Anda di halaman 1dari 100

BAB 28

ENDOKRINOLOGI

Diabetes Insipidus 2437


Tumor Hipofisis 2442
Hipotiroid 2448
Nodul Tiroid 2455
Gondok Endemik 2416
Karsinoma Tiroid 2471
Sindrom Gushing dan
Penyakit Gushing 2478
Gangguan Korteks
Adrenal 2484
Gangguan
Pertumbuhan 2514
Neoplasma Endokrin
Multipel 2518
Amenorea 2524

'y.///////y',<<//\
/
/ / z
y///y

ILMU PENYAKIT DALAM EdisI VI 2014


/
319
DIABETES INSIPIDUS
A s m a n Boedi Santoso Ranakusuma, I m a m Subektl

PENDAHULUAN DIABETES INSIPIDUS SENTRAL

Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang jarang Diabetes insipidus sentral (DIS) disebabkan oleh
ditennukan. Penyakit ini diakibatkan oleh berbagai penyebab kegagalan penglepasan hormon anti- diuretik ADH yang
yang dapat mengganggu mekanisme neurohypophyseal- secara fisiologi dapat merupakan kegagalan sintesis
renal reflex sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh atau penyimpanan. Secara anatomis, kelainan ini terjadi
dalam mengkonversi air Kebanyakan kasus-kasus yang akibat kerusakan nukleus supraoptik, paraventrikular dan
pernah ditemui merupakan kasus idiopatik yang dapat filiformis hipotalamus yang menyintesis ADH. Selain itu DIS
bermanifestasi pada berbagai tingkatan umur dan jenis juga timbul karena gangguan pengang-kutan ADH akibat
kelamin. kerusakan pada akson traktus supraoptikohipofisealis
dan akson hipofisis posterior di mana ADH disimpan
untuk sewaktu-waktu dilepaskan ke dalam sirkulasi jika
GEJALA KLINIS dibutuhkan.
Secara biokimiawi, DIS teriadi karena tidak adanya
Keluhan dan gejala utama diabetes insipidus adalah sintesis A D H , atau sintesis ADH yang kuantitatif
poliuria dan polidipsia. Jumlah cairan yang diminum tidak m e n c u k u p i k e b u t u h a n , atau kuantitatif cukup
maupun produksi urin per 24 j a m sangat banyak, dapat tetapi m e r u p a k a n A D H y a n g tidak dapat berfungsi
mencapai 5-10 liter sehari. Berat jenis urin biasanya sangat s e b a g a i m a n a A D H y a n g n o r m a l . Sintesis neurofisin
rendah, berkisar antara 1 001 -1 005 atau 50-200 mOsmol/ s u a t u binding protein yang abnormal, j u g a dapat
kg berat badan. Selain poliuria dan polidipsia, biasanya m e n g g a n g g u p e n g l e p a s a n A D H . Selain itu d i d u g a
tidak terdapat gejala-gejala lain kecuali jika ada penyakit terdapat pula DIS akibat adanya antibodi terhadap A D H .
lain y a n g m e n y e b a b k a n t i m b u l n y a g a n g g u a n pada Karena pada pengukuran kadar ADH dalam serum secara
mekanisme neurohy-pophyseal-renal reflex tersebut. radioimmunoassay, y a n g menjadi marker bagi A D H
Selama pusat rasa haus pasien tetap utuh, konsentrasi adalah neurofisin yang secara fisiologis tidak berfungsi,
zat-zat yang terlarut dalam cairan tubuh akan mendekati maka kadar A D H yang normal atau menfngkat belum
nilai normal. Bahaya baru timbul jika intake air tidak dapat memastikan bahwa fungsi ADH itu adalah normal
dapat mengimbangi pengeluaran urin yang ada dengan atau meningkat. Termasuk dalam klasifikasi DIS adalah
akibat pasien akan mengalami dehidrasi dan peningkatan diabetes insipidus yang diakibatkan oleh kerusakan
konsentrasi zat-zat yang terlarut. osmoreseptor yang terdapat pada hipotalamus anterior
dan disebut Verney.s omoreceptor cells yang berada di
luar sawar darah otak.
PATOGENESIS

Secara patogenesis diabetes insipidus dibagi menjadi DIABETES INSIPIDUS NEFROGENIK


2 j e n i s , yaitu diabetes insipidus sentral dan diabetes
insipidus nefrogenik. Istilah diabetes insipidus nefrogenik (DIN) dipakai pada

2437-
2438 ENDOKRINOLOGI

diabetes insipidus yang tidak responsif terhadap ADH MEKANISME HAUS


eksogen. Secara fisiologis DIN dapat disebabkan oleh :
Kegagalan pennbentukan dan pemeliharaan gradient Peningkatan osmolalitas plasma akan merangsang pusat
osnnotik dalam medula renalis. haus, sebaliknya penurunan osmolalitas plasma akan
Kegagalan utilisasi gradient pada keadaan di mana menekan pusat haus. Seperti pada mekanisme penglepasan
ADH berada dalam jumlah yang cukup dan berfungsi AVR pengaturan osmotik rasa haus dipengaruhi oleh
normal. volume sel pusat haus di hipotalamus. Ambang rangsang
pusat haus (295 mOsmol/kg berat badan) ternyata lebih
Fisiologi M e k a n i s m e E k s k r e s i A i r tinggi daripada ambang rangsang osmotik penglepasan
Dalam mengatur ekskresi air, ginjal mengikut sertakan AVP (280 mOsmol/kg berat badan). Hal ini merupakan
mekanisme neurohypophyseal-renal reflex. Komponen suatu perlindungan terhadap deplesi air
humoral dalam mekanisme ini adalah ADH yang disebut Terdapat j u g a suatu j a l u r non-osmotik terhadap
j u g a a r g i n i n v a s o p r e s i n ( A V P ) . AVP d i s i n t e s i s oleh stimulasi pusat haus. Diduga sistem renin-angiotensin
suatu molekul prekursor dalam nukleus supraoptik, merupakan salah satu mediator sistem ini dan telah
p a r a v e n t r i k u l a r dan sedikit pada n u k l e u s filiformis d i b u k t i k a n renin a t a u a n g i o t e n s i n e k s o g e n d a p a t
h i p o t a l a m u s . Setelah d i s i n t e s i s , AVP d i b u n g k u s ke menimbulkan rasa haus dan nefrektomi dapat
dalam semacam neurosecretoy granules pada retikulum menghilangkan rasa haus akibat deplesi ECF.
endoplasmik di mana setiap granul tersebut mengandung
baik AVP maupun suatu molekul carrier yang disebut
neurofisin. Granul-granul tadi ditransportasikan melalui MEKANISME AKSI SELULAR ARGININ VASOPRESIN
akson neuron hipotalamus yang berakhir pada hipofisis (AVP)
posterior Penglepasan AVP oleh hipofisis posterior terjadi
melalui proses eksositosis di mana baik A VP maupun Mekanisme yang pasti bagaimana AVP dapat meningkatkan
neurofisin dilepaskan ke dalam sirkulasi. permeabilitas epithel collecting duct terhadap air sampai
sekarang belum ielas. Kemungkinan setelah dilepaskan
dari hipofisis posterior, AVP masuk ke dalam sirkulasi
R E G U L A S I A R G I N I N V A S O P R E S I N (AVP) S E C A R A ginjal dan terikat pada reseptornya di sisi contraluminal
OSMOTIK DAN NON-OSMOTIK (plasma) collecting duct. Penggabungan AVP dengan
reseptornya mengaktifkan adenilsiklase membran sel yang
Dalam mengatur sintesis dan penglepasan AVP dipakai mengkatalisis perubahan ATP menjadi cAMP cAMP protein
dua macam jalur yaitu jalur osmotik dan non-osmotik. kinase kemudian muncul untuk melakukan fosforilasi
Jalur osmotik mengikut sertakan Verney's protein m e m b r a n sel yang kemudian meningkatkan
osmoreceptor cells y a n g b e r a d a di hipotalamus permeabilitas dengan cara melebarkan ukuran pori dan
anterior, di luar s a w a r darah otak. Dengan a d a n y a memperbanyakjumlah pori. Terdapat suatu fosfatase pada
deplesi cairan, terjadi peningkatan osmolalitas cairan membran yang dapat mengembalikan proses tersebut di
ekstra sel (ECF) yang menyebabkan penurunan volume atas. Integritas mikrotubulus dan mikrofilamen merupakan
sel-sel osmoreseptor sehingga teriadi stimulasi listrik faktor yang penting pula dalam proses peningkatan
yang mengakibatkan depolarisasi membran sel, permeabilitas selain proses pembentukan cAMP
eksositosis dan penglepasan A V P Sebaliknya jika terjadi D e m e k l o t e t r a s i k l i n , h i p o k a l e m i a , lithium dan
pemasukan air maka osmolalitas ECF akan menurun dan prostaglandin dapat j u g a mengganggu pembentukan
pengembangan sel-sel osmoreseptor akan menghambat cAMP
terjadinya stimulasi listrik dan depolarisasi membran
sel. timulasi non-osmotik utama yang menyebabkan
penglepasan AVP tanpa adanya perubahan osmolalitas MEKANISME KONSENTRASI
ECF a d a l a h d e p l e s i v o l u m e ECF dan hipotensi.
Stimulasi lain adalah keadaan-keadaan dimana teriadi ADH meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan
peningkatan stimulasi adrenergik termasuk rasa nyeri, collecting duct terhadap air sehingga dapat berdifusi
takut, payah j a n t u n g dan hipoksia. Evolusi filogenetik secara pasif akibat adanya perbedaan konsentrasi. Dengan
j a l u r non-osmotik agaknya merupakan bagian yang demikian jika terdapat ADH dalam sirkulasi, misalnya pada
integral dengan reaksi terhadap stress. Dengan demikian keadaan hidropenia, akan tejadi difusi pasif di mana air
AVP akan dilepaskan j u g a pada keadaan stress di mana keluar dari tubulus distal sehingga terjadi keseimbangan
selain berfungsi sebagai A D H , AVP j u g a mempunyai osmotik antara isi tubulus dan korteks yang isotonis.
efek vasokonstriksi. Sejumlah kecil urin yang isotonis memasuki collecting
DIABETES INSIPIDUS 2439

duct melewati medula yang hipertonis. Karena ADH juga terbatas sehingga walaupun disebut diuresis air murni selalu
menyebabkan keseimbangan osmotik antara collecting masih ada walaupun sangat minim zat-zat terlarut yang
ductdan jaringan interstisial medula, maka air secara keluar bersama urin. Pada diuresis umumnya zat-zat terlarut
progresif akan direabsorbsi kembali sehingga terbentuk akan membuat berat jenis urin berkisar antara 1010 atau
urin yang terkonsentrasi. 300 mOsmol/kg berat badan, yang jarang lebih tinggi lagi
karena juga disebabkan akibat aliran urin yang amat cepat
sehingga reabsorbsi air juga terbatas. Secara singkat dapat
MEKANISME DILUSI (PELARUTAN) dikatakan bahwa berat jenis atau osmolalitas urin yang
sangat rendah adalah diuresis air murni sedangkan berat
Jika A D H tidak disekresi, misalnya pada orang yang jenis urin yang mendeteksi iso-osmotik adalah diuresis zat-
t e r h i d r a s i baik, s t r u k t u r - s t r u k t u r distal t e t a p tidak zat terlarut atau kombinasi air dan zat-zat terlarut.
permeabel terhadap air Dengan demikian sewaktu urin
yang hipotonis melewati tubulus distal, Na+ akan lebih
banyak dikeluarkan sehingga osmolalitas urin semakin PEMERIKSAAN KHUSUS UNTUK MENEGAKKAN
b e r k u r a n g . S e l a n j u t n y a urin y a n g sangat hipotonis DIAGNOSIS DIABETES INSIPIDUS
memasuki collecting ducf yang juga relatif tidak permeabel
sehingga memungkinkan ekskresi sejumlah besar urin Setelah dapat ditentukan bahwa poliuria yang terjadi
yang terdilusi. adalah diuresis air murni, maka langkah selanjutnya adalah
untuk menentukan jenis penyakit yang menyebabkannya.
Untuk itu tersedia uji-uji coba berikut:
DIAGNOSIS BANDING ANTARA POLIURIA DAN
Hickey-Hare atau Carter-Robbins test, pemberian
DIABETES INSIPIDUS
infus larutan garam hipertonis secara cepat pada orang
normal akan menurunkan jumlah urin, sedangkan pada
Pada tahap pertama perlu dijawab pertanyaan seperti di
diabetes insipidus urin akan menetap atau bertambah.
bawah ini :
Pemberian pitresin akan menyebabkan turunnya jumlah
Apakah bahan utama yang membentuk urin pada
urin pada pasien DIS dan menetapnya jumlah urin pada
poliuria tersebut adalah air tanpa atau dengan zat-zat
pasien DIN.
yang terlarut.
Kekurangan pada pengujian ini adalah :
Apakah yang menyebabkan poliuria tersebut adalah
pada sebagian orang normal, pembebanan larutan
pemasukan bahan tersebut yang berlebihan ke ginjal
garam akan menyebabkan terjadinya diuresis solute
atau pengeluaran yang berlebihan.
yang akan mengaburkan efek ADH.
Apakah yang menyebabkan diuresis ini faktor renal
interpretasi penguiian coba ini adalah all or none
atau ekstrarenal.
sehingga tidak dapat membedakan defect partial
Pertama ditentukan apakah diuresis tersebut atau komplit.
disebabkan oleh air atau zat-zat yang terlarut jika ternyata
zat-zat yang terlarut maka langkah selanjutnya adalah Fluid deprivation menurut Martin Goldberg.
menentukan jenis zat-zat yang terlarut tersebut. Jika Sebelum penguiian dimulai, pasien diminta untuk
jenis diuresis sudah dapat ditentukan berupa air, zat- zat mengosongkan kandung kencingnya kemudian di-
tertentu atau kombinasi air dan zat-zat yang tertentu, timbang berat badannya, diperiksa volume dan berat
maka selanjutnya ditentukan apakah karena terjadi suatu jenis atau osmolalitas urin pertama. Pada saat ini
pemasukan yang berlebihan atau pengeluaran yang diambil sampel plasma untuk diukur osmolalitasnya.
berlebihan. Selanjutnya harus dipisahkan apakah gejala Pasien diminta buang air kecil sesering mungkin
ini disebabkan oleh faktor renal atau ekstrarenal. paling sedikit setiap j a m .

Cara yang paling s e d e r h a n a untuk m e n e n t u k a n Pasien ditimbang setiap j a m bila diuresis lebih dari
apakah pasien poliuria mengalami diuresis air atau zat- 300 ml/iam atau setiap 3 j a m bila diuresis kurang
zat yang terlarut adalah dengan pengukuran berat jenis dari 300 mi/jam.
urin atau lebih baik lagi osmolalitas urin. Secara umum Setiap sampel urin sebaiknya diperiksa osmolalitasnya
diuresis air murni (pure water diuresis) oleh sebab apapun dalam keadaan segar atau kalau hal ini tidak mungkin
akan mempunyai berat jenis kurang dari 1005 atau kurang dilakukan semua sampel harus disimpan dalam botol
dari 200 mOsmol/kg berat badan. Nilai terendah pada yang tertutup rapat serta disimpan dalam lemari es.
manusia adalah 1001 atau 50 mOsmol/kg berat badan. • Pengujian dihentikan setelah 16 j a m atau berat badan
Hal ini disebabkan karena aliran urin yang sangat cepat menurun 3-4% tergantung mana yang terjadi lebih
menyebabkan reabsorbsi zat-zat yang terlarut sangat dahulu.
2440 ENDOKRINOLOGI

Pengujian dilanjutkan dengan:


Tabel 1. Etiologi Diabetes Insipidus yang Sensitif
Uji nikotin Terhadap Vasopresin
Pasien dinninta untuk merokok dan menghisap dalam- Bentuk idiopatik
dalam sebanyak 3 batang dalam waktu 15-20 menit. Bentuk non-familiar
T e r u s k a n p e n g u k u r a n v o l u m e , b e r a t j e n i s dan Bentuk familiar
osmolalitas setiap sampel urin sampai osmolalitas/ Pasca hipofisektomi
berat j e n i s urin m e n u r u n d i b a n d i n g k a n d e n g a n Trauma
sebelum diberikan nikotin. Fraktur dasar tulang tengkorak
Tumor
Kemudian uji coba diteruskan dengan : Karsinoma metastasis
Uji Vasopresin : Kraniofaringioma
Kista supraselar
Berikan Pitresin dalam minyak 5 m, intramuskular
Pinealoma
Ukur volume, berat jenis, dan osmolalitas urin pada
Granuloma
diuresis berikutnya atau 1 j a m kemudian. Sarkoid
Tuberkulosis
Pada Orang Normal Sifilis
Akan terjadi peningkatan osmolalitas urin maksimal sampai Infeksi
1000 mOsmol/kg berat badan. Tidak adanya peningkatan Meningitis
osmolalitas lebih lanjut setelah pemberian nikotin dan Ensefalitis
pitresin menunjukkan adanya stimulasi penglepasan Landry-Guillain-Barre's Syndrome
ADH yang maksimal dan Respons ginjal yang maksimal Vaskular
Trombosis atau perdarahan serebral
terhadap ADH.
Aneurisma serebral
Post partum necrosis (Sheehan's syndrome)
Defect Osmoreseptor
Histiocytosis
Pada defect parsial terjadi sedikit peningkatan osmolalitas Granuloma eosinofilik
urin, pada defect yang komplit tidak terjadi peningkatan Penyakit Schuller-Christian
osmolalitas urin sama sekali. Peningkatan osmolalitas urin
setelah pemberian nikotin dan pitresin menunjukkan bahwa
stimulasi non-osmotik dapat menyebabkan peningkatan
PENGOBATAN DIABETES INSIPIDUS
sekresi ADH dan tubulus ginjal belum jenuh oleh ADH
endogen.
Pengobatan diabetes insipidus harus disesuaikan dengan
gejala yang ditimbulkannya. Pada pasien DIS parsial
Defect Reglo hypoth.l.miconeurohypophyse./ls
dengan mekanisme rasa haus yang utuh tidak dipedukan
Pada partial flu id deprivation defect akan terjadi peningkatan
terapi apa-apa selama gejala nokturia dan poliuria tidak
osmolalitas urin sedikit, sedangkan pada defect komplit
mengganggu tidur dan aktivitas sehari-hari. Tetapi pasien
os-molalitas tidak akan meningkat sama sekali. Nikotin
dengan gangguan pada pusat rasa haus, diterapi dengan
tidak menimbulkan Respons apa-apa, akan tetapi pitresin
p e n g a w a s a n yang ketat untuk mencegah terjadinya
akan meningkatkan osmolalitas urin. Hal ini menunjukkan
dehidrasi. Ini juga berlaku bagi orang-orang yang dalam
adanya defect sentral dan Respons tubular yang normal.
keadaan normal hanya menderita DIS parsial tetapi
pada suatu saat kehilangan kesadaran atau tidak dapat
Defect Respons Tubular
berkomunikasi.
Baik deprivation test, nikotin dan pitresin, tidak akan
Pada DIS yang komplit biasanya diperlukan terapi
menghasilkan peningkatan osmolalitas urin pada defect
h o r m o n p e n g g a n t i (hormonal replacemen). DDAVP
tubular komplit. Pada partial fluid deprivation defect
{^-desamino-8-d-arginine vasopressin) merupakan obat
akan menyebabkan sedikit peningkatan osmolalitas urin
pilihan utama untuk DIS. Obat ini merupakan analog
sedangkan nikotin dan Setelah dapat ditentukan apakah
arginine vasopressin manusia sintetik, mempunyai
diabetes insipidus yang diderita merupakan DIS atau
lama kerja yang panjang dan hanya mempunyai sedikit
DIS maka selanjutnya perlu dicari etiologinya walaupun
efek samping j a r a n g menimbulkan alergi dan hanya
sebagian besar idiopatik. Untuk itu diperlukan anamnesis
mengenai penyakit keluarga, trauma, operasi, radiasi, mempunyai sedikit pressor effec). Vasopressin tan note

penyakit dahulu dan pemeriksaan khusus lainnya seperti dalam minyak (campuran lysine dan arginine vasopressin)
kampimetri, foto sela tursika, foto BNO-IVR ultrasonografi, memerlukan suntikan setiap 3-4 hari. Vasopressin dalam
scanning dan Iain-Iain atas indikasi. Daftar penyebab aqua hanya bermanfaat untuk diagnostik karena lama
diabetes insipidus dapat dilihat seperti dalam tabel 1. kerjanya yang pendek.
DIABETES INSIPIDUS 2441

Selain terapi hormon pengganti dapat juga dipakai terapi Klorpropamid


adjuvant yang secara fisiologis nnengatur keseinnbangan Meningkatkan efek ADH yang masih ada terhadap tubulus
air dengan cara : ginjal dan mungkin pula dapat meningkatkan penglepasan
Mengurangi jumlah air ke tubulus distal dan collecting ADH dari hipofisis. Dengan demikian obat ini tidak dapat
duct. dipakai pada DIS komplit atau DIN. Efek samping yang
Memacu penglepasan ADH endogen. harus diperhatikan adalah timbulnya hipoglikemia. Dapat
Meningkatkan efek ADH endogen yang masih ada dikombinasi dengan tiazid untuk mencapai efek maksimal.
pada tubulus ginjal. Tidak ada sulfonilurea yang lebih efektif dan kurang toksik
dibandingkan dengan klorpropamid pengobatan diabetes
Obat-obatan adjuvan yang biasa dipakai adalah: insipidus.

Diuretik Tiazid Klofibrat


M e n y e b a b k a n suatu natriuresis s e m e n t a r a , d e p l e s i S e p e r t i k l o r p r o p a m i d , klofibrat j u g a m e n i n g k a t k a n
ECF ringan dan penurunan GFR. Hal ini menyebabkan penglepasan ADH endogen. Kekurangan klofibrat
peningkatan reabsorbsi Na+ dan air pada nefron yang dibandingkan dengan klorpropamid adalah harus diberikan
lebih proksimal sehingga menyebabkan berkurangnya air 4 kali sehari, tetapi tidak menimbulkan hipoglikemia. Efek
yang masuk ke tubulus distal dan collecting duct. Tetapi samping lain adalah gangguan saluran cerna, miositis,
penurunan EABV (Effective arterial blood volume) dapat gangguan fungsi hati. Dapat dikombinasi dengan tiazid
menyebabkan terjadinya hipotensi ortostatik. Obat ini dan klorpropamid untuk dapat memperoleh efek maksimal
dapat dipakai pada DIS maupun DIN. dan mengurangi efek samping pada DIS parsial.

Karbamazepin
Tabel 2. Penyebab Diabetes Insipidus Nefrogenetik
Suatu antikonvulsan yang terutama efektif dalam
yang Didapat
pengobatan tic douloureux, mempunyai efek seperti
a. Penyakit ginjal kronik klofibrat tetapi hanya mempunyai sedikit kegunaan dan
Penyakit ginjal polikistik
tidak dianjurkan untuk dipakai secara rutin.
Medullary cystic disease
Pielonefritis
Obstruksi ureteral
Gagal gainjal lanjut REFERENSi
b. Gangguan elektrolit
Hipokalemia Goldberg, Martin. Abnormalities in the renal excretion of water
Hiperkalsemia pathophysiology and differential diagnosis. Med Clin North
c. Obat-obatan Am, Philadelphia, London, Toronto, Sydney: WB Saunders
Litium Co; 1963; 47:4:91526-.
Demeklosiklin Leaf, Alexander. Diabetes insipidus. I n : Cecil Textbook of
Asetoheksamid Medicine. 15th ed, Tokyo:WB Saunders Co-lgaku Shoin Ltd;
Tolazamid 1979.p.20101-.
Glikurid Singer, Irwin. Differential diagnosis of polyuria and diabetes
Propoksifen insipidus. Med C l i n North A m , Philadelphia, London,
Toronto, Sydney: WB Saunders Co, March; 1981 :65:2:303-
Amfolarisin
20.
Vinblastin
Schrier, Robert W, Leaf, Alenxander. Effect of hormones on water
Kolkisin
sodium chloride and potassium metabolism. In: William's
d. Penyakit Sickle Cell
(ed). Textbook of Endocrinology, Sixth ed, Tokyo: W B
e. Gangguan diet
Saunders Co-lgaku Shoin Ltd; 1981.p.l0326-.
Intake air yang berlebihan
Penurunan intake NaCI
Penurunan intake protein
f Lain-lain
Multipel mieloma
Amiloidosis
Penyakit Sjogren's
Sarkoidosis
320
TUMOR HIPOFISIS
Pradana Soewondo

PENDAHULUAN yang sebenarnya dilakukan untuk kondisi yang tidak ada


kaitannya dengan gangguan hipofisis.
Tumor hipofisis adalah neoplasma intrakranial yang relatif Adenoma hipofisis yang ditemukan pada pemeriksaan
sering dijumpai, serta merupakan 10-15% dari seluruh CT atau MRI tanpa disertai adanya gejala atau tanda yang
neoplasma intrakranial. Tumor jenis ini seringkali sulit menunjukkan adanya gangguan hipofisis sering disebut
diobati dan tidak j a r a n g terjadi kambuhan, meskipun insidentaloma. Prevalensi insidentaloma hipofisis yang
telah dilakukan tindakan bedah. Walaupun telah banyak ditemukan pada MRI sebesar kurang lebih 10%, dan
penelitian mengenai tumor hipofisis, patogenesis terjadinya hampir 9 9 . 5 % diantaranya merupakan mikroadenoma.
tumor ini belum jelas seluruhnya. Umumnya dianggap Mikroadenoma juga dilaporkan ditemukan pada 1.5-27%
bahwa neoplasma hipofisis merupakan tumor primer kasus otopsi tanpa kecurigaan gangguan hipofisis.
hipofisis. Penelitian biomolekular menunjukkan bahwa Sebagian besar tumor hipofisis d i t e m u k a n pada
tumor hipofisis, baik functioning maupun non-functioning, d e w a s a m u d a , n a m u n d a p a t pula d i t e m u k a n pada
berasal dari pertumbuhan satu klon (monoklonal). remaja maupun usia lanjut. Sementara itu, kepustakaan
Diagnosis tumor hipofisis seringkali terlambat karena lain menuliskan bahwa tumor hipofisis dapat ditemukan
kurangnya kewaspadaan, serta gejala dan tanda klinis yang pada semua umur, namun insidensnya meningkat dengan
minimal. Dalam dua dekade terakhir, terjadi peningkatan semakin meningkatnya usia, dan puncaknya antara dekade
insiden tumor hipofisis yang disebabkan kemajuan pada ketiga dan kelima.
sarana diagnosis, seperti computed tomography (CT), Untuk dapat m e m p e r o l e h perkiraan terbaik dari
magnetic resonacte imaging (MRI), dan berbagai macam prevalensi adenoma hipofis pada populasi, telah dilakukan
teknik radioimmunoassay baru untuk pemeriksaan sebuah meta analisis dari 12 manuskrip (7 pemeriksaan
hormon. otopsi dan 5 pemeriksaan radiologi). Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa, ada hubungan yang jelas
antara prevalensi dengan metodologi yang digunakan.
EPIDEMIOLOGI D e n g a n tehnik y a n g sensitif d i d a p a t k a n prevalensi
mikroadenoma sekitar 20%; setidaknya 1/3 dari tumor
Tumor hipofisis merupakan 10-15% dari seluruh neoplasma tersebut secara klinis penting karena menghasilkan satu
intrakranial; tiga perempat tumor hipofisis mensekresi atau lebih hormon hipofisis anterior; makroadenoma
hormon hipofisis dalam jumlah yang abnormal. Insidens ditemukan pada 1/555 penduduk berusia di atas dekade
per tahun dari neoplasma hipofisis bervariasi, yaitu antara keempat.
1-7/100.000 penduduk. Pada sebuah studi 10.370 kasus Berdasarkan temuan-temuan tersebut berarti banyak
otopsi, Prevalensi mikroadenoma hipofisis sebesar 1 1 % . pasien dengan mikro dan makroadenoma seringkali tidak
Sementara penelitian lain menemukan adenoma hipofisis terdiagnosis. Sehingga harus dilakukan upaya untuk
pada 10-25% kasus otopsi unselected dan pada 10% m e n i n g k a t k a n deteksi t u m o r tersebut karena dapat
orang normal yang menjalani pemeriksaan MRI. Dengan berpengaruh secara signifikan terhadap (peningkatan
adanya kemajuan MRI dengan resolusi tinggi, maka risiko osteoporosis, penyakit jantung) dan kualitas hidup
seringkali ditemukan lesi hipofisis pada pemeriksaan (libido, perubahan mood dan daya ingat).

2442
TUMOR HIPOFISIS 2443

M i k r o a d e n o m a tidak secara langsung m e n y e b a b k a n


I Tabel 1. Prevalensi Adenoma Hipofisis mortalitas yang tinggi. Tumor ini biasanya terlalu kecil
Tipe Adenoma untuk dapat m e n y e b a b k a n erosi tulang atau untuk
GH cell adenoma dapat menekan struktur sekitar, misalnya kiasma optik.
PRL cell adenoma M o r b i d i t a s m i k r o a d e n o m a d i s e b a b k a n oleh sekresi
GH and PRL cell adenoma
hormon yang berlebih.
ACTH cell adenoma
Morbiditas pada makroadenoma bervariasi, mulai
Gonadotroph cell adenoma
dari tumor nonfungsional sampai makroadenoma yang
Nonfunctioning adenoma
menyebabkan disabilitas. Morbiditas disebabkan oleh
TSH cell adenoma
efek masa tumor (misalnya hemianopsia bitemporal),
Unclassified adenoma
ACJH-Adrenocorticotropic hormone; GH = Growth hormone; ketidakseimbangan hormonal (defisiensi hormon hipofisis
PRi=Prolactin; JSH = Thyroid-stimulating hormone karena kompresi sel hipofisis normal atau produksi hormon
yang berlebih oleh tumor), dan komorbiditas pasien. Terapi
dari makroadenoma j u g a dikaitkan dengan morbiditas
KLASIFIKASI
yang bermakna.
Adenoma hipofisis biasanya pertumbuhannya lambat
dan bersifat j i n a k . Berdasarkan ukurannya, tumor
hipofisis dapat dibagi menjadi mikroadenoma (diameter MANIFESTASI KLINIS
<1 cm) dan makroadenoma (diameter >1 cm). Tumor
fungsional lebih sering ditemukan pada usia yang lebih Gangguan pada hipofisis dapat memiliki gambaran klinis

muda, sedangkan tumor nonfungsional sebagian besar yang bervariasi. Gambaran klinis tersebut dapat berupa

ditemukan pada usia yang lebih tua. Tumor hipofis juga satu atau lebih gejala/tanda di bawah i n i :
dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristik pewarnaan Defisiensi satu atau lebih hormon hipofisis
histopatologi {staining), yaitu kromofobik dan kromofilik. Kelebihan hormon (terutama prolaktin, G H , dan
Tumor kromofilik dapat dibedakan lagi berdasarkan ACTH)
pewarnaan hematoksilin eosin menjadi eosinofilik dan Efek masa tumor (sakit kepala, hemianopsia b i -
basofilik. temporal)
Ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan
W a l a u p u n d e m i k i a n , klasifikasi ini terbukti tidak
CT atau MRI
mempunyai nilai klinis dan sekarang sudah mulai digantikan
dengan klasifikasi yang bersifat lebih fungsional dengan Tumor hipofis dapat menunjukkan gejala dan tanda
menggunakan mikroskop elektron dan imunohistokimia. yang disebabkan oleh hipofungsi atau hiperfungsi dan
Tehnik ini dapat mengidentifikasi produksi hormon pada atau efek masa tumor. Kebanyakan pasien datang dengan
adenoma kromofob, yang memungkinkan ahli patologi gejala dan tanda hipersekresi hormon, defek lapang
untuk dapat mengidentifikasikan hormon yang diproduksi pandang, sakit kepala dan hipopituitarisme (tabel 2).
oleh tumor eosinofilik. Selain itu j u g a ditemukan bahwa Diabetes insipidus preoperatif sangat jarang ditemukan
banyak tumor mensekresikan lebih dari satu hormon. dan menunjukkan kemungkinan adanya keterlibatan
Bentuk mutasi dari P53, suatu gen supressor tumor, juga hipotalamus atau infark hipofisis.
dapat ditemukan secara histologis serta menunjukkan Efek masa tumor pada daerah sella y a n g sering
bahwa tumor tersebut pertumbuhannya akan sangat cepat. ditemukan adalah ganguan penglihatan (makroadenoma)
Dengan pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan dan sakit kepala (makro dan mikroadenoama). Penekanan
imunohistokimia, diketahui bahwa 85-90% tumor pada kiasma optikum atau cabangnya akan mengakibatkan
hipofisis merupakan tumor functioning, yang terdiri dari defek pada lapang pandang. Gangguan lapang pandang
prolaktinoma (60%), tumor yang memproduksi GH dan
ACTH masing-masing sebesar 2 0 % dan 10%; sementara
tumor dengan hipersekresi TSH dan gonadotropik sangat Tabel 2. Gambaran Klinis Tumor Hipofisis ^
jarang. Sedangkan tumor hipofisis yang non functioning Hipersekresi hormon
hanya 10%). Gangguan lapang pandang
Sakit kepala
Hipopituitarisme
Apopleksi hipofisis
MORBIDITAS DAN MORTALITAS
Hidrosefalus
Gangguan saraf kranial
Morbiditas tumor hipofisis bergantung pada produksi
Epilepsi lobus temporal
hormon berlebih, ataupun defisiensi hormon tertentu.
2444 ENDOKRINOLOGI

yang sering ditennukan berupa hemianopia bitemporal. Efek hormon hipofisis tergantung dari jenis hormon
Ekstensi lateral dari masa tumor ke sinus kavernosus dapat yang terlibat. Semakin besar tumor, maka semakin besar
menyebabkan diplopia, ptosis, atau perubahan sensasi pula kemungkinan keterlibatan sebagian besar hormon.
wajah. Di antara saraf-saraf kranial yang ada, saraf kranial Sel-sel hipofisis anterior tidak semua sama kerentanannya
III, merupakan saraf yang sering terkena. Mengenai sakit terhadap efek desakan massa tumor. Yang paling rentan
kepala oleh efek masa tumor, tidak ditemukan adanya pola adalah somatotrophs dan gonadotrophs, sedangkan
yang spesifik dan biasanya sangat mengganggu namun corticotrophs dan thyrotrophs bersifat lebih resisten.
dapat hilang dengan pemberian analgetik. Selain dari efek desakan massa tumor, gambaran
klinis lainnya dapat berupa penurunan libido dan ataupun
disfungsi ereksi pada laki-laki, haid yang tidak teratur atau
ANAMNESIS amenorea pada perempuan premenopause serta mudah
lelah (defisiensi hormon tiroid, kortisol, GH).
Insidentaloma biasanya tidak mempunyai gejala. Pasien dengan akromegali biasanya sudah mempunyai
Incidentaloma terlalu kecil untuk dapat menyebabkan gejala penyakit tersebut sejak 7 tahun sebelum diagnosis
gejala yang disebabkan oleh efek masa tumor. Pasien ditetapkan. Dalam anamnesis dapat ditemukan adanya
dengan makroadenoma dapat asimtomatik atau datang pembesaran tangan, kaki dan tulang wajah; nyeri s e n d i ;
dengan keluhan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan sleep apnea; keringat berlebih ; dan skin tags. Perubahan
hormonal atau efek masa tumor. tersebut terjadi secara gradual, sehingga tidak disadari
G a m b a r a n klinis dari m a k r o a d e n o m a t e r u t a m a oleh pasien atau anggota keluarganya atau mungkin
berkaitan dengan efek massa tumor dan penekanannya dianggap sebagai proses menua.
terhadap struktur sekitar. Gejala yang paling sering timbul Pasien dengan sindrom Cashing biasanya mengalami
karena massa tumor di daerah sella adalah gangguan kenaikan berat badan (kecuali pada pasien yang rajin
penglihatan dan sakit kepala. Lima puluh sampai enam berolahraga y a n g biasanya tidak terdapat kenaikan
puluh persen gejala gangguan penglihatan disebabkan b e r a t b a d a n y a n g n y a t a ) , rasa l e l a h , s u s a h tidur,
oleh kompresi struktur saraf optik. Perluasan ke lateral mudah tersinggung, depresi, hilang ingatan, kesulitan
dapat menyebabkan kompresi sinus kavernosus dan dapat berkonsentrasi, kelemahan otot, fraktur tulang, atau
menyebabkan oftalmoplegia, diplopia dan atau ptosis. osteoporosis. Munculnya diabetes atau perburukan dari
Perluasan ke sinus sphenoidalis dapat menyebabkan kontrol diabetes dan timbulnya hipertensi atau perburukan
rinorea spontan (cairan serebrospinal). dari hipertensi yang sedang diobati juga merupakan hal
yang sering ditemukan pada pasien dengan sindrom
Tabel 3 Manlfestasi Klinik Akibat Efek Masa Tumor Cashing.
Sakit kepala Apopleksi hipofisis merupakan akibat infark dari
Sindrom kiasma tumor hipofisis atau dapat juga karena perdarahan tiba-
Sindrom hipotalamus tiba. Merupakan suatu kedaruratan, dan pasien biasanya
Gangguan rasa haus, nafsu makan, rasa kenyang, tidurdan
datang dengan sakit kepala, kolaps tiba-tiba dan dapat
pengaturan suhu
meninggal jika tidak ditangani segera. Biasanya timbul
Diabetes insipidus
Syndrome of inappropriate ADH secretion (SIADH) pada makroadenoma. Pemberian agen stimulasi, seperti
Hidrosefalus obstruktif thyroid-stimulating hormone (TSH), gonadotropin-releasing
Disfungsi saraf kranial III, IV, V,, V^, VI hormone ( G n R H ) , a n d InsuWn-hypoglycemia, telah
Sindrom lobus frontal dan temporal diperkirakan akan menyebabkan peningkatan kebutuhan
Rinorea cairan serebrospinal metabolik makroadenoma, yang akhirnya mengakibatkan
nekrosis.
Sakit kepala a d a l a h g e j a l a y a n g p a l i n g s e r i n g
dikeluhkan dan menjadi alasan untuk melakukan
pemeriksaan MRI. Pendapat bahwa lesi hipofisis kecil tidak PEMERIKSAAN FISIS
dapat menyebabkan sakit kepala, tidaklah sepenuhnya
benar. Mengingat ruang sella tursika cukup kecil, lesi Kebanyakan pasien dengan lesi hipofisis tampak sehat
tumor hipofisis sekecil apapun dapat menyebabkan atau pada pemeriksaan fisik, kecuali pada pasien dengan
memperberat keluhan sakit kepala. Sayangnya, tidak a k r o m e g a l i , s i n d r o m G u s h i n g dan laki-laki d e n g a n
ada gejala sakit kepala yang khas, yang dapat memandu hipogonadisme. Gambaran klinis akromegali meliputi
kearah lesi hipofisis. Pasien mungkin akan mengeluh sakit penonjolan frontal; gambaran muka yang kasar [coarse
di daerah frontal, temporal, atau oksipital atau rasa sakit facial features) termasuk diantaranya pembesaran hidung,
di belakang mata. bibir, lidah, dan rahang {prognathism); peningkatan jarak
TUMOR HIPOFISIS 2445

antar gigi; large beefy hands and feet, sweaty palms; dan Tabel 4. Evaluasi Dasar Hormonal Hipofisis
skin tags.
Kadar serum dari hormon-hormon berikut ini sebaiknya
Gambaran klinis sindrom Gushing meliputi fades diperiksa dengan menggunakan sampel darah pagi hari *
plethora, deposisi lemak supraklavikular, lemak servikal • Prolaktin
posterior, acanthosis nigricans, jerawat, hirsutisme, kulit • LH, FSH dan testosteron atau estradiol
tipis, ecchymoses, and violaceous striae. Pada sindrom • TSH dan tiroksin
Cashing lanjut, dapat ditemukan muscle wasting yang • ACTH dan kortisol
nyata pada lengan atas dan paha, dan pasien mungkin • Insulin like growth factor 1
tidak mampu untuk berubah posisi dari duduk ke berdiri • Kadar kortisol dan testosteron paling tinggi pada pagi hari
tanpa menggunakan bantuan tangan.
Laki-laki dengan hipogonadisme mempunyai testis
Tabel 5. Tes Diagnostik Defisiensi Hormonal Hipofisis
yang kecil dan lunak, serta pertumbuhan rambut yang
Aksis Tes
menurun. Hal ini menunjukkan defisiensi testosteron
Growth hormone IGF-1, ITT, GH-RH/arginine, arginine
dalam jangka cukup lama. Fine wrinkling pada kulit wajah
Adrenocorticotropic Cortisol (pagi), LDCT SDCT, overnight
merupakan hambaran khas dan mungkin merupakan
hormone metyrapone test, ITT
akibat defisiensi testosteron dan G H . Gonadotropins (LH Estradiol (testosteron bebas dan
Pemeriksaan neurooftalmologi berupa tajam and FSH) testosteron total pada laki-laki), FSH,
penglihatan lapang pandang, dan pergerakan bola mata LH, prolactin
penting dilakukan pada pasien dengan makroadenoma. Thyroid-stimulating FT_, index {free J J, TSH
hormone
t a j a m p e n g l i h a t a n d a p a t m e n u r u n pada satu atau
FSH = Follicle-stimulating hormone; FT^ = Thyroxine; GH-RH =
keduabelah mata. Refleks cahaya pada pupil juga dapat
Growth hormone-releasing hormone; IGF-1 = Insulin-like growth
abnormal. Penglihatan warna juga dapat terkena, berupa factor- 7; ITT = Insulin tolerance LDCT = Low-dose
test; cosyntropin
hemiakromatopsia bitemporal terhadap warna merah. test, LH = Luteinizing hormone; SDCT = Standard-dose cosyntropin
test; TSH = Thyroid-stimulating hormone
K a r e n a k i a s m a o p t i k u m t e r l e t a k dekat d e n g a n
tuberkulum sela maka sering ditemukan kompresi kiasma.
Kelainan utama pada kompresi kiasma optikum adalah
Tabel 6. Tes Diagnostik Kelebihan Hormonal Hipofisis
quadranopsia superior bitemporal. Lesi yang lebih besar
Aksis Tes
dapat menyebabkan hemianopsia bitemporal. Pemeriksaan
lapang p a n d a n g selain d e n g a n metode konfrontasi PRL Prolaktin
GH IGF-1, OGTT
dapat juga digunakan perimetri Goldman. Namun studi
ACTH 24-h UFC, LDDST, tes LDDST/
terbaru menganjurkan penggunaan komputer (Allergan
CRH, midnight salivary and serum
Humphrey).
Cortisol
Gonadotropins (LH FSH, LH, a - and ^-subunits
and FSH)
PEMERIKSAAN PENUNJANG TSH FT^ index {free T J , T 3 , TSH
ACTH = Adrenocorticotropic hormone; CRH = Corticotropin-
releasing hormone; FT^ = Thyroxine; FSH = Follicle-stimulating
Pemeriksaan Laboratorium
hormone; GH = Growth hormone; IGF-1 = Insulin-like growth
Diagnosis sekresi h o r m o n hipofisis yang meningkat factor- 7; LDDST = Low-dose dexamethasone suppression test;
atau menurun dibuat berdasarkan temuan biokimia. LH = Luteinizing hormone; OGTT - Oral glucose tolerance test;
PRL = Prolactin; = triiodothyronine; T^ - Thyroxine; TSH =
Hipopituitarisme diduga pada keadaan di mana konsentrasi
Thyroid-stimulating hormone; UFC = Urinary free Cortisol
hormon perifer rendah namun tanpa disertai peningkatan
hormon tropiknya.
Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan hormon tertentu, karena ini merupakan pendekatan yang
kadar basal hormon dan pengukuran dinamis kadar paling cost-effective. Tes hormon dinamis dilakukan untuk
hormon, tergantung dari jenis tumornya. Semua tumor menilai fungsi tumor dan untuk menyingkirkan diagnosis
harus diperiksa kadar hormon basal untuk skrining, banding. Selain itu j u g a dapat untuk menilai kapasitas
termasuk di dalamnya pemeriksaan prolactin, thyrotropin, fungsi hipofisis anterior
thyroxine, adrenocorticotropin, Cortisol, LH, FSH, estradiol,
testosterone, growth hormone, insulinlike growth factor- 7
(IGF-1), and alpha subunit glycoprotein. Sementara itu, PENCITRAAN
kepustakaan lain hanya menganjurkan pemeriksaan kadar
prolaktin pada keadaan dimana tidak ada gejala atau Foto X-rays biasa kurang baik untuk pencitraan jaringan
tanda yang mengarahkan pada kelebihan atau kekurangan lunak, sehingga sudah digantikan oleh CT scan dan MRI. CT
2446 ENDOKRINOLOGI

scan cukup spesifik dan dapat mendeteksi tunnor dengan PENGOBATAN


kalsifikasi, namun detailnya masih kalah jika dibandingkan
dengan MRI. CT scan lebih baik dalam memperlihatkan Tujuan utama pengobatan tumor hipofisis iaiah
struktur t u l a n g d a n kalsifikasi pada j a r i n g a n lunak mengembalikan fungsi hipofisis senormal mungkin dan
daripada X ray dan MRI. CT scon juga bergunajika terdapat mencegah terjadinya kambuhan massa tumor Tujuan lain
kontraindikasi terhadap penggunaan MRI, seperti pasien adalah memperbaiki gangguan penglihatan, mengatasi
dengan pacu jantung. Kelemahan CT scan yang lain adalah g a n g g u a n neurologis, serta memperbaiki g a n g g u a n
pajanan terhadap sinar radiasi yang tinggi. Hal-hal inilah endokrin dan metabolik.
yang membuat MRI merupakan modalitas terpilih untuk Cara pengelolaan terbaik untuk tumor hipofisis,
pencitraan hipofisis. harus ditentukan secara komprehensif dengan memper-
MRI lebih mahal jika dibandingkan dengan CT scan, timbangkan beberapa faktor, yaitu: adanya gangguan
namun memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap endokrin terkait, besar dan ekspansi massa tumor, usia
strukturjaringan lunak dan pembuluh darah, selain itu juga serta keadaan klinis pasien.
tidak terjadi pajanan terhadap radiasi pengion. Resolusi Pilihan terapi yang tersedia iaIah: terapi medikamentosa
yang tinggi membuat MRI dapat mengenali lesi kecil dan primer (terapi supresi hormon dengan bromokriptin dan
dapat diperllhatkan pula hubungannya dengan struktur analog s o m a t o s t a t i n ) dan terapi substitusi h o r m o n
sekitar Sensitivitas MRI untuk mendeteksi mikroadenoma (perioperatif dan post operatif), radiasi eksterna dan
(yang dibuktikan dengan operasi) mencapai 100%, jauh tindakan bedah (adenomektomi). Pada umumnya, pasien
lebih baikjika dibandingkan dengan CT scan yang hanya dengan tumor hipersekresi ACTH dan GH dilakukan
mencapai 50%. Spesifitas dan sensitivitas MRI mecapai terapi tindakan bedah. Sedangkan untuk pasien dengan
9 0 % pada t u m o r s e k r e t o r i . P e m b e r i a n gadolinium prolaktinoma pilihannya menjadi lebih sulit serta masih
diethylenetriamine pentaacetic acid (DTPA) meningkatkan banyak silang pendapat. Terapi gen merupakan terapi
tingkat deteksinya. Angiografi serebral tidak dikerjakan alternatif yang dapat dipertimbangkan, disamping terapi
secara rutin, dan hanya dikerjakan jika dicurigai terdapat klasik yang selama ini dilaksanakan.
lesi vaskular. Apapun terapi yang dipilih, kasus dengan tumor
hipofisis harus selalu diamati untuk menilai terjadinya
kambuhan penyakit ataupun kemungkinan hipopituitarism.
Edukasi perlu diberikan s e h u b u n g a n d e n g a n terapi
DIAGNOSIS
substitusi hormon dalam rangka meningkatkan kualitas
Penatalaksanaan pasien dengan tumor hipofisis tentunya hidup pasien.
dimulai dengan diagnosis yang akurat. Diagnosis yang
akurat memerlukan beberapa unsur, yaitu :
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap dan KESIMPULAN
seksama
/?ewei/v gambaran radiologis (terutama MRI) • Adanya gejala dan tanda endokrin dapat merupakan
Penentuan ada tidaknya hipersekresi atau defisiensi pertanda dini tumor hipofise
hormon Penilaian status hormonal sebaiknya dilakukan pada
Korelasi antara temuan klinis, anatomis dan semua tumor hipofisis
hormonal. Pilihan p e n g o b a t a n s e b a i k n y a d i l a k u k a n secara
komprehensif
Diagnosis biasanya sudah cukupjelas setelah anamnesi
Tindak lanjut dan edukasi sangat penting bagi kualitas
dan pemeriksaan fisik, namun perlu dikonfirmasikan
hidup pasien
dengan pemeriksaan radiologis dan laboratorium.
Telah t e r d a p a t b e b e r a p a k o n s e n s u s mengenai
diagnosis dan penatalaksanaan akromegali dan
REFERENSI
prolaktinoma, namun sayangnya belum ada konsensus
mengenai gangguan hipofisis yang lain. Namun secara Daniels Gilbert, Joseph Martin. Neuroendocrine regulation and
umum, jika pasien sudah didiagnosis menderita tumor diseases of the anterior pituitary and hypothalamus. Dalam:
hipofisis maka diperlukan follow up seumur hidup untuk Isselbacher, Braunwald, et al. Harrison's Principles of Internal
Medicine. Volume 2. Thirteenth Edition. McGraw-Hill; 1994.
mendeteksi rekurensi, memonitor pemberian hormon dan
p. 1891-918.
untuk mengobati komplikasi yang timbul karena tumor Hamrahian Amir. Pituitary Disorders. The Cleveland Clinic.
tersebut. Published July 19, 2002. Disitasi dari : h t t p : / / w w w .
TUMOR HIPOFISIS 2447

clevelandclinicmeded.com/ diseasemanagement/
endocrinology/ pituitary/pituitary.htm Disitasi tanggal 30
Jcinuari 2006.
Hurley David, Ken K Y Ho. Pituitary disease in adults. Series Editors:
D o n a l d J C h i s h o l m a n d Jeffrey D Zajac. MJA Practice Essentials
-Endocrinology. MJA 2004; 180 (8): 41925- Disitasi dari :
http://www.mja.com.au/public/issues /180_08_190404/
hurl0511_fm.html Disitasi tanggal 30 Januari 2006.
Indrajit IK, N Chidambaranathan, K Sundar, I Ahme. Value of
dynamic M R I imaging in pituitary adenomas. Ind J Radiol
Imag 2001 11:4:185190-. Disitasi dari : h t t p : / / w w w . i j r i .
org/20011104/neurorad.htm Disitasi tanggal 30 Januari
2006.
Kattah Jorge. Pituitary tumors. Disitasi dari : h t t p : / / w w w .
emedicine.com/ neuro/topic312.htm. Last Updated: January
18, 2002 Disitasi tanggal 30 Januari 2006.
Klachko David. Pituitary microadenomas. Disitasi d a r i : http://
vvfww.emedicine.com/ m e d / topic2973.htm Last Updated:
August 16, 2005 Disitasi tanggal 30 Januari 2006.
Levy, Lightman. Fortnightly Review: Diagnosis and management
of pituitary tumours. University of Bristol, Department of
Medicine, Bristol Royal Infirmary. BMJ 1994;308:108791-
23) April). Disitasi dari : http://bmj.bmjjoumals.com/cgi/
content/ full/3081087/6936/ Disitasi tanggal 30 Januari
2006.
Mary Lee Vance. Treatment of patients with a pituitary adenoma:
one clinician's experience. Neurosurg Focus 16(4), 2004.
American Association of Neurological Surgeons. M E D S C A P E .
Diabetes and Endocrinology. Disitasi dari : h t t p : / / w w w .
medscape.com/viewarticle/474897?src=search. Disitasi
tanggal 30 Januari 2006.
Mulinda James. Pituitary macroadenomas. Disitasi dari: http://
www.emedicine.com/ med/ topicl379.htm. Last Updated:
January 17, 2006 Disitasi tanggal 30 Januari 2006.
Pituitary Network Association. One out of five adults worldwide
may have a pituitary tumor, new study shows one third
of these mostly non-cancerous tumors may cause serious
disorders. San Antonio, TX - May 4th, 2001. Last Revised
: August 2003. Disitasi dari : http://www.pituitary.com/
news/Pituitary News Updates/PituitaryNews/PNA
Pharmacia News Flash, php Disitasi tanggal 30 Januari
2006.
321
HIPOTIROID
Achmad Rudijanto

PENDAHULUAN tubuh.Berbagai keadaan dapat menimbulkan hipotiroid


baik yang melibatkan kelenjar tiroid secara langsung
Hipotiroid merupakan suatu keadaan dimana tubuh maupun tidak langsung. Mengingat bahwa hormon ini
kekurangan hormon tiroid. Hormon tiroid sangat sangat berperan pada setiap proses dalam sel termasuk
d i p e r l u k a n untuk k e g i a t a n m e t a b o l i s m e , s e h i n g g a dalam otak, menurunnya kadar hormon ini dalam tubuh
kekurangan hormon ini akan menimbulkan tanda dan akan menimbulkan akibat yang luas pada seluruh tubuh.
gejala sebagai akibat menurunnya kegiatan metabolisme
dalam tubuh.
Hipotiroid merupakan salah satu kelainan hormon ETIOLOGI
yang sering dijumpai. Angka prevalensi yang pasti tidak
diketahui dan bervariasi dari satu negara ke negara lain, Penyebab terjadinya hipotiroid dapat dikelompokkan
namun diperkirakan terdapat pada sekitar 5% dari seluruh menjadi beberapa golongan (tabel 1).
populasi. Pada wanita angka prevalensi bahkan lebih Meskipun berbagai faktor dapat merusak kelenjar tiroid
tinggi, mencapai sekitar 10%, sedangkan pada populasi sehingga tidak mampu memproduksi hormon tiroid yang
usia muda kurang dari 22 tahun angka prevalensinya mencukupi, penyebab yang paling sering dijumpai adalah:
lebih rendah.
H o r m o n tiroid berkerja pada hampir setiap sel Penyakit Otoimun
dalam tubuh. Hormon ini mempengaruhi metabolisme Pada beberapa orang, sistem imun yang seharusnya
karbohidrat, lemak, dan protein maupun vitamin, m e n j a g a atau m e n c e g a h t i m b u l n y a penyakit j u s t r u
sehingga sel tubuh dapat mempergunakan enersi dari mengenali secara salah sel kelenjar tiroid dan berbagai
hasil proses metabolisme bahan-bahan tersebut. Hormon yang disintesis di kelenjar tiroid, sehingga merusak sel atau
tiroid j u g a m e m b a n t u regulasi p e r t u m b u h a n tulang enzim tersebut. Sebagai akibatnya hanya tersisa sedikit sel
(bekerjasama dengan hormon pertumbuhan), sintesa atau enzim yang sehat dan tidak cukup untuk mensitesis
berbagai protein serta maturasi jaringan syaraf termasuk hormon tiroid dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan
otak.Hormon ini sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh.Hal ini lebih banyak timbul pada wanita dibanding
dan diferensiasi sel dengan baik.Pengaruh hormon tiroid pria.Tiroiditis otoimun dapat timbul mendadak atau timbul
yang lain adalahmeningkatkan kepekaan tubuh terhadap secara perlahan. Bentuk yag paling sering dijumpai adalah
katekolamin. Apabila kadar hormon tiroid dalam darah tiroiditis Hashimoto dan tiroiditis atrofik
terlalu rendah, sel akan kekurangan hormon sehigga terjadi
ganguan metabolisme, petumbuhan dan diferensiasi sel, Tindakan bedah
maupun aktifitas lain di dalam sel. Pasien dengan nodul tiroid, kanker tiroid atau morbus
Basedow, yang menjalani tindakan bedah mempunyai
risiko untuk terjadinya hipotiroid. Apabila keseluruhan
DEFINISI atau terlalu banyak jaringan kelenjar yang diangkat maka
produksi hormon yang diperlukan oleh tubuh tidak lagi
Hipotiroid merupakan suatu keadaan yang ditandai mencukupi. Bahkan apabila keseluruhan kelenjar diangkat
dengan adanya sintesis hormon yang rendah di dalam maka akan terjadi hipotiroid yang permanen.

