1.1.1 Definisi
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang memiliki karakteristik defisiensi
hormon arginine vasopressin (AVP) dan eksresi urin yang encer dalam jumlah yang
banyak.
1.1.2 Epidemiologi
Penyakit ini jarang ditemukan. Kebanyakan kasus yang pernah ditemui merupakan
kasus idiopatik yang dapat bermanifestasi pada berbagai tingkatan umur dan jenis
kelamin.
1.1.3 Etiologi
Penyakit ini diakibatkan oleh berbagai penyebab yang dapat mengganggu mekanisme
neurohypophyseal-renal reflex sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh dalam
mengonversi air.
1.1.4 Patogenesis
1.1.4.1 Diabetes Insipidus Sentral
Diabetes insipidus sentral (DIS) disebabkan oleh kegagalan pelepasan hormon anti-
diuretik ADH yang secara fisiologi dapat merupakan kegagalan sintesis atau
penyimpanan.
- Anatomis: kelainan ini terjadi akibat kerusakan nukleus supraoptik,
paraventrikular dan filiformis hipotalamus yang menyintesis ADH.
- DIS juga timbul karena gangguan pengangkutan ADH akibat kerusakan pada
akson traktus supraoptikohipofisealis dan akson hipofisis posterior di mana ADH
disimpan untuk sewaktu-waktu dilepaskan ke dalam sirkulasi jika dibutuhkan.
- Biokimiawi: DIS teriadi karena tidak adanya sintesis ADH, atau sintesis ADH
yang kuantitatif tidak mencukupi kebutuhan, atau kuantitatif cukup tetapi
merupakan ADH yang tidak dapat berfungsi sebagaimana ADH yang normal.
Sintesis neurofisin suatu binding protein yang abnormal, juga dapat mengganggu
pelepasan ADH.
- Diduga terdapat pula DIS akibat adanya antibodi terhadap ADH. Karena pada
pengukuran kadar ADH dalam serum secara radioimmunoassay, yang menjadi
marker bagi ADH adalah neurofisin yang secara fisiologis tidak berfungsi, maka
kadar ADH yang normal atau meningkat belum dapat memastikan bahwa fungsi
ADH itu adalah normal atau meningkat.
- Termasuk dalam klasifikasi DIS adalah diabetes insipidus yang diakibatkan oleh
kerusakan osmoreseptor yang terdapat pada hipotalamus anterior dan disebut
Verneys omoreceptor cells yang berada di luar sawar darah otak.
1.1.4.2 Diabetes Insipidus Nefrogenik
Diabetes insipidus yang tidak responsif terhadap ADH eksogen. Secara fisiologis DIN
dapat disebabkan oleh :
- Kegagalan pembentukan dan pemeliharaan gradient osmotik dalam medula
renalis.
- Kegagalan utilisasi gradient pada keadaan di mana ADH berada dalam jumlah
yang cukup dan berfungsi normal.
1.1.8 Tatalaksana
Disesuaikan dengan gejala yang ditimbulkan.
- Pada pasien DIS parsial dengan mekanisme rasa haus yang utuh tidak diperlukan
terapi apa-apa selama gejala nokturia dan polyuria tidak mengganggu tidur dan
aktivitas sehari-hari.
- Pasien dengan gangguan pada pusat rasa haus, diterapi dengan pengawasan yang
ketat untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Berlaku juga bagi orang-orang yang
dalam keadaan normal hanya menderita DIS parsial tetapi pada suatu saat
kehilangan kesadaran atau tidak dapat berkomunikasi.
- DIS komplit: diperlukan terapi hormon pengganti (hormonal replacement).
- DDAVP merupakan obat pilihan utama untuk DIS.
● Analog arginine vasopressin manusia sintetik
● Lama kerja yang panjang dan hanya punya sedikit efek samping
● Jarang menimbulkan alergi dan hanya mempunyai sedikit pressor effect.
- Vasopressin tannate dalam minyak (campuran lysine dan arginine vasopressin)
memerlukan suntikan setiap 3-4 hari.
- Selain terapi hormon pengganti dapat juga dipakai terapi adjuvant yang secara
fisiologis mengatur keseimbangan air dengan cara:
● Mengurangi jumlah air ke tubulus distal dan collecting duct
● Memacu pelepasan ADH endogen
● Meningkatkan efek ADH endogen yang masih ada pada tubulus ginjal
- Obat-obat adjuvan yang bisa dipakai:
● Diuretik tiazid
● Klorpropamid
● Klofibrat
● Karbamazepin
1.2 Hipopituitarisme
1.2.1 Definisi
Hipopituitarisme adalah kombinasi defisiensi dari berbagai hormon hipofisis anterior.
