PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes insipidus merupakan suatu penyakit yang jarang ditemukan. Penyakit ini
diakibatkan oleh berbagai penyebab yang dapat mengganggu mekanisme Neurohypophysealrenal reflex sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh dalam mengkonversi air. Kebanyakan
kasus-kasus yang pernah ditemui merupakan kasus idiopatik yang dapat bermanifestasi pada
berbagai tingkatan umur dan jenis kelamin. ( Prof. Dr. Margono Soekarjo)
Terdapat 4 jenis diabetes insipidus yaitu diabetes insipidus sentral, nefrogenik, dipsogenik,
dan gestasional. Pada diabetes insipidus sentral, kelainan terletak di hipofisis, sedangkan pada
diabetes insipidus nefrogenik kelainan dikarenakan ginjal tidak memberikan respon terhadap
hormon antidiuretik sehingga ginjal terus menerus mengeluarkan sejumlah besar air kemih yang
encer. Diabetes insipidus bisa merupakan penyakit keturunan. Gen yang menyebabkan penyakit
ini bersifat dominan dan dibawa oleh kromosom X. Wanita yang membawa gen ini bisa
mewariskan penyakit ini kepada anak laki-lakinya. Penyebab lain dari diabetes insipidus
nefrogenik adalah obat-obat tertentu. ( Prof. Dr. Margono Soekarjo).
Diabetes insipidus ditandai dengan gejala khas yaitu poliuria dan polidipsia. Jika
penyebabnya genetik, gejala biasanya timbul segera setelah lahir. Bayi tidak dapat menyatakan
rasa hausnya, sehingga mereka bisa mengalami dehidrasi. Bayi bisa mengalami demam tinggi
yang disertai dengan muntah dan kejang-kejang. Jika tidak segera terdiagnosis dan diobati bisa
terjadi kerusakan otak, sehingga bayi mengalami keterbelakangan mental. Dehidrasi yang sering
berulang juga akan menghambat perkembangan fisik. ( Prof. Dr. Margono Soekarjo).
Kebanyakan kasus-kasus yang pernah ditemui merupakan kasus idiopatik yang dapat
bermanifestasi pada berbagai tingkatan umur dan jenis kelamin.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah untuk mengetahui konsep
Diabetes Insipidus dan mengaplikasikan Asuhan Keperawatan Diabetes Insipidus.
C. Tujuan
Tujuan Umum :
Tujuan umum dari Penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai
penyakit Diabetes Insipidus
Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui definisi/pengertian Diabetes Insipidus?
2. Untuk mengetahui macam-macam/klasifikasi Diabetes Insipidus?
3. Untuk mengetahui etiologi dari Diabetes Insipidus?
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala Diabetes Insipidus?
5. Untuk mengetahui patofisiologi Diabetes Insipidus ?
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasien diabetes insipidus?
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien Diabetes Insipidus?
8. Untuk mengetahui penyusunan asuhan keperawatan pada pasien Diabetus Insipidus?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Diabetes insipidus adalah kegagalan tubuh untuk menyimpan air karena kekurangan hormon
antidiuretik (ADH, vasopresin ), yang disekresikan oleh ginjal, atau karena ketidakmampuan
ginjal untuk berespon pada ADH. Diabetes insipidus ditandai oleh polidipsi dan poliuria ,
(Nettina M. Sandra. 2001).
Diabetes insipidus adalah penyakit yang ditandai oleh penurunan produksi, sekresi atau
fungsi ADH. Istilah diabetes insipidus berhubungan dengan kualitas dan kuantitas urin (Corwin,
Elizabet J, 2009).
Diabetes insipidus merupakan gangguan metabolisme air yang disebabkan oleh defisiensi
vasopresin (juga dikenal dengan hormon ADH) yang bersikulasi atau oleh resistensi ginjal
terhadap hormon ini ( William dan Wilkins, 2011).