2448
HIPOTIROID 2449

label 1. Penyebab Hipotiroid


Hipotiorid primer
• didapat (acquired) Tiroiditis Hashimoto, defisiensi lodium, bahan goitrogenik, sitokin (INF-y, IL-2),
tiroiditis infiltratif (amiloidosis, hemokromatosis, sarkoidosis, struma-Riedel,
skleroderma)
• kongenital Kelainan transportasi iodium (NIS atau mutasi pendrin), defisiensi dehalogenasi-
iodotirosin, defisiensi TPO, gangguan sintesis tiroglobulin, agenesis atau
displasikelenjar tiroid, kelainan reseptor TSH)
Hipotiroid sementara (transient Terjadi setelah tiroiditis subakut atau tiroiditis post-partum
hypothyroidism)
Hipotiroid konsumtif (consumptive Terjadi kerusakan yang cepat akiat adanya ekspresi D3 yang berlebihan pada
hypothyroidism) hemangioma atau hemangioendotelioma
Gangguan deiodinasi dari 14 menjadi Akibat adanya kelainan sequence-bindir\g protein 2 (SBP-2)
T3
Kerusakan kelenjar tiorid karena obat Akibat pemberian inhibitor tirosin-kinase (mis: sunitinib)
Hipotiroid sentral
• didapat (acquired) Kelianan hipopise atau hipotalamus, pemberian retinoid X-reseptor agonis
(bexarotene)
• kongenital Defisiensi TSH atau kelainastruktur TSH, kelainan reseptor TSH
Hormon tiroid resisten Kelainan reseptor hormon tiroid

Terapi dengan V^^ Kekurangan asupan iodium akan berpengaruh terhadap


Terapi dengan V^'^ bertujuan untuk merusak sel kelenjar sintesis hormon.
tiroid. Kerusakan yang terlalu banyak dari sel kelenjar juga
akan menimbulkan hipotiroid. Kerusakan Kelenjar Hipofise
Tumor, radiasi, atau tindakan bedah dapat menimbulkan
Hipotiroid Kongenital k e r u s a k a n p a d a hipofisis. Bila hal ini terjadi maka
Beberapa bayi lahir dengan kelenjar tiroid yang tidak sintesis hormon TSH (thyroid stimulating hormone) yang
t e r b e n t u k atau hanya memiliki kelenjar tiroid yang memicu kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid akan
terbentuk sebagian. Beberapa yang lain kelenjar tiroid berkurang. Sebagai akibatnya akan terjadi penurunan
terbentuk ditempat yang tidak seharusnya (ektopik) sintesis hormon tiroid.
atau sel-sel kelenjar tiroidnya tidak berfungsi. Terdapat Meskipun sangat j a r a n g , beberapa penyakit dapat
juga enzim yang berperan pada sintesis hormon bekerja m e n y e b a b k a n t e r j a d i n y a h i p o t i r o i d . Pada p e n y a k i t
dengan tidak baik. Pada keadaan demikian ini akan terjadi sarkoidosis dapat terjadi penumpukan granuloma pada
gangguan produksi sehingga kebutuhan hormon tiroid kelenjar tiroid, sedangkan pada amiloidosis dapat terjadi
tidak tercukupi dan timbul hipotiroid. penumpukan protein amilod pada kelenjar. Demikian juga
pada hemokromatosis dapat terjadi penumpukan besi
Tiroiditis pada jaringan kelenjar Kesemuanya akan menimbulkan
Infeksi tiroid oleh virus sering diikuti terjadinya proses gangguan pada fungsi kelenjar tiroid dalam mensitesis
keradangan kelenjar tiroid. Pada awalnya akan terjadi hormon.
peningkatan sintesis hormon, akan tetapi sebagai akibat
proses yang berlanjut akan terjadi kerusakan sel kelenjar
yang kemudian diikuti dengan penurunan sintesis hormon PATOGENESIS
dan mengakibatkan terjadinya hipotiroid
Patogenesis hipotiroid sangat bervariasi, tergantung
Obat-obatan pada penyebab hipotiroid. Patogenesis hipotiroid pada
Amidodarone, litium, interferon alfa dan interlekin-2 dapat beberapa penyakit adalah sebagai berikut:
menghambat sintesis hormon tiroid. Obat-obatan ini pada
umumnya menimbulkan hipotiroid pada pasien yang Tiroiditis Autoimun
memiliki bakat genetik penyakit tiroid otoimun Pada tiroiditis Hashimoto, terjadi peningkatan inflitrasi
limfosit kedalam jaringan kelejar tiroid yang mengakibatkan
Kekurangan Asupan lodium terbentuknya inti "germina", dan metaplasia oksifil. Folikel
lodium merupakan bahan dasar sintesis hormon tiroid. koloid tidak terbentuk dan terjadi fibrosis ringan sampai
2450 ENDOKRINOLOGI

sedang. Pada tiroiditis atrofik terjadi proses fibrosis yang kelenjar tiroid akibat terapi l"^akan terjadi secara bertahap
lebih banyak dengan lebih sedikit inflitrasi limfosit dan dan diperlukan waktu sekitar 6 sampai 18 minggu untuk
tidak terbentuknya folikel tiroid. terjadinya hipotiroid.
Faktor genetik dan lingkungan berpengaruh terhadap
timbulnya tiroiditis otoimun.Tiroiditis otoimun banyak Hipotiroid Kongenital
terjadi pada individu yang memiliki hubungan keluarga. Hipotiroid yang terjadi pada pada bayi baru lahir dapat
Polimorfisme HLA-DR, diketahui sangat terkait dengan berlangsung secara permanen atau sementara. Hipotiroid
tiroiditis otoimun seperti HLA-DR3, DR4 dan DR5 pada kongenital yang permanen, ditandai dengan adanya
kelompok kaukasia. Sedangkan polimorfisme sel regulator perubahan struktur, baik aplasia maupun hipoplasia atau
gen CTLA-4 diketahui mempunyai kaitan yang tidak begitu terjadi perubahan lokasi kelenjar tiroid (ektopik).
nyata dengan terjadinya tiroiditis otoimun. Polimorfisme Hasil penelitian dengan skaning menunjukkan bahwa
H L A - D R dan C T L A - 4 d i k e t a h u i b e r t a n g g u n g j a w a b dishomogenesis {aninborn error of metabolism) yang
terhadap sekitar 50% kasus tiroiditis otoimun. disertai ganguan pada sintesis T4 (tiroksin) didapatkan
Aktifasi CD-4+, CD-8+ dan limfosit-B pada tiroiditis pada 10-20% bayi baru lahir dengan hipotiroid kongenital.
o t o i m u m merupakan mediator terjadinya kerusakan Sedangkan resistensi TSHsebagai akibat adanya kelainan
sel kelenjar tiroid. CD-8+ merupakan mediator utama pada reseptor tirotropin didapatkan pada sekitar 10%
timbulnya proses tersebut yang menimbulkan nekrosis kasus hipotiroid kongenital.
sel akibat pengaruh perforin dan terjadinya apoptosis Berbagai penyebab terjadinya hipotiroid pada bayi
sel oleh granzyme-B. Lebih lanjut berbagai sitokin (TNF- baru lahir yang bersifat sementara antara lain: adanya
alpha, 11-1, IFN-gama) yang diproduksi oleh sel-Takan bloking antibodi ibu terhadap tirotropin, adanya paparan
m e m u d a h k a n terjadinya apoptosis sel tiroid melalui terhadap obat anti tiroid yang dikonsumsi ibu, defisiensi
aktifasi death receptor. Berbagai sitokin tersebut j u g a iodium ataupun akibat iodium yang berlebihan.
mengganggu fungsi sel tiroid secara langsung disamping
merangsang sel tiroid menproduksi molekul pro-inflamasi
yang lain. Meskipun antibodi-TPO dan antibodi terhadap GEJALA DAN TANDA HIPOTIROIDISME
tiroglobulin merupakan petanda adanya proses otoimun
pada kelenjar tiroid, ternyata kedua antibodi tersebut Perjalanan penyakit biasanya terjadi secara perlahan. Pasien
hanya berperan pada penguatan proses otoimun yang baru sadar mengalami hipotiroid ketika terjadi perbaikan
sudah terjadi. tanda dan gejala hipotiroid setelah mendapatkan terapi
yang memadai. Manifestasi hipotorid terlihat pada semua
Hipotiroid Aldbat Defisiensi lodium organ tubuh, gejala yang timbul tergantung pada kelainan
lodium merupakan bahan dasar hormon tiroid, kekurangan yang mendasari serta berat ringannya hipotiroid.
asupan iodium dalam jangka panjang akan mengganggu Hormon tiroid sangat diperlukan untuk pertumbuhan
sintesis hormon. Kekurangan iodium yang lama dan perkembangan jaringan otak dan saraf. Hipotiroid
menimbulkan gondok endemik yang sering diketemukan pada janin dalam kandungan atau bayi baru lahir akan
pada daerah dengan asupan iodium penduduk yang mengganggu pertumbuhan otak dan saraf. Bila tidak
kurang. s e g e r a d i k o r e k s i pada masa awal k e h i d u p a n a k a n
berdampak pada kerusakan jaringan otak dan saraf yang
Hipotiroid pada Pemberian lodium Dosis Besar permanen. Defisiensi hormon yang terjadi pada orang
Konsumsi iodium dalam j u m l a h yang besar akan dewasa, tidak terlalu nyata menimbulkan kelainan otak
menghambat proses pengikatan iodium dengan dan syaraf dan dapat diperbaiki dengan terapi hormon.
tiroglobulin (proses binding), serta menghambat pelepasan Gejala yang terjadi pada orang dewasa berupa penurunan
hormon tiroid dari dalam folikel. Gambaran histopatologis daya intektual, menurunnya nada bicara, ganguan memori,
pada kelainan ini adalah adanya hiperplasia yang berat. letargi, rasa ngantuk yang berlebihan dan pada orang
T4 bebas rendah dan TSH meningkat, dan kadar iodium tua terjadi demensia. Pada hipotiroid yang berat dapat
urin sangat meningkat. menimbulkan koma mixedema yang disertai kejang (ataksi
serebral), penurunan pendengaran, suara yang berat
Hipotiroid Akibat Tindakan Bedah dan Terapi V^^ dan serak dan gerakan yang yang sangat lambat. Refiek
Hipotiroid yang terjadi sebagai akibat terlalu banyaknya fisiologis menurun dan pada rekam EEG menunjukkan
sel kelenjar yang terangkat akibat proses pembedahan adanya perlambatan aktifitas dan hilangnya amplitudo
ataupun rusak akibat proses ablasi. Sebagai akibatnya gelombang alfa.
tidak cukup banyak sel kelenjar tiroid yang tersisa yang Pada kulit, h i p o t i r o i d m e n y e b a b k a n terjadinya
mampu memproduksi cukup hormon tiroid. Nekrosis sel p e n u m p u k a n a s a m - h i a l u r o n i k y a n g akan m e r u b a h
HIPOTIROID 2451

komposisi j a r i n g a n dasar kulit ataupun jaringan lain. dan mengakibatkan terjadinya hipoksia. Kelainan yang
Oleh karena asam-hialuronik merupakan bahan yang terjadi pada organ pernapasan tersebut ikut berperan
higroskopis, penumpukan materi ini akan menimbulkan pada timbulnya koma pada mixedema.
peningkatan kandungan cairan sehingga terjadi edema, P e n g a r u h pada o r g a n p e n c e r n a a n a n t a r a lain
penebalan kulit dan sembab pada wajah (myxedema). terjadinya gangguan penyerapan. Meskipun diketahui
Pada penyakit tiroiditis Hashimoto, dapat disertai adanya adanya penurunan penyerapaan berbagai bahan makanan,
pigmentasi kulit yang menghilang (vitiligo) dan merupakan tidak semua bahan makanan mengalami hal yang sama.
ciri dari kelainan kulit akibat proses otoimun. Hal ini dimungkinkan oleh adanya penurunan motilitas
Dampak hipotiroid pada jantung akan mengakibatkan usus, sehingga masa penyerapan berlangsung lebih lama
penurunan output-kardiak sebagai akibat penurunan untuk bahan-bahan tertentu. Meskipun terjadi penurunan
volume curah jantung dan bradikardi. Hal ini mencerminkan nafsu m a k a n , sering berat badan j u s t r u m e n i n g k a t ,
adanya pengaruh inotropik maupun kronotropik dari oleh karena adanya edema yang terjadi sebagai akibat
hormon tiroid pada otot jantung. Pada hipotiroid yang adanya retensi cairan di dalam tubuh. Hasil pemeriksaan
berat, terjadi pembesaran j a n t u n g dan suara j a n t u n g laboratorium fungsi hati pada umumnya normal, hanya
melemah yang mungkin disebabkan adanya penumpukan mungkin terjadi penigkatan transaminasi sebagai akibat
cairan di dalam perikard y a n g banyak m e n g a n d u n g terjadinya gangguan klirens.
p r o t e i n dan g l i k o s a m i n o g l i k a n . R e k a m EKG d a p a t Gejala y a n g dapat timbul pada otot antara lain
menunjukkan adanya bradikardi, perpanjangan waktu timbulnya rasa nyeri dan kekakuan otot yang semakin
interval PR, gelombang P dan kompiek QRS yang rendah, memberat bila suhu udara menjadi dingin. Perlambatan
kelainan pada segmen ST dan gelombang T yang lebih kontraksi dan relaksasi otot berpengaruh pada gerak
mendatan Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan ekstremitas dan refleks tendon. Masa otot mungkin akan
adanya peningkatan kadar homosistein, kreatin kinase, berkurang, namun dapat terjadi pembesaran otot akibat
aspartat-amionotranferase serta dehidrogenase-laktat. adanya edema jaringan.
Gabungan kelainan ukuran jantung, perubahan EKG dan Aliran darah ke ginjal, filtrasi glomerulus, reabsorbsi
kelainan enzim disebut sebagai mixedema jantung (cardiac pada tubulus akan mengalami penurunan. Pemeriksaan
myxedema). asam urat menunjukkan adanya peningkatan, meskipun
Pada sistem pernapasan, hipotiroid dapat menimbulkan urea nitrogen maupun keratin mungkin masih normal.
penurunan kapasitas pernapasan maksimal (maximal Penurunan filtrasi cairan akan menimbulkan penumpukan
breathing capacity) dan kapasitas difusi, meskipun mungkin cairan dalam tubuh, meskipun volume plasma turun.
volume paru tidak mengalami ganguan. Hipotiroid juga Hormon tiroid berpengaruh pada pertumbuhan dan
dapat menimbulkan terjadinya efusi pleura. Pada hipotiroid fungsi sistem reproduksi wanita maupun pria. Hipotiroid
yang berat, kinerja otot pernapasan mengalami penurunan yang timbul pada masa anak dan tidak diobati dengan benar

Tabel 2. Tanda dan Gejala Hipotiroid


Gejala Tanda
• merasa lelah dan lemah Lambat bergerak
• Kulit kering Lambatberbicara
• Tidak tahan terhadap suhu dingin Kulit kering dan kasar
• Rambut rontok Ujung ekstremitas yang dingin
• Sulit berkonsentrasi, cepat lupa dan terkadang disertai Bengkak pada wajah, kaki dan tangan (myxedema)
gangguan mental Botak
• Depresi Bradikardia
• Konstipasi Edema non pitting
• Berat badan b e r t a m b a h dengan nafsu makan yang Hiporefleksi
berkurang Relaksasi tendon terlambat
• Sesak Sindrom Carpal tunnel
• Suara yang memberat Efusi rongga tubuh
• Menoragi
• Parestesi
• Atralgi
• Gangguan pendengaran
• Gangguan haid
di samping tanda dan gejala tersebut, dapat ditemui adanya pembesaran kelenjar tiroid yang merata (difus) pada beberapa
penyakit
2452 ENDOKRINOLOGI

akan menghambat proses pendewasaan sistem reproduksi membantu diagnosis pasien dengan hipotiroid. Hanya
dan masa pubertas akan timbul terlambat. Pada wanita pada keadaan awal hipotiroid dan hipotiroid ringan,
dewasa hipotiroid yang berat menimbulkan penurunan sering tanda-tanda fisik tidak diketemukan.
libido dan g a g a l n y a o v u l a s i . S e k r e s i progresteron Pemeriksaan darah
m e n u r u n s e d a n g k a n proliferasi e n d o m e t r i u m t e t a p Pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar hormon
berlangsung dan sering menimbulkan menstruasi yang merupakan hal yang sangat penting guna menegakkan
tidak teratur Sekresi LH terganggu, terjadi atrofi ovarium diagnosis. Dua macam test, yakni pengukuran kadar
dan gangguan menstruasi sampai amenoroe. Kesuburuan T S H dan T4 ( k h u s u s n y a T4 b e b a s ) merupakan
menurun, dan bila terjadi kehamilan sering mengalami pemeriksaan yang spesifik dan dipergunakan untuk
abortus spontan atau kelahiran premature. menegakkan diagnosis hipotiroid. Peningkatan kadar
Metabolisme androgen dan estrogen terganggu, TSH dan menurunnya kadar T4 bebas menunjukkan
sekresi androgen mengalami penurunan dan metabolisme adanya hipotiroid.
testoteron beralih dari androsteron menjadi etiokolanolon. Pemeriksaan tunggal kadar T4 total tidak dapat
Sintesis protein (globulin) pengikat hormon sex mangalami memberikan kepastian diagnosis hipotiroid. Hal ini
penurunan sehingga konsentrasi testoteron dan estradiol mengingat bahwa T4 setelah dilepaskan dari kelenjar
dalam bentuk terikat diplasma menurun, sedangkan tiroid akan berikatan dengan protein pengikat (thyroid
testoteron dan estradiol bebas meningkat. binding globulin = TBG, thyroid binding pre-albumin
Terjadi penurunan kecepatan metabolisme basal = TBPA, maupun albumin) sehingga tidak aktif Hanya
(BMR) tubuh dan produksi panas. Nafsu makan menurun, sekitar 1 - 2 % T4 yang bebas dan dapat masuk kedalam
suhu badan cenderung rendah dan tidak tahan terhadap sel dan dirubah menjadi T3 bebas melalui proses de-
hawa dingin. Sintesis dan pemecahan protein mengalami iodinasi yangakan memberikan efek biologis.
penurunan dan hal ini dapat menimbulkan gangguan
Algoritme evaluasi pemeriksaan laboratorium dapat
pertumbuhan jaringan otot dan tulang. Degradasi jaringan
dilihat pada gambar 1
lemak lebih banyak terjadi dibanding sintesisnya. Sebagai
akibatnya terjadi peningkatan kadar LDL dan trigliserida
di dalam darah.
PENATALAKSANAAN

Pendekatan penatalaksanaan hipotiroid dapat dilakukan


DIAGNOSIS dengan melihat manifestasi klinis pada penderita.
Pada pasien dengan gejala hipotiroid yang nyata dan
Penegakan diagnosis dilakukan dengan melakukan disertai dengan penurunan T4 bebas dan kenaikan TSH
beberapa pendekatan, seperti: (hipotiroid klinis) memerlukan terapi levotiroksin (T4). Pada
Melakukan pemeriksaan terhadap tanda dan gejala umumnya dosis yang diperlukan sebesar 1.6 pg/kbBB/hari
yang timbul. (total: 100-150 pg/hari). Pada pasien dewasa <60 tahun
Gejala hipotiroid timbul secara perlahan dan tidak tanpa disertai penyakit jantung dan pembuluh darah,
spesifik. Hal ini menyebabkan kesulitan deteksi dini pemberian levotiroksin dimulai dengan dosis rendah (50
keadaan hipotiroid.Beberapa keadaan atau penyakit pg/hari). Kadar TSH diukur 2 bulan dihitung dari mulai
lain dapat memberikan gejala yang sama dengan awal terapi. Peningkatan dosis levotiroksin dilakukan
hipotiroid. Hanya pada keadaan hipotiroid yang berat secara perlahan apabila kadarTSH belum mencapai batas
gejala yang timbul lebih mudah dikenali. normal. Penambahan sebesar 12.5 - 25 pg/hari dilakukan
Riwayat penyakit dan keluarga setiap 2 bulan (sesuai dengan pemeriksaan kadar TSH).
Adanya riwayat pengobatan kelenjar tiroid dengan Penurunan dosis sebesar 12.5 - 25 pg/hari juga dilakukan
obat, tindakan bedah, ablasi 1131, radiasi daerah apabila kadar TSH menurun dibawah normal sebagai
leher ataupun menkonsumsi obat-obat lain seperti akibat adanya penekanan produksi T S H . Pada pasien
amiodaron, interferon alfa, interleukin serta litium d e n g a n penyakit Grave y a n g m e n g a l a m i hipotiroid
akan sangat membantu dalam menegakkan diagnosis setelah pengobatan, pada umumnya membutuhkan dosis
hipotiroidisme. Demikian pula bila mempunyai riwayat levotiroksin yang lebih kecil. Hal ini mengingat masih ada
keluarga dengan kelainan tiroid. sebagian jaringan tiroid yang otonom dan menghasilkan
Pemeriksaan fisik h o r m o n . L e v o t i r o k s i n m e m p u n y a i masa paruh y a n g
Pemeriksaan fisik sangat m e m b a n t u p e n e g a k a n panjang (sampai 7 hari), sehingga apabila pasien lupa
diagnosis hipoiroid. Adanya pembesaran kelenjar, minum sekali, maka dosis yang seharusnya diminum
kulit k e r i n g , e d e m a p i t i n g , m e n u r u n n y a refiek hari itu ditambahkan pada dosis hari berikutnya. Adanya
tendon, bradikardi dan gejala-gejala yang lain dapat kelainan mal-absorbsi, pemberian berbagai macam obat
HIPOTIROID 2453

1
Tak ada
tes
Lakukan
pemeriksaan untuk
menyampingkan
efek obat, sick
euthyroid
syndrom/e
selanjutnya
evaluasi fungsi
hipofise anterior

Gambar 1. Evaluasi laboratorium hipotiroid

(kalsium oral, estrogen, kolesteramin, golongan statin, diketahui dari beberapa kali pemeriksaan kadar T S H .
antasida, rifampisin, amiodaron, karbamazepin, sulfas Kecenderungan menjadi hipotiroid klinis pada kelompok
ferosus) dapat menggangu penyerapan maupun sekresi ini semakin besar pada pasien yang disertai dengan hasil
levotiroksin. Sehingga pada pasien yang mendapat terapi TPO-Ab yang positif. Pemberian levotiroksin selalu dimulai
obat tersebut harus mendapatkan perhatian khusus. dengan dosis yang rendah dan dinaikkan secara bertahap.
Efek klinis terapi levotiroksin tidak segera terlihat. Pada pasien yang tidak memerlukan terapi levotiroksin
Pasien baru merasakan hilangnya gejala 3 - 6 bulan (TSH <10 mU/L), pemeriksaan k a d a r T S H perlu dilakukan
setelah kadar TSH mencapai kadar normal. Hal ini perlu setiap tahun.
diberitahukan kepada pasien agar tidak menghentikan Berbagai keadaan khusus seperti pada orang tua atau
program pengobatan yang memang memerlukan waktu pada masa kehamilan, memerlukan pendekatan yang agak
yang panjang. berbeda. Pada orang tua pada umumnya memerlukan
Apabila kadarTSH telah dapat dipertahankan dengan dosis levotiroksin yang lebih rendah. Bila disertai dengan
dosis levotiroksin tertentu, maka pemberian levotiroksin penyakit jantung dan pembuluh darah pemberian dosis
tetap dipertahankan pada dosis tersebut. Selanjutnya awal juga lebih kecil, yakni 12.5 pg/hari.
pemeriksaan kadar TSH dapat dilakukan setiap 1 - 2 Pada wanita yang diketahui memiliki risiko
tahun sekali. hipotiroid yang tinggi harus ditetapkan status fungsi
Pada pasien hipotiroid sub-klinis belum ada tiroid sebelum konsepsi dan dipastikan tidak dalam
kesepakatan rekomendasi terapi levotiroksin. Hipotiroid k e a d a a n h i p o t i r o i d . H i p o t i r o i d pada w a n i t a h a m i l ,
sub-klinis merupakan keadaan dimana pada pasien tidak terutama pada trimester pertama akan menyebabkan
didapatkan gejala hipotiroid, kadar T4 bebas dalam terjadinya g a n g g u a n p e r t u m b u h a n otak j a n i n yang
batas normal namun kadar TSH telah meningkat. Pada d i k a n d u n g n y a . Bahkan adanya T P O - A b yang positif
umumnya terapi levotiroksin belum diberikan apabila saja pada wanita yang eutiroid dapat m e n g g a n g g u
kadar TSH masih < 10 m U / L Terapi baru diberikan apabila kehamilan yang mendorong terjadinya abortus ataupun
peningkatan TSH berlangsung lebih dari 3 bulan yang kelahiran prematur
2454 ENDOKRINOLOGI

REFERENSI

Brent G A , Davies T F . Hypothyroidism and Thyroiditis. In:


Williams Textbook of Endocrinology. 12"" edition. Saunder
- USA. 2011, pp:406 - 439
Breverman L E , Utiger RD. introduction to Hypothyroidism. In:
The Thyroid - a Fundamental and Clinical Text. 8"^ E d . 2000,
pp719-720
Galofre JC, Garcia-Mayor RV, Fluiters E, Femandez-Calvet L, Rego
A, Paramo C & Andrade MA. Incidence of different forms
of thyroid dysfunction and its degrees in an iodine sufficient
area. Thyroidology. 1994, 6:49-54.
Hvmter I, Greene SA, MacDonald T M , Morris A D . Prevalence and
aetiology of hypothyroidism in the youngArch Dis Child
2000;83:207-210
Jameson JL, Weetman AP. Disorder of The Thyroid Gland. In:
Harrison Principle's of Internal Medicine 16"^ E d . 2005,
pp:2104 - 2126
Jameson JL, Weetman A P . Disorder of The Thyroid Gland. In:
Harrison Principle's of Internal Medicine 18"^ E d . 2012,
pp:2911 - 2922
Olney RS, Grosse S D , Vogt Jr R F . Prevalence of Congenital
Hypothyroidism — Current
Trends and Future Directions: Workshop Summary. Pediatrics
2010;125:S31-S36
Vanderpump MP, TunbridgeWM, French JM, Appleton D, Bates
D, Clark F, Grimley Evans J, Hasan DM, Rogers H , Tunbridge
F & Young ET. The incidence of thyroid disorders in the
community: a twenty-year follow-up of the W h i c k h a m
Survey. Clinical Endocrinology. 1995,43:55-68.
322
NODUL TIROID
Johan S. Masjhur

PENDAHULUAN Secara klinik, nodul dibagi menjadi nodul tunggal


(soliter) atau multipel, sedangkan berdasarkan fungsinya
Nodul tiroid merupakan neoplasia endokrin yang paling bisa didapatkan nodul hiperfungsi, hipofungsi, atau
sering d i t e m u k a n di klinik. Karena lokasi anatomik berfungsi normal. Klasifikasi etiologi nodul tiroid dapat
kelenjar tiroid yang unik, yaitu berada di superfisial, dilihat pada tabel 1.
maka nodul tiroid dengan mudah dapat dideteksi baik
melalui pemeriksaan fisik maupun dengan menggunakan Tabel 1. Klasifikasi Nod ul T i r o i d Berdasarkan
berbagai moda diagnostik seperti ultrasonografi, sidik Etiologinya
tiroid (sintigrafi), atau CT scan. Yang menjadi kepedulian
Adenoma Karsinoma
klinik adalah kemungkinan nodul tersebut ganas, di
Adenoma makrofolikuler Papiler (75 persen)
samping keluhan pasien seperti perasaan tidak nyaman
(koloid sederhana) Folikuler (10 persen)
karena tekanan mekanik nodul terhadap organ sekitarnya Adenoma mikrofolikuler Meduler ( 5 - 1 0 persen)
serta masalah kosmetik. Diperlukan uji saring yang (fetal) Anaplastik (5 persen)
cukup spesifik untuk mendeteksi keganasan mengingat Adenoma embrional Lain-lain : Limfoma tiroid
k e m u n g k i n a n n y a hanya sekitar 5% dari nodul yang (trabekular) (5 persen)
ditemukan di klinik. Adenoma sel Hijrthle (oksifilik,
onkositik)
Dasar pemikiran pengelolaan nodul tiroid adalah
Adenoma atipik
bagaimana mendeteksi karsinoma yang mungkin
Adenoma dengan papila
d i t e m u k a n hanya pada sebagian kecil pasien, serta Signet-ring adenoma
menghindarkan pembedahan atau tindakan lain yang Kista Lain-lain
sebenarnya tidak perlu pada sebagian besar pasien lainnya. Kista sederhana (simple cyst) Inflamasi tiroid
Untuk itu perlu dipahami patogenesis, karakteristik nodul Tumor kistik/padat Tiroiditis subakut
serta penilaian risiko, manfaat spesifik dan keterbatasan (perdarahan, nekrotik) Tiroiditis limfositik
alat uji diagnostik serta jenis tindakan atau pengobatan kronik
yang akan dilakukan. Nodul kolloid Penjakit granulomatosa
Nodul dominan pada struma Gangguan pertumbuhan
multinodosa Dermoid
A g e n e s i s lobus tiroid
DEFINISI DAN KLASIFIKASI unilateral (jarang)
S u m b e r : Welker JO and Orlov D.
Di kepustakaan, selain istilah nodul tiroid sering digunakan
pula istilah adenoma tiroid. Istilah adenoma mempunyai
arti yang lebih spesifik yaitu suatu pertumbuhan jinak PREVALENSI
jaringan baru dari struktur kelenjar sedangkan istilah nodul
tidak spesifik karena dapat berupa kista, karsinoma, lobul Prevalensi nodul tiroid berkisar antara 5% sampai 50%
dari jaringan normal, atau lesi fokal lain yang berbeda dari bergantung pada populasi tertentu dan sensitivitas dari
jaringan normal. teknik deteksi; prevalensi nodul tiroid meningkat sesuai
2456 ENDOKRINOLOGI

dengan umur, keterpajanan terhadap radiasi pengion dan karsinoma? Adenoma dari awalnya adalah jinak seperti
defisiensi iodium. Di Amerika Serikat prevalensi nodul halnya karsinoma yang dari awalnya juga ganas; walaupun
tiroid soliter sekitar 4 - 7 % dari penduduk dewasa, 3-4 demikian pada beberapa kasus (yang j a r a n g terjadi)
kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria. Nodul adenoma dapat bertransformasi menjadi ganas.
akan ditemukan lebih banyak lagi pada waktu operasi, WHO menyusun klasifikasi histologi neoplasma tiroid
autopsi, dan dari hasil pemeriksaan ultrasonografi yang dengan membaginya atas dua kelompok besar yaitu
luput atau tidak terdeteksi secara klinik. Pada autopsi adenoma dan tumor ganas yang perlu dipertimbangkan
nodularitas ditemukan pada sekitar 37% dari populasi, 12% dalam menghadapi nodul tiroid (tabel 2).
di antaranya dari kelompok yang tadinya dianggap sebagai
nodul soliter Untungnya hanya sebagian kecil yaitu hanya Tabel 2. Neoplasma Tiroid Berdasarkan Gambaran Histologi
kurang dari 5% nodul tiroid soliter ganas. Belum ada data (Klasifikasi WHO*)
epidemiologi mengenai prevalensi nodul tiroid di berbagai I. Adenoma
daerah di Indonesia yang dikenal memiliki tipologi A Folikuler
geografis dan konsumsi iodium yang bervariasi. Varian koloid
Embrional
- Fetal
Varian sel Hurthle
PATOGENESIS DAN PERJALANAN PENYAKIT B Papiler (kemungkinan ganas)
C. Teratoma
Lingkungan, genetik dan proses autoimun dianggap II. Tumor Ganas
merupakan faktor-faktor penting dalam patogenesis A Berdiferensiasi
nodul tiroid. Namun masih belum dimengerti sepenuhnya 1. Adenokarsinoma papiler
proses perubahan atau pertumbuhan sel-sel folikel tiroid - Murni adenokarsinoma papiler
menjadi nodul. Konsep yang selama ini dianut bahwa - Campuran papiler dan follikuler
(varian termasuk tall cell, folikular,
(hormon perangsang tiroid) TSH secara sinergistik bekerja
oksifil, padat)
dengan insulin d a n / atau insulin-like growth factor I
2. A d e n o k a r s i n o m a f o l l i k u l e r ( v a r i a n :
dan m e m e g a n g peranan penting dalam pengaturan
malignant adenoma, karsinoma sel Hurthle
pertumbuhan sel-sel tiroid perlu ditinjau kembali. Berbagai atau oksifil, lear cell carcinoma, insular
temuan akhir-akhir ini menunjukkan TSH mungkin hanya carcinoma)
merupakan salah satu dari mata rantai di dalam suatu B. . Karsinoma medular (bukan berasal dari sel
jejaring sinyal-sinyal yang kompleks yang memodulasi folikel)
dan mengontrol stimulasi pertumbuhan dan fungsi sel C. Tidak berdiferensiasi
tiroid. Penelitian yang mendalam berikut implikasi klinik 1. Small cell (perlu dibedakan dari limfoma)
2. Giant cell
dari jejaring sinyal tersebut sangat diperlukan untuk
3. Karsinosarkomo
memahami patogenesis nodul tiroid.
D. Lain-lain
A d e n o m a tiroid m e r u p a k a n p e r t u m b u h a n baru 1. Limfoma, sarkoma
monoklonal yang terbentuk sebagai respons terhadap 2. Karsinoma sel skuamosa epidermoid
suatu rangsangan. Faktor herediter tampaknya tidak 3. Fibrosarkoma
memegang peranan penting. Nodul tiroid ditemukan 4 4. Karsinoma mukoepitelial
kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria, walaupun 5. Metastasis tumor
* Direvisi oleh Pacini & De Groot (6)
tidak ada bukti kuat keterkaitan antara estrogen dengan
pertumbuhan sel. Adenoma tiroid tumbuh perlahan dan
menetap selama bertahun-tahun; hal ini mungkin terkait Yang masih d i p e r d e b a t k a n apakah t u m o r tiroid
dengan kenyataan bahwa sel tiroid dewasa biasanya papiler merupakan suatu karsinoma atau tidak? Ada
membelah setiap delapan tahun. Kehamilan cenderung yang berpendapat bahwa tumor papiler harus dianggap
menyebabkan nodul bertambah besar dan menimbulkan sebagai karsinoma, sedangkan yang lainnya menyatakan
pertumbuhan nodul baru. Kadang-kadang dapat terjadi sebagian tumor papiler adalah adenoma jinak. Tumor
perdarahan ke dalam nodul menyebabkan pembesaran tiroid papiler seyogyanya dianggap sebagai karsinoma,
m e n d a d a k serta keluhan n y e r i . Pada w a k t u terjadi walaupun tingkat invasifnya berbeda-beda. Sama halnya
perdarahan ke dalam adenoma, bisa timbul tirotoksikosis dengan adenoma sel Hurthle, banyak ahli patologi yang
selintas dengan peningkatan kadar T4 dan penurunan m e n g a n g g a p n y a sebagai karsinoma dengan derajat
penangkapan iodium [radioiodine uptake). Regresi spontan rendah {low-grade carcinoma).
adenoma dapat terjadi. Sekitar 10% adenoma folikuler merupakan nodul yang
A p a k a h suatu a d e n o m a dapat berubah menjadi hiperfungsi tampak sebagai nodul panas (hot nodule) pada
NODUL TIROID 2457

sidik tiroid yang menekan fungsi jaringan tiroid normal Pada tabel 3 ditampilkan gambaran klinik dari nodul
di sekitarnya dan disebut sebagai nodul tiroid autonom tiroid jinak dan ganas pada pasien dengan nodul tiroid
{Autonomously Functioning Thyroid Nodule = AFTN). soliter; umumnya pasien dengan keganasan tiroid berada
Nodul tersebut dapat menetap selama bertahun-tahun, dalam keadaan eutiroid.
beberapa di antaranya menyebabkan hipertiroidisme
subklinik (kadar T4 masih dalam batas normal tetapi kadar
TSH tersupresi) atau berubah menjadi nodul autonom DIAGNOSTIK
toksik terutama bila diameternya lebih dari 3 cm. Sebagian
lagi akan mengalami nekrosis spontan. Sekitar 2% dari Dewasa ini tersedia berbagai modalitas diagnostik untuk
seluruh kasus tirotoksikosis disebabkan oleh nodul tiroid mengevaluasi nodul tiroid seperti biopsi aspirasi jarum
autonom toksik. halus (BAJAH; Fine Needle Aspiration Biopsy = FNAB),
Di daerah endemik sekitar sepertiga dari pasien ultrasonografi, sidik tiroid (sintigrafi; thyroid scan), dan
tirotoksikosis disebabkan adenoma hiperfungsi umumnya CT {Computed Tomography) scan atau MRI {Magnetic
berupa struma multinodosa toksik seperti yang banyak Resonance Imaging), serta penentuan status fungsi melalui
ditemukan di beberapa daerah di Swiss. pemeriksaan kadar TSHs dan hormon tiroid. Langkah-
Bagaimana nasib suatu nodul tiroid jinak? Perjalanan langkah diagnostik yang akan diambil dalam pengelolaan
klinik dari suatu nodul belum dipahami sepenuhnya. nodul tiroid tergantung pada fasilitas yang tersedia dan
Penelitian dari Kuma dkk. (1994) melaporkan dari 134 pengalaman klinik (tabel 5).
pasien dengan nodul jinak (dibuktikan secara sitologis)
yang diamati secara fisik dan ultrasonografi selama 9
Tabel 3. Gambaran Klinik Karsinoma Tiroid pada Pasien
sampai 11 tahun tanpa diberi pengobatan apapun: 4 3 %
dengan Nodul Tiroid Soliter - Eutiroid
nodul akan mengalami regresi spontan, 2 3 % bertambah
Sangat Mencurigakan
besar dan 3 3 % menetap. Yang menarik sebagian besar
Riwayat keluarga karsinoma tiroid medulare atau MEN
nodul j i n a k tidak bertambah besar, dan kista dapat
Cepat membesar, terutama sewaktu terapi levotiroksin
m e n g h i l a n g atau m e n g e c i l t a n p a p e n g o b a t a n . Bila Nodul padat atau keras
pasien-pasien tersebut s e b e l u m n y a diobati d e n g a n Sukar digerakkan/melekat pada jaringan sekitar
l-tiroksin, tentu tiroksinlah yang dianggap berperan dalam Paralisis pita suara
mengecilkan nodul tersebut. Limfadenopati regional
Metastasis jauh
Kecurigaan Sedang
KARAKTERISTIK NODUL DAN PENILAIAN RISIKO Umur di bawah 20 tahun atau di atas 70 tahun
Pria
Riwayat iradiasi pada leher dan kepala
Di klinik perlu dibedakan nodul tiroid jinak dari nodul
Nodul > 4 cm atau sebagian kistik
ganas yang memiliki karakteristik antara lain sebagai
Keluhan penekanan, termasuk dusfagia, disfonia, serak,
berikut:
dispnea dan batuk
Konsistensi keras dan sukar digerakkan, walaupun
Nodul jinak
nodul ganas dapat mengalami degenerasi kistik dan Riwayat keluarga : nodul jinak
kemudian menjadi lunak; Struma difusa atau multinodosa
Sebaliknya nodul dengan konsistensi lunak lebih sering Besarnya tetap
jinak, walaupun nodul yang mengalami kalsifikasi BAJAH : jinak
dapat ditemukan pada hiperplasia adenomatosa yang Kista simpleks
sudah berlangsung lama; Nodul hangat atau panas
Mengecil dengan terapi supresi levotiroksin
Infiltrasi nodul ke jaringan sekitarnya merupakan
Sumber: Hegedus, 2004 (dimodifikasi oleh penulis)
petanda keganasan, walaupun nodul ganas tidak
selalu mengadakan infiltrasi;
2 0 % nodul soliter bersifat ganas sedangkan nodul Tabel 4. Modalitas Diagnostik Nodul Tiroid
multipel jarang yang ganas, tetapi nodul multipel Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH)
dapat ditemukan pada 4 0 % keganasan tiroid; Uji diagnostik in vivo :
Ultrasonografi
Nodul yang muncul tiba-tiba atau cepat membesar
Sidik tiroid
perlu dicurigai ganas.
C T s c o n / MRI
Nodul dicurigai ganas bila disertai dengan pembesaran Uji diagnostik in vitro :
kelenjar getah bening regional atau perubahan suara Hormon tiroid dan TSHs
menjadi serak. Kalsitonin
2458 ENDOKRINOLOGI

Teknik BAJAH aman, murah, dan dapat dipercaya, serta


Tabel 5. Hasil Sitologi Diagnostik BAJAH Tiroid
dapat dilakukan pada pasien rawat jalan dengan risiko
Jinak (negatif)
yang sangat kecil. Dengan BAJAH, tindakan bedah dapat
Tiroid normal
dikurangi sampai 50% kasus nodul tiroid, dan pada waktu
Nodul kolloid
bersamaan meningkatkan ketepatan kasus keganasan pada
Kista
Tiroiditis subakut tiroidektomi. Hasil sitologi BAJAH dapat dikelompokkan
Tiroiditis Hashimoto menjadi jinak (negatif), curiga {indeterminate) atau ganas
Curiga (indeterminate) (positif) seperti dapat dilihat pada tabel 5.
Neoplasma sel folikular Ultrasonografi. Ultrasonografi memberikan informasi
Neoplasma sel Hurthle t e n t a n g m o r f o l o g i kelenjar t i r o i d dan merupakan
Temuan kecurigaan keganasan tapi tidak pasti modalitas yang andal dalam menentukan ukuran dan
Ganas (positif)
volume kelenjar tiroid serta dapat membedakan apakah
Karsinoma tiroid papiler
nodul tersebut bersifat kistik, padat atau campuran kistik-
Karsinoma tiroid medular
padat. Ultrasonografi juga digunakan sebagai penuntun
Karsinoma tiroid anaplastik
biopsi. Sekitar 20-40% nodul yang secara klinis soliter,
Sumber: Castro and Gharib ternyata multipel pada gambaran ultrasonogram. Namun
demikian belum diketahui pasti apakah multinodularitas
Gambaran ultrasonogram atau CT scan dari suatu
tersebut (seringkali berukuran <1cm) memiliki makna
nodul dapat diklasifikasikan menjadi nodul padat, kistik
yang sama dengan struma multinoduler pada pemeriksaan
atau campuran padat-kistik. Sedangkan dari penyidikan
klinik atau sidik tiroid. Gambaran ultrasonogram dengan
isotopik, berdasarkan kemampuannya menangkap
karakteristik dan risiko kemungkinan ganas adalah apabila
(uptake) radiofarmaka, suatu nodul dapat berupa nodul
ditemukan nodul yang hipoechogenik, mikrokalsifikasi,
hangat [warm nodule), panas {hot nodule), atau dingin
batas ireguler, peningkatan aliran vaskular pada nodul
(cold nodule).
(melalui pemeriksaan dengan teknik Doppler), serta bila
W a l a u p u n ada u p a y a untuk m e n c i r i k a n p r o s e s
ditemukan invasi atau limfadenopati regional
keganasan dari suatu nodul, namun sampai sekarang
Masih diperdebatkan risiko keganasan lesi kistik
belum ada teknik pencitraan yang secara spesifik dan
dominan yang ditemukan pada ultrasonogram; sebagian
akurat dapat memastikan adanya proses keganasan
peneliti menyatakan bahwa keganasan hanya ditemukan
tersebut.
antara 0.5 sampai 3% pada lesi seperti itu atau bahkan
tidak ada keganasan sama sekali. Di lain pihak ada yang
Biopsi Aspirasi Jarum Halus
berpendapat tingkat keganasan hanya sedikit lebih rendah
Sebagian besar ahli endokrin sepakat menggunakan biopsi
dari lesi padat. Menurut beberapa peneliti lesi hipoekoik
aspirasi j a r u m halus sebagai langkah diagnostik awal
cenderung ganas tetapi kemampuan diskriminannya hanya
dalam pengelolaan nodul tiroid, dengan catatan harus
sekitar 63%, sedangkan lesi hiperekoik jarang ganas (hanya
dilakukan oleh operator dan dinilai oleh ahli sitologi yang
sekitar 4 % ) . Adanya halo sempurna {complete halo) di
berpengalaman. Di tangan yang ahli, ketepatan diagnosis
sekeliling nodul lebih menunjukkan lesi jinak, hanya sekitar
BAJAH berkisar antara 70-80%, dengan hasil negatif
palsu keganasan antara 1-6%. Sekitar 10% hasil sitologi
positif ganas dan sepertiganya (3-6%) positif palsu, yang
seringkali disebabkan tiroiditis Hashimoto. Sepuluh sampai
20% hasil BAJAH indeterminate atau mencurigakan; kira-
kira 20% dari jumlah tersebut berasal dari nodul ganas. Hal
ini disebabkan kesukaran dalam membedakan lesi ganas
dari tumor sel Hurthle yang jinak atau tumor folikuler
yang kaya sel. Sebagian besar (80%) nodul demikian
memberikan gambaran nodul dingin pada sidik tiroid.
Ketepatan diagnostik BAJAH akan meningkat bila
s e b e l u m biopsi d i l a k u k a n p e n y i d i k a n isotopik atau
ultrasonografi. Sidik tiroid diperlukan untuk menyingkirkan
nodul tiroid otonom dan nodul fungsional hiperplastik,
sedangkan ultrasonografi selain untuk m e m b e d a k a n
nodul kistik dari padat dan menentukan ukuran nodul, c
Gambar 1. Gambar ultrasonografi: A Adenoma tiroid; B. Kista
juga berguna untuk menuntun biopsi.
tiroid; C. Karsinoma tiroid
NODUL TIROID 2459

6% nodul dengan halo sempurna dan 16% dengan halo Nodul tiroid autonom {Autonomously Functioning
tidak sempurna {incomplete halo) ternyata ganas. Thyroid Nodule=AFTN) adalah nodul tiroid fungsional yg
tampak sebagai nodul panas dan menekan fungsi jaringan
Sidik tiroid. Sidik tiroid (sintigrafi tiroid; thyroid scan)
tiroid normal sekitarnya. Jaringan tiroid normal akan
merupakan pencitraan isotopik yang akan memberikan
terlihat berfungsi kembali pada sidik tiroid setelah nodul
g a m b a r a n m o r f o l o g i f u n g s i o n a l , y a n g berarti hasil
tiroid otonom tersebut diablasi dengan iodium radioaktif
pencitraan merupakan refleksi dari fungsi jaringan tiroid.
atau pembedahan.
Radiofarmaka yang digunakan adalah 1-131, Tc-99m
Pencitraan isotopik (sidik tiroid) dilakukan untuk
pertechnetate, Tc-99m MIBI, TI-201 atau F-18 FDG. 1-131
m e n g e t a h u i a p a k a h suatu nodul tiroid m e n a n g k a p
memiliki perilaku sama dengan iodium stabil yaitu ikut
radioaktivitas atau tidak, m e n d e t e k s i tiroid aberan
dalam proses trapping dan organifikasi untuk membentuk
(misalnya tiroid lingual atau substernal), mendeteksi
hormon tiroid, sedangkan Tc-99m hanya ikut dalam proses
j a r i n g a n tiroid sisa pasca-tiroidektomi atau j a r i n g a n
trapping. Oleh karena itu ada kemungkinan terdapat
metastase fungsional dari karsinoma tiroid berdiferensiasi.
diskrepansi antara sidik tiroid menggunakan 1-131 dengan
Dewasa ini dikembangkan teknik lain yaitu SPECT/CT atau
Tc-99m pertechnetate {hot atau warm area dengan Tc-99m
PET/CTyang merupakan penggabungan antara pencitraan
pertechnetate bisa jadi cold area dengan 1-131). Pencitraan
dengan Single Photon Emmision Computed Tomography
dengan Tc-99m MIBI, TI-201 atau F-18 FDG digunakan
atau Positron Emitted Tomography dengan CT Scan (PET/
untuk mendeteksi sisa jaringan residif karsinoma tiroid
CT). Dengan teknik tersebut sekaligus dapat dideteksi
pasca-tiroidektomi atau radiotiroablasi. Berdasarkan
lokasi anatomik dan fungsi dari massa di leher atau tempat
distribusi radioaktivitas pada sidik tiroid dapat dilihat:
lain yang dicurigai.
Distribusi difus-rata di kedua lobi (normal);
Arti klinik dari hasil pencitraan isotopik (sidik tiroid)
Distribusi kurang/tidak menangkap radioaktivitas
dari nodul tiroid dapat dilihat pada tabel 6.
pada suatu area/nodul, disebut sebagai nodul dingin
{cold nodule);
Tabel 6. Pilihan Terapi Nodul Tiroid
Penangkapan radioaktivitas pada suatu area/nodul
1. terapi supresi dengan hormon levotiroksin ;
lebih tinggi dari jaringan sekitarnya, disebut sebagai
2. bedah;
nodul panas {hot nodule);
3. iodium radioaktif
• Penangkapan radioaktivitas di suatu daerah/nodul 4. suntikan ethanol {percutaneous ethanol injection);
sedikit meninggi/hampir sama dengan daerah 5. terapi laser dengan tuntunan ultrasonografi {US
sekitarnya disebut sebagai nodul hangat {warm nodule/ guided laser therapy);
area); nodul hangat disebabkan oleh hiperplasia 6. observasi, bila yakin nodul tidak ganas
jaringan tiroid fungsional di daerah tersebut.

CT scan atau MRI. Seperti halnya ultrasonografi, CT


scan atau MRI merupakan pencitraan anatomi dan tidak
d i g u n a k a n secara rutin untuk evaluasi nodul tiroid.
Penggunaannya lebih diutamakan untuk mengetahui
posisi anatomi dari nodul atau jaringan tiroid terhadap
organ sekitarnya seperti diagnosis struma sub-sternal dan
kompresi trakhea karena nodul.

Studi in-vitro. Penentuan kadar hormon tiroid dan TSHs


diperlukan untuk mengetahui fungsi tiroid. Nodul yang
fungsional (nodul autonom) dengan kadar TSHs tersupresi
A. Nodul panas di lobus kiri bawah B. Struma multinodosa
dan hormon tiroid normal dapat menyingkirkan keganasan.
Kadar kalsitonin perlu diperiksa bila ada riwayat keluarga
dengan karsinoma tiroid medulare atau Multiple Endocrine
Neoplasia (MEN) tipe 2.

Algoritme diagnostik. Dalam kepustakaan dapat


ditemukan berbagai algoritma pengelolaan nodul tiroid,
yang disusun berdasarkan pengalaman serta fasilitas
diagnostik yang tersedia. Beberapa senter menyusun
C. Nodul dingin di lobus kiri algoritma diagnostik dengan menggunakan BAJAH sebagai
Gambar 2. Sidik tiroid: A Nodul panas; B. Nodul dingin; C. alat uji diagnostik awal, diikuti dengan ultrasonografi
Nodul dingin dan/atau penyidikan isotopik (kalau fasilitas kedokteran
2460 ENDOKRINOLOGI

nuklir tersedia). Sebagai contoh di bawah ini (Gambar 3) dilakukan tindakan bedah? Jawabannya tergantung dari
dicantumkan algoritma yang cukup sederhana dan praktis hasil uji diagnostik dan kebijakan masing-masing senter
berdasarkan hasil BAJAH dan penyidikan isotopik seperti Bila risiko keganasan rendah atau hasil BAJAH negatif
diajukan oleh Mazzaferri. pilihannya adalah diamati saja perkembangannya, diberikan
Algoritme di atas memerlukan fasilitas kedokteran terapi supresi hormonal, terapi sklerosing dengan suntikan
nuklir dan dapat dimodifikasi dengan melakukan BAJAH ethanol, atau terapi laser dengan tuntunan ultrasonografi
dengan tuntunan ultrasonografi. (masih dalam taraf eksperimental). Atas pertimbangan
kosmetik tindakan bedah dapat dilakukan pada suatu
Berikutnya pada gambar 4 disajikan algoritma lain yang
nodul jinak. Sebaliknya bila hasil BAJAH positif ganas,
disusun oleh Hegedus (2004) dengan catatan sebagai
maka perlu segera dilakukan tindakan pembedahan.
berikut:
Perlu dicatat bahwa belum ada data yang membandingkan
bila secara klinis curiga ganas, dianjurkan pembedahan
hasil dan cost-effectiveness berbagai strategi evaluasi
tanpa melihat hasil BAJAH;
nodul (misalnya sidik tiroid dan ultrasonografi sebagai
bila kadar TSHs tersupresi, lakukan sidik tiroid; nodul
penuntun BAJAH). Demikian juga belum cukup data untuk
yg berfungsi bukan kanker;
membandingkan hasil (termasuk kualitas hidup) dari
bila BAJAH non-diagnostik, biopsi ulangan akan
berbagai cara pengelolaan nodul jinak.
berhasil pada 50% kasus
bila pada USG ditemukan nodul lain dgn ukuran >10 Terapi supresi dengan l-tiroksin. Terapi supresi dengan
mm, BAJAH diulangi pada nodul. hormon tiroid (levotiroksin) merupakan pilihan yang
pilhan pengobatan tsb berlaku untuk nodul padat paling sering dan m u d a h d i l a k u k a n . Terapi supresi
dan kistik dapat menghambat pertumbuhan nodul serta mungkin
bila ada nodul kistik rekuren, pilihannya: ulangi BAJAH, bermanfaat pada nodul yang kecil. Tetapi tidak semua ahli
bedah atau etanol setuju melakukan terapi supresi secara rutin, karena hanya
hegedus tidak menganjurkan terapi supresi dengan sekitar 20% nodul yang responsif Oleh karena itu perlu
l-tiroksin pada nodul tiroid. diseleksi pasien yang akan diberikan terapi supresi, berapa
lama, dan sampai berapa kadarTSH yang ingin dicapai. Bila
kadarTSH sudah dalam keadaan tersupresi, terapi dengan
PENGELOLAAN NODUL TIROID l-tiroksin tidak diberikan. Terapi supresi dilakukan dengan
memberikan l-tiroksin dalam dosis supresi dengan sasaran
Tindakan atau pilihan terapi apa yang dapat dilakukan kadar TSH sekitar 0.1 - 0.3 mlU/ml. Biasanya diberikan
pada nodul tiroid? Pilihannya dapat dilihat pada tabel 6. selama 6-12 bulan, dan bila dalam waktu tersebut nodul
Kapan nodul tiroid diamati saja perkembangannya (tanpa tidak mengecil atau bertambah besar perlu dilakukan
pengobatan), atau diberikan terapi supresi hormonal, biopsi ulang atau disarankan operasi. Bila setelah satu
sklerosing, laser, iodium radioaktif, serta kapan pula tahun nodul mengecil, terapi supresi dapat dilanjutkan.