Manifestasinya bervariasi dan bergantung pada lesi dasarnya dan pola defisiensi
hormon yang dihasilkan.
1.2.2 Etiologi
Penyebab paling sering adalah makroedema hipofisis, sedangkan penyebab lainnya
dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.2 Gejala dan tanda yang umum ditemukan pada pasien yang
dicurigai mengalami penyakit hipofisis.
1.2.4 Diagnosis
Strategi untuk investigasi penyakit hipofisis dapat dilihat pada Gambar 1.3. Pada
pasien akut dengan kondisi yang buruk, prioritas adalah diagnosis dan
penanganan defisiensi kortisol. Pemeriksaan lainnya dapat dilakukan nanti.
Specific dynamic test untuk diagnosis defisiensi hormon dapat dilihat pada
Gambar 1.4. dan 1.5. Pemeriksaan biokimia yang lebih khusus, seperti tes toleransi
insulin, tes GnRH dan TRH, jarang dilakukan.
Semua pasien dengan bukti biokimia defisiensi hormon hipofisis harus diperiksa
dengan MRI atau CT scan untuk mengidentifikasi tumor hipofisis atau hipotalamus.
Jika tumor tidak terindentifikasi, investigasi lebih lanjut harus dilakukan untuk
mengeksklusi adanya penyebab infeksi atau infiltratif.
Gambar 1.3 Strategi untuk menginvestigasi pasien yang dicurigai mengalami
penyakit hipofisis
1.2.5 Tatalaksana
Tatalaksana pasien yang sakit akut sama dengan tatalaksana insufisiensi
adrenokortikal, kecuali pada deplesi sodium tidak perlu diperbaiki.
Penggantian Kortisol
- Hidrokortison diberikan apabila terdapat defisiensi hormon ACTH. Hidrokortison
oral (cortisol) diberikan sebanyak 15-20 mg/hari dibagi ke dalam beberapa dosis.
Penggantian mineralokortikoid tidak dibutuhkan.
Penggantian Hormon Tiroid
- Levothyroxine 50-150 µg 1 x sehari. Berbeda dengan hipotiroidisme primer,
pengukuran TSH tidak berguna untuk menambahkan dosis penggantiankarena
pasien dengan hipopituitarisme sering menyekresikan glikoprotein terukur dalam
pemeriksaan TSH tetapi bukan bioaktif.
Penggantian Hormon Seks
- Indikasi: defisiensi gonadotropin pada wanita dibawah usia 50 tahun dan laki-laki
untuk mengembalikan fungsi normal seksual dan mencegah osteoporosis.
Penggantian GH
- GH diberikan setiap hari secara SC pada pasien anak-anak dan remaja dengan
defisiensi GH dan dihentikan ketika epifisis sudah berfusi. Beberapa pasien
dewasa dengan terapi penggantian hidrokortison, levotiroksin, dan steroid seks
masih mengeluhkan lemas dan kondisi yang kurang baik. Pasien-pasien tersebut
merespon baik dengan penggantian GH.
- Terapi GH dapat membantu dewasa muda untuk mencapai puncak tertinggi
densitas mineral tulang.
- Efek samping: retensi sodium (edema perifer atau carpal tunnel syndrome). Oleh
karena itu penggantian GH harus dimulai dari dosis rendah dengan pengawasan
respon melalui pengukuran serum IGF-1.
1.3 GH
GH adalah hormon polipeptida yang terdiri dari 191 asam amino yang disintesis,
disimpan, dan disekresikan oleh hipofisis anterior somatotrof. Sekresi GH diregulasi oleh
2 faktor yang diturunkan oleh hipotalamus: GHRH yang menstimulasi pelepasan GH dan
somatostatin yang menghambat pelepasan GH.
GH menstimulasi sekresi insulin-like growth factor-I (IGF-I) pada liver. IGF-I akan
masuk ke sirkulasi dan menempel dengan protein, lebih dari 80% IGF-I berikatan dengan
protein yang disebut dengan IGFBP3. Setelah lahir dan melewati pubertas, GH dan IGF-I
sangat kritikal dalam menentukan pertumbuhan tulang longitudinal, maturasi tulang, dan
akuisisi massa tulang. Pada orang dewasa, GH dan IGF-I sangat penting untuk menjaga
struktur dan massa tulang. GH juga memiliki efek terhadap metabolisme karbohidrat,
lipid, dan protein yang bekerja secara agonis dengan kerja insulin, yaitu meningkatkan
lipolisis dan produksi asam lemak bebas, dan meningkatkan sintesis protein.