Diabetes insipidus adalah gangguan dari metabolisme air. Hal ini berarti air atau cairan yang
diminum dengan cairan yang dikeluarkan tidak seimbang. Diabetes insipidus bisa disebabkan
karena kekurangan vasopresin (ADH) atau tidak beresponsnya atau resistensi hormon ADH ini
didalam tubuh (Bethesda, MD, 2006).
Diabetes insipidus merupakan kelainan pada lobus posterior hipofisis yang disebabkan oleh
defisiensi vasopressin yang merupakan hormone anti diuretic (ADH). Kelainan ini ditandai oleh
rasa haus yang sangat tinggi ( polidipsia ) dan pengeluaran urin yang encer dengan jumlah yang
besar. (Suzanne C, 2001).
B. Klasifikasi
Diabetes insipidus gestasional terjadi hanya saat hamil jika enzim yang dibuat plasenta
merusak ADH ibu. Kebanyakan kasus diabetes insipidus pada kehamilan membaik diterapi
dengan desmopressin. Pada kasus dimana terdapat abnormalitas dari mekanisme haus,
desmopresin tidak boleh digunakan sebagai terapi.
C. Etiologi
Diabetes insipidus bisa merupakan penyakit keturunan. Gen yang menyebabkan penyakit ini
bersifat resesif dan dibawa oleh kromosom X, karena itu hanya pria yang terserang penyakit ini.
Wanita yang membawa gen ini bisa mewariskan penyakit ini kepada anak laki-lakinya.
Diabetes
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
insipidus
secara
umum
dapat
disebabkan
oleh
beberapa
hal,
yaitu
Hipotalamus mengalami kelainan fungsi dan menghasilkan terlalu sedikit hormon antidiuretik
Kelenjar hipofisa gagal melepaskan hormon antidiuretik ke dalam aliran darah
Kerusakan hipotalamus atau kelenjar hipofisa akibat pembedahan
Cedera otak (terutama patah tulang di dasar tengkorak)
Tumor
Sarkoidosis atau tuberkulosis
Aneurisma atau penyumbatan arteri yang menuju ke otak
Beberapa bentuk ensefalitis atau meningitis
Berdasarkan etiologinya, Diabetes Insipidus dapat dibedakan menjadi dua, antara lain:
Ginjal tidak memberikan respon terhadap hormon antidiuretik sehingga ginjal terusmenerus mengeluarkan sejumlah besar air kemih yang encer. Pada diabetes insipidus lainnya,
kelenjar hipofisa gagal menghasilkan hormon antidiuretik. Diabetes Insipidus Nefrogenik
dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
- Penyakit ginjal kronik : ginjal polikistik, medullary cystic disease, pielonefretis,
-
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis penderita diabetes insipidus ialah sebagai berikut: (Abdoerachman,dkk, 1974)
-
Poliuria
Haluaran urine harian dalam jumlah yang sangat banyak dengan urine yang sangat
encer ; berat jenis urine 1,001 aampai 1,005 atau 50 - 200 mOsmol/kg berat badan,
biasanya mempunyai awitan mendadak, tetapi mungkin secara tersamar pada orang
dewasa. Jumlah cairan yangdiminum maupun produksi urin per 24 jam sangat banyak ,
Gejala lain:
-
E. Patofisiologi
Patofisiologi Diabetes Insipidus menurut Buku Ajar Patofisiologi Kedokteran,2007:
Vasopresin arginin merupakan suatu hormon antidiuretik yang dibuat di nucleus
supraoptik,paraventrikular , dan filiformis hipotalamus, bersama dengan pengikatnya yaitu
neurofisin II. Vasopresin kemudian diangkut dari badan-badan sel neuron tempat pembuatannya,
melalui akson menuju keujung-ujung saraf yang berada di kelenjar hipofisis posterior, yang
merupakan tempat penyimpanannya.Secara fisiologis, vasopressin dan neurofisin yang tidak
aktif akan disekresikan bila ada rangsang tertentu. Sekresi vasopresin diatur oleh rangsang yang
meningkat pada reseptor volume dan osmotic.Suatu peningkatan osmolalitas cairan ekstraseluler
atau penurunan volume intravaskuler akanmerangsang sekresi vasopresin. Vasopressin kemudian
meningkatkan permeabilitas epitel duktus pengumpul ginjal terhadap air melalui suatu
mekanisme yang melibatkan pengaktifan adenolisin dan peningkatan AMP siklik (yaitu
Adenosin Mono Fosfat). Akibatnya, konsentrasi kemih meningkat dan osmolalitas seru
menurun. Osmolalitas serum biasanya dipertahankan konstan dengan batas yang sempit antara
290 dan 296 mOsm/kg H2O.