Glomerulosa ! —— androgen

Gambar 3. Evaluasi nodul tiroid berdasarkan hasil BAJAH dan sidik tiroid (sumber: Mazzaferri EL)
NODUL TIROID
2461

Nodul tiroid

Riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik dan TSHs TSHs rendah

I"
Sidik tiroid
TSHs normal atau tinggi

Nodul berfungsi
Dugaan kanker Evaluasi klinik

1-131; alternatif;
Bedah BAJAH dengan tuntunan observasi, bedah,
USG suntikan ethanol, laser

Diagnostik Non-diagnostik

Ganas Curiga Jinak Ulangi BAJAH dengan


tuntunan USG

Bedah Bedah Alternatif; observasi,


bedah, terapi, levotiroksin, Non-diagnostik
suntikan ethanol, laser

Bedah

Gambar 4. Algoritme pengelolaan nodul tiroid soliter (sumber: dimodifikasi dari Hedegus

Pada pasien tertentu terapi supresi hormonal dapat Terapi sklerosing dengan etanol dilakukan pada nodul
diberikan seumur hidup, walaupun belum diketahui pasti jinak padat atau kistik dengan menyuntikkan larutan
manfaat terapi supresi jangka panjang tersebut. Banyak etanol (alkohol); tidak banyak senter yang melakukan
penelitian telah dilakukan tentang manfaat terapi supresi hal ini secara rutin karena tingkat keberhasilannya tidak
ini dengan hasil yang tidak konsisten satu sama lain. begitu tinggi, dalam 6 bulan ukuran nodul bisa berkurang
Yang perlu diwaspadai adalah terapi supresi hormonal sebesar 4 5 % . Di samping itu dapat terjadi efek samping
j a n g k a panjang y a n g dapat m e n i m b u l k a n keadaan yang serius terutama bila dilakukan oleh operator yang
hipertiroidisme subklinik dengan efek samping berupa tidak berpengalaman. Efek samping yang mungkin terjadi
osteopeni atau gangguan pada jantung. Terapi supresi adalah rasa nyeri yang hebat, rembesan {leakage) alkohol
hormonal tidak akan menimbulkan osteopenia pada pria ke jaringan ekstratiroid, juga ada risiko tirotoksikosis dan
atau wanita yang masih dalam usia produktif, namun paralisis pita suara.
dapat memicu terjadinya osteoporosis pada wanita pasca-
Terapi lodium Radioaktif (1-131). Terapi dengan lodium
menopause walaupun ternyata tidak selalu disertai dengan
radioaktif (1-131) dilakukan pada nodul tiroid autonom
peningkatan kejadian fraktur.
atau nodul panas (fungsional) baik yang dalam keadaan
S u n t i k a n e t a n o l p e r k u t a n {Percutaneous Ethanol eutiroid maupun hipertiroid. Terapi iodium radioaktif juga
Injection). Penyuntikan etanol pada jaringan tiroid akan dapat diberikan pada struma multinodosa non-toksik
m e n y e b a b k a n d e h i d r a s i seluler, d e n a t u r a s i protein terutama bagi pasien yang tidak bersedia dioperasi atau
dan nekrosis koagulatif pada jaringan tiroid dan infark mempunyai risiko tinggi untuk operasi. lodium radioaktif
hemoragik akibat trombosis vaskular; akan terjadi juga dapat mengurangi volume nodul tiroid dan memperbaiki
penurunan aktivitas enzim pada sel-sel yang masih viable keluhan dan gejala penekanan pada sebagian besar
yang mengelilingi jaringan nekrotik. Nodul akan dikelilingi pasien. Yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan
oleh reaksi granulomatosa dengan multinucleated giant terjadinya tiroiditis radiasi (jarang) dan disfungsi tiroid
cells, dan kemudian secara bertahap jaringan tiroid diganti pasca-radiasi seperti hipertiroidisme selintas dan
.dengan jaringan parut granulomatosa hipotiroidisme.
2462 ENDOKRINOLOGI

Pembedahan. Melalui tindakan bedah dapat dilakukan pengelolaan nodul tiroid yaitu mengenai langkah
dekompresi terhadap jaringan vital di sekitar nodul, di diagnostik serta tindakan medik atau bedah yang akan
samping dapat diperoleh spesimen untuk pemeriksaan dilakukan. Pertimbangannya meliputi kapan akan dilakukan
patologi. Hemitiroidektomi dapat dilakukan pada nodul ekstirpasi nodul atau tindakan bedah yang lebih ekstensif,
jinak, sedangkan berapa luas tiroidektomi yang akan kapan suatu nodul dibiarkan atau diobservasi saja, dan
dilakukan pada nodul ganas t e r g a n t u n g pada j e n i s kapan serta bagaimana caranya melakukan tindakan
histologi dan tingkat risiko prognostik. Hal yang perlu medik. Hasil survai dari Bennedbaek dan Hegedus yang
diperhatikan adalah penyulit seperti perdarahan pasca- dilaporkan dalam Journal of Clinical Endocrinology and
pembedahan, obstruksi trakea pasca-pembedahan, Metabolism menggambarkan perbedaan penanganan
gangguan pada n. rekurens laringeus, hipoparatiroidi, nodul tiroid di a n t a r a para ahli e n d o k r i n a n g g o t a
hipotiroidi atau nodul kambuh. Untuk menekan kejadian American Thyroid Association dengan European Thyroid
penyulit tersebut, pembedahan hendaknya dilakukan oleh Association.
ahli bedah yang berpengalaman dalam bidangnya. Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) merupakan
langkah diagnostik awal nodul tiroid di kalangan ahli
Terapi laser interstlsial dengan tuntunan ultrasonografi.
endokrin Amerika Utara {the American Thyroid Association,
Terapi nodul tiroid dengan laser masih dalam tahap
ATA) dan Eropa {the European Thyroid Association, ETA).
eksperimental. Dengan menggunakan "low power laser
Ahli endokrin di ATA lebih j a r a n g m e n g g u n a k a n uji
energy", energi termik yang diberikan dapat mengakibatkan
laboratorik dan pencitraan (penyidikan isotopik dan atau
nekrosis nodul tanpa atau sedikit sekali kerusakan pada
ultrasonografi), bahkan mayoritas anggota ATA (paling
jaringan sekitarnya. Suatu studi tentang terapi laser yang
kurang 2/3) tidak melakukan pencitraan sama sekali.
dilakukan oleh Dossing dkk (2005) pada 30 pasien dengan
Penyidikan isotopik dilakukan tergantung hasil BAJAH
nodul padat-dingin soliter jinak {benign solitary solid-cold
(terutama bila BAJAH memberikan hasil indeterminate),
nodule) mendapatkan hasil sbb: pengecilan volume nodul
sedangkan ultrasonografi hanya dilakukan pada pasien
sebesar44% (median) yang berkorelasi dengan penurunan
tertentu yaitu sebagai penuntun biopsi dan pada nodul
gejala penekanan dan keluhan kosmetik, sedangkan
pada kelompok kontrol ditemukan peningkatan volume kistik.

nodul yang tidak signifikan sebesar 7% (median) setelah Lebih dari setengah anggota ATA tidak memberikan
6 bulan. Tidak ditemukan efek samping yang berarti. pengobatan khusus pada nodul tiroid jinak soliter non-
Tidak ada korelasi antara deposit energi termal dengan toksik. Walaupun ada kontroversi mengenai efektivitas
pengurangan volume nodul serta tidak ada perubahan dan penggunaan jangka panjang terapi supresi dengan
pada fungsi tiroid. levotiroksin, lebih dari 4 0 % anggota ETA dan ATA tetap
memberikannya dalam jangka waktu antara 3-6 bulan
sampai bertahun-tahun (tidak terbatas).
P e m b e d a h a n hanya d i r e k o m e n d a s i k a n oleh 1 %
KONTROVERSI PENGELOLAAN NODUL TIROID
anggota ATA dibandingkan 1 dari 4 anggota ETA. Pada
Seperti diutarakan masih terdapat kontroversi dalam kasus yang diduga ganas, lebih dari 90% anggota ATA

Tabel 7. Perbandingan Pengobatan Nodul Tiroid Soliter Jinak


J e n i s Kekurangan/
Keuntungan
Pengobatan Kerugian
Bedah Ablasi nodul, m e n g h i l a n g k a n k e l u h a n , Perlu perawatan di RS, mahal, risiko bedah: paralisis pita suara,
spesimen utk diagnostik histologi hipoparatiroidis, hipotiroidisme.
Levotiroksin Tidak perlu dirawat di RS, murah, dapat Efikasi rendah, pengobatan jangka panjang, nodul tumbuih
memperlambat pertumbuhan nodul dan kembali setelah dihentikan, takiaritmia jantung, penurunan
menghambat pem-bentukan nodul baru densitas tulang, tidak berguna bila TSH tersupresi
l o d i u m Tidak perlu dirawat di RS, murah, efek Kontraindikasi pada wanita hamil, pengecilan nodul bertahap,
radioaktif samping rendah, nodul mengecil sampai 40% hipotiroidisme dalam 5 tahun (10% pasien), risiko tiroiditis dan
dalam satu tahun tirotoksikosis
Suntikan Tidak perlu dirawat di RS, relatif murah, tidak Pengalaman masih terbatas, efikasi rendah pada nodul besar,
etanol ada hipotiroidisme, nodul mengecil 4 5 % keberhasilan tergantung operator, rasa nyeri hebat, risiko
dalam 6 bulan tirotoksikosis dan paralisis pita suara, perembesan etanol,
etanol mengganggu penilaian sitologi dan histologi
Terapi laser Masih dalam tahap eksperimental
Sumber: Dimodifikasi dari Hegedus, 2004 (8).
NODUL TIROID 2463

tidak melakukan biopsi dan langsung melakukan operasi; Papini E , Petrucci L., Guglielmi R., et aL Long-term changes in
nodular goiter : a 5-year prospective randomized trial with
sebaliknya hanya setengah anggota ETA yang mengambil
levothyroxine suppressive therapy for benign cold thyroid
langkah seperti itu. nodules. J Clin Endocrinol Metab i998;83:7803-.
Kuma K, Matsuzuka F, Yokozawa T, et al. Fate of untreated benign
thyroid nodules. Results of long-term follow-up. World J
Surg 1994;18:495.
KESIMPULAN Ross DS. Evaluation of thyroid nodule. J Nucl Med 1991;32:2181-
92.
Dasar pemikiran pengelolaan nodul tiroid adalah Shaha AR. Controversies in the Management of Thyroid Nodule.
The Laryngoscope 2000,110:18393-.
bagaimana mendeteksi dan menyingkirkan kemungkinan
Singer PA, Cooper DS, Daniels G H et al. Treatment Guidelines for
keganasan serta menghindari tindakan-tindakan yang patients with thyroid nodules and well-differentiated thyroid
sebenarnya tidak perlu dilakukan. BAJAH, ultrasonografi, cancer. Arch Intern Med 1996;156:216572-.
dan penyidikan isotopik (sidik tiroid), serta penentuan Welker JO and Orlov D. T h y r o i d N o d u l e . A m F a m P h y s
2003;69:55966-.
kadar TSH merupakan perangkat diagnostik yang paling
Wemeau J-L, Caron P, Schvartz C, et al. Effects of Thuyroid-
sering digunakan dalam evaluasi nodul tiroid. Sedangkan Stimulating Hormone suppression with Levothyroxine
terapi supresi hormonal, terapi iodium radioaktif, in reducing the volume of solitary thyroid nodules and
o p e r a s i , terapi s k l e r o s i n g , atau t e r a p i laser, bahkan improving extranodular nonpalpable changes: a randomized,
double blind, palcebo-controlled trial by the French Thyroid
hanya diobservasi saja (pada nodul j i n a k ) merupakan
Research Group. J Clin Endocrinol Metab 2002;87:492834-.
pilihan pengobatan. Terdapat kontroversi dan perbedaan Zelmanovitz F, Genro S, and Gross JL. Suppressive therapy with
pendekatan dalam pengelolaan nodul tiroidi, tergantung levothyroxine for solitary thyroid nodules ; a double-blind
pada p e n g a l a m a n klinik d a n fasilitas y a n g t e r s e d i a . controlled clinical study and cumulative meta-analyses. J Clin
Endocrinol Metab 1998;83:38815-.
Sampai sekarang belum tersedia data yang cukup untuk
membandingkan hasil cara-cara evaluasi diagnostik dan
pengelolaan nodul tiroid.

REFERENSI

Bennedbaek F N and Hegedus L . Management of the Solitary


Thyroid Nodule: Results of a North American Survey. J Clin
Endocrinol Metab 2000;85(7):24938-.
Castro MR, Caraballo PJ, and Morris JC. Effectiveness of thyroid
hormone suppressive therapy in benign solitary nodules : a
meta-analysis. J Clin Endocrinol Metab 2002;87:418459-.
Castro MR and Gharib H . Thyroid nodules and cancer. When to
wait and watch, when to refer. Postgrad Med 2000;107(1):113-
24.
Derwahl M, Broecker M, and Kraiem Z. Thyrotropin May Not
Be the Dominant Growth Factor in Benign and Malignant
Thyroid Tumors. J Clin Endocrinol Metab 1999;84(3):829-
34.
Dossing H, Bennedbaek FN, and Hegedus L. Effect of ultrasound-
guided interstitial laser photocoagulation on benign solitary
cold thyroid nodules - a randomised study. Eur J Endocrinol
2005;152(3):3415-).
Gharib H. Changing concepts in the diagnosis and management of
thyroid nodules. Endocrinol and Metab Clin 1997;26(4):778-
800.
Hamburger JL. Diagnosis of thyroid nodules by fine needle biopsy
: use and abuse. J Clin Endocrinol Metab 1994;79(2):3359-.
Hegedus L. The Thyroid Nodule. N Engl J Med 2004;351:1764-
71.
Jenrungs A. Nonisotopic techniques of thyroid imaging. In Werner
and Ingbar's The Thyroid. Braverman L E and Utiger RD (Eds.)
6* edition. Philadelphia, JB Lippincott Comp. 1991:52543-.
Martino E and Bogazzi F. Percutaneous ethanol injection therapy
for thyroid diseases.Thyroid International 2000;5:39-.
Mazzaferri E L . Management of a solitary thyroid nodule. N Engl
J Med 1993;328(8):5539-.
Pacini F and DeGroot LJ. Thyroid Nodule. In Thyroid and its
Disease. DeGroot LJ (Ed.). Thyroid Disease Manager, w w w .
thyroidmanager.org. May 2005 Edition.
323
GONDOK ENDEMIK
Bowo Pramono, Luthfan Budi Purnomo, Hemi Sinorita

PENDAHULUAN N e g a r a b e r k e m b a n g seperti I n d o n e s i a g o n d o k
e n d e m i k m a s i h m e r u p a k a n m a s a l a h k e s e h a t a n di
Gondok berarti pembesaran kelenjar tiroid, endemik masyarakat. Beberapa daerah di Jawa Tengah seperti
berarti kejadian yang sering/banyak dalam suatu lokasi. W o n o g i r i , T e m a n g g u n g , W o n o s o b o a k h i r - a k h i r ini
Masalahnya adalah seberapa ukuran pembesaran kelenjar diberitakan oleh media masa sebagai kantong endemis
tiroid dan seberapa banyak prevalensi kejadian gondok G A K I . Kasus g o n d o k bahkan kretin masih d i j u m p a i
dalam suatu lokasi, jika menggunakan kriteria tersebut, di d a e r a h - d a e r a h tersebut."^ P r a m o n o et al (2006)
prevalensi bisa meningkat dan menurun juga perubahan mendapatkan pasien dengan gondok endemik dan kretin
status endemik menjadi non endemik dan sebaliknya endemik di desa Lemahbang Wonogiri yang merupakan
Dahulu gondok didefinisikan sebagai pembesaran daerah kekurangan yodium.^ Banyaknya kasus gondok
kelenjar tiroid sebesar 4-5 kali dari kelenjar normal, endemik di berbagai daerah di Indonesia, dan dunia
pada prakteknya lobus tiroid lebih besar dari phalanges terutama daerah pegunungan, kasus gondok endemik
terakhir ibu jari penderita. Sekarang dilakukan dengan perlu untuk dibahas walaupun beberapa daerah atau
pemeriksaan Ultrasonografi.^^ negara dinyatakan sebagai bebas kekurangan yodium.^
Delange et al mengajukan variabel batas tertinggi
volume kelenjar tiroid yang dibedakan berdasarkan usia,
seperti remaja putra dan putri usia 15 tahun batas atas DEFINISI
volume kelenjar tiroid 16 ml, sedangkan pada usia 6
tahun batas atasnya 5 ml. Keadaan ini terjadi pada area Gondok endemik adalah pembesaran kelenjar tiroid yang
dengan urinary iodine excretion sekitar 100 pg/L. Kriteria diakibatkan oleh berbagai macam penyebab terjadi di
ini sudah dipakai sebagai rekomendasi oleh World Health suatu daerah dengan prevalensi tertentu, biasanya dikaikan
Organisation ( W H O ) . Untuk pria dewasa batas atas dengan lingkungan yang mengalami kekurangan yodium
25 ml, wanita batas atas 18 ml.^ Sekarang cenderung baik air minum atau tanah, jenis mineral dalam nutrisi, atau
lebih kecil batasan ukuran dari kelenjar tiroid, bahkan zat yang goitrogenik dalam makanan.^ Sejak tahun 1980
pada beberapa individu berukuran kecil subklinis dan pandangan para ahli terhadap defiensi yodium berubah,
tidak teraba tapi termasuk klasifikasi sebagai struma. dari defisiensi yodium berakibat gondok endemik dan
Pembesaran subklinis yang membutuhkan lebih banyak kretin endemik saja ke pandangan defisiensi yodium
perhatian. Memperhatikan kata endemik didefinisikan merupakan gangguan perkembangan manusia berupa fisik,
sebagai prevalensi >10%, Sekarang cenderung perubahan mental dan intelektual. Karena itu istilah gondok endemik
endemik dari > 10% menjadi > 5%. Banyak daerah diubah menjadi Gangguan Akibat Kekerangan lodium
yang masuk klasifikasi karena mempunyai suatu (GAKI) yang efeknya sangat luas karena dapat mengenai
problem tentang gondok endemik. Sebagai kesimpulan, segmen yang luas dari dalam kandungan ibu hingga
menurunnya batas atas volume kelenjar tiroid bersamaan orang dewasa. Kepentingan kliniknya tidak saja akibat
dengan turunnya definisi endemik dari >10% menjadi dari desakan mekanis akibat pembesaran kelenjar tiroid
>5% akan dipergunakan di beberapa daerah sebagai saja, tetapi terletak pada gangguan fungsi lain yang sering
klasifikasi endemik, walaupun problemnya tidak terbukti menyertainya seperti gangguan perkembangan mental, dan
signifikan.^ rendahnya IQ, hipotiroidisme dan kretin endemik.^"
GONDOK ENDEMIK
2465

EPIDEMIOLOGI PATOGENESIS

Semenjak kekurangan y o d i u m diketahui m e r u p a k a n Bahan pokok pembuat hormon tiroid adalah yodium
peyebab utama dari gondok endemik, epidemiologi yang terdapat di alam, terutama dari bahan makanan
gondok ndemik cukup banyak tergantung asupan yang dari laut seperti rumput laut, ganggang laut, ikan
y o d i u m pada populasi d i t e m p a t t e r s e b u t . Populasi laut dan sebagainya. Yodium sedikit dalam buah-buahan,
setempat yang tergantung dengan produksi makanan Mausia memerlukan sedikit sekali yodium dalam sehari,
setempat. Kadar yodium pada makanan akan rendah bila tetapi harus dipenuhi secara teratur dan cukup. Hormon
kandungan yodium dalam tanah dan air dilingkungan tiroid amat vital bagi perkembangan dan pertumbuhan
tersebut rendah j u g a . Bila kadar yodium dalam tanah serta penyelenggaraan faal normal sel dan j a r i n g a n
dan air tidak cukup maka kadar yodim dalam makanan tubuh. Bagi orang yang kelenjar tiroidnya kurang efisien,
lokal j u g a tidak cukup, s e h i n g g a timbul banyak kebutuhan yodiumnya agak lebih banyak dari orang
gondok endemk akibat kekurangan y o d i u m . Dengan normal. Seandainya yodium tidak tersedia secara cukup,
perkecualian masyarakat yang cukup makan hasil laut maka produksi hormon tiroid tidak mencukupi kebutuhan
{seafood) yang kaya kandungan y o d i u m . Tanah yang tubuh secara m e m a d a i . Sesuai prinsip sistim umpan
sedikit kandungan yodium ada didaerah pegunungan balik hipofisis-tiroid, maka hipofisis akan mengetahui
yang j a u h dari laut dan j u g a berisiko terjadinya erosi kekurangan hormon tiroid sehingga hipofisis terangsang
t e r u t a m a y a n g b e r d e k a t a n d e n g a n s u n g a i . Sejak untuk mengeluarkan TSH kedalam aliran darah. Sebagai
j a m a n purbakala penyakit gondok sangat terkenal dan akibatnya kelenjar tiroid akan terpacu mengeluarkan
dilukiskan pada bermacam patung purbakala, termasuk hormon tiroid unyuk memenuhi kekurangan ini. Pacuan
patung Buddha dan Ratu Cleopatra yang sangat terkenal yang lama akan membuat kelenjaar tiroid membesar dan
dari Mesir Yodium terdapat pada permukaan tanah yang terbentuklah gondok.^
merupakan endapan air hujan dari penguapan air laut
yang banyak mengandung yodium. Berjuta tahun yang
lalu kikisan es pada j a m a n es akan mengikis timbunan ini
ETIOLOGI
sehingga di beberapa tempat bahan yodium berkurang.
Akibatnya tumbuhan dan air yang berasal dari daerah Secara klasik gondok endemik dianggap disebabkan
t e r s e b u t j u g a miskin y o d i u m . C o n t o h pegunungan karena faktor-faktor: 1. Kekurangan yodium; 2. Faktor
A n d e z dan A l p e n , s e d a n g k a n di d a e r a h Irian Jaya goitrogen; 3. Faktor kelebihan yodium; 4. Faktor unsur
karena pegunungan yang tinggi dan kemiringan tanah
kelumit, genetik serta faktor lain; 5. Faktor nutrisi pada
yang v u r a m , curah hujan yang tinggi akan membuat
umumnya.^
erosi tanah yang mengandung yodium. Kini banyak hal
yang membuat erosi lapisan tanah yang mengandung
Kekurangan Yodium
yodium, seperti penggundulan hutan, terkikisnya tanah
Penyebab utama gondok endemik adalah kekurangan
di daerah aliran sungai (DAS), daerah pegunungan kapur
yodium (95%). Tidak adanya mekanisme homeostasis
dimana tanahnya porous padahal yodium larut dalam
ginjal yang menjaga kadar yodium anorganik dalam
air. Sekali daerah kekurangan yodium maka akan terus
plasma (Pll) tetap dalam kadar normal. Fluktuasi kadar
kekurangan yodium sehingga penanganan masalah ini
Pll b e r h u b u n g a n langsung d e n g a n asupan y o d i u m .
akan berlanjut terus.^
Kadar rendah yodium dalam makanan maka rendah pula
Sekarang, dalam beberapa dekade terakhir prevalensi kadar Pll.^ Pada sebagian besar gondok endemik asupan
gondok endemik sangat tinggi. Gondok endemik yodium kurang dari 50 pg/hari, didaerah manapun gondok
diperkirakan terdapat pada 200 juta orang didunia dan endemik faktor utama adalah tetap kekurangan yodium.^
merupakan problem kesehatan yang besar. Timbul di Adaptasi tehadap asupan yodium merupakan target yang
Amerika Utara dan Amerika Tenggara, beberapa daerah harus dicapai oleh mekanisme kelenjar tiroid. Kadar Pll
Amerika Selatan, pegununungan Andez, Brazil, Eropa rendah, kliren tiroid terhadap yodium {Th.Cl) meningkat,
tengah, Pegunungan Alpen, Yunani, Jepang, Turki, Afrika contoh tiroid meningkatkan pengeluaran yodium terhadap
t e r u t a m a K o n g o , Asia T e n g g a r a , New G u i n e a , New meningkatnya voluma plasma yang berisi yodium. Pada
Zealand, Himalaya, Bukit Barisan, Pegunungan Selatan kedaan ini berlaku rumus yang berupa AlU =Th.CI x Pll (
Jawa, Maluku, Papua.^^" Pada area ini variabel proporsi Yodium yang ditangkap oleh kelenjar tiroid /A\[J- Absolute
pada populasi diketahui dari gondok endemik. Pada Iodine Uptake) perubahan sebaliknya, ThCI = pengeluaran
umumnya prevalensi gondok endemik (secara palpasi) yodium oleh kelenjar tiroid). Th.Cl berubah terbalik dengan
meningkat pada saat pubertas dan menurun pada saat Plluntuk mempertahankan AlU dalam batas normal. Bila
dewasa.^ Pll rendah karena kekurangan yodium maka Th.Cl akan
ENDOKRINOLOGI
2466

meningkat, dan peningkatan fungsi ini bersamaan dengan Faktor Goitrogenik


meningkatnya volume kelenjar tiroid menjadi gondok atau Goitrogen adalah zat yang dapat mengganggu
struma. Kelenjar tiroid normal membutuhkan yodium 2,5 h o r m o n o g e n e s i s tiroid y a n g berakibat p e m b e s a r a n
pg/jam untuk sintesis hormon tiroid. Bila kadar Pll 2,5pg/L kelenjar tiroid. Singkong (cassava) mengandung tiosianat,
maka kelenjar tiroid harus mengalirkan plasma sebanyak selain goitrogenik juga mempunyai potensi kekurangan
1 L dengan kandung(Thyroid Stimulating Hormonean yodium yang ringan. Sayur-mayur dari golongan Brassica
yodium 2,5pg. Bila kadar Pll 1pg/L kelenjar Tiroid harus dapat mengeluarkan zat goitrogen. Air minum yang
mengalirkan plasma sebanyak 2,5 L. Bila kadar Pll <0,8pg/L mengandung sulphurated hydrocarbon yang berasal dari
dan kelenjar tiroid harus mengalirkan plasma >3L/jam, sedimen karang tertentu juga goitrogen Zat Goitrogen
maka timbul pembesaran kelenjar tiroid.^ yang lain terdapat pada beberapa jenis tanaman dan air
Awal pembesaran kelenjar tiroid dapat karena TSH minum. Kadar yodium yang tinggi sendiri merupakan
{Thyroid Stimulating Hormones) yang meningkat, atau goitrogenik. Yodium goiter diketahui dari beberapa
dengan TSH normal tapi jaringan tiroid lebih peka terhadap pantai di Jepang merupakan area penduduk yang banyak
rangsang. Kapan TSH terangsang? Diawali dengan produksi mengkonsumsi hasil laut yang mengandung yodium yang
hormon tiroid yang berurang atas sebab apapun (dalam merupakan zat goitrogenik.^
hal ini termasuk kurang bahan baku yodium atau protein,
tiroglobulin kurang dalam jumlah dan macamnya, kurang Faktor Kelebihan Yodium
enzim dalam hormonogenesis, kerusakan jaringan akibat Hipotesis gondok karena kekurangan yodium tidak
autoimun) maka produksi TSH akan meningkat.Agaknya berlaku untuk semua tempat, contohnya di pulau Hokaido
kadar yodium intratiroid rendah menyebabkan jaringan Jepang, dimana konsumsi yodiumnya sangat tinggi. Pada
lebih peka terhadap rangsangan TSH. Demikian pula ada hewan pemberian yodium dosis besar menyebabkan
bukti bahwa bukan saja TSH tetapi faktor lain, TGI {Thyroid hambatan produksi sintesis hormon tiroid, disebut efek
Growth Immunoglobulin) yang merangsang pertumbuhan akut Wolff-Chaikof. Namun pemberian secara kronik
gondok, baik gondok sporadik maupun endemik.^^ Pada akan menyebabkan escape dari hambatan awal. Hal ini
populasi yaag kekurangan yodium tidak semua penderita dihubungkan dengan pengaruh yodium intra tiroidal
terjadi gondok. Fenomena ini terjadi karena faktor genetik. pada TSH.bagi kasus yang tidak mampu melaksanakan
Ada bukti bahwa hubungan kuat antara gondok pada escape maka akan mengalami gondok. Di hokaido yodium
kembar monozigot dibandingkan kembar dizigot. Ukuran berasal dari ganggang yang tiap kg ganggang kering
besarnya kelenjar tiroid t e r g a n t u n g dari perbedaan mengandung 0,8-4,5 gram (800000-4500000 pg) yodium.
dalam efisiensi pemakaian yodium contohnya ikatan
Seangkan pada tiap manusia normal hanya membutuhkan
ion yodium.^ Adaptasi seseorang terhadap kekurangan
150-300 p g / h a r i . "
yodium tidak hanya karena peningkatan klirens yodium
pada tiroid. Pada lokasi kekurangan yodium, peningkatan
Faktor Elemen Kelumit, Genetik dan Faktor Lain
rasio Tjdan T^tidak hanya pada kelenjar tiroid saja tetapi
Faktor geologik merupakan faktor yang tidak boleh
termasuk pada plasma. T^ mengadung lebih sedikit yodium
diabaikan, contoh kemiringan tanahyang memudahkan
dibandingkan T^dan secara metabolik lebih kuat, keadaan
pengikisan lapisan tanah yang mengandung yodium
ini merupakan mekanism tambahan untuk kompensasi
(Papua tanah kemiringan >45° berisiko GAKI, daerah
terhadap kekurangan yodium.^^^
Merapi makin dekat aliran lahar makin tinggi risiko GAKI
Bagaimana asupan yodium yang optimal? makin ke pantai makin sedikit risiko GAKI. Beberapa
Pertimbangkan kinetik dari ion y o d i u m . Wayne et al elemen kelumit berbeda dengan daerah endemik tertentu,
m e n y i m p u l k a n beberapa individu dapat beradaptasi misalnya CaCOj, Selenium (selenium suplemen mungkin
pada kadar 70pg yodium /hari, sedangkan yang lain m e n u r u n k a n kadar anti T P O a u t o a n t i b o d i ) , s u m b e r
membutuhkan 120pg, tergantung kliren yodium di renal. air j u g a m e n g a n d u n g Yodium berbeda. Bakteri j u g a
Ketika 160pg yodium/hari merupakan kadar yang aman. punya pengaruh terhadap gondok, contohnya genus
Didapatkan kadar TSH serum lebih rendah ketika yodium Paracolobactrum memproduksi myrosinose enzim yang
urin 150-200 pg/gCr, atau setara dengan asupan 200 pg/ mengubah progoitrin menjadi goitrin. Dalam pembiakan
harijika ekskresi melalui tinjajuga diperhitungkan.^^ Banyak Clostiridium perfringens punya aktifitas stimulasi tiroid.
penulis menyetujui bahwa untuk memelihara eutiroid Faktor genetik mungkin ada. Hal ini terlihat bahwa kasus
dibutuhkan yodium 50pg/hari, pada gondok biasanya di d a e r a h e n d e m i k p u n m e m p u n y a i kecenderungan
dibutuhkan sekitar asupan yodium 150-200pg/hari. Pada mengelompok dalam keluarga.^^^''^
wanita hamil membutuhkan asupan yodium lebih banyak
ketika kehamilan terjadi peningkatan kliren yodium ginjal Faktor Nutrisi pada Umumnya
2x nilai normal, sehingga menurunkan kadar Pll.^ Meskipun gnnguan nutrisi kronik pada anak maupun
GONDOK ENDEMIK
2467

Tioglikosid Goitrin

Tiosianat Isosianat Disulfid Yodida (rumput laut)

(Glikosid sianogenik) Water-borne Goitrogen Coast Goiter

Transpor Yodida Oksidasi, organifikasi dan Proteolisis Pelepasan

Coupling Dehalogenasi

MIT
> T4

T
T4

DIT T3 MIT T,

DIT

Dalam Kel Tiroid

Gambarl. Tiga kelompok natural occuring goitrogens^

dewasa menyebabkan perubahan pada kadar hormon mudah, peka, reliabel, obyektif dibandingkan dengan
tiroid (TSH meningkat, Respons berlebih terhadap TRH, TT^ palpasi. Nilai normatif volume tiroid berbeda dari satu
rendah meskipun FT4 normal dan FT3turun), namun semua populasi ke populasi lain.^
ini reversibel. Meskipun keadaan ini masih belum jelas
pengaruhnya terhadap besarnya tiroid.^ Faktor kondisi
sosial-ekonomi berperanan dalam pembentukan gondok. DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI
Terutama dalam terjadinya malnutrisi, karena sulitnya
mendapat protein hewani (lebih banyak mengandung Berat ringannya endemikdisamping dengan prevalensi
Yodium) yang mahal dibandingkan sumber s a y u r a n / dapat juga dengan memeriksa ekskresi yodium urin (EYU)
nabati yang lebih murah. Kita harus lebih cermat dalam atau Urinary Excretion of Yodium (UEI). Dalam keadaan
mencari penyebab gondok endemik untuk memberikan seimbang yodium yang masuk tubuh dianggap sama
pemecahan masalahnya/terapi.^ dengan yang diekskresikan lewat urin. Jadi ekskresi yodium
urin dianggap sama dengan yodium yang masuk kedalam
tubuh. Jadi pemeriksaan urin dianggap menggambarkan

GEJALA DAN TANDA asupan yodium.^ Data yang dimaksudkan dinyatakan


dalam 1). J u m l a h mikrogram ekskresi y o d i u m dalam
Survei epidemiologis untuk gondok endemik biasanya sehari (pg y o d i u m / 2 4 j a m urin) atau 2). Karena sulit
didasarkan atas besarnya kelenjar tiroid dengan metoda mengumpulkan sampel urin 24 j a m di pelaksanaannya
palpasi.^ Menurut WHO tahun 2001 kriteria palpasi; maka dinyatakan dalam mikrogram Yodium per gram
kreatinin urin sewaktu (pg yodium/g Kreatinin urin) atau
Grade 0 Tidak terlihat atau teraba gondok
3). pg yodium/dL urin sewaktu.^ Menurut Djokomoejanto
Grade 1 Gondok teraba tetapi tidak terlihat apabila
(2007) gondok endemik terbagi dalam 3 grade:
leher dalam posisi normal (tiroid tak terlihat mem-
Endemik Gradel ( R i n g a n ) e n d e m i k d e n g a n nilai
besar). Apabila ada nodul tetap masuk dalam grade
median ekskresi yodium urin >50 pg yodium/g kreatinin,
ini, meskipun secara keseluruhan tidak membesar
atau median urin antara 5,0-9,9 pg/dl. Dalam keadaan
Grade 2 Pembengkakan di leher yang jelas terlihat
ini kebutuhan hormon tiroid untuk pertumbuhan fisik
dalam posisi normal. Dalam palpasi tiroid memang
maupun mental tepenuhi. Prevalensi gondok pada anak
m e m b e s a r ( m e m b e s a r bila u k u r a n n y a lebih dari
sekolah 5-20%.
volume falangs terminal terahir ibu jari yang di-
Endemik Grade II (Sedang) endemik dimana nilai
periksa
median ekskresi yodium urin antara 25-50 pg yodium/g
Untuk m a s a d e p a n , b e s a r n y a t i r o i d d i a n j u r k a n kreatinin, atau median antara 2,0-4,9 pg/dL Hormon tiroid
diperiksa dengan USG (ultrasonografi). Sebab cara ini mungkin tidak mencukupi. Ada risiko hipotiroidisme tetapi
2468 ENDOKRINOLOGI

tidak terlihat kretin endemik yang jelas. Prevalensi gondok dengan salah satu gejala ini: a). Gejala neurologis, yang
anak sekolah sampai 30%. mencolok terdiri dari gangguan pendengaran (bilateral
Endemik Grade III (Berat) Endemik dengan nilai medin dan nada tinggi) dan wicara, gangguan cara berjalan
ekskresi yodium urin <25 pg yodium/g kreatinin atau <2 (gait) dan sikap badan waktu berdiri yang khas b). Gejala
pg/dL Terjadi risiko sangat tinggi untuk lahirnya kretin yang mencolok adalah gangguan pertumbuhan (cebol)
endemik dengan segala akibatnya. Prevalensi gondok dan hipotiroidisme Kebutuhan yodium meningkat
anak sekolah >30%, prevalensi kretin endemik dapat pada selama kehamilan. Pada daerah kekurangan yodium
mencapai 1-10% dengan gondok endemik, terjadi peningkatan kehamilan
Status nutrisi yodium (berdasarkan UEI anak usia yang mengalami abortus, kematian neonatal dan variasi
sekolah) memberikan indikasi untuk berbagai kelainan dan gangguan Barker dan Phillips mendapatkan pada 12 kota
diharapkan mampu memberi ramalan dan interpretasinya di Inggris, insiden hipertiroidisme tinggi pada daerah
yang tercantum dalam tabel 1. yang dimasa lalu kekurangan yodium. Keaadan ini sesuai
dengan hasil penelitian akhir-ahir ini. Pada daerah yang
kekurangan yodium timbul banyak kasus gondok nodul
KOMPLIKASI KLINIS toksik pada kelompok lansia, sebaliknya di Eslandia daerah
yang kaya yodium banyak kasus penyakit Grave pada usia
Konsekuensi klinis yang pertama dan banyak terjadi muda dan hipotiroidisme pada lansia. Prevalensi penyakit
akibat g o n d o k e n d e m i k akibat k e k u r a n g a n y o d i u m Grave dan hipotiroidisme yang meningkat di Eslandia
adalah akibat gondok itu sendiri. Bila cukup besar, tidak berkaitan dengan meningkatnya penyakit otoimun tiroid
hanya gangguan kosmetik saja tetapi ditambah dengan akibat asupan yodium yang tinggi
tekanan akibat pembesaran kelenjar tiroidnya sendiri. Akhir-akhir ini d i l a p o r k a n m e n i n g k a t n y a kanker
Selanjutnya kekurangan yodium dapat menyebabkan tiroid di daerah gondok endemik. Secara kontradiksi
keadaan hipotiroidisme. Pada keadaan defisiensi yodium didapatkan dari hasil patologi anatomi di daerah yang
yang beratkelenjar tiroid tidak dapat mengkompensasi cukup yodium, tidak hanya proporsi karsinoma tiroid
keadaan tersebut dengan mekanisme yang biasa terjadi papilaris yanng meningkat, tetapi juga total kanker tiroid
kedaan kekurangan yodium ringan. Kadar hormon tiroid yang meningkat. Disimpulkan pada daerah kekurangan
rendah dan kadar TSH meningkat. Suatu hasil yang tragis yodium j u m l a h penderita kanker tiroid lebih rendah,
akibat keadaan tersebut adalah kretin endemik, keadaan angka kematian akibat kanker tiroid meningkat berakibat
ini lebih berat lagi bila kekurangan yodium bersamaan meningkatnya kasus karsinoma papilaris agresif dan
dengan kekurangan selenium karsinoma tiroid anaplastik. Di sisi lain, pada daerah yang
Pada d a e r a h d e n g a n k e k u r a n g a n y o d i u m y a n g cukup yodium, jumlah kanker tiroid meningkat, sedangkan
berat, hormon tiroid yang diproduksi oleh ibu hamil angka kematian menurun karena mayoritas tumor tiroid
tidak mencukupi untuk perkembangan otak janin yang pada daerah cukup yodium adalah kanker tiroid subklinis
normal. Pada kehamilan yang lebih lanjut, janin juga tidak mikropapilaris.^
mencukupi produksi hormon tiroidnya. Hasilnya adalah
kretin endemik, bersamaan dengan gejala neurologis yang
timbul akibat kekurangan hormon tiroid selama kehidupan PENATALAKSANAAN
janin dan setelah dilahirkan. Pada kretin tidak berlaku
hukum "lengkap atau bukan kretin", pada keadaan kretin Anjuran yang dilakukan adalah pemberian yodium pada
yang jelas dapat disertai retardasi mental dan gangguan individu yang kekurangan yodium, dengan sangat baik
pendengaran Dalam segi klinis yang terpenting dalam dilakukan untuk pencegahan. Tetapi hanya cukup efektif
kretin endemik adalah defisiensi mental yang disertai pada gondok yang jelas. Menurut pengalaman para ahli.

Tabel 1. Nutrisi Yodium Berdasarkan UEI (sumber WHO 2001^)


Median UEI pg/L Asupan Yodium Status Nutrisi Yodium
<20 Tak mencukupi Defisiensi yodium berat
20-49 Tak mencukupi Defisiensi yodium sedang
50-99 Tak mencukupi Defisiensi yodium ringan
100-199 Cukup Optimal
200-299 Lebih dari cukup Ada risiko Iodine-induced hyperthyroidisme (IIH) dalam kurun Waktu 5-10 tahun
sesudah pemberian garam beryodium pada Kelompok yang rawan
>300 Berlebihan Ada risiko kesehatan yang tidak menguntungkan (IIH, Autoimmune Thyroid disease)
GONDOK ENDEMIK 2469

hanya gondok difusa pada usia nnuda yang dapat berubah Garam beryodium adalah hal yang sangat praktis untuk
mengecil, dan hanya pada ukuran tertentu. Pada gondok negara berkembang dengan pabrik garam yang modern
nodular, pemberian yodium merupakan konraindikasi (bukan tradisional). Injeksi minyak beryodium mencukupi
sejak diketahui dapat menyebabkan hipertiroidisme. Pada kebutuhan yodium untuk setahun atau lebih. Minyak
kasus seperti ini pemberian hormon tiroksin lebih efektif b e r y o d i u m j u g a bisa d i b e r i k a n peroral. S u m b e r air
terutama pada kasus gondok yang difusa. Jika nodul tiroid minum beryodium dapat diberikan pada komunitas yang
otonom timbul, hormon tiroksin eksogen ditambahkan mempunyai sumber air sentral. Penambahan yodium pada
pada hormon yang dikeluarkan nodul dan hasilnya terjadi bahan roti dan makanan lainnya yang dikonsumi secara
kondisi hipertioidisme.^'* meluas akan sangt efektif dalam pencegahan penyakit
Terapi pembedahan diperlukan untuk ukuran gondok gondok endemik. Prosedur sepeti ini sudah banyak dikenal
yang besar d e n g a n timbul gejala akibat p e n e k a n a n dimasyarakat secara luas. Untuk memudahkan pemberian
kelenjar tiroid pada organ dibelakangnya atau/dengan yodium pada masyarakat yang memerlukan peningkatan
nodul tiroid otonom. Prosedur ini dilakukan oleh ahli spontan asupan yodium sebaiknya meliputi beberapa
bedah y a n g b e r p e n g a l a m a n dan rumah sakit y a n g faktor. Faktor-faktor trsebut berupa: a). Pertumbuhan
terorganisasi dengan baik karena menyangkut beberapa ekonomi agar masyarakat bisa membeli makanan yang
disiplin ilmu, dan biasanya jarang terdapat pada negara lebih baik tapi juga yang mengandung kaya yodium b).
berkembang yang biasanya terdapat daerah gondok Komunikasi dan transportasi yang lebih baik sehingga
endemik. Dibandingkan terapi pembedahan, sekarang daerah kekurangan yodium yang sebelumnya terisolasi
lebih sering dilakukan pemberian tetapi fasilitas yang bisa mendapatkan makanan dari daerah yang bahan
modern merupakan hal yang utama. Injeksi etanol pada makanannya mengandung cukup yodium c). Industrialisasi
nodul tiroid cukup mudah dan bisa dikerjakan tanpa produksi makanan yang mengandung cukup yodium.^
peralatan yang rumit.^ Keberhasilan dari profilaksi gondok endemik karena
kekurangan yodium harus selalu dimonitor Pemeriksaan
klilis dari kelenjar tiroid sangatt penting, tetapi bila kelenjar
PENCEGAHAN tiroid sudah terlihat m e m b e s a r (biasanya tidak bisa
mengecil lagi), lebih baik dengan memonitor lEU (ekskresi
Terapi untuk gondok endemik tidak ada yang mudah yodium pada urin) pada populasi.^'^"'^'^
maupun efektif, pencegahan terjadinya gondok endemik Dalam pencegahan GAKI menurut John Dunn sebaiknya
harus dilakukan. Secara teoritis sangat mudah: untuk perlu diperhatikan seven deadly sins yaitu: 1). Penilaian
kekurangan yodium terapinya diberikan yodium, dan status GAKI yang kurang tepat (sebaiknya memakai UEI,
dihindari asupan zat goitrogen. Tetapi ini mudah dikatakan TSH neonatal, kalau Total Goiter Rate/TGR menggunakan
dibandingkan dikerjakan. Terutama zat goitrogen sangat Ultrasonografi) 2). Suplemen yang kurang pas kadar
sulit untuk d i h i n d a r i . Zat g o i t r o g e n t e r d a p a t pada y o d i u m n y a atau p e n d i s t r i b u s i a n n y a 3).Maksimalkan
makanan pokok yang dikonsumsi penduduk setempat peran stakeholders bukan hanya pihak medis, termasuk
karena situasi lingkungan, seperti singkong dan jenis padi kelompok sasaran 4). Kurangnya informasi dan edukasi
tertentu. Keadaan ini sulit untuk dianjurkan menghindari 5). Monitoring yang teratur diperlukansebab GAKI akan
makanan tersebut bila makanan sehat alternatif yang muncul kembali bila kita lengah 6). Memperhitungkan
lain tidak tersedia, juga sulit untuk memodifikasi sumber biaya 7). Jaminan keberlangsungan program.^^
air minum untuk menghindari zat goitrogen dalam air
minum tersebut. Bahkan dibeberapa daerah di India yang
kekurangan yodium masih didapatkan beberapa warung EFEK SAMPING PEMBERIAN YODIUM
atau toko yang menjual garam beryodium tetapi tidak
berisi yodium secara standar^^"*^ Yodium yang diberikan untuk profilaksi gondok endemik
Semenjak diketahui bahwa kekurangan y o d i u m mempunyai beberapa efek yang tidak menguntungkan.
merupakan penyebab terbanyak dari gondok endemik, Hipertiroidisme yang paling penting diperhatikan dari
maka ini merupakan dasar dari pencegahan gondok pemberian yodium jangka jang , tetapi keadaan ini juga
endemik. Yodium dapat diberikan melalui berbagai cara. merupakan hasil penelitian yang terbaik, yang dilakukan
Tablet yodium atau dalam bentuk lain bisa diberikan dalam 180 tahun yang lalu oleh Coindet. Hipertiroid yang
bentuk lain yang diberikan tiap hari atau tiap minggu dinduksi p e m b e r i a n y o d i u m biasanya b e r h u b u n g a n
merupakan tindakan yang tidak praktis. Tindakan yang dengan nodul tiroid otonom, seperti yang terjadi di
penting dapat dikerjakan untuk populasi yang kekurangan Tasmania, Inggris, Zaire dan negara lainnya. Penyakit
yodium adalah a. garam beryodium b. larutan minyak autoimun yang diinduksi oleh yodium juga merupakan
beryodium c. air minum beryodium dan sebagainya. problem yang tidak bisa diabaikan. Dilaporkan timbulnya
2470 ENDOKRINOLOGI

auttoantibodi antitiroid setelah pemberian injeksi 5. Djokomoeljanto RJ,2011, Gangguan Akibat Kekurangan
Y o d i u m ( G A K I ) dalam Suhartono T, Pemayun T G D &
intramuskular minyak beryodium atau Kalium lodida
Nugroho K H (Ed): Penyakit Kelenjar Tiroid Sebuah Tinjauan
per oral. Hal ini diteliti kembali oleh beberapa ahli dan Populer, 2011, Edisi ke 3, pp 75-80, Balai Penerbit Universitas
Kahaly et al. pada tahun 1977 melaporkan pertama kali Diponegoro, Semarang.
adanya infiltrasi limpositik setelah pemberian yodium. 6. Pramono R.B, Purwono S, Astuti,Sutamo A & A sdie A H ,
2006, Gangguan Fungsi Luhur Pada Penderita Gondok dan
Peningkatan prevalensi penyakit tiroid autoimun j u g a
Kretin Endemik Di Lemahbang Kismantoro Wonogiri, A c t a
dilapokan oleh pada daerah populasi dengan asupan M e d i c a I n d o n e s i a n a V i e I n d o n e s i a n ] o u n a l of I n t e r n a l M e d i c i n e ,
yodium tinggi. Harach dan William pada tahun 1995 2006, Vol 38 (SI),1 Juli, 382-4.
7. Aminorroaya A, Amini M & Hovsepian S. 2010, Prevalence
melaporkan di Argentina, spesimen hasil bedah dari pasien
of Goitre in Isfahan, Iran, Fifteen Years After Initiation of
wanita, infiltrasi limpositik meningkat dari 8% menjadi 2 5 % Universal Saly lodization, H e a l t h P o p u l N u t r , A u g 2010,
setelah dilakukan profilaksi dengan yodium. Sesuai dengan 28(4):351-8.
percobaan pada hewan, terjadi penyakit tiroid autoimun 8. C h a n d r a A . K , T r i p a t h y S, G h o s h D, D e b n a t h A &
M u k h o p a d h y a y S, 2005, Iodine N u t r i t o n a l Status &
setelah mendapat terapi y o d i u m . " ^
Prevalence of Goitre in Sundarban delta of South 24-parganas,
Kanker tiroid j u g a merupakan problem, terlihat West Bengal, I n d i a n ] M e d Res 122, Nov 2005, 419-24.
terjadi peningkatan j u m l a h total kasus kanker tiroid
setelah pemberian suplemen yodium. Angka kematian
akibat kanker tiroid menurun setelah diketahui bahwa
peningkatan ini karena kanker tiroid papiler subklinik dan
berhubungan dengan penurunan jumlah kanker tiroid
anaplastik dan kanker tiroid folikuler^ Dari keseluruhan
terlihat hipertiroidism merupakan problem serius akibat
pemberian yodium. Bagaimanapu ini hanya merupakan
fenomena sementara. Kekurangan yodium arus dieradikasi
yang prakteknya jangan ada nodul tiroid otonom, j u g a
j a n g a n sampai timbul hipertiroid terinduksi y o d i u m .
Penyakit tiroid autoimun banyak berupa penyakit Grave's
dan Hashimoto's, tetapi keduanya mudah untuk diatasi.
Disimpulkan: bila terjadi kekurangan yodium, lakukan
eradikasi.^^'^

PROGNOSIS

Prognosis kekurangan yodium yang belum timbul GAKI


adalah baik bila dilakukan eradikasi secara cepat dan tepat.
Bila sudah timbul banyak gondok endemik dan kretin
endemik maka prognosis kurang baik. Usaha yang paling
tepat adalah pencegahan GAKI dengan eradikasi. ^ 2,3,4,5,6,8

REFERENSI

1. Brent G . A . & Davies T . F . , 2011, H y p o t h y r o i d i s m and


Thyroiditis in Melmed S., Polonsky K.S., Larsen P.R. &
Kronenberg H.M. (eds): Williams Textbook of E n d o c r i n o l o g y ,
12th E d , 406-39, Elsevier S A U N D E R S , Washington USA.
2. Koutras D.A., 2002, Endemic Goiter-an update. H o r m o n e s
2002,l(3):157-64.
3. Djokomoeljanto R, 2007, Gangguan Akibat Kekurangan
l o d i u m ( G A K I ) dan Kelebihan l o d i u m (Ekses) dalam
Djokomoeljanto R (Ed): Buku Ajar T I R O I D O L O G I KLINIK, pp
377-424, bdan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
4. Nugroho, K H , 2008. Gangguan Akibat Kekurangan lodium
(GAKI) dalam Suhartono T, Pemayun T G D & Nugroho K H
(Ed):Naskah Lengkap Kursus Tiroid P E R K E N I Joglosemar,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2008, pp 91-100,
Semarcmg.
324
KARSINOMA TIROID
Imam Subekti

PENDAHULUAN Ruang lingkup bahasan tulisan ini adalah karsinoma


tiroid khususnya yang berdiferensiasi. Sedangkan jenis
Kelenjar tiroid ternnasuk bagian t u b u h y a n g j a r a n g karsinoma medulare dan anaplastik akan disinggung
mengalami keganasan, terjadi 0,85% dan 2,5% dari seluruh prinsip-prinsipnya saja.
keganasan pada pria dan wanita. Tetapi di antara kelenjar
endokrin, keganasan tiroid termasuk jenis keganasan
kelenjar endokrin yang paling sering ditemukan. PREVALENSI
Secara klinis, antara nodul tiroid yang ganas dengan
yang jinak sering sulit dibedakan, bahkan baru dapat Angka kekerapan keganasan pada nodul tiroid berkisar
dibedakan setelah didapatkan hasil evaluasi sitologi 5-10%. Prevalensi keganasan pada multinodular tidak
preparat biopsi j a r u m halus atau histopatologi dari jauh berbeda. Gharib H dalam laporannya mendapatkan
jaringan kelenjar tiroid yang diambil saat operasi. angka 4 , 1 % dan 4 , 7 % masing-masing prevalensi untuk
Tampilan klinis karsinoma tiroid pada sebagian besar nodul t u n g g a l d a n m u l t i p e l . Bila dilihat dari j e n i s
kasus umumnya ringan. Pada nodul tiroid yang ganas, bisa karsinomanya, kurang lebih 90% jenis karsinoma papilare
saja nodul tiroid tersebut baru muncul dalam beberapa dan folikulare, 5-9% jenis karsinoma medulare, 1 -2 % jenis
bulan terakhir, tetapi dapat pula sudah m e n g a l a m i karsinoma anaplastik, 1-3% jenis lainnya. Anak-anak usia
pembesaran kelenjar tiroid berpuluh tahun lamanya serta di bawah 20'^ dengan nodul tiroid dingin mempunyai
memberikan gejala klinis yang ringan saja, kecuali jenis risiko keganasan 2 kali lebih besar dibanding kelompok
karsinoma tiroid anaplastik yang perkembangannya sangat dewasa. Kelompok usia di atas 60'^ di samping mempunyai
cepat dengan prognosis buruk. Dari berbagai penelitian, prevalensi keganasan lebih tinggi, j u g a m e m p u n y a i
terdapat beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk tingkat agresivitas penyakit yang lebih berat, yang terlihat
menduga kecenderungan nodul tiroid ganas atau tidak, dari seringnya kejadian j e n i s karsinoma tiroid tidak
antara lain riwayat terekspos radiasi, usia saat nodul berdiferensiasi.
timbul, konsistensi nodul.
Dengan berbagai kemajuan teknologi kedokteran,
seperti aplikasi biopsi aspirasi j a r u m halus (BAJAH), KLASIFIKASI
ultrasonografi (USG), thyroid stimulating hormone (TSH)
sensitif dan terapi supresi L-tiroksin, telah memungkinkan Klasifikasi karsinoma tiroid dibedakan atas dasar, 1. asal
para peneliti melakukan evaluasi nodul tiroid secara lebih sel yang berkembang menjadi sel ganas, dan 2. tingkat
cermat hingga sampai pada diagnosis nodul jinak atau keganasannya.
ganas. 1. Asal Sel
Modalitas terapi karsinoma tiroid, khususnya yang a. Tumor epitelial
berdiferensiasi, adalah operasi, ablasi lodium radioaktif Tumor berasal dari sel folikulare.
dan terapi supresi L-tiroksin. Agresivitas terapi didasarkan Jinak : Adenoma Folikulare, Konvensional,
atas f a k t o r risiko p r o g n o s t i k pada masing-masing Varia.
pasien. Untuk evaluasi hasil pengobatan, parameter yang Ganas: Karsinoma
digunakan adalah pencitraan dan petanda keganasan. Berdiferensiasi baik: karsinoma folikulare,

2471
2472 ENDOKRINOLOGI

karsinoma papilare (konvensional, Keluhan lain pada keganasan yang mungkin ada iaIah
varian) suara serak.
Berdiferensiasi buruk (karsinoma Dalam hal riwayat kesehatan, banyak faktor yang
insular) perlu d i t a n y a k a n , apakah ke arah ganas atau tidak.
Tak berdiferensiasi (anaplastik) Seperti misalnya usia pasien saat pertama kali nodul tiroid
b. Tumor berasal dari sel C (berhubungan dengan ditemukan, riwayat radiasi pengion saat usia anak-anak,
tumor neuroendokrin) jenis kelamin pria, meskipun prevalensi nodul tiroid lebih
Karsinoma Medulare rendah, tetapi kecenderungannya menjadi ganas lebih
c. Tumor berasal dari sel folikulare dan sel C tinggi dibandingkan pada wanita. Respons terhadap
Sarkoma pengobatan dengan hormon tiroid juga dapat digunakan
Limfoma Malignum (dan neoplasma sebagai petunjuk dalam evaluasi nodul tiroid.
hematopoetik yang berhubungan) Riwayat karsinoma tiroid medulare dalam keluarga,
Neoplasma Miselaneus penting untuk evalusi nodul tiroid ke arah ganas atau
2. T i n g k a t k e g a n a s a n . Untuk k e p e n t i n g a n praktis, jinak. Sebagian pasien dengan karsinoma tiroid medulare
karsinoma tiroid dibagi atas 3 kategori, yaitu: herediter j u g a memiliki penyakit lain yang tergabung
Tingkat keganasan rendah : a). Karsinoma papilare, d a l a m MEN {multiple endocrine neoplasia) 2A atau
b). Karsinoma folikular (dengan invasi minimal) MEN2B.
T i n g k a t k e g a n a s a n m e n e n g a h : a). K a r s i n o m a
f o l i k u l a r e ( d e n g a n invasi l u a s ) , b ) . K a r s i n o m a Pemeriksaan Fisis
medulare, c). Limfoma maligna, d). Karsinoma tiroid Pemeriksaan fisik diarahkan pada kemungkinan adanya
berdiferensiasi buruk keganasan tiroid. Pertumbuhan nodul yang cepat
Tingkat keganasan tinggi : a). Karsinoma tidak merupakan salah satu tanda keganasan tiroid, terutama
berdiferensiasi, b). Haemangioendothelioma maligna jenis karsinoma tiroid yang tidak berdiferensiasi (anaplastik).
{angiosarcoma). Tanda lainnya iaIah konsistensi nodul keras dan melekat ke
jaringan sekitar, serta terdapat pembesaran kelenjar getah
Perangai k a r s i n o m a tiroid y a n g berdiferensiasi
bening di daerah leher Pada tiroiditis, perabaan nodul
baik relatif j i n a k , p e r k e m b a n g a n n y a lambat d e n g a n
nyeri dan kadang-kadang berfluktuasi karena ada abses/
kelangsungan hidup cukup panjang. Dilaporkan angka
pus. Sedangkan jenis nodul tiroid lainnya biasanya tidak
kelangsungan hidup 10 tahun berkisar 7 4 - 9 3 % untuk
memberikan kelainan fisik kecuali benjolan leher.
jenis papilare dan 43-94% untuk jenis folikulare. Sedang
Untuk memudahkan pendekatan diagnostik, berikut
karsinoma tiroid yang tidak berdiferensiasi (anaplastik)
ini adalah kumpulan riwayat kesehatan dan pemeriksaan
hampir semuanya meninggal dalam 1 tahun. Di klinik
fisik y a n g m e n g a r a h pada nodul tiroid j i n a k , tanpa
Mayo, hanya 3.6% karsinoma berdiferensiasi buruk yang
menghilangkan kemungkinan adanya keganasan, yaitu :
mampu bertahan hidup lebih dari 5 tahun, meskipun
Riwayat keluarga tiroiditis Hashimoto atau penyakit
telah mendapat terapi operasi, radiasi eksternal dan
tiroid autoimun
kemoterapi.
Riwayat keluarga dengan nodul tiroid j i n a k atau
goiter
Gejala hipotiroidisme atau hipertiroidisme
PENDEKATAN DIAGNOSIS
Nyeri dan kencang pada nodul
Lunak, rata dan tidak terfiksir
Pasien dengan karsinoma tiroid biasanya datang dengan
Struma multinodular tanpa nodul d o m i n a n dan
nodul soliter Pengambilan keterangan riwayat penyakit
konsistensi sama
(anamnesis) merupakan bagian penting dalam rangka
penegakan diagnosis. Sedangkan di bawah ini adalah kumpulan riwayat
kesehatan dan pemeriksaan fisik yang meningkatkan
Anamnesis kecurigaan ke arah keganasan tiroid, yaitu : usia <20th atau
Sebagian besar keganasan tiroid tidak memberikan gejala >60th mempunyai prevalensi tinggi keganasan pada nodul
yang berat, kecuali keganasan j e n i s anaplastik yang yang teraba. Nodul pada pria mempunyai kemungkinan 2
sangat cepat membesar bahkan dalam hitungan minggu. kali lebih tinggi menjadi ganas dari wanita
Sebagian kecil pasien, khususnya pasien dengan nodul Keluhan suara serak, susah napas, batuk, disfagia
tiroid yang besar, mengeluh adanya gejala penekanan Riwayat radiasi pengion pada saat kanak-kanak
pada esofagus dan trakhea. Biasanya nodul tiroid tidak Padat, keras, tidak rata dan terfiksir
disertai rasa nyeri, kecuali timbul perdarahan ke dalam Limfadenopati servikal
nodul atau bila kelainannya tiroiditis a k u t / s u b a k u t . Riwayat keganasan tiroid sebelumnya
KARSINOMA TIROID
2473

