
metabolites of MW< 500
Bile Active secretion Hydrophilic, unchanged drugs/
metabolites/ conjugates of MW >500
Lung Passive diffusion Gaseous &volatile, blood & tissue
insoluble drugs
Saliva Passive diffusion Free, unionized, lipophilic drugs. Some
Active transport polar drugs
Milk Passive diffusion Free, unionized, lipophilic drugs (basic)
Sweat/ Passive diffusion Free, unionized lipophilic drugs
skin
Intestine Passive diffusion Water soluble. Ionized drugs

30
KONSEP KLIRENS
Definisi Klirens
 Merupakan suatu ukuran eliminasi obat dari
tubuh tanpa mempermasalahkan
mekanisme prosesnya.
 Volume cairan (yg mengandung obat) yg
dibersihkan dari obat per satuan waktu.
cth: klirens penisilin 20 ml/min pada
seseorang dgn Vd 12 l, maka 20 ml dari 12 l
dibersihkan dari obat tiap menit.
• Laju eliminasi obat dibagi konsentrasi obat
dlm plasma pd waktu tsb.
Klirens = laju eksresi/ konsentrasi plasma
= µg/min / µg ml
= ml/min
Klirens (Cl)

ClT (total, sistemik) = ClH + ClR + Cl lain-lain

Cl lain-lain = saliva, ASI, respirasi, keringat,


empedu, dll

diabaikan
Cl = K.Vd
• K = tetapan laju eliminasi
• Vd = Volume distribusi
Contoh:
Tentukan klirens suatu obat yg mempunyai
waktu paruh eliminasi 3 jam dan Vd 100 ml/kg ?
Jawab:
K = 0,693 / 3 = 0,231 jam-1
Cl = 0,231 jam-1 x 100 ml/kg
= 23,1 ml/ kg jam
• obat yg meningkatkan aliran urin seperti
etanil, golongan metil xantin (cafein) akan
menurunkan reabsopsi dan meningkatkan
eksresinya.
Secara fisilogis, klirens ginjal dapat diukur:

• Cp = konsentrasi dalam plasma


Ratio klirens ginjal
Klirens ginjal suatu obat tidak diperoleh melalui
pengukuran langsung, tapi Dibandingkan
dengan standar pembanding (inulin→
klirennnya hanya melalui filtrasi glumerulus)
• Cl obat/ Cl inulin < 1 → obat direabsorpsi
sebagian
• Cl obat/ Cl inulin = 1 → obat hanya difiltrasi
• Cl obat/ Clinulin > 1 → obat disekresi aktif
Berdasarkan konsep klirens, obat dibagi
menjadi 3 kelompok besar
I. Obat-obat yang sebagian besar mengalami
proses metabolisme di hati (ClH >>> ClR)
II. Obat-obat yang sedikit sekali
termetabolisme di hati (ClH <<< ClR)
III. Obat-obat yang proses eliminasinya hati &
ginjal kurang lebih sama ( ClH ≈ ClR )
Penentuan Klirens
• Kliens dinyatakan oleh slop kurva yg diperoleh
antara laju eksresi dlm urine terhadap Cp.

• Obat yg cepat dieksresi,


laju eksresi besar, Slop
curam, klirens besar (A).
• Klirens tubuh total sama dengan jumlah klirens
ginjal dan klirens hepatik, didasarkan pada konsep
bahwa seluruh tubuh bertindak sebagai suatu
sistem eliminasi obat.

ClT (total, sistemik) = ClH + ClR


• Jika Vd dan tetapan laju eliminasi diketahui, maka:
• ClT = K. Vd
• ClH = Km. Vd
• ClR = Ke. Vd
• Contoh soal:
• Suatu obat dianggap dieliminasi dengan eksresi ginjal order
kesatu dan mengalami metabolisme hepatik. Obat
mengikuti model kompartemen 1 dan diberikan dalam
dosis intravena/ dosis oral tunggal (100mg). Obat ini 90%
tersedia secara sistemik. Jumlah total obat tidak berubah yg
didapat kembali di dalam urine 60 mg. jumlah metabolit
total yg didapat kembali dari urine 30 mg. jika waktu paruh
eliminasi obat ini 3,3 jam dan Vd 1000 ml. tentukan a)
klirens tubuh total b) klirens ginjal dan c) klirens non ginjal
• Jawab
a) Klirens tubuh total
Clt = K.Vd
= 0,693/ 3,3 (1000) = 210 ml/ jam
• B) Klirens Ginjal