Gangguan dari fisiologi vasopressin ini dapat menyebabkan pengumpulan air pada duktus
pengumpul ginjal meningkat karena berkurang permeabilitasnya, yang akan menyebabkan
poliuria atau banyak kencing.Selain itu, peningkatan osmolalitas plasma akan merangsang pusat
haus, dan sebaliknya penurunan osmolalitas plasma akan menekan pusat haus. Ambang rangsang
osmotic pusat haus lebih tinggi dibandingkan ambang rangsang sekresi vasopresin. Sehingga
apabila osmolalitas plasma meningkat, maka tubuh terlebih dahulu akan mengatasinya dengan
mensekresi vasopresin yang apabila masih meningkat akan merangsang pusat haus, yang akan
berimplikasi orang tersebut minum banyak(polidipsia).
Secara patogenesis, diabetes insipidus dibagi menjadi 2 yaitu diabetes insipidus sentral,
dimana gangguannya pada vasopresin itu sendiri dan diabetes insipidus nefrogenik, dimana
gangguannya adalah karena tidak responsifnya tubulus ginjal terhadap vasopresin.
F.
Penatalaksanaan
Menurut BukuSakukeperawatan medikal bedah Brunner & Suddarth, penatalaksanaan dari
Diabetes Insipidus adalah sebagai berikut:
Sasaran dari terapi adalah untuk menjamin penggantian cairan yang adekuat, untuk
menggantikan vasopresin, dan untuk mencari serta memperbaiki patologi intrakarnial yang
mendasarinya.
1. Penggantian vasopresin
- Desmopressin (DDAVP) , diberikan melalui intranasal , dua kali pemberian per hari
-
mencegah lipodistrofi.
Lypressin (DIAPID) diserap melalui mukosa nasal kedalam darah; durasinya mungkin
Obat-obatan adjuvant yang biasa dipakai adalah Diuretic Tiazid, Klorpopamid, Kofibrat,
Karbamazepin.
G.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada Diabetes Insipidus adalah : (Talbot, Laura,
dkk.1997).
1. Hickey-Hare atau Carter-Robbins test.
Pemberian infuse larutan garam hipertonis secara cepat pada orang normal akan
menurunkan jumlah urin. Sedangkan pada diabetes insipidus urin akan menetap atau
bertambah. Pemberian pitresin akan menyebabkan turunnya jumlah urin pada pasien DIS
dan menetapnya jumlah urin pada pasien DIN.
2. Fluid deprivation menurut Martin Golberg.
- Sebelum pengujian dimulai, pasien diminta untuk mengosongkan kandung kencingnya
kemudian ditimbanh berat badannya, diperiksa volum dan berat jenis atau osmolalitas
-
urin pertama. Pada saat ini diambil sampel plasma untuk diukur osmolalitasnya.
Pasien diminta buang air kecil sesering mungkin paling sedikit setiap jam
Pasien ditimbang setiap jam bila diuresis lebih dari 300 ml/jam atau setiap 3 jam bila
Evaluasi Diagnostik
pasien ditimbang .