Pemeriksaan Penunjang karsinoma anaplastik tidak mensekresi tiroglobulin. Pada


pasien dengan riwayat keluarga karsinoma tiroid medulare,
Biopsi aspirasi j a r u m halus ( B A J A H ) . Pemeriksaan
tes genetik dan pemeriksaan kadar kalsitonin perlu
sitologi dari BAJAH nodul tiroid merupakan langkah
dikerjakan. Bila tidak ada kecurigaan ke arah karsinoma
pertama yang harus dilakukan dalam proses diagnosis.
tiroid medulare atau neoplasia endokrin multipel 2,
BAJAH oleh operator yang trampil, saat ini dianggap
pemeriksaan kadar kalsitonin tidak dianjurkan sebagai
sebagai metode yang efektif untuk membedakan jinak
pemeriksaan rutin. Pemeriksaan imunohistokimia biasanya
atau ganas pada nodul soliter atau nodul d o m i n a n
j u g a tidak dapat membedakan lesi jinak dari lesi ganas.
dalam struma multinodular. Gharib dkk melaporkan
bahwa BAJAH mempunyai sensitivitas sebesar 8 3 % dan Pencitraan. Pencitraan pada nodul tiroid tidak dapat
spesifisitas 92%. Bila BAJAH dikerjakan dengan baik, akan menentukan jinak atau ganas, tetapi dapat membantu
menghasilkan angka negatif palsu kurang dari 5%, dan mengarahkan dugaan nodul tioid tersebut cenderung jinak
angka positip palsu hampir mendekati 1 % . Hasil BAJAH atau ganas. Modalitas pencitraan yang sering digunakan
dibagi menjadi 4 kategori, yaitu : jinak, mencurigakan pada nodul tiroid iaIah sidik (sintigrafi) tiroid dan USG.
(termasuk adenoma folikulare, Hurthle dan gambaran yang Sintigrafi tiroid pada keganasan hanya memberikan
sugestif tapi tidak konklusif karsinoma papilare tiroid), g a m b a r a n h i p o f u n g s i a t a u nodul d i n g i n , s e h i n g g a
ganas dan tidak adekuat. dikatakan tidak spesifik dan tidak diagnostik. Sintigrafi
Jenis karsinoma yang dapat segera ditentukan iaIah tiroid dapat dilakukan dengan menggunakan 2 macam
karsinoma papilare, medulare atau anaplastik. Sedangkan isotop, yaitu iodium radioaktif (^^^1) dan technetium
untuk jenis karsinoma folikulare, untuk membedakannya pertechnetate (^^""Tc). ^^^1 lebih banyak digunakan dalam
dari adenoma folikulare, harus dilakukan pemeriksaan evaluasi fungsi tiroid, sedang 99m-Tc lebih digunakan
histopatologi yang dapat memperlihatkan adanya invasi untuk evaluasi anatominya. Pada sintigrafi tiroid, kurang
kapsul tumor atau invasi vaskular. Mengingat secara lebih 80-85% nodul tiroid memberikan hasil dingin {cold)
sitologi tidak dapat membedakan adenoma folikulare dan 10-15% dari kelompok ini mempunyai kemungkinan
dari karsinoma folikulare, maka keduanya dikelompokkan ganas. Nodul panas {hot) ditemukan sekitar 5% dengan
menjadi neoplasma folikulare intermediate atau suspicious. risiko ganas paling rendah, sedang nodul hangat {warm)
Pada kelompok suspicious, angka kejadian karsinoma terdapat 10-15% dari seluruh nodul dengan kemungkinan
folikulare berkisar 20% dengan angka tertinggi terjadi ganas lebih rendah dari 10%.
pada k e l o m p o k d e n g a n u k u r a n n o d u l besar, usia USG pada evaluasi awal nodul tiroid dilakukan untuk
bertambah dan kelamin laki-laki. menentukan ukuran dan jumlah nodul, meski sebenarnya

Sekitar 15-20% pemeriksaan BAJAH, memberikan USG tidak dapat membedakan nodul jinak dari yang

hasil inadequat da\arr\ hal material/sampel. Pada keadaan ganas. USG pada nodul tiroid yang dingin sebagian besar

seperti ini dianjurkan untuk mengulang BAJAH dengan akan menghasilkan gambaran solid, campuran solid-

bantuan USG {guided USG) sehingga pengambilan sampel kistik dan sedikit kista simpel. Dari suatu seri penelitian

menjadi lebih akurat. USG nodul tiroid, didapatkan 69% solid, 12% campuran
dan 19% kista. Dari seluruh 19% kista tersebut, hanya 7%
Pemeriksaan potong beku {frozen section) pada saat
yang ganas, sedangkan kemungkinan ganas dari nodul
operasi berlangsung, tidak memberikan keterangan banyak
solid atau campuran berkisar 20%. USG juga dikerjakan
untuk neoplasma folikulare, tetapi dapat membantu
untuk menentukan multinodularitas yang tidak teraba
mengkonfirmasi diagnosis dugaan karsinoma papilare.
dengan palpasi, khususnya pada individu dengan riwayat
Laboratorium. Keganasan tiroid bisa terjadi pada keadaan radiasi pengion pada daerah kepala dan leher. Nodul
fungsi tiroid yang normal, hiper maupun hipotiroid. Oleh soliter atau multipel yang lebih kecil dari 1cm yang
karena itu perlu diingat bahwa abnormalitas fungsi tiroid hanya terdeteksi dengan USG umumnya jinak dan tidak
tidak dengan sendirinya menghilangkan kemungkinan diperlukan pemeriksaan lanjutan lain kecuali evaluasi
keganasan. Sering pada Hashimotojuga timbul nodul baik USG ulang secara periodik. Nodul yang terdeteksi dengan
uni/bilateral, sehingga pada tiroiditis kronik Hashimoto- USG pada pasien Graves umumnya jinak. Dari 315 pasien
pun masih mungkin terdapat keganasan. Graves ditemukan 106 nodul ukuran 8mm atau lebih,
Pemeriksaan kadar tiroglobulin serum untuk pada evaluasi sitologi hanya ditemukan 1 (satu) kasus
keganasan tiroid cukup sensitif tetapi tidak spesifik, karsinoma.
karena peningkatan kadar tiroglobulin juga ditemukan Modalitas pencitraan lain s e p e r t i computed
pada tiroiditis, penyakit Graves dan a d e n o m a tiroid. tomographic scanning (CT Scan) dan magnetic resonance
Pemeriksaan kadartiroglobulin sangat baik untuk monitor imaging (MRI) tidak direkomendasikan untuk evaluasi
kekambuhan karsinoma tiroid pasca terapi, kecuali pada keganasan tiroid, karena disamping tidak memberikan
karsinoma tiroid medulare dan anaplastik, karena sel keterangan berarti untuk diagnosis, j u g a sangat mahal.
2474 ENDOKRINOLOGI

CTScan atau MRI baru diperlukan bila ingin mengetahui PENGELOLAAN KARSINOMA TIROID
a d a n y a p e r l u a s a n s t r u m a s u b s t e r n a l atau t e r d a p a t
kompresi trakea. Operasi
Terapi supresi siroksin (untuk diagnostik). Salah satu Tiroidektomi total, bila masih m e m u n g k i n k a n untuk
cara meminimalisasi hasil negatif palsu pada BAJAH iaIah m e n g a n g k a t sebanyak mungkin tumor dan j a r i n g a n
dengan terapi supresi TSH dengan tiroksin. Yang dimaksud tiroid yang sehat, merupakan prosedur awal pada hampir
terapi supresi TSH dengan L-tiroksin iaIah menekan sekresi sebagian besar pasien karsinoma tiroid berdiferensiasi. Bila
TSH dari hipofisis sampai kadar TSH di bawah batas ditemukan metastasis kelenjar getah bening (KGB) regional,
nilai terendah angka normal. Rasionalitas supresi TSH diteruskan dengan radical neck dissection. Pada karsinoma
berdasarkan bukti bahwa TSH merupakan stimulator kuat tiroid medulare, setelah tiroidektomi total, mengingat
untuk fungsi kelenjar tiroid dan pertumbuhannya. Cara ini tingginya angka metastasis KGB regional, dilanjutkan
diharapkan dapat memisahkan nodul yang memberikan dengan central and bilateral lateral node dissection. Untuk
Respons dan tidak, dan kelompok terakhir ini lebih besar karsinoma anaplastik, mengingat perkembangannya yang
kemungkinan ganasnya. Tetapi dengan adanya reseptor cepat dan umumnya diketahui setelah kondisinya lanjut,
TSH di sel-sel karsinoma tiroid, maka terapi tersebut juga biasanya tidak dapat dioperasi lagi.
akan memberikan pengecilan nodul. Ini terbukti dari Beberapa pertimbangan dan keuntungan pilihan
13-15% pasien karsinoma tiroid mengecil dengan terapi prosedur operasi ini adalah sebagai berikut:
supresi. Oleh karena itu tidak ada atau adanya Respons Fokus-fokus karsinoma papilare ditemukan di kedua
terhadap supresi TSH tidak dengan sendirinya secara pasti lobus tiroid pada 60-85% pasien.
menyingkirkan keganasan. Sesudah operasi unilateral (lobektomi), 5-10%
kekambuhan karsinoma tiroid papilare terjadi pada
Berdasarkan data-data pada evaluasi klinis dan
lobus kontralateral.
pemeriksaan penunjang, maka dapat diduga kecenderungan
Efektivitas terapi ablasi lodium radioaktif menjadi
suatu nodul tiroid jinak atau ganas. (tabel 1)
lebih tinggi.
Spesifisitas pemeriksaan tiroglobulin sebagai marker
kekambuhan menjadi lebih tinggi setelah reseksi
Tabel 1. Kecenderungan Suatu Nodul Tiroid Jinak atau tumor dan jaringan tiroid sebanyak-banyaknya.
Ganas
Meskipun demikian kontroversi mengenai luasnya
Faktor Risiko Risiko ^ Risiko
operasi masih terus b e r l a n g s u n g hingga kini. Pada
rendah tinggi
analisis retrospektif, dari 1685 pasien risiko rendah, angka
1 2 3 4 5
x kekambuhan 20 tahun setelah lobektomi sebesar 2 2 %
Usia Tua
Anak-anak X dibanding 8% pada pasien yang menjalani tiroidektomi
Sex : Pria X total. Jenis tindakan lain seperti tiroidektomi subtotal, yang
Wanita menyisakan jaringan tiroid sebesar 5g, tidak memperoleh
Radiasi pengion dosis keuntungan-keuntungan seperti disebutkan di atas.
kecil masa anak-anak Sebaliknya, alasan prosedur tiroidektomi unilateral
Riwayat Keluarga (lobektomi) adalah tidak adanya manfaat memperbaiki
Massa kistik
angka kelangsungan hidup yang nyata dari tindakan
Massa solid
agresif, disamping prosedur tiroidektomi unilateral dapat
Nodul multipel
Nodul soliter mengurangi risiko hipoparatiroidisme dan kerusakan
Berkembang cepat nervus laryngeus. Pada penelitian 465 pasien dengan
Berkembang pelan risiko rendah, angka kekambuhan lokal setelah follow up
Nodul panas 20 tahun (4% vs 1%) atau angka kegagalan menyeluruh
Nodul dingin (13% vs 8%) tidak berbeda pada 276 kasus lobektomi dan
Nodul hangat 90 kasus tiroidektomi total.
BAJAH (-) Beberapa konsensus penatalaksanaan karsinoma
BAJAH (+)
tiroid menyebutkan bahwa tiroidektomi total diperlukan
KGB servikal
pada karsinoma tiroid papilare primer dengan diameter
Respons komplit
terapi supresi paling tidak 1cm, khususnya bila massa telah ektensi ke
Respons parsial terapi luar kelenjar tiroid, atau ditemukan metastasis.
supresi Pada karsinoma tiroid berdiferensiasi baik yang
Respons negatip ditemukan pada saat kehamilan berlangsung, menurut
terapi supresi Moosa M dkk, pengelolaannya dapat ditunda hingga
KARSINOMA TIROID 2475

selesai p e r s a l i n a n n y a . Dalam l a p o r a n n y a , Moosa M Supresi terhadap TSH pada karsinoma tiroid pasca
dkk menyebutkan bahwa prognosis karsinoma tiroid operasi dipertimbangkan karena adanya reseptor TSH
berdiferensiasi baik sama baiknya antara wanita hamil dan di sel-sel karsinoma tiroid, sehingga bila tidak ditekan,
tidak hamil untuk kelompok usia yang sama dan bahwa TSH tersebut dapat merangsang pertumbuhan sel-sel
pada sebagian besar kasus, diagnosis dan pengelolaannya ganas yang tertinggal, Harus dipertimbangkan untuk
dapat ditunda hingga selesai persalinan. selalu dalam keseimbangan antara manfaat terapi supresi
TSH dan efek samping terapi tiroksin jangka panjang.
Terapi Ablasi lodium Radioaktif Target kadar TSH pada kelompok risiko rendah untuk
Pada jaringan tiroid sehat dan ganas yang tertinggal kesakitan dan kematian karena keganasan tiroid adalah
setelah operasi, selanjutnya diberikan terapi ablasi iodium 0,1-0,5 mU/L, sedang untuk kelompok risiko tinggi adalah
radioaktif ^^^"1. Dosis I berkisar 80mCi dianjurkan untuk 0,01 mU/L. Dosis L-tiroksin untuk terapi supresi bersifat
diberikan pada keadaan tersebut, mengingat adanya individual, rata-rata 2 ug/kgBB.
uptake spesifik iodium ke dalam sel folikulare, termasuk Terapi supresi dengan L-tiroksin terhadap sekresi TSH
sel ganas tiroid yang berasal dari sel folikulare. Karsinoma dalam jangka panjang dapat memberikan efek samping di
tiroid medulare dan anaplastik tidak sensitif dengan terapi berbagai organ target, seperti tulang rangka dan jantung.
ablasi ^^^1. Sekali terkonsentrasi di dalam sel, akan Banyak penelitian akhir-akhir ini yang menghubungkan
mengalami penguraian b, mengeluarkan energi tinggi keadaan hipertiroidisme ini dengan gangguan metabolisme
yang menginduksi sitotoksisitas radiasi seperti pancaran tulang yaitu meningkatnya bone turnover; bone loss dan
sinar g pada sel tiroid. Ada 3 alasan terapi ablasi pada risiko fraktur t u l a n g . U m u m n y a pada kelompok usia
jaringan sisa setelah operasi, yaitu: tua lebih nyata efek sampingnya dibanding usia muda.
Merusak atau mematikan sisa fokus mikro Rata-rata efek samping yang dilaporkan terjadi setelah
karsinoma pemberian L-tiroksin dosis supresi berkisar 7-15 tahun.
M e n i n g k a t k a n s p e s i f i s i t a s s i n t i g r a f i ^^^1 untuk Pengamatan pada kelompok pre dan post menopause yang
mendeteksi kekambuhan atau metastasis melalui mendapat terapi L-tiroksin dosis supresi jangka panjang
eliminasi uptake oleh sisa jaringan tiroid normal memberikan hasil yang bervariasi. Roti E. dkk melaporkan
• Meningkatkan nilai pemeriksaan tiroglobulin sebagai banyak studi memperlihatkan penurunan densitas tulang
p e t a n d a s e r u m y a n g d i h a s i l k a n hanya oleh sel sebagai reaksi terhadap terapi supresi terjadi baik pada pre
tiroid. maupun post menopause. Salah satu penelitian pada pre
menopause yang mendapat terapi L-tiroksin dosis supresi
Terapi ablasi i o d i u m radioaktif u m u m n y a tidak
selama kurang lebih 10,7 tahun memperlihatkan penurunan
direkomendasikan pada pasien dengan tumor primer
densitas mineral tulang femoral neck yang bermakna dan
soliter diameter kurang dari 1cm, kecuali ditemukan
pada kelompok ini bone turnover juga meningkat. Gharib
adanya invasi ekstratiroid atau metastasis.
dkk melaporkan hasil yang berbeda dimana penurunan
Untuk m e m a k s i m a l k a n uptake iodium radioaktif
densitas tulang tidak berbeda bermakna antara kelompok
setelah tiroidektomi total, kadar hormon tiroid diturunkan
premenopause dengan normal. Suatu studi meta-analsis
dengan menghentikan obat L-tiroksin, sehingga TSH
yang melibatkan 239 pasien, pada kelompok pre menopause
endogen terstimulasi hingga mencapai kadar di atas 25-
terdapat kehilangan massa tulang sebesar 2,7% setelah 8,2
30 mU/L. Mengingat waktu paruh L-tiroksin adalah 7 hari,
tahun, tidak berbeda dengan yang dialami kelompok wanita
biasanya diperlukan waktu 4-5 minggu untuk mencapai
normal. Sementara Schneider dkk melaporkan bahwa terapi
kadar TSH tersebut di atas. Pasien juga perlu menghindari
estrogen menghambat proses kehilangan massa tulang
makanan yang mengandung tinggi iodium paling kurang 2
yang diinduksi L-tiroksin. Terapi tiroksin yang tidak sampai
minggu sebelum sintigrafi dikerjakan, karena peningkatan
menekan sekresi TSH tidak menyebabkan osteopenia.
iodium non-radioaktif di dalam sel tiroid menekan uptake
iodium radioaktif.

Terapi Supresi L-Tiroksin FAKTOR RISIKO PROGNOSTIK


Mengingat karsinoma tiroid berdiferensiasi baik jenis
Faktor risiko p r o g n o s t i k d i g u n a k a n s e b a g a i bahan
papilare maupun folikulare- merupakan 90% dari seluruh
pertimbangan dalam mengambil keputusan jenis
karsinoma t i r o i d - m e m p u n y a i tingkat p e r t u m b u h a n
pengobatan yang akan diberikan. Diharapkan dengan
yang lambat, maka evaluasi lanjutan perlu dilakukan
mengetahui faktor risiko prognostik ini pengobatan dapat
selama beberapa dekade sebelum dikatakan sembuh
dilakukan lebih selektif, sehingga tidak kecolongan pasien
total. Selama periode tersebut, diberikan terapi supresi
keganasan tiroid tertentu yang memang harus mendapat
dengan L-tiroksin dosis suprafisiologis untuk menekan
pengobatan agresif, demikian j u g a pada pasien tertentu
produksi TSH.
2476 ENDOKRINOLOGI

dapat terhindar dari pengobatan berlebihan yang tidak Tabel 2. Angka Kelangsungan Hidup Pasien Karsinoma
perlu. Faktor risiok prognostik tersebut adalah sebagai Tiroid Berdiferensiasi berdasarkan Sistem Pengelompokan
berikut: Faktor Risiko Prognostik

AMES {Age, Metastasis, Extent of primary cancer, tumor AMES Risk Rendah Tinggi
Group
Size) Age: pria <41 th, wanita < 51 th/pria > 40 th, wanita >
Overall 98% 54%
50 th Metastasis : metastasis jauh/tanpa metastasis jauh
survival rate
Extent: papilare intratiroid atau folikulare dengan infasi
Disease free 95% 45%
kapsul minimal/ papilare ekstratiroidal atau folikulare survival rate
dengan invasi mayor DAMES
Rendah Menengah Tinggi
Size : 5 cm/> 5 cm. Risiko rendah : 1). Setiap usia risiko Risk Group
rendah tanpa metastasis, 2). Usia risiko tinggi tanpa meta Disease free 92% 45% 0%
dan dengan ekstensi. dan ukuran tumor risiko rendah. survival rate
Risiko tinggi: 1). Setiap pasien dengan metastasis, atau 2). AGES PS <4 4-5 5-6 >6
Usia risiko tinggi dengan salah satu ekstensi atau ukuran 20-year 99% 80% 33% 13%
tumor untuk risiko tinggi. survival rate
MACIS PS <6 6-7 7-8 >8
DAMES (AMES + pemeriksaan DNA sel tumor dengan 20-year 99% 89% 56% 24%
flow cytometry) survival rate
AMES risiko rendah + DNA euploid : risiko rendah
AMES risiko rendah + DNA aneuploid : risiko sedang
AMES risiko tinggi + DNA aneuploid : risiko tinggi Sintigrafi Seluruh Tubuh {Whole Body Scannmg/WBS)
WBS dengan iodium radioaktif perlu dikerjakan 6-12
AGES {Age, tumor Grade, tumor Extent, tumor Size)
bulan setelah terapi ablasi pertama. Bila pada WBS tidak
Skor prognostik : 0.05 x usia**' (kecuali usia <40*''= 0), +1
ditemukan abnormalitas, angka bebas kekambuhan dalam
(grade 2) atau +3 (grade 3 atau 4), +1 (jika ekstratiroidal)
10 tahun diprediksikan sebesar 90%. Sedangkan bila
atau +3 (jika metastasis jauh), + 0.2 x ukuran tumor dalam
dari 2 kali WBS berturut-turut tidak ada kelainan, angka
cm (diameter maksimum). Skala skor prognostik: 0-11.65,
bebas kekambuhan diprediksikan sebesar 9 5 % . Dalam
median 2.6. Kategori risiko : 0-3.99; 4-4.99; 5-5.99; >6.
hal tidak ada uptake yodium pada WBS tetapi terdapat
M A C I S {Metastasis, Age, Completeness of resection. peningkatan kadar tiroglobulin serum, atau sebaliknya
Invasion, Size) ditemukan uptake di daerah tiroid pada WBS meskipun
Skor prognostik : 3.1 (usia<39*^) atau 0.08 x usia tiroglobulinnya tidak meningkat, direkomendasikan terapi
(jika usia >40'^), + 0.3 x ukuran tumor dalam cm, +1 (jika ablasi ^^^1 ulangan dosis sama, atau dosis ISOmCi bila
diangkat tidak komplit), +1 (jika invasi lokal), +3 (jika ditemukan adanya metastasis.
metastasis jauh). Kategori risiko skor prognostik : 0-5.99;
6-6.99; 7-7.99; > 8. Ultrasonografi (USG)
Dengan pengelompokan faktor risiko prognostik Ultrasonografi berperan pada evaluasi adanya kekambuhan
tersebut, dapat diperkirakan angka kelangsungan pasien atau adanya kelenjar getah bening (KGB) lokal atau
keganasan tiroid, seperti pada tabel 2. metastasis regional. Walaupun USG ini dapat digunakan
Dengan pengelompokan seperti ini, dapat disarankan, untuk membedakan KGB jinak dari yang ganas (berdasarkan
misalnya pada pasien dengan angka kelangsungan hidup ukuran, bentuk, ekogenisitas), tetapi BAJAH guided USG
20 tahun-nya 99%, tentu tidak memerlukan pengobatan perlu dilakukan untuk konfirmasi diagnostik adanya
y a n g intensif, sehingga terhindar dari k e m u n g k i n a n metastasis.
timbulnya penyulit akibat pengobatan itu sendiri.
Pencitraan Lain
Pemeriksaan pencitraan lain seperti CTscan, rongentdada,
EVALUASI MRI dan fluorodeoxyglucose positron-emission tomography
(FDG-PET) tidak secara rutin diindikasikan.
Setelah berbagai terapi diberikan, perlu evaluasi secara
berkala, agar dapat segera diketahui adanya kekambuhan Petanda Keganasan
atau metastasis. Monitor standar untuk keperluan itu iaIah Pemeriksaan petanda keganasan seperti kadar tiroglobulin
pencitraan (sintigrafi seluruh tubuh dan kalau perlu USG) serum yang hanya diproduksi oleh sel folikel tiroid pada
dan pemeriksaan petanda keganasan (tiroglobulin dab karsinoma tiroid berdiferensiasi atau kalsitonin pada
kalsitonin) serum. karsinoma tiroid medulare dapat membantu mendeteksi
KARSINOMA TIROID 2477

adanya sisa, l<ekambuhan dan metastasis. Tiroglobulin Lewinski A . , Ferenc T., Sporny S., et al. Thyroid carcinoma:
diagnostic and therapeutic approach; genetic background
dan TSH diperiksa setiap 6 bulan selama 3 tahun pertama,
(review). Endocrine Regulation 2000; 34: 99113-.
selanjutnya setiap tahun. Sesudah tiroidektomi total dan
Moosa M, Mazzaferri E L . Outcome of differentiated thyroid
terapi ablasi yang berhasil, secara teoritis dalam waktu 3 carcinoma diagnosed in pregnant women. J Clin Endocrinol
bulan -meskipun kadang-kadang bisa sampai 1-2 tahun- Metab 1997; 82: 28622866-.
Rosai J., Carcangiu ML., Delellis RA. Tumor of the thyroid gland.
tiroglobulin serum tidak akan terdeteksi lagi.
Atlas of Tumor Pathology. Rosai J., Sobin L H . (eds). Armed
O l e h k a r e n a i t u , bila k a d a r t i r o g l o b u l i n serum Forces Institute of Pathology, Washington D.C.1992:19205-.
meningkat, merupakan bukti tak langsung adanya sisa Roti E., Minelli R., Gardini E., dkk. The use and misuse of thyroid
jaringan tiroid normal atau tumor Kadang ditemukan kadar hormone. Endoc Rev 1993; 14: 401423-.
Scheneider AB., Ron E. Carcinoma of follicular epithelium: 70A
tiroglobulin meningkat tanpa disertai hasil positip pada epidemiology and pathogenesis. Dalam Werner and Ingbar's
sintigrafi seluruh tubuh atau dengan teknik pencitraan -The Thyroid- a fundamental and clinical text. Braverman L E
lainnya. Caplan dkk melaporkan dari observasi sendiri dan and Utiger R D (ed), edisi 9, Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins; 2005: 889906-.
dari observasi penelitian lain disimpulkan bahwa produksi
Session RB, Davidson BJ. Thyroid cancer. Med Clin North A m
tiroglobulin b e r h u b u n g a n dengan t u m o r tiroid, yang 1993; 77: 517535-.
kadang-kadang karena terlalu kecil sehingga tidak dapat Sherman SI. Thyroid carcinoma. Seminar. Lancet 2003; 361: 501-
dideteksi dengan berbagai macam teknik pencitraan. 511.
Singer PA., Cooper DS., Daniels G H . , dkk. Treatment guidelines for
Sensitivitas pemeriksaan tiroglobulin untuk mendeteksi patients with thyroid nodules and well differentiated thyroid
k e k a m b u h a n a t a u m e t a s t a s i s s e b e s a r 8 5 - 9 5 % pada carcinoma. Arch Intern Med 1996; 156: 21652172-.
keadaan lepas h o r m o n tiroid (TSH t e r s t i m u l a s i ) , dan
sensitivitasnya menurun sampai 50% pada keadaan TSH
tersupresi atau pada karsinoma tidak berdiferensiasi.

REFERENSI

American Association of Clinical Endocrinologists and the


American College of Endocrinology. A A C E Clinical practice
guidelines for the diagnosis and management of thyroid
nodules. Endocr Practice 1996; 2: 78-84.
Burch HB. Evaluation and management of the solid thyroid nodule.
Endocrinol Metab Clin North A m 1995; 24: 663-710.
Cantalamessa L., Baldini M., Orsatti A., et al. Thyroid nodules in
Graves disease and the risk of thyroid carcinoma. Arch Intern
Med 1999; 159:1705-1708.
Caplan R H . , Wickus G G . , Manske BR. Longterm follow up
of a patient with papillary thyroid carcinoma, elevated
thyroglobulin levels, and negative imaging studies. Case
Report. Endocrine Practice 2005; 11(1): 43-48.
Fraker DL., Skarulis M., Livolsi V. Thyroid tumor. Dalam Cancer:
Principles & Practice of Oncology. Edisi 5. Devita Jr. V T . ,
Hellman S., Rosenberg SA (Eds). Philadelphia: Lippincott-
Raven; 1997.p. 1629-52.
Gagel RF., Hoff A O . , Cote GJ. Medullary Thyroid Carcinoma.
Dalam Werner and Ingbar's -The Thyroid- a fundamental
and clinical text. Braverman L E and Utiger R D (ed), edisi
9. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.p.
967-88.
Gharib H . Changing concepts in the diagnosis and management
of thyroid nodules. Endocrinol Metab Clin North A m 1997;
26: 777-800.
Gharib H . , Mazzaferri E L . Thyroxine suppressive therapy in
patients with nodular thyroid disease. A n n Intern Med.
1998; 128: 386-94.
Jodar E., Torres MM., Jimenez FE., dkk. Bone loss in hyperthyroid
patients and in former hyperthyroid patients controlled on
medical therapy: influence of aetiology and menopause. Clin
Endocrinol 1997; 47: 279-85.
Kaplan M M . Clinical evaluation and management of solitary
thyroid nodules. Dalam Werner and Ingbar's -The Thyroid-
a fundamental and clinical text. Braverman L E and Utiger
R D (ed), edisi 9. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins;2005.p.996-1010.
325
SINDROM CUSHING DAN PENYAKIT CUSHING
Th Juli Edi Tarigan

PENDAHULUAN terbatas, diestimasikan insiden t a h u n a n sindrom ini


berkisar 2,3 juta per tahun di seluruh dunia. Penyakit
L e b i h k u r a n g 70 t a h u n y a n g lalu Harvey Cashing Gushing terutama terjadi pada wanita dengan rasio wanita
m e n d e s k r i p s i k a n suatu f e n o m e n a klinik akibat dari ke pria berkisar 3:1 sampai 10:1. Pada klinik endokrin tersier
adenoma hipofisis basofilik yang kemudian menjadi nama di negara maju, ditemukan prevalensi sindrom Gushing
dari penyakit tersebut, yaitu penyakit Gushing. Sampai saat sekitar 5% diantara pasien diabetes melitus yang tidak
ini pengelolaan pasien dengan kelebihan glukokortikoid terkontrol dan osteoporosis. Data tersebut tentunya akan
ini masih merupakan tantangan di bidang endokrinologi berdampak pada pengelolaan pasien-pasien diabetes,
karena kasusnya memang jarang, bervariasi, dan untuk obesitas, hipertensi, gangguan menstruasi, oleh karena
menegakkan diagnosisnya membutuhkan pemeriksaan itu menjadi penting untuk melakukan penapisan.
penunjang yang canggih dan mahal untuk ukuran negara
berkembang. Pembahasan pada tulisan ini akan difokuskan
pada sindrom Gushing endogen, yaitu kelebihan hormon ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
glukokortikoid yang bukan karena memakai steroid dari
luar tubuh walaupun secara empirik yang sering ditemukan Kelebihan produksi hormon kortisol di korteks adrenal
adalah yang jenis eksogen (fenotip Cushingoid). bisa s e b a g a i akibat k e l e b i h a n A C T H dari b e r b a g a i
sumber atau memang kelenjar adrenal secara otonom
m e m p r o d u k s i kortisol berlebihan tanpa rangsangan
DEFINISI dari ACTH. Kortisol adalah hormon yang sangat esensial
untuk menjaga kenormalan metabolisme glukosa dan
Sindrom Gushing dan penyakit Gushing adalah manifestasi protein, keseimbangan elektrolit, fungsi imun, dan juga
klinis dari kelebihan abnormal hormon glukokortikoid tekanan darah. Masih banyak pertanyaan yang belum bisa
dalam waktu lama dengan segala konsekuensinya. Definisi dijawab mengapa hipofisis menjadi sangat aktif sehingga
ini juga mencakup adanya insufisiensi aksis hipotalamo- mengeluarkan ACTH berlebihan, atau mengapa korteks
pituitari-adrenal dan gangguan pada ritme sekresi sirkadian adrenal secara otonom hiperaktif sehingga memproduksi
kortisol. Istilah sindrom Gushing adalah istilah umum yang kortisol berlebihan.
dipakai untuk fenomena tersebut tanpa memperhatikan Sekitar 80% sindrom Gushing adalah ACTH-dependent,
penyebabnya, sementara jika penyebabnya berasal dari dimana ACTH dapat disekresi oleh adenoma hipofisis
kelebihan ACTH (adrenocorticotrophic hormone) yang (80% dari ACTH-dependent) atau dapat berasal dari non
diproduksi oleh kelenjar hipofisis, lalu m e r a n g s a n g hipofisis (ektopik, sekitar 20% dari ACTH-dependent). Sisa
produksi kortisol berlebihan di adrenal, maka istilah yang 20% kasus (ACTH-independent), kortisol diproduksi secara
dipakai adalah penyakit Gushing. otonom oleh kelenjar adrenal dengan perincian: 6 0 %
kasus adalah adenoma, 38% kasus adalah karsinoma, dan
kurang dari 2% penyebabnya adalah hiperplasia adrenal
EPIDEMIOLOGI masif yang sangat j a r a n g , seperti primary pigmented
nodular adrenal disease ( PPNAD ) atau sindrom McCune-
Walaupun data epidemiologi sindrom Gushing sangat Albright.

2478
SINDROM CUSHING 2479

Tabel 1. Penyebab Sindrom Gushing (n=123) Tabel 2. Gambaran Klinis Si ndrom Gushing ^
Diagnosis Pasien (%) Tanda Gejala
ACTH-dependent Distribusi Lemak Perubahan selera
• Sindrom Gushing pada gangguan 65 • Buffallo hump makan
hipofisis (penyal<it Gushing) • Obesitas sentral Penurunan konsentrasi
• Sindrom ACTH el<topik (mis. bronchial, • Fades pletorik* berpikir
timus, atau pancreatic carcinoids, • Moon face Penurunan libido
karsinoma tiroid meduler, dll) • Kenaikan berat badan Kelelahan
• Sindrom CRH ektopik <1 Gangguan memori
Gambaran protein-
jangka pendek
ACTH-independent wasting
Insomnia
• Adenoma adrenal 18 • Demineralisasi tulang dan
Iritabilitas
• Karsinoma adrenal 6 osteoporosis
Gangguan menstruasi
• PPNAD (termasuk Carney complex) 1 Mudah memar
Gangguan mood
• AIMAH (ekspresi aberan dari 3 Gangguan mekanisme
Osteoporosis
reseptor membrane ektopik dan pertahanan
Pada anak-anak
eutopik: polipeptida inhibitor gaster, Edema tungkai
katekolamin, atau LH/HCG, vasopresin, Kelemahan otot Virilisasi genital
dan serotonin) proksimal* abnormal
Purpura Pubertas tertunda
Kulit menipis Pertumbuhan terhenti*
Striae rubrae* Pubertas
DIAGNOSIS
pseudoprekoks
Gambaran tidak spesifik
Perawakan pendek
Manifestasi klinis sangat beragam tergantung pada derajat Hipertensi
Pertumbuhan lambat*
beratnya hiperkortisolisme, lamanya, dan sensitifitas Diabetes melitus
reseptor glukokortikoid. Langkah-langkah diagnostik yang Dislipidemia
Perubahan endokrin
dianjurkan adalah: mengenali sindrom Gushing, konfirmasi
Intolerasi glukosa
tes biokimiawi untuk membuktikan kelebihan kortisol,
Kondisi hiperkoagulasi
mencari penyebab, dan mencari strategi terapi yang sesuai. Manifestasi kulit
Tentunya anamnesis yang detail (terutama membedakan
Gangguan Neuropsikiatri
sindrom Gushing eksogen atau endogen), pemeriksaan
Depresi mayor
fisik yang teliti, dan pemeriksaan penunjang yang tepat
Mania
akan membawa ke arah diagnosis etiologi yang jelas.
Psikosis
Tampilan yang klasik dari aspek metabolik, kardiovaskular,
menandakan gejala/tanda khas untuk sindrom Gushing
kulit, muskuloskeletal, dan manifestasi psikiatrik, biasanya
mudah bagi dokter untuk mengenalinya, tetapi tidak
jarang kasusnya ringan, dan hanya beberapa tanda saja
yang muncul karena kenaikan hormon kortisol yang ringan Table 3. Frekuensi Gejala dan Tanda sindrom Gushing
dan siklik. Pada beberapa kelaianan psikiatri ( depresi, (n=423)
ansietas, kelainan obsesif konvulsif), diabetes yang tidak Frekuensi
Gejala/Tanda
terkontrol, dan alkoholisme, bisa disertai hiperkortisolisme (%)
ringan dan menghasilkan tes seperti sindrom Gushing. Obesitas sentral 97
Pada keadaan terakhir tentu butuh usaha yang lebih Moon face 89
hati-hati untuk membuktikan adanya kelebihan hormon Hipertensi 76
kortisol yang abnormal. Atrofi kulit dan memar 75
Tugas para klinisi saat mencurigai sindrom Gushing Diabetes atau intoleransi glukosa 70
tentu berusaha mengenali secermat mungkin gejala dan Disfungsi gonad 69
tanda yang b e r h u b u n g a n dengan hiperkortisolisme. Kelemahan otot 68
Gejala dan tanda yang mungkin timbul bisa dilihat pada Hirsutisme, jerawat 56
tabel 2. Gangguan mood 55
Pada tabel 3 dapat dilihat bagaimana keseringan dari Osteoporosis 40
masing-masing gejala dan tanda, sehingga para klinisi Edema 15
dapat memperkirakan keadaan apa yang biasanya sering Polidipsi/poliuri 10
ditemukan. Infeksi jamur 8
2480 ENDOKRINOLOGI

Truncal obesity adalah tanda yang sering dan sekresi kortisol urin yang normal maka diagnosis sindrong
seringkali mengawali tanda-tanda yang lain. Kenaikan Gushing sudah dapat disingkirkan, tentu pada fungsi ginjal
berat badan j u g a sering d i t e m u k a n w a l a u p u n pada yang normal.
beberapa kasus kenaikannya minimal sehingga foto serial Bentuk aktif kortisol bebas di darah proporsional
pasien beberapa tahun terakhir seringkali membantu d e n g a n kortisol di saliva, dan konsentrasi di saliva
menunjukkan perubahan kearah moon face. Kecurigaan tidak dipengaruhi oleh keadaan produksi saliva, serta
akan semakin muncul jika ditemukan obesitas sentral konsentrasi nya stabil pada suhu kamar atau suhu
dengan p e n u m p u k a n lemak pada wajah dan daerah refrigerator. Perubahan konsentrasi kortisol di darah akan
supraklavikula, cervical fat pad, kulit tipis, striae, kelemahan segera diikuti oleh perubahan konsentrasi kortisol saliva.
otot proksimal, fatigue, hipertensi, gangguan metabolisme Pada orang normal, kortisol saliva pada saat antara pukul
glukosa dan diabetes, akne, hirsutisme, dan gangguan 23.00 dan 24.00 selalu dibawah 145 ng/dl ( 4 nmol/L ).
menstruasi. Stigmata lain pada dewasa adalah atrofi atot Laporan dari beberapa negara menyebutkan pemeriksaan
dan mudah memar Osteoporosis, fraktur, dan gangguan ini memiliki sensifisitas 92-100% dan spesifisitas 93-100%,
neuropsikiatrik seperti depresi, emosi labil, gangguan tidur, dengan akurasi yang sama dengan pemeriksaan 24h-UFC.
dan gangguan kognitif juga sering ditemukan. Beberapa Saliva dikumpulkan dengan cara diludahkan secara pasif di
tanda disebut sebagai tanda spesifik untuk sindrom tabung plastik atau dengan tampon kapas yang diletakkan
Gushing seperti striae kemerahan, pletora, kelemahan otot di mulut dan dikunyah-kunyah 1-2 menit.
proksimal, dan mudah memar, tetapi banyak juga tanda Pemeriksaan ^-mg overnight dexamethasone
lain yang tidak spesifik dan sering ditemukan pada kondisi suppression test ( 1-mg DST ) dapat membedakan pasien
lain. Untuk itu tetap dibutuhkan bukti secara laboraturium sindrom Gushing atau bukan. Pemberian dexametason 1
bahwa terdapat hiperkortisolisme yang patologis dan mg antara pukul 23.00 dan 24.00, lalu diikuti pemeriksaan
menetap. kortisol puasa antara pukul 08.00 sampai pukul 09.00 di
Setelah kita mencurigai secara klinis maka langkah hari berikutnya. Jika sudah cukup bukti adanya sindrom
selanjutnya adalah membuktikan bahwa terdapat Gushing dari klinis dan laboraturium, maka langkah
kelebihan sekresi hormon kortisol dan gangguan selanjutnya adalah mencari penyebab kelebihan hormon
mekanisme umpan balik aksis hipotalamus-pituitari- kortisol tersebut. Pemeriksaan ACTH adalah langkah
adrenal. Untuk pemeriksaan laboraturium awal banyak selanjutnya, dimana jika didapatkan hasil ACTH < 10 pg/mL
guidelines menganjurkan salah satu dari beberapa tes maka sindrom Gushing tersebut adalah ACTH-independent
berikut: dua kali pemeriksaan 24 j a m kortisol bebas urin ( adrenal Gushing ) dan jika ACTH normal atau menetap
( 24-h Urinary Free Cortisol ), late-night salivary Cortisol, tinggi lebih dari 15 pg/mL maka termasuk kelompok yang
1-mg overnight dexamethason suppression test (DST), ACTH-dependent. Pada beberapa kasus penyakit Gushing
atau longer low-dose DST. Pada suatu survey di kalangan menunjukkan ACTH yang normal rendah dan sebaliknya
endocrinologist, ketiga pemeriksaan di atas adalah jenis beberapa adrenal Gushing menunjukkan ACTH yang tidak
pemeriksaan awal yang paling sering dilakukan untuk tersupresi jelas. Dalam keadaan demikian dianjurkan untuk
mengevaluasi kemungkinan sindrom Gushing. Seringkali mengulang pemeriksaan ACTH sebelum melanjutkan
sulit atau belum tersedia pemeriksaan-pemeriksaan yang ke pemeriksaan selanjutnya. Untuk adrenal Gushing
disebutkan di atas di negara berkembang, sehingga secara yang kadar ACTH antara 10-20 pg/mL dianjurkan untuk
pragmatis seringkali hanya memeriksa kortisol pagi. melakukan tes stimulasi CRH , dimana jika hasilnya kurang
Untuk kortisol plasma sewaktu pagi hasilnya cukup dapat makajelas suatu adrenal Gushing sementara jika terdapat
diterima jika hasilnya ekstrim tinggi. kenaikan ringan dari ACTH maka dapat diklasifikasikan
Pemeriksaan 24h-UFC menunjukkan banyaknya sebagai penyakit hipofisis {pituitary Cushing).
sekresi kortisol 24 j a m tanpa dipengaruhi oleh kadar Setelah diyakini bahwa sindrom Cushing pada pasien
corticosteroid-binding globulin (CBG). Pemeriksaan ini adalah jenis ACTH-independent maka langkah selanjutnya
mengukur kortisol yang tidak terikat dengan CBG dan adalah melakukan pencitraan terhadap adrenal untuk
terfiltrasi di ginjal tanpa mengalami perubahan. Dengan melihat ada tidaknya lesi, j e n i s lesi, serta unilateral
demikian tentu fungsi ginjal akan mempengaruhi hasil atau bilateral. Jika ditemukan lesi pada adrenal maka
i n t e r p r e t a s i p e m e r i k s a a n ini karena s e m a k i n berat kemungkinannya adalah adenoma adrenal atau karsinoma
kerusakan ginjal maka akan makin sedikit kortisol yang atau bentuk yang lebih jarang AIMAH (ACTH-independent
disekresikan ke urin. Hal penting yang harus ditekankan macronodular adrenal hyperplasia ). Jika tidak ditemukan
kepada pasien adalah semua urin harus benar-benar lesi pada adrenal maka sebagai penyebab biasanya adalah
terkumpul selama 24 j a m , minum seperti biasa dan tidak PPNAD {primary pigmented nodular adrenal disease).
berlebihan, serta tidak memakai kortikosteroid bentuk Pada tumor adrenal unilateral, jaringan sekitar tumor
apapun. Jika dalam 3 kali pemeriksaan menunjukkan dan adrenal kontralateral akan mengalami atrofi atau
SINDROM GUSHING 2481

masih tetap normal tergantung derajat rendahnya ACTH. yang harus dipikirkan adalah kemungkinan berasal dari
Adenoma adrenal biasanya ukurannya kecil bervariasi, pituitari karena rasio penyakit Cushing dengan ektopik
homogen, batas yang jelas, densitasnya lebih rendah dari adalah 9:1. Langkah awal adalah melakukan pencitraan
air pada CT scan, tetapi sama densitasnya dengan hati pada pituitari. Pada beberapa kasus MRI pituitari tidak
pada MRI. Jika lesinya bilateral maka diperlukan adrenal konklusif maka pada keadaan tersebut diperlukan prosedur
venous sampling ( A V S ) untuk membedakan sumber utama BIPSS (bilateral inferior petrosus sinus sampling) untuk
hipersekresi kortisol sehingga membantu ahli bedah membedakan sumber ACTH apakah memang berasal dari
untuk menentukan jenis adrenalektomi. Berbeda dengan pituitari atau ektopik. Pasien dengan kecurigaan ACTH-
karsinoma adrenal, biasanya diameter lebih dari 6 cm, producing tumour (ektopik) maka dilakukan pemeriksaan
tepinya iregular dengan batas yang tidak tegas, densitas PET C T
yang tinggi dan tidak merata karena adanya perdarahan
dan atau nekrosis, tetapi jika dengan MRI intensitasnya
hanya meningkat sedang. PENATALAKSANAAN
Pada ACTH-dependent langkah selanjutnya adalah
mencari s u m b e r hipersekresi A C T H , apakah berasal Setelah diketahui penyebab persisnya maka pengelolaan
pituitari atau ektopik. Jika pasiennya adalah wanita maka disesuaikan dengan penyakit dasarnya dan lokasi organ

Kecurigaan sindrom Cushing

Singkirkan kemungkinan pajanan glukokortikoid eksogen

Lakukan salah satu tes berikut

Kortisol bebas urin 24 jam Overnight 1 -mg DST Late night salivary
(^2 tes) Cortisol (>2tes)

Pertimbangkan kontraindikasi sebelum melakukan tiap tes

Gunakan 48 jam, 2-mg DST pada populasi tertentu

ABNORMAL Normal (bukan sindrom Cushing)

Singkirkan kemungkinan penyebab fisiologi hiperkortisolisme

Konsultasi dengan ahli endokrin

Lakukan 1 atau 2 tes diatas


Anjurkan untuk periksa ulang tes dengan hasil abnormal
Anjurkan Dex-CRH or midnight serum Cortisol pada populasi tertentu

Hasil berbeda ABNORMAL Normal (bukan sindrom Cushing)

(anjurkan pemeriksaan tambahan)

Sindrom Cushing

Gambar 1, Kecurigaan sindrom Cushing


2482 ENDOKRINOLOGI

Tanda-tanda klinis

Peningkatan kortisol bebas di urin (3 kali pengumpulan urin 24 jam)

Kurangnya supresi kortisol setelah uji dexametason dosis rendah

Peningkatan kortisol liur larut malam (tes tidak dinilai secara komplit)

Jika diperlukan

Kortisol plasma larut malam


Hiperkortisolisme
Ritme diurnal kortisol

Tes 2 mg DST + CRH


Sindrom Cushing

Adrenal Hipofisis Ektopik

. ACTH Rendah Normal/tinggi Normal/sangat tinggi

• Tes CRH Respons (-) Respon (+) Respons jarang

• DEX. 8 mg Supresi (-) Supresi (+) Supresi jarang

• CT/MRI adrenal Massa (+) Normal/hiperplasia* Normal/hiperplasia*

• MRI hipofisis Normal Tumor (60%) Normal

• BIPSS Tidak dapat Gradien (+) Gradien (-)


diterapkan
(pituitari/perifer) (pituitari/perifer)

BIPSS: bilateral inferior petrossal sinus sannpling

Gambar 2. Gejala klinis sindrom Cushing

yang terlibat. Pilihan terapi diantaranya adalah operasi, invasif Pada keadaan ectopic ACTH- dependent senngkaW
radioterapi, atau medikamentosa. Pilihan tertentu bisa saja sulit untuk mencari fokus dimana tempat ACTH diproduksi
efektif untuk pasien tertentu tetapi bisa jadi sangat terbatas berlebihan. Dari beberapa penelitian disebutkan distribusi
untuk pasien lain karena efek sampingnya. Untuk penyakit sumber AGTH di luar hipofisis yang tersering {bronchial
Cushing pilihan pertama adalah operasi transfenoid, carcinoid 2 5 % , islet cell cancer 16%, small-cell lung
lalu dilanjutkan dengan radioterapi dan medikamentosa carcinoma 11 %, medullary thyroid cancer 8%, disseminated
jika diperlukan. Untuk adrenal Cushing pilihan terapi neuroendocrine tumour of unknown primary source 7%,
adalah operasi, sesuai dengan lesi yang ditemukan dan thymic carcinoid 5%, feokromositoma 3%, disseminated
selalu didahului dengan pemberian anti steroidogenesis gastrointestinal carcinoid 1 % , tumor lain 8%).
(ketokonazol, mifepristone, mitotan, metirapon). Untuk Setelah sindrom Gushing terdiagnosis, sambil
adrenalektomi bilateral maka biasanya diperlukan menunggu konfirmasi penyakit dasarnya, maka sebaiknya
substitusi hormonal glukokortikoid dan mineralokortikoid diberikan anti steroidogenesis (ketokonazol, mifepristone,
terus-menerus pasca operasi. Saat ini sedang berkembang mitotan, metirapon) terlebih dahulu. Hal lain yang sering
adrenalektomi per laparoskopi dengan teknik minimal dilupakan adalah karena pasien dengan sindrom Cushing
SINDROM CUSHING 2483

sangat rentan d e n g a n bangkitnya kuman komensal REFERENSI


penumocistic carinii di paru, maka sebaiknya diberikan
profilaksis dengan kotrimoxazole. 1. Boscaro M , A r n a l d i G . A p p r o a c h to the patient w i t h
possible Cushing's syndrome. J Clin Endocrinol Metab, Sept
2009,94(9): 3121-3131
2. Nieman L K , Biller BMK, Findling JW, Newell-Price J, Savage
KOMPLIKASI MO, Steward PM, et al. The diagnosis of Cushing's syndrome:
an endocrine society of clinical practice. J Clin Endocrinol
Metabol, May 2008,93(5): 1526-1540
Sindrom Cushing mengakibatkan beragam komplikasi 3. Arnaldi G , Angeli A, Atkinson AB, Bertagna X, Cavagnini BF,
sistemik diantaranya obesitas sentral, hipertensi, gangguan Chrousos GP, et al. Diagnosis and complications of Cushing,s
toleransi glukosa dan diabetes, dislipidemia, trombosis, syndrome: A consensus statement. J Clin Endocrinol Metab,
2003,88 (12): 5593-5602
kelainan psikiatrik, penyakit ginjal, osteoporosis, bersama-
4. Newell-Price J. Diagnosis/differensial diagnosis of Cushing's
sama dengan meningkatnya risiko kardiovaskular. Hal syndrom: a review of best practice. Best Practice and Reseach
lain y a n g j u g a sering m e n y e b a b k a n kematian pada Clinical Endocrinology and Metabolism,2009, 23, Suppl.l,
S5-S14
sindrom Cushing adalah infeksi dan sepsis. Remisi dan
5. Lamberts SWJ. Handbook of Cushing's Disease. 1*' ed. Bristol
normalisasi kortisol seringkali tidak menghilangkan risiko UK. Bioscientifica. April 2011
kardiovaskular tersebut dan riwayat sindrom Cushing 6. Young WF. Adrenal Conundrums. Proceeding book: Course
adalah faktor risiko permanen dari penyakit kardiovaskular. in Advanced Endocrinology. Singapore. Feb 2009

Hal t e r p e n t i n g y a n g m e m p e n g a r u h i harapan hidup


adalah level kortisol, sehingga tujuan dari pengelolaan
adalah menurunkan kadar kortisol bersamaan dengan
mengontrol risiko kardiovaskular lain sepanjang usia.
Hal lain yang sering terlupakan adalah bahwa pasien
dengan sindrom Cushing mengalami suatu keadaan
penurunan daya tahan tubuh {immunocompromissed)
yang signifikan akibat kelebihan kortisol. Akibatnya pasien
tersebut dapat terinfeksi oleh kuman yang pada orang
normal hanya sebagai kuman komensal, seperti yang
terjadi pada pasien HIV, sehingga diperlukan profilaksis
untuk kuman tertentu seperti pneumicystic carinii.