• Ke/k = Du∞ / F.Do


= Du∞ / Mu∞ + Du∞
Ke = 0,693 / 3,3 ( 60 / 30 + 60)
= 0,14 jam -1

Sehingga

Cl t = Ke Vd
= (0,14) (1000)
= 140 ml/jam
Ket: Mu = Jumlah metabolit dalam urine (mg)
Du = jumlah obat yg tidak berubah dalam
urine (mg)
F = Bioavaibilitas Obat
Do = Jumlah obat pada awal pemberian
(mg)
c. Klirens non ginjal
Clh = ClT – ClR
= 210 – 140
= 70 ml/jam
Obat yg terikat Protein
ClR = Laju eksresi obat yg tak terikat
konsentrasi obat tak terikat dalam plasma
FRAKSI OBAT YG TEREKSKRESI
• Du∞ = jumlah total obat yg tak berubah
• ∫u = fraksi obat tak berubah
• F = Bioavaibilitas
• Do = Jumlah obat pada awal pemberian

∫u = Du∞ = Ke
F. Do K
Suatu Antibiotik diberikan dgn injeksi bolus IV dgn
dosis 500 mg. Vd 21 l dan waktu paruh eliminasi 6
jam. Urin dikumpulkan selama 48 jam dan 400 mg
obat tak berubah diperoleh kembali. Berapa fraksi
obat yg dieksresi dlm bentuk tak berubah di urine ?
Hitung K, Ke, ClT, ClR, dan ClH.
Penyelesaian:
Dik : Du∞ = 400 mg
F = 1 (injeksi bolus IV)
Do = 500 mg
• ∫u = Du∞ / F. Do
= 400 / 500
= 0,8
( 80% dosis terabsorpsi dieksresi dlm urine dlm bentuk
tak berubah).

K = 0,693 / t1/2
= 0,693 / 6
= 0,1155 jam-1

Ke = ∫u K
= (0,8) ( 0,115) = 0,0924 jam-1
• ClT = K . Vd
= (0,1155) (21)
= 2,43 liter/jam

ClR = Ke . Vd
= (0,0924) (21)
= 1,94 liter / jam
KLIRENS TUBUH TOTAL SETELAH
INFUS INTRAVENA
ClT = R / Cp∞

Dimana

Cp∞ = Konsentrasi obat dlm plasma keadaan


tunak
R = Laju infusi
Hubungan Klirens, t1/2 dgn Vd
• ClT = K . Vd dan K = 0,693/ t1/2
• Jika kita subtitusikan nilai K, maka:
ClT = 0,693/ t1/2 . Vd

Jika Clt turun, maka t1/2 akan naik.


Contoh soal:
Seorang dewasa normal, suatu antibiotik baru
disekresi secara aktif oleh ginjal dan Vd 35 liter. Klirens
obat ini 650 ml/min. berapa t1/2 utk obat ini ?
Jawab
t1/2 = 0,693 (35000 ml)/ 650 ml/min = 37,3 min
2. Berapa t1/2 yg baru utk obat ini pada seorang
dewasa dgn kegagalan ginjal parsial yg hanya
mempunyai klirens antibiotik 75 ml/min?
Jawab
• t1/2 = 0,693 (35000 ml) / 75 ml/min
= 323,4 menit
• Teofilin sgt efektif untuk pengobatan bronkitis pada
konsentrasi darah 10 – 20 ug/ml. Pada range terapi,
teofilin mengikuti reaksi orde pertama. Jika rata-rata
t1/2 adalah 3,4 jam dan rangenya dari 1,8 sampai 6,8
jam. Vd 30 liter.
• Tentukan:
A. Tentukan rata-rata, batas atas dan batas klirens
paling bawah dari teofilin ?
B. Total klirens renal teofilin adalah 0,36 L, tentukan km
dan ke, asumsikan semua klirens non renal
menyebabkan metabolisme ?
A). ClT = k. Vd
= Vd. (0,693/ t1/2 )

Rata-rata Clt = (30) (0,693) / 3,4


= 6,11 L/jam

Batas atas Clt = (30) (0,693) / 1,8


= 11,55 L/jam

Batas bawah Clt = (30) (0,693) / 6,8


= 3,06 L/jam
B. ClR = ke. Vd ClNR = Cl H= km. Vd
= 0,36 L/ jam Km = 5,75/ 30
ke = 0,36/ 30 = 0,192 jam
= 0,012 Jam

ClNR = ClT – ClR


= 6,11 – 0,36
= 5,75 L/jam
• Suatu dosis oral tunggal 250 mg antibiotik diberikan pada
seorang pria (umur 32 tahun). Klirens kreatinin 122
ml/min. 78 kg). Jika diketahui Vd sama dengan 21 % berat
badan dan waktu paruh eliminasi 2 jam. Secara normal
90% dosis tersedia secara sistemik. Eksresi urine dari obat
yg tidak berubah sama dengan 70% dosis terabsorpsi.
A. Berapa klirens tubuh total ?
B. Berapa klirens ginjal ?
C. Mekanisme apa yg mungkin utk klirens ginjal dari obat
ini?
A. Vd = (0,21). (78.000 mL)
= 16.380 ml
b. Cl r = Ke. Vd
• Clt = K. Vd = (0,243)
= (0,693 / 2 ) . 16.380 (16.380)
= 5675 ml/jam = 3980 ml/jam
= 94,6 ml/min = 66,3 ml/min

Ke = 70% tetapan eliminasi


Ke = (0,7) (0,693/2)
= 0,243 jam-1
• C. GFR normal = klirens kreatinin = 122 ml/min

• Cl r = 66,3 ml/ min

• Cl r/ Cl kreatinin = 66,3 / 122 = 0,54 << 1

• Karena Cl r obat lebih kecil daripada klirens kreatinin,


obat difiltrasi pada glomerulus dan diabsorpsi secara
parsial.
AT IC
H E P E
A NC
EA R
CL

60
FOR CERTAIN DRUGS , THE NON-RENAL
CLEARANCE CAN BE ASSUMED AS EQUAL TO
HEPATIC CLEARANCE ClH

IT IS GIVEN AS :
ClH = ClT – ClR

61
ER= Ca-Cv
Ca
Rasio ekstraksi dinyatakan seb agai 100% dr obat
yg memasuki hati dikurangi konsentrasi
relatifobat yang hilanng dr hati.
Clh = Q (Ca-Cv)
Ca

QH = HEPATIC BLOOD FLOW (about 1.5


liters/min)
ERH = HEPATIC EXTRACTION RATIO
THE HEPATIC CLEARANCE OF DRUG CAN
BE DIVIDED INTO 2 GROUPS

1. DRUG WITH HEPATIC FLOW RATE-


LIMITED CLEARANCE
2. DRUGS WITH INTRINSIC CAPACITY-
LIMITED CLEARANCE

63
1. HEPATIC BLOOD FLOW :

WHEN ERH IS ONE, ClH APPROACHES ITS


MAXIMUM VALUE i.e. HEPATIC BLOOD FLOW. IN
SUCH A SITUATION, HEPATIC CLEARANCE IS SAID
TO BE perfusion rate-limited OR flow dependent.

ALTERATION IN HEPATIC BLOOD FLOW


SIGNIFICANTLY AFFECTS THE ELIMINATION OF
DRUGS WITH HIGH ERH.
Eg. Propranolol , lidocaine etc….
SUCH DRUGS ARE REMOVED FROM THE BLOOD
AS RAPIDLY AS THEY ARE PRESENTED TO THE
LIVER
64
INDOCYANINE GREEN IS SO RAPIDLY ELIMINATED
BY THE HUMAN LIVER THAT ITS CLEARANCE IS
OFTEN USED AS AN INDICATOR.

FIRST-PASS HEPATIC EXTRATION IS SUSPECTED


WHEN THERE IS LACK OF UNCHANGED DRUG IN
SYSTEMIC CIRCULATION AFTER ORAL
ADMINISTRATION

MAXIMUM ORAL AVAILABILITY


MAXIMUM ORAL AVAILABILITY
AUCORAL
F = 1 – ER =
F = 1 – ERH H= AUCi.v

65
• Hepatic blood flow has very little or
no effect on drugs with low ERH eg.
Theophylline.

• For such drugs, what ever concentration of


drug present in the blood perfuses liver, is
more than what the liver can eliminate.

• Hepatic clearance of a drug with high ER


is independent of protein binding

66
2. INTRINSIC CAPACITY CLEARANCE (ClINT )

IT IS DEFINED AS THE ABILITY OF AN ORGAN


TO IRREVERSIBLY REMOVE A DRUG IN THE
ABSENCE OF ANY FLOW LIMITATION

DRUG WITH LOW ERH AND WITH ELIMINATION


PRIMARILY BY METABOLISM ARE GREATLY
AFFECTED BY CHANGE IN ENZYME ACTIVITY

HEPATIC CLEARANCE OF SUCH DRUGS IS SAID


TO BE capacity-limited Eg. THEOPHYLINE
THE t1/2 OF SUCH DRUGS SHOW GREAT
INTERSUBJECT VARIABILITY.

HEPATIC CLEARANCE OF DRUGS WITH LOW ER


IS INDEPENDENT OF BLOOD FLOW RATE BUT
SENSITIVE TO CHANGE IN PROTEIN BINDING 67
HEPATIC AND RENAL EXTRATION RATIO OF SOME
DRUG AND METABOLITES
Extraction ratio
High Intermediate Low

Hepatic Propranolol Aspirine Diazepam


extraction Lidocaine Codeine Phenobarbital
Nitroglycerine Nortriptyline Phenytoin
Morphine Quinidine Theophylline

Renal Some Some - Digoxin


extraction -penicilline penicilline Furosemide
Hippuric acid Procainamide Atenolol
Several - Cimetidine Tetracycline
sulphates 68
TERIMA KASIH

69

Anda mungkin juga menyukai