Tes di akhiri bila pasien kehilangan lebih dari 3% sampai 5% berat badan. Serum
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
- Demografi
Menurut orphanet, sebuah konsorsium European partner, menyatakan ini merupakan
penyakit langka yang terdapat 1 tiap 2.000 orang. gambaran klinis dan gejala jangka panjang
dari kekacauan ini sebagian besar tak tergambarkan. metode yang dipelajari dari 79 pasien
dengan diabetes insipidus sentral yang diteliti pada empat pusat endokrinologi anak antara
-
tahun 1970 dan 1996. Terdiri 37 laki-laki dan 42 pasien wanita dengan rata rata umur 7 tahun
Riwayat
Trauma kepala, pembedahan kepala, pemakaian obat phenotoin, lithium karbamat, infeksi
kranial, tumor paru/mamae. Riwayat keluarga menderita kerusakan tubulus ginjal atau
B. Data Fokus
Data Fokus
1. DS :
- Klien mengeluh banyak
-
Masalah
Gangguan eliminasi urin
Etiologi
Poliuria
DO :
-
2. DS :
- Klien mengatakan banyak
-
DO :
-
3. DS :
- Pasien mengatakan sering
terbangun pada malam
hari
Pasien mengatakan sulit
Nokturia
disekitar mata
Wajah terlihat kusam
Terlihat gelisah
C. Diagnosa
- Kekurangan volume cairan b.d kebutuhan air tidak adekuat
- Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan poliuria
- Gangguan pola tidur berhubungan dengan nocturia
D. Intervensi
No
1
Diagnosa
Kekurangan
volume
cairan
berhubungan
dengan
kebutuhan air
tidak adekuat
TTV dalam
batas
normal
(skala 5)
Suhu tubuh
36-37,5C)
Intake dan
2. Berikan
cairan sesuai
kebutuhan.
3. Catat intake
dan output
cairan.
4. Monitor dan
Rasional
1. Adanya perubahan
TTV
menggambarkan
status dehidrasi
klien.
Hipovolemia
dapat
dimanifestasikan
oleh hipotensi dan
takikardia.
2. Memenuhi
kebutuhan cairan
dalam tubuh.
3. Memberikan hasil
pengkajian yang
output
dalam 24
jam
seimbang
(skala 4)
Kulit/memb
ran mukosa
klien
lembab
Timbang
berat badan
setiap hari.
Monitor status
hidrasi (suhu tubuh,
kelembaban
membran mukosa,
warna kulit).
BB klien
tetap/tidak terjadi
penurunan berat
badan
No
2
Diagnosa
Gangguan
eliminasi
urine
berhubungan
dengan
poliuria
Karakteristi
k urine
meliputi
warna, berat
jenis,
jumlah, bau
normal
(skala 5)
Tidak
Intervensi
Manajemen
pengeluaran urin :
1. monitor dan
kaji
karakteristik
urine
meliputi
frekuensi,
konsistensi,
bau, volume
dan warna.
2. Batasi
pemberian
cairan sesuai
kebutuhan.
3. Catat waktu
terakhir klien
Rasional
1. Mengetahui
sejauh mana
perkembangan
fungsi ginjal dan
untuk mengetahui
normal atau
tidaknya urine
klien.
2. Mengurangi
pengeluaran
cairan berupa
urine terutama
saat malam hari.
3. Mengidentifikasik
an fungsi kandung
kemih, fungsi
ginjal, dan
terjadi
nocturia
Pola eliminasi
normal (skala 5)
No
3
Diagnosa
eliminasi
urin.
Instruksikan
klien/keluarga untuk
mencatat output
urine klien.
Intervensi
1.
Jelaska
n pentingnya
tidur
yang
adekuat
selama sakit
2.
Bantu
pasien untuk
mengidentifi
kasi factor
yang
menyebabka
n
kurang
tidur.
Kriteria hasil :
Jam tidur
cukup
(skala 5)
Pola tidur
baik (skala
4)
Kualitas
tidur baik
(skala 4)
Tidur tidak
terganggu
(skala 4)
Kebiasaan tidur
3.
4.
Dekatk
an
pispot
dengan
pasien
di
malam hari.
lakuka
pijatan
keseimbangan
cairan.