1.4 GnRH
Dua gonadotrof, LH dan FSH, adalah hormon yang disintesos dan disekresikan oleh
gonadotrof pada hipofisis anterior. Keduanya terdiri dari subunit alpha dan beta. Hormon-
hormon tersebut berikatan dengan reseptor di gonad (ovarium dan testis) dan memodulasi
fungsi gonad. Sekresi diregulasi oleh GnRH dari hipotalamus dan umpan balik dari
steroid seks di sirkulasi darah (estrogen dan testosteron).
1.4.1 Defisiensi Gonadotropin (Hypogonadotropic Hypogonadism)
Penyakit ini menunjukkan karakteristik adanya penurunan atau hilangnya sekresi LH
dan FSH, yang menyebabkan penurunan steroid seks (estrogen dan testosterone).
1.5 ACTH
ACTH/adrenocorticotropic hormone adalah hormon yang disintesis dan disekresikan
oleh kortikotrof pada hipofisis anterior. Pelepasannya distimulasi oleh CRH dari
hipotalamus. ACTH menstimulasi pelepasan glukokortikoid dan androgen dari korteks
adrenal.
1.5.1 Definisi Defisiensi ACTH
Defisiensi ACTH disebabkan secara sekunder oleh insufisiensi adrenal yang
menyebabkan penurunan kortisol dan androgen adrenal. Sekresi aldosterone dari
kelenjar adrenal tidak terganggu karena dapat terjada dengan renin-angiotensin axis.
Defisiensi ACTH dapat disebabkan oleh tumor hipofisis yang besar yang mendorong
hipofisis normal. Insufisiensi adrenal sekunder atau tersier umumnya iatrogenic,
disebabkan oleh penggunaan steroid untuk proses penyakit lainnya.
1.5.2 Manifestasi Klinis
Baik insufisiensi adrenal primer maupun sekunder menunjukkan karakteristik berikut:
- Penurunan berat badan
- Lemas
- Kelemahan otot
- Gejala ortostatik
- Mual dan muntah
- Diare
- Nyeri abdomen
Abnormalitas biokimia:
- Hiponatremia
- Azotemia
- Eosinofilia
- Anemia
Hiperpigmentasi pada kulit dan hyperkalemia terlihat pada insufisiensi adrenal
primer, bukan pada defisiensi ACTH.
1.6.1 Definisi
Cushing Syndrome adalah kondisi dimana tubuh memiliki kadar hormone cortisol yang
tinggi dalam waktu yang lama sehingga menimbulakn tanda dan gejala tertentu.
1.6.2 Etiologi
Penyebab utama dari penyakit ini adalah peningkatan kadar hoirmon kortisol dalam tubuh
yang dapat disebabkan oleh:
1.6.3 Klasifikasi
a. ACTH dependent
Pada pasien yang memiliki kelebihan produksi ACTH
1. Ectopic ACTH syndrome, Peningkatan produksi ACTH dikarenakan adanya
tumor pada organ lain penghasil ACTH selain pituitary
2. Cushing Disease, Kondisi dimana terdapat tumor pada pituitary yang
menyebabkan produksi ACTH berlebih
b. ACTH independent
biasanya memiliki tingkat ACTH yang rendah atau tidak terdeteksi.
1. Tumor adrenal
2. Exogenous cortisol
1.6.4 Tanda dan Gejala
a. Moon face
b. Stretch mark pada bagian perut
c. Muka berjerawat
d. Penumpukan lemak dibagian perut serta leher bagian belakang
e. Peningkatan berat badan
f. Lemah otot dan Tulang rapuh
g. Pertumbuhan terhambat
h. Luka sulit sembuh
1.6.6 Pemeriksaan
a. Urinalisis untuk memeriksa kadar hormone di durin
b. Tes darah untuk memeriksa kadar hormone di darah
c. Tes saliva
d. CT Scan dan MRI untuk melihat gambaran kelenjar adrenal dan pituitary
1.6.7 Patogenesis
a. ACTH dependent
Produksi ACTH berlebih
↓
ACTH mengalir menuju kelenjar adrenal
↓
Adrenal menerima kadar ACTH yang tinggi
↓
Adrenal memproduksi cortisol dalam jumlah yang tinggi pula
↓
Cushing syndrome
b. ACTH independent
1. Exogenous cortisol seperti obat-obatan steroid akan secara otomatis
meningkatkan kadar cortisol dalam tubuh yang menyebabkan cushing syndrome
Protein yang terbentuk dapat berupa enzim dan akan menghasilkan efek-efek dari cortisol
seperti proteolysis, dan lain sebagainya.
1.6.9 Tatalaksana
Transsphenoidal resection
Resmission rate , microadenomas 80% macroadenomas >50%
Tatalaksana Medikamentosa