PROGNOSIS

Jika tidak diobati secara adekuat, sindrom Cushing secara


signifikan meningkatkan morbiditas dan mortalitas, dan
survival median dari pasien hanya sekitar 4,6 tahun. Dari
beberapa studi didapatkan angka kematian pada sindrom
Cushing non malignansi sekitar 2-4 kali dibandingkan
dengan populasi normal, sementara sindrom Cushing
dengan penyakit dasar keganasan prognosisnya sangat
buruk, umumnya meninggal selama dalam usaha
pengobatan awal. Perlu juga dipahami bahwa pasien yang
gagal dengan operasi angka kematiannya 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan populasi normal jika dibandingkan
dengan pasien yang remisi dengan operasi.
326
GANGGUAN KORTEKS ADRENAL
Soebagijo Adi, Agung Pranoto

Korteks adrenal memproduksi hormon steroid antara lain yang mirip dengan korteks adrenal dewasa. Korteks
yang penting adalah glukokortikoid, mineralokortikoid, dan adrenal ini kemudian tumbuh dengan cepat ukurannya
androgen adrenalJ ^ Fungsi normal adrenal akan berperan dan pada usia kehamilan 4-5 bulan, ukurannya lebih
penting untuk modulasi metabolisme intermediate serta besar dari ginjal dengan zona fetus mendominasi ukuran
respons imun melalui g k u k o r t i k o i d , t e k a n a n d a r a h , korteks adrenal. Beberapa gen yang menyandi faktor
volume vaskular, elektrolit melalui mineralokortikoid; transkripsi penting untuk pertumbuhan dan diferensiasi
d a n k a r a k t e r i s t i k seks s e k u n d e r ( t e r u t a m a w a n i t a ) selanjutnya, antara lain SF-1, dan gen Dosage-sensitive sex
melalui androgen. Gangguan dari kelenjar adrenal akan reversal-Adrenal hypoplasia (DAX1). Mutasi dari gen DAX1
menyebabkan endokrinopati seperti sindrom Gushing, menyebabkan hipoplasia adrenal kongenital.^
penyakit Addison, hiperaldosteronisme, dan Sindrom Adrenal fetus dikendalikan oleh AGTH pada
hiperplasia adrenal kongenital.^ pertengahan usia kehamilan, tetapi zona fetus mengalami
defisiensi sp-hidroksisteroid dehidrogenase, dan
memproduksi terutama dehidroepiandrosterone (DHEA)
N O M E N K L A T U R STEROID.^ dan DHEA sulfat, y a n g m e r u p a k a n prekursor untuk
estrogen maternal-plasenta.
Struktur dasar steroid disusun dari inti yang terdiri dari
5 cincin (gambar-1). Atom karbon diberi nomer urut
dimulai dari cincin A. Steroid adrenal mengandung 19
atau 21 atom karbon. Steroid G,g mempunyai grup methyl
pada G-18 dan G-19. Steroid G,g dengan grup keton pada
C-17 dinamakan U-ketosteroids; Steroid G^g mempunyai
aktivitas androgenik yang lebih dominant. Steroid G^,
mempunyai 2 rantai Garbon (G-20 dan G-21) yang terletak
pada posisi 17, dan grup methyl pada G-18 dan GI 9. Steroid
G^i dengan grup hidroksil pada posisi 17 dinamakan 77-
hydroxykortikosteroids. Steroid G^, mempunyai aktivitas

OCT
glukokortikoid dan mineralokortikoid.^

steroid C-19 Steroid C-21


EMBRIOLOGI DAN ANATOMI

Embriologi
Korteks adrenal tumbuh dari mesodermal dan berasal OH
dari garis keturunan satu sel induk yang ditandai dengan
ekspresi dari faktor-faktortranskripsi tertentu, antara lain
steroidogenic factor 7 (SF-1). Pada usia gestasi 2 bulan,
Ketosteroid 17 Hidroksikortikosteroid 17
korteks adrenal sudah bisa di identifikasi sebagi organ
yang terpisah, terdiri dari zona fetus dan zona definitif Gambar 1. Struktur dasar steroid dan nomenclature.^
GANGGUAN KORTEKS ADRENAL 2485

Zona definitif mensintesa beberapa steroid dan bisa memproduksi kortisol maupun a n d r o g e n . Zona
merupakan sumber utama sintesis kortisol fetus. Mutasi glomerulosa ini tidak mempunyai struktur yang jelas,
dari gen ACTH atau gen reseptor melanokortin-2 akan merupakan sel-sel kecil yang sedikit sekali mengandung
menyebabkan defisiensi glukokortikoid familial.^ lemak yang menyebar di bawah kapsul adrenal.^
Zona faskikulata merupakan bagian korteks adrenal
Anatomi yang paling tebal, meliputi sekitar 7 5 % dari korteks, dan
Anatomi zona fetus dan zona definitif dipertahankan sampai memproduksi kortisol dan androgen. Sel-sel pada zona
bayi lahir. Setelah lahir, secara gradual zona fetus akan fasciculata lebih besar dan mengandung lebih banyak
menghilang, dengan akibat penurunan berat dan ukuran lipid.
korteks adrenal sampai dengan usia bayi 3 bulan. Z o n a retikularis m e n g e l i l i n g i m e d u l a d a n j u g a
Tiga tahun berikutnya, korteks adrenal dewasa akan memproduksi kortisol dan androgen. Sel-sel pada zona
tumbuh dari sel lapisan luar dari korteks, dan mengalami retikularis tersusun rapat dan mengandung sedikit sekali
diferensiasi menjadi 3 zona dewasa yaitu: glomerulosa, lipid tetapi mengandung granul lipofuscin.^
faskikulata, dan retikularis.^ Zona faskikulata dan retikularis dikendalikan oleh
Kelenjar adrenal dewasa dengan berat sekitar 8-10 ACTH. Kelebihan atau defisiensi ACTH akan merubah
gram, terletak di retroperitoneum diatas atau sisi medial struktur dan fungsi. Bila terjadi defisiensi ACTH maka zona
dari pole atas dari ginjal. Kelenjar adrenal dilapisi kapsul faskikulata dan retikularis akan atropi, dan kalau terjadi
dari jaringan fibrosa. Korteks meliputi 9 0 % dari berat kelebihan ACTH akan terjadi hiperplasia dan hipertropi
kelenjar adrenal, sedang medula kira-kira 10% dari berat kedua zona tersebut.^
kelenjar adrenal.
Korteks adrenal mempunyai vaskularisasi yang
r
baik dan mendapat suplai terutama dari cabang arteri Glomerulosa — ^ androgen
phrenikus inferior, arteria renalis, dan aorta. Arteri-arteri
ini membentuk pleksus di bawah kapsula, darah arteri
kemudian masuk dalam sistem sinusoid yang kemudian
penetrasi sampai ke korteks dan medula dan berakhir Fasikulata
kortisol
pada vena sentral masing-masing kelenjar Vena adrenal dan
androgen
kanan akan bermuara di aspek posterior dari vena kava;
sedang vena adrenal kiri akan masuk ke dalam vena renalis
Retikularis
sinistra.
Epinefrin
dan
Androgen

koieks medjia
Keteniar
Adrenal / Arlr«inal \
kanan ^. /

Gambar-3. Anatomi mikroskopik kelenjar adrenaP

4
BIOSINTESIS DARI KORTISOL DAN A N D R O G E N
ginlal ADRENAL

Hormon utama yang disekresi oleh korteks adrenal, adalah


Gambar 2. Anatomi kelenjar adrenaP kortisol, androgen dan aldosteron. Didalam kelenjar adrenal,
asetat atau kolesterol dengan bantuan enzim akan diubah
Anatomi Mikroskopik menjadi steroid, dan setroid ini nantinya akan diubah
menjadi androgen dan estrogen. Distribusi kelesterol
Secara histologis korteks terdiri dari 3 zona, yang paling
ke organ tubuh yang membutuhkan di laksanakan oleh
luar adalah zona glomerulosa, kemudian zona faskikulata,
Lipoprotein (a) atau disingkat dengan Lp(a). Selain kelenjar
dan sebelah dalam adalah zona retikularis.
adrenal, organ tubuh yang dapat membentuk steroid adalah
Zona glomerulosa memproduksi aldosteron,
gonad dan plasenta. Namun hanya korteks adrenal yang
merupakan 1 5 % bagian dari korteks dan sangat
dapat membentuk kortisol dari steroid ini.^
sedikit k a n d u n g a n 1 7 a - h i d r o k s i l a s e s e h i n g g a tidak
2486 ENDOKRINOLOGI

Asetat atau kolesterol dirubah menjadi progesteron menjadi steroid. Lipoprotein plasma adalah s u m b e r
y a n g untuk s e l a n j u t n y a d e n g a n b a n t u a n e n z i m 17 utama dari kolesterol adrenal. Selain kolesterol, asetat
hidroksilase diubah menjadi 17 hidroksiprogesteron yang juga merupakan sumber steroid. Low-density lipoprotein
kemudian diubah menjadi 11 Deoksikortisol dengan enzim merupakan 80% dari kolesterol yang dikirim ke adrenal,
17 hidroksilase 11 deoksikortisol akan diubah menjadi 11 sehingga adrenal mempunyai cadangan kolesterol yang
hidroksikortikosteroid (kortisol)J cukup untuk sintesa steroid dalam waktu yang singkat
ketika adrenal mendapat rangsangan. Bila diperlukan,
bisa terjadi peningkatan hidrolisis dari cholesteryl ester
STEROIDOGENESIS DAN Z O N A KORTEKS ADRENAL menjadi kolesterol bebas, dan peningkatan ambilan
lipoprotein plasma, serta peningkatan sintesis kolesterol
Ada perbedaan enzimatik antara zona glomerulosa dan dalam kelenjar adrenal.
2 zona lainnya, maka korteks adrenal secara fungsional Respons akut terhadap stimuli yang steroidogenk
terbagi menjadi 2 unit t e r p i s a h , d e n g a n perbedaan dimediasi oleh steroidogenic acute regulatory protein
regulasi dan sekresi. (StAR), suatu f o s p o p r o t e i n m i t o k o n d r i a y a n g akan
Zona glomerulosa yang memproduksi aldosteron, memacu transport kolesterol dari luar ke dalam membran
mempunyai aktivitas 17a-hidroksilase yang rendah dan mitokondria. Mutasi dari gen StAR akan menyebabkan
tidak bisa mensintesa 17a-hidroksipregnolone dan 17a- kongenital lipoid adrenal hiperplasia dengan defisiensi
hidroksprogesteron, yang merupakan prekursor dari kortisol dan aldosteron yang sangat berat pada saat
kortisol dan androgen adrenal. Sintesis aldosteron pada kelahiran.^
zona ini, dikendalikan oleh sistem renin-angiotensin dan
oleh kalium. Aldosteron merupakan mineralokortikoid
utama yang dihasilkan oleh zona glomerulosa. Aldosteron SINTESA KORTISOL
merangsang tubulus renalis untuk reabsorpsi natrium dan
ekskresi kalium, oleh karena itu aldosteron merupakan Sintesa kortisol dimulai dengan hidroksilasi 1 7 a pada
proteksi atas k e m u n g k i n a n terjadinya hipovolemia pregnenolone oleh CYP17 dalam smooth endoplasmic
Dan hiperkalemia. Sekresi aldosteron dirangsang oleh reticulum menjadi 17a-hidroksipregnolon. Steroid ini
h i p o v o l e m i a m e l a l u i cara t i d a k l a n g s u n g . K e a d a n kemudian dikonversi menjadi 17a-hidroksiprogresteron
h i p o v o l e m i a akan m e n y e b a b k a n sel j u x t a g l o m e r u l o oleh sp-hidroksisteroid dehidrogenase yang juga terdapat
renalis m e n g e l u a r k a n renin. Selanjutnya renin akan dalam smooth endoplasmic reticulum.
mengubah angiotensin I (A-l) menjadi angiotensin II Ada jalur lain yang kurang berperan yaitu yang terjadi
(A-ll). A-ll merangsang sekresi aldosetron. Hiperkalemia pada zona faskikulata dan retikularis melalui konversi
secara langsung merangsang sekresi aldosteron; sekresi pregnenolone menjadi progesterone kemudian menjadi
ini dihambat oleh atrial natriuretic factor (ANF=ANP) dan 17a-hidroksiprogesteron (Gambar 4).
oleh dopamin.^ Tahap berikutnya masih di mikrosom, melibatkan
Zona faskikulata dan dan zona retikularis memproduksi hidoksilasi 21 pada 1 7 a - h i d r o k s i p r o g r e s t e r o n oleh
kortisol, androgen, dan sejumlah kecil estrogen. Zona ini CYP21A2 menjadi 11-deoksikortisol, yang selanjutnya
terutama dikendalikan oleh ACTH dan tidak mengekspresikan mengalami hidroksilasi lagi di mitochondria oleh CYP11B1
gene CYP11B2, suatu gen yang menyandi aldosteron untuk membentuk kortisol.
sintase (juga dikenal sebagai P450aldo), akibatnya zona Zona faskikulata dan zona retikularis juga
faskikulata dan retikularis tidak bisa mengkonversi 1 1 - mensintesa 11-DOC, 18-hidroksideoksikortikosteron,
deoksikortikosteron menjadi aldosteron.^ dan kortikosterone\ Namun, tidak adanya enzim CYP11B2
Kortisol adalah gukokortikoid utama yang dihasilkan dari mitokhondria menyebabkan tidak terbentuknya
o l e h z o n a f a s k i k u l a t a dan z o n a r e t i k u l a r i s bagian aldosteron dari dua zona ini (Gambar 5 ) \ Sekresi kortisol
dalam. Kortisol ini berlawanan fungsi dengan insulin, pada keadaan basal atau non stres bervariasi dari 8 sampai
yaitu menyebabkan hiperglikemia melalui mekanisme 25 mg/dl (22-69 pmol/d) dengan rerata sekitar 9.2 mg/
penghambat sekresi insulin dan meningkatkan proses dl (25 Mmol/d).^
glukoneogenesis di hepar.^

SINTESA ANDROGEN
AMBILAN KOLESTEROL DAN SINTESIS KORTISOL
Produksi androgen adrenal berasal dari pregnenolon dan
Sintesis kortisol dan androgen oleh zona faskikulata dan progesteron membutuhkan CYP17 (a-Hydroxylation), dan
retikularis diawali dengan kolesterol, yang akan diubah tidak terjadi pada zona glomerulosa,
GANGGUAN KORTEKS ADRENAL
2487

(DP450C17 ® P450C17 ® Sulfokinase


Kolesterol
^ DHEA
suttate

Androstenedlon

Kortisol

Source: dardnef DO, bhot>acli D: <3ieenspan'i Banc i Cluneal


tiidocimology, 9th idiMn www.acceiSfnedicine.com
topyrignl c the McGraw Hlli Companies, Inc All tights rcscvf 1
Gambar 4. Biosintesis steroid di zona fasciculata dan zona reticularis dari korteks adrenal. Produk sekresi utamanya
adalah yang diberi garis bawah. Enzim yang berperan diberi nomer pada sisi kiri, dan sisi atas dari gambar, dengan tahap2
katalisa ditunjukkan dengan garis-garis berwarna. ® aktivitas P450scc, cholesterol 20,22-hydroxylase:20,22 desmolase;
(D aktivitas 3HSD/IS0M, 3-hydroxysteroid dehydrogenase; ^-oxosteroid isomerase; ® aktivitas P450c21,21-hydroxylase;
® aktivitas P450c11, 11-hydroxylase; (D aktivitas P450c17, 17-hydroxylase; © aktivitas P450c17, 17,20-lyase/desmolase
activity; ® aktivitas sulfokinase

P r o d u k s i u t a m a a n d r o g e n a d a l a h d e n g a n cara hormon steroid di jaringan saraf dan jantung, dimana


konversi 1 7 a - h i d r o k s i p r e g n o l o n menjadi 19-carbon jaringan saraf dan jantung ini berfungsi sebagai paracrine
compounds (C-19 steroids) DHEA dan DHEA sulfate. atau autocrine. Enzim steroidogenik seperti misalnya
17a-hidroksipregnolone mengalami pelepasan 2 rantai sp-hidroksisteroid dehidrogenase dan aromatase j u g a
karbon di posisi C17 oleh enzim CYP17 (mikrosomal diekspresi di beberapa jaringan.'
1 7 , 2 0 - d e s m o l a s e ) y a n g m e n g h a s i l k a n D H E A . DHEA
kemudian diubah menjadi DHEA sulfat oleh adrenal
sulfokinase. Androgen adrenal yang lain, androstenedione, PENGENDALIAN SEKRESP
diproduksi terutama dari DHEA, dimediasi oleh CYP17,
dan kemungkinan berasal dari 17a-hidroksiprogesteron. a. Sekresi CRH dan ACTH
Androstenedione bisa dikonversi menjadi testosteron. ACTH adalah hormon tropik dari zona fasikulata
Adrenal androgen, DHEA, DHEA sulfate, dan dan reticularis dan merupakan regulator utama dari
a n d r o s t e n e d i o n e , m e m p u n y a i aktivitas androgenik produksi kortisol dan androgen adrenal. Ada faktor
intrinsik yang minimal. Androgen adrenal ini berperan lain yang ikut berperan antara lain neurotransmiter,
dalam aktivitas androgenik justru pada saat di perifer neuropeptida, dan nitrik okside.
dikonversi menjadi androgen yang lebih poten yaitu ACTH sendiri dikendalikan di hipotalamus dan
testosteron dan dihidrotestoteron. C N S melalui n e u r o t r a n s m i t e r dan corticotropin-
Walaupun DHEA dan DHEA sulfate disekresi dalam releasing hormon (CRH) dan arginine vasopressin
j u m l a h y a n g besar, n a m u n a n d r o s t e n e d i o n e secara (AVP). Pengendalian neuroendokrin dari CRH dan
kualitatif lebih berperanan, karena lebih cepat diubah ACTH melibatkan 3 mekanisme
menjadi testosteron di perifer. b. Efek ACTH pada korteks adrenal
Beberapa studi menunjukkan adanya sintesa beberapa Pemberian ACTH akan menyebabkan sintesis dan
ENDOKRINOLOGI
2488

terhadap stres; (3) hambatan balik oleh kortisol


Kolesterol terhadap sekresi AGTH

\ Ritme sirkadian: merupakan ritme sekresi yang


Pregnenolon episodik yang dikendalikan oleh sistem saraf
pusat. Sekresi kortisol rendah pada malam hari
dan m e n u r u n terus pada j a m j a m p e r t a m a
Progesteron waktu tidur, pada saat ini mungkin konsentrasi
P450aldo plasma kortisol tidak terdeteksi. Pada saat j a m
ke tiga dan ke lima tidur, sekresi kortisol mulai
11-Deoksikortikosteron meningkat, namun puncak episode sekresi mulai
pada jam ke-6 sampai 8 tidur dan mulai menurun
P450aldo
setelah bangun. Sekitar separuh dari kortisol total
kortikosteron disekresi pada fase ini. Sekresi kortisol kemudian

P450aldo menurun secara bertahap pada pagi dan siang


hari, namun ada peningkatan sekresi sebagai
18-Hidroksikortikosteron respons t e r h a d a p m a k a n dan aktivitas fisik
CjH.OH
(lihat gambar 6). Ritme sirkadian bisa bervariasi
.c=o a n t a r d a n interindividual. Ritme ini bisa berubah
HO, pada keadaan (1) perbahan pola tidur dan pola
makan; (2) stres fisik seperti penyakit yang berat,
pembedahan, trauma, starvasi; (3) stres psikis,
antara lain kecemasan hebat, depresi, psikosis;

Aldosteron (4) gangguan sistem saraf pusat dan gangguan


hipofisis; (5) sindrom Gushing; (6) gangguan
liver d a n k e a d a a n lain y a n g mengganggu
Gambar 5. Biosintesis di zona glomeruloa. Tahapan dari
kolesterol menjadi 11-deoxykortikosteron adalah sama metabolisme kortisol; (7) gagal ginjal kronik;
dengan zona fasciculata dan zona retikularis. Namun Zona dan (8) a l k o h o l i s m e . C y p r o h e p t a d i n e dapat
glomerulosa tidak mempunyai 17-hidroksilase sehingga tidak menghambat ritme sirkadian akibat dari efek
memproduksi kortisol. Zona Glomerulosa dapat menkonversi antiserotonergik.
kortikosteron menjadi 18-hidroksi kortikosteron dan
aldosterone. Satu enzim P450aldo bisa mengkatalisis konversi Respons t e r h a d a p stres. Sekresi AGTH dan
dari 11-deoksikortikosteron menjadi kortikosteron menjadi kortisol berkaitan dengan respons terhadap
18-hidroksikortikosteron menjadi aldosteron^
stress fisik. AGTH dan kortisol akan disekresi
d a l a m hitungan menit setelah stres seperti
sekresi steroids. Kadarnya dalam plasma akan operasi dan hipoglikemia; dan Respons ini akan
naik dalam hitungan menit. AGTH meningkatkan menghilangkan irama sirkadian kalau stresnya
RNA, DNA dan sintesa protein. Stimulasi kronis berlangsung lama. Respons terhadap stres ini
akan menyebabkan hiperplasia adrenokortikal dan akan tertekan pada pemberian glukokortikoid
hipertropi. Sebaliknya defisiensi AGTH menyebabkan dosis tinggi, dan sebaliknya akan akan meningkat
atropi adrenokortikal dan penurunan masa kelenjar pada keadaan adrenalektomi.
penurunan kandungan protein dan asam nukleat Hambatan dengan mekanisme umpan balik
c. AGTH dan steroidogenesis {Feedback inhibition). Hambatan dengan
AGTH berikatan dengan reseptor di membran plasma mekanisme umpan balik oleh glukokortikoid
akan m e n y e b a b k a n p e n i n g k a t a n pembentukan a d a l a h r e g u l a t o r ketiga dari s e k r e s i A G T H
kolesterol bebas, yang kemudian dikonversi menjadi dan kortisol. Glukokortikoid menghambat
pregnenolon di mitokondria yang kemudian berlanjut G R H , A G T H , dan kortisol ditingkat hipofisis
dengan tahap-tahap steroidogenesis. dan hipotalamus. Hambatan ini bisa melalui 2
d. Pengendalian neuroendokrin mekanisme, mekanisme cepat, dan mekanisme
Sekresi kortisol diregulasi oleh AGTH dan kadar lambat
kortisol dalam plasma paralel dengan kadar AGTH Hambatan cepat {Fast feedback inhibition)
(Gambar 6). merupakan hambatan umpan balik terhadap
Ada 3 mekanisme pengendalian neuroendokrin: sekresi AGTH yang "rate-dependent" dimana
(1) sekresi AGTH yang episodik dan rimtik sirkadian; respons cepat ini tergantung pada kecepatan
(2) Respons aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA) peningkatan glukokortikoid, bukan dosisnya.
GANGGUAN KORTEKS ADRENAL 2489

200

180

160
O)
a 140

120 25
< a
w
E 100 20 o
(A X
J2 80-
Ql
15 9
60- nj
E
10
40- M

Q.
20- 5

0
1 I I I I I I I r I I I I I 1 I I ~i I I I r
Malam 4 PM 8 PM Tengah 4 AM 8 AM Malam
malam

Gambar 6. Fluktuasi ACTH dan glukokortikoid (11 -OHCS) sepanjang hari. Peningkatan
ACTH dan glukokortikoid terbesar adalah pada pagi hari sebelum bangun tidur'.

Fase ini c e p a t d a l a m h i t u n g a n m e n i t d a n sirkulasi. Lebih dari 90% kortisol beredar dalam bentuk
berlangsung kurang dari 10 menit. Respons ini terkonjugasi atau terikat dengan protein dengan ikatan
melibatkan mekanisme reseptor non sitosolik dari yang nonkovalen dan reversibel. Sebagian besar kortisol
glukokortikoid. Sedangkan hambatan lambat yang beredar dalam darah terikat dengan karier spesifik
{delayed feedback) merupakan hambatan yaitu glucocorticoid-binding-a2-globulin (transcortin atau
u m p a n balik y a n g "time-dependent" dan kortisol-binding globulin [CBG]).^
"dose-dependent". Pada hambatan lambat ini Sintesis dari transcortin di hepar distimulasi oleh
bila pemberian glukokortikoid berlanjut maka estrogen dan menurun pada keadaan sirosis hati. Liver
kadar ACTH akan menurun terus, menjadi tidak dan ginjal merupakan 2 tempat utama untuk inaktivasi
responsif t e r h a d a p s t i m u l u s , y a n g a k h i r n y a dan eliminasi h o r m o n . Hormon yang inaktif akan di
berakibat supresi terhadap sekresi CRH dan eliminasi melalui urin dalam bentuk metabolit. Inaktivasi
A C T H serta atropi dari zona fasciculata dan kortisol menjadi kortison dan menjadi tetrahidrokortisol
reticularis. Jaras HPA ini akan gagal merespons dan tetrahidrokortison diikuti dengan konjugasi dan
stimulasi stress dan stimulasi lainnya. Hambatan ekskresi lewat ginjal. Metabolisme glukokortikoid di
lambat ini melalui mekanisme klasik di reseptor j a r i n g a n oleh isform dari enzim 11 p-hidroksisteroid
glukokortikoid dehydrogenase berperan dalam modulasi efek fisiologis
e. Regulasi produksi androgen oleh ACTH dari glukokortikoid.
Produksi androgen oleh adrenal j u g a dikendalikan Kortikosteroid 71(i-hydroxysteroid dehydrogenase type
oleh A C T H . Baik DHEA maupun androstenedione 7 adalah low-affinity NADPH-dependent reductase yang
menunjukkan adanya ritme sirkadian yang sesuai mengkonversi balik kortison menjadi bentuk aktif, kortisol.
dengan ACTH dan kortisol. Konsentrasi DHEA dan Enzim ini diekspresikan di hepar, jaringan adiposa, paru,
a n d r o s t e n e d i o n e meningkat dengan cepat pada otot rangka, otot polos vaskular, gonad, dan CNS.
pemberian ACTH dan dihambat dengan pemberian Konversi sebaliknya, kortisol menjadi bentuk
g l u k o k o r t i k o i d . DHEA tidak m e n u n j u k k a n ritme metabolit inaktifnya kortison, dimediasi oleh enzim 7 7/?-
diurnal disebabkan klirens metaboliknya yang sangat hydroxysteroid dehydrogenase type II, yang merupakan
rendah. high-affinity NAD-dependent dehydrogenase, yang
d i e k s p r e s i k a n t e r u t a m a di g i n j a l , d i m a n a kortisol
dikonversi menjadi metabolit inaktif kortison. Konversi
METABOLISME GLUKOKORTIKOID ini sangat penting untuk mencegah kelebihan aktivitas
mineralokortikoid akibat ikatan kortisol dengan reseptor
Kortisol bebas merupakan 5-8% dari kortisol total di mineralokortikoid.
2490 ENDOKRINOLOGI

menjadi tipe I dan tipe I I I Reseptor tipe I spesifik untuk insulin. Di jaringan tulang dan tulang rawan, glukokortikoid
mineralokortikoid tetapi juga punya afinitas yang tinggi menurunkan ekspresi dan efek dari insulin-///re growth
terhadap glukokortikoid. Reseptor tipe II spesifik untuk factor I (IGF-1), insulin-ZtTre growth factor-binding protein
glukokortikoid dan diekspresi di semua sel. 1, dan hormon pertumbuhan.
S e m a k i n tinggi konsentrasi g l u k o k o r t i k o i d , dan Pada kadar yang tinggi, glukokortikoid memberikan
tingginya afinitas dari reseptor mineralokortikoid untuk efek katabolik dan menyebabkan penurunan massa otot
glukokortikoid serta adanya spesifitas ligan-reseptor akan dan tulang. Glukokortikoid memodulasi respons imun
menghasilkan efek fisiologis. dengan meningkatkan sintesis sitokin anti inflamasi
B e b e r a p a f a k t o r bisa m e n i n g k a t k a n spesifitas dan menurunkan sintesa sitokin proinflamasi sehingga
reseptor mineralokortikoid untuk aldosteron. Pertama, menimbulkan efek anti inflamasi. Efek anti-inflamasi ini
glukokortikoid dalam plasma akan berikatan dengan yang dimanfaatkan sehingga dikenal beberapa analog
CBG (kortisol-binding globulin) dan albumin. Ikatan dari glukokortikoid sintetik seperti prednison, untuk
protein plasma ini akan mengendalikan sehingga hanya pengobatan penyakit inflamasi kronis.
<10% dari hormon yang tidak terikat yang bisa secara Pada pembuluh darah, glukokortikoid mempengaruhi
bebas melewati membran sel. Kedua, sel target dari Respons dan reaktivitas dari zat-zat vasoaktif, seperti
aldosteron mempunyai aktivitas enzim 7 ip-hydroxysteroid angiotensin II dan norepinephrine. Interaksi ini menjadi
dehydrogenase type II, enzim yang merubah kortisol nyata pada penderita dengan defisiensi glukokortikoid
menjadi bentuk inaktif kortison. Ketiga, ada perbedaan yang manifes dengan hipotensi dan penurunan sensitivitas
respons dari reseptor untuk mineralokortikoid terhadap terhadap pemberian vasokonstriktor.^
aldosteron dan glukokortikoid. Aldosteron berdisosiasi
dari reseptor mineralokortikoid lima kali lebih lambat Mekanisme Molekular
daripada glukokortikoid, walaupun afinitasnya sama. Efek glukokortikoid diawali dengan masuknya steroid
Aldosteron lebih sulit mengalami disosiasi dari reseptor kedalam sel dan berikatan dengan cytosolic glucocrticoid
mineralokortikoid dibanding kortisol. receptor proteins. Cytoplasmic glucocorticoid-receptor
Mekanisme ini menunjukkan bahwa dalam kondisi complex meliputi 2 subunit 90-kDa heat shock protein
fisiologis, efek dan aktivitas mineralokortikoid terbatas (hsp) 90.
hanya untuk respons terhadap aldosteron. Tetapi dalam Setelah berikatan, hsp90 subunit akan menyebabkan
keadaan dimana terdapat ekses dari glukokortikoid akibat disosiasi dan akan mengaktifkan hormon-receptor complex
produksi yang berlebihan atau akibat konversi kortisol m e m a s u k i inti sel dan berinteraksi d e n g a n nuclear
menjadi kortison yang menurun, akan menyebabkan chromatin sites. DNA binding d o m a i n dari reseptor
ikatan dan stimulasi pada reseptor mineralokortikoid.^ merupakan daerah yang mengandung banyak cysteine,
dan bisa mengadakan chelasi terhadap Zinc, suatu proses
konformasi yang disebut zinc finger. Kompleks reseptor-
EFEK SPESIFIK H O R M O N KORTEKS A D R E N A L glukokortikoid memberikan efek melalui dua mekanisme:
(1) mengikat DNA nucleus ditempat yang spesifik yaitu
Glukokortikoid glucocorticoid regulatory elements; (2) berinteraksi dengan

Kortisol berikatan dengan reseptor glukokortikoid tipe II. faktor transkripsi lainnya seperti nuclear factor 13, yang

Kompleks hormon-reseptor akan bertranslokasi kedalam merupakan regulator penting dari gene sitokin.'

nukleus dan berikatan dengan glucocorticoid response Proses ini akan menyebabkan perubahan ekspresi
elements, suatu sequence DNA yang spesifik, dan akan gen tertentu dan transkripsi dari mRNA tertentu. Protein
menghasilkan efek fisiologis melalui proses transkripsi yang dihasilkan akan merangsang respons gukokortikoid,
dari gen. Karena semua sel mengekspresikan reseptor yang bisa bersifat inhibisi atau stimulasi tergantung
glukokortikoid, maka efek fisiologisnya multisistemik. gen dan jaringan yang dipengaruhi. Walaupun reseptor
Glukokortikoid mempengaruhi metabolisme g l u k o k o r t i k o i d di b e b e r a p a j a r i n g a n menunjukkan
intermediate, memicu proteolisis dan glukoneogenesis, kemiripan namun protein yang disintesis sebagai respons
m e n g h a m b a t sintesa protein di otot, m e n i n g k a t k a n t e r h a d a p g l u k o k o r t i k o i d bisa s a n g a t b e r b e d a dan
mobilisasi asam lemak. Efek utama dari glukokortikoid menghasilkan ekspresi gen tertentu di berbagai tipe sel
adalah meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah yang berbeda. Mekanisme yang mendasari pengaturan
sesuai dengan namanya "glukokortikoid". Di dalam hepar, yang spesifik ini belum diketahui secara jelas.'
glukokortikoid akan meningkatkan ekspresi dari enzim- Analisis dari DNA untuk reseptor glukokortikoid
enzim glukoneogenik. Di jaringan otot, glukokortikoid manusia yang di clone menunjukkan homologi struktural
menghambat translokasi glucose tranporter 4 (GLUT4) ke dan urutan asam amino dengan reseptor hormon steroid
permukaan membran sehingga menyebabkan resistensi yang lain (mineralokortikoid, estrogen, progesteron) dan
GANGGUAN KORTEKS ADRENAL 2491

reseptor untuk hormon tiroid dan v-erb-k oncogene.' agonis glukokortikoid. Glukokortikoid sintetik mempunyai
W a l a u p u n steroid-binding domain dari reseptor afinitas terhadap reseptor yang lebih tinggi dan
glukokortikoid mempunyai spesifitas terhadap ikatan mempunyai aktivitas glukokortikoid yang lebih tinggi
dengan glukokortikoid, kortisol dan kortison berikatan dibanding kortisol dalam konsentrasi yang ekuimolar.
dengan reseptor mineralokortikoid dengan afinitas yang Kortikosteron dan aldosteron juga mempunyai afinitas
sama dengan aldosteron. terhadap reseptor glukokortikoid, namun konsentrasinya
Spesifitas dari reseptor mineralokortikoid dalam plasma dalam keadaan normal jauh lebih
dipertahankan oleh ekspresi dari 11-HSD pada jaringan rendah dibanding kortisol, sehingga steroids ini tidak
yang sensitive terhadap mineralokortikoid.' menimbulkan efek fisiologis glukokortikoid.'
Walaupun kompleks reseptor glukokortikoid berikut
rangkaian ekspresi gen yang mengikutinya dianggap Antagonis
berperan penting pada efek glukokortikoid, efek lain bisa Antagonis glukokortikoid mengikat reseptor glukokortikoid
terjadi melalui reseptor membran plasma.' namun tidak menimbulkan efek di nukleus yang diperlukan
untuk menghasilkan respons glukokortikoid. Steroid ini
bersaing mengikat reseptor dengan steroid agonis seperti
AGONIS DAN ANTAGONiS GLUKOKORTIKOID kortisol, sehingga menghambat respons dari agonis.
Beberapa steroid menunjukkan efek agonis parsial. Namun
Penelitian terhadap reseptor glukokortikoid telah pada konsentrasi yang cukup, steroid agonis parsial juga
menimbulkan istilah agonis dan antagonis. Beberapa bersaing dengan steroid agonis dalam mengikat reseptor
penelitian telah menemukan beberapa steroid dengan sehingga steroid agonis parsial ini bisa berfungsi menjadi
efek agonis parsial, antagonis parsial, atau agonis parsial- steroid antagonis parsial. Steroid seperti progesteron, 1 1 -
antagonis parsial. deoxykortisol, DOG, testosteron, dan 17-estradiol telah
Beberapa ligan reseptor glukokortikoid telah mempunyai aktivitas antagonis atau efek agonis-antagonis
d i k e m b a n g k a n s e h i n g g a l e b i h s e l e k t i f d a l a m hal parsial; namun peran fisiologis dari hormon ini pada efek
ikatan terhadap reseptor dan transkripsi dari gen yang glukokortikoid masih diabaikan, karena kadarnya yang
spesifik.' rendah dalam sirkulasi.
Obat antiprogestational mifepristone juga mempunyai
Agonis efek antagonis glukokortikoid dan telah dipakai untuk
Pada manusia, kortisol, glukokortikoid sintetik (prednisolon, m e n g h a m b a t efek g l u k o k o r t i k o i d pada Sindrom
deksametason), kortikosteron, dan aldosteron adalah Gushing.'

Tabel-1. Efek Fisiologis KortisoM


Sistem Efek
Metabolisme Degradasi protein otot dan peningkatan ekskresi nitrogen
Meningkatkan glukoneogenesis dan kadar glukosa dalam plasma
Meningkatkan sintesa glikogen hepar
Menurunkan penggunaan glukosa (efek anti insulin)
Menurunkan penggunaan asam amino
Meningkatkan mobilisasi lemak
Redistribusi lemak
Meningkatkan efek glukagon dan efek katekolamin
Hemodinamik Mempertahankan integritas dan reaktivitas vaskular
Mempertahankan respons terhadap efek pressor dari katekolamin
Mempertahankan volume cairan
Fungsi imun Meningkatan produksi sitokin anti-inflamasi
Menurunkan produksi sitokin proinflamasi
Menurunkan inflamasi dengan menghambat prostaglandin dan produksi leukotriene
Menghambat efek inflamasi dari bradikinin dan serotonin
Menurunkan jumlah eosinophil, basophil, dan limfosit di sirkulasi (efek redistribusi)
Mengganggu cell-mediated immunity
Meningkatkan jumlah neutophil, trombosit, dan sel darah merah
Susunan saraf pusat Memodulasi persepsi dan emosi
Menurunkan sekresi GRH dan AGTH
2492 ENDOKRINOLOGI

MINERALOKORTIKOID meningkatkan eksresi Kalium melalui Na+/K-i--ATPase dan


epithelial Na+ and K-i- channels pada sel-sel collecting
Fungsi fisiologis utama dari aldosteron adalah mengatur d u c t . P e n i n g k a t a n K+ di c a i r a n e k s t r a s e l u l a r a k a n
reabsorpsi sodium dan ekskresi potasium, sesuai dengan merangsang sekresi aldosteron, dan penurunan K-i- akan
namanya, mineralokortikoid. menghambat sekeresi aldosteron.^
Aldosteron akan berikatan dengan reseptor
mineralokortikoid pada sel utama dari tubulus distal dan
collecting duct dari nefron, mengakibatkan peningkatan EVA LU A S I L A B O R A T O R A T O R I U M
dari absorpsi sodium serta ekskresi potasium.
A l d o s t e r o n m e n i n g k a t k a n m a s u k n y a s o d i u m di Pemeriksaan kadar steroid dalam plasma pada umumnya
membran apical dari sel nefron distal melalui amilorid- m e n g u k u r kadar total k o n s e n t r a s i h o r m o n , kurang
sensitive epithelial Na' channel (EnaC). Na+/K+-adenosine menggambarkan kadar hormon yang aktif karena harus
triphosphatase (ATPase) terletak di membran basolateral d i p e r h i t u n g k a n j u g a p e r u b a h a n pada protein y a n g
dari sel, berfungsi mempertahankan konsentrasi sodium mengikat hormon dalam plasma. ACTH dan konsentrasi
intraselular dengan cara mengeluarkan kembali sodium hormon adrenal dalam plasma berfluktuasi, oleh karena
yang direabsorpsi ke ekstraselular.^ itu hanya dengan sekali pengukuran kadar dalam plasma
Efek spesifik dari aldosteron adalah meningkatkan seringkali hasilnya kurang dapat dipercaya. Kadar dalam
sintesis dan aktivitas dari NaVK*-ATPase pada membran plasma harus diinterpretasi secara hati-hati, pemeriksaan
basolateral, yang akan menarik Na* di sitosol ke interstitium diagnostik yang spesifik seringkali membutuhkan tes
dan menukarnya dengan kedalam sel. Aldosteron juga dinamik (stimulasi dan supresi) atau tes lain yang dapat
meningkatkan ekspresi dari H*-ATPase di membran apical menggambarkan sekresi kortisol sebenarnya.'
dan Ci/HCO^ exchanger pada m e m b r a n basolateral
dari intercalated cell. Intercalated cell mengekspresikan ACTH
enzim carbonic anhydrase dan berperan dalam proses P e n g u k u r a n kadar A C T H s a n g a t b e r m a n f a a t d a l a m
pengasaman urin, dan alkalinisasi plasma. menegakkan diagnosis disfungsi hipofisis-adrenal. Kadar
Mineralokortikoid berperan pada berbagai tipe sel normal A C T H d a l a m plasma m e n g g u n a k a n m e t o d e
tetapi tidak sebanyak tipe-tipe sel yang dipengaruhi oleh p e m e r i k s a a n immunoradiometric assay (IRMA) atau
glukokortikoid. Reseptor dari mineralokortikoid tidak immunochemiluminometric assay (ICMA), adalah 9 - 52
diekspresi sebanyak reseptor glukokortikoid. Jaringan yang pg/mL (2-11.1 pmol/L).'
sensitif terhadap aldosteron antara lain epitel dari nefron Interpretasi: kadar plasma ACTH sangat bermanfaat
bagian distal, epitel permukaan dari colon distal, saluran dalam membedakan disfungsi adrenal apakah disebabkan
kelenjar liur dan kelenjar jaringan keringat. Efek lain dari oleh hipofisis atau adrenal.'
aldosteron antara lain peningkatan reabsorpsi sodium di 1. Pada insufisiensi adrenal dengan penyebab primer
kelenjar liur dan keringat, dan peningkatan ekskresi penyakit adrenal, maka kadar ACTH akan meningkat.
pada k o l o n l S e b a l i k n y a bila p e n y e b a b n y a karena g a n g g u a n
hipofisis maka kadar ACTH menurun kurang dari 10
pg/mL (2.2 pmol/L).
ANDROGENS 2. Pada sindrom Cushing akibat tumor adrenal yang
mensekresi glukokortikoid, maka kadar ACTH akan
Efek fisiologis dari DHEA dan DHEAS belum sepenuhnya rendah, dan kadar di bawah 5 pg/mL (1.1 pmol/L)
d i k e t a h u i . Sejauh ini d i k e t a h u i b a h w a pada k a d a r adalah diagnostik. Pada penderita dengan penyakit
DHEA yang rendah, akan berkaitan dengan penyakit Cushing (hipersekresi ACTH di hipofisis) maka kadar
kardiovaskular pada pria dan peningkatan risiko kanker plasma ACTH meningkat
payudara pada wanita premenopause. Tetapi kadar DHEA 3. kadar ACTH meningkat nyata pada sindrom ACTH
yang tinggi juga meningkatkan risiko kanker payudara e k t o p i k , y a n g sulit d i b e d a k a n d e n g a n penyakit
pada wanita postmenopause. Pemberian DHEA pada usia C u s h i n g , n a m u n kadar y a n g lebih rendah lebih
lanjut akan meningkatkan kadar beberapa hormon, antara mengarah pada penyakit Cushing
lain IGF-1, testosteron, dehidrotestosteron dan estradiol. 4. A C T H j u g a m e n i n g k a t pada keadaan kongenital
Bagaimana mekanisme DHEA meningkatkan beberapa adrenal hyperplasia.
hormon lainnya masih belum dipahami secara l e n g k a p l
A l d o s t e r o n m e n i n g k a t k a n m a s u k n y a Na+ pada Kortisol
membran apikal dari sel sel nefron distal melalui amiloride- Pengukuran kortisol pada umumnya dilakukan dengan
sensitive epithelial Na-t- channel (ENaC). Aldosteron juga metode radioimmunoassay, enzyme-linked immunosorbent
GANGGUAN KORTEKS ADRENAL 2493

Gambar 7. Efek fisiologis aldosteron di ginjal. Aldosteron berdifusi melalui membran plasma dan berikaan dengan reseptor
sitosolik. Kompleks reseptor-hormon akan bertranslokasi ke nukleus, yang berinteraksi dengan gen target dan akan mengaktivasi
atau merepresi aktivitas transkripsi, sehingga meningkatkan tranport Na+ trans-epitelial.
Aldosteron meningkatkan masuknya Na+ pada membran apikal dari sel sel nefron distal melalui arr\\\or\de-sensitive epithelial Nan-
channel (ENaC). Aldosteron juga meningkatkan eksresi Kalium melalui Na+/K-i--ATPase dan epithelial Na+ and K+ channels pada
sel-sel collecting duct. Peningkatan K+ di cairan ekstraselular akan merangsang sekresi aldosteron, dan penurunan K+ akan meng-
hambat sekeresi aldosterone

assay (ELISA), high-performance liquid chromatography mencapai lebih dari 40 to 60 pg/dL (1100-1655
( H P L C ) , d a n liquid chromatography tandem mass nmol/L).
spectroscopy (LC/MS/MS). Metode ini mengukur kortisol 3. Keadaan dengan kadar estrogen ynag tinggi: kadar
total, baik yang terikat maupun yang bebas, dan tidak kortisol total dalam plasma akan meningkat dengan
dipengaruhi oleh obat-obatan yang sedang dikonsumsi peningkatan CBG-binding capacity, yang terjadi bila
oleh penderita. HPLC dan LC/MS/MS tidak menunjukkan kadar estrogen tinggi (misalnya selama kehamilan,
cross-reocf/wfy dengan glukokortikoid sintetis.' atau bila p e n d e r i t a m e n d a p a t t e r a p i e s t r o g e n ,
Interpretasi: pemeriksaan kortisol plasma dengan sekali atau memakai kontrasepsi oral). Dalam keadaan ini
pemeriksaan sangat terbatas manfaatnya untuk diagnostic. konsentrasi estrogen bisa mencapai 2-3 kali normal.
tesf dinamik untuk HPA axis lebih bermanfaat. 4. kondisi lain: konsentrasi kortisol plasma j u g a
1. Kadar normal: bervariasi tergantung metode yang meningkat pada keadaan kecemasan hebat, depresi,
digunakan dan waktu pengambilan sampel. Dengan starvasi, anoreksia nervosa, alkoholisme, dan penyakit
pemeriksaan rasio immunoassay, kadar pemeriksaan ginjal kronik.
pada j a m 08.00 pagi : 3-20 pg/dL (80-550 nmol/L)
dengan rerata 10-12 pg/dl (275.9-331.1 nmol/L). Bila Kortisol saliva
sampel darah diambil sesudah j a m 08.00 pagi akan Kostisol dalam saliva kadarnya dalam keseimbangan
memberikan hasil yang lebih rendah, dan bila diambil dengan kadar kortisol bebas dan kortisol yang aktif secara
j a m 16.00 akan memberikan hasil kadar setengah biologis dalam darah. Kadar kortisol dalam saliva tidak
dari pemeriksaan pagi. Pemeriksaan j a m 22.00-02.00, dipengaruhi oleh perubahan kortisol-binding protein, oleh
kadar kortisol akan di bawah 3 pg/dl (80nmol/L) aliran saliva dan komposisi saliva, dan kortisol saliva ini
2. Kadar dalam keadaan stres: kortisol akan meningkat stabil dalam suhu ruangan sampai dengan beberapa hari.
dalam keadaan sakit berat, selama pembedahan, Pengukuran kortisol saliva dapat dilakukan pengambilan
dan setelah trauma. Konsentrasi dalam plasma bisa sampel pada malam hari. Pengukuran kortisol saliva sering
2494 ENDOKRINOLOGI

dipakai untuk menegakkan diagnosis sindrom Cushing. 2. nilai normal: kadar kortisol bebas dalam urin dengan
Kadar kortisol saliva juga dipakai untuk memperkirakan cara HPLC atau LC/MS/MS is 5 - 50 pg/24 h (14-135
secara akurat kadar kortisol bebas dalam darah pada nmol/24 h).
penderita dengan gangguan serum-binding proteins.' 3. manfaat d i a g n o s t i k : p e n g u k u r a n kortisol bebas
dalam urin bermanfaat terutama dalam membedakan
Metode Pemeriksaan obesitas d e n g a n sindrom G u s h i n g , karena pada
Saliva sangat mudah pengambilan sampelnya dan bisa obesitas kortisol bebas dalam urin tidak meningkat.
dilakukan di rumah. Pemeriksaan kadar kortisol sama Tes ini tidak bermanfaat pada keadaan insufisiensi
dengan yang dipakai memeriksa kortisol plasma yaitu adrenal, karena pada kadar yang rendah, tes ini tidak
radioimmunoassay, ELISA, HPLC, dan LC/MS/MS.' sensitif.'

Interpretasi:
17-Hidroksikortikosteroids
1. nilai normal: dengan menggunakan radioimmuno-as-
Test ini sudah tidak banyak dipakai lagi karena sudah ada
say dan ELISA, kadar kortisol saliva pada tengah malam
pemeriksaan kortisol plasma dan kortisol bebas dalam
pada umumnya di bawah 0.15 pg/dL (4 nmol/L).
urine yang lebih bermanfaat.'
2. kegunaan untuk diagnostik: kadar kortisol saliva yang
diambil secara acak kurang memberikan manfaat,
namun pemeriksaan kadar kortisol saliva pada tengah
DEXAMETHASONE SUPPRESSION TESTS
malam bisa menjadi tes diagnostik yang cukup sensitif
untuk sindrom Cushing. Pada orang normal, kortisol
Tes D o s i s R e n d a h
plasma dan saliva mencapai titik nadir antara j a m
22.00-02.00. Penderita dengan sindrom Cushing tidak Tes ini merupakan prosedur untuk memastikan adanya
bisa mencapai titik nadir pada jam-jam ini. sindrom Gushing tanpa melihat penyebabnya. Deksametason,
suatu glukokortikoid yang potent, dalam keadaan normal
Kortikol Bebas Dalam Plasma akan menghambat pelepasan dari ACTH dari hipofisis, yang
Pengukuran meliputi kortisol bebas atau fraksi yang akan menyebabkan penurunan kortisol plasma dan urin,
biologis aktif, jadi tidak dipengaruhi oleh perubahan dari menunjukkan adanya mekanisme hambatan balik pada HPA
kortikosteroid-binding globulin dan kadar albumin dalam axis. Pada sindrom Gushing, mekanisme ini terganggu, dan
serum. Pengukuran menggunakan radioimmunoassay sekresi steroid gagal dihambat seperti kondisi fisiologis.
setelah dipisahkan fraksi yang terikat dan yang bebas. Deksametason dengan dosis yang digunakan pada test
Walaupun pengukuran ini jarang digunakan, namun bisa ini tidak akan mengganggu pemeriksaan kadar kortisol
penting pada penentuan fungsi adrenal pada penderita plasma dan urin.'
dengan sakit berat dan kondisi kritis. Pada penderita ini Overnight 1-mg dexamethasone suppression test,
pengukuran kortisol total dalam plasma dan responsnya merupakan tes yang sering digunakan sebagai penapis
terhadap rangsangan ACTH akan menyebabkan over untuk sindrom Gushing. Deksametason 1 mg diberikan
diagnosis terhadap insufisiensi adrenal, terutama pada peroral dosis tunggal pada j a m 23:00 malam, dan besok
keadaan hipoalbuminemia.' paginya diambil sampel plasma untuk pegukuran kadar
kortisol. Sindrom Gushing bisa disingkirkan bila kadar
kortisol kurang dari 1.8 pg/dL (50 nmol/L). Pemakaian
kriteria ini m e m p u n y a i sensitivitas yang tinggi, tapi
KORTIKOSTEROID URIN
dengan peningkatan positif palsu dengan spesifitas
sekitar 80-90%. Delapan puluh sampai sembilan puluh
Kortisol Bebas
persen penderita dengan sindrom Gushing menunjukkan
1. Metoda pemeriksaan: pemeriksaan terhadap kortisol Respons yang abnormal. Negatif palsu lebih banyak terjadi
bebas yang diekskresi di urin merupakan metode pada hiperkortisolisme yang ringan, dan bisa terjadi pada
yang bagus untuk menegakkan diagnosis sindrom penderita dimana metabolime deksametason melambat,
Cushing. Dalam keadaan normal kurang dari 1 % sehingga kadar dalam plasma lebih tinggi dan akan
kortisol bebas yang diekskresi di urin. Pada keadaan mengakibatkan supresi yang lebih tinggi sehingga terbaca
ekses, kapasitas CBG akan terlampaui sehingga kadar normal. Pemeriksaan kadar deksametason dan kortisol
kortisol bebas dalam plasma akan meningkat, ekskresi plasma secara simultan bisa mengidentifikasi penderita
urine j u g a akan meningkat. Kortisol bebas dalam ini. Positif palsu terjadi pada penderita yang dirawat
urine diukur dengan cara menampung urin selama diruma sakit dan penderita dengan sakit yang kronis.
24 j a m , dianalisis dengan HPLC, radioimmunoassay, Penyakit yang akut, depresi, kecemesan, alkoholisme,
dan LC/MS/MS. keadaan dengan kadar estrogen yang tinggi, dan uremia,
GANGGUAN KORTEKS ADRENAL 2495

merupakan keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan adalah sampling dari kadar AGTH di inferior petrosal
hasil yang positif palsu. Penderita yang mengkonsumsi sinus.
phenytoin, barbiturate, bisa mempercepat metabolisme
dexamethasone, sehingga kadarnya dalam darah terlalu Pituitary-Adrenal Reserve
rendah untuk bisa menekan A C T H J Tes ini digunakan untuk mengevaluasi kemampuan HPA
axis untuk merespons stres. Pemberian AGTH secara
Test Dosis T i n g g i langsung akan menstimulasi sekresi adrenal. Metyrapone
Test ini telah dipakai untuk membedakan penyakit Gushing menghambat sintesis kortisol, sehingga menstimulasi
{pituitary ACTH hypersecretion) dengan ectopic AGTH sekresi A G T H . H i p o g l i k e m i a y a n g diinduksi d e n g a n
tumor dan adrenal tumor Pada penderita dengan penyakit insulin akan meningkatkan sekresi AGTH dengan cara
Gushing, HPA axis akan terhambat oleh glukokortikoid meningkatkan sekresi GH. GRH saat ini digunakan untuk
dengan dosis suprafisiologis, sedang pada tumor adrenal merangsang hipofisis secara langsung untuk mensekresi
dan sindrom AGTH ektopik sekresi kortisol berjalan AGTH\
otonom. Namun tes ini harus diinterpretasi dengan sangat
hati-hati.^ Tes s t i m u l a s i A C T H
7. overnight high-dose dexamethasone suppression 1. Tes s t i m u l a s i A C T H d o s i s t i n g g i : rapid ACTH
test: setelah basal kortisol diperiksa pada pagi hari, stimulation test mengukur respons akut adrenal
dexamethasone 8 mg per-oral dosis tunggal diberikan terhadap rangsangan AGTH dan digunakan untuk
paa jam 23:00 malam dan kemudian kortisol plasma mendiagnosis insufisiensi adrenal baik primer maupun
diperiksa pada jam 08:00 pagi keesokan harinya. Pada sekunder. Tetra-cosactin atau c o s y n t r o p i n , yang
umumnya penderita dengan penyakit Gushing dapat merupakan sintetik a^^'^-AGTH manusia, diberikan
menekan kadar kortisol sampai dengan kurang dari dengan dosis 250 |jg intramuskular atau intravenous
50% nilai kortisol basal. Pada sindrom AGTH ektopik s e t e l a h kadar basal k o r t i s o l d i p e r i k s a . S a m p e l
dan tumor adrenal ynag memproduksi kortisol akan pengukuran kadar kortisol diambil pada 30 atau
gagal menekan sekresi kortisol, karena sekresi kortisol 60 menit sesudah injeksi. Puncak Respons kortisol,
pada kasus ini otonom, dan sekresi AGTH sudah pada 30-60 menit kemudian dalam keadaan normal
terhambat akibat tingginya kadar kortisol endogen. harus melebihi 18-20 [ig/dl (>497-552 nmol/L).
2. Two-day high-dose dexamethasone suppression Puncak Respons kortisol terhadap AGTH pada menit
test: t e s t ini d i k e r j a k a n d e n g a n memberikan ke-30 konstan dan tidak terkait dengan kadar basal
dexamethasone 2 mg per-oral setiap 6 j a m selama kortisol.
2 hari. Urine 24 j a m dikumpulkan sebelum dan pada 2. Tes s t i m u l a s i ACTIH d o s i s r e n d a h : d i l a k u k a n
sesudah hari kedua pemberian d e x a m e t h a s o n e . karena dengan tes stimulasi dosis tinggi, penderita
Penderita dengan penyakit Gushing akan menunjukkan dengan insufisiensi adrenal sekunder yang parsial
penurunan ekskresi kortisol urin ampai dengan kurang bisa menunjukkan hasil yang normal. Test stimulasi
dari 50% kadar kortisol basal, sedang pada tumor dosis rendah harus dilakukan pada pagi hari, dan
adrenal dan s i n d r o m AGTH ektopik d i d a p a t k a n AGTH 1 |jg harus diberikan intravenous. Tes ini tidak
penurunan yang kecil atau bahkan tidak didapatkan praktis karena AGTH hanya tersedia dengan dosis
penurunan sekresi kortisol urin. Namun beberapa 250|jg per vial dan merupakan larutan yang tidak
penderita dengan ectopic AGTH-secreting neoplasma stabil, menempel di siring plastik maupun selang
menunjukkan penurunan sekresi steroid dengan infus sehingga akurasi dari tes ini dalam praktis juga
dexamethasone dosis tinggi, dan beberapa penderita kurang terpercaya.
dengan pituitary ACTH-dependent Gushing syndrome 3. Respons yang subnormal: bila Respons kortisol ter-
gagal dalam menunjukkan penurunan sekresi hadap tes stimulasi cepat AGTH tidak adekuat, maka
steroid. Sensitivitas dan spesifitas serta akurasi dari ada adrenal insufisiensi. Pada insufisiensi adrenal
pemeriksaan high-dose dexamethasone suppression primer, kerusakan korteks adrenal menyebabkan
test hanya sekitar 80%. Spesifitas dan akurasi lebih menurunnya sekresi kortisol dan akan menyebabkan
baik dapat dicapai dengan menggunakan kriteria peningkatan sekresi AGTH dari hipofisis, oleh karena
yang berbeda. Namun telah jelas bahwa high-dose itu pada insufisiensi adrenal primer, adrenal sudah
dexamethasone suppression test, terlepas dari kriteria d a l a m keadaan t e r s t i m u l a s i m a k s i m a l s e h i n g g a
yang digunakan, tidak bisa dipakai membedakan tidak akan ada lagi peningkatan sekresi kortisol.
antara hipersekresi AGTH yang hipofisis dengan non Pada keadaan insufisiensi adrenal sekunder akibat
hipofisis. Saat ini tes biokimia dengan akurasi yang defisiensi AGTH, terjadi atrofi dari zona fasciculata
cukup tinggi untuk membedakan 2 kelainan tersebut dan retikularis, sehingga adrenal bisa hiporesponsif
ENDOKRINOLOGI
2496

atau malah tidak responsif terhadap stimulasi ACTH Androgen


dari luar. Evaluasi untuk kelebihan androgen dilakukan dengan
4. Respons yang normal: akan menyingkirkan mengukur kadar basal dari hormon, karena tes supresi
kemungkinan insufisiensi adrenal primer dan dan stimulasi tidak bermanfaat. Pengukuran yang bisa
insufisiensi adrenal sekunder dengan atrofi adrenal. dikerjakan adalah kadar plasma DHEA, DHEA sulfate,
Tapi respons y a n g normal tidak menyingkirkan androstenedione, testosteron, and dihydrotestosteron.
kemungkinan insufisiensi adrenal sekunder dengan Testosteron bebas dalam plasma (testosteron yang tidak
kadar ACTH basal yang masih cukup untuk mencegah terikat oleh SHBG) dapat diukur dan memberikan informasi
atrofi adrenal. Namun penderita ini tidak mampu yang lebih baik tentang testosteron yang biologis aktif
mensekresi ACTH lebih banyak lagi, sehingga akan beredar dalam sirkulasi dari pada testosteron total.'
menunjukkan respons ACTH yang subnormal pada
stress dan h i p o g l i k e m i a . Pada penderita ini tes
metyrapone, hipoglikemia atau CRH merupakan GANGGUAN KORTEKS ADRENAL
indikasi.
Penyakit adrenokortikal relatif jarang, namun memberikan
Tes M e t y r a p o n e morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi bila tidak
Tes metyrapone telah digunakan untuk menegakkan d i t a n g a n i . Penyakit a d r e n o k o r t i k a l diklasifikasikan
diagnosis insufisiensi adrenal dan memeriksa pituitary- berdasarkan kelebihan atau kekurangan hormon yang
adrenal reserve. Metyrapone menghambat sintesa kortisol terjadi."
dengan cara menghambat enzim 1 1 - hidroksilase yang
Tabel 2 Penyakit Adrenokortikal/
mengkonversi 11-deoxykortisol menjadi kortisol. Ini
akan merangsang sekresi ACTH, yang kemudian akan Penyakit Adrenokortikal
merangsang sekresi 11-deoxykortisol sehingga kadarnya Ekses glukokortikoid
akan meningkat dalam plasma. Overnight metyrapone test • Cushing's syndrome
sering dipilih karena merupakan test yang cocok untuk • pseudo-Cushing's syndrome
penderita yang diduga defisiensi ACTH hipofisis.' Resistensi glukokortikoid
Defisiensi glukokortikoid
Respons normal akan menunjukkan kadar 1 1 -
• hipoadrenal primer
deoxykortisol > 7 ng/dL (>0.2 nmol/L) dan kadar ACTH
• hipoadrenal sekunder
plasma > 100 pg/mL (>22 pmol/L) yang menunjukkan • pasca terapi substitusi kortikosteroid jangka panjang
sekresi ACTH yang normal dan fungsi adrenal yang normal. Hiperplasia adrenal kongenital
Sedang respons yang subnormal menunjukkan adanya Defisiensi:
insufisiensi adrenal. Tes metyrapone yang normal secara • 2 1 - hidroksilase
akurat menunjukkan dan memperkirakan normalnya • 3P-HSD
• 17a- hidroksilase
Respons HPA axis terhadap stres dan tes hipoglikemia
• l i p - hidroksilase
yang diinduksi insulin. • P450 oxidoreductase
• P450 side chain cleavage
Tes H i p o g l i k e m i a y a n g D i i n d u k s i Insulin ' StAR
Ekses mineralokortikoid
H i p o g l i k e m i a akan m e n g i n d u k s i respons dari C N S ,
• Defisiensi mineralokortikoid
m e n i n g k a t k a n sekresi C R H , sehingga m e n i n g k a t k a n • gangguan pada sintesis aldosteron
sekresi ACTH dan kortisol. Tes ini mengukur integritas • gangguan pada kinerja aldosteron
dari HPA axis dan kemampuannya dalam merespons • Hyporeninemic hypoaldosteronism
stres. Dalam keadaan normal, Respons dari kortisol dalam Adrenal Incidentalomas, Adenomas, and Carcinomas
plasma adalah peningkatan yang melebihi 8 pg/dL (220
nmol/L), dengan kadar puncak lebih dari 8-20 pg/dL Kelebihan Glukokortikoid
(497-552nmol/L). Hasil tes yang normal menyingkirkan
insufisiensi adrenal dan penurunan fungsi hipofisis.' Sindrom Cushing
Harvey Cushing pada tahun 1912 pertama kali melaporkan
Tes C R H
w a n i t a 23 t a h u n d e n g a n o b e s i t a s , h i r s u i t i s m e dan
Respons dari ACTH akan meningkat pada penderita gagal
amenorrhea. Baru 20 tahun kemudian Cushing memberikan
adrenal primer dan akan menghilang pada penderita
postulat Sindrom ini sebagai "polyglandular syndrome"
dengan hipopituitarism. Respons subnormal bisa terjadi
dengan penyebab primer kelainan di hipofisis y a n g
pada penderita dengan angguan hipotalamus. Tes CRH ini
menyebabkan hiperplasia adrenal. Terminologi Sindrom
dipakai untuk membedakan penyebab sindrom Cushing.'
Cushing dipakai untuk menggambarkan Sindrom dengan
GANGGUAN KORTEKS ADRENAL 2497

penyebab apapun, sedang penyakit Cushing digunakan gejala d i n i . I n s o m n i a s e r i n g d i j u m p a i , d i d a p a t k a n


untuk m e n g g a m b a r k a n sindrom Cushing dengan penurunan REM {rapid eye movement) dan gelombang
penyebab hipofisis." delta pada saat tidur". Pengobatan medis maupun bedah
Kelebihan glukokortikoid bisa berasal dari endogen yang menurunkan kortisol akan memberikan perbaikan
(kortisol), atau eksogen (misalnya: prednisolone, gejala psikiatri dengan cepat.
dexamethasone). Sindrom Cushing yang iatrogenik cukup Kualitas hidup penderita sindrom Cushing, secara
sering dijumpai terutama pada penderita yang mendapat signifikan menurun dan pengobatan akan memperbaiki
terapi kortikosteroid dalam jangka yang lama.^ Sindrom kualitas hidup namun tidak akan mengembalikan ke
Cushing dengan penyebab endogen jarang dijumpai, keadaan normal.^
dimana didapatkan gangguan mekanisme umpan balik
Tulang. Bila terjadi pada masa kanak-kanak, maka gejala
dari HPA axis serta irama sirkadian dari sekresi kortisol.
yang paling sering adalah gangguan pertumbuhan linear
Insidens sindrom Cushing yang pituitary-dependent
dan kenaikan berat badan. Pada beberapa penderita
diperkirakan 5-10 kasus tiap satu juta populasi pertahun.
yang telah lama menderita sindrom Gushing, didapatkan
Insidence sindrom ACTH ektopik sama dengan insidens
p e n u r u n a n t i n g g i b a d a n akibat o s t e o p o r o s i s y a n g
dari c a r c i n o m a b r o n k o g e n i k . Penyakit C u s h i n g dan
m e n y e b a b k a n kolapsnya v e r t e b r a . Keadaan ini bisa
adenoma adrenal 4 kali lebih sering dijumpai pada wanita,
diketahui dengan mengukur tinggi pada saat duduk,
sedang Sindrom ACTH ektopik lebih sering pada pria."
atau membandingkan tinggi badan dengan jarak rentang
tangan. Pada individu yang normal, tingi dan jarak rentang
G a m b a r a n klinis S i n d r o m C u s h i n g
lengan adalah sama. Fraktur patologis bisa terjadi spontan,
Gambaran klasik dari sindrom Gushing "obesitas sentral,
atau setelah trauma mikro. Fraktur kosta sering terjadi
moon face, hirsuitisme, dan plethora" telah diketahui sejak
tanpa disertai rasa nyeri. Osteonekrosis dari caput femoris
Gushing menggambarkan Sindrom ini pada 1912 dan
atau caput humeri merupakan gambaran dari Sindrom
1913. Namun gambaran klinis ini tidak selalu ada."
Gushing yang endogen. Hiperkalsiuria bisa berakibat batu
Obesitas. Peningkatan berat badan dan obesitas ginjal, namun kalsifikasi bukan gambaran dari Sindrom
merupakan gejala yang sangat sering dijumpai pada Gushing".
sindrom Gushing. Obesitas ini terjadi di a b d o m i n a l .
Kulit. H i p e r k o r t i s o l i s m m e n y e b a b k a n kulit menjadi
Pengecualian pada penderita anak-anak, dimana Kelebihan
menipis dan terjadi pemisahan dari jaringan vaskular di
glukokortikoid dapat menyebabkan obesitas yang
subkutan. Pada pemeriksaan akan kita dapatkan kerutan
menyeluruh {generalized). Selain obesitas abdominal,
di kulit punggung tangan sehingga nampak seperti kertas
penderita juga menunjukkan adanya deposisi lemak pada
rokok, disebut sebagai tanda dari Liddle.
daerah torakoservikal atau yang dikenal dengan buffalo
Trauma y a n g minor bisa m e n y e b a b k a n memar,
hump, pada daerah supraclavicular, dan pada pipi dan
nampak seperti purpura senilis. Kulit yang plethoric
regio temporal, dan memberikan gambaran wajah yang
sebenarnya merupakan sekunder akibat penipisan kulit,
bulat, seperti bulan {moon-face). Ruangan dalam epidural
ditambah dengan hilangnya jaringan lemak subkutan di
bisa j u g a diisi oleh deposisi lemak yang abnormal, yang
wajah.^ Jerawat dan lesi papular bisa terjadi di wajah, dada
mneyebabkan defisit neurologis".
dan punggung. Striae yang berwarna merah keunguan
Organ reproduktif. Disfungsi gonad sering dijumpai merupakan tanda khas, dengan lebar lebih dari 1 cm paling
dengan gangguan mens pada wanita dan hilangnya libido sering ditemukan di perut, namun bisa juga didapatkan di
pada pria maupun wanita. Hirsuitism sering dijumpai pada paha, payudara dan lengan. Sangat sering djumpai pada
wanita,jerawatjuga sering pada wanita. Bentuk hirsuitime penderita muda, dan jarang pada pasien di atas 50 tahun.
yang sering adalah vellus hypertrihosis pada wajah; yang Striae ini harus dibedakan dengan striae gravidarum dan
harus dibedakan dengan hirsuitisme yang disebaban oleh striae akibat penurunan berat badan yang cepat, yaitu
ACTH-mediated adrenal androgen excess, yang memberi dari warnanya yang lebih pucat. Pigmentasi jarang pada
gambaran hirsuitism yang lebih gelap. Hypogonadotropic penyakit Gushing namun cukup sering pada dimana terjadi
hypogonadism terjadi karena efek inhibisi dari kortisol stimulasi berlebihan pada reseptor melanosit oleh peptida
terhadap GnRH pulsatility dan sekresi LH/FSH.^ yang berasal dari pro-opiomelanocortin (POMG)."
Otot. Miopati dan memar otot merupakan gejala yang
Gangguan psikiatri. Terjadi pada hampir 50% penderita
sering dijumpai. Miopati pada Sindrom Gushing terjadi pada
dengan sindrom Cushing, tidak memandang penyebabnya".
otot-otot proksimal dari tungkai bawah serta otot-otot bahu.
Depresi dengan agitasi, letargi merupakan gangguan
Tes untuk miopati proksimal dengan meminta penderita
psikiatris yang sering m u n c u l , namun paranoid dan
untuk bangun dari posisi merangkak sering positif".
psikosis juga bisa dijumpai. Memori dan fungsi kognitif
bisa terganggu. Mudah tersinggung mungkin merupakan K a r d i o v a s k u l a r . Hipertensi m e r u p a k a n gejala y a n g
2498 ENDOKRINOLOGI

dijumpai pada sekitar 7 5 % kasus. Hipertensi ini bersama Tabel 3. Klasifikasi Penyebab Sindrom Cushing^
d e n g a n g a n g g u a n metabolik yang terjadi (diabetes
PENYEBAB SINDROM CUSHING
melitus, dislipidemia) menyebabkan peningkatan mortalitas
Penyebab yang ACTH-dependent
kardiovaskular pada kasus-kasus yang tidak ditangani dengan
Penyakit Cushing (pituitary-dependent)
baik.^ Kejadian kardiovaskular j u g a sering terjadi pada
Sindrom ACTH ectopic
sindrom Cushing yang iatrogenik akibat dari pengobatan Sindrom CRH ectopic
kortikosteroid jangkan panjang.'° Tromboemboli juga sering Hiperplasia macronodular adrenal
terjadi pada penderita sindrom Cushing. Iatrogenik (pengobatan dengan 1-24 ACTH)
Penyebab yang ACTH-tnc/ependenf
Infeksi. Infeksi sering terjadi pada penderita sindrom
Adenoma dan karsinoma adrenal
C u s h i n g . I n f e k s i bisa a s i m t o m a t i k , t e r j a d i karena
Primary pigmented nodular hyperplasia dan Sindrom
Respons inflamasi yang tertekan. Bila pernah menderita Carney
tuberculosis, reaktivasi bisa terjadi. Infeksi j a m u r pada Sindrom McCune-Albright
kulit yang sering adalah tinea versicolor. Perforasi usus Ekspresi reseptor abberant (gastric inhibitory polypeptide,
bisa terjadi pada penderita dengan hiperkortisolism yang inteleukin 7-/3)
berat, dan hiperkortisolism akan mengaburkan gejala Iatrogenik (misalnya pemberian prednisolon,
klinisnya. Infeksi dari luka sering terjadi dan menyebabkan dexamethasone dosis farmakologis)
Pseudo-Cushing syndrome
luka sulit sembuh."
Alkoholik
Metabolik dan endokrin. Gangguan toleransi glukosa Depresi
dan diabetes melitus terjadi pada sepertiga dari Obesitas
kasus. Sintesa lipoprotein di liver meningkat dan akan
meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida dalam
darah. Hipokalemik alkalosis terjadi pada 10-15% dari PENYEBAB YANG ACTH-DEPENDENT
penyakit Cushing, namun terjadi jauh lebih sering sekitar
9 5 % pada penderita sindrom ACTH ektopik. Ada beberapa
Penyakit Cushing
faktor yang menyebabkan Kelebihan mineralokortikoid
Selain iatrogenik, penyebab tersering sindrom Cushing
ini antara lain Kelebihan dari kortikosteron dan 7 7-
a d a l a h penyakit C u s h i n g , meliputi sekitar 7 0 % dari
Deoxykortikosteron (DOC), namun penyebab utama
semua penyebab. Kelenjar adrenal pada kasus ini akan
adalah kortisol. Kortisol akan membanjiri ginjal dengan
menunjukkan hiperplasia adrenokortikal bilateral, dan
HSD11B2 yang akan berperan sebagai mineralokortikoid.
pelebaran dari zona fasciculata serta zona reticularis."
Hipokalemik alkalosis lebih sering terjadi pada sindrom
AGTH ektopik karena produksi kortisol lebih tinggi dari
Sindrom A C T H Ectopic
pada penyakit C u s h i n g . "
Disebut j u g a ACTH ectopic hypersecretion, meliputi
Fungsi dari p i t u i t a r y - t h y r o i d axis dan pituitary-
sekitar 10% dari penderita sindrom Gushing yang ACTH-
gonadal axis tertekan pada Sindrom Cushing akibat
dependent. Produksi AGTH dari tumor bukan berasal dari
dari efek langsung dari kortisol pada sekresi TSH dan
hipofisis, akan mengakibatkan hiperkortisolism yang berat,
gonadotropin". Kortisol dapat menyebabkan keadaan
namun penderita tidak selalu menunjukkan gambaran
hypogonadotropic hypogonadism yang reversibel, namun
klasik dari K e l e b i h a n g l u k o k o r t i k o i d . Ini m u n g k i n
kortisol juga bisa langsung menghambat fungsi sel Leydig.
menggambarkan peningkatan kortisol yang terjadi akut
Sekresi hormon pertumbuhan (GH) juga ditekan.
dalam perjalanan klinis penderita dengan Sindrom ACTH
Mata. Efek okular meliputi peningkatan tekanan intraokular ectopic. Gambaran klinik dari sindrom ACTH ectopic sering
dan eksoptalmos yang terjadi pada sekitar sepertiga dari didapati pada penderita tumor paru. Bronchial carcinoid
penderita sindrom Cushing. Eksoptalmos terjadi akibat dan small cell carcinoma paru merupakan 50% penyebab
peningkatan deposisi lemak retroorbital. Katarak yang sindrom ACTH ectopic. Tumor dan keganasan lain yang
sering merupakan komplikasi terapi kortikosteroid malah dapat menyebabkan sindrom ACTH ectopic dapat dilihat
jarang dijumpai pad sindrom Gushing, kecuali bila ada di tabel 4. Prognosis penderita dengan Sindrom ini jelek
komplikasi diabetes." dan sangat tergantung pada prognosis tumor primernya.
Harapan hidup penderita small cell carcinoma paru
Klasifikasi d a n patofisiologi S i n d r o m Cushing dengan sindrom ACTH ectopic rata-rata kurang dari 12
Sindrom Cushing diklasifikasikan berdasarkan penyebab bulan. Sindrom ACTH ectopic bisa memberikan gejala
m e n j a d i A C T H dependent, dan ACTH-independent. yang menyerupai gejala klasik penyakit Cushing, sehingga
Penyebab dari S i n d r o m C u s h i n g dapat dilihat pada menyulitkan diagnosis. Beberapa tumor dilaporkan bisa
tabel 3. memberikan gejala sindrom ACTH ectopic, dan secara
GANGGUAN KORTEKS ADRENAL 2499

radiologis mungkin tidak terdeteksi pada saat gejala PENYEBAB YANG ACTH-INDEPENDENT
muncul. Sindrom ACTH ectopic lebih sering didapatkan
pada pria d e n g a n puncak insidens pada usia 40-60 A d e n o m a dan Karsinoma Adrenal yang Mensekresi
tahun. Kortisol
Kalau penyebab iatrogenic kita singkirkan, maka adenoma
adrenal merupakan 1 0 - 1 5 % penyebab dari sindrom
Tabel 4. Tumor yang Berkaitan dengan Sindrom Adreno
Cushing, dan carcinoma adrenal kurang dari 5%.
Corticotropic Hormon ectopic*.
Pada anak, 6 5 % dari sindrom Cushing disebabkan
Tipe Tumor Insiden (%)
oleh adrenal (15% adenoma, 50% karsinoma). Onset dari
Small-cell lung carcinoma 50 gejala klinis gradual pada penderita dengan adenoma,
Non-small-cell lung carcinoma 5 tapi lebih cepat pada penderita karsinoma. Gambaran
Tumor pancreas (termasuk carcinoids) 10
hiperkortisolism disertai dengan nyeri pinggang dan
Tumor Thymus (termasuk carcinoids) 5
abdomen. Tumor mungkin dapat diraba. Tumor dapat
Carcinoids Paru 10
Carcinoids lainnya 2 mensekresi steroid yang lain seperti androgen, atau
Medulary Carcinoma Thyroid 5 mineralokortikoid. Oleh karena itu pada wanita dapat
Pheochromocytoma dan tumor-tumor lain 3 dijumpai gejala virilasi dengan hirsuitisme, clitoromegali,
yang terkait atropi payudara, suara yang berubah menjadi dalam,
Carcinoma prostat, payudara, ovarium, 10 dan jerawat yang berlebihan. Pada adenoma yang hanya
kandung empedu, kolon mensekresi kortisol saja, hirsuitisme j a r a n g dijumpai.
Sindrom Cushing subklinis didapatkan apa 10% pasien
dengan incidentaloma adrenal."
S i n d r o m Corticotropin-Releasing Hormon ectopic
CRH ectopic adalah penyebab yang sangat jarang Sindrom McCune-Albright
untuk s i n d r o m C u s h i n g y a n g pituitary dependent. Pada Sindrom McCune-Albright, fibrous dysplasia dan
Beberapa kasus dilaporkan, dimana tumornya (biasanya pigmentasi kulit berkaitan dengan hiperfungsi hipofisis,
carcinoid bronchial, medulary thyroid, atau carcinoma t i r o i d , adrenal dan g o n a d . Manifestasi y a n g paling
prostat) mensekresi CRH saja atau j u g a mensekresi sering adalah pubertas precox dan Kelebihan hormon
ACTH". Gambaran histologis dari hipofisis menunjukkan pertumbuhan, tetapi Sindrom Gushing juga bisa menjadi
hiperplasia corticotroph, bukan adenoma. Dari gambaran gejala. Penyebab dari sindrom McCune-Albright adalah
laboratorium didapatkan hilangnya mekanisme umpan mutasi somatic pada a-subunit dari G protein, yang
balik negatif terhadap glukokortikoid. Produksi CRH berkaitan dengan adenyl cyclase, Mutasi ini menyebabkan
yang ectopic bisa menjelaskan supresi kortisol setelah aktivasi dari G protein yang mempunyai efek seperti AGTH
deksametason dosis tinggi pada beberapa penderita pada adrenal, dengan akibat produksi ACTH dihambat dan
dengan sindrom AGTH ectopic terjadi adenoma adrenal."

Macronodular Adrenal Hyperplasia (MAH) Sindrom Cushing Iatrogenik


Pada p e n y a k i t G u s h i n g d i d a p a t k a n sekitar 1 0 - 4 0 % T i m b u l n y a s i n d r o m C u s h i n g t e r g a n t u n g dari d o s i s ,
hiperplasia adrenocortical disertai nodul satu atau lebih lama pemberian dan potensi dari kortikosteroid yang
dengan diameter yang mencapai beberapa sentimeter^. diberikan. ACTH sangat jarang diberikan sebagai
Penderita pada umumnya telah menunjukkan gejala dalam terapi, namun bisa menyebabkan gambaran dan gejala
waktu yang cukup lama, mereka bisa menunjukkan gejala Gushingoid bila diberikan dalam jangka lama. Beberapa
klasik sindrom Gushing. Gambaran patologis menunjukkan gejala seperti peningkatan tekanan intraokular, katarak,
nodul yang lobulated. Macronodular Adrenal Hyperplasia benign intracranial hypertension, aseptic necrosis dari
(MAH) diperkirakan muncul akibat stimulasi AGTH dalam caput femoris, osteoporosis dan pancreatitis lebih sering
jangka waktu yang lama yang mengakibatkan terjadinya dijumpai pada Sindrom Cushing iatrogenic dibanding yang
adenoma. Adrenal yang hiperplastik akan mensekresi endogenous. Sedang hipertensi, hirsuitism, amenorrhea,
lebih banyak kortisol bila terjadi peningkatan AGTH, oligomenorrhea lebih jarang didapatkan pada sindrom
yang kemudian akan menyebabkan otosupresi sebagai Gushing iatrogenik."
mekanisme hambatan umpan balik. MAH dimasukkan
dalam sindrom Cushing yang ACTH dependent, walaupun Pseudo-Cushing's Syndromes
kadar A C T H relatif rendah dan tes supresif d e n g a n Pseudo-Cushing's syndrome merupakan keadaan dimana
deksametason menunjukkan hasil yang lemah dan tidak didapatkan gambaran klinis sindrom Gushing, yang bisa
sekuat penyakit Cushing yang lain." disertai dengan hiperkortisolisme. Bila penyebabnya
2500 ENDOKRINOLOGI

dihilangkan maka keadaan Gushingoid j u g a akan terikat oleh protein, hasil dari pemeriksaan konvensional
menghilang. dipengaruhi oleh obat-obatan yang dikonsumsi dan
Beberapa penyebab antara lain alkohol, depresi, dan kondisi yang mempegaruhi kadar CBG. Terapi dengan
obesitas. estrogen, atau kehamilan dapat meningkatkan CBG dan
kadar kortisol total."
Pemeriksaan Penderita dengan Dugaan Sindrom Hilangnya ritme sirkadian merupakan test yang sensitif
Cushing tetapi karena kelemahan metode pengukurannya seperti di
Ada dua tahap dalam pemeriksaan penderita dengan atas maka pemeriksaan ini tidak banyak dipakai.
dugaan sindrom Gushing: (1) apakah benar penderita
K o r t i s o l s a l i v a . C B G tidak d i d a p a t k a n pada saliva,
menunjukkan Sindrom Gushing?. Bila jawabannya adalah
s e h i n g g a p e m e r i k s a a n k o r t i s o l saliva memberikan
ya, maka pertanyaan berikut yang harus dijawab adalah
alternatif yang cukup sensitif Penderita tidak perlu rawat
(2) apa penyebabnya?.
inap. Akurasi untuk pemeriksaan sekali pada tengah malam
Sangat penting diperhatikan adalah sebaiknya
telah terbukti. Kadar kortisol saliva lebih dari 2.0 ng/mL
tidak melakukan pemeriksaan ragiologis sebelum
(5.5 nmol/L) menunjukkan 100% sensitif dan 96% spesifik
Sindrom Gushing telah dipastikan dengan pemeriksaan
untuk sindrom Cushing."
laboratorium.
Tes yang bisa dikerjakan antara lain pada tabel 5 Ekskresi Kortisol bebas dalam urin. Selama beberapa
tahun pemeriksaan kadar metabolit kortisol dalam urine
(ekskresi 17-hidroksikortikosteroid atau 17-oxogenic
Tabel-5. Tes yang Digunakan untuk Diagnosis dan
steroid dalam urin 24 j a m ) , namun sensitivitas dan
Diagnosis Banding Sindrom Cushing^
spesifitas dari pemeriksaan ini rendah. Pemeriksaan ini
Diagnosis : apakah penderita menunjukkan Sindrom sudah mulai ditinggalkan dan diganti dengan pemeriksaan
Cushing kortisol bebas dalam urin. Pemeriksaan kortisol bebas
Ritme sirkadian dari kortisol dalam urin telah dibahas sebelumnya.
Ekskresi kortisol bebas dalam urin Penderita harus diperiksa dengan p e n g u m p u l a n
Low-dose dexamethasone suppression test
bahan dua atau tiga kali untuk menghindari eror dalam
Diagnosis banding: apa penyebab Sindrom Cushing pemeriksaan dan juga mengantisipasi eksresi kortisol yang
Plasma ACTH episodik, terutama pada adenoma adrenal. Kortisol bebas
Plasma potassium, bikarbonat dalam urin bermanfaat untuk skrining, walaupun telah
High-dose dexamethasone suppression test diketahui nilainya bisa normal pada sekitar 10-15% kasus
Tes Metyrapone sindrom Cushing. Pemeriksaan rasio kortisol-kreatinin pada
Corticotropin-reieasing hormon
urin pagi bangun tidur bisa digunakan untuk skrining,
Inferior petrosal sinus sampling
bila nilainya lebih dari 25 nmol/mmol pada beberapa kali
CT, MRI scanning of pituitary, adrenals
Scintigraphy pemeriksaan akan merupakan indikasi untuk pemeriksaan
Tumor markers lebih lanjut untuk membuktikan adanya hiperkortisolism."

Tes S u p r e s i D e k s a m e t a s o n Dosis R e n d a h
A p a k a h Penderita M e n u n j u k k a n Sindrom Cushing?
Pada orang normal, pemberian glukokortikoid dosis
Irama sirkadian kortisol. Pada keadaan normal dapat suprafisiolgis akan mensupresi ACTH dan sekresi kortisol.
dilihat pada gambar 7. Pada penderita Sindrom Cushing Pada sindrom Gushing, apapun penyebabnya, terjadi
irama sirkadian ini hilang. Pada sebagian besar kasus, kegagalan dari supresi ini bila dexamethasone dosis
kortisol j a m 09.00 pagi normal namun kadar malam rendah kita berikan. Tes yang dilakukan tengah malam
hari meningkat. Pemeriksaan random pada pagi hari ini bermanfaat untuk skrining. Cara pemeriksaan telah
kurang memberikan manfaat untuk diagnosis, sedang dibicarakan sebelumnya, dan dengan nilai cut-off kadar
kadar kortisol tengah malam yang lebih dari 200 nmol/L kortisol sesudah pemberian deksametason yang kurang
(>7.5pg/dl) mengindikasikan sindrom Cushing. Namun dari 50 nmol/L (<2pg/dL) akan menyingkirkan sindrom
beberapa faktor perlu diperhitungkan seperti stres pada Cushing. Tes ini untuk pasien rawat jalan punya sensitivitas
saat diambil darah, penyakit lain yang sedang diderita, bisa yang tinggi (95%) tapi dengan spesifitas yang rendah,
menyebabkan hasil yang positip-palsu. Idealnya, penderita sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut.
harus dirawat inap dirumah sakit selama 24-48 j a m Dengan pemeriksaan tes 48 jam dengan deksametason
sebelum pengambilan darah untuk kadar kortisol tengah dosis rendah 0.5mg tiap 6 j a m selama 4 8 j a m memberikan
malam. Laboratorium pada umumnya tidak memeriksa true-positive 97%-100% dengan false positif kurang dari
kortisol bebas. Karena lebih dari 90% dari kortisol serum 1%".
GANGGUAN KORTEKS ADRENAL 2501

Pseudo-Cushing ataukah True-Cushing's syndrome?. Penderita d e n g a n S i n d r o m A C T H e c t o p i c b i a s a n y a


Pada penderita dengan depresi, l<adar l<ortisol bebas dalam sekresi kortisolnya lebih tinggi dan akan meningkatkan
urine bisa meningkat dan mungkin bisa memberikan enzim HSD11B2 yang akan menyebabkan hipertensi
gambaran tumpang tindih dengan penderita dengan true mineralokortikoid yang diinduksi oleh kortisol (kortisol-
Cushing's syndrome. Kalau dibandingkan dengan pasien induced mineralocorticoid hypertension). Penderita ini juga
penyakit Cushing penderita depresi menunjukkan tingkat menunjukkan kadar ACJH-dependent mineralocorticoid,
supresi yang lebih besar setelah pemberian deksametason, DOC yang lebih tinggi".
dan penurunan respons terhadap CRH, tapi kedua tes ini
Tes supresi dexamethasone dosis tinggi. Rasional untuk
tidak diagnostik."
tes ini adalah pada penyakit Gushing, kendali umpan balik
Pada individu normal dan penderita depresi
negatif terhadap ACTH mengalami pengaturan ulang
endogen, hipoglikemia yang diinduksi oleh insulin akan
pada ambang yang lebih tinggi. Oleh karena itu ambang
mengakibatkan peningkatan ACTH dan kadar kortisol.
kortisol tidak tersupresi dengan pemberian deksametason
Respons ini tidak muncul pada penderita sindrom Cushing.
dosis rendah, dan menjadi tersupresi pada dosis yang
Loperamide dapat menurunkan kortisol pada penderita
lebih tinggi. Test ini telah dibahas sebelumnya. Saat ini
dengan pseudo-Cushing's syndrome, namun tidak pada
pengukuran kortisol bebas dalam urin tidak dilakukan tiap
penderita true-Cushing's syndrome.'^
6 j a m , tetapi pada j a m ke-0 dan j a m ke-48. Supresi yang
Pedoman klinis. Endocrine Society bekerja sama dengan lebih dari 50% dari kadar kortisol basal dinyatakan positip.
European Society for Endocrinology, telah mengeluarkan Sekitar 90% pasien dengan penyakit Gushing menunjukkan
evidence-based guideline untuk d i a g n o s i s S i n d r o m hasil yang positip, dan hanya 10% dari pasien sindrom
Cushing." Rekomendasi adalah dengan mulai memeriksa ACTH ectopic yang positif."
salah satu dari 4 test skrining yang sensitif: Kortisol
Tes Metyrapone. Metyrapone menghambat konversi
bebas dalam urin, kortisol dalam saliva tengah malam,
11-deoxykortisol menjadi kortisol, dan DOC menjadi
long overnight dexamethasone, atau 2-mg/48-hour
kortikoteron, d e n g a n cara m e n g h a m b a t enzim 11(3-
dexamethasone. Adanya hasil abnormal dari salah satu
hidroksilase. Ini akan menurunkan kadar kortisol plasma.
test tersebut pada pasien yang secara klinis diduga
Melalui umpan balik negative, meningkatkan ACTH dalam
menderita sindrom Cushing harus dikonfirmasi dengan
plasma, dan AGTH akan meningkatkan steroid dari adrenal.
salah satu dari beberapa test yang lain. Bila hasilnya
Metyrapone diberikan dengan dosis 750 mg setiap 4 j a m
juga abnormal, maka penderita menjalani tes lebih lanjut
selama 24jam, dan penderita dengan penyakit Gushing akan
untuk m e n e n t u k a n penyebab dari sindrom Cushing
menunjukkan peningkatan cepat kadar ACTH dalam plasma,
(Gambar 8).
dengan kadar 11-deksikortisol pada 24 jam melebihi 1000
nmol/L (35 pg/dL). Pada kebanyakan penderita dengan
Apa Penyebab dari Sindrom Cushing? sindrom ACTH ectopic, Respons dari test ini minimal atau
Langkah berikut apabila Sindrom Cushing sudah tegak, bahkan tidak ada respons, namun kadang penderita juga
secara klinis dan laboratoris, adalah menentukan penyebab menunjukkan respons 11 -deoksikortisol yang mirip dengan
dari Sindrom Gushing. Langkah-langkahnya bisa di lihat penyakit Cushing. Mungkin pada penderita ini sumber
pada gambar 9. ectopic juga memproduksi CRH selain ACTH.'^
P e m e r i k s a a n AGTH d e n g a n m e t o d e y a n g telah
Tes m e t y r a p o n e awalnya digunakan untuk
dijelaskan sebelumnya, paling baik dilakukan antara jam
membedakan penderita dengan penyakit Cushing dengan
23.00-01.00 untuk membedakan penyebab yang ACTH-
penderita yang primer disebabkan karena gangguan
dependent dan ACJH-independent. Pada sat ini sekresi
adrenal. Namun, keadaan tersebut lebih baik dibedakan
AGTH dan kortisol pada titik nadir. AGTH tengah malam
dengan pengukuran AGTH yang diikuti dengan CT scan
yang lebih besar dari 6 pmol/L (>22 pg/mL) pada penderita
adrenal. Tes ini tidak terlalu bermakna untuk membedakan
hiperkortisolisme memastikan kalau penyebabnya adalah
penyakit Gushing dengan Sindrom ACTH ectopic, dan
ACTH-dependent.
nilainya dalam endokrin modern dipertanyakan. Biasanya
Pengukuran precursor A C T H (pro-AGTH, POMG)
baru digunakan bla hasil tes yang lain meragukan. Sekitar
tidaki dilaksanakan secara rutin tetapi bisa membantu
50% penderita dengan Sindrom AGTH ectopic dengan
menentukan adanya sumber ACTH yang ectopic. Pada
p e n y e b a b bronchial carcinoid tumor menunjukkan
penderita dengan tumor adrenal, ACTH dalam plasma
supresi pada tesdexamethasone dosis tinggi. Sebaliknya
pada umumnya tidak terdeteksi (<1 pmol/L)".
penderita dengan penyakit Gushing, yang disertai dengan
Kadar kalium dalam plasma. Hipokalemik alkalosis terjadi m a k r o a d e n o m a hipofisis yang invasif dan luas yang
pada lebih dari 9 5 % penderita sindrom ACTH ectopic, dan mensekresi AGTH, menunjukkan tidak adanya supresi
kurang dari 10% pada penderita dengan penyakit Cushing. setelah tes deksametason dosis tinggi."
2502 ENDOKRINOLOGI

Tersangka sindrom cushing

Paparan glukokortikoid eksogen disingkirkan

Lakukan satu dari tes berikut ini

Urin bebas DST 1 mg Kortisol saliva


kortisol 24 jam semalaman malam
Pertimbangkan keluhan untuk tiap tes (lihat teks)
Gunakan dexametason 2 mg 48 jam pada populasi tertentu. (lihat teks)

Hasil normal
abnorma (bukan sindrom cushing)

singkirkan penyebab hiperkortisol fisiologis

Konsul ahli endokrin

Lakukan 1-2 langkah di atas


Sebaiknya ulang hasil yang abnormal.
Saran dex-CRH atau kortisol serum
tengah malam pada populasi tertentu
(lihat teks)

Diskrepansi Hasil normal


(saran evaluasi tambahan) abnorma (bukan sindrom cushing)

Gambar 8. Algoritme untuk penderita sindrom Gushing. Kriteria diagnostik untuk sindrom Cushing yaitu urinary free Cortisol (UFC)
meningkat, kortisol serum >1.8 pg/dl (>50 nmol/L) setelah pemberian 1 mg Dexametason (1-mgDST), dan kadar Cortisol saliva
malam hari lebih dari 145 ng/dl (>4 nmol/L). CRH, corticotrophin releasing hormone; Dex, dexamethasone; DST, dexamethasone
suppression tesf

Tes CRH {Corticotropin-Releasing Hormon). Injeksi Pada k e a d a a n n o r m a l , CRF akan menyebabkan


intravena human CRH dengan dosis 1 pg/kg BB atau dosis kenaikan ACTH dan kortisol 15-20%. Respons ini akan
tunggal 100 pg. Pada beberapa senter, CRH dikombinasi bertambah besar pada penyakit Gushing, dimana AGTH
dengan AVR yang akan meningkatkan respons ACTH. akan meningkat lebi besar dari 50%, dan kortisol akan
Test bisa dikerjakan pada pagi atau siang hari. Setelah naik sebesar 2 0 % diatas nilai baseline. Pada sindrom
sampling keadaan basal, CRH diberikan dan pemeriksaan ACTH ectopic tidak didapatkan Respons, namun hasil
kadar ACTH an kortisol dilakukan setiap 15 menit selama yang false-positif telah dilaporkan. Untuk membedakan
1 sampai 2 j a m . " sindrom C u s h i n g y a n g h i p o f i s i s - d e p e n d e n t d e n g a n
GANGGUAN KORTEKS ADRENAL 2503

Sindrom cushing yang telah


dikonfirmasi secara klinis/biokimia

Diagnosis diferensial

ACTH

Tertekan Dapat dideteksi

Adrenal CT Penyakit tergantung ACTH


(pertimbangkan
hiperplasia makronodular)

Tes 50% supresi kortisol setelah dosis tinggi


supresi deksametason ( 2 mg tiap jam selama 48 jam)
>50% increase serum Cortisol post CRH (simulation test
Kalium dan bikarbonat normal
Pemindaian MRI pituitari yang positif

Kemudian lanjutkan ke Jika hasil tes tidak dapat disimpulkan


hipofisektomi transfenoidal ( gagal memenuhi s(?mua kriteria di atas)

Sampling/pengambilan sinus petrosal


inferior dengan CRH
Gradien ACTH positif
Penyakit cushing
Hipofisektomi transfenoidal

Tidak ada gradien ACTH


Sindrom ACTH ektopik
Radiologi yang tepat

Gambar 9. Tes untuk menentukan penyebab dari sindrom Cushing".

s i n d r o m A C T H e c t o p i c , Respons A G T H dan kortisol Inferior Petrosal Sinus Sampling dan Selective


t e r h a d a p GR m e m p u n y a i spesifitas dan sensitivitas Venous Catheterization
mendekati 90%. Namun dikatakan respons positip bila Tes yang paling kuat untuk membedakan penyakit Cushing
AGTH meningkat 100% atau kortisol meningkat 50% dengan sindrom ACTH ectopic adalah Inferior Petrosal
diatas kadar basal akan menyingkirkan diagnosis sindrom Sinus Sampling (IPSS)". Sampel darah dari kedua sinus
ACTH ectopic, yang merupakan kegunaan dari test ini. petrosus bisa membedakan penyebab hipofisis dengan
Lebih dari 10% dari penyakit Gushing tidak respons sumber AGTH yang ectopic." Rasio konsentasi ACTH di
terhadap tes CRH ini. sinus petrosus inferior dengan ACTH yang diambil dari vena
2504 ENDOKRINOLOGI

perifer adalah tidak lebih dari 1.4:1. Rasio ini meningkat 131-labeled 613-iodomethyl- 19-norcholesterol, merupakan
menjadi lebih dari 2.0 pada penyakit Cushing. Namun, marker dari ambilan kolesterol di adrenokortikal. Penderita
karena sekresi ACTH yang bersifat intermitten, maka akan dengan a d e n o m a adrenal akan menunjukkan bahwa
lebih bermanfaat sebelum dan pada saat interval (2.5 dan isotop akan diserap oleh adenoma tetapi tidak pada
15 menit) setelah injeksi intravena 100 pg CRH sintetis. adrenal kontralateral yang mengalami supres\. Scintigraphy
Dengan menggunakan pendekatan ini, rasio ACTH sinus adrenal bermanfaat pada penderita dengan d u g a a n
petrosus/perifer akan lebih dari 3.0 setelah pemberian adrenocortical macronodular hyperplasia (MAH). CT scan
CRH memberikan sesitivitas 9 7 % dengan spesivitas 100% bisa memberikan gambaran keliru dalam hal patologi
untuk diagnosis penyakit Cushing. IPSS secara teknis sulit yang unilateral, sedang pencitraan dengan isotop akan
dikerjakan dan berkaitan dengan komplikasi {reffered aural menemukan adanya patologi adrenal yang bilateral.
pain dan trombosis), serta harus dikerjakan oleh tangan
yang ahli di pusat rujukan tersier.
PENGOBATAN SINDROM CUSHING

PENCITRAAN Adrenal sebagai Penyebab

CT/MRl scanning pada hipofisis dan adrenal. Resolusi A d e n o m a unilateral harus dilakukan adrenalektomi.

t i n g g i , irisan tipis, contrast-enhanced CT atau MRI Angka kesembuhan mencapai 100%. Laparoscopic

merupakan revolusi dalam pemeriksaan sindrom Cushing. adrenalectomy merupakan pilihan untuk tumor adrenal

Namun penting disadari bahwa hasil pencitraan harus unilateral. Setelah operasi adrenal kontralateral akan

diintepretasi bersama sama dengan hasil pemeriksaan masih tersupresi dan m e m b u t u h k a n waktu berbulan

laboratorium. bulan bahkan tahun untuk kembali normal. Disarankan


memberikan terapi sulih hormon dengan dosis suboptimal
MRI hipofisis merupakan pilihan ketika pemeriksaan
deksametason 0,5 mg pagi hari, dengan pengukuran
laboratorium mengarah pada penyakit Cushing, dengan
berkala kadar kortisol pagi sebelum minum deksametason.
sensitivitas 7 0 % dan spesifitas 87%. Sekitar 9 0 % dari
Bila kadar kortisol dalam plasma pagi hari lebih dari 180
ACTH-secreting pituitary tumor adalah mikroadenoma
nmol/L (6.5p/dL), d e x a m e t h a s o n e dapat d i h e n t i k a n .
(diameter <10 mm).
Mungkin diperlukan j u g a tes toleransi insulin untuk
Gambaran klasik dari pituitary mikroadenoma adalah
mengetahui apakah respons terhadap stres sudah normal
lesi hypodense setelah pemberian kontras, yang berkaitan
ataukah belum. Penderita perlu diberikan kartu pengguna
dengan deviasi dari pituitary stalk, dan permukaan atas
steroid dan diberi edukasi untuk peningkatan dosis steroid
yang cembung dari kelenjar hipofisis.
bila penderita mengalami stress atau sakit lainnya".
Dengan tumor yang sekecil itu, tidak mengherankan
kalau sensitivitas dan spesivitas dari CTscan relatif rendah Karsinoma adrenal memberikan prognosis yang buruk,
(20-60%). dan kebanyakan penderita akan meninggal dalam 2 tahun
Untuk pencitraan adrenal, CT lebih m e m b e r i k a n setelah diagnosis. Pengangkatan tumor primer tetap
resolusi spatial, dan m e r u p a k a n pencitraan pilihan, dilakukan walaupun sudah mengalami metastasis dengan
n a m u n MRI bisa m e m b e r i k a n t a m b a h a n informasi tujuan untuk meningkatkan respons terhadap terapi
diagnostik pada penderita dengan carcinoma adrenal. dengan adrenolytic mitotane. Radioterapi pada tumor
Adrenal incidentaloma didapatkan pada sekitar 5% dari dan metastasis tidak memberikan manfaat.
individu normal, oleh karena itu pencitraan adrenal Terapi kombinasi meliputi antara lain etoposide,
tidak dikerjakan sebelum ada data laboratorium yang d o x o r u b i c i n e , dan cisplatin plus m i t o t a n e atau
m e n g a r a h pada a d r e n a l s e b a g a i p e n y e b a b primer streptozotocin plus mitotane." Targeted therapy antara
(misalnya pada pemeriksaan ACTH yang tidak terdeteksi). lain IGF1 inhibitors, sunitinib, dan sorafenib, mungkin
Carcinoma adrenal biasanya besar dan telah menunjukkan bermanfaat pada kasus dengan kegagalan mitotane."
penyebaran metastasis."
Pada penderita dengan sindrom ACTH ectopic yang Sindrom Cushing yang Pituitary-Dependent
tidakjelas asalnya darimana, pencitraan high definition CT/ Pengobatan penyakit Cushing meningkat dengan operasi
MRI pada toraks, abdomen dan pelvis dengan gambaran trans-sphenoidal. Sebelum operasi yang selektif terhadap
tiap 0.5 cm diperlukan untuk deteksi tumor karsinoid yag microadenomanya saja dikembangkan maka terapi pilihan
mensekresi AGTH yang berukuran kecil adalah adrenalektomi bilateral. Cara ini berkaitan dengan

Pemeriksaan Scintigraphy. Pada penderita tertentu mortalitas sampai dengan 4 % dan morbiditas yang cukup

scintigraphy bermanfaat yaitu pada keadaan patologi yang tinggi. Komplikasi yang sering terjadi adalah sindrom
Nelson (hiperpigmentasi postadrenalectomi yang disertai
dugaan primer adrenal. Yang sering dipakai adalah iodine
GANGGUAN KORTEKS ADRENAL 2505

dengan timbulnya tumor hipofisis) yang berkaitan dengan serta diabetes melitus dapat diperbaiki dengan terapi
hilangnya umpan balik negatif setelah adrenalektomi^^ medis. Pengobatan dari small-cell ca itu sendiri j u g a
Untuk menghindari hal ini, dilakukan radiasi hipofisis memperbaiki gejala Sindrom ACTH ektopik. Kadang, bila
setelah adrenalektomi. Setelah adrenalektomi penderita sumber dari sindrom ACTH ektopik tidak bisa ditemukan,
memerlukan terapi sulih hormon dengan hidrokortison diperlukan pembedahan adrenalektomi bilateral, dan
dan f l u d r o k o r t i s o n . Saat ini adrenalektomi bilateral monitoring penderita secara hati-hati pasca bedah,
sudah ditinggalkan untuk penyakit Cushing, walau masih kadang sampai bertahun-tahun sebelum tumor primernya
diperlukan bila pengobatan dengan operasi pituitary kemudian muncul."
mengalami kegagalan.
Karena penyakit C u s h i n g berbahaya kalau tidak
diobati, namun komplikasi operasi yang juga cukup tinggi TERAPI MEDIS SINDROM CUSHING
maka endokrinologist harus bekerja sama dengan ahli
bedah yang memang pakar untuk operasi ini. Pada senter Beberapa obat telah digunakan untuk terapi sindrom
yang baik angka kesembuhan bisa mencapai 80-90% pada Cushing. Metyrapone salah obat, yang menghambat 11
mikroadenoma, dan 50% pada makroadenoma. p- hidroksilase dan merupakan obat yang paling banyak
Pada saat operasi penderita harus mendapatkan terapi digunakan, bahkan digunakan untuk menurunkan kadar
kortikosteroid. Pada sentra yang tidak mempunyai fasilitas kortisol dalam plasma sebelum terapi definitif diberikan
monitoring kadar kortisol maka pemberian hidrokortison atau sambil menunggu sementara penderita mendapat
pasca operasi sangat dianjurkan. Hidrokortison ini akan radioterapi dan efek radioterapi belum muncul.
secara perlahan d i t u r u n k a n sampai mencapai dosis Dosis harian harus disesuaikan dengan hasil
maintenance dalam 3-7 hari. Pada hari ke 5 pasca operasi, pengukuran kadar kortisol bebas dalam plasma atau
kadar kortisol j a m 09.00 pagi harus diperiksa setelah urine. Target terapi adalah mencapai kadar kortisol plasma
pemberian dosis hidrokortison dihentikan sementara rerata sekitar 300 nmol/L (11 fjg/dL) pada siang hari atau
selama 24 j a m . Setelah pengangkatan mikroadenoma, kadar kortisol bebas yang normal dalam urin.
sel kortikotrofik akan mengalami supresi. Akibatnya, Obat biasanya diberikan dengan dosis berkisar antara
plasma kortisol pasca operasi kurang dari 30 nmol/L (< 250 mg dua kali sehari sampai dengan 1, gram tiap 6 j a m .
1(jg/dL), dan diperlukan terapi glukocortikoid pengganti Efek samping yang paling sering adalah mual-mual, yang
yang berkelanjutan. Bila diberikan protokol pemberian bisa dikurangi dengan memberikan obat bersama-sama
deksametason setelah pengangkatan adenoma adrenal. dengan susu".
Axis HPA biasanya akan mengalami perbaikan secara Aminoglutethimide adalah obat pilihan yang lebih
bertahap. Angka kekambuhan setelah pasien dinyatakan toksik. Dosis yang tinggi akan menghambat enzim-enzim
s e m b u h a d a l a h s e k i t a r 2%, dan pada anak a n g k a sebelum jalur steroidogenik sehingga mempengaruhi
kekambuhan lebih tinggi sekitar 40%." sekresi steroid lain selain kortisol. Dosis 1,5 gram sampai
Radioterapi tidak direkomendasikan sebagai terapi dengan 3 gram sehari, diawali dengan 25 mg tiap 8 j a m .
primer, namun bisa menjadi pertimbangn pada penderita Efek samping yang umum antara lain mual, letargi, dan
yang tidak respons terhadap bedah mikro hipofisis, seringkali disertai ruam pada kulif. Obat ini sering dipakai
penderita yang mengalami adrenalektomi bilateral, dan sebagai kombinasi dengan metyrapone.
penderita dengan Nelson's syndrome. Trilosane, suatu inhibitor 3P-HSD, tidak efektif untuk
Pengelolaan penyakit C u s h i n g yang m e n g a l a m i penyakit Cushing, karena hambatan pada steroidogenesis
kekambuhan membutuhkan pertimbangan pembedahan dapat dihilangkan dengan peningkatan ACTH. Namun
ulang, pembedahan radiologis dengan menggunakan obat ini bisa efektif pada penderita adenoma adrenal'*.
pisau gamma, dan terapi medis.^" Ketoconazole adalah suatu derivat imidazol yang
dipakai secara luas sebagai anti jamur, namun menyebabkan
gangguan test fungsi liver pada sekitar 15% penderita.
SINDROM ACTH ECTOPIC Ketoconazole menghambat steroidogenic cytochrome
P-450-dependent enzymes sehingga menurunkan kadar
Pengobatan sindrom ACTH ektopik tergantung kortisol. Untuk Sindrom Cushing diperlukan dosis 400-
p e n y e b a b n y a . Bila tumor bisa diidentifikasi sebagai 800 mg perhari".
penyebab dan belum menyebar, maka pengangkatan Setelah ditemukan adanya ekspresi PPAR-y reseptor
tumor bisa memberikan penyembuhan (misalnya pada pada jaringan yang mensekresi ACTH, maka obat baru
karsinoid bronkial, timoma). Prognosis dari small-cell untuk terapi penyakit Cushing memasuki modalitas terapi
carcinoma yang berkaitan dengan sindrom ACTH ektopik medis penyakit Cushing. Thiazolidinedione rosiglitaone,
adalah buruk. Kelebihan kortisol dan alkalosis hipokalemik dengan dosis sampai dengan 8 mg per hari dapat menekan
2506 ENDOKRINOLOGI

sekresi kortisol, dan obat ini menunjukkan manfaat pada akan melambat. Fraktur vertebra dan osteonecrosis terjadi
hampir 2 0 % kasus, namun masih diperlukan studi lebih irreversible dan menyebabkan deformitas yang permanen.
l a n j u f d a n rosiglitazone telah ditarik dari peredaran Obesitas sentral dan miopati merupakan kelainan yang
karena efek sampingnya terhadap gagal jantung serta reversibel. Gangguan reproduksi dan fungsi seksual akan
peningkatan kematian kardiovaskular kembali normal dalam 6 bulan, yang menandakan bahwa
Mitotane (o,p'-DDD) saitu obat adrenolitik y a n g fungsi hipofisis anterior tidak terganggu. Keseluruhan
diserap baik oleh jaringan adrenal yang normal maupun perbaikan akan memperbaiki kualitas hidup, namun skor
yan mengenai jaringan maligna. Menyebabkan atropi kualitas hidup tidak bisa kembali ke normal."*
dan necrosis jaringan adrenal. Hanya digunakan untuk
pengobatan carcinoma adrenal karena toksik. Dosis
bisa mencapai 5 g per hari untuk mengatasi Kelebihan HIPOADRENAL
glukokortikoid, namun bukti-bukti bahwa obat ini dapat
menyebabkan pengecilan tumor atau memperpanjang Hipoadrenal primer mengacu pada defisiensi
harapan hidup sangat k u r a n g . Obat ini j u g a dapat glukokortikoid yang terjadi pada penyakit adrenal.
menyebabkan defisiensi mineralokortkoid dan terapi
Hipoadrenal sekunder dikaitkan dengan defisiensi ACTH
pengganti dengan glukokortikoid dan mineral okortikoid
sebagai penyebab.
m u n g k i n dibutuhkan.'* Efek s a m p i n g s e r i n g terjadi
Pada hipoadrenal primer defisiensi mineralocorticoid
meliputi fatigue, ruam kulit, neurotoksik, dan gangguan
d i s e r t a i d e n g a n h i p o a d r e n a l primer, n a m u n pada
gastrointestinal. Analog somatostatin seperti oktreotide
hipoadrenal sekunder hanya AGTH yang mengalami
dan lantreotide pada umumnya tidak efektif pada penyakit
defisiensi, dan axis renin-angiotensin-aldosteron masih
Cushing. Namun hasil yang menjanjikan dilaporkan dengan
intak. Penyebab lain dari insufisiensi adrenal yang penting,
pemakaian pasireotide, yang mempunyai afinitas tinggi
dimana ada disosiasi dari sekresi glukokortikoid dan
terhadap reseptor somatostatin suntipe 1,2,3, dan 5.^^
mineralokortikoid adalah C A H .
Sekresi kortisol akan turun pada 7 5 % penderita
penyakit Cushing yang diterapi dengan pasireotide 600
|jg injeksi subkutan dua kali sehari selama 15 hari. Namun Hipoadrenal Primer
normalisasi dari kortisol bebas dalam urin hanya dicapai
oleh kurang dari 2 0 % penderita. Penyakit Addison
Thomas Addison adalah yang pertama menggambarkan
kondisi, yang saat itu belum diketahui disebabkan karena
PROGNOSIS SINDROM CUSHING hipoadrenal primer pada tahun 1855.
Penyakit Addison merupakan kondisi yang jarang
Sebelum ada terapi yang efektif, 50% dari penderita d i j u m p a i d e n g a n p e r k i r a a n i n s i d e n s pada N e g a r a
S i n d r o m C u s h i n g y a n g tidak m e n d a p a t obat a k a n berkembang sekitar 0.8 kasus per 100,000 dan prevalensi
meningal dalam 5 tahun, terutama akibat dari komplikasi sekitar 4 sampai 11 kasus per 100,000 populasi. Namun
vaskular. D e n g a n p e n a n g a n a n y a n g m o d e r n , risiko demikian, penyakit Addison berkaitan dengan morbiditas
kardiovaskular tetap ada selama beberapa tahun setelah dan mortalitas yang bermakna, tetapi begitu diagnosis
penderita memperlihatkan kesembuhan. ditegakkan maka penyakit Addison mudah untuk diterapi.
Secara paradoksal setelah koreksi dari hiperkortisolism, Penyebab dari penyakit Addison tercantum pada tabel 6
penderita sering merasa malah lebih berat keluhannya.
Deskuamasi kulit, arthropathi karena lepas steroid, letargi Adrenalitis Autoimun
yang lebih berat, perubahan mood, yang semuanya bisa Di western, adrenalitis autoimun meliputi 70% dari semua
berlansung beberapa minggu sampai beberapa bulan kasus hipoadrenal primer. G a m b a r a n patologis dari
sebelum gejalanya membaik. Keluhan ini dapat dikurangi kelenjar adrenal menunjukkan atropi dan hilangnya hampir
dengan meningkatkan dosis glukokortikoid. Penderita bisa semua sel-sel korteks, namun medula biasanya masih utuh.
menunjukkan defisiensi hormon pertumbuhan (GH), dan Auto-antobodi adrenal positip pada 7 5 % kasus. Separuh
pemberian terapi GH akan memberikan manfaat. dari penderita ini berkaitan dengan penyakit autoimun
Setelah pengobatan, gambaran sindrom Cushing akan (tabel 6) terutama tiroid.
menghilang setelah 2 bulan sampai 12 bulan. Hipetensi Diabetes Melitus tipe 1 hanya 1 % sampai 2% berkaitan
dan diabetes melitus akan membaik, namun mungkin tidak dengan autoantibodi adrenal, dan lebih banyak berkaitan
akan menghilang sama sekali. Osteopenia karena sindrom d e n g a n h i p o p a r a t i r o i d i s m a u t o i m u n ( 1 6 % ) . Kondisi
Cushing akan membaik dengan cepat dalam 2 tahun ini yang dikenal dengan autoimmune polyglandulas
pertama setelah terapi namun setelah itu perbaikan ini syndromes (APS) dibedakan menjadi 2 varian.
GANGGUAN KORTEKS ADRENAL 2507

APS tipe I yang disebut autoimmunepolyendocrinopathy- Tabel 6. EtIologI dari Insufisiensi Adrenokortikal
candidiasis-ectodermal dysplasia (APECED), merupakan Etiologi insufiensi a d r e n o k o r t i k a l ( s i n g k i r k a n
kondisi autosomal recessive yang jarang dijumpai, yang hiperplasia adrenal kongenital)
meliputi penyakit Addison, candidiasis mucocutaneous Penyebab primer : penyakit addison
kronis dan hipoparatiroid. Autoimun
A P S t i p e II l e b i h s e r i n g d i d a p a t k a n meliputi Sporadis
penyakit Addison, penyakit tiroid autoimun, DM, dan Sindrom poliendokrin autoimun tipe 1 (penyakit addison,
kandidiasis mukokutaneus kronik, hipoparatiroidism,
hipogonadism.
hipoplasia enamel dental, alopesia, kegagalan gonad
Pada APS tipe II, autoantibodi terhadap 21 - hidroksilase
primer)
pada umumnya positif dan mempunyai nilai prediktif Sindrom poliendokrin otoimun tipe 2 (sindrom schmidt)
terhadap destruksi adrenal." (penyakit addison, hipotiroid primer, hipogonad
primer, diabetes tergantung insulin, anemia pernisiosa,
Infeksi vitiligo)
Penyakit infeksi m e r u p a k a n p e n y e b a b y a n g s e r i n g Infeksi
dari insufisiensi adrenal primer. Termasuk antara lain Tuberkulosis
tuberculosis, jamur (histoplasmosis, cryptococcosis) dan Infeksi jamur
sitomegalovirus
cytomegalovirus. Adrenal sering mengalami kelainan pada
HIV
acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Gagal adrenal
Tumor metastasis
bisa terjadi pada AIDS."
Infiltrasi
A d r e n a l i t i s bisa terjadi s e t e l a h infeksi d e n g a n Amiloid
sitomegalovirus atau mikoobakterium atipik. Onsetnya Hemokromatosis
i n s i d i o u s , dan kalau d i l a k u k a n tes, lebih dari 1 0 % Perdarahan intra adrenal (sindrom waterhouse-friderichsen)
penderita AIDS menunjukkan respons yang subnormal setelah septikemia meningokokus)
dari kortisol terhadap test Sinakthen. Insufisiensi adrenal Adrenoleukodistrofi
bisa dipresipitasi oleh pengobatan anti-infeksi misalnya Hipoplasia adrenal kongenital
ketokonazol yang menghambat sintesa kortisol, atau Mutasi DAX1 (NROB 1)
Mutasi SFI
rifampisin yang meningkatkan metabolisme kortisol.
Sindrom resistensi ACTH
Mutasi gen MC2R
Acquired Primary Adrenal Insufficiency Mutasi gen MRAP
Selain tuberkulosis dan gagal adrenal autoimun, penyebab Mutasi gen AAAS (aladin) (sindrom tripel A)
lain penyakit Addison jarang dijumpai. Nekrosis adrenal Penyebab sekunder
akibat perdarahan intraadrenal harus dipertimbangkan Terapi glukokortikoid eksogen
pada pasien dengan sakit berat, terutama dengan penyakit Hipopituitarism
dasar infeksi, trauma atau koagulopati". Perdarahan intra Pengangkatan selektif Adenoma pituitari yang mensekresi
adrenal bisa dijumpai pada penderita sepsis, terutama ACTH
pada anak dimana penyebab infeksinya pseudomonas Tumor pituitari dan pembedahan pituitari, kraniofaringioma
aeruginosa. Bila disebabkan karena meningokukus, maka Apopleksi pituitari
Penyakit granulomatous (tuberkulosis, sarkoid, granuloma
gejalanya disebut sebagai Waterhouse-Friederichsen
eosinofilik)
syndrome
Deposit tumor sekunder (dada, bronkus)
Infeksi pituitari postpartum (sindrom sheehan)
Inherited Primary Adrenal Insufficiency Irradiasi pituitari (efek biasanya terlambat selama beberapa
Adrenal hypoplasia congenita (AHG) merupakan kelainan tahun)
kongenital yang X-linked. Meliputi insufisiensi adrenal Defisiensi ACTH terisolir
kongenital dengan sentral hipogonadotropik hipogonadism idiopatik
primer. Kondisi ini disebabkan karena mutasi gen DAX1 Hipofisitis limfotoksik
(NR0B1), suatu famili reseptor nukleus yang diekspresikan Mutasi gen TPIT
Mutasi gen PCSKI
di korteks adrenal, gonad dan hipotalamus. Manifestasi
Mutasi gen POMC
klinis bisa bervariasi. Pada kasus yang berat sering manifes
Defisiensi hormon pituitari multipel
dengan defisiensi mineralokortikoid, yang kemudian secara
Mutasi gen HESXI
gradual muncul defisiensi glukokortikoid. Hipogonadism Mutasi gen LHX4
yang disertai dengan abnormalities testikel, dan kadar Mutasi gen S0X3
gonadotropin yang rendah. Manifestasi bisa j u g a dalam Mutasi gen PROP I
bentuk gagal adrenal yang late onset.
2508 ENDOKRINOLOGI

Mutasi pada faktor transkripsi yang lain, steroidogenik mutasi pada POMC menyebabkan obesitas berat, dan
factor-1 (SF-1) juga menyebabkan insufisiensi adrenal pigmentasi rambut menjadi merah.
akibat gangguan pertumbuhan dari korteks adrenal. H i p o a d r e n a l s e k u n d e r j u g a bisa dijumpai pada
Regulasi transkriptional dari enzim P450 steroidogenik penderita penyakit Cushing setelah pembedahan dari
tergantung pada S F I . AHC bisa berkaitan dengan defisiensi adenoma hipofisis yang mensekresi ACTH. Fungsi dari
gliserol kinase dan distrofi otot yang disebabkan oleh sel kortikotropik hipofisis yang normal akan tersupresi
karena delesi gen, termasuk gen DAX1. dan akan berlangsung selama berbulan-bulan setelah
pembedahan.
H i p o a d r e n a l S e k u n d e r (Defisiensi A C T H )
H i p o a d r e n a l p a d a K o n d i s i Sakit Kritis
Insufisiensi adrenal sekunder didapat (acquired Hipoadrenal bisa merupakan komplikasi dari kondisi
secondary adrenal insufficiency) sakit kritis, bahkan pada penderita yang sebelumnya
Sering dijumpai sebagai problem klinis, dan sering terjadi m e n u n j u k k a n aksis HPA y a n g n o r m a l . K e a d a a n ini
bila terapi glukokortikoid dari luar tiba-tiba dihentikan. disebut sebagai fungsional adrenal insufisiensi untuk
Terapi glukokortikoid akan menekan axis HPA, dengan menggambarkan bahwa hipoadrenal adalah transient,
akibat atropi adrenal, yang bisa berlangsung sampai dan bukan disebabkan karena lesi struktural. Functional
berbulan-bulan setelah glukokortikoid dihentikan. Atropi Adrenal Isufficiency sulit didefinisikan secara biokimia dan
adrenal dan defisiensi yang diakibatkan harus diantisipasi etiologinya juga tidak jelas
bila penderita minum steroid dengan dosis ekivalen yang Ketidakmampuan untuk menjaga respons kortisol
melebihi 30 mg hidrokortison perhari (7.5mg/hari untuk yang adekuat untuk mengatasi stress atau sepsis sering
prednisolone atau >0.75 mg/hari untuk deksametason) membawa penderita ke ICU dengan peningkatan risiko
selama lebih dari 3 m i n g g u . Selain b e s a r n y a dosis kematian selama kondisi akut. Keadaan seperti ini telah
glukokortikoid, waktu pemberian juga menentukan berat memacu untuk menetapkan batasan Functional Adrenal
tidaknya supresi adrenal. Isufficiency secara kuantitatif dan memberikan pengobatan
Bila prednisolon diberikan 5 mg pada malam hari dan dengan kortikosteroid supplemental. Walaupun diagnosis
2.5 mg pada pagi hari, akan terjadi supresi aksis HPA yang masih sering diperdebatkan, namun bila dicurigai ada
lebih besar dibanding dengan dengan pemberian 2.5 mg respons kortisol yang suboptimal, maka rekomendasi
pada malam hari dan 5 mg pada pagi hari, karena dosis pada saat ini adalah 1) pengobatan dengan hidrokortison
malam hari yang besar akan menghambat peningkatan 200 mg/hari dalam 4 dosis terbagi, atau dengan cara
ACTH pada pagi hari. perinfus 10 mg/jam untuk penderita dengan syok septik
Hipoadrenalisme sekunder bisa j u g a terjadi pada dan 2) pengobatan dengan metil prednisolone dengan
kegagalan dalam memberikan terapi sulih glukokortikoid dosis 1 mg/kg BB perhari untuk penderita dengan acute
yang adekuat pada keadaan stres berat pasien yang telah respiratory distress syndrome yang terjadi dini dan berat.
mendapat terapi glukortikoid jangka panjang. Glukokortikoid harus di tapering o/j^ sebelum dihentikan.
Pengobatan dari insufisiensi adrenal akibat kondisi kritis
Insufisiensi Adrenal Sekunder yang Diturunkan dengan deksametason tidak direkomendasikan".
Inherited secondary adrenal insufficiency menggambarkan
produksi yang tidak adekuat dari ACTH oleh kelenjar G a m b a r a n Klinis d a r i I n s u f i s i e n s i A d r e n a l
hipofisis anterior. Pada beberapa kasus hormon hipofisis Penderita dengan gagal adrenal primer, biasanya akan
yang lain juga mengalami defisiensi, sehingga penderita menunjukkan defisiensi baik glukokortikoid maupun
bisa menunjukkan gejala hipopituitarism yang komplit mineralokortikoid. Pada insufisiensi adrenal sekunder
maupun sebagian. Gambaran klinis dari hipopituitarism didapatkan sistem RAA masih normal. Perbedaan ini akan
ini membuat diagnosis menjadi relatif lebih m u d a h memberikan perbedaan balans dari garan dam cairan, dan
daripada bila didapatkan defisiensi ACTH yang isolated. memberikan gejala klinis yang berbeda.
Isolated ACTH deficiency jarang dijumpai dan diagnosis Gejala paling utama yang bisa membedakan antara
sulit ditegakkan. Bisa didapatkan pada pasien hipofisitis hipoadrenal primer dengan sekunder adalah pigmentasi
limfositik. kulit, yang selalu ada pada kasus insufisiensi adrenal
Mutasi pada TBX19, yang meregulasi ekspresi dari primer, dan tidak dijumpai pada insufisiensi sekunder.
POMC telah dilaporkan pada beberapa kasus dengan Pigmentasi dapat dilihat dikulit yang terpapar sinar
isolated ACTH deficiency yang terjadi pada neonatus. matahari, bekas luka baru, aksila, puting payudara, lipatan
Beberapa pasien menunjukan adanya mutasi pada kulit telapak tangan, daerah-daerah yang terkena tekanan,
gen POMC yang mengganggu sintesis dari ACTH, dan dan membrane mukosa (buccal, vaginal, vulval, anal).
menyebabkan defisiensi ACTH. Selain insufisiensi adrenal. Penyebab dari pigmentasi masih sering diperdebatkan.
GANGGUAN KORTEKS ADRENAL 2509

diperkirakan merupakan gambaran dari peningkatan dan gatal. Gangguan psikiatrik bisa terjadi pada kasus
stimulasi dari MC1R oleh ACTH. Pada penyakit addison kronis yang berlangsung lama, yang meliputi gangguan
otoimun mungkin dijumpai vitiligo. G a m b a r a n klinis memori, depresi dan psikosis. Pengukuran quality of life
berkaitan dengan onset dan derajat beratnya defisiensi menunjukkan gengguan baik pada adrenal insufisiensi
adrenal. Pada beberapa kasus onsetnya tidak jelas dan primer maupun sekunder. Kelelahan seringkali menonjol,
hanya terdiagnosis ketika penderita mengalami krisis akut dan penderita m u n g k i n d i d i a g n o s i s chronic fatique
yang menyertai penyakit lain." syndrome atau anorexia nervosa.
Pada insufisiensi adrenal akibat hipopituitarism, gejala
Krisis A d r e n a l yang berkaitan dengan defisiensi hormon selain AGTH,
Insufisiensi adrenal akut, yang disebut juga krisis adrenal, antara lain LH/FSH (infertil, oligomenorea, amenorea,
atau krisis Addison, merupakan kondisi medis gawat libido yang rendah) dan TSH (peningkatan berat badan
darurat dengan manifestasi hipotensi dan gagal sirkulasi dan tidak tahan hawa dingin).
akut (Tabel 7). Hipoglikemia pada saat puasa terjadi akibat hilangnya
efek glukoneogenik dari kortisol, namun jarang dijumpai
Tabel 7. Gambaran Klinis dan Laboratoris Krisis pada penderita dewasa kecuali bila penderita pecandu
a l k o h o l a t a u a d a d e f i s i e n s i growth hormon (GH).
Adrenah
Hipoglikemia menjadi gejala yang sering dijumpai pada
Gambaran klinis dan laboratorik krisis adrenal
insufisiensi adrenal ada masa anak-anak.
Dehidrasi, hipotensi, atau syok karena beratnya penyakit
saat ini
Pemeriksaan Labratorium
Mual dan muntah dengan riwayat kehilangan berat badan
Pada fase awal dari destruksi adrenal mungkin tidak
dan anoreksia
dijumpai kelainan pada parameter laboratorium rutin,
Nyeri abdomen, yang disebut akut abdomen
Hipoglikemia yang tak dapat dijelaskan
Tabel 8. Gambaran Klinis dari Insufisiensi Adrenal
Demam yang tak dapat dijelaskan
Primer"
Hiponatremia, hiperkalemia, azotemia, hiperkalsemia,
Gambaran klinis insufisiensi adrenal primer
eosinofilia
Frekuensi
Hiperpigmentasi atau vitiligo Gambaran
(%)
Defisiensi endokrin autoimun lainnya, seperti hipotiroid
atau kegagalam gonad Gejala
Lemah, lelah, tak bertenaga 100
anoreksia 100
Anoreksia mungkin bisa muncul awal-awal penyakit, Gejala gastrointestinal 92
yang berlanjut menjadi mual, muntah, diare, dan mual 86
kadang nyeri abdomen. Bisa didapatkan d e m a m dan muntah 75
hipoglikemia. Konstipasi 33
Penderita yang mengalami perdarahan adrenal akut Nyeri abdomen 31
akan menunjukkan hipotensi, nyeri daerah a b d o m e n diare 16
atau nyeri dada bagian bawah, anoreksia dan muntah. Senang garam/makanan asin 16
Kondisi ini sulit didiagnosis, namun adanya bukti-bukti Kepusingan postural 12
yang mengarah pada perdarahan tersembunyi (Hb yang Nyeri otot atau sendi 13
turun dengan cepat), hiperkalemia yang progresif, dan tanda
shock merupakan peringatan bagi dokter untuk mengarah Hilang berat badan/berat badan turun 100
hiperpigmentasi 94
pada diagnosis.
Hipotensi (< 110 mmHg sistolik) 88-94
Bisa j u g a penderita menunjukkan gambaran klinis
Vitiligo 10-20
yang samar-samar dari insufisiensi adrenal yang kronis,
Kalsifikasi aurikular 5
antara lain kelemahan, kelelahan, berat badan turun,
Laboratorium
mual, muntah yang intermiten, nyeri abdomen, diare atau Gangguan elektrolit 92
konstipasi, malaise, kramp otot, atralgia, dan hipotensi hiponatremia 88
postural (tabel 8). Kecenderungan konsumsi garam, dan hiperkalemia 64
demam ringan juga bisa didapatkan. hiperkalsemia 6
Sekresi androgen adrenal terhenti, dan gambaran Azotemia 55
k l i n i s n y a lebih j e l a s p a d a w a n i t a , y a n g mengeluh anemia 40
rontoknya bulu aksila dan pubes, kulit menjadi kering eosinofilia 17
2510 ENDOKRINOLOGI

n a m u n fungsi adrenal sudah mulai menurun antara wajib untuk memeriksa AGTH stimulation test untuk
lain produksi steroid basal mungkin masih normal atau menyingkirkan adanya insufisiensi adrenal, terutama
subnormal setelah stress. Stimulasi adrenal dengan ACTH sebelum terapi steroid dimulai.
akan memberikan abnormalitas.dimana terjadi sedikit Penurunan berat badan bermanfaat untuk evaluasi
peningkatan subnormal atau tidak meningkat sama sekali. a p a k a h k e l e m a h a n dan m a l a i s e b e r k a i t a n d e n g a n
Pada kondisi penyakit yang lebih berat, kadar natrium, insufisiensi adrenal. Pigmentasi mungkin merupakan
khiorida, dan bicarbonat menurun dan kalium serum gambaran yang sering menyesatkan namun bila diketahui
meningkat sebelumnya maka pigmentasi yang baru saja terjadi dan
Hiponatremia disebabkan karena hilangnya natrium meningkat dengan progresif biasanya dikeluhkan oleh
lewat urin akibat defisiensi a l d o s t e r o n , dan akibat pasien dengan destruksi adrenal yang bertahap.
pergerakan natrium ke cairan intraselular. Hilangnya Hiperpigmentasi biasanya tidak terjadi bila destruksi
sodium diekstravaskular menybabkan turunnya volume adrenal terjadi dengan cepat, seperti pada bilateral
cairan ekstra selular (ECFV) dan akan m e n y e b a b k a n adrenal hemorrhage. Bila hiperpigmentasi disertai dengan
hipotensi. Peningkatan kadar vasopressin dan angiotensin penyakit lain maka akan makin menyulitkan diagnosis,
II d a l a m p l a s m a ikut b e r p e r a n d a l a m timbulnya n a m u n bentuk dan distribusi dari pigmentasi pada
h i p o n a t r e m i a d e n g a n t e r g a n g g u n y a klirens dari air insufisiensi adrenal biasanya khas.'^ Bila ada keraguan,
{free water clearance). Hiperkalemia timbul akibat dari maka pengukuran kadar ACTH dan pengujian untuk
defisiensi aldosteron dan gangguan filtrasi glomerulus fungsi cadangan adrenal dengan infus ACTH memberikan
serta asidosis. Kadar basal dari kortisol dan aldosteron gambaran yang jelas.
pada umumnya subnormal dan gagal meningkat dengan
pemberian ACTH. P e n g o b a t a n Insufisiensi A d r e n a P
Hiperkalsemia ringan sampai sedang terjadi pada 10- S e m u a penderita d e n g a n insufisiensi adrenal harus
20% penderita dengan penyebab yang belum jelas. ECG mendapatkan terapi hormon pengganti yang spesifik.
bisa menunjukkan gambaran yang tidak spesifik, dan EEC Penderita membutuhkan edukasi tentang penyakitnya.
menunjukkan penurunan dan perlambatan gelombang Terapi sulih hormon harus memperbaiki baik defisiensi
yang menyeluruh. Pemeriksaan hematologis didapatkan glukokortikoid maupun mineralokortikoid. Hidrokortison
anemia normositik, limfositosis relatif, dan eosinofilia (kortisol) merupakan pilihan utama dengan dosis sekitar
20-30 mg/hari.
Diagnosis Penderita dianjurkan untuk minum obatnya bersama-
Diagnosis dari insufisiensi adrenal harus ditegakkan sama makan, atau boleh juga bersama sama dengan susu
d e n g a n ACTH stimulation test, untuk m e n e n t u k a n atau antasida, karena obat bisa meningkatkan keasaman
kapasitas adrenal dalam memproduksi steroid. lambung dan menyebabkan efek toksik langsung pada
Untuk skrining, pemeriksaan kortisol 60 menit setelah mukosa gaster.
pemberian cosyntropin 250 pg IM atau IV. Kadar kortisol Untuk merangsang ritme diurnal yang fisiologis, dua
harus melebihi 495 nmol/L (18 pg/dL). Bila Responsnya pertiga dosis diberikan pada pagi hari, dan sisa dosis
abnormal, maka adrenal insufisensi primer atau sekunder diberikan pada sore hari.
dapat d i b e d a k a n d e n g a n m e n g u k u r aldosteron dari Beberapa penderita mengalami insomnia, mudah
sampel darah yang sama. Pada insufisiensi sekunder (tidak tersinggung, dan gangguan mental lainnya setelah awal
pada primer), maka peningkatan aldosteron adalah normal terapi; bila ini terjadi maka dosis harus diturunkan. Kondisi
[> 150 pmol/L (5 ng/dL)] lain yang mengharuskan kita menurunkan dosis antara
Selain itu pada insufisiensi adrenal primer kadar lain hipertensi dan diabetes melitus. Penderita obes
ACTH dan peptida yang terkait (P-LPT) meningkat karena dan penderita yang mendapatkan terapi antikonvulsan
h a m b a t a n balik pada kortisol-hipotalamus-hipofisis mungkin membutuhkan dosis yang lebih besar.
meghilang. Sedang pada adrenal insufisiensi sekunder Pengukuran AGTH plasma atau kortisol, atau kortisol
kadar ACTH rendah atau subnormal.(Gambar 9) urine tidak bermanfaat untuk menentukan dosis optimal dari
glukokortikoid. Karena hidrokortison tidak bisa memenuhi
Diagnosis Banding insufisiensi mineralokortikoid, maka biasanya diperlukan
Diagnosis banding perlu dipikirkan karena keluhan lemah juga suplementasi mineralokortikoid. Kebutuhan ini bisa
dan mudah capai adalah keluhan yang umum dijumpai. dipenuhi dengan pemberian fludrokortison 0.05-0.1 mg
Diagnosis dini insufisiensi adrenal sulit ditegakkan, damun per hari. pasien juga harus diingatkan untuk mengkonsumsi
kombinasi dari gangguan gastrointestinal yang ringan, garam (2-3 gram per hari).Kecukupan pengobatan dengan
berat badan yang turun, anoreksia, dan peningkatan mineralokortikoid dapat dtentukan dengan pengukuran
pigmentasi, bila dijumpai kumpulan gejala ini maka. tekanan darah dan kadar elektrolis serum. Tekanan darah
GANGGUAN KORTEKS ADRENAL 2511

Gambaran klinis Insufisiensi adrenal


(berat badan turun, hipotensi postural,hiperpigmentasi, hiponatremia)

Skrining/konfirmasi diagnosis
Kortisol plasma 30-60 menit setelah 250 pg kosintropin IM atau IV
(kortisol pasca kosintropin < 500 nmol/L)
Hematologi lengkap, natrium, kalium, kreatinin, urea dan TSH serum

Diagnosis diferensial
ACTH plasma, renin pic sma, aldosteron serum

Insufisiensi adrenal primer Insufisiensi adrenal sekunder


(ACTH tinggi, PRA tinggi, (ACTH rendah-normal, PRA normal,
aldosteron rendah) aldosteron normal)

Penggantian Penggantian glukokortikoid


glukokortikoid + mineralokortikoid

Autoantibodi adrenal MRIp tuitari

Positif Negatif Positif Negatif

X-ray dada, ' Riwayat pemberian


17 OHP serum, Lesi massa pituitari- glukokortikoid eksogen?
Adrenalitis autoimun,
Pada pria : hipotalamus ' Riwayat cedera kepala?
Sindrom poliglandular
asam lemak rantai ' Pertimbangkan defisiensi
otoimun
sangat panjang plasma, ACTH yang terisolasi.
CT adrenal.

Positif : Negatif

• Diagnosis cenderung
• Infeksi adrenal (tuberkulosis), adrenalitis autoimun
• Infiltrasi (misal limfoma), • Pada pria pertimbangkan
• Perdarahan, adrenoleukodistrofi
• Hiperplasia adrenal Insufisiensi adrenal sekunder
kongenital (17 OHP meningkat) (ACTH rendah-normal,
PRA normal, aldosteron normal)

Gambar 10. Evaluasi penderita dugaan insufisiensi adrenal'^

harus normal tanpa adanya perubahan tensi postural; Komplikasi dari glukokortikoid, kecuali gastritis,
kadar natrium, kalium, kreatinin dan urea nitrogen juga sangat j a r a n g terjadi pada p e n g o b a t a n insufisiensi
harus normal. Pengukuran kadar renin dalam plasma juga adrenal. Komplikasi pengobatan mineralokortikoid
bermanfaat dalam titrasi dosis. meliputi hipokalemia, hipotensi, pembengkakan jantung,
Pada penderita wanita, androgen juga akan rendah. bahkan gagal jantung kongestif akibat retensi natrium.
Beberapa praktisi menganggap pemberian 25-50 mg Pengukuran berat badan, kadar kalium dan tekanan darah
DHEA peroral perhari dapat memperbaiki kualitas hidup secara periodik bermanfaat untuk monitoring. Semua
dan densitas tulang. penderita insufisiensi adrenal harus membawa identitas
2512 ENDOKRINOLOGI

medis, dan harus diinstruksikan untuk bisa mendapatkan mg pada j a m 18.00. Yang segera diturunkan menjadi 20 mg
pemberian steroid secara parenteral secara mandiri, serta pada saat bangun pagi dan 10 mg pada j a m 18.00."
harus terdaftar sebagai pasien yang sewaktu-waktu perlu
mendapatkan tindakan darurat medis Beberapa kendala terapi
Pada keadaan sakit, terutama demam, dosis hidrokortison
P e n a n g a n a n Krisis A d r e n a l harus dinaikkan dua kali lipat.
Pengobatan ditujukan ada pengantian glukokortikoid Pada keadaan sakit berat dosis harus ditingkatkan
dalam sirkulasi serta penggantian defisit sodium dan air. menjadi 75-150 mg/hari. Bila pemberian peroral tidak
Infus dengan glukosa 5% dalam normal saline harus memungkinkan maka diberikan secara parenteral.
segera diberikan yang kemudian segera diikuti dengan Demikian juga pada keadaan sebelum operasi, atau
pemberian hidrokortison 100 mg iv bolus yang diikuti cabut gigi, maka tambahan dosis glukokortikoid harus
dengan drip infus hidrokrotison 10 mg per jam.'^ diberikan. Bila pasien berolah raga cukup berat yang
Alternatif lain adalah dengan memberikan 100 mg disertai dengan berkeringat yang cukup banyak, atau
bolus iv setiap 6 jam, namun hanya dengan cara pemberian dalam kondisi cuaca yang panas yang menyebabkan
drip infus yang kontinyu yang bisa mempertahankan berkeringat banyak, atau dalam keadaan diare, pasien
secara konstan kadar kortisol plasma pada keadaan stress diingatkan untuk meningkatkan dosis fludrokortison dan
yaitu > 830 nmol/L atau > 30 pg/dL menambah garam dalam diitnya.
Pengobatan terhadap hipotensi memerlukan Cara yang mudah adalah dengan mengkonsumsi
glukokortikoid dan koreksi dari defisit natrium dan cairan. kaldu daging sapi atau daging ayam 250 cc per hari yang
Bila krisis diawali dengan nausea yang lama, muntah mengandung 35 mmol natrium. Untuk penderita insufisiensi
muntah dan dehidrasi, infus salin dalam jumlah yang adrenal yang akan menjalani operasi besar maka ada
cukup besar mungkin diperlukan pada j a m j a m pertama. protokol pemberian kortisol sesuai dengan tabel 9.
Vasokonstriktor seperti dopamin mungkin diperlukan Protokol p e m b e r i a n pada hari p e m b e d a h a n ini
pada keadaan yang ekstrim. Dengan dosis steroid yang ditujukan untuk meniru produksi kortisol pada orang
besar 100-200 mg hidrokortison, maka penderita akan n o r m a l y a n g s e d a n g m e n g a l a m i stres b e r a t y a n g
mendapatkan efek mineralokortikoid yang maksimal, berkepanjangan yaitu sekitar 10 mg/jam, atau 250-300
dan suplemetasi mineralokortikoid tidak diperlukan l a g i l mg perhari.
Perbaikan klinis terutama tekanan darah akan segera Setelah itu bila pasien membaik dan tidak panas dosis
terlihat pada 4-6 j a m pertama. hidrokortison diturunkan 2 0 - 3 5 % perhari. Pemberian
Setelah 24 jam pertama dosis hidrokortison diturunkan mineralokortikoid tidak diperlukan bila kita memberikan
menjadi 50 mg intramuskular tiap 6 j a m , kemudian hidrokortison dengan dosis > 10Omg per hari karena ada efek
berikutnya diberikan peroral 40 mg pada pagi hari dan 20 mineralokortikoid dari hidrokortison pada dosis besar^

Tabel 9. Protokol Pemberian Kortisol Penderita Insufisiensi Adrenal yang Mengalami Pemberdahan^
Pemberian Infus Hidrokortison Hidrokortison Oral Fluodrokortison
Kontinyu, mg/jam Oral
8 pagi 4 sore
Terapi harian rutin 20 10 0,1
Hari sebelum operasi 20 10 0,1
Hari setelah operasi 10
Hari ke-1 5-7,5
Hari ke-2 2,5-5
Hari ke-3 2,5-5 or 40 20 0,1
Hari ke-4 2,5-5 or 40 20 0,1
Hari ke-5 40 20 0,1
Hari ke-6 20 20 0,1
Hari ke-7 20 10 0,1
*semua dosis steroid diberikan dalam miligram. Alternatif lain adalah pemberian hidrokortison 100 mg sebagai injeksi
bolus IV tiap 8 jam di hari operasi/pembedahan.
GANGGUAN KORTEKS ADRENAL 2513

REFERENSI

1. Carroll TB, Aron DC, Findling JW, Tyrrell JB. Glucocorticoid


and Adrenal Androgens. In Gardner D G and Shoback D (Eds).
Greenspan's Basic and Clinical Endocrinology. 9"' Edition.
McGraw-Hill Companies, Inc 2011.285-327
2. W i l l i a m s G , D l u h y R G . Disorders of A d r e n a l Cortex.
In.Jameson JL, (Ed). Harisson's Endocrinology. 2"'' Edition.
McGraw-Hill Companies, Inc 2010. 99-32
3. Patricia E . Molina. Adrenal Gland. In Raff H , Levitzky M
(Eds). Medical Physiology. Edition. McGraw-Hill Companies,
Inc 2011. 655-669
4. Stewart PM, Krone NP. The Adrenal Cortex. In Melmed S,
Polonsky KS, Larsen PR, Kronenberg H M (Eds). William's
Textbook of Endocrinology. 12"^ Edition. Elsevier Inc
Philadelphia 2011.479-544
5. Meikle AW, Weed JA, Tyler FH. Kinetics and interconversion
of p r e d n i s o l o n e a n d p r e d n i s o n e s t u d i e d w i t h n e w
radioimmunoassays. / C l i n E n d o c r i n o l M e t a b . 1975;41:717-
721.
6. Luton JP, Thieblot P, Valcke JC, et al. Reversible gonadotropin
deficiency in male C u s h i n g ' s disease. / C l i n E n d o c r i n o l
Metab.l977A5:m-495.
7. Lindsay JR, Nansel T, Baid S, et al. Long-term impaired quality
of life in Cushing's syndrome despite initial improvement
after surgical remission. / Clin E n d o c r i n o l M e t a b . 2006;91:447-
453.
8. Ferguson JK, Donald R A , Weston TS, et al. Skin thickness
in patients with acromegaly and Cushing's syndrome and
Response to treatment. Clin E n d o c r i n o l (Oxf). 1983;18:347-35
9. Colao A, Pivonello R, Spiezia S, et al. Persistence of increased
cardiovascular risk in patients with Cushing's disease
after five years of successful cure. / Clin E n d o c r i n o l M e t a b .
1999;84:2664-2672.
10. Wei L , MacDonald T M , Walker BR. Taking glucocorticoids
by prescriptionis associated with subsequent cardiovascular
disease. A n n I n t e r n M e d . 2004;141:764-770.
11. Quinkler M , Stewart PM. Hypertension and the kortisol-
cortisone shuttle. / Clin E n d o c r i n o l M e t a b . 2003;88:2384-2392
12. A v g e r i n o s P C , Y a n o v s k i J A , O l d f i e l d E H , et a l . T h e
metyrapone and dexamethasone suppression tests for the
differential diagnosis of the adrenocorticotropin-dependent
Cushing syndrome: a comparison. A n n I n t e r n M e d .
1994;121:318-327
13. Assie G , Bahurel H , Coste J, et al. Corticotroph tumor
progression after adrenalectomy in Cushing's disease: a
reappraisal of Nelson's syndrome. / Clin E n d o c r i n o l M e t a b .
2007;92:172-179.
14. Biller BM, Grossman AB, Stewart PM, et al. Treatment of
adrenocorticotropin-dependent Cushing's syndrome: a
consensus statement. / Clin E n d o c r i n o l M e t a b . 2008;93:2454-
2462
15. Boscaro M, Ludlam W H , Atkinson B, et al. Treatment of
pituitar)' dependent Cushing's disease with the multireceptor
l i g a n d somatostatin analog pasireotide (SOM230): a
multicenter, phase II trial. / Clin Endocrinol Metab. 2009;94:115-
122.
16. Arit W. Disorders of Adrenal Cortex. In. Longo Dl, Kasper DL,
Jameson JL, Fauci AS, HauserSL, Loscalzo J (Eds). Harrison>s
Principles of Internal Medicine 18"' Edition.. McGraw-Hill
Companies, Inc 2012; 2940-2961.
327
GANGGUAN PERTUMBUHAN
Syafril Syahbuddin

PENDAHULUAN PERAWAKAN PENDEK OLEH PENYEBAB


ENDOKRIN
Pertumbuhan seseorang menggambarkan kualitas
kesehatan fisik, mental dan lingkungan psikososialnya. Defisiensi G H
Dua macam pengukuran yang penting dalam menilai Secara etiopatogenetis, defisiensi GH dapat terjadi akibat
pertumbuhan adalah Tinggi Badan (TB) dan Berat Badan gangguan terhadap poros hipotalamus-pituitari - G H -
(BB). Data dari pemeriksaan serial TB dan BB tergambar IGF-1. Defisiensi GH idiopatik terjadi akibat defisiensi
pada grafik Tumbuh Kembang {Growth Chart) yang GH Releasing Hormone (GHRH). Pada tumor pituitari dan
memungkinkan penilaian kecepatan pertumbuhan (growth agenesis pituitari tidak terdapat produksi GH. Defek/mutasi
velocity = GV). Disamping itu, untuk menilai pertumbuhan atau tidak adanya gen-gen tertentu dapat menyebabkan
tulang diperiksa umur tulang {bone age = BA) secara defisiensi GH.
radiologik dan untuk perkembangan mental diperiksa
Defisiensi GH k o n g e n i t a l . Pasienbiasanya p e n d e k ,
umur mental {mental age = MA). Secara keseluruhan,
g e m u k , muka dan suara imatur, p e m a t a n g a n tulang
secara periodik di bandingkan umur tinggi {height age =
terlambat, lipolisis berkurang, terdapat peningkatan
HA) dengan BA, MA dan umur kronologis {chronological
kolesterol total/ LDL dan hipoglikemiaa. Apabila disertai
age - GA).
defisiensi ACTH, gejala hipoglikemiaa lebih menonjol,
P e r t u m b u h a n d i p e n g a r u h i oleh f a k t o r intrinsik apabila disertai defisiensi TSH akan terdapat gejala-gejala
(genetik) dan ekstrinsik ( n u t r i s i , o k s i g e n , h o r m o n - hipotiroidisme. Biasanya IQ normal, kecuali apabila telah
hormon, faktor-faktor p e r t u m b u h a n , psikososial dan sering mengalami serangan hipoglikemiaa berat.
berbagai penyakit kronik). Gangguan pertumbuhan dapat
menyebabkan perawakan pendek {short stature) ataupun Defisiensi GH didapat. Biasanya keadaan ini bermula pada
perawakan jangkung {tall stature). penghujung masa kanak-kanak atau pada masa pubertas,
Dalam praktek sehari-hari, pada umumnya pasien- tersering akibat tumor-tumor pada hipotalamus-pituitari,
pasien gangguan pertumbuhan datang dengan keluhan sehingga sering disertai defisiensi hormon-hormon tropik
perawakan pendek. Hal ini antara lain disebabkan oleh lainnya (gonadotropin, TSH, dll) bahkan dapat disertai
karena masyarakat lebih memberikan aspresiasi kepada defisiensi h o r m o n pituitari posterior. T u m o r - t u m o r

perawakan j a n g k u n g , sebaliknya lebih kawatir akan tersebut antara lain adalah kraniofaringioma, germinoma,
glioma, histiositoma. Iradiasi kronis terhadap hipotalamo-
perawakan pendek. Oleh karena itu pada tulisan ini
hipofisis juga dapat menyebabkan defisiensi GH.
dikemukakan sekitar masalah perawakan pendek.
Lain-lain. Termasuk kelompok ini adalah sindrom Laron
dan suku Pygmi (Afrika). Pada sindrom Laron, sudah
PERAWAKAN PENDEK terlihat perawakan sejak dari lahir oleh karena tidak
adanya Respons terhadap GH. Keadaan ini merupakan
Dikatakan perawakan pendek apabila TB lebih dari 2 SD defek reseptor/post reseptor GH yang diturunkan secara
di bawah TB rerata orang-orang yang sama usia dan jenis autosom resesif Akibatnya, terjadi peningkatan GH serum,
kelaminnya. Perawakan pendek dapat terjadi oleh sebab- sebaliknya IGF-1 hampir tidak ada. Pada Pygmi, GH serum
sebab endokrin ataupun sebab-sebab non endokrin. normal, IGF-1 menurun dan IGF-II normal.

2514
GANGGUAN PERTUMBUHAN 2515

Diagnosis defisiensi GH ditegakkan berdasarkan Sindrom Cushing


gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium. Prinsip Peningkatan kadar glukokortikoid darah akan menyebabkan
pemeriksaan diagnostik secara laboratorium adalah gangguan pertumbuhan. Penyebabnya dapat oleh penyakit
k u r a n g n y a R e s p o n s s e k r e s i GH t e r h a d a p s t i m u l u s Cushing (adenoma hipofisis yang mengeluarkan banyak
provokatif (latihan jasmani, insulin, dll) serta rendahnya AGTH), adenoma adrenal otonom, karsinoma adrenal
kadar IGF-I dan I G F B P - 3 . Pemeriksaan yang banyak dan terapi dengan hormon glukokortikoid (eksogen).
dilakukan adalah pemeriksaan kadar GH pada keadaan Glukokortikoid yang berlebihan dapat menekan sekresi
hipoglikemiaa setelah pemberian insulin. G H , menekan pembentukan tulang, menekan retensi
Pengobatan perawakan pendek oleh karena defisiensi nitrogen dan menekan pembentukan kolagen.
GH pada umumnya dengan suntikan GH rekombinan satu Diagnosis sindroma Cushing ditegakkan dengan
kali dalam seminggu atau preparat depot satu kali dalam 2 pemeriksaan supresi kortisol darah oleh deksametason
- 4 minggu. Biasanya terlihat hasil pertambahan TB paling dan pemeriksaan kortisol bebas {free Cortisol) dalam
besar dalam tahun pertama setelah suntikan. Makin dini u r i n . P e m e r i k s a a n MRI pituitari dapat menemukan
terapi diberikan akan makin besar kemungkinan tercapai kelainan a n a t o m i k s e t e m p a t . Pengobatan ditujukan
tinggi akhir yang normal. Untuk menilai keberhasilan terhadap penyebabnya termasuk menghentikan terapi
p e n g o b a t a n perlu d i l a k u k a n m o n i t o r i n g t e r h a d a p kortikosteroid dan operasi.
kecepatan pertumbuhan, umur tulang, IGF-I, IGFBP-3
dan fosfatase alkali. Pengobatan psikologis diperlukan Pseudohipoparatirodisme
pada pasien-pasien dengan masalah-masalah emosi dan Keadaan perawakan pendek ini disebabkan oleh kelainan
personality genetik dimana terdapat peningkatan hormon paratiroid
(PTH) dan fosfat, penurunan kalsium darah, disertai tidak
Perawakan Pendek Psikososial adanya Respons terhadap PTH eksogen. Pengobatan
Dalam hal ini defisiensi GH adalah bersifat fungsional adalah dengan pemberian vitamin D/kalsitriol dosis tinggi
yang berhubungan dengan kelainan psikiatris anak, akibat disamping kalsium dan obat pengikat fosfat.
kerusakan interaksi secara kronis dengan keluarga/orang
tuanya. Secara klinis terlihat pertumbuhan yang kurang, G a n g g u a n IMetabolisme V i t a m i n D
perut buncit dan imatur. Keadaan ini dapat disembuhkan Rakhitis yang disebabkan defisiensi vitamin D menyebabkan
(reversibel) dengan mengeluarkan pasien dari lingkungan gangguan pertumbuhan dan perawakan pendek.
keluarganya dan terapi keluarga, sehingga tidak dianjurkan Penyebabnya berupa defisiensi vitamin D (kurangnya
pengobatan dengan GH. asupan vitamin D, malabsorpsi lemak, kurang terpapar
sinar matahari, antikonvulsan, penyakit hati/ginjal) dan
Hipotiroidisme dapat berupa rakhitis yang tergantung pada vitamin D
Defisiensi hormon tiroid yang mulai sebelum atau saat secara herediter
lahir mengakibatkan keterlambatan perkembangan yang G a m b a r a n klinis d a p a t b e r u p a sabershin (kaki
berat. Apabila terjadinya setelah lahir, mengakibatkan pedang), rachitic rossary (tasbih rakhitis), hipokalsemia,
terlambatnya kecepatan pertumbuhan dan perkembangan hipofosfatemia dan peninggian fosfatase alkali. Pada
tulang. x-foto tulang terlihat gambaran khas.
Hipotiroidisme yang didapat setelah lahir menyebabkan Pengobatan yang efektif dengan vitamin D dan fosfat
kegagalan pertumbuhan yang ditandai oleh kurangnya dapat memperbaiki pertumbuhan.
kecepatan pertumbuhan, perawakan pendek, kurangnya
BA, rasio atas/bawah {uper/lower ratio) lebih besar, apatis,
gerakan lambat, konstipasi, bradikardi, wajah dan rambut PERAWAKAN PENDEKOLEH SEBAB-SEBAB NON-
kasar, suara serak dan t e r l a m b a t n y a p e r k e m b a n g a n ENDOKRIN
pubertas. Termasuk dalam kelompok ini adalah sebagai berikut:
Diagnosis hipotiroidisme kongenital, dipastikan dari
hasil pemeriksaan TSH dalam darah dari tumit/umbilikus Perawakan Pendek Konstitusional
yang lebih besar dari 25 mU/l. Untuk anak yang lebih besar Keadaan pertumbuhan dan adolesen yang terlambat
diagnosis ditegakkan dari rendahnya FT4 dan tingginya secara konstusional ini hanya merupakan variasi dari
TSH serum. pertumbuhan normal. Dalam hal ini terjadi perlambatan
Pengobatan untuk bayi adalah dengan levo-tiroksin mulainya pubertas, umur tulang BA tertinggal dari umur
10- 15 u g / k g B B / h a r i , untuk anak y a n g lebih besar kronologis. Namun tinggi akhir tidak berkurang oleh
2-3 ug/kgBB/hari sampai tercapai kadar T S H serum karena waktu berhentinya pertumbuhan tulang j u g a
normal. tertunda. Biasanya terdapat anggota keluarga dengan
2516 ENDOKRINOLOGI

pola p e r t u m b u h a n y a n g s e r u p a . Pada p e m e r i k s a a n PENDEKATAN DIAGNOSTIK PERAWAKAN


lengkap tidak ditemukan penyebab lainnya. Oleh karena PENDEK
itu tidak diperlukan pengobatan khusus. Yang penting
adalah menjelaskan dan meyakinkan kepada pasien Pada umumnya dari pemeriksaan dan gejala klinis yang
dan keluarganya bahwa keadaan ini adalah normal dan didapat sudah dapat ditetapkan apakah p e r a w a k a n
prognosisnya baik. pendek tersebut patologis dan memerlukan pemeriksaan
yang cukup lengkap dan mahal untuk kemudian diberikan
Perawakan Pendek Genetik pengobatan sedini mungkin terhadap penyebabnya.
K e a d a a n ini b e r s i f a t f a m i l i a l t a n p a keterlambatan Dengan demikian, ternyata banyak kasus yang tidak
pertumbuhan dan dan BA. TB setelah dewasa tergantung memerlukan pemeriksaan-pemeriksaan yang mahal dan
pada rerata TB kedua orang tuanya. melelahkan.
Dari anamnesis dicari informasi mengenai keadaan
Retardasi P e r t u m b u h a n intrauterin intrauterin, keterpaparan terhadap toksin, berat badan
Sekitar 30% bayi lahir dengan prematuritas dan retardasi lehir rendah, trauma lahir, perkembangan fisik dan mental,
pertumbuhan intrauterin, tidak dapat mengejar ketinggalan gejala-gejala penyakit sistemik, diet, TB orang t u a /
pertumbuhannya setelah 1-2 tahun lahir, akhirnya tidak keluarga, umur pubertas, faktor psikososial keluarga dan
mencapai tinggi dewasa yang normal. Penyebabnya, hubungan anak -orang tua.
banyak sekali, antaralain genetik (kecebolan Russel-Silver), Data yang perlu didapat dari pemeriksaan jasmani
toksoplasma gondi, virus rubela, sitomegalo virus, herpes, adalah TB, BB, ukuran baju/sepatu, perbandingan TB dan
HIV, kokain, alkohol, fenetoin. kecepatan pertumbuhan dengan teman sebaya/sekelas,
Oleh karena pemberian GH memberikan peningkatan penyesuaian dengan tinggi rata-rata orang tua. Status
kecepatan pertumbuhan, obat ini di rekomendasikan untuk gizi, span (perbandingan rentang lengan dengan tinggi
pengobatan retardasi pertumbuhan intrauterin. badan), lingkaran kepala, ratio U/L, gejala-gejala/sindrom
penyakit dan gejala-gejala neurologik.
Sindrom-sindrom Perawakan Pendek Dari pemeriksaan laboratorium dicari kelainan darah
Termasuk dalam kelompok ini adalah sindrom Turner, dan urine rutin dan kimia darah (anemia, peningkatan
sindrom Noonan (Pseudo Turner), sindrom Prader-Willi, laju endapan darah, gangguan faal hati/ginjal, intoleransi
sindrom Lawrence-Moon, Sindrom Biedl-Bardet, gangguan glukosa, asidosis, kelainan kalsium, karoten serum, penyakit
kromosom autosom dan displasia skeletal. jaringan ikat, malabsorpsi, T4 dan TSH, IGF-I dan IGFBP-3,
Sindrom Turner yang merupakan disgenesis gonad gonadotropin, PRL, hormon sex-steroid, kortisol, antibodi
pada wanita, secara kariotip adalah 4 5 , X . Perawakan tiroid, test provokatif untuk GH, pemeriksaan kariotip, CT-
pendek selalu ditemukan, disamping mikrognatia, lipatan Scon/MRI untuk hipotalamus/hipofisis, pemeriksaan x-ray
e p i k a n t u s , telinga letak rendah, mulut ikan, ptosis, untuk BA, nutrisi dan fungsi psikologis.
leher pendek webbed neck, dada perisai dan Iain-Iain.
Pengobatan dengan GH cukup memberikan hasil.
Salah satu bentuk tersering dari displasia skeletal REFERENSI
adalah akondroplasia. Kelainan ini diturunkan secara
Attanasio A F , Howell S, Bates P C et al. Body composition, IGF-I
d o m i n a n a u t o s o m . Pasien biasanya s a n g a t p e n d e k
and IGFBP-3 concentrations as outcome measures in severely
oleh karena ekstremitas pendek, kepala relatif besar, G H deficient (GHD) patients after childhood G H treatment: a
dahi m e n o n j o l , h i d u n g pesek, l a i n - l a i n n y a n o r m a l , comparison with adult onset G H D patients. J Clin Endocrinol
termasuk intraligensia. Pengobatan pembedahan tulang Metab 2002; 87 : 3368-3372.
Chiesa A, de Pependick L G , Keselman A et al. Final height in
dapat menambah TB, sedangkan pemberian GH tidak
long-term primary hypothyroidism in children. J Pediatr
dianjurkan. Endocrinol Metab 1998; 11: 51.
G H Research Society. Consensus Guidelines for the diagnosis and
treatment of growth hormone (GH) deficiency in childhood
Penyakit-penyakit Kronis
and adolescence : summary statement of the G H Research
Perawakan pendek dapat disebabkan oleh penyakit celiac, Society. J Clin Endocrinol Metab. 2000; 85: 3990.
enteritis regionalis, penyakit Grohn, cystic fibrosis, kanker, Grimberg A , Kutikov JK, Cucchiara AJ. Sex differences in patients
referred for evaluation of poor growth J Pediatr 2005;146 :
talasemia, artritis rematoid, gagal ginjal kronis, renal
212.
tubular acidosis dan Iain-Iain. Pada umumnya gangguan Hall D. Growth monitoring. Arch Dis Child 2000;82; 10 - 15.
pertumbuhan terjadi akibat malnutrisi yang diakibatkan Lai H C , Fitasimmons SC, Allen DB et al. Risk of persistence growth
penyakit-penyakit kronis tersebut. impairment after alternate day prednisone treatment in
children with cystic fibrosis. N Engl J Med. 2000; 342 : 851.
Pengobatan yang berhasil terhadap penyakit dasarnya, Leschek E W , Rose SR, Yanowsky JA et al. Effect of growth
dapat memperbaiki ketinggalan dalam TB. hormone treatment on adult height in peripubertal children
GANGGUAN PERTUMBUHAN 2517

with idiopathic short stature. A randomized, double blind,


placebo-controlled trial. J Clin Endocrinol Metab 2004; 89 :
3140 - 3148.
Melmed S, Jameson JL. Disorder of the anterior pituitary and
hypothalamus. In Kasper D L et al eds. Harrison's Principles
of Internal Medicine, 16"' ed. New York, Singapore: Mc Graw-
Hill; 2005.p. 208890-,
Reiter E O , Rosenfeld R G . Normal and aberrant growth. In Wilson
JD et al. eds, Williams Textbook of Endocrinology, 10 th ed,
Saunders, 2002.
Saenger P. Groth-promoting strategies in Turner's syndrome. J
Clin Endocrinol Metab, 1999; 84 : 4345.
Saggese G , Federico G , Barsanti S, Fiore L . The effect of
administering gonadotropin releasing hormone agonist with
recombinant - human growth hormone (GH) on the final
height of girls with isolated G H deficiency: result from a
controlled study. J Clin Endocrinol Metab 2001; 86; 1900.
Styne D. Growth. In Greenspan FS, Gardner D C , eds. Basic &
Clinical Endocrinology, 7"' ed. New york, Singapore: Mc
Graw Hill; 2004.p.l76214-.
Van Wijk JJ, Smith EP. Insulin-like growth factors and skeletal
growth: Possibilities for therapeutic intervention. J Clin
Endocrinol Metab 1999; 84 : 4349.
Wit JM, Rekers-Mombarg L T M , Cutler G B Jr et al. G r o w t h
Hormone (GH) treatment to final height in children with
idiopathic short stature: evidence for a dose effect. J Pediatr
2005; 146 : 45 - 53.
328
NEOPLASMA ENDOKRIN MULTIPEL
Ketut Suastika

PENDAHULUAN 100.000 penduduk untuk MEN1 dan 2,0 sampai 10 per


100.000 penduduk untuk MEN2. Sedangkan insidennya
Neoplasia endokrin multiple [multiple endocrine neoplasia diperkirakan sekitar 2 sampai 20 per 100.000 penduduk
(MEN)] merupakan sindrom herediter dari neoplasia untuk MEN1 dan 1 sampai 10 per 100.000 penduduk
endokrin jinak dan ganas, yang ditemukan pada dua atau untuk MEN2. Awalnya, kasus ini sering ditemukan pada
lebih jaringan hormonal yang berbeda. Pada era modern penduduk keturunan Eropa Utara, dengan berjalannya
ini, ada beberapa orang yang berjasa terkait penyakit ini. waktu kemudian kasus ini j u g a dilaporkan dari Eropa
lA^ermer adalah orang yang pertama kali mengusulkan istilah Selatan dan Timur, Asia, dan yang lebih jarang dari Afrika
adenomatosis endokrin multipel, yang menjelaskan suatu dan Amerika Selatan."
sindrom tumor yang melibatkan kelenjar hipofisis, sel pulau
pankreas, dan kelenjar paratiroid. Sipple menjelaskan suatu
sindrom karsinoma tiroid dan feokromositoma. Schimke KLASIFIKASI
mencatat suatu subkelompok dari sindrom Sipple dengan
manifestasi neurofibromatosis dan kelainan genetik lainnya. Ada dua tipe sindrom MEN utama, yaitu: MEN1 dan
Sindrom Zollinger-Ellison, yang awalnya dikira sesuatu yang MEN2.
terpisah, kini dianggap merupakan varian dari MEN.' 1. MEN1 terdiri dari dua atau lebih tumor yang berasal
Ada dua tipe sindrom MEN utama, yaitu: MEN1 dan dari hipofisis, enteropankreatik, dan paratiroid. MEN1
MEN2. Ditemukan persamaan ciri dari MEN1 dan MEN2. merupakan sindrom tumor yang paling heterogen,
Pertama, tumor terutama berasal dari sel yang mampu menyebabkan tumor diantara 25 jaringan endokrin
menyekresi satu atau lebih hormon peptida atau amina utama (tabel 1).^"
kecil. Kedua, tumor pada MEN1 dan MEN2 sering jinak 2. MEN2 merupakan kombinasi karsinoma tiroid
dengan gejala klinis utama disebabkan oleh hipersekresi meduler (KTM), feokromositoma, dan tumor para-
hormon. Ketiga, transformasi ganas dari tipe sel tertentu tiroid. Terdapat tiga varian dari MEN2, yaitu: MEN2A,
juga merupakan komponendari masing-masing sindrom. penderita m e m p u n y a i fenotipe n o r m a l ; MEN2B,
Keempat, seperti halnya banyak tumor herediter, beberapa penderita mempunyai fenotipe berbeda {vide infra)
tumor pada MEN1 dan MEN2 terjadi relatif lebih dini dengan ganglioneuroma oral, marfanoid habitus,
dan beberapa dengan multiplisitas; multiplisitas yang saraf kornea prominen, dan u m u m n y a tidak ada
dimaksud disini adalah fokus multipel di dalam suatu penyakit paratiroid; dan KTM familial (KTMF) yaitu
jaringan dan sebagai tumor dalam jaringan multipel. kelainan familial dimana penderita hanya mempunyai
Terakhir, kedua sindrom ini mempunyai pola penurunan KTM.Ketiga variasi MEN2 berbeda dalam hal insiden,
autosomal dominan.^^ genetik, awitan (onsef)usia, kaitan dengan penyakit
lain, agresivitas KTM dan prognosis (tabel 1)."^
MEN2A. Ditandai oleh KTM dan kombinasi dengan
EPIDEMIOLOGI feokromositoma dan tumor multiple kelenjar
paratiroid. Tipe ini merupakan bentuk yang paling
Sindrom MEN merupakan penyakit yang j a r a n g . sering ditemukan dari seluruh sindrom MEN (55%
Prevalensinya diperkirakan sekitar 0,2 sampai 2,0 per dari seluruh kasus). Umumnya, KTM merupakan

2518
NEOPLASMA ENDOKRIN MULTIPEL 2519

Tabel 1. Organ yang Terlibat dan Perkiraan Persentase MEN2B. Merupakan bentuk paling agresif dari

Tumor pada MEN MEN2, dengan frekuensi 5-10% dari seluruh kasus.
Sindrom ini terdiri dari KTM, feokromositoma,
Perkiraan
Organ yang terlibat ganglioneuromatosis, dan habitus marfanoid.
penetrasi tumor
Penderita dengan MEN2B secara khas mempunyai
MEN1
90% awitan penyakit pada tahun pertama kehidupan
Paratiroid
Enteropankreatik 30%-75% dan bentuk KTM yang lebih agresif dengan
Berfungsi {functioning) angka morbiditas dan mortalitas lebih tinggi
Gastrin^ 40%-50% dibandingkan penderita dengan MEN2A. Mereka
Insulin^ 10%-29%
umumnya tidak mempunyai riwayat keluarga
Glukagon"" 1%
Tidak berfungsi {nonfunctioning) oleh karena penyakit ini merupakan mutasi baru
Polipeptida pankreatik 17%-20% {de novo)}
Glukagon 2%-8% KTMF. Merupakan varian yang paling ringan dari
Polipeptida intestinal vasoaktif 2% MEN2. Beberapa tahun belakangan ini makin sering
Somatostatin 2%
didiagnosis (35-40% dari seluruh kasus). KTM
Lain-lain: kalsitonin, serotonin,
kromatogranin, neurotensin, pada KTMF lebih jinak dibandingkan pada MEN2A
hormon pertumbuhan dan MEN2B, dan dia mempunyai awitan lambat
Foregut carcinoid (nonfunctional) 16% atau tidak manifestasi secara klinis. Prognosis
Timik^ 2% KTMF adalah relatif baik. Riwayat keluarga sering
Bronkial' 2%-8%
Gastric enterochromoffin-Uke' tidak memadai untuk mendiagnosis; biasanya
7%-10%
Pituitari anterior 18%-47% memerlukan pemeriksaan genetik dan biokimia.
Prolaktin 20%-30%, 60% Kedua jenis kelamin mempunyai kesempatan
Hormon pertumbuhan dan prolactin 5% yang sama untuk mendapatkan penyakit ini.^
Hormon pertumbuhan 5%
Adrenokortikotropik • 2%
Tirotropin 1%
Nonfungsional 5%-10% ETIOLOGI
Tiroid 12%
Korteks adrenal 16%-40% Kedua sindrom MEN merupakan penyakit yang diturunkan
Tumor Nonendokrin
secara autosomal dominan. MEN1 berasal dari mutasi
Lipoma 30%
Angiofibroma fasial 88% gen pada kromosom 11q13. Gen ini menyandi 613 asam
Kolagenoma 72% amino protein intranuklear yang disebut "menin", suatu
Leiomioma 10% supresor tumor Sekitar 80% penderita MEN1 mempunyai
MEN2A satu atau lebih dari 320 mutasi kodon germline yang
Karsinoma tiroid meduler' 100% menyebabkan tidak aktifnya atau hilangnya supresi tumor
Feokromositoma^ 19%-50% Jika terjadi hilangnya allele supresor kedua, tumor akan
Paratiroid 15%-30%
mulai berkembang secara konsisten dengan model mutasi
Amiloidosis lichen kutaneus Jarang
Penyakit Hirschsprung Jarang Knudson and Strong "two-hit". Tidak ditemukan hubungan
antara genotipe-fenotipe pada MENI.^"^
MEN2B
Karsinoma tiroid meduler* 100% Pada MEN2, paling tidak ada mutasi kodon, missense
Feokromositoma^ 25% 12 germline dari p r o t o - o n k o g e n rearranged during
Paratiroid Jarang transfection (RET) pada kromosom 10q11.2. Lebih dari
Fenotipe ganglioneuroma 100%
9 5 % kasus MEN2 ditemukan mempunyai mutasi di atas.
KTMF Aktivasi gen yang menyandi reseptor kinase tirosin ini akan
7%
Karsinoma tiroid meduler* menyebabkan pertumbuhan dan diferensiasi sel, dan awal
^Tumor dengan potensi keganasan. Sizemore GW. Evidence-Based terjadinya tumor. Pertama, terjadinya mutasi germinal akan
Endocrinology (Camacho PM et al. Eds). 200?
meningkatkan kerentanan menuju tranformasi keganasan;
kedua, terjadi mutasi somatik yang mengubah sel mutan
menjadi sel tumor Pada MEN2 ditemukan hubungan yang
manifestasi pertama dari MEN2A dan terjadi kuat antara genotipe-fenotipe."*"
antara umur 5-25 tahun. Ada beberapa varian Secara singkat dapat dikatakan bahwa MEN1
MEN2A yang jarang, misalnya MEN2A dengan disebabkan oleh hilangnya fungsi atau inaktivasi gen
amiloidosis lichen kutaneus dan KTMF (atau supresor tumor, sedangkan MEN2 disebabkan oleh karena
MEN2A) dengan penyakit Hirschsprung.^ bertambahnya fungsi atau aktivasi dari proto-onkogen.
2520 ENDOKRINOLOGI

Tabel 2. Genetik MEN1 dan MEN2


MEN1 MEN2

Insiden 2-20 per 100.000 1-10 per 100.000


Penurunan Autosomal dominan Autosomal dominan
Gen Gen MEN1 Gen RET
Lokasi Kromosom 11 (11q13) Kromosom 10 (10q11.2)
Fungsi Gen supresor tumor Proto-onkogen
Tipe mutasi pada tumor Inaktivasi Aktivasi
Produk gen Menin, suatu protein nuklear RET, suatu protein terkait
kinase tirosin transmembran

El-Kholy LR. The Washington Manual. Endocrinology Subspecialty Consult (Henderson KE etI al. Eds.), 2005.

Tidak ditemukan t u m p a n g tindih keberadaan antara Tumor Enteropankreatik


MEN1 dan MEN2. Namun demikian, ada laporan pada Tumor enteropankreatik merupakan tumor tersering kedua
satu keluarga dimana ditemukan kedua sindrom tersebut yang ditemukan, dengan perkiraan prevalensinya sekitar
secara bersamaan dan mutasi gen MEN1 dan MEN2, yang 4 0 - 7 5 % dari individu yang mempunyai M E N 1 . Mereka
keduanya diturunkan dari masing-masing sisi keluarga. bisa fungsional atau nonfungsional. Gejala kelebihan
Perbandingan kelainan genetik dari MEN1 dan MEN2 hormon biasanya terjadi pada usia 40 tahun, walaupun
dapat dilihat pada tabel 1 ? demikian pada penderita tumor asimtomatik dengan
pemeriksaan biokimia dan radiologi dapat dideteksi
lebih dini. Umumnya multisentrik dan ditemukan pada
G A M B A R A N KLINIS submukosa antrum gaster, pankreas, dan d u o d e n u m .
Sebagian besar menyekresi satu hormon dengan sindrom
MEN1 klinik khas, namun kadang-kadang menyekresi banyak
G a m b a r a n klinis MEN1 sangat bervariasi, namun h o r m o n . Kromogranin A dan polipeptida pankreatik
demikiangambaran yang paling sering ditemukan adalah merupakan hormon lain yang disekresikan oleh tumor ini
tumor paratiroid, enteropankreatik, dan hipofisis. Sindrom dan menghasilkan kadaryang mencukupi untuk digunakan
ini umumnya muncul setelah dekade petama, dengan sebagai petanda untuk tumor enteropankreatik.^"^
sebagian besar keluhan tejadi pada dekade ketiga (pada a. Gastrinoma
perempuan) dan keempat (pada laki-laki). Disamping Gastrinoma merupakan tumor enteropankreatik yang
itu, pada MEN1 j u g a dapat ditemukan tumor-tumor paling sering ditemukan, sekitar 4 0 % dari penderita
yang bukan menghasilkan hormon, seperti angiofibroma M E N 1 . Terdiagonsisnya gastrinoma hendaknya
fasial (85%), kolagenoma trunkal (70%), lipoma (30%), menjadi tanda kecurigaan adanya M E N 1 , karena
meningioma (5%), esophagus Barrett (5%), leiomioma 25-30% dari seluruh gastrinoma merupakan M E N 1 .
uterus pada peremuan (30%) dan esophagus (5%), dan Tumor ini menyebabkan hipergastrinemia dengan
ependinoma (1%).^"*^ peningkatan pengeluaran asam lambung (sindrom
Zollinger-Ellison). Tumor ini biasanya multisentrik
T u m o r Paratiroid dan mempunyai potensi menjadi ganas. Sebesar
Hiperparatiroidisme merupakan kelainan endokrin 50% gastrinoma pada MEN1 telah menyebar atau
yang paling sering ditemukan pada penderita dengan metastasis sebelum diagnosis ditegakkan, walaupun
MEN1. Penyakit ini terjadi hampir 100% pada penderita tumor metastatik pada MEN1 biasanya kurang agresif
dengan umur 50 tahun. Manifestasi pertama umumnya dibandingkan dengan tumor gastrinoma sporadik.
mulai terjadi pada umur sekitar 20-25 tahun. Walaupun T e m p a t n y a s e r i n g di d u o d e n u m dan mungkin
u m u m n y a a s i m t o m a t i k , gejala hiperparatiroidisme terkait dengan tumor pankreas. Penderita mungkin
mungkin ditemukan termasuk osteopenia pada sekitar menunjukkan penyakit ulkus pektik, dimana biasanya
4 0 % kasus. Karenanya, densitas mineral tulanghendaknya terkendali baik dengan obat penghambat pompa
diperiksa untuk mendiagnosis dan menindak-lanjuti proton.^
penderita. Oleh karena hiperparatiroidisme disebabkan
oleh hiperplasia seluruh 4 kelenjar, maka pengobatan b. Insulinoma
dengan paratiroidektomi dengan cara mengangkat 3,5 T u m o r ini m e r u p a k a n t u m o r enteropankreatik
kelenjar paratiroid, atau mengangkat seluruhnya kemudian kedua yang paling sering ditemukan, dimana terjadi
dilakukan reimplantasi satu kelenjar.^" sekitar 10% dari penderita M E N 1 . Sebagian besar
NEOPLASMA ENDOKRIN MULTIPEL 2521

t u m o r i n s u l i n o m a t i m b u l secara s p o n t a n sebab stromanya dan insiden metastasis ke kelenjar limfe yang


kurang dari 5% penderita insulinoma mempunyai tinggi, terutama bagian sentral leher.^'''^
sindrom M E N 1 . Penderita menunjukkan gejala
hipoglikemia. Tumor ini biasanya terlalu kecil untuk Feolcromositoma
bisa terdeteksi dengan computed tomography (CT) Insiden feokrositoma adalah sekitar 50% pada baik MEN2A
scan atau magnetic resonance imaging (MRI), namun maupun MEN2B. Bisa unilateral atau bilateral, dengan
demikian ultrasonogram intraoperatif biasanya dapat puncak presentasi pada dekade keempat sampai kelima,
mengidentifikasi tumor di dalam pankreas. namun bisa terlihat pada masa kanak-kanak. Jarang
bersifat ganas. Jika tidak diketahui, dapat memberikan
Tumor Hipofisis gejala krisis hipertensi selama pembedahan pada anak-
A d e n o m a hipofisis anterior sering d i t e m u k a n pada anak dengan KTM.^^'^
penderita MEN1, dengan prevalensi bervariasi antara 18%
(temuan klinis) dan 94% (hasil autopsi) dan menunjukkan Penyakit Paratiroid
keluhan pada 4 % kasus. Spektrum patologisnya bervariasi Penyakit paratiroid secara klinis atau anatomis ditemukan
dari hiperplasia, adenoma sampai kanker (jarang). Dua- pada 2 9 % s a m p a i 6 4 % p e n d e r i t a M E N 2 A . Penyakit
pertiga adalah mikroadenoma, biasanya fungsional dan ini jarang ditemukan pada MEN2B. Bentuknya adalah
umumnya menyekresi prolaktin. Yang lebih jarang, tumor ini hyperplasia paratiroid pada 8 4 % kasus dan adenoma
dapat menyekresi hormon lain: ACTH yang menyebabkan paratiroid pada 16% kasus.^"*^
penyakit Gushing atau h o r m o n p e r t u m b u h a n y a n g
menyebabkan akromegali. Diagnosis dan pengelolaannya
sama dengan adenoma hipofisis sporadik.^"*'^ SKRINING

Tumor Lainnya IVIEN1


a. Lesi kortikal adrenal Pencatatan riwayat keluarga secara komprehensif dan
Ditemukan pada 20-40% kasus, bisa fungsional atau pemeriksaan analisis DNA untuk mutasi MEN1 hendaknya
nonfungsional. Hiperkortisolisme bisa sekunder akibat dikerjakan untuk penderita yang mempunyai lebih dari
adenoma hipofisis, adenoma adrenal, atau sekresi dua tumor atau mempunyai risiko penurunan M E N 1 . Jika
ACTH ektopik dari karsinoid. Hiperaldosteronemia dari seseorang terindentifikasi berisiko tinggi untuk MEN1
adenoma adrenal juga bisa ditemukan.^"'^ (uji gen positif atau adanya riwayat keluarga), skrining
b. Tumor karsinoid biokimia secara periodik harus dikerjakan. Usulan skrining
Ditemukan pada 15% kasus. Semua tumor karsinoid untuk mereka adalah sebagai berikuf'^:
pada MEN1 berasal dari embryonic foregut. Karsinoid Kalsium serum setiap tahun, dimulai pada saat usia
timus terlihat terutama pada laki-laki, dapat 8 tahun.
asimtomatik sampai stadium lanjut, dan cenderung Gastrin, luaran asam l a m b u n g , dan sekretin-ter-
menjadi lebih agresif dibandingkan tumor sporadik. stimulasi gastrin: setiap tahun, dimulai pada saat
Karsinoid bronkial ditemukan terutama pada usia 20 tahun.
p e r e m p u a n . Karsinoid sel seperti-enterokromafin Glukosa puasa disertai atau tanpa insulin setiap tahun,
gastrik terutama ditemukan sebagai tumor insidental dimulai pada saat usia 5 tahun.
pada saat endoskopi lambung untuk gastrinoma pada Prolaktin dan insulin growth factor-1 (IGF-1) setiap
MENI.i"'^ tahun, dimulai pada saat usia 5 tahun
Pemeriksaan radiologis dapat dikerjakan bila di-
perlukan, setiap 3 tahun dengan CT scan abdomen
MEN2 untuk mendeteksi karsinoid dan/atau tumor
enteropankreatik.
Karsinoma Tiroid Meduler
KTM merupakan manifestasi MEN2 yang paling sering MEN2
dan merupakan penyebab morbiditas utama. Terjadi pada Pemeriksaan mutasi RET pada mereka dengan risiko
sekitar 90-100% kasus dan didahului oleh hiperplasia MEN2 m e r u p a k a n baku emas untuk sindrom ini. Ini
sel parafolikuler atau sel C. U m u m n y a multisentrik, s e b a g a i p e n g g a n t i , tapi b u k a n m e n g h i l a n g k a n , uji
berupa nodul tiroid dengan/tanpa sekresi kalsitonin. stimulasi kalsitonin untuk menemukan kasus. Jika
Kecenderungan lebih agresif pada MEN2B, dengan gejala salah satu individu menunjukkan uji mutasi RET positif,
yang timbul pada usia muda, umumnya sebelum 5 tahun. maka semua anggota keluarga diberikan konsultasi dan
Tumor ini merupakan tumor solid dengan amiloid pada diperiksa. Jika individu m e n u n j u k k a n uji mutasi RET
2522 ENDOKRINOLOGI

negatif, dia tidak mempunyai risiko untuk mendapatkan dianjurkan untuk semua penderita. Terapi awal insulinoma
sindrom M E N 2 , maka tidak diperlukan p e m e r i k s a a n yang dianjurkan adalah pankreatektomi distal dengan
lanjutan/^ mengambil sekitar 85% dari kelenjar Setelah pembedahan,
jika terjadi hipoglikemia menetap dapat diterapi dengan
DIAGNOSIS DAN TERAPI diazoksida; dan jika ditemukan metastasis dapat diberikan
streptozosin, dakarbazin, atau analog somatostatin.^"^
MEN1
MEN2
Penyakit Paratiroid
Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan tingginya Karsinoma Tiroid Meduler
kadar kalsium serum dan hormon paratiroid. Karena Penderita yang potensial mendapatkan tumor, dengan
kemungkinan adanya hiperkalsemia hipokalsiurik familial hyperplasia sel C dan mungkin mempunyai KTM, deteksi
jinak, maka rasio klirens kalsium/kreatinin hendaknya mutasi RET memastikan diagnosisnya. Jika gejalanya
dihitung. Mengingat spektrum kelenjar paratiroid yang sangat mencurigakan tetapi mutasi RET negatif, penyakit
terkena sangat bervariasi, baik dalam j u m l a h maupun ini dapat dipastikan dengan ditemukannya kadar kalsitonin
jenis penyakitnya (hiperplasia, adenoma, ektopik), maka basal atau kalsitonin terstimulasi-skretagog yang tinggi.
dibutuhkan pemeriksaan radiologi sebelum dilakukan Penderita dengan mutasi MEN2, hyperplasia sel C, atau
tindakan pembedahan.Indikasi pembedahan sedikit lebih KTM memerlukan tiroidektomi kapsuler, diseksi nodal leher
kompleks, namun serupa dengan penyakit sporadik. sentral, dan diseksi nodal leher lateral pada usia dini.^"'^
Pembedahan yang dilakukan adalah paratiroidektomi
s u b t o t a l d e n g a n m e n y i s a k a n 3 0 - 5 0 mg j a r i n g a n . Feokromositoma
Paratiroidektomi total dengan autotransplantasi dari Feokromositoma didiagnosis berdasarkan pemeriksaan
jaringan yang terambil juga bisa dilakukan.^•''•^ metanefrin bebas plasma. Cara ini lebih sensitif dan
spesifik dibandingkan pemeriksaan katekolamin plasma
Gastrinoma atau urin. Sebelumnya, diagnosis penyakit ini dipastikan
Yang harus diperiksa untuk m e n e g a k k a n d i a g n o s i s dengan temuan kandungan epinefrin urin koleksi 24 j a m
gastinoma adalah gastrin basal dan luaran asam lambung atau rasio epinefrin/norepinefrin yang tinggi. CT atau MRI
setiap j a m . Gastrin (umumnya >200 pg/ml) dan sekresi dapat digunakan untuk memastikan lokasi tumor. Sekali
asam lambung yang tinggi merupakan tanda khas untuk terdiagnosis, obat penghambat adrenergik alfa dan beta
sindrom Zollinger-Ellison pada mereka tanpa riwayat dan terapi pengganti glukokortikoid harus dimulai. Untuk
pengobatan atau pembedahan terkait penurunan asam penyakit bilateral, adrenalektomi bilateral baik endoskopik
lambung. Sebagian besar (68-97%) pasien menunjukkan maupun terbuka dapat dilakukan. Untuk yang unilateral,
sekresi asam lambung melebihi 15 mEq/jam. Untuk lebih disenangi adrenalektomi laparoskopik.^"^
tujuan perencanaan pembedahan, pemeriksaan untuk
mengetahui lokasi perlu dikerjakan, seperti somatostatin- Penyakit Paratiroid
receptor scintigraphy dengan oktreotid dan ultrasonografi Secara klinis, hyperplasia paratiroid sering ditemukan
endoskopik. Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan MRI tanpa gejala (occult), dan sebagian besar menunjukkan
atau CT untuk menyingkirkan penyakit metastatik terkait hiperkalsemia ringan. Kadar kalsium dan hormon paratiroid
dengan tindakan p e m b e d a h a n . Dengan obat-obatan yang tinggi memastikan diagnosis penyakit ini.Indikasi dan
seperti penghambat pompa proton, penghambat reseptor jenis paratiroidektomi serupa dengan pada MEN1. Namun
H2, dan analog somatostatin untuk hormon selain gastrin demikian, karena sering tanpa gejala pada penderita
efektif untuk mencegah morbiditas pada kebanyakan MEN2A, dan pembedahan menyebabkan meningkatnya
penderita. Jika dilakukan tindakan pembedahan, maka kejadian h i p o p a r a t i r o i d i s m e , maka lebih dianjurkan
tindakannya biasanya meliputi pankreatektomi distal, pendekatan konservatif dari pada paratiroidektomi pada
ultrasonografi dan palpasi intraoperatif (untuk mengetahui MEN2.^"''
tumor lainnya), dan limfadektomi disekitar trunkus seliak
dan ligamentum hepatik.^ "'^ Karsinoma Tiroid Meduler Familial
KTMF merupakan varian dari MEN2A. Merupakan penyakit
Insulinoma familial dan diturunkan secara autosomal dominan dimana
Diagnosis insulinoma berdasarkan atas temuan KTM merupakan satu-satunya manifestasi. KTMF tampak
hipoglikemia (kadar glukosa serum puasa di bawah 45 pada usia yang lebih lanjut, dengan puncak kejadian pada
mg/dl) dan tingginya kadar insulin (>10 mU/ml) secara dekade keempat sampai kelima. Perjalanan penyakit KTM
bersama-sama. Pembedahan adalah tindakan yang pada KTMF adalah lebih jinak dari pada individu dengan
NEOPLASMA ENDOKRIN MULTIPEL 2523

MEN2A dan MEN2B, dan tidak menunjukkan gejala klinis.


Prognosis penyakit ini relaitif baik. Terapinya adalah
tiroidektomi bagi individu dengan uji mutasi positif.^"'^

KESIMPULAN

Neoplasia endokrin multipel [multiple endocrine neoplasia


(MEN)] m e r u p a k a n s i n d r o m herediter dari neoplasia
endokrin j i n a k dan ganas, yang ditemukan pada dua
atau lebih jaringan hormonal yang berbeda. Ada dua tipe
sindrom MEN utama, yaitu: MEN1 dan MEN2. Ditemukan
p e r s a m a a n ciri dari M E N 1 dan M E N 2 . Prevalensinya
relatif kecil, yaitu 0,2 sampai 2,0 per 100.000 penduduk
untuk MEN1 dan 2,0 sampai 10 per 100.000 penduduk
untuk M E N 2 . P e n y e b a b n y a a d a l a h kelainan genetik
yang diturunkan secara autosomal dominan. Gambaran
kliniknya sangat bervariasi tergantung dari manifestasi
tumornya. Diagnosis dan terapinya j u g a tergantung dari
manifestasi tumor yang ditemukan.

REFERENSI

1. Gagel R F and Marx SJ. Multiple endocrine neoplasia. In:


Larsen PR et al. editors. Williams textbook of endocrinology.
Tenth edition. PhiladelphiaiSaunders, 2003; p. 1717-1748.
2. Agarwal S K , O z a w a A , Mateo C M , Marx SJ. The M E N l
gene and pituitary tumours. Horm Res 2009; 71 (Supll 2):
131-138.
3. Dashe A M . Multiple endocrine neoplasia (MEN) syndromes.
In: Lavin N editor. Manual of endocrinology and metabolism.
Fourth Edition. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins,
2009; p. 749-753.
4. Sizemore G W . Multiple endocrine neoplasia. In:Camacho
P M et al. editors.Evidence-based endocrinology. Second
Edition. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins, 2007;
p. 225-241.
5. Raue F and Frank-Raue K. Multiple endocrine neoplasia type
2: 2007 Update. Horm res 2007; 68 (suppl 5): 101-104.
6. Marx SJ. Molecular genetics of multiple endocrine neoplasia
type 1 and 2. Nature rev 2005; 5: 367-375.
7. E l - K h o l y L R . Multiple endocrine neoplasia syndromes.
In:Henderson K E et al. editors. The Washington Manual
Endocrinology Subspecialty Concult. Washington: Lippincott
Williams & Wilkins,2005; p. 213-218.
8. Burgess J. How should the patients with multiple endocrine
neoplasia typel ( M E N l ) be followed? Clin Endocrinol 2010;
72:13-16.
329
AMENOREA
Budi Wiweko

PENDAHULUAN Amenorea primer didefinisikan sebagai kondisi tidak


terjadinya haid ketika pasien berumur 14 tahun dengan
Keberhasilan reproduksi perempuan bergantung pada pertumbuhan seks sekunder tidak adekuat, atau kondisi
koordinasi interaksi antara organ hipotalamus, hipofisis tidak terjadinya haid ketika pasien berumur 16 tahun
dan ovarium yang akan menghasilkan 1 buah oosit matur dengan pertumbuhan seks sekunder adekuat.^ Amenorea
setiap bulan. Proses folikulogenesis di ovarium berjalan sekunder adalah kondisi tidak terjadinya haid selama 3
seiring dengan penebalan endometrium sebagai persiapan siklus haid berturut-turut atau dalam jangka waktu enam
implantasi embrio. Bila tidak terjadi pembuahan dan bulan pada perempuan yang sebelumnya memiliki siklus
implantasi embrio, endometrium akan berdegenerasi haid normal.^"
sehingga terjadi haid. Gangguan koordinasi hipotalamus,
hipofisis, ovarium dan uterus dapat menyebabkan tidak
terjadinya haid atau dikenal dengan sebutan amenorea. EPIDEMIOLOGI
A m e n o r e a m e r u p a k a n keluhan ginekologi y a n g
relatif umum terjadi, tetapi sering dipandang sebagai Prevalensi
masalahrumit yang membutuhkan rujukan spesialis. Secara
A m e n o r e a primer dapat d i s e b a b k a n faktor genetik,
umum amenorea dibedakan menjadi dua, yaitu amenorea
anatomi atau gangguan endokrinologi reproduksi dengan
primer dan amenorea sekunder. Perbedaan ini dibuat
prevalensi sebesar 1-2%. Enam sampai empat puluh tiga
berdasarkan patofisiologis yang mendasari perbedaan
persen amenorea terjadi pada atlet pelari, 1 - 2 1 % pada
antara keduanya.
remaja SMA, dan prevalensi tertinggi pada atlet balet
berkisar 69%.^Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
variasi prevalensi amenorea didasarkan atas ras atau etnis.
DEFINISI Faktor lingkungan seperti makanan dan penyakit kronis
dapat berkontribusi dalam menyebabkan amenorea.Umur
Amenorea adalah istilah medis untuk tidak terjadinya haid pertama (menars) bervariasi menurut lokasi geografis
haid, berasal daribahasa Yunani yaitu a berarti tidak, men sesuai studi Organisasi KesehatanDunia (WHO) di sebelas
(bulan) dan rein (mengalir). Istilah amenorea digunakan negara yang melaporkan median umur menars adalah
ketika seorang perempuan tidak mengalami periode haid 13-16 tahun. Tingginya prevalensi obesitas di seluruh
pada umur reproduksi. Secara umum, amenorea terjadi dunia juga dapat berkontribusi pada umur menars dan
pada saat perempuan sedang hamil atau menyusui. Di luar gangguan haid yang terkait obesitas. Pajanan polusi yang
masa tersebut, amenorea terjadi pada masa pra pubertas mempengaruhi metabolisme hormon reproduksi j u g a
dan pasca menopause.^ Siklus haid dapat dipengaruhi dapat mengakibatkan gangguan haid.^
oleh faktor internal seperti hormonal, stres, penyakit
serta faktor eksternal atau lingkungan. Amenorea dapat Insidens
terjadi secara fisiologis (pra-pubertas, hamil, laktasi, Kejadian amenorea primer di Amerika Serikat kurang
pasca menopause) dan patologis (amenorea primer dan d a r i 1 % s e d a n g k a n 5-7% p e r e m p u a n di A m e r i k a
amenorea sekunder). ^ Serikat pernah mengalami amenorea sekunder. Keluhan

2524
AMENORE 2525

amenorea ditemukan berulang pada 2 - 5 % perempuan. dasar untuk mengidentifikasi penyebab amenorea. Skema
" Studi di India menunjukkan bahwa11,1% dari remaja regulasi fungsi organ ini dapat dilihat pada gambar 1 ."
mengalami amenorea primer.^ Berdasarkan studi di RS
Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta kejadian amenorea Amenorea karena Gangguan Fungsi Hipotalamus
primer dijumpai sebesar 4 2 % pada perempuan berumur Disfungsi hipotalamus akan mempengaruhi pelepasan FSH
17-20 tahun sedangkan pada perempuan berumur < 16 dan LH yang dapat menyebabkan gangguan ovulasi dan
tahun sebesar 13,3%. Angka kejadian amenorea sekunder amenorea. Penyebab terbanyak pada kelainan ini adalah
berkisar 1-3% pada perempuan umur reproduksi.^ amenorea hipotalamus fungsional yang ditandai dengan
abnormalitas sekresi GnRH, kadar FSH dan LH yang rendah,
perkembangan folikel abnormal dan rendahnya estradiol.^
PATOGENESIS Amenorea hipotalamus fungsional dapat disebabkan oleh
gangguan pola makan, olahraga, atau tingkat stres fisik
Siklus haid merupakan proses ritmik yang terjadi antara atau mental yang berlebihan." Amenorea hipotalamus
hipotalamus, hipofisis, ovarium dan uterus untuk yang terjadi bersamaan dengan keluhan anosmia dikenal
merangsang pertumbuhan folikel dan mempersiapkan sebagai sindrom Kallman.^
endometrium sebagai tempat implantasi. Haid terjadi
ketika oosit matur yang dilepaskan oleh ovarium tidak Amenorea karena Gangguan Fungsi Hipofisis
dibuahi sperma. Siklus haid terdiri atas 2 fase yaitu fase Defisiensi FSH dan LH dapat terjadi karena mutasi gen
folikular dan fase luteal." Setiap fase dipengaruhi oleh reseptor GnRH di hipofisis. Selain itu mutasi pada gen
hormon yang berbeda sehingga memberikan dampak FSH berhubungan erat dengan kejadian amenorea. Pada
berbeda terhadap endometrium. Penilaian fungsi organ kondisi ini pasien memiliki kadar FSH dan estradiol rendah
hipotalamus, hipofisis, ovarium dan uterus merupakan sedangkan kadar LH tinggi. Hiperprolaktinemia merupakan

Norepinefrin

EXERCISE

MALNUTRISI

ENERGY DEFICIT

Gambar 1. Regulasi sekresi GnRH oleh leptin dan neurotransmitter.


2526 KESEHATAN REPRODUKSI

g a n g g u a n hipofisis y a n g j u g a dapat m e n y e b a b k a n Hiperplasia adrenal kongenital merupakan salah


a m e n o r e a t e r u t a m a dikaitkan d e n g a n p e n g a r u h n y a satu gangguan differensiasi seksual yang terjadi pada
terhadap denyutan G n R H . Empat puluh sampai lima individu dengan kromosom 46 XX. Kelainan ini terjadi
p u l u h p e r s e n h i p e r p r o l a k t i n e m i a d i s e b a b k a n oleh k a r e n a d e f i s i e n s i e n z i m 21 h i d r o k s i l a s e (CYP-21)
a d e n o m a hipofisis. Tumor hipofisis lain y a n g dapat pada proses steroidogenesis sehingga menyebabkan
menekan sekresi gonadotropin adalah kraniofaringioma kondisi hiperandrogen intraovarium yang selanjutnya
atau germinoma. Cedera otak atau riwayat radiasi kepala m e n g a k i b a t k a n a n o v u l a s i dan a m e n o r e a . S i n d r o m
j u g a dapat menyebabkan amenorea. Gangguan fungsi insensitivitas androgen juga merupakan kondisi gangguan
hipofisis lainnya yang dapat menyebabkan amenorea differensiasi seksual dengan manifestasi klinis amenorea
adalah empty Sella Tursica syndrome, hemokromatosis primer. Pasien ini memiliki fenotip perempuan karena
dan sarkoidosis.^ terdapat defek pada reseptor androgen.

A m e n o r e a karena Disfungsi Ovarium


Disgenesis ovarium paling sering terjadi pada sindrom GEJALA DAN TANDA
Turner (45, XO) d i m a n a terjadi deplesi folikel akibat
kelainan kromosom X. Pada kondisi ini ovarium biasanya Evaluasi amenorea membutuhkan anamnesis, pemeriksaan
sangat kecil dan dikenal dengan streak gonad. Kegagalan fisik yang baik dan pemeriksaan penunjang. Gejala yang
fungsi ovarium primer pada pasien sindrom Turner ditandai biasanya dikeluhkan oleh perempuan amenorea antara
dengan tingginya kadar FSH dan rendahnya estradiol. lain:
Manifestasi klinik lain pada pasien sindrom Turner yaitu
Nyeri abdomen bawah yang berulang
tubuh pendek, leher pendek, kelainan pada ginjal (50%),
Gejala penyakit tiroid seperti palpitasi dan penurunan/
hipertensi, metakarpal dan metatarsal pendek, obesitas
penambahan berat badan
dan osteoporosis.
Galaktorea
Gangguan ovulasi karena disfungsi ovarium yang banyak
Gangguan menghidu
terjadi adalah sindrom ovarium polikistik. Pada kondisi ini
Adanya penyakit kronik seperti diabetes, penyakit
gangguan ovulasi terjadi karena tingginya androgen dalam
ginjal kronik atau penyakit jantung.
ovarium sehingga menghambat pematangan oosit dan
Peningkatan atau penurunan berat badan
ovulasi. Manifestasi klinik SOPK biasanya muncul sebagai
Gejala menopause atau hirsutisme
amenorea sekunder dengan tanda hiper androgen klinis
lain seperti jerawat dan hirsutisme. " Dari pemeriksaan fisik, tanda-tanda yang dapat ditemukan
seperti:
Amenorea karena Kelainan Saluran Reproduksi Perkembangan seksual sekunder yang terhambat
/ Uterus Tanda-tanda virilisasi dan hirsutisme
A m e n o r e a primer dapat terjadi pada pasien dengan Malformasi urogenital (pada agenesis mullerian)^"
kelainan saluran reproduksi. Kegagalan pembentukan
uterus dan 2/3 atas vagina yang terjadi karena gangguan
pembentukan duktus Muller dikenal sebagai sindrom ETIOLOGI
Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser [ M R K H ] . Manifestasi
klinik sindrom ini adalah amenorea primer.^^ Amenorea pada remaja perempuan disebabkan oleh
kelainan sistem organ dan status estrogen dalam tubuh
Amenorea karena Kerusakan Reseptor Hormon yang dapat dilihat pada tabel 1 . "
d a n G a n g g u a n Differensiasi Seksual
Mutasi reseptor FSH dan LH dapat menghambat respons Penyebab A m e n o r e a Primer
FSH sehingga mengganggu folikulogenesis dan ovulasi." Amenorea primer biasanya hasil dari kelainan genetik atau
Kondisi ini dikenal dengan sindrom resisten gonadotropin anatomi. Manifestasi kelainan endokrinologi amenorea
dan dapat menyebabkan kelainan amenorea. primer dapat berupa hipogonadisme hipergonadotropik
Gangguan differensiasi seksual yang terjadi karena (48,5%), hipogonadisme hipogonadotropik (27,8%), dan
efek hiperandrogen pada perempuan dapat menyebabkan normogonadotropin (23,7%).
kelainan genitalia interna dan eksterna dengan manifestasi Hipergonadotropin hipogonadisme adalah kondisi
klinik amenorea. Gangguan differensiasi seksual dapat tingginya kadargonadotropin karena hilangnya umpan
terjadi pada individu dengan kromosom 46 XX, individu balik negatif dari kadar estradiol yang rendah. Keadaan ini
dengan kromosom 46 XY dan individu dengan masalah menggambarkan kegagalan fungsi ovarium yang terkait
jumlah kromosom seks. dengan gangguan kromosom seks (misalnya sindrom
AMENORE 2527

Tabel 1. Etiologi Amenore pada Remaja Wanita


Jenis Penyebab Kekurangan Estrogen Kelebihan Estrogen
Hypothalamus • Gangguan makan • Immaturitas aksis hipotalamus - pituitary - ovari (HPO)
• Amenore akibat olahraga
• Amenore akibat obat-obatan
• Penyakit kronis
• Amenore akibat stres
• Sindrom Kallman
Pituitary • Hyperprolactinemia
• Prolaktinoma
• Kraniofaringioma
• Defisiensi gonadotropin terisolasi
Tiroid Hipotiroid
Hipertiroid
Adrenal Hiperplasia adrenal bawaan
Sindrom Gushing
Ovari Disgenesis gonad (Sindrom Turner) PCOS
Ovarian prematur
Kemoterapi; iradiasi Tumor ovari

Kehamilan
Uteri/rahim
Insensitivitas androgen
Perlengketan uteri (Sindrom Asherman)
Agenesis Saluran Muller
Agenesis serviks
Himen imperforat
Vagina
Septum vaginal melintang
Agenesis vagina

Turner). Kondisi ini juga bisa terjadi pada sebagian pasien yang akhirnya dapat mengakibatkan keadaan amenorea.
dengan kromosom seks normal 46,XX. Keadaan eugonadisme atau normalnya kadar hormon
Kelainan endokrin yang dapat menyebabkan gangguan dapat terjadi akibat dari kelainan anatomi atau gangguan
hipogonadotropin hipogonadisme adalah gangguan inter seks. Kelainan anatomi eugonadisme adalah tidak
pulsasi GnRH atau hiperplasia adrenal kongenital (CAH), adanya rahim dan vagina dan atresia serviks. Sedangkan
p s e u d o h i p o p a r a t i r o i d i s m e dan h i p e r p r o l a k t i n e m i a . gangguan inter seks termasuk insensitivitas androgen,
Adenoma hipofisis yang takterklasifikasi, kraniofaringioma defisiensi 17-ketoreductase dan umpan balik hormon yang
dan tumor ganas yang tak terklasifikasi juga diketahui tidak tepat. Kisaran frekuensi penyebab amenorea primer
dapat menyebabkan hipogonadisme hipogonadotropik dapat dilihat pada tabel 2.^

Tabel 2. Kisaran Frekuensi Penyebab Amenore Primer


Kategori Kisaran Frekuensi (%)
Pertumbuhan payudara 30
• Agenesis saluran Muller 10
• Insensitivitas androgen 9
• Septum vagina 2
• Himen imperforat 1
• Ketelambatan haid 8
Tidak adanya pertumbuhan payudara: kadar FSH tinggi 40
• 46 XX 15
• 46XY 5
• Abnormal 20
Tidak adanya pertumbuhan payudara: kadar FSH rendah 30
• Ketelambatan haid 10
• Prolaktinoma 5
• Sindrom Kallman 2
• CNS lain 3
• Stres, turun berat badan, anoreksia 3
• PCOS 3
• Hiperplasia adreanal bawaan 3
• Lainnya 1
2528 KESEHATAN REPRODUKSI

Penyebab Amenorea Sekunder Riwayat hidup pasien yang harus diketahui berupa
Kisaran frekuensi penyebab amenorea sekunder dapat b i o d a t a (umur, p e k e r j a a n ) , k e l u h a n u t a m a , riwayat
dilihat pada tabel 3.^ kebidanan, riwayat penyakit yang pernah diderita, pola
Sebagian besar kasus a m e n o r e a sekunder y a n g kegiatan sehari-hari, riwayat ketergantungan, riwayat
disebabkan oleh rendah atau normalnya kadar FSH seperti psikososial dan riwayat KB. Sedangkan riwayat hidup
anoreksia, hipotalamik nonspesifik, anovulasi kronis keluarga pasien berupa kerusakan gen, pola rambut
(PCOS, hipotiroidisme dan tumor hipofisis), disamping kemaluan, infertilitas, riwayat menars dan haid keluarga
ada pula kejadian yang disebabkan oleh tingginya kadar dan riwayat pubertas. Berikut perkembangan pubertas
FSH seperti ovarium prematur akibat kariotipe abnormal perempuan normal dapat dilihat pada tabel 4.^°
(45,XO) dan disgenesis gonad, tingginya kadar prolaktin, Pemeriksaan Fisik, ditujukan untuk m e n g e t a h u i
karena kelainan anatomik (sindrom Asherman) dan juga p e n y e b a b a m e n o r e a dan untuk m e n g e t a h u i j e n i s
disebabkan oleh kondisi hiperandrogenik seperti PCOS, a m e n o r e a . Pemeriksaan fisis yang dilakukan berupa
tumor ovarium dan CAH non-klasik. pengukuran berat badan dan tinggi badan, pemeriksaan
perawakan yang tak wajar (seperti leher bergelambir,
tubuh pendek), ada atau tidaknya uterus, pemeriksaan
Tabel 3. Kisaran Frekuensi Penyebab A m e n o r e
rambut kemaluan, pemeriksaan tiroid, pemeriksaan genital
Sekunder
dan pemeriksaan darah. Tes darah yang dapat dilakukan
Kisaran
Kategori untuk mengecek kadar hormon, antara lain:
frekuensi (%)
7. Follicle stimulating hormone (FSH).
Kadar FSH normal atau rendah 66
2. Luteinizing hormone (LH).
• Turun berat badan / anoreksia
• Hipotalamik non spesifik 3. Prolactin hormone (hormonprolaktin).
• Anovulasi kronis meliputi PCOS 4. Serum hormone (seperti kadar hormon testoteron).
• Hipotiroidisme 5. Thyroid stimulating hormone (TSH).
• Sindrom Gushing
Pemeriksaan Penunjang berupa pemeriksaan
• Tumor pituitary, sella kosong,
laboratorium dan radiologi. Pemeriksaan laboratorium
sindrom Seehan
• Kegagalan gonad: kadar FSH 12 dan radiologi dilakukan untuk melihat adanya dugaan
tinggi penyakit lain.
• 46 XX Berikut skema penegakan diagnosis berdasarkan
• Kariotip abnormal pemeriksaan fisik, laboratorium dan penunjang dapat
Prolaktin tinggi 13 dilihat pada gambar 2 dan gambar 3
Kelainan anatomi : sindrom 7 Berdasarkan skema penegakan diagnosis apabila
Asherman s e o r a n g pasien a m e n o r e a m e m i l i k i p a y u d a r a atau
Status hiperandrogenik
tidak memiliki rambut kemaluan, diagnosanya adalah
• Tumor ovari
sindrom insensitivitas androgen dimana secara fenotip
• CAH non klasik
adalah perempuan tetapi secara genotip adalah pria.
• Tak terdiagnosa
Hal ini memerlukan analisis kromosom. Jika hasil analisis
positif maka pasien tersebut harus melakukan operasi
penghilangan payudara untuk mencegah transformasi
DIAGNOSIS dari perempuan ke pria setelah pubertas. Apabila seorang
pasien memiliki ciri normal seksual sekunder seperti
Penegakan Diagnosis adanya rambut kemaluan, maka dokter harus melakukan
Penegakan diagnosis dibuat d e n g a n maksud untuk MRI untuk mengetahui ada atau tidaknya uterus. Apabila
mengetahui organ mana yang menyebabkan amenorea terdapat uterus tetapi abnormal atau tidak adanya vagina
sehingga dapat mengarahkan pasien kepada pemberian maka pasien tersebut didiagnosis agenesis saluran Muller
terapi yang tepat yaitu dengan cara mengetahui jenis Analisis kromosom diperlukan untuk mengetahui apakah
penyakit, penyebab penyakit dan tingkat keparahan pasien tersebut secara genetik adalah perempuan. Selain
p e n y a k i t . D i a g n o s i s a m e n o r e a meliputi a n a m n e s i s , seorang pasien memiliki uterus normal, obstruksi saluran
pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang. keluar perlu dianalisis. Himen imperforata atau septum
Anamnesis, ditujukan untuk mengetahui data vagina transversal dapat menyebabkan obstruksi saluran
subyektif dan data obyektif yang dapat menyebabkan keluar. Jika saluran keluar paten, maka dokter harus
a m e n o r e a . Data s u b y e k t i f dan o b y e k t i f diperoleh melanjutkan pemeriksaan yang sama dengan pemeriksaan
b e r d a s a k a n riwayat hidup pasien dan k e l u a r g a n y a . amenorea sekunder. ^°
AMENORE 2529

Tabel 4. Perkembangan Pubertas Wanita Normal {Amenorrhea: Evaluation & Treatment)


Tahap Tanner
Tahap Perkembangan
Gambar anatomi Perkembangan Perkembangan
(Usia dalam tahun)
payudara rambut kelamin
Perkembangan pertama (8 - 1 0 tahun) Pertumbuhan puting payudara, 1 1
tidak ada rambut kelamin
r/7e/orc/)e(9-11 tahun) 2 1

Adrenarche ( 9 - 1 1 tahun)

Pertumbuhan payudara (11 - 13 tahun)

Y
Menarche ( 1 2 - 1 4 tahun)

Y
Karakteristik orang dewasa ( 1 3 - 1 6
tahun) / '

i-f

Riwayat dan pemeriksaan fisik

Adanya tanda-tanda seks sekunder

Pemeriksaan Pemeriksaan
kadar FSH dan LH USG uterus

FSH > 20 lU per L FSH Uterus abnormal Ada uterus


dan LH > 40 lU per L dan LH < 5 lU per L atau tidak ada atau uterus normal

i
Hipogonadotropik Analisis Kerusakan
Hipergonadotropik
hipogonadisme Kariotipe Saluran Keluar
tiipogonadisme

Analisis Kariotipe 46, XX


" 1 \ \
46, XY Himen Pemeriksaan
imperforate lanjutan
atau untuk
46, XX 45, XO Agenesis Sindrom septum Amenore
saluran insensitivitas vagina sekunder
Mullerian androgen melintang

Ovarian Sindrom
Prematur Turner

Gambar 2. Skema penegakan diagnosis amenore primer


2530 KESEHATAN REPRODUKSI

Tes Kehamilan negatif

Pemeriksaan kadar TSH dan prolaktin

Prolaktin dan TSH Prolaktin normal, TSH Prolaktin abnormal, TSH


normal abnormal normal

Tes progestogen Penyakit tiroid Prolaktin s 100 ng per mL Prolaktin > 100 ng per mL
(100 meg per L)

Penarikan berdarah Tidak ada penarikan Penyebab lain yang tak Pemeriksaan MRI untuk
berdarah terdiagnosa mengevaluasia adanya
prolaktinoma

Normogonadotropik Tes progestogen / i


hipogonadisme estrogen MRI negatif; P e n y e b a b lain
yang tak terdiagnosa

Penarikan berdarah Tidak ada penarikan


berdarah

Tes FSH dan LH Kerusakan saluran


keluar

FSH > 20IU per L FSH dan


dan LH > 40 lU per L LH < 5 lU per L

Hipergonadotropik Pemeriksaan MRI untuk


hipogonadisme mengevaluasia adanya tumor
pituitary

MRI normal;
hipogonadotropik
hipogonadisme

Gambar 3. Skema penegakan diagnosis amenore sekunder

KLASIFIKASI Pasien Amenorea Alcibat Anorel<sia dan Olahraga


yang Berlebihan
Amenorea dapat diklasifikasikan menjadi enam berdasarkan Hipotalamus merupakan pusat fungsional reproduksi
penyebabnya seperti terlihat pada tabel 5. Klasifikasi ini normal. Transisi masa pubertas dipacu oleh maturasi
dapat membantu pelaksanaan terapi hormon secara GnRH yang dikeluarkan oleh hipotalamus. Pada remaja
empiris.^ perempuan umur 8-13 tahun, hipofisis gonadotropin
mengeluarkan hormon yang berhubungan dengan berat
badan dan proporsi lemak tubuh. Terdapat kasus dimana
PENATALAKSANAAN pada umur tersebut massa lemak yang diperlukan untuk
oleh tubuh hanya 2 2 % sehingga lemak tubuh untuk
Penatalaksanaan pada pasien amenorea primer biasanya proses maturasi GnRH tak tercukupi. Hal ini terjadi pada
melalui terapi. Terapi yang diterapkan berbagai macam remaja perempuan yang menderita malnutrisi khususnya
tergantung dari penyebab dari amenorea tersebut. Berikut pada remaja perempuan anoreksia dan yang melakukan
adalah beberapa terapi untuk pasien amenorea. olahraga yang berlebihan.
AMENORE 2531

Tabel 5. Klasifikasi Amenore Berdasarkan Penyebabnya


1. Kerusakan anatomi (saluran keluar) Penyakit kronis
a. Agenesis saluran Muller (sindrom Mayer - Rokitansky - Tumor
Kuster - Hauser) Kraniofaringioma
b. Resistensi androgen Germinoma
c. Sindrom Asherman Hamartoma
d. Hymen imperforat Histiositosis sel Langerhans
e. Septum vagina melintang Teratoma
f. Agenesis serviks terisolasi Tumor sinus endodermal
g- Stenosis serviks iatrogenik Karsinoma metastatik
h. Agenesis vagina terisolasi
i Hipoplasia atau aplasia endometrial bawaan Pituitary
a. Prolaktinoma
Gonadisme primer b. Tumor pituitary yang mensekresi hormon lain
(ACTH, TSH, GH, gonadotropin)
a. Disgenesis gonad
Kariotip abnormal c. Mutasi reseptor FSH
Sindrom Turner 45, XO d. Mutasi reseptor LH
Mosaiksisme e. Sindrom X rapuh
Kariotip normal f Penyakit autoimun
- 46, XX g. Galaktosemia
46, XY (sindrom Swyer)
b. Agenesis gonad 8. Kelainan kelenjar endokrin
c. Defisiensi enzim a. Penyakit adrenal
Defisiensi 17a-hidroksilase Hiperplasia adrenal
Defisiensi 17, 20 liase Sindrom Gushing
Defisiensi aromatase b. Penyakit tiroid
d. Ovari prematur Hipotiroidisme
Idiopatik Hipertiroidisme
Cedera c. Tumor ovari
Kemoterapi Tumor sel teka granulosa
Radiasi Tumor Brenner
Gondok ooforitis Teratoma Kistik
Kistadenoma serosa / musin
Ovari resisten
Tumor Krukenberg
Kraniofaringioma
3. Hipotalamik
Karsinoma metastatik
a. Disfungsional
d. Ruang kosong pada organ
Stress
Sella kosong
Olahraga
Aneurisme arteri
Nutrisi (malnutrisi, diet, anoreksia nervosa, buli-
e. Nekrosis
mia)
Sindrom Sheehan
Pseudocyesis
Panhipopituitarisme
b. Gangguan lainnya
f Inflamasi
Defisiensi gonadotropin terisolasi
Sarkoidosis
Sindrom Kallman Hemokromatosis
Idiopatik hipogonadotropik hipogonadisme Limfositik hipofisitis
Infeksi g. Mutasi gonadotropin (FSH)
Tuberkulosis
Sifilis 8. Faktor lain (PCOS)
Ensefalitis / meningitis
Sarcoidosis
2532 KESEHATAN REPRODUKSI

Terapi: Untuk para remaja perempuan anoreksia dengan dosis 1,25 mg per malam selama lima malam
dianjurkan untuk melakukan psikoterapi. Untuk para dan dosisnya dinaikkan menjadi 7,5 mg per hari dalam
remaja perempuan yang melakukan olahraga berlebihan 3 minggu. Bagi pasien yang alergik pada bromocriptine,
biasanya memacu aktivitas hipotalamus. Masa pubertas dapat diberikan carbergoiine dengan dosis 0,25-1 mg
yang t e r t u n d a menjadi g a n g g u a n kesehatan ketika dua kali seminggu dan dinaikkan menjadi 1 mg per hari.
terdapat risiko osteoporosis. Jika osteoporosis terjadi maka Bagi pasien dengan perkembangan tumor adenoma
para remaja perempuan dianjurkan untuk melakukan terapi dan sindrom sella kosong diperlukan operasi reseksi
oral estrogen (2mcg etiniloestradiol per hari, kemudian transfenoidal a d e n o m a dan radioterapi. Bagi pasien
dosis ditambahkan dari 5-20 meg per 6 bulan).^^^ iatrogenik diberikan antipsikotik fenotiazin, domperidon
dan metoklopramid. Bagi yang memiliki masalah defisiensi
Amenorea Akibat Penyakit Kronis, Ruang Kosong estrogen diberikan COCR^
pada Organ dan Sindrom Kallman
Penyakit kronis pada anak-anak menyebabkan lemahnya Amenorea Akibat Ovari Prematur, Sindrom Ovari
fungsi kerja hipotalamus. Kanker kranial pada anak- Resisten Dan PCOS
anak menyebabkan gagalnya masa pubertas sehingga Ovari p r e m a t u r d a p a t d i s e b a b k a n oleh d i s g e n e s i s
mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan g o n a d s e p r t i s i n d r o m Turner, s i n d r o m S w y e r d a n
tubuh. sindrom autoimun poliglanduler. PCOS disebabkan oleh
Terapi: diperlukan kemoterapi. abnormalitas hipotalamus dalam peningkatan G n R H .
PCOS berkaitan juga dengan kasus hiperandrogen dan
Ruang kosong pada h i p o t a l a m u s m e n y e b a b k a n
obesitas.
amenorea karena mengganggu penghambatan dopamin
Terapi: diperlukan kemoterapi gonadotoksik dan/atau
dalam pengeluaran prolaktindan/atau menekan serta
iradiasi pelvis untuk pasien ovari prematur. Untuk pasien
merusak jaringan hipotalamus dan hipofisis sehingga
sindrom ovari resisten, diperlukan penyumbangan oosit.^^^^
m e n y e b a b k a n disfungsi h o r m o n hipofisis t e r m a s u k
Untuk pasien PCOS dengan obesitas, dianjurkan untuk diet
galaktorea.
dan olahraga yang cukup dan pemberian progestogen
Terapi: d i p e r l u k a n o p e r a s i b e d a h k r a n i a l d a n
(medroksiprogesteron asetat 10 mg per hari selama 5 hari
radioterapi. Terapi hormon diperlukan untuk mengatasi
tiap 3 bulan) atau COCP non-androgenik progestogen,
defisiensi hormon.
antiandrogen {cyproterone asetat) atau spironolakton
Sindrom Kallman jarang terjadi, biasanya 1:50.000
derivat dari drosperinon. Bila tak terjadi ovulasi maka
kasus dimana tidak adanya neuron GnRH menyebabkan
diperlukan induksi ovulasi dengan klomifen sitrat (dengan/
badan sel gagal bermigrasi dari olfaktori ke nukleus
tanpa metformin) j i k a tidak berhasil diberikan pula
a r k u a t a h i p o t a l a m u s melalui pelat berkisi di dasar
gonadotropin setiap hari.^
tengkorak, untuk m e n g h u b u n g k a n akson saluran
t u b e r o i n f u n d i b u l a r d e n g a n p e m b u l u h darah portal
A m e n o r e a Akibat Saluran Muller A b n o r m a l ,
kelenjar hipofisis anterior. Kemungkinan besar diwariskan
(resesif X terpaut atau autosom dominan) dan sangat
Hipotiroid dan Sindrom Insensitivitas Androgen
Pada saluran Muller abnormal, terdapat kerusakan anatomi
berhubungan dengan anosmia dan buta warna.
seperti tidak terdapat vagina, tidak terdapat uterus, himen
Terapi:diperlukan induksi estrogen sampai terjadi
imperforata dan septum vagina melintang.
fertilitas, d i p e r l u k a n p e m b e r i a n h o r m o n p e n g g a n t i
Terapi: diperlukan operasi bedah untuk memperbaiki
dengan COCP untuk perempuan menopause. Untuk
struktur anatomi yang abnormal. Untuk menginduksi haid
disfungsi hipotalamus terisolasi, diperlukan injeksi GnRH
dianjurkan pemberian GnRH analog. Untuk hipotiroid yang
melalui subkutan untuk merangsang kerja hipofisis atau
disebabkan oleh defisiensi hormon tiroid maka diperlukan
pemberian FSH dan LH melalui subkutan.^ "
suplemen tiroid.
Kariotip pada pasien sindrom insensitivitas androgen
Amenorea Akibat Hiperprolaktinemia dan
a d a l a h 4 6 XY d e n g a n f e n o t i p p e r e m p u a n . G o n a d
Sindrom Sella Kosong
yang dimiliki berupa testis yang dapat memproduksi
Hiperprolaktinemia dapat berkembang karena
testosteron tetapi tidak dapat melakukan spermatogenesis.
perkembangan tumor adenoma mikro (< 10 mm) atau
P e r k e m b a n g a n payudara terjadi karena aromatisasi
tumor adenoma makro (> 10 mm). Hiperprolaktinemia
testosteron menjadi estrogen, tidak memiliki rambut
sangat berhubungan dengan defisiensi estrogen yang
kelamin dan rambut ketiak, terdapat labia minor dan
dapat menyebabkan amenorea.
vagina pendek.
Terapi: diperlukan terapi agonis dopamin terapi untuk
tumor prolaktin. Dimulai dari pemberian bromocriptine Terapi: diperlukan operasi laparoskopi.^
AMENORE 2533

KOMPLIKASI 8. The Practice Committee of the American Society for Repro-


ductive Medicine. Current evaluation of amenorrhea. Fertility
and Sterility. 2008;90(3):219-25.
Kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat 9. Deligeoroglou E, Athanasopulos N , Tsimiaris P, Dimopoulos
amenorea tergantung dari penyebabnya, diantaranya K D , Vrachnis N , Creatsas G. Evaluation and management of
obesitas, anoreksia, endometrium, kanker, bulimia, stres, adolescent amenorrhea. A n n N Y Acad Sci. 2010;1205:23-32.
10. Master-Hunter T, Heiman DL. Amenorrhea: evaluation and
depresi, osteoporosis dan infertilitas.
treatment. A m Fam Phy 2006;73:1372-82,1387.
11. Hayden C and Balen A H . Primary amenorrhoea: investigation
and treatment. Elsevier 2007; 17(7): 199-204.
12. Cordis E B , Christofolini D M , dos Santos A A , Bianco B,
PENCEGAHAN
Barbosa CP. Genetic aspects of premature ovarian failure: a
literature review. Arch Ginecol Obstet. 2011;283:635-43.
Amenorea adalah gejala, bukan penyakit, dan memiliki 13. Brambilla F, Monteleone P, Bortolotti F, Grave RD, Todisco P,
berbagai penyebab. Oleh karena itu amenorea dapat Favaro A, et al. Persistent amenorrhoea in weight-recovered
anorexics: psychological and biological aspects. Elsevier.
dicegah hanya sejauh bahwa penyebab yang mendasari
2003;118:249-57.
dapat dicegah. Amenorea yang dihasilkan dari kondisi 14. Mazza D. Pubertal development and primary amenorrhoea.
genetik atau bawaan tidak dapat dicegah. Di sisi lain, Elsevier. 2006;3(5):202-6.
amenorea yang dihasilkan dari diet ketat atau latihan
intensif biasanya dapat dicegah.

PROGNOSIS

Tidak teraturnya siklus haid berkaitan dengan berkurangnya


kepadatan tulang sehingga menyebabkan tingginya risiko
patah tulang pergelangan tangan dan pinggul baik karena
amenorea maupun tidak. Interval siklus haid dan menars
yang lebih dari 32 hari dikaitkan dengan peningkatan risiko
patah tulang belakang. Untuk mempertahankan kepadatan
tulang, para perempuan memerlukan terapi hormon.
Masa remaja merupakan periode penting untuk
pertumbuhan tulang. Haid yang teratur adalah tanda
bahwa ovarium memproduksi estrogen, androgen dan
p r o g e s t e r o n d a l a m j u m l a h y a n g n o r m a l . Ketiganya
memainkan peranan penting dalam membangun dan
memelihara massa tulang. Menars yang terlambat
meningkatkan tiga kali lipat risiko patah tulang pergelangan
tangan. Dalam beberapa kasus, tidak teraturnya haid
merupakan tanda awal menurunnya kesuburan dan pada
beberapa kasus, deplesi folikel menyebabkan kemandulan.*

REFERENSI

1. Ledger WL, Skull J. Amenorrhea: investigation and treatment.


Elsevier. 2004;14:254-60.
2. Skull J. Amenorrhea. Harcourt Publisher's. 2001;2:225-32.
3. Child T. InvestigaHon and treatment of primary amenorrhoea.
Elsevier. 2010;21(2):31-5.
4. Golden, N H , Carlson JL. The pathophysiology of amenorrhea
in the adolescent. Ann N Y Acad Sci. 2008;1135:163-78.
5. De Souza MJ, Toombs RJ. Amenorrhea associated with
the female athlete triad: etiology, diagnosis and treatment.
Springer Science. 2010;7:101-25.
6. Pandey S, Bhattacharya S. Impact of obesity on gynecology.
Women's Health (LoudEngl). 2010;6(1):107-17.
7. Moser, KS. Profil pasien amenorea primer di polikliruk divisi
imunoendokrinologi reproduksi R S C M Januari 1997 - Juli
2007 (Tesis). Jakarta: Universitas Indonesia. 2007.

Anda mungkin juga menyukai