Mengetahui jumlah
pengeluaran urin
Rasional
1. Pasien dan
keluarga lebih
memahami dan
mengerti tentang
pentingnya tidur
selama sakit
2. Pasien mengetahui
faktor penyebab
dan mengetahui
solusi nya
3. Memudahkan
pasien untuk
melakukan BAK
selama sakit
4. Meingkatkan rasa
ngantuk pada
pasien
5. Pasien merasa
nyaman
n
yang
Memenuhi kebutuhan
nyaman,
tidur pasien
pengaturan
posisi, dan
sentuhan
afektif
5.
Ciptak
an
lingkungan
yang nyaman
Kata Sulit
Hormon yang disekresikan oleh kelenjar
hipofisis posterior untuk mengatur jumlah air
yang di ekskresikan oleh ginjal
Kelainan ginjal yang menghasilkan sejumlah
Nefrogenik
Dipsogenik
Sarkoidosis
Suatu
kondisi
medis
ditandai
dengan
Polidipsia
Terlalu banyak minum pada malam hari hingga
Nokturia
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes insipidus merupakan suatu kondisi kronik dimana terjadi peningkatan rasa haus dan
peningkatan kuantitas urin dengan berat jenis yang rendah. Kondisi ini merupakan manifestasi
klinis dari defisiensi pitresin (ADH)atau merupakan kondisi klinis akibat dari ketidakpekaan
tubulus ginjal terhadapADH.
Penyebab diabetes insipidus dapat karena penyebab sentral yangmenyebabkan penurunan
produksi ADH maupun kelainan ginjal (diabetes insipidus nefrogenik) yang menyebabkan ginjal
kurang peka terhadap ADH, serta idiopatik.Gejala klinis khas diabetes insipidus yaitu poliuria
dan polidipsia, gejala lainnya yaitu dehidrasi, hipertermia, nyeri kepala, lemah dan lesu, nyeri
otot,hipotermia dan takikardia. Berat badan turun dengan cepat, serta gejala enuresis, pada anak
yang telah dapat mengendalikan kandung kencing, keringat sedikit sehingga kulit kering dan
pucat, anoreksia, lebih menyukai karbohidrat. Komplikasi dari dehidrasi, bayi bisa mengalami
demam tinggi yang disertaidengan muntah dan kejang-kejang. Jika tidak segera terdiagnosis dan
diobati, bisa terjadi kerusakan otak, sehingga bayi mengalami keterbelakangan mental. Dehidrasi
yang sering berulang juga akan menghambat perkembangan fisik. Gejala dan tanda lain
tergantung pada lesi primer.
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesa dan pemeriksaan penunjang(laboratorium : darah,
urinalisis fisis dan kimia), test deprivasi air,radioimunoassay untuk vasopresin, rontgen cranium,
dan MRI. Komplikasi diabetes insipidus dapat terjadi dehidrasi hipernatremik serta komplikasi
neurologisnya, retardasi mental, hidronefrosis. Pada DIS yang komplit, terapi hormon pengganti
(hormonal replacement) yaitu desmopressin atau DDAVP (1-desamino-8-d-arginine vasopressin)
merupakan pilihan utama. Selain terapi hormon pengganti, bisa juga digunakan terapi adjuvant
yang mengatur keseimbangan air, seperti: diuretik tiazid,klorpropamid, klofibrat, karbamazepin.
Untuk mencegah dehidrasi, penderitaharus selalu minum cairan dalam jumlah yang cukup ketika
mereka merasa haus.Diabetes insipidus jarang mengancam jiwa. Penderita dengan diabetes
insipidustanpa komplikasi dapat hidup selama bertahun-tahun dengan kesulitan poliuriadan
polidipsia sepanjang mereka memiliki mekanisme haus yang utuh danmendapatkan air dengan
bebas.
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat
berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nettina M. Sandra. 2001. pedoman prktek keperawatan.Jakarta;EGC
Baughman C,dkk. 2000. Keperawatan medikal bedah buku saku dari brunner & suddart.
Jakarta; EGC
Corwin, Eizabeth J. 2003